Você está na página 1de 6

Kajian teori 1.

Problem based learning Problem based learning is an approach to structururing the curriculum which involves comfronting students with problems from practice which provide a stimulus for learning ( Boud dan Feletti, 1997 : 15). Definisi itu dapat diartikan bahwa problem based learning adalah sebuah pendekatan yang membentuk kurikulum yang mempertentangkan siswa dengan permasalahan dan praktiknya yang di dalamnya terdapat stimulus untuk belajar. Definisi problem based learning lain dinyatakan oleh Harrison (2007 : 1). Harrison menyatakan bahwa problem based learning is a curriculum development and instructional method that places the student in an active role as a problem-solver confronted with ill-structured, real-life problem. Menurutnya problem based learning adalah sebuah pengembangan kurikulum dan metode instruksional yang menempatkan siswa dalam perananya yang aktif sebagai pemecah masalah ketika dihadapkan dalam problem yang kurang terstruktur dalam dunia nyata. Dengan demikian problem based learning dapat didefinisikan sebagai metode yang menempatkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang tidak terstruktur dalam dunia nyata sebagai kegiatan belajar. Permasalahan yang digunakan sebagai dasar untuk belajar. Berdasarkan permasalahan tersebut, siswa dituntut untuk mencari solusi. Selanjutnya bersamaan dengan pencarian solusi untuk masalah ini, siswa akan mengalami proses belajar. Siswa tidak diberikan materi juga berbagai macam informasi untuk mereka pelajari, akan tetapi lebih jauh dari itu siswa akan memahami bahwa mereka lebih banyak mempelajari cara belajar dengan membangun kemampuan mereka dalam menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan yang dihadapi, juga belajar untuk berkomunikasi dengan efektif. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Duch et al. (2001 : 1) bahwa problem based learning is one of educational strategy that helps students build the reasoning and communication for success study. (Problem based learning adalah salah satu strategy pendidikan yang membantu siswa dalam membangun keterampilan penarikan kesimpulan dan komunikasi untuk sukses pada saat ini). Problem based learning is an instructional method that challenges students to learn to learn, working cooperatively in groups to seek solutions to real world problems (Kolmos et al, 2007 : 2). Problem based learning adalah sebuah metode pembelajaran yang memberikan tantangan pada siswa untuk belajar cara belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi dalam permasalahan dunia nyata. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hmelo-Silver problem based learning adalah sebuah metode pembelajaran dimana siswa bisa belajar melalui kegiatan mencari permasalahan masalah.

Pendapat lain adalah dari Hung et al. (2008:486) yang menyatakan bahwa, problem based learning is an instructional method that initiates studentslearning by creating a need to solve an authentic problem. During the problem-solving process, students construct content knowledge and develop problem-solving skills as well as self-direct learning skills while working toward a solution to the problem. Problem based learning adalah sebuah metode pembelajaran yang mendorong pembelajaran siswa dengan menciptakan kebutuhan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan otentik. Selama proses pemecahan masalah ini, siswa mengkonstruk pengetahuan dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan untuk belajar secara self-directed pada saat mencari solusi permasalahan tersebut. Dalam hal ini Hung menekankan proses pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam belajar setelah adanya kebutuhan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi tersebut. Hal ini sangat relevan dengan apa yang dinyatakan oleh Harisson(2007:1) bahwa problem based learning is a curriculum development and instructional method that places the student in an active role as a problem-solver confronted with ill-structured, real-life problem. Berdasarkan pendapat pendapat tersebut diatas dapat diambil beberapa hal penting terkait dengan problem based learning, yaitu (a) penyebutan problem based learning sebagai metode pembelajaran, (b) adanya permasalahn otentik dalam dunia nyata yang menjadi sarana untuk belajar, dan (c) peranan siswa yang aktif sebagai pencari solusi permasalahan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran problem based learning merupakan metode pembelajaran yang berorientasikan pada peran aktif siswa dengan cara menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dengan tujuan siswa mampu untuk menyelesaikan mmaslah secara aktif dan kemudian menarik kesimpulan dengan menentukan sendiri langkah apa yang harus dilakukan. Bruner (1960) dalam Tan (2003 : 24) menyatakan bahwa the knowledgeable person is a problem solver, on who interacts with the environment in testing hypothesis developing generalizations an engaging in learning to arrive at solutions. Orang yang berpengetahuan adalah seorang yang dapat memecahkan masalah dengan baik, yaitu seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya dalam menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi dan terlibat dalam belajar untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan yang dihadapi. Lebih lanjut Bruner menyatakan bahwa tujuan pendidikan sebenarnya adalah untuk melangsungkan perkembangan dari keterampilan problem solving dan diskusi. Pernyataan Bruner menggambarkan bahwa pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang didapatkan dari proses penemuan, diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapi. Proses pembelajaran tidak terjadi semata mata karena siswa dimodelkan mengenai konsep tertentu, akan tetapi cenderung kepada pembangunan konsep berdasarkan apa yang telah mereka temukan dalam proses penemuan jawaban tersebut. Pembangunan konsep menurut Savin - Baden (2003: 103) dinyatakan sebagai focus dari konstruktivisme. Menurutnya konstruktivisme terfokus pada

keyakinan bahwa sebuah realitas dapat dipahami jika dibentuk melalui pengkonstruksian yang didasarkan pada pengalaman atas interaksi social. Pendapat Bruner menguatkan teori pembelajaran konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki sifat tidak mutlak, akan tetapi dipandang sebagai hasil dari pengkonstruksian oleh pembelajar dengan mendasarkan pada pengetahuan awal mereka dan keseluruhan pandangan mereka terhadap dunia. Constructivists believe that knowledge is not an absolute, but is rather constructed by the learner based on previous knowledge and overall views of the world. (Savin Baden dan Major, 2004 : 29). Teori konstruktivisme menganggap bahwa seorang paling baik jika belajar dalam lingkungan yang tidak dipandu (atau dengan panduan tapi dengan batas minimal) oleh orang lain. Implikasinya adalah pengetahuan akan didapatkan dari penemuan atau konstruksi dari berbagai informasi yang mereka temukan sendiri (Kirschner, 2006 : 75). Loveless dalam Klahr dan Nigam (2004 : 1) juga menyatakan bahwa pengetahuan yang dikonstruksikan akan lebih memiliki makna daripada pengetahuan yang dimodelkan, disampaikan, diperlihatkan, diperhatikan atau dijelaskan oleh seorang guru. Secara psikologis, siswa yang mengkonstruksi pengetahuan akan lebih bisa menginterpretasikan segala kejadian yang terjadi di dunia nyata (Jonassen, 2011 : 218). Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang efektif harus berkaitan dengan bagaimana cara siswa berfikir untuk mengatasi sebuah masalah (Chen et al ., 2008 : 15). Implikasinya adalah dari cara mengatasi permasalahan itu, siswa akan mendapatkan sebuah pengalaman belajar. Sesuai dengan keadaan tersebut, problem based learning merupakan metode yang dapat dikembangkan untuk pembelajaran yang lebih memberikan makna belajar. Dengan adanya permasalahan yang langsung mereka hadapi, mereka akan dituntut untuk menguasai berbagai macam alternative solusi yang dapat mereka pakai dalam permasalahan mereka. Boud dan Feletti (1997 : 17) menyatakan bahwa students need to acquire much more than a store knowledge in the subjects that relate to their future profession. Siswa memerlukan lebih dari menyimpan pengetahuan mengenai ssesuatu yang berkaitan dengan profesi mereka. Dengan demikian problem based learning juga memiliki tujuan untuk memberikan sesuatu yang lebih dari pengetahuan ataupun materi informasi. Problem based learning dapat memberikan alternative solusi pembelajaran bagi siswa yang menginginkan sesuatu yang lebih dari teori saat mereka belajar. Ciri ciri problem based learning Boud dan Feletti (1997 : 16) menyatakan bahwa the basic principle supporting the concept of problem based learning is learning initiated by a posed problem, query, or puzzle that the learner wants to solve. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa metode problem based learning memiliki karakteristik pokok adanya permasalahan yang mendasari proses pembelajaran.

Permasalahan tersebut tidak menjadi dasar dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode yang lainnya. Selain adanya permasalahan sebagai karakteristik pokok, pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah karakteristik pokok lainnya. Duch et al, (2001 : 49) menyatakan bahwa the power of problem based learning lies in the ability of the group to synthesize what they have learned and connect that the knowledge to the framework of understanding that they are building, based on the concept in the course. Kemampuan siswa dalam mensintesis dan menghubungkan pengetahuan dalam kerangkan berfikir siswa merupakan kekuatan dalam pembelajaran problem based learning. Hal ini relevan dengan pendapat yang dinyatakan oleh walker dan leary (2009 : 12) yang menyatakan bahwa problem based learning dikarakteristikkan sebagai pendekatan dalam pembelajaran. Maksudnya dalam pembelajaran menggunakan metode problem based learning siswa lebih banyak melakukan tindakan secara aktif dengan inisiatifnya untuk mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Siswa diminta bekerja sama dalam kelompok dan yang lebih penting lagi diharuskan untuk mendapatkan pengalaman baru dari langkah pemecahan masalah yang merepresentasikan dalam praktik profesionalnya. Pendapat lain mengenai karakteristik problem based learning yang lebih rinci dinyatakan oleh Hung et al, (2008 : 488 489) dan kolmos et al, (2007 : 6) menyatakan karakteristik problem based learning sebagai berikut : 1. Problem focused, yaitu siswa yang belajar berdasarkan permasalahan. 2. It is student centered, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. 3. Self direct learning, yaitu siswa yang mengendalikan proses pembelajaran mereka sendiri meskipun masih dalam koridor tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. 4. Self reflective, yaitu siswa membuat refleksi dalam proses dan hasil pembelajaran mereka. 5. Tutors are facilitators, yaitu guru yang hanya bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran bukan sebagai pemberi konsep. Berdasarkan berbagai pendapat mengenai karakteristik problem based learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari problem based learning adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Adanya permasalahan yang mendasari proses belajar siswa Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa Proses pembelajaran yang dikendalikan oleh siswa Refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa

Sintaks problem based learning problem based learning merupakan pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan masalah oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian persyaratan awal yang harus ada dalam problem based

learning adalah adanya masalah. Selanjutnya guru bisa memberikan berbagai macam perlakuan terhadap masalah agar siswa bisa belajar dari masalah tersebut. Boud dan Feletti ( dalam Duch et al. 2001 : 7) memaparkan siklus dalam problem based learning adalah sebagai berikut : 1. Siswa diberikan sebuah permasalahan dan membuat sebuah kelompok untuk bersama sama mencari solusi dari permasalahan tersebut. 2. Siswa membuat pertanyaan yang disebut learning issue yang menggambarkan aspek masalah yang tidak mereka ketahui. Isu inilah yang menjadi focus pembelajaran mereka. 3. Siswa mendiskusikan sumber apa saja yang digunakan untuk meneliti learning issue dan di mana mereka bisa menemukannya. 4. Pada saat siswa berkumpul kembali, mereka mengeksplorasikan learning issue terdahulu, mengumpulkan pengetahuan baru mereka dalam konteks permasalahan yang ada. Siswa merangkum pengetahuan mereka dan menghubungkan dengan konsep baru dengan konsep lama. Harrison (2007 :4) menyatakan bebrapa langkah dalam mengaplikasikan problem based learning, yaitu (a) ideas (consider the problem), (b) known facts ( defining the problem), (c) learning issue (learning about the problem), (d) action plan ( what will be done), dan (e) evaluate product (is the problem solved?). lima tahapan dasar dalam problem based learning bisa dijelaskan sebagai berikut : 1) Ideas Ideas adalah fase di mana siswa melakukan brainstorming, membuat kelompok dan mengumpulkan seluruh ide terhadap permasalahan yang akan mereka cari solusinya. Kegiatan curah pendapat (brainstorming) ini akan membuat siswa memunculkan berbagai ide yang akan menjadi bekal awal sebelum menulis. 2) Known facts Known facts adalh tahap di mana siswa berusaha untuk mengidentifikasikan apa yang mereka ketahui tentang permasalahan tersebut dan berusaha untuk mencari tahu tentang kompleksitas isu tersebut. Siswa mencoba menggali pemahamannya terhadap permasalahan yang ada dengan bekal seperangkat pengetahuan yang telah dimilikinya. 3) Learning issues Learning issues adalah tahap dimana siswa mencari jawaban dari permasalahn apa saja yang harus mereka ketahui untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, menyaring ide, dan mencari fakta ataupun menyeleksi ide yang tidak relevan. Siswa pada tahap ini mencoba menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dengan mengoptimalkan ide yang ada dan menyaringnya sesuai kebutuhan dalam menyelesaikan permasalahan. 4) Action plan Action plan adalah tahapan dimana siswa berusaha mengembangkan rencana berdasarkan pada fakta, learning issue dan kesimpulan yang menurut mereka bisa dijadikan sebagai

penyelesaian masalah tersebut. Siswa melakukan pengembangan terhadap rencana yang telah ada untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. 5) Evaluate product and process Evaluate product and process adalah tahapan dimana produk dan proses pembelajaran di evaluasi. Semua hasil produk yang diciptakan oleh siswa dan proses pembelajaran dievaluasi untuk mendapatkan kejelasan sampai dimana kemampuan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Belum selesai. Berfikir logis

Você também pode gostar