Você está na página 1de 25

BAB I STATUS PASIEN I.1.

IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Status Marital Pekerjaan Agama Alamat Tanggal masuk Tanggal keluar : Ny. S : 50 tahun : Menikah : Ibu rumah tangga : Islam : Golak, Bandungan : 25 Juni 2013 : 02 Juli 2013

I.2. DATA DASAR


I.2.1. Anamnesis (Subjektif) Autoanamnesis tanggal 25 Juni 2013. Keluhan Utama : Muntah 4 x hari ini sudah 1 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pada 25 Juni 2013 dengan keluhan muntah sudah 4 x dalam 1 hari, keluhan dirasakan sudah 1 minggu. Pasien juga merasakan mual dan nyeri ulu hati yang terasa panas dan perih. Keluhan disertai pusing terasa seperti berputar. Keluhan tidak disertai demam, sesak napas, ataupun nyeri dada, BAB dan BAK tidak ada kelainan.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit darah tinggi Riwayat penyakit kencing manis Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit ginjal Riwayat keluhan yang sama sebelumnya: (+), 2 tahun lalu pasien pernah menjalani rawat inap dengan keluhan yang sama. Riwayat trauma Riwayat operasi : Disangkal : Disangkal 1 : (+), tidak terkontrol : Disangkal : Disangkal : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat penyakit darah tinggi : Disangkal

Riwayat penyakit kencing manis : Disangkal Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit ginjal : Disangkal : Disangkal

Riwayat keluhan yang sama di keluarga: (+) Ayah pasien menderita penyakit maag dan sudah meninggal dunia sekitar 2 tahun yang lalu.

Riwayat Penggunaan Obat : Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat apapun, dan belum mengkonsumsi obat untuk mengurangi keluhan yang dirasakan saat ini.

Riwayat Pribadi dan Sosial : Pasien mengaku makan tidak teratur, 1-2 x/hari dan gemar mengkonsumsi makanan yang bersifat pedas dan asam. Dahulu pasien sering minum jamu untuk pegal-pegal.

I.2.2. PEMERIKSAAN FISIK (Obyektif) Tanggal 25 Juni 2013 Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 140/90 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,5 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher : Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB

Thorak Pulmo :

: I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani

Ekstremitas

: Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik

I.3. RESUME
S : Pada tanggal 25 Juni 2013 pasien atas nama Ny. S berumur 50 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dengan keluhan muntah sudah 4 x dalam 1 hari, keluhan dirasakan sudah 1 minggu. Pasien juga merasakan mual dan nyeri ulu hati yang terasa panas dan perih. Keluhan disertai pusing terasa seperti berputar. Keluhan tidak disertai demam, sesak napas, ataupun nyeri dada, BAB dan BAK tidak ada kelainan. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun. Pasien mengaku makan tidak teratur, 1-2 x/hari dan gemar mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Dahulu pasien sering minum jamu untuk pegal-pegal. 2 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang sama, dan Ayah pasien juga menderita penyakit maag.

O : Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemas dengan kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu: 36,5 0C dan respirasi 24x/menit. Pada pemeriksaan fisik kepala, wajah, hidung, telinga, mulut, leher, jantung, pulmo dan ekstremitas tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan di regio epigastrium. Pada pasien ini, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah rutin, kimia darah, dan gastroskopi. A : Gastritis Antral P : - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1

I.4. PENELUSURAN (FOLLOW UP)


Tanggal 26 Juni 2013 S : mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), pusing (+) O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 120/60 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,1 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher : Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB

Thorak Pulmo :

: I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani

Ekstremitas

: Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik

A : vertigo + dispepsia P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1 - Cek laboratorium (darah rutin, kimia darah)

Tanggal 27 Juni 2013 S : mual (+), nyeri ulu hati (+), pusing (+) O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,1 0C, RR: 24x/menit 5

Kepala

: Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut

Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher

: Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB

Thorak Pulmo :

: I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani

Ekstremitas

: Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik

A : vertigo + dispepsia P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C 6

- Betahistin 1x1 - Gastroskopi

Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, kimia darah dan serologi (26 Juni 2013) : Hb Ht Eritrosit MCV Limfosit % Granulosit % PCT Kimia Darah Gula Darah Puasa Protein Total Serologi HbsAg :Non reaktif `Non reaktif : 69 mg/dl (L) : 8,71 g/dl (H) 74-105 mg/dl 6,4-8,3 g/dl : 11,4 g/dl (L) : 34,6 % (L) : 3,81 juta (L) : 90,8 mikro m3 (H) : 45,7 % (H) : 48,6 % (L) : 0,152 % (L) 12-14 g/dl 40-58 % 4,2 6,2 juta 80-90 mikro m3 25 35 % 50 80 % 0,2 0,5 %

Tanggal 28 Juni 2013 S : mual (+), muntah (+), pusing (+) O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,2 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher : Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB

Thorak

: 7

Pulmo :

I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani

Ekstremitas

: Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik

A : Gastritis antral P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1

Hasil Gastroskopi : Esofagus : mukosa utuh (+), hiperemi (-), inflamasi (-), varises esofagus (-). Gaster : Antrum : mukosa utuh (+), hiperemi (+), inflamasi (+), pylorus inkompeten (+), bile reflux (-) Corpus : mukosa utuh (+), hiperemi (-), inflamasi (-) Fundus : mukosa utuh (+), hiperemi (-), inflamasi (-) Duodenum : tidak terdapat kelainan Kesan : Gastritis antral 8

Tanggal 29 Juni 2013 S : mual (+), nyeri ulu hati (+) O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,5 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher : Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB Thorak Pulmo : : I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Cor : I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-) Abdomen : I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani

Ekstremitas

: Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik

A : Gastritis antral P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1

Tanggal 30 Juni 2013 S : mual (+), pusing (+) O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 120/70 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,1 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher : Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB Thorak Pulmo : : I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Cor : I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra 10

Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-) Abdomen : I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik A : Gastritis antral P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1

Tanggal 01 Juli 2013 S : mual (+), pusing berkurang, lemas (-) O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit Suhu: 36,2 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata Telinga Hidung Mulut Leher : Simetris, ekspresi wajar : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB Thorak Pulmo : : I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot 11

pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Cor : I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-) Abdomen : I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik A : Gastritis antral P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1

Tanggal 02 Juli 2013 S : nyeri perut (-), mual (-), makan/minum biasa, BAB/BAK dbn O : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : tampak lemas : compos mentis : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 60x/menit Suhu: 36,2 0C, RR: 24x/menit Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut Wajah : Simetris, ekspresi wajar 12

Mata Telinga Hidung Mulut Leher

: Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/: Mukosa bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB

Thorak Pulmo :

: I : Normochest, dinding dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal (-) P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar A : Bising usus (+) normal P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan epigastrium P : Timpani

Ekstremitas

: Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-), capilary refill <2detik

A : Gastritis antral P: - Inf D5% 16 tpm - Inj ranitidin 2x1amp - Metoklopramid 3x1 - Antasida syr 3x1 C - Betahistin 1x1 - Pasien diperbolehkan untuk pulang oleh dokter spesialis penyakit dalam

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Definisi Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.

II.2. Etiologi Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kausa gastritis yang amat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi H. Pylori pada orang dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi H. Pylori lebih tinggi lagi. Penggunaan antibiotika, terutama untuk infeksi paru dicurigai mempengaruhi penularan kuman dikomunitas karena antibiotika tersebut mampu mengeradikasi infeksi H. Pylori walaupun presentase keberhasilannya rendah. Pada awal infeksi oleh kuman H. Pylori mukosa lambung akan menunjukkan respons inflamasi akut. Secara endoskopik sering tampak sebagai erosi dan tukak multipel antrum atau lesi hemorogik. Gastritis akut akibat H. Pylroi sering diabaikan oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik. Gangguan fungsi sistem imun dihubungkan dengan gastritis kronik setelah ditemukan autoantibodi terhadap faktor intrinsik dan terhadap secretory canalicular structure sel parietal pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibodi terhadap sel parietal mempunyai korelasi yang lebih baik dengan gastritis kronik korpus dalam berbagai gradasi, diabndingkan dengan antibodi terhadap faktor intrinsik. Pasien gastritis kronik yang mengandung antibodi sel parietal dalam serumnya dan menderita anemia pernisiosa, mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut : menderita gastritis kronik yang secara histologik menunjukkan gambaran gastritis kronik atropik, predominasi korpus dan pada pemeriksaan darah menunjukkan hipergastrinemia, pasien tersebut juga sering menderita penyakit lain yang diakibatkan oleh gangguan fungsi sistem imun. Obat-obat antiinflamasi nonsteroid merupakan penyebab gastropati yang amat penting. Gastropati akibat OAINS bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri ulu hati sampai pada tukak peptik dengan komplikasi perdarahan saluran cerna bagian atas.

14

II.3. Diagnosis Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Gambaran klinik yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya berupa keluhan yang tidak khas, seperti nyeri pedih dan panas di ulu hati disertai mual kadang-kadang sampai muntah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa. Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat-erosion, raised-erosion, perdarahan, edematous rugae. Perubahan-perubahan

histopatologi selain menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat menggambarkan proses yang mendasari, misalnya autoimun atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahanperubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hiperplasia sel endokrin, kerusakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi sebaiknya juga menyertakan pemeriksaan kuman H. Pylori.

II.4. Patofisiologi Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defensif yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Dalam keadaan normal, faktor defensif dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak terjadi kerusakan atau kelainan patologi.
Faktor Agresif Asam lambung Pepsin AINS Empedu Infeksi virus Infeksi bakteri : H. Pylori Bahan korosif : asam dan basa kuat Faktor Defensif Mukus Bikarbonas mukosa Prostaglandin mikrosirkulasi

II.5. Klasifikasi Update Sydney System mebagi gastritis berdasarkan pada topografi, morfologi, dan etiologi. Secara garis besar gastritis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Monahopik, 2. Atropik, 3. Bentuk khusus. Klasifikasi ini memerlukan tindakan gastroskopi, pemeriksaan histopatologi, dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang untuk menentukan etiologinya.

15

Gastritis terbagi dua, yaitu : 1. Gastritis akut Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.

Etiologi Penyebab penyakit ini antara lain : Obat-obatan : aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) Alkohol Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis. Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya terdapat stress. Jika disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel, dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.

Manifestasi klinis Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.

Diagnosis Tiga cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superfisial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.

16

Komplikasi Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakan dengan endoskopi.

Penatalaksanaan Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukrealfat dan prostaglandin.

2. Gastritis kronik Jelas berhubungan dengan Helicobacter pylori, apalagi jika ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang. Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi H. Pylori.

Patofisiologi Belum diketahui secara pasti.

Manifestasi klinis Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

Diagnosis Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung maupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi, yaitu hampir mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H. Pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H. Pylori sebagai diagnosis awal.

17

Komplikasi Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi, dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12. Penatalaksanaan Jika endoskopi tidak dapat dilakukan, penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi jika tes urea serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2/inhibitor pompa proton dan obatobat prokinetik. Jika endoskopi dapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur, dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif. Terapi eradikasi juga diberikan pada seleksi khusus pasien yang menderita penyakit-penyakit yang tercantum di bawah ini.
Sangat dianjurkan Ulkus duodeni Ulkus ventrikuli Pasca reseksi kanker lambung dini MALT lymphoma Dianjurkan Dispepsia tipe ulkus Gastritis kronik aktif berat (PA) Gastropati AINS Gastritis erosiva berat Gastritis hipertrofik Tidak dianjurkan Penderita asimtomatis

Terapi eradikasi diberikan selama 1-2 minggu dengan memperhatikan efisiensi biaya. Regimen terapi dibagi 3, teripel, kuadripel, dan dual, namun yang biasa digunakan adalah tripel dan kuadripel. Jika tripel gagal, digunakan terapi kuadripel. Pasien dianggap sembuh, hanya jika setelah 4 minggu terapi selesai hasil pemeriksaan CLO dan PA negatif, selain itu terapi dianggap gagal. Secara lengkap regimen dan dosis terapi eradikasi dapat dilihat pada tabel.

18

Regimen

Terapi tripel PPI + amoksisilin + klaritromisin PPI + metronidazol + klaritromisin PPI + metronidazol + tetrasiklin (bila alergi klariitromisin) Terapi kuadripel PPI + amoksisilin + klaritromisin + bismuth PPI + metronidazol + klaritromisin + bismuth PPI + metronidazol + tetrasiklin + bismuth (daerah resistensi metronidazol tinggi) Terapi dual PPI + satu antibiotik (harus dalam dosis tinggi)

Dosis

PPI = 2 x 20 mg Amoksisilin = 2 x 1000 mg Klaritromisin = 2 x 500 mg Metronidazol = 3 x 500 mg Tetrasiklin = 4 x 250 mg Bismuth = 4 x 150 mg

19

BAB III AFTER CARE PATIENT


III.1. Definisi After Care Patient (ACP) After Care Patient (ACP) adalah pelayanan rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang terintegritas dengan meninjau ke lingkungan demi menjamin kesembuhan pasien dengan melihat permasalahan yang ada pada pasien dan mengidentifikasi secara fungsi dalam anggota keluarga serta memberikan edukasi kepada pasien agar dapat belajar hidup sehat.

III.2. Tujuan After Care Patient (ACP) Tujuan untuk dilakukan after care patient selain untuk melihat perkembangan pasien dalam pengelolaan pengobatan pasien dan kesembuhan pasien. Peneliti bertujuan untuk memberikan edukasi pada pasien ini berupa : 1. Mengedukasi pasien agar makan teratur dan bergizi seimbang 2. Mengedukasi pasien agar cukup istirahat 3. Mengedukasi pasien agar berhenti mengkonsumsi jamu

III.3. Permasalahan Pasien III.3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga a. Fungsi Biologis dan Reproduksi Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa pasien adalah seorang wanita berusia 50 tahun dan sudah menikah namun sudah berpisah dengan suaminya sejak tahun 2008. Pasien memiliki 4 orang anak, 3 anaknya sudah berkeluarga, sedangkan yang paling kecil masih bersekolah. Saat ini semua anggota keluarga pasien dalam keadaan sehat. Anggota keluarga lain tidak memiliki riwayat penyakit khusus. b. Fungsi Psikologis Pasien tinggal seorang diri di rumahnya, namun anak perempuannya yang sudah berkeluarga tinggal bersebelahan dengan rumah pasien bersama dengan suami dan kedua anaknya. c. Fungsi Pendidikan Pendidikan terakhir pasien adalah lulusan SMA. 20

d. Fungsi Sosial Pasien tinggal di kawasan perkampungan yang tidak padat penduduk. Pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah dan hubungan sosial dengan warga cukup erat. Pasien cukup dikenal dilingkungan rumahnya dan masih aktif berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Namun semenjak menderita sakit, pasien hanya beristirahat di dalam rumah dan sesekali berjalan di sekitar rumahnya. e. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari pasien bekerja di ladang milik tetangganya sebagai petani. Penghasilan per bulan pasien tidak menentu. Penghasilan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer pasien. Untuk pemenuhan kebutuhan sekunder pasien mendapatkan pemasukan tambahan yang diberikan oleh kedua anaknya yang sudah bekerja. Biaya pelayanan kesehatan untuk keluarga pasien dapatkan dari Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). f. Fungsi Religius Agama yang dianut pasien adalah islam. Kegiatan ibadah seluruh anggota keluarga dilakukan setiap hari di rumah.

III.3.2. Pola Konsumsi Makan Pasien dan Keluarga Pasien makan biasanya 1-2 x dalam sehari dengan jadwal yang tidak teratur, hal ini dikarenakan kegiatan sehari-hari pasien sebagai petani yang menyebabkan pasien sering tidak ingat atau sempat makan saat tengah menyelesaikan pekerjaannya. Pasien biasa memasak sendiri daripada membeli makanan yang sudah jadi. Pasien menyukai makanan yang berminyak, asam, dan pedas. Pasien dan keluarga sering mengkonsumsi susu kedelai sebagai gizi tambahan. Dahulu pasien suka mengkonsumsi jamu untuk pegal-pegal, dan minum air putih hanya 3-4 gelas/hari.

III.3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan a. Faktor Perilaku Pasien kurang menyadari tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta tidak mengetahui apapun tentang penyakit yang dideritanya sebelum mendapat penjelasan dari dokter maupun tenaga kesehatan lain yang ikut serta merawat pasien. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan gizi tidak 21

seimbang. Pasien jarang sekali melakukan olahraga secara rutin. Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung berobat ke rumah sakit atau puskesmas. Pendanaan kesehatan melalui biaya Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). b. Faktor Non Perilaku Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup jauh. Rumah sakit harus ditempuh dengan berganti-ganti angkutan umum.

III.3.4. Identifikasi Lingkungan Rumah Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat. Pasien tinggal seorang diri, namun rumahnya bersebelahan dengan rumah anaknya yang sudah berkeluarga. Kawasan perumahan pasien merupakan kawasan perkampungan biasa. Rumah pasien terbuat dari batako dengan lantai semen dan atap genteng. Memiliki dua ruangan, ruangan pertama yang terletak di pintu masuk difungsikan sebagai ruang tamu dan di sudut ruangan terdapat tempat tidur yang digunakan pasien sebagai tempat beristirahat. Sedangkan ruangan kedua difungsikan sebagai dapur diberikan sekat pembatas dengan kamar mandi. Rumah tersebut termasuk dalam kategori rumah kurang sehat, karena tidak memenuhi sebagian besar indikator rumah sehat. Pencahayan dan ventilasi relatif kurang karena sebagian besar ruangan tidak memiliki jendela sehingga rumah terasa lembab. Kebersihan dan kerapian rumah relatif kurang. Sumber air minum, air untuk mencuci dan masak didapat dari air sumur timba.

III.3.5. Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga a. Fungsi Biologis Pasien wanita berusia 50 tahun menderita gastritis antral dengan keluhan muntah dan nyeri uluhati. b. Fungsi Psikologis Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga cukup baik. c. Fungsi sosial dan budaya Dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik. d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan Perekonomian pasien kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 22

e. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi Masalah yang berhubungan dalam keluarga dibicarakan dengan secara musyawarah. f. Faktor perilaku 1. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur 2. Pasien suka mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam dengan gizi tidak seimbang. 3. Pasien suka mengkonsumsi jamu untuk pegal-pegal g. Faktor nonperilaku Sarana pelayanan kesehatan cukup jauh dari rumah.

III.6. Diagram Realita yang Ada Pada Keluarga

Lingkungan
Ventilasi dan pencahayaan rumah kurang Kebersihan dan kerapian rumah kurang Kurangnya peranan keluarga dalam memperhatikan kesehatan pasien

Derajat kesehatan

Genetik
Ayah pasien menderita gastritis

Ny. S Penderita Gastritis

Yankes
Pelayanan kesehatan sulit dijangkau

Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur. Pasien makan makanan yang bersifat asam dan pedas Kebiasaan mengkonsumsi jamu

Perilaku

23

III.3.7. Risiko, Permasalahan dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga Risiko dan Masalah Kesehatan Gastritis Rencana pembinaan Sasaran

Edukasi dan konseling tentang gastritis, Pasien dan pola dan jenis makanan yang baik Keluarga dikonsumsi dan dampak konsumsi jamu

III.3.8. Pembinaan Tanggal 07 Juli 2013 Keluarga yang terlibat Penyuluhan tentang gastritis Pasien mulai dari penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan dan pengobatannya. Kegiatan yang dilakukan Hasil kegiatan Pengetahuan tentang gastritis meningkat

III.3.9. Hasil Kegiatan Tanggal 07/07/13 Subjektif Mual Objektif Assesment Gastritis Planning Edukasi: Jadwal makan dan variasi jenis bergizi

(+), TD: 140/90 mmHg

Muntah (-), N: 92 x/menit Nyeri uluhati (+) RR: 16 x/menit S: 36,6 C. Terdapat nyeri tekan di regio epigastrium
o

makanan

seimbang serta tidak mengkonsumsi jamu Kontrol jika masih

mengalami keluhan

III.3.10. Kesimpulan Pembinaan Keluarga 1. Tingkat pemahaman Pemahaman terhadap edukasi yang dilakukan cukup baik. 2. Faktor penyulit Kurangnya peranan keluarga pasien. 3. Indikator keberhasilan a. Pengetahuan pasien tentang gastritis meningkat sehingga dapat membantu kepatuhan pasien dalam mengubah pola makan dan menjalani pola hidup sehat. b. Pasien tidak lagi mengkonsumsi jamu, dan mulai mengurangi makan makanan yang bersifat pedas dan asam. 24

DAFTAR PUSTAKA
. Doxon MF Genta RM, Yardley JH, Correa P. Classification and grading of gastritis, the update sydney system. International workshop on the histopatology of gastritis, Houston 1995. Am J Surg Pathol. 1996;20: 1131. Allison MC, Howaston AG, Caaroline MB et al. Gastrointestinal damage associated with the use of nonsteroid antiinflamatory drugs. NL Med J. 1992; 327: 749-63. Gastroenterology. 4th edition. Lippincot Williams and Wilkinsl 2003. P. 1394-415. Tadakata Y. Textbook of gastroenterology, 2nd edition. Philadelphia: J.B. Lippincot Company, 1995. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, et al, editor. Harrisons principles of internal medicine. 14th edition. Vol 1. USA: Mac Grawhill, 1998. Sudoyo AW, Markum HMS, Setiati S, Alwi I, Gani RA. Naskah lengkap pertemuan ilmiah tahunan ilmu penyakit dalam 1997. Bagian ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas indonesia rumah sakit cipto mangunkusumo. 1998. Noer HMS, Waspadji S. Rachman AM, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 3. Bagian ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta : balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia. 1996.

25

Você também pode gostar