Você está na página 1de 13

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA BUTA WARNA

Oleh : Kelompok I Utami Amardi Putri (12308144002) Martha Lina (12308144008) Wahyu Nuryadi H (12308144018) Hilman Muannis (12308144027)

Biologi (E) 2012

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

A. Judul Buta Warna B. Latar Belakang Genetika (Ilmu keturunan) tergolong dalam ilmu hayat yang mempelajari turun temurunnya sifat-sifat induk atau orang tua kepada keturunannya. Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara melakukan pengujian test buta warna. Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obat-obatan yang berlebihan.Buta warna umumnya diderita oleh laki-laki, sedangkan wanita hanyalah sebagai gen pembawa/resesif. Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked. karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menunjukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna. Pada praktikum ini menggunakan metode Test Ishihara dan Farnsworth Munshell. Pada tes Ishihara, hasil yang didapat hanyalah mendiagnosis apakah pasien mengalami buta warna parsial atau tidak. Sedangkan pada tes Farnsworth Munsell, tes ini bisa mendiagnosis dengan melakukan skrining kelemahan warna tertentu, seperti kelemahan

terhadap warna merah (protan), kelemahan terhadap warna hijau (deutan), dan kelemahan terhadap warna biru (tritan). (J. Birch, Page 149 2001) Klasifikasi buta warna. Ada tiga jenis gangguan penglihatan terhadap warna, yaitu: a. Monochromacy adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Monochromacy ada dua jenis, yaitu rodmonochromacy (typical) adalah jenis buta warna yang sangat jarang terjadi, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan warna sebagai akibat dari tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita rod monochromacy tidak dapat membedakan warna sehingga yang terlihat hanya hitam, putih dan abu-abu; Cone monochromacy (atypical) adalah tipe monochromacy yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya dua sel cones. Penderita cone monochromacy masih dapat melihat warna tertentu, karena masih memiliki satu sel cones yang berfungsi. b. Dichromacy adalah jenis buta warna dimana salah satu dari tiga sel cone tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada cone, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan sel pigmen yang rusak. (1) Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya photoreseptor retina merah. Pada penderita protanopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari seluruh pria. Protanopia juga dikenal dengan buta warna merah-hijau seperti terlihat pada Gambar 1; (2) Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreseptor retina hijau seperti terlihat pada Gambar 2; (3) Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan mengalami kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tampak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.

c. Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomaloustrichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. ()

C. Bahan dan Alat Buku Test Butawarna Alat Tulis

D. Metode Waktu : Rabu, 19-Februari-2014 Tempat : Laboratorium Zoology FMIPA UNY Cara Kerja :

1. Melihat buku test buta warna 2. Mencatat angka atau gambar yang dilihat 3. Menyocokkan hasil yang telah dicatat dengan kunci jawaban 4. Menghitung presentase kesalahan yang dibuat dalam test tersebut.

E. Hasil dan Pembahasan Tabel Hasil Pengamatan ciri-ciri fisik kumpulan individu kelas Biologi Swadana (E) 2012 : Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29* 30 31* 32 Angka yang didapatkan 108 80 16 4 8 68 112 76 116 93 111 17 10 10 102 74 33 72 86 70 4 41 108 105 53 12 112 4 44 1

*Keterangan : 2 orang tidak mengikuti praktikum (Jumlah siswa 32)

Pembahasan Topik dari praktikum ini adalah keanekaragaman pada manusia. Tujuan dari praktikum ini adalah ingin mengetahui keanekaragaman genetik pada manusia melalui pengamatan fenotip. Genetik merupakan susunan yang menetukan sifat dasar suatu makhluk hidup. Adapun fenotip merupakan/dapat dikatakan sebagai karakteristik atas ciri-ciri yang dapat diukur atau sifat yang nyata yang dimiliki oleh organisme. Ciri ini tampak oleh mata, seperti warna kulit, tekstur rambut, warna mata biru atau non biru, mata sipit, dan lain-lain. Ciri yang diperoleh dari pengamatan tidak menunjukkan sifat yang satu lebih unggul dari pada sifat yang lain. Akan tetapi, dengan adanya perbedaan fisik (seperti tebal alis dan lesung pipit, dll) bisa membantu kita membedakan orang yang satu dengan yang lainnya . Masing-masing dari kita, individu unik, dikenal sebagai manusia yang senantiasa berbeda dari yang lain. Perbedaan yang ada diantara individu yang bergenotip sama kemungkinan dapat memiliki fenotip yang berbeda. Hal ini terbukti dengan adanya praktikan yang memiliki persamaan sifat fisik tertentu dengan yang praktikan yang lainnya, dalam hal sifat fisik yang lainnya ternyata terdapat juga perbedaan. Variasi genetik manusia merupakan keanekaragaman gen yang menunjukan jumlah total dari karakteristik gen yang dapat diamati pada manusia. Setiap manusia memiliki gen-gen yang berbeda-beda. Tidak ada dua orang manusia yang secara genetik sama meskipun mereka kembar identik. Adanya perbedaan gen tersebut terjadi baik pada tingkat spesies maupun tingkat populasi. Perbadaan pada tingkat spesies maupun tingkat populasi. Perbedaan gen pada tingkat spesies dapat terlihat dari adanya variasi fenotip pada setiap individu. Dengan bantuan cakram genetika kita dapat melihat adanya keanekaragaman gen manusia melalui tampilan fenotipnya. Keuntungan menggunakan cakram genetika ini yaitu kita dapat terjun langsung dalam mentukan ciri fisik/karakteristik juga dapat

menentukan varisi pada masing-masing manusia, jadi kami bisa menentukan sendiri variasi pada masing-masing manusia lainnya dengan menggunakan metode praktik ini.

Dalam praktikum kali ini, variasi fenotip yang akan diamati dari praktikan meliputi: a) b) c) d) e) f) Alis tebal atau tidak tebal. Muka oval atau tidak oval. Lesung pipit atau tidak lesung pipit. bulu mata panjang atau pendek. Lidah bisa melipat atau tidak bisa melipat. Golongan darah : A, B, AB, dan O.

Dalam pengisian cakram genetika setiap mahasiswa diminta mengisi cakram genetika sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Praktikan mengisi sesuai dengan cirinya, mulai dari tengah dengan ciri pertama, kemudian dilanjutkan dengan ciri berikutnya mengikuti alur cakram dan diakhiri dengan lingkaran terluar golongan darah, kemudian baca angka yang tertera/ditunjuk pada cakram. Setelah praktikan mengisi cakram genetika kemudian praktikan melaporkan angka yang diperoleh tersebut. Berikut adalah tabel ciri dari kelompok 1 : Nama Alis Bentuk Muka Tidak oval Oval Lesung pipit Tidak ada Bulu mata Pendek Lidah Golongan Darah O Angka yang diperoleh 80

Utami

Tipis

Martha

Tipis

Tidak ada

Pendek

Wahyu Hilman

Tebal Tebal

Oval Tidak oval

Tidak ada Tidak ada

Panjang Pendek

Tidak dapat melipat Tidak dapat melipat Dapat melipat Dapat melipat

112

A O

33 12

Data diatas menunjukkan jika dalam satu kelompok memiliki variasi genotip yang kemudian menampakkan ciri-ciri fisik atau fenotip dari masing masing individu. Utami

(Perempuan)19 tahun masuk kedalam golongan nomer 80 dengan memiliki ciri-ciri yaitu alis yang tipis, bentuk muka tidak oval, tidak memiliki lesung pipit, bulu matanya pendek, lidahnya tidak dapat melipat dan bergolongan darah O. Berbeda dengan Martha (Perempuan) 19 tahun dengan ciri-ciri alis yang tipis, bentuk muka oval, tidak ada lesung pipit, bulu mata pendek, lidah tidak dapat melipat, dan bergolongan darah O. Wahyu (Laki-laki) 19 tahun mempunyai ciri alis tebal, bermuka oval, tidak memilki lesung pipit, bulu matanya panjang, lidah dapat melipat, bergolongan darah A, maka di peroleh angka 33. Hilman (Laki-laki) 19 tahun mendapatkan angka 12 yang berati dia memiliki ciri yaitu beralis tebal, mukanya tidak oval, tidak ada lesung pipit, berbulu mata pendek, lidahnya dapat melipat, dan bergolongan darah O. Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29* Angka yang didapatkan 108 80 16 4 8 68 112 76 116 93 111 17 10 10 102 74 33 72 86 70 4 41 108 105 53 12 112 4 -

30 31* 32

44 1

DATA HASIL CAKRAM GENETIK KELAS BIOLOGI (E)

Data diatas merupakan data satu kelas dari Biologi (E) 2012, sudah termasuk di dalam anggota kelompok 1. Dapat terlihat bahwa dalam satu kelas memiliki keanekaragaman genetic yang luas. Namun beberapa anggota kelompok kelas ternyata memiliki kesamaan ciri-ciri antara satu dengan yang lain. Seperti yang terlihat, angka 4 dari cakram genetika memiliki paling banyak anggota pada kelas ini. Irfan (Laki-laki) 19 tahun, Furry (Perempuan) 19 tahun, Lulu (Perempuan) 19 tahun memiliki ciri-ciri yang sama, tiga orang tersebut memiliki ciri-ciri golongan darah O, lidah dapat melipat, memilki bulu mata yang panjang, tidak memiliki lesung pipit, muka nya tidak oval dan beraliskan tebal. Meskipun Irfan berjenis kelamin laki-laki, dia memiliki ciri-ciri yang sama dengan yang dimiliki oleh furry dan lulu yang merupakan perempuan, hal tersebut memperlihatkan bahwa mereka memiliki beberapa genotip yang sama. Dua orang menjadi anggota pada angka 112 cakram genetika, kedua orang tersebut yaitu Martha (Perempuan) 19 tahun dengan Arin (Perempuan) 19 tahun dengan ciri-ciri yaitu bergolongan darah O, lidah tidak dapat melipat, bulu mata pendek, tidak mempunyai lesung pipit, bermuka oval dan beralis tipis. Dua orang lagi dengan kesamaan angka pada cakram genetic yaitu nomer 10 yaitu arum (Perempuan) 19 tahun dan sintia (Perempuan) 19 tahun. Dengan ciri ciri yaitu bergolongan darah B, lidah dapat melipat, bulu mata pendek. Tidak mempunyai lesung pipit, muka tidak oval dan memiliki alis yang tebal.

Berdasarkan uraian ciri-ciri diatas, seperti yang di katakan Nurlalila dan hadi tahun 2007 yaitu seperti halnya organisme yang lain, manusia memiliki keanekaragaman sifat-sifat tampak/fenotipnya. Keanekaragaman individu memunculkan variasi. Dan sifat individu ditentukan oleh gen. Faktor genotip yang berinteraksi dengan faktor lingkungan memunculkan sifat yang tampak atau fenotip. Dalam lingkup satu kelompok saja yang terdiri dari utami, Martha, wahyu dan hilman, disini sudah terlihat keanekaragaman genetic yang memunculkan variasi dan ditampakkan melalui fenotipnya. Apabila di perbesar lagi cangkupannya, menjadi satu kelas, seperti pada data di atas, maka semakin terlihat lagi keanekaragaman manusia yang ada di dalam satu kelas ini, walaupun beberapa orang memiliki kesamaan dalam angka hasil dari cakram genetic, dan memiliki beberapa fenotip yang sama, tetap di dunia ini, tidak ada orang yang persis sama. Bahkan kembar identik, yang memiliki komposisi genetik yang sama, tidak persis sama penampilannya. Keanekaragaman tersebut merupakan hasil dari sifat individu yang ditentukan oleh gen. (Brookes, 2006). Menurut Mendel, ada sifat-sifat yang selalu tampak apabila disilangkan dengan sifat yang lain dan ada pula yang sebaliknya. Sifat yang tampak disebut sifat dominan, sedankan sifat yang kalah disebut sifat resesif. Pada manusia, terdapat sifat dominanresesif yang dapat diamati. Maka ciri-ciri yang digunakan dalam praktikum cakram genetika ini, dapat kita tentukan mana sifat dominan dan sifat resesifnya :

Bagian tubuh Alis Muka Lesung pipit Bulu mata Lidah

Sifat Dominan Tebal Oval Ada Panjang Dapat melipat

Sifat Resesif Tipis Tak oval Tidak ada pendek Tak dapat melipat

Untuk golongan darah ABO, menurut Prawirohartono, golongan darah, juga ditentukan oleh gen. Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam

kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B, O, tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah dan juga menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah. Atas dasar macam antigen yang ditemukan tersebut. Seseorang bergolongan darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta. Golongan darah B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutinin alfa. Golongan darah AB jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan B dan tidak mempuyai aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan agglutinin alfa dan beta.

F. Diskusi 1. Ada. Nomer 112, Martha dan arin Nomer 4, Irfan, furry, lulu Nomer 10 Arum dan sintia Perbedaan dari Martha dan arin dapat dilihat dari : postur badan Mata : Martha lebih tinggi dari arin : Mata yang dimiliki Martha lebih kecil dari arin

2. Ciri fenotipe 73 : Golongan darah A, lidah melipat, bulu mata pendek, tidak ada lesung pipit, muka tidak oval dan alis tipis. Ciri fenotipe 56 : Golongan darah O, lidah tidak melipat, bulu mata panjang, memiliki lesung pipit, muka oval dan alis tebal. Dari ciri tersebut dapat diketahui bahwa seseorang yang ada di angka 56 memiliki banyak sifat yang dominan sedangka yang ada di angka 73 banyak dipengaruhi oleh sifat yang resesif. Perbedaannya dapat terlihat jelas pada cirri lidah dapat melipat dan tidak, bulu mata panjang atau pendek, memilik lesung pipit dan tidak memiliki, dan alis yang tebal atau pendek. 3. Ciri Fenotipe 46 : Golongan darah B, lidah tidak melipat, bulu mata pendek, tidak ada lesung pipit, muka oval dan alis tebal.

Ciri Fenotipe 80 : Golongan darah O, lidah tidak melipat, bulu mata pendek, tidak memiliki lesung pipit, muka tidak oval dan alis tipis. Dari kedua fenotipe tersebut, terdapat perbedaan antara 46 dan 80 yaitu: golongan darah, bentuk muka dan bentuk alis. Angka 46 memiliki bentuk muka oval dan alis tebal yang merupakan sifat dominan sedangkan angka 80b memiliki bentu muka tidak oval dan alis tipis yang merupaka sifat resesif. 4. Ciri-ciri fenotipe lainnya: Kuping bebas atau melekat Rambut keriting atau kurus Kisaran rambut kekiri atau kekanan Jari panjang atau pendek Ibu jari yang dapat lurus atau bengkok Ada tidaknya rambut di bagian tengah jari-jari Bibir tebal atau tipis Telingan caplang atau tidak Bola mata hitam atau tidak

5. Ciri fenotipe angka 36 : Golongan darah O, lidah melipat, bulu mata panjang, tidak ada lesung pipit, muka oval, alis tebal Ciri fenotipe angka 40 : Golongan darah O, lidah tidak melipat, bulu mata panjang, tidak ada lesung pipit, muka oval alis tebal Ciri fenotipe angka 44 : Golongan darah O, lidah melipat, bulu mata pendek, tidak ada lesung pipit, muka oval, alis tebala Ciri fenotipe angka 48 : Golonga darah O, lidah tidak melipat, bulu mata pendek, tidak ada lesung pipit, mukanoval, alis tebal Ciri yang tidak didapatkan adalah : Golongan darah A, B dan AB, ada lesung pipit, muka tidak oval, dan alis tipis.

G. Kesimpulan dan Saran Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan, kelas Biologi (E) memiliki keanekaragaman genetic, yang di tunjukkan dari beragamnya angka yang didapatkan dari

cakram genetic. Namun beberapa anggota kelompok ternyata ada yang memiliki kesamaan fenotip, yaitu pada angka 4,10 dan 112. Saran dan koreksi dari kami, dalam pelaksanaan praktik terdapat kendala pada saat menentukan ciri fisik masing-masing dari kami, karena bisa saja kami salah tanggap pada saat menentukannya. Juga pada saat menentukan golongan darah, dimana ada beberapa orang dari anggota kami yang tak mengetahui apa golongan darah mereka sendiri, jadi belum tentu nomor genetika yan didapat sesuai dan akurat.

H. Daftar Pustaka Brookes, Martin. 2006. Bengkel Ilmu: Genetika. Jakarta : Penerbit Erlangga. Campbell, Reece, dkk. 2008. Biology Campbell Jilid ke-1 edisi kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga Mangoendidjojo, Woerjono. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Nurlaila, Ika dan Miftachul Hadi. 2007. Temukan Rasa Ingin Tahumu di Genetika!. Tangerang: Puspiptek LIPI. Prawirohartono, Slamet. 1995. Sains Biologi. Jakarta :Bumi Aksara. Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta : UGM Press Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekular. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Você também pode gostar