Você está na página 1de 12

IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES IN LEARNING IPA USING THE EXPERIMENTAL METHOD CLASS IV SD WEST PASAMAN Oleh RESKI

NAULIA1 ABSTRACT. This researche was started from the fact at SDN 05 Sungai Aur in which the learning was dominated by teacher as information source. The researcher used qualitative and quantitative approaches which consist of two cycles involved four phases which is planning, implementation, observation, and reflection. The subjects were teacher, researcher and twenty three grade IV students. The result of researche showed improvement. The improvement was involved a) the lesson plan in the first cycle had percentage 74 % (enough) increase to 85,5% (good) in the second cycle. b) the implementation of teacher`s aspect in the first cycle was 78% (good) increased to 86% (very good) in the second cycle. c) the implementation of students` aspect was 71,5% (good) in the first cycle increased to 87% (very good). Then, the outcome of students learning in the first cycle was 68,07% (enough) increased to 79% (good) in the second cycle. Thus, it can be concluded that experiment method able improve outcome of student learning in science learning in grade IV SDN 05 Sungai Aur. Kata Kunci: Hasil, Belajar, IPA, Metode, Eksperimen, SD PENDAHULUAN Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran wajib diberikan dan dipelajari di SD ( Sekolah Dasar). dimana siswa dituntut agar aktif dalam belajar. Sebab pelajaran IPA merupakan serangkaian kegiatan proses ilmiah antara lain penyelidikan (eksperimen), penyusunan dan pengkajian gagasan serta konsep. Pembelajaran IPA memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya menghasilkan generasi yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif dan logis. Hal ini sesuai dengan pendapat yager (dalam Mulyasa, 2005:5) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD selain mengembangkan aspek kognitif juga meningkatkan keterampilan proses, sikap, kreatifitas dan kemampuan aplikasi konsep. Untuk itu dalam penyajian materi pelajaran IPA guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang tepatsehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Reski Naulia, Student Graduation Period March 2013 University Science Education Faculty Desert Land.

Pembelajaran IPA merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memiliki kompetensi tentang materi IPA yang dipelajari. IPA di SD juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis pada siswa serta bisa menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah yang ditemui dalam kehidupan, untuk itu guru dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang menyanangkan. Namun Kenyataan yang penulis temui dilapangan dalam pembelajaran IPA berbeda dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan observasi dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN 05 Sungai Aur belum sepenuhnya melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Guru masih menggunakan metode konvensional, tidak menggunakan alat peraga, guru lebih banyak menjelaskan materi dalam buku dan menyadi pusat informasi utama dalam pembelajaran. Disamping itu guru belum bisa memilih metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa merasa bosan dan tidak dapat menemukan konsep pembelajaran yang dipelajarinya, sehingga pembelajaran kurang bermakna dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi permasalahan di atas salah satunya dengan menggunakan metode eksperimen. Roestiyah (2001:80) mengatakan bahwa Metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara penyajian pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil pekerjaannya, kemudian hasil pekerjaan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. pendapat di atas diperjelas lagi oleh Wina (2006:196) yang mengatakan bahwa Metode eksperimen adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam metode eksperimen guru mengkondisikan dan membiarkan siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil pekerjaannya, kemudian hasil pekerjaan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Sesuai dengan tujuan eksperimen untuk memberikean kesempatan kepada siswa mencobakan sendiri suatu hal yang ingin diketahuinya juga untuk memberikan kesempatan kepada siswa membuktikan sendiri materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan hal tersebut di atas jelaslah bahwa metode eksperimen sangat efektif digunakan untuk pembelajaran IPA karena siswa akan lebih mudah memahami dan menemukan konsep pembelajaran. Penbelajaran akan menyenangkan dan dapat pula mempengaruhi peningkatan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan uraian di atas maka 2

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakaan metode Eksperimen di kelas IV SDN 05 Sungai Aur.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 05 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun ajaran 2011/2012 dan dilaksanakan pada semester II. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 05 Sungai Aur yang berjumlah 23 orang. Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 05 Sungai Aur dengan Metode Eksperimen. Penelitian difokuskan pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Miles (1992:15) pendekata kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka, data ini dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Pendekatan kualitatif digunakan karena suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, serta prilaku yang dapat diamati dari orang-orang atau sumber informasi. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifme, digunakan untuk meneliti pada populasi aatu sampel tertentu. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan utama memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani 2002:14). PTK ini merujuk pada model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Suharsimi, 2008:16) yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan, pada akhir tiap siklus dilaksanakan tes hasil belajar.

Siklus I Pada perenecanaan siklus I meliputi (1) guru menyusun RPP secara cermat yang memfokuskan pada materi tentang perubahan wujud benda (2) mengkaji Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) IPA, (3) guru mengadakan koordinasi dengan teman sejawat untuk membantu mengamati kegiatan PTK. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran meliputi: (1) menyampaikan materi yang akan dipelajari, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran. Melakukan kegaitan inti sesuai 3

dengan metode eksperimen, diantaranya yaitu merumuskan masalah, langkah merumuskan dugaan sementara (hipotesis), langkah mengumpulkan data untuk membuktikan hipotesis dan langkah merumuskan kesimpulan, (3) melakukan kegiatan akhir pembelajaran berupa (a) membimbing dan mengarahkan siswa untuk menrangkum materi proses pembelajaran yang dilaksanakan, dan (b) mengadakan evaluasi. Kemudian pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer serta teman sejawat yang mengamati jalannya proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Dan melaksanakan refleksi yang dilakukan dengan mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

Siklus II Pada perencanaan siklus II meliputi: (1) mengidentifikasi masalah dan merumuskannya berdasarkan refleksi pada siklus I, (2) merancang kembali RPP yang memfokuskan pada kegiatan yang belum terlaksana pada siklus I sesaui dengan RPP yang telah direncanakan. Sedangkan untuk mengimplemantasikan rencana yang telah disiapkan yaitu melaksanakan proses pembelajaran IPA tentang materi perubahan wujud benda dengan menggunakan metode eksperimen sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu merumuskan masalah, langkah merumuskan dugaan sementara (hipotesis), langkah mengumpulkan data untuk membuktikan hipotesis dan langkah merumuskan kesimpulan. Selanjutnya peneliti dan observer serta teman sejawat mengamati jalnnya proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Kemudian dilanjutkan dengan merefleksi sejauh mana intervensi yang telah dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen yang telah menghasilkan perubahan secara signifikansi. Bila hal dikehendaki berhasil, maka penelitian dapat dikatakan efektif. Jika belum berhasil, jika belum berhasil maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitif. Data-data tersebut dianalisis muali dari siklus satu sampai siklus terakhir untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif persentase. Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

HASIL a. Siklus I 1. Perencanaan Penggunaan metode eksperimen dalam perencanaan pembelajaran

perubahan wujud benda disusun dan diwujudkaan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Plaksanaan Pembelajaran (RPP) ini disusun secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas IV SDN 05 Sungai Aur. Pada lembaran Penilaian RPP terdapat tujuh karakteristik. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan guru kelas IV SDN 05 Sungai Aur pada siklus I Pertemuan I, diperoleh hasil: Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), Karakteristik Pemilihan materi ajar memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik pengorganisasian materi ajar memperoleh kualifikasi cukup (2), karakteristik pemilihan sumber atau media pembelajaran memperoleh kualifikasi cukup (2), karakteristik kejelasan proses pembelajaran memperoleh kualifikasi cukup (2), karakteristik teknik pembelajaran memperoleh kualifikasi cukup (2), karakteristik kelengkapan instrumen memperoleh kualifikasi sangat baik (4) maka Instrumen RPP pada siklus I pertemuan I perolehan nilai persentase 64% dengan kualifikasi cukup (C). Pada siklus I Pertemuan II, diperoleh hasil : Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran memperoleh kualifikasi sangat baik (4), Karakteristik Pemilihan materi ajar memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik pengorganisasian materi ajar memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik pemilihan sumber atau media pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik kejelasan proses

pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik teknik pembelajaran memperoleh kualifikasi cukup (2), karakteristik kelengkapan instrumen RPP pada siklus I

memperoleh kualifikasi sangat baik (4) maka Instrumen

pertemuan II perolehan nilai persentase 82% dengan kualifikasi baik (B).

2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN 05 Sungai Aur dilaksanakan dua siklus masing-masing siklus dua kali pertemuan. Pada siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa 6 Nopember 2012 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis 8 Nopember 2012.

Pengamatn terhadap pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada dua objek yang berbeda, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa. Penilaian yang diberikan terhadapaktivitas guru adalah berpatokan pada kemampuan guru menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran perubahan wujud benda, sedangkan penilaian terhadap aktivitas siswa adalah mengenai sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dan juga respon siswa terhadap perlakukan yang diberikan guru. Pada siklus I pertemuan I didapat hasil penilaian terhadap aktivitas guru dengan persentase rata-rata 75%, sedangkan pada pertemuan 2 persentase rata-rata 81%. Pada siklus II pertemuan I persentase rata-rata yang diperoleh 85%, sedangkan pertemuan 2 persentase rata-rata 87%. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I mendapatkan persentase rata-rata 68%, sedangkan pertemuan 2 persentase rata-rata 75%.

3. Hasil Belajar Pencapaian hasil belajaran siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen dinilai dengan tiga aspek yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan paparan data yang diperoleh dari pproses belajar siswa pada siklus I pertemuan I untuk hasil ketiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor) diperoleh rata-rata 65,86, sedanagkan pada pertemuan 2 hasil ketiga ranah yang diperoleh siswa meningkat dengan rata-rata 70,2. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 68,07 dengan kualifikasi cukup.

b. Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus II Pertemuan I, diperoleh hasil : Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran memperoleh kualifikasi sangat baik (4), Karakteristik Pemilihan materi ajar memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik pengorganisasian materi ajar memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik pemilihan sumber atau media pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik kejelasan proses

pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik teknik pembelajaran memperoleh kualifikasi cukup (2), karakteristik kelengkapan instrumen RPP pada siklus II

memperoleh kualifikasi sangat baik (4) maka Instrumen

pertemuan I perolehan nilai persentase 82% dengan kualifikasi baik (B). 6

Pada siklus II Pertemuan II, diperoleh hasil : Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran memperoleh kualifikasi sangat baik (4), Karakteristik Pemilihan materi ajar memperoleh kualifikasi sangat baik (4), karakteristik pengorganisasian materi ajar memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik pemilihan sumber atau media pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik kejelasan

proses pembelajaran memperoleh kualifikasi baik (3), karakteristik teknik pembelajaran memperoleh kualifikasi sanagat baik (4), karakteristik kelengkapan instrumen memperoleh kualifikasi sangat baik (4) maka Instrumen RPP pada siklus II pertemuan II perolehan nilai persentase 89% dengan kualifikasi sangat baik (SB).

2. Pelaksanaan Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa 13 November 2012 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat 16 Nopember 2012. Sama halnya dengan siklus I, pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada dua objek yang berbeda, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa. Penilaian yang diberikan terhadap aktivitas guru adalah berpatokan pada kemampuan guru menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran perubahan wujud benda, sedangkan penilaian terhadap aktivitas siswa adalah mengenai sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dan juga respon siswa terhadap perlakukan yang diberikan guru. Pada siklus II pertemuan I persentase rata-rata yang diperoleh 85%, sedangkan pertemuan 2 persentase rata-rata 87%. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I mendapatkan persentase rata-rata 68%, sedangkan pertemuan 2 persentase rata-rata 75%. Pada siklus II pertemuan I persentase rata-rata 85%, sedangkan pertemuan 2 persentase rata-rata 87%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran perubahan wujud benda dengan menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN 05 Sungai Aur mengalami peningkatan.

3. Hasil Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II ini pada umumnya meningkat hal tersebut tergambar dari perolehan nilai yang diperoleh siswa. Pada siklus II pertemuan I rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa ketiga ranah adalah 77,8, 7

sedangkan pertemuan 2 hasil ketiga ranah yang diperoleh siswa menungkat menjadi 80,2. Hasil belajar siswa pada siklus II memperoleh rata-rata 79 dengan kualifikasi baik. Maka hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat setelah menggunakan metode eksperimen.

PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV SDN 05 Sungai Aur kabupaten Pasaman Barat dengan sangat jelas terlihat bahwa guru membuat rancangan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Susanto (2007:167) mengatakan bahwa RPP adalah penjabaran silabus kedalam unit satuan kegiatan pembelajaran untuk dilaksanakan di kelas. Perencanaan diawali dengan memilih Standar Kompetensi. Standar Kompetensi yang peneliti ambil dari KTSP tersebut adalah Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya, selanjutnya memilih Kompetensi Daras yaitu Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair -> padat -->cair; cair --> gas -->cair; padat -->gas. Perencanaan pembelajaran IPA di kelas IV SDN 05 Sungai Aur menggunakan metode eksperimen. Roestiyah (2001:80) mengatakan bahwa Metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara penyajian pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil pekerjaannya, kemudian hasil pekerjaan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru Rata-rata persentase keberhasilan guru dalam merancang RPP pada siklus I mencapai 73% dengan Kualifikasi cukup. Sedangkan pada siklus II, rata-rata persentase keberhasilan guru dalam merancang RPP mencapai 85,5% dengan

kualifikasi sangat baik. Jadi instrument penilaian RPP pada pembelajaran perubehan wujud benda dengan menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN 05 Sungai Aur mengalami peningkatan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan perencanaan yang disusun, pelaksanaan pembelajaran

dilaksanakan dua kali pertemuan persiklusnya. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, siswa dikatakan telah belajar apabila terjadi proses perubahan tingkah laku diri siswa 8

sebagai hasil dari suatu pengalaman. Menurut Rochman Natawijaya (dalam Rosna, 2006:43) Belajar adalah proses pembinaan yang terus menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh unsur keturunan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar anak. Pelaksanaan pembelajaran perubahan wujud benda dengan menggunakan metode eksperimen member kesempatan kepada siswa untuk dapat membuktikan sendiri perubahan wujud benda dengan berpedoman pada LKS yang diberikan Guru. Pada siklus I guru meminta siswa membuktikan sendiri perubahan wujud benda dari padat ke cair dan cair ke padat dan membuat laporan pengamatan pada LKS yang telah dibagikan guru sebelumnya. Dengan bimbingan dan arahan dari guru siswa melakukan percobaan berdasarkan percobaan yang ada pada LKS. pada siklus I ini, siswa terlihat aktif dalam melakukan percobaan, walaupun masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang aktif dalam melakukan percobaan. Setelah melakukan percobaan guru meminta salah satu kelompok melaporkan hasil percibaannya kedepan kelas dan kelompok lain untuk menanggapi dan mendiskusinkan hasil percobaan pada kelompoknya masing-masnig. Namun dalam mendiskusikan hasil percobaan dari kelompok yang tampil belum terlaksana dengan baik, untuk itu guru langsung memberikan binbingan pada siswa untuk selanjutnya dapta mendiskusikan hasil percobaan dari kelompok yang tampil. Pada pelaksanaan siklus II, siswa kembali melakukan percobaan mengenai perubahan wujud benda dari cair menjadi gas dan padat menjadi gas masih sama dengan siklus I.Guru membimbing dan memberikan arahan pada siswa dalam melakukan percobaan. Dengan bimbingan dari guru siswa membuktikan perubahan wujud benba dari cair menjadi gas dan padat menjadi gas serta membuat laporan percobaan pada LKS yang telah dibagikan. Selama proses pembelajaran pada siklus II ini, siswa sudah terlihat aktif dan teliti dalam melakukan percobaan dan pada saat mendiskusikan hasil percobaan yang ditampilkan oleh kelompok lain kedepan kelas, masing-masing kelompok telah terlihat melaksanakannya. Hasi pengamatan proses kegiatan guru pada siklus I dan II telah mengalami peningkatan. Dimana untuk siklus I proses kegiatan guru mendapat rata-rata 78% dengan kualifikasi baik dan pada siklus II meningkat dengan rata-rata 86% dengan kualifikasi sangat baik. Begitu juga untuk proses kegiatan siswa pada siklus I mendapat rata- rata 78% dengan kualifikasi baik meningkat menjadi pada siklus II dengan rata-rata 86% dengan kualifikasi sangat baik. 9

3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang disampaikan selama proses pembelajaran. Made (2009:6) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah semua aspek yang dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda Selanjutnya menurut Oemar (2004:2) yaitu hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pertanyaan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani. Penilaian terhadap hasil belajar pada siklus I dilakukan melalui penialian proses dan penilaian hasil. penilaian proses pembelajaran merupakan suatu yang diperoleh, dikuasai atau dimiliki siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Penilaian hasil merupakan penilaian yang dominan dalam proses pembelajaran di sekolah. Penilaian hasil yang diperoleh merupakan penilaian terhadap tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif merupakan penilain terhadap pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari yaitu berupa evaluasi yang diberikan guru dengan jumlah soal 5 pilihan ganda. Aspek afektif dan psikomotor merupakan penilaian terhadap sikap dan keterampilan siswa dalam melakukan percobaan untuk membuktikan perubahan wujud benda. Sudah seharusnyalah guru memperhatikan siswa dalam pembelajaran itu apakah sesuai dengan kebutuhan, dan perkembangan siswa, serta memperhatikan keberhasilan siswa dalam memahami sesuatu cara yang sesuai dengan tingkat kemampuannya, bukan pembelajaran yang hanya disukaioleh guru, karena guru berperan sebagai pasilitator dan motivator, guru harus menciptakan pembelajaran yang dapat bermakna bagi siswa, dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

SIMPULAN Berdasarkan uraian peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan 7 karakteristik yang diamati siklus I nilai persentasenya adalah 73 (cukup) meningkat menjadi 85,5 (baik) pada siklus II. Perencanaan yang matang oleh guru terutama memilih dan penggunaan metode dapat memudahkan guru dan siswa dalam melakukan pembelajaran. 10

Pelaksanaan yang telah dirancang dengan baik sesuai langkah-langkah metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajara siswa dalam belajar IPA. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen untuk aspek guru pada siklus I 78% (baik) meningkat menjadi 86% (sangat baik) pada siklus II Pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen untuk aspek siswa pada siklus I 78% (baik) meningkat menjadi 86% (sangat baik) pada siklus II Hasil belajar siswa yang didapat sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I 68,07% (cukup) meningkat menjadi 79% (baik) pada siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajara siswa dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 05 Sungai Aur.

SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dicantumkan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternative metode pembelajaran IPA di SD yaitu: 1. Dapat merancang pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dengan tujuan agar siswa dapat tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan. 2. Dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dan bagi peneliti, untuk dapat menambah pengetahuan yang nanti bermanfaat setelah peneliti turun ke lapangan kelak. 3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dapat meningkat, dan dapat menambah wawasan kreatifitas dalam belajar dengan adanya eksperimen di sekolah

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Haryanto. 2004. Sains Kelas IV SD. Jakarta : Erlangga MadeWena. 2009. Strategi Pembelajaran Inofatif Kontenporer. Jakarta: PT Bumi Aksara Maslichah Asyari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di SD. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Miles Matthew B, dan Huberman A.Michael. 1992.Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

11

Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Roestiyah N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rosna. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Geometri Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Penggunaan Media Bangun Datar Bagi Siswa Kelas IV SDN. 18 Koto Panjang. PGSD FIP: UNP Sri Anitah. 2008. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Suharsimi Arikunti, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Udin S. Winaputra, dkk. 1993. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. Udin S. Winaputra, dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud Rochyati Wiraatmaja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Boston. Wina Sanjaya.2006. Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

12

Você também pode gostar