Você está na página 1de 38

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Energi terbarukan energi yang berasala dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan energi terbarukan di masyarakat modern lihat pengembangan energi terbarukan. Karena matahari memanaskan permukaan bumi secara tidak merata, maka terbentuklah angin. Energi kinetik dari angin dapat digunakan untuk menjalankan turbin angin, beberapa mampu memproduksi tenaga 5 MW. Keluaran tenaga kubus adalah fungsi dari kecepatan angin, maka turbin tersebut paling tidak membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m / d (20 km / j), dan dalam praktek sangat sedikit wilayah yang memiliki angin yang bertiup terus menerus. Namun begitu di daerah pesisir atau daerah di ketinggian, angin yang cukup tersedia konstan. Pada 2005 telah ada ribuan turbin angin yang beroperasi di beberapa bagian dunia, dengan perusahaan "utility" memiliki kapasitas total lebih dari 47.317MW. Merupakan kapasitas output maksimum yang memungkinkan dan tidak menghitung "load factor". Ladang angin baru dan taman angin lepas pantai telah direncanakan dan dibuat di seluruh dunia. Ini merupakan cara Penyediaan listrik yang tumbuh dengan cepat di abad ke-21 dan menyediakan tambahan bagi stasiun pembangkit listrik utama. Angin global jangka panjang potensi teknis diyakini 5 kali konsumsi energi global saat ini atau 40 kali kebutuhan listrik saat ini. Ini membutuhkan 12,7% dari seluruh wilayah tanah, atau lahan yang luas dengan Kelas 3 atau potensi yang lebih besar pada ketinggian 80 meter. Ini mengasumsikan bahwa tanah ditutupi dengan 6 turbin angin besar

per kilometer persegi. Pengalaman sumber daya lepas pantai berarti kecepatan angin ~ 90% lebih besar daripada tanah, sehingga sumber daya lepas pantai dapat berkontribusi secara substansial lebih banyak energi. Ada perlawanan terhadap pembentukan tanah karena angin berbasis awalnya dengan persepsi mereka berisik dan berkontribusi untuk "polusi visual," yaitu, mereka dianggap eyesores. Banyak orang juga mengklaim bahwa turbin membunuh burung, dan bahwa mereka pada umumnya berbuat banyak untuk lingkungan. Yang lain berpendapat bahwa mereka yang menemukan turbin itu, bagus. Bahwa turbin di laut yang tak terlihat oleh siapapun di pantai, yang mana mobil-mobillah yang setiap tahun membunuh lebih banyak burung sementara turbin terus berkembang. Angin kekuatan berbeda-beda dan dengan demikian tidak dapat menjamin power secara berkelanjutan. Beberapa perkiraan menyarankan thpada angin 1.000 MW dari kapasitas pembangkitan dapat diandalkan hanya kekuatan 333MW yang berkesinambungan. Sementara ini mungkin berubah sejalan dengan perkembangan teknologi, advokat telah

mengusulkan menggabungkan tenaga angin dengan sumber daya lain, atau penggunaan teknik penyimpanan energi, dengan ini dalam pikiran. Hal ini paling baik digunakan dalam konteks suatu sistem yang memiliki kapasitas cadangan signifikan seperti hidro, atau cadangan beban, seperti tanaman Desalination, untuk mengurangi dampak ekonomi dari variabilitas sumber daya. Energi angin dapat diperbaharui. I.2. Tujuan Agar lebih memahami teori-teori tentang energy angin dan penerapannya. Untuk mengetahui usaha pengembangan dan penerapan sumber energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Dalam hal ini, pembangkit listrik teknologi angin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Angin A.1. Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain. Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan. Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat dengan kipas angin listrik, pengering tangan, hair dryer, pompa ban, dan lain sebagainya. Secara alami kita bisa menggunakan mulut, hidung, lubang dubur, dan sebagainya untuk menciptakan angin. Udara dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat membawa bau atau aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak sedap di hidung kita. Bau masakan, bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin, bau gas, bau kentut, bau kotoran, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bau yang dapat dibawa angin. Sumber: (http: //Definisi/Pengertian Angin Dan Teori Proses Terjadinya Angin - Ilmu Pengetahuan Alam)

A.2 Pengertian Energi Angin Energi angin telah lama dikenal dan dimaanfaatkan manusia. Pasukan Viking dikenal sebagai bangsa penakluk dengan menggunakan perahu layar kecil. Cristopher Colombus menggunaka kapal layar besar untuk menemukan benua Amerika. Kincir angin ditemukan pertama kali digunakan untuk menggiling tepung di Persia kemudian Belanda terkenal sebagai Negara kincir angin dipergunakan untuk menggerakkan pompa irigasi.

Energi angin merupakan energi alternatif yang mempunyai prospek bagus, karena merupakan sumber energi yang bersih dan terbarukan kembali. Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara panas dan udara dingin. Di daerah khatulistiwa, udaranya menjadi panas mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin. Sebaliknya daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi ringan dan turun ke bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara berupa perpindahan udara dari kutub utara ke garis khatulistiwa menyusuri permukaan bumi dan sebaliknya suatu perpindahan udara dari garis khatulistiwa kembali ke kutub utara melalui lapisan udara yang lebih tinggi.

Gambar 6.2 melukiskan terjadinya angin pasat secara sistematik. Dimana angin berjalan dari daerah khatulistiwa naik ke atas menuju kutub, dari kutub angin turun ke bawah menuju daerah khatulistiwa dan seterusnya. Jadi pada prinsipnya angin terjadi karena adanya perbedaan suhu udara di beberapa tempat dipermukaan bumi. Perbedaan berat jenis dan tekanan udara inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara inilah yang didefinisikan sebagai angin. Gambar 1 merupakan pola sirkulasi pergerakan udara akibar aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi.

Gambar 1, Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi (Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya)

B. Pemanfaatan Energi Angin Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Penggunaan tenaga angin diperkirakan dapat dilakukan untuk keperluan-keperluan saperti : Menggerakkan pompa-pompa air untuk irigasi ataupun untuk mendapatkan air tawar bagi ternak. Menggiling padi untuk mendapatkan beras Menggeregaji kayu Membangkitkan tenega listrik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai yang terpanjang di dunia yaitu sekitar 8.0791 km. Potensi ini tentunya jika dimanfaatkan secara optimal maka akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, misalnya jika kita manfaatkan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA), mengingat Indonesia memiliki ribuan pulau dengan pesisr pantai yang belum di manfaatkan energi ainginnya. PLTA adalah alat yang dapat memanfaatkan merubah energi angin menjadi energi listrik kincir angin dengan sehingga

perputaran

blade/baling-baling

menggerakkan generator yang ada di dalamnya. Energi listrik yang di hasilkan tersebut tidak langsung di manfaatkan atau didistribusikan ke rumah penduduk tetapi terlebih dahulu di simpan di dalam baterai. Jika ditinjau dari syarat-syarat yang di perlukan untuk mendirikan PLT Angin dari segi kecepatan angin, maka kecepatan angin rata-rata di seluruh Indonesia kira-kira 3 meter per detik, kecepatan angin tersebut cukup untuk menggerakkan turbin kincir angin dengan kategori skala kecil. Turbin jenis ini cocok untuk digunakan di pesisir pantai, pegunungan bahkan di dataran rendah ataupun tinggi asalkan kecepatan angin rata-ratanya minimal 3

meter/detik. Namun pemanfaatan energi angin ini belum optimal, terbukti dengan jumlah PLT Angin yang telah beroperasi di Indonesia baru sebanyak 5 Unit dengan kapasitas 80 kilo watt dan pada tahun 2007 bertambah lagi sebanyak 7 unit yang beroperasi di pulau Selayar 3 unit, Sulawesi Utara dua unit, Nusa Penida, Bali dan Bangka Belitung dengan kapasitas yang sama. Sehingga diperlukan exspansi kedaerah-daerah yang belum mendapatkan listrik PLN, sehingga di harapkan kebutuhan listrik masyarakat terpencil dapat tercukupi. Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling berkembang saat ini. Di Dunia ada ribuan turbin angin yang beroperasi, dengan kapasitas total 58.982 MW yang 69% berada di Eropa (2005). Dia merupakan cara alternatif penghasilan listrik yang paling tumbuh cepat dan menyediakan tambahan yang berharga bagi stasiun tenaga berskala besar yang berbeban besar. Penghasilan kapasitas listrik diproduksi-angin berlipat empat antara 1999 dan 2005. 90% dari instalasi tenaga angin berada di AS dan Eropa. Pada 2010, Asosiasi Tenaga Angin Dunia mengharapkan 120.000 MW akan terpasang di dunia.

C. Potensi Pengembangan Sumber Daya Energi Angin di Indonesia 1. Potensi Tenaga Angin Energi Kinetik dari angin dapat Digunakan untuk Menjalankan Turbin angin, Beberapa mampu memproduksi tenaga 5 MW. Keluaran tenaga Kubus adalah fungsi dari kecepatan angin, maka Turbin tersebut paling tidak membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m/d (20 km/j), dan dalam praktek sangat sedikit wilayah yang memiliki angin yang bertiup terus menerus. Namun begitu di daerah Pesisir atau daerah di ketinggian, angin yang cukup Tersedia konstan. Listrik yang dihasilkan dari Sistem Konversi Energi Angin akan bekerja optimal pada siang hari dimana angin berhembus cukup kencang dibandingkan pada malam hari, sedangkan penggunaan listrik biasanya akan meningkat pada malam hari. Untuk mengantisipasinya sistem ini

sebaiknya tidak langsung digunakan untuk keperluan produk-produk elektronik, namun terlebih dahulu disimpan dalam satu media seperti aki atau baterai sehingga listrik yang keluar besarnya stabil dan bisa digunakan kapan saja. Syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk

menghasilkan energi listrik dengan kincir angin dan jari-jari 1 meter dapat dilihat pada tabel 1 di bawah, dimana klasifikasi angin pada kelompok 3 adalah batas minimum dan angin pada kelompok 8 adalah batas maksimum dari energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Tabel 1, Tingkat kecepatan angin 10 meter diatas permukaan tanah (sumber: http://www.kincirangin.info/)

2. Letak Geografis Indonesia Wilayah Indonesia yang berada di sekitar daerah ekuator merupakan daerah pertemuan sirkulasi Hadlye, Walker (gambar 2), dan lokal. Kondisi ini ditengarai memiliki potensi angin yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan sebagai alternatif pembangkit listrik.

Gambar 2, Posisi Indonesia terhadap sirkulasi walker (sumber: http://green-earth-cadet.blogspot.com)

Dari peta tersebut diatas (gambar 2) ditampilkan sirkulasi zonal (sejajar lintang) arah timur barat yang terjadi di pasifik timur menuju pasifik barat(dekat kepulauan Indonesia). Pada keadaan normal, sirkulasi ini ditandai dengan kenaikan udara di Pasifik Barat dekat kepulauan Indonesia dan penurunan udara yang terjadi di Pasifik Timur(Anomalinya positif(+). Pada saat ini maka terjadi La Nina di Indonesia. Hal tersebut juga dibarengi dengan Dipole Mode (+) yang terjadi disekitar perairan samudra hindia. Dipole mode juga menyebabkan kenaikan udara di sekitar perairan Indonesia. Maka terjadilah daerah subsiden, sehingga di Indonesia mengalami tahun hujan atau basah.

Begitu juga sebaliknya apabila anomali negative(-), maka terjadi penurunan di Indonesia dan kenaikan di Pasifik Timur. Hal tersebut juga mungkin diikuti dengan dipole mode (-), sehingga terjadi penurunan di Indonesia. Penurunan identik dengan udara kering, panas, dan stabil sehingga di Indonesia mengalami kekeringan (El Nino).

3. Kebutuhan Energi Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia secara langsung berdampak pada kebutuhan energi khususnya listrik semakin meningkat. Djajang Soekarna, Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM mengatakan bahwa rasio elektrifikasi Indonesia baru mencapai sekitar 73%. Artinya masih ada sekitar 27% yang belum terpenuhi kebutuhan listriknya. Dengan kata lain, tingginya subsidi pemerintah terhadap sektor energi belum sepenuhnya memberikan keadilan sosial dalam pengadaan listrik. Sifat terisolasi daerah di Indonesia dan kurangnya fasilitas transmisi dan distribusi membuat transfer kelebihan daya menjadi sangat mahal. Fakta ini menunjukkan, listrik masih menjadi kebutuhan besar bagi masyarakat Indonesia. Hal ini juga berarti industri listrik mempunyai pasar yang besar untuk dikembangkan karena kebutuhannya masih besar dan belum dipenuhi dengan maksimal. Kebutuhan listrik yang besar ini menuntut pemerintah untuk bisa memenuhinya. Hasil citra satelit pada gambar 3 di bawah ini menunjukkan peta penggunaan listrik dan konsumsi energi. titik cahaya paling banyak terpusat di Pulau Jawa. Sementara, wilayah Timur Indonesia dikuasai kegelapan. Konsumsi energi di Indonesia tampak tidak merata.

Gambar 3, Citra satelit penggunaan listrik dan konsumsi energi (sumber : http://www.visibleearth.nasa.gov)

Dari gambar tersebut jelas menunjukkan bahwa beberapa distribusi energi selama ini memang hanya terpusat di pulau jawa dan beberapa wilayah di sumatera. Di luar pulau Jawa hanya tersebar di wilayah pesisir bagian kalimantan dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah Kepulauan Halmahera, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua masih sangat

membutuhkan peningkatan energi. Untuk menjawab situasi yang tergambarkan pada citra satelit tersebut, peta berikut (gambar 4 dan gambar 5) dapat memberikan jawaban signifikan bahwa sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, konsentrasi pemerintah sesungguhnya terfokus pada pembangunan di pulau Jawa dan Sumatera. Hal ini sangat jelas, dimana selama ini Indonesia sangat bergantung pada minyak bumi yang tergolong sumber energi yang tidak dapat terbarukan (non renewable resources) dan hanya menyebarkan infrastruktur penampungan di Pulau Jawa dan Sumatera

(gambar 4) dan mengembangkan jaringan infrastruktur transmisi listrik terfokus hanya di wilayah Indonesia bagian barat khususnya pada pulau jawa dan sumatera (gambar 5).

Gambar 4, Peta infrastruktur DPPU depot minyak bumi (Sumber: http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/data/infrastruktur/)

Gambar 5, Peta jaringan infrastruktur transmisi listrik (Sumber: http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/data/infrastruktur/)

Selanjutnya dapat kita perhatikan grafik gambar 6 di bawah ini yang mengindikasikan bahwa setelah pulih dari krisis moneter pada tahun 1998, Indonesia mengalami lonjakan hebat dalam konsumsi energi namun tidak diiringingi dengan peningkatan produksinya. Dari tahun 2000 hingga tahun 2004 konsumsi energi primer Indonesia meningkat sebesar 5.2 % per tahunnya. Peningkatan ini cukup signifikan apabila dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan energi pada tahun 1995 hingga tahun 2000, yakni sebesar 2.9 % pertahun.

Gambar 6, Grafik konsumsi listrik dan energi tahunan di Indonesia (sumber: http://konversi.wordpress.com)

Dengan keadaan yang seperti ini, diperkirakan kebutuhan listrik indonesia akan terus bertambah sebesar 4.6 % setiap tahunnya, hingga diperkirakan mencapai tiga kali lipat pada tahun 2030. Dari gambar 3, 4, dan 5 yang menggambarkan kesenjangan distribusi fasilitas energi di kawasan timur Indonesia dan grafik pada gambar 6 menghasilkan gambaran kedepan Indonesia bagian Timur akan terus tertinggal disebabkan antara konsumsi dan produksi sumber energy berbanding terbalik sejak tahun 2002. Pemenuhan kebutuhan produksi sumber energy

(utamanya bahan bakar minyak) sudah pasti di prioritaskan pada fasilitas yang telah ada yaitu di Pulau Jawa. Untuk mengejar laju ketertinggalan di kawasan Timur Indonesia dibutuhkan pengembangan sumber energi yang sesuai dengan potensi di kawasan itu sendiri. Pada pembahasan berikutnya akan mengkaji mengenai sumber energy alternatif yaitu angin.

4. Potensi Energi Angin di Indonesia Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber angin dunia diperkirakan sebesar 50,000 TWh/tahun. Total potensial ini dihitung pada daratan dengan kecepatan angin rata-rata diatas 5,1 m/s dan pada ketinggian 10 m. Data ini setelah direduksi sebesar 10% sebagai toleransi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, dan lain-lain. Untuk Indonesia sendiri, dapat kita amati gambar 5 dan gambar 6 dibawah, menunjukkan peta potensi energi angin di Indonesia. Peta tersebut dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Perbedaan kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning, merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.

Gambar 5, Peta potensi kecepatan angin di Indonesia (sumber: http://indone5ia.wordpress.com)

Gambar 6, Peta Potensi Angin Indonesia (sumber: http://konversi.wordpress.com)

Dari kedua gambar tersebut diatas (gambar 5 dan 6) tampak jelas bahwa Indonesia memiliki potensi angin yang melimpah utamanya di wilayah pesisir Kawasan Timur Indonesia sebagaimana tergambarkan juga pada gambar 2 mengenai teori walker circulation pada bab pertama makalah ini. Awal pembahasan dari tulisan ini tampak bahwa sekarang ini Indonesia sedang mengalami krisis energi listrik. Seperti dapat kita lihat pada tabel gambar 4 diatas menunjukkan sejak tahun 2002, kebutuhan listrik di Indonesia sudah melebihi kapasitas pembangkit listrik yang kita miliki. Sedangkan dari citra satelit di gambar 3 menampilkan kelangkaan energi listrik di Kawasan Timur Indonesia. Dengan mengkombinasikan gambar 3,5, dan 6, maka pembahasan berikutnya akan terfokus pada pengembangan energi angin di pesisir Kawasan Timur Indonesia. Selain sebagai solusi saat ini, pengembangan energy angin juga menjadi solusi bangsa di masa depan, dimana LIPI memperkirakan cadangan minyak bumi di Indonesia akan habis pada 2024, cadangan gas akan habis pada 2042, sedangkan batu bara masih dapat digunakan hingga 2082.

5. Potensi Pengembangan Energi Angin di Kawasan Timur Indonesia Terkait dengan kebutuhan energi listrik nasional yang tidak sebanding dengan ketersediaan energi yang ada dan pemenuhan kebutuhan listrik di daerah terpencil. Selain itu wilayah Indonesia timur yang terkendala juga oleh transportasi dan keadaan cuaca, upaya diversifikasi pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif ramah lingkungan menjadi suatu hal yang mendesak. Mengingat sumber energi fosil, khususnya minyak bumi yang tergolong sumber energi yang tidak dapat terbarukan (non renewable resources), dan tentunya ketersediaannya akan terus berkurang juga perbandingan terbalik antara tingkat kebutuhan dan penggunaan yang terus meningkat disbanding tingkat produksi (grafik pada gambar 4) maka pemanfaatan energi angin dapat menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan listrik di kawasan Timur Indonesia. Wilayah Sulawesi dan Maluku terletak di kawasan Indonesia Timur yang terdiri dari ratusan pulau kecil yang sebagian besar berpenduduk. Seiring perkembangan zaman, kebutuhan listrik di daerah tersebut semakin meningkat. Upaya diversifikasi pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif ramah lingkungan menjadi suatu hal yang penting. Untuk mencari tahu berapa besar energi angin di Bumi ini, titik mulanya adalah memperkirakan total energi kinetik di atmosfer. Lorenz memberikan 1.5 x 106 Joules/m2 sebagai energi kinetik yang tersedia di atmosfer. Smil menyatakan bahwa pergerakan udara di atmosfer merupakan 2% dari energi dari matahari ke Bumi. Dimana radiasi Matahari yang mencapai Bumi tahunan adalah 5.8 x 1024 Joules, atau 1.84 X 1017 W, dan 360 W/m2. Dan yang terserap oleh permukaan Bumi (daratan dan air) adalah 2.9 x 1024 Joules, atau 9.19 X 1016 W, dan 180 W/m2. Jika jumlah energi matahari yang terserap secara langsung oleh atmosfer lebih sedikit digunakan, perkiraan besaran tertinggi dari energi kinetik dapat dijabarkan. Smilmemberi gambaran, 3.8 x 1022 J, untuk

energi angin tahunan pada atmosfer di bawah ketinggian 1 km. Dia menyatakan nilai maksimum yang dapat dikonversikan adalah 3.8 x 1021 Joule, 1.20 x 1014 W atau 1.1 x 106 TWh. Hasil penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencoba untuk menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumber energi angin di wilayah Sulawesi (Toli-toli, Kayuwatu, Majene, Makassar, Gorontalo, Kemdari, Naha) dan Maluku (Tual, Saumlaki, Bandanaeira, Ambon, Ternate) dengan menggunakan data arah dan kecepatan angin harian periode tahun 2003-2008. Dari hasil kajian dapat direkomendasikan 4 (empat) lokasi yang potensial untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin yaitu di Tual, Naha, Saumlaki, dan Bandaneira dengan potensi energi angin yaitu berkisar antara 3455,8 s/d 11861,4 watt day/tahun. Dari keempat lokasi tersebut, Tual merupakan lokasi yang paling berpotensi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin.

6. Potensi Angin Pulau Sulawesi dan Maluku Data arah dan kecepatan angin periode tahun 2003-2008 di Sulawesi (7 stasiun pengamatan) meliputi Stasiun Tolitoli, Kayuwatu, Majene, Hasanuddin, Gorontalo, Kendari dan Naha dan 5 stasiun pengamatan di Maluku meliputi Tual, Saumlaki, Bandanaeira, Ambon, dan Ternate . Hasilnya kemudian tersaji pada tebel 2 berikut:

Tabel 2, Potensi energi angin Pulau Sulawesi dan Maluku (sumber: http://www.bmkg.go.id/)

Dari data tersebut diatas diketahui bahwa kecepatan rata-rata harian daerah yang memenuhi syarat untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin adalah Makassar, Naha, Saumlaki, Bandanaeira, dan Tual. Kelima daerah tersebut memiliki rata-rata kecepatan harian antara 2,61 3,61 m/s. Frekuensi jumlah hari yang memiliki kecepatan lebih dari 2,5 m/s pada kelima stasiun inipun sangat tinggi antara 52,7-81,3% artinya jika turbin yang digunakan adalah yang bisa berputar dengan kecepatan angin 2,5 m/s maka turbin akan menghasilkan energi listrik selama 192-297 hari dalam setahun. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa daerah yang paling berpotensi dikembangkan masing-masing adalah Tual (11861,4

wattday/year), Saumlaki (5797,7 wattday/year), Bandaneira (4727,8 wattday/year), dan Naha (3455,8 wattday/year).

Gambar 7, Peta penyebaran pengembangan potensi energy angin

Pada peta (gambar 7) penyebaran pengembangan potensi energi angin diatas menunjukkan bahwa pada daerah disekitar Laut Banda yang meliputi Ternate, Saumlaki, Bandaneira, Ambon, dan Tual umumnya memiliki arah angin yang dipengaruhi oleh kondisi musim (angin muson). Daerah-daerah pesisir tersebut umumnya memiliki kecepatan angin yang tinggi dan cenderung konstan sepanjang tahun. Kondisi ini memberikan gambaran awal bahwa daerah tersebut berpotensi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin.

7. Faktor pendukung pengembangan energi angin Setidaknya ada tiga pilar asasi yang dapat menjadi parameter dan harus diperhatikan pemerintah Indonesia dalam menyokong pemenuhan

energi untuk kebutuhan dalam negeri Indonesia di masa depan, yaitu: kebijakan, investasi, dan teknologi Dalam hal kebijakan, sebenarnya pemerintah telah lama

menggulirkan kebijakan untuk memacu pengembangan energi alternatif. Sebagai contoh adalah Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional. Dari kebijakan ini, kemudian lahirlah beberapa kebijakan turunan yang disebut National Energy Mix of Indonesia 2025. Dengan demikian, seharusnya segala pola pengembangan sumber energi alternatif Indonesia harus bersandar pada kebijakan itu. 53 tahun yang lalu, Pertamina telah mengantarkan produksi minyak Indonesia meningkat dari yang tadinya hanya memproduksi 350 ribu barel per hari menjadi 1,7 juta barel per hari. Indonesia membuktikan bahwa sebagai Negara yang berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan energinya. Saat itu, Indonesia telah menjadi eksportir minyak dan menjadi bahan refleksi untuk negara-negara lain seperti Malaysia dan Norwegia. D. Energi Angin untuk Pembangkit Listrik Angin merupakan sumber energi terbarukan sekaligus primadona pengganti bahan bakar fosil. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil secara substansial berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan pemanasan global. Selain itu, sumber-sumber energi fosil (batu bara, minyak, dan gas) semakin sulit didapatkan, sedangkan sumber energi angin tidak akan pernah habis dan tersedia secara gratis selama matahari bersinar. Kebanyakan tenaga angin modern dihasilkan dalam bentuk listrik dengan mengubah rotasi dari pisau turbin menjadi arus listrik dengan menggunakan generator listrik. Pada kincir angin energi angin digunakan untuk memutar peralatan mekanik untuk melakukan kerja fisik, seperti menggiling "grain" atau memompa air.

Tenaga angin digunakan dalam ladang angin skala besar untuk penghasilan listrik nasional dan juga dalam turbin individu kecil untuk menyediakan listrik di lokasi yang terisolir. Memang keberadaan angin tidak akan terlepas dari pemanasan matahari yang hingga sekarang masih setia menyinari bumi. Angin muncul disebabkan oleh pemanasan yang tidak merata di permukaan bumi oleh matahari. Ketika matahari memanaskan wilayah tertentu di daratan, udara di sekitar daratan menyerap panas. Pada suhu tertentu, udara yang lebih panas mulai naik sangat cepat karena volume udara panas lebih ringan daripada udara dingin dengan volume yang sebanding. Ketika udara yang lebih ringan dan panas itu tibatiba naik, udara yang lebih dingin secara cepat mengalir mengisi celah udara panas yang telah ditinggalkan. Udara yang bergerak dan mendesak mengisi celah itu dinamakan angin. Proses yang serupa terjadi pada angin atmosferis skala besar yang melingkupi bumi, tercipta karena daratan dekat wilayah khatulistiwa mendapatkan panas lebih banyak dari matahari dibandingkan dengan daratan di dekat wilayah utara dan selatan Kutub. Pemanfaatan energi angin telah dilakukan orang-orang zaman dahulu. Sejak 3.000 tahun sebelum Masehi, orang-orang Mesir telah menggunakan energi angin untuk menggerakkan perahu layar di Sungai Nil. Sementara pemanfaatan energi angin untuk menggerakkan kincir angin telah dilakukan sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi di Babilonia Kuno atau 200 tahun sebelum Masehi di Persia Kuno. Kincir angin itu dihubungkan dengan batu gerinda, dan gerakan batu gerinda itu digunakan untuk menggiling bijibijian/butir-butiran seperti padi dan gandum. Kincir angin terdahulu itu merupakan peranti yang sangat sederhana.

Gambar 2.1. Kincir angin Pitstone, dipercaya sebagai kincir angin tertua di Britania Raya.

Konsep menggunakan energi angin untuk menggiling biji-bijian menyebar cepat di Eropa pada Abad Pertengahan. Beberapa abad kemudian, orang-orang di Belanda mengembangkan desain dasar kincir angin. Mereka memasang baling-baling tipe bilah. Sekitar akhir tahun 1920-an, orang-orang Amerika menggunakan kincir angin kecil untuk membangkitkan listrik di wilayah-wilayah terpencil. Sekitar tahun 1930-an, penggunaan kincir angin lokal sedikit demi sedikit mulai berkurang. Namun, krisis minyak pada tahun 1970-an telah mengubah cara pandang Amerika Serikat dan negara-negara lain terhadap pemanfaatan sumber energi. Mereka berupaya mencari sumber energi alternatif dengan cara membuka kembali jalan pasokan listrik dari kincir angin

Gambar 2.2 (sumber gambar: http://www.treehugger.com/files/2008/10/denmark-toget-another-offshore-wind-farm-207-megawatt-rodsand-2.php)

Saat ini, energi angin sebagian besar digunakan untuk pembangkit listrik. Desain kincir angin untuk membangkitkan listrik berbeda dengan desain kincir angin Belanda model kuno. Turbin modern menggunakan lebih

banyak prinsip aerodinamika untuk menangkap dan mengumpulkan energi kinetik angin secara lebih efektif. Kincir angin bekerja karena bilah kincir mengurangi/memperlambat laju angin. Aliran angin yang melalui bilah menyebabkan timbulnya daya angkat seperti efek pada sayap pesawat, sehingga bilah rotor berputar. Bilah pada kincir dihubungkan dengan sumbu penggerak di dalam generator yang mengubah energi kinetik menjadi listrik. Untuk pemanfaatan kincir angin bagi pembangkit tenaga listrik skala kecil, diperlukan sebuah pengatur tegangan karena kecepatan angin yang berubah-ubah sehingga tegangan juga berubah. Diperlukan sebuah battery untuk menyimpan energy, untuk menanggulangi apabila angin sering tidak bertiup. Bila angin tidak bertiup, perlu dicegah generator bekerja sebagai motor karena itu perlu pemutus otomatik untuk mencegah generator bekerja sebagai motor.

Gambar 6.5 memperlihatkan skema sebuah kipas angin bagi pembangkit listrik yang kecil . Blok A merupakan pengatur tegangan dan pemutus otomatis, blok B merupakan bateri yang digunakan sebagai alat penyimpan energy , blok C merupaka saluran kea lat pemakaian.

Gambar 6.6. memperlihatkan skema sebuah rumah, yang mendapatkan energy yang didapatkan dari matahari dan angin. Kolektor energy surya menyediakan air panas (A), sedangkan kipas angin dan generator menyediakan tenaga listrik (B). untuk menghindari berhentinya angin dan tidak adanya sinar matahari yang mengenai konsentrator maka diperlukan sebuah alat penyimpan yaitu sebuah baterai. Pada pemakaian gabungan ini kiranya cocok dipakai pada rumah yang terletak jauh dari jangkauan listrik umu, misalnya sebuah villa dipegunungan atau rumah peristirahatan yang terletak di sebuah pantai. Sehingga kebutuhan energy bisa dipenuhi dari kedua alam tersebut.

E. Konsentrator Angin Kepadatan energy yang rendah sebagaimana terdapat pada angin. Menyebabkan beberapa ahli untuk mempelajari prinsip vorteks. Prinsip ini dikemukakan oleh Hawley R. dalam jurnal energy yang berjudul Power Generation In The Future.

Disini diusahakan untuk membuat suatu alat yang dapat meniru alam membuat suatu taufan kecil dari angin yang biasa. Pada dasarya merupakan suatu konversi dari energy potensial dari angin menjadi energy kinetic. Pemikirannya dengan membuat suatu vorteks ditengah-tengah sebuah silinder kosong yang dilubangi dan diberi sudu-sudu hantar sehingga angin biasa lewat ditangkap oleh sudu dan dihantarkan ke dalam silinder kosong. Arah angin yang lurus diubah oleh dinding silinder menjadi gerakan berputar dan terjadi suatu depresi di tengah-tengah silinder, taufan kecil ini kemudian dihantarkan kea rah kipas angin yang dihubungkan dengan generator. Hal tersebut bias dilihat secara jelas pada gambar 6.7

F.

Turbin Angin Turbin angin atau kincir angin mengubah kenetik angin ke kerja mekanis. Untuk memproduksi listrik bolak-balik (ac) system ini harus didesain untuk selalu beroperasi pada kecepatan sudut yang tetap pada kecepatan angin yang berubah-ubah agar didapat frekuensi yang konstan. Dalam perencanaan kincir angin adalah penting untuk menjaga agar perbandingan daya dan berat sekecil mungkin. Ini mengurangi tegangan yang diakibatkan oleh daya sentrifugal sudu. Secara teoritis jumlah daya yang bias diserap oleh kincir dari angin adalah 59 % untuk turbin dengan cerobong dan untuk turbin terbuka kira-kira 50-57% dari harga ini karena adanya kebocoran dan efek-efek lain. Daya yang dihasilkan oleh kincir angin secara lengsung tergantung dari luas daerah yang disapu oleh sudu dan gaya angin per satuan luas yang tegak lurus pada kecepatan angin sebanding dengan keepatan angin pangkat tiga. Karena kecepatan angin kadang-kadang sangat rendah sehingga kurang mampu memproduksi daya jangka pendek perlu digunakan untuk system ini. Meskipun energy angin banyak masalah yang dihadapi dan sulit diatasi, namun penelitian dan pengembangan terus dikedepankan, seperti misalnya Zond system incorporated, Tehachapi, California dan The Wind Turbine

Company, Bellevue, Washington yang mendapat penghargaan untuk mendisain dan menguji turbin angin generasi baru. Pengembangan turbin angin masa depan yang dikembangkan oleh dua perusahaan tersebut diharapkan bias menekan biaya sampai 20% dan tidak memerlukan kecepatan angin terlalu besar . Selain dua perusahaan tersebut diatas, The Hybrid Power Test Facility yang didirikan tahun 1997 melakukan pengembangan aplikasi teknologi baru dan juga sebagai pemasar untuk system tenaga angin kecil dan hybrid, yaitu untuk skala 100 KW. Dua tipe turbin angin yang digunakan saat ini berdasarkan arah sumbu rotasi, yakni turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin sumbu vertikal. Tipe sumbu horizontal merupakan tipe turbin angin yang paling banyak digunakan saat ini. Turbin angin sumbu vertikal memiliki bilah yang menjulur dari puncak ke dasar, dan sebagian besar turbin angin tipe ini tampak menyerupai pengocok telur dengan dua bilah raksasa. Penggunaan turbin angin sumbu vertikal hanya beberapa persen dari seluruh tipe turbin angin yang digunakan saat ini. Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang memiliki sumbu rotasi rotor sejajar terhadap aliran angin dan permukaan tanah. Turbin angin tipe ini memiliki bilah menyerupai baling-baling pesawat. Sebagian besar turbin sumbu horizontal yang dibuat saat ini terdiri atas dua atau tiga bilah, dan sebagian lagi ada yang memiliki jumlah bilah lebih dari tiga. Semua turbin angin komersial dibuat dengan rotor tipe propeler pada sumbu horizontal. Salah satu tipe turbin angin sumbu horizontal raksasa adalah Turbin German RePower (turbin 5M) yang memiliki daya keluaran (output) 5 megawatt. Turbin yang ditempatkan di lepas pantai tersebut memiliki tiang setinggi 120 meter, terdiri atas tiga bilah dengan panjang tiap bilah 61,5 meter, dan bobot total 900 ton. Dengan sebuah rotor berdiameter 126 meter, putaran turbin 5M mampu menyapu area seluas 12.000 meter persegi. Daya keluaran maksimum diperoleh pada kelajuan rotor sebesar 30 mil per jam.

Rotor mulai berputar pada kelajuan 7 mil per jam, dan secara otomatis akan berhenti pada kelajuan 70 mil per jam. Turbin angin yang digunakan di rumah atau kantor bisa memiliki kapasitas daya listrik kurang dari 100 kilowatt. Turbin dengan kapasitas lebih besar sering dikelompokkan bersama-sama dalam ladang angin (kumpulan turbin angin dalam jumlah banyak) untuk memasok jaringan listrik. Kalau kita di Indonesia mulai mempopulerkan PTLTA, khususnya ukuran kecil. PTLTA ukuran kecil adalah istilah yang biasanya diberikan kepada unit 50 KW atau lebih kecil. Tempat-tempat terpencil yang biasanya menggunakan diesel generator dapat menggantikannya atau

menambahkannya dengan PTLTA ukuran kecil ini. Salah satu contoh PTLTA ukuran kecil terlihat di gambar 2.3 sebagai berikut :

Gambar 2.3 Komponen PTLTA Komponen-komponen PTLTA dari ukuran besar, pada umumnya dapat terlihat dalam gambar 2.4. Anemometer : Mengukur kecepatan angin, dan mengirim data angin ini ke Alat Pengontrol. Blades (Bilah Kipas) : Kebanyakan turbin angin mempunyai 2 atau 3 bilah kipas. Angin yang menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar.

Gambar 2.4 Brake (Rem) : Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis, dengan tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan darurat. Controller (Alat Pengontrol) : Alat Pengontrol ini menstart turbin pada kecepatan angin kira-kira 12-25 km/jam, dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin tidak beroperasi di atas 90 km/jam, karena angina terlalu kencang dapat merusakkannya. Gear box (Roda Gigi) : Roda gigi menaikkan putaran dari 30-60 rpm menjadi kira-kira 1000-1800 rpm yaitu putaran yang biasanya disyaratkan untuk memutar generator listrik. Generator : Generator pembangkit listrik, biasanya sekarang alternator arus bolak-balik. High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi) : Menggerakkan generator. Low-speed shaft (Poros Puutaran Rendah) : Poros turbin yang berputar kira-kira 30-60 rpm. Nacelle (Rumah Mesin) : Rumah mesin ini terletak di atas menara . Di dalamnya berisi gear-box, poros putaran tinggi / rendah, generator, alat pengontrol, dan alat pengereman. Pitch (Sudut Bilah Kipas) : Bilah kipas bisa diatur sudutnya untuk mengatur kecepatan rotor yang dikehendaki, tergantung angin terlalu rendah atau terlalu kencang. Rotor : Bilah kipas bersama porosnya dinamakan rotor.

Tower (Menera) : Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Karena kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi menara makin besar tenaga yang didapat. Wind direction (Arah Angin) : Gambar 2.4 adalah turbin yang menghadap angin, desain turbin lain ada yang mendapat hembusan angin dari belakang. Wind vane (Tebeng Angin) : Mengukur arah angin, berhubungan dengan penggerak arah yang memutar arah turbin disesuaikan dengan arah angin. Yaw drive (Penggerak Arah) : Penggerak arah memutar turbin ke arah angin untuk desain turbin yang menghadap angina. Untuk desain turbin yang mendapat hembusan angina dari belakang tak memerlukan alat ini. Yaw motor (Motor Penggerak Arah) : Motor listrik yang menggerakkan penggerak arah. Data kekuatan angin Untuk keperluan perencanaan pemasangan PTLTA skala besar atau menengah, sebaiknya data kekuatan angin di suatu daerah perlu diperoleh, agar dapat mendesain ukuran PTLTA yang tepat dan ekonomis. Salah satu contoh data yang diambil di suatu tempat (Lee Ranch, Colorado) di Amerika Serikat pada tahun 2002 adalah sebagai berikut:

G. Faktor terjadinya angin

Faktor terjadinya angin, yaitu: Gradien barometris ,Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin. Letak tempat, Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa. Tinggi tempat, Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil. Waktu, Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari. Adapun macam-macam angin : Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut. Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana. Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari. Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari.

Angin Fohn / angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis. angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap air sudah dibuang pada saat hujan Orografis. Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit. Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusatpusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi seluruh wilayah indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. makin ke timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit. Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini

disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s. Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli. H. Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan. Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas.

Gambar. 2.5 Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja. Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak visual, derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan. Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang

masuk ke rumah-rumah penduduk. Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk setempat. Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian. Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor seperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran masuk. Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.

Gambar 2.6. Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar

dapat terluka atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut. Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai menambah 80 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut. Namun begitu, ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru. Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya pemancingan berlebih di laut. Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telah menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian. Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini dapat menyebarkan asap beracun

dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana 800 km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum. Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang. Penggunaan inovasi dalam teknologi, bagaimanapun selalu

memunculkan permasalahan baru yang memerlukan pemecahan dengan terknologi baru lagi. Oleh karena itu kita sebagai orang-orang yang bergerak di bidang science dan teknologi haruslah dapat terus mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan yang memiliki efek negatif sekecil mungkin.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Energi terbarukan energi yang berasala dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Teknologi tenaga angin, sumber energi paling cepat berkembang di dunia, sepintas terlihat sederhana. Namun dibalik menara tinggi, langsing dan bilahan besi putar terdapat pergerakan yang kompleks dari bahan-bahan yang ringan seperti desain aerodinamis dan komputer yang dijalankan secara elektronik. Tenaga ditransfer melalui baling-baling, kadang dioperasikan pada variable kecepatan, lalu ke generator (meskipun beberapa turbin menghindari kotak peralatan dengan menjalankan langsung).

B. Saran Sebaiknya penerapan pembangkit listrik dengan menggunakan sumber energy tenaga angin dapan berjalan secara kontinyu demi mengefisienkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

DAFTAR PUSTAKA

Lorenz, Edward N., The nature and theory of the general circulation of the atmosphere., p110 WMO No. 218 TP.115. World Meteorological Organization. Smil, Vaclav. Inherent limits of renewable energies. 2004. Smil, Vaclav. Energy at the crossroads. MIT 2003. http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener30a.html http://konversi.wordpress.com/2009/03/01/dampak-lingkungan-pembangkitlistrik-tenaga-angin/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kincir_angin http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_angin http://netsains.com/2010/03/solusi-energi-masa-depan-energi-angin-1/ http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=5 http://www.alpensteel.com/article/47-103-energi-angin--wind-turbine--windmill/2962--pemanfaatan-energi-angin-dapat-dimanfaatkan.html http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/12/22/pemanfaatan-energi-angin/ http://www.bisnis.com/articles/konsumsi-energi-indonesia-negara-yang-borosenergi/ http://www.bmkg.go.id/Puslitbang/Jurnal_MG/ http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/06/21/membangun-pilar kemandirian-energi-bangsa/ http://www.kincirangin.info http://konversi.wordpress.com/2009/03/25/energy-angin-dan-potensinya/ http://green-earth-cadet.blogspot.com/ http://visibleearth.nasa.gov/ http://konversi.wordpress.com/ http://indone5ia.wordpress.com/

Você também pode gostar