Você está na página 1de 71

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

di Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai April 2012





Disusun oleh :
Wisinarti









KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA, MEI 2012






Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
di Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai April 2012







Pembimbing :
Dr. Ernawati Tamba, MKM



Disusun oleh :
Wisinarti
( 11 2010 002)





KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA, MEI 2012








Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
di Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai Dengan April 2012




LEMBAR PERSETUJUAN




Disetujui, April 2012
Pembimbing :




(dr. Ernawati Tamba, MKM)





Penguji 1 : Penguji 2 :




(dr. E. Irwandy Tirtawidjaja) (dr. Melda Suryana, M.Epid)




Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
di Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai April 2012


Abstrak

.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di Indonesia di mana sebagai salah satu penyebab utama dari tingginya angka
kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Indonesia menduduki
peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita
mencapai enam juta jiwa. Selain itu, penyakit ini juga sering berada pada daftar 10 penyakit
terbanyak di rumah sakit serta 40% - 60% kunjungan ke Puskesmas adalah karena penyakit
ISPA.. Menurut Angka kematian pneumonia pada Balita di Indonesia diperkirakan mencapai
250 299 per 1000 anak Balita setiap tahunnya. Karena belum diketahuinya keberhasilan
program Pencegahan dan Pemberantasan (P2) ISPA di Puskesmas Kutawaluya, maka
dilakukan evaluasi program menggunakan metode dengan membandingkan cakupan program
periode Mei 2011 April 2012 terhadap target melalui pengumpulan data, analisa data,
perumusan masalah dan prioritas masalah melalui pendekatan sistem. Berdasarkan dari hasil
Evaluasi Program P2 ISPA di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai
April 2012 belum berhasil sepenuhnya. Hasil evaluasi didapatkan prioritas masalah.
Rendahnya angka cakupan penemuan kasus pneumonia oleh tenaga kesehatan. Hal-hal yang
menyebabkan masalah tersebut, antara lain penentuan diagnosis ISPA terutama pneumonia
kurang sesuai pedoman di mana penentuan diagnosis dilakukan dengan alat yang kurang
memadai, oleh tenaga kesehatan yang tidak terlatih.



Kata kunci : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Evaluasi Program, Puskesmas
Kutawaluya













Daftar Isi

Hal
Lembar Persetujuan............................................................................................................i
Abstrak..............................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
Daftar Lampiran................................................................................................................v
Daftar Tabel.......................................................................................................................v

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Permasalahan.....................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................4
1.5 Sasaran..............................................................................................................5

Bab II Materi dan Metode................................................................................................6
2.1 Materi...............................................................................................................6
2.2 Metode.............................................................................................................6

Bab III Kerangka Teoritis dan Tolok Ukur Keberhasilan..................................................7
3.1 Kerangka Teoritis.............................................................................................7
3.2 Tolok Ukur Keberhasilan.................................................................................8

Bab IV Penyajian Data......................................................................................................9
4.1 Sumber Data...................................................................................................9
4.2 Data Umum....................................................................................................9
4.2.1 Data Geografi...........................................................................................9
4.2.2 Data Demografi........................................................................................9
4.3 Data Khusus..................................................................................................11
4.3.1 Masukan..................................................................................................11
4.3.2 Proses......................................................................................................15
4.3.3 Keluaran..................................................................................................17
4.3.4 Lingkungan.............................................................................................18
4.3.5 Umpan Balik...........................................................................................19
4.3.6 Dampak..................................................................................................19

Bab V Pembahasan......................................................................................................20

Bab VI Perumusan Masalah..........................................................................................23

Bab VII Prioritas Masalah...............................................................................................24

Bab VIII Penyelesaian Masalah......................................................................................25

Bab IX Kesimpulan dan Saran........................................................................................26

Daftar Pustaka.................................................................................................................27



















DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tolok Ukur Keberhasilan
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas
Lampiran 3. Data demografi dan Data kesakitan ISPA
Lampiran 4. Bagan cakupan tolak ukur dan masalah
Lampiran 5 Peta Wilayah Puskesmas


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kutawaluya 2011.
Tabel 2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011.
Tabel 3. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Kutawaluya Tahun
2011.
Tabel 4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Kutawaluya
Tahun 2011.
Tabel 5. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011.
Tabel 6. Jumlah Penderita ISPA Mei 2011 sampai dengan April 2012 di Wilayah Kerja
Puskesmas Kutawaluya.
Tabel 7. Cakupan Penderita Pneumonia Mei 2011 sampai dengan April 2012 di Wilayah
Kerja Puskesmas Kutawaluya.











Bab I
Pendahuluan


1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan sekelompok penyakit kompleks
dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di
sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas. Yang benar dimana ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah. ISPA ditandai dengan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai sebab seperti bakteri, virus, mikoplasma,
jamur, dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA
bagian bawah dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, dan mikoplasma. ISPA dapat ditularkan
melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup
oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang banyak menyerang bayi dan anak balita. Kejadian
pnemonia pada masa balita berdampak jangka panjang yang akan muncul pada masa dewasa
yaitu dengan penurunan fungsi paru.
1,4
Infeksi Saluran Pernapasan Akut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di Indonesia di mana sebagai salah satu penyebab utama dari tingginya angka
kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Sekitar 40 % - 60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per
tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita.
12
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2007, prevalensi ISPA di
Indonesia adalah sebesar 25,5%, dimana tertinggi terjadi pada anak Balita (42,53%) dan bayi
(35,92%), sedangkan prevalensi ISPA di proponsi DKI Jakarta adalah sebesar 22,6% dan
prevalensi pneumonia di DKI Jakarta sebesar 16,7%.
7

Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan
kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun , 26,67% kematian diakibatkan oleh penyakit
ISPA dan pneumonia merupakan penyebab utamanya.

Bahkan United Nations Children
Fund (UNICEF) tahun 2006 juga menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak
Balita tertinggi, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Angka kematian pneumonia pada Balita di Indonesia
diperkirakan mencapai 250 299 per 1000 anak Balita setiap tahunnya
.
Menurut laporan
WHO dan UNICEF pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk
kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa. Selain itu,
penyakit ini juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit serta 40% -
60% kunjungan ke Puskesmas adalah karena penyakit ISPA.
2,5,6

Sejak tahun 2000 hingga tahun 2009 cakupan penemuan Pneumonia belum pernah
mencapai target yang ditetapkan, meskipun target sudah beberapa kali disesuaikan, dan
terakhir pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 target cakupan penemuan
kasus Pneumonia Balita pada tahun 2010 ditetapkan menjadi 60% dan ditargetkan persentase
penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia Balita pada tahun 2014 adalah sebesar 100%.
Cakupan Pneumonia Balita selama 10 tahun berkisar antara 22,18-35,9%.
8

Salah satu target MDG 4 ( Millenium Development Goal ) adalah menurunkan
angka kematian Balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menurunkan angka kematian Balita akibat Pneumonia yang
merupakan penyebab utama kematian Balita. Agar upaya itu tercapai diperlukan upaya
pengendalian Pneumonia pada Balita yang menyeluruh, komprehensif dan terpadu.
9

Di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Kutawaluya, pada tahun 2010 terdapat
137 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pneumonia dari seluruh populasi bayi dan
balita yaitu 1290 jiwa di wilayah kerja puskesmas Kutawaluya tahun 2010. Hal ini
menunjukkan tingginya jumlah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya.
Salah satu program Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan di
Puskesmas Kecamatan Kutawaluya adalah Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (P2ISPA) yang belum diketahui keberhasilan program tersebut pada periode
Mei 2011 sampai dengan April 2012.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan berbagai permasalahan sebagai
berikut :
1. 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun , 26,67% kematian
diakibatkan oleh penyakit ISPA.
2. Angka kematian pneumonia pada Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 250
299 per 1000 anak Balita setiap tahunnya.
3. Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita
dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa.
4. penyakit ini juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit serta
40% - 60% kunjungan ke Puskesmas adalah karena penyakit ISPA.
5. prevalensi ISPA di Indonesia adalah sebesar 25,5%, dimana tertinggi terjadi pada
anak Balita (42,53%) dan bayi (35,92%), sedangkan prevalensi ISPA di proponsi DKI
Jakarta adalah sebesar 22,6% dan prevalensi pneumonia di DKI Jakarta sebesar
16,7%.
6. Masih tingginya penderita kasus pneumonia pada bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Kutawaluya.
7. Belum diketahuinya keberhasilan evaluasi program Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011
sampai dengan April 2012.

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Diketahuinya tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei
2011 sampai dengan April 2012 dan meningkatkan derajat keberhasilan program
pemberantasan penyakit ISPA sehingga angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan
ISPA dapat berkurang dan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Tujuan Khusus :
1. Diketahuinya jumlah dan cakupan penemuan penderita Infeksi Saluran Pernapasan
Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April
2012.
2. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penentuan diagnosis penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai
dengan April 2012.
3. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai
dengan April 2012.
4. Diketahuinya jumlah rujukan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas
Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.
5. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok maupun
perorangan mengenai Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya
Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.
6. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pelatihan kader untuk mendeteksi dini
penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang
periode Mei 2011 sampai April 2012.
7. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan penderita Infeksi
Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011
sampai dengan April 2012.

1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi evaluator :
a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
b. Melatih dan mengembangkan kemampuan, minat dan bakat dalam mengevaluasi
suatu program kesehatan di puskesmas.
c. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas tentang program
pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di wilayah kerja
puskesmas.
2. Manfaat bagi perguruan tinggi :
a. Mengamalkan Tridharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian bagi masyarakat
b. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.
c. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana sebagai masyarakat ilmiah dalam
peran sertanya di bidang kesehatan
3. Manfaat Bagi Puskesmas :
a. Memperoleh masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
b. Dapat meningkatkan mutu kemampuan petugas dalam hal melakukan diagnosis
dini, pengobatan yang tepat, rujukan dan upaya untuk mengurangi faktor risiko.
c. Dapat melaksanakan Program Pemberantasan ISPA dengan lebih baik.
d. Dengan adanya masukan berupa hasil evaluasi dan saran saran, diharapkan
dapat menjadi umpan balik positif di wilayah kerja puskesmas kecamatan Jatisari
untuk dapat melaksanakan kegiatan kesehatan yang lebih baik
4. Manfaat bagi masyarakat :
a. Meningkatkan peran aktif, pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai
penyakit ISPA sehingga dapat mengubah perilaku hidup sehat.
b. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas
c. Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang ISPA.

1.5 Sasaran
Sasaran dalam program pemberantasan ISPA adalah seluruh penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kutawaluya periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 pada semua umur
dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan bayi dan balita (<1tahun - < 5 tahun).
























Bab II
Materi dan Metoda

2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas
mengenai program pemberantasan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya,
periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 yang terdiri dari :
1. Penemuan penderita ISPA
a. Pneumonia
b. Bukan pneumonia
2. Penentuan diagnosis ISPA.
3. Pengobatan untuk penderita ISPA.
4. Rujukan penderita ISPA.
5. Penyuluhan tentang ISPA :
a. Penyuluhan perorangan
b. Penyuluhan kelompok
6. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader tentang ISPA
7. Pencatatan dan pelaporan penderita ISPA.

Data kependudukan (demografi) dari Puskesmas Kutawaluya, Kecamatan
Karawang Barat.

2.2 Metoda
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, dan intepretasi data program pemberantasan ISPA di
Puskesmas Kutawaluya, periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dengan menggunakan
pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada program pemberantasan ISPA
kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan
penyebab dari masing-masing unsur keluaran pada pendekatan sistem.





Bab III
Kerangka Teoritis


3.1 Kerangka Teoritis


Gambar1. Unsur Sistem
Gambar di atas menerangkan sistem dengan definisi menurut Ryans adalah
gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah
ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya suatu sistem pada
dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Untuk
terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian
rupa sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-
sama berfungsi untuk mencapai kesatuan. Bagian atau elemen tersebut banyak
macamnya dan dapat dikelompokkan dalam 6 unsur, yaitu :

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Kumpulan bagian atau
elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money),
MASUKAN
(I)
PROSES
(II)
KELUARAN
(III)
DAMPAK
(VI)
UMPAN BALIK
(IV)
LINGKUNGAN
(V)
sarana (material) dan metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan
evaluasi program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur
perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controling) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi
program penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dri
berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan pemberantasan penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut.
4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut dari kegiatan
pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut..
5. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem dari kegiatan pemberantasan
penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut..
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem dari
kegiatan pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut..

3.2 Tolok Ukur Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel : masukan, proses, keluaran,
lingkungan, umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang
harus dicapai dalam program pemberantasan ISPA.
8.9

,
(Lampiran 1)










Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data
Sumber data merupakan data sekunder yang berasal dari :
1. Wawancara dengan dokter dan Koordinator P2M Puskesmas Kecamatan
Kutawaluya.
2. Laporan bulanan program P2 ISPA Puskesmas Kutawaluya periode Mei 2011
sampai dengan April 2012
3. Laporan bulanan Puskesmas Kecamatan Kutawaluya periode Mei 2011 sampai
dengan April 2012.
4. Data demografi Kecamatan Kutawaluya tahun 2011

4.2 Data Umum
a. Data Geografi
Lokasi : Gedung Puskesmas Kutawaluya terletak di Jalan Raya Sampalan,
Kutawaluya, Kabupaten Karawang 41358, Jawa Barat
Wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya meliputi satu Kecamatan. Kutawaluya dengan
luas wilayah kerja sebesar 2.340 Ha. terdiri dari 7 desa, 28RW dan 96 RT, 51 Dusun
dan 7 Desa
Batas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya:
a) Sebelah Utara : Kecamatan Pedes
b) Sebelah Selatan : Kecamatan Cilebar
c) Sebelah Barat : Kecamatan Karawang Barat
d) Sebelah Timur : Kacamatan Rengasdengklok

b. Data Demografi
1. Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya tahun
2011 adalah 29.149 jiwa, dengan distribusi :
Jumlah RT : 96
Jumlah KK : 9.296


Jumlah penduduk laki-laki : 14.601
Jumlah penduduk perempuan : 14.548
Data Umum selengkapnya terdapat pada lampiran IV tabet 1.1

2. Berdasarkan usia, penduduk di Kecamatan Kutawaluya terbanyak tergolong usia 18-
60 tahun : 19241 orang.
menunjukkan jumlah penduduk menurut usia :
- Penduduk yang berusia di bawah 5 tahun : 2667 orang (9,15 %)
- Penduduk usia sekolah 6-17 tahun : 5409 orang (18,56 %)
- Penduduk usia produktif 18-60 tahun :19241 orang (66,01 %)
- Penduduk yang berusia di atas 60 tahun : 1832 orang (6,29%)
Data umum selengapnya terdapat pada lampiran IV tabel 1.2.

3. Berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Kutawaluya, pendidikan rendah
mendapatkan kedudukan tertinggi yaitu terdapat 24464 orang (83,13 %)
Tingkat pendidikan :
- Tinggi : Tamat D III, Sarjana; sejumlah : 645 orang (2,21 %)
- Sedang : Tamat SLTA; sejumlah : 4040 orang (13,86 %)
- Rendah : SD sampai SLTP; sejumlah : 24464 orang (83,93 %)
Sebagian besar penduduk Kecamatan Kutawaluya berpendidikan rendah (83,13%)
Data umum selengapnya terdapat pada lampiran IV tabel 1.3.

4. Berdasarkan mata pencaharian, terdapat 12.263 jiwa (42,07%) bekerja sebagai petani.
Menunjukkan bahwa mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Kutawaluya
adalah Petani sebanyak 12263 orang (42,07 %), data umum selengapnya
terdapat pada lampiran IV tabel 1.4.

5. Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, antara
lain : Puskesmas, 39 buah Posyandu, poliklinik, balai pengobatan, praktek dokter
umum swasta, dan praktek bidan, data umum selengkapnya terdapat pada lampiran IV
tabel 1.5.


4.3. Data khusus
4.3.1.1 Tenaga
Dokter : 1 orang
Bidan : 1 orang
Perawat : 2 orang
Koordinator P2M : 1 orang
Kader : 192 orang
4.3.1.2 Dana
Dana untuk pelaksanaan program P2 ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia
cukup. Dana berasal dari :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) II.
4.3.1.3 Sarana
a. Sarana medis
Stetoskop : 3 buah
Termometer : 2 buah
Timbangan berat badan bayi : Tidak ada
Timbangan berat badan dewasa : 1 buah
Sound timer : Tidak ada
Senter : 1 buah
Antibiotik
- Table Kotrimoksazol : Tersedia cukup
- table Amoksisilin : Tersedia cukup
- Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5ml : Tersedia cukup
Analgetik-antipiretik
- Tablet Paracetamol 500 mg : Tersedia cukup
- Sirup Paracetamol 120 mg/5ml : Tersedia cukup
Antitusif- anti sesak
- Gliseril guaikolat : Tersedia cukup
- Salbutamol : Tersedia cukup
b. Sarana non medis
- Ruang tunggu : Ada
- Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada
- Tempat tidur untuk memeriksa : Ada
- Pedoman tatalaksana ISPA : Ada
- Brosur atau poster P2 ISPA : Tidak ada
- Alat administrasi (buku, alat tulis) : Ada
4.3.1.4 Metode
1. Penemuan penderita ISPA.
Penemuan penderita ISPA (meliputi infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah) secara pasif (passive case finding) yang berobat ke Puskesmas Kutawaluya
dengan gejala-gejala sebagai berikut : batuk, pilek, demam, dengan atau tanpa
kesulitan bernapas.
2. Penentuan Diagnosis ISPA.
Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan melalui
anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik Balita dengan
cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak
meronta) dengan menghitung frekuensi napas menggunakan jam tangan selama 60
detik.
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat: Bila adanya gejala batuk, pilek, demam, dan disertai
adanya tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
(TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan frekuensi napas lebih 60
kali per menit atau lebih.
b. Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila adanya gejala batuk,
pilek, demam atau tidak disertai tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang kuat atau tidak adanya napas cepat, frekuensi napas kurang dari
60 kali per menit.
Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun
a. Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK) pada saat anak menarik napas (saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis/meronta).
b. Pneumonia: Bila ada gejala batuk, pilek, demam atau adanya nafas cepat,
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK). Adanya
napas cepat, dengan frekuensi napas:
- 2 bulan - 12 bulan : 50x/menit.
- 12 bulan - 5 tahun : 40x/ menit.
c. Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas :
- 2 bulan - 12 bulan : < 50x/menit.
- 12 bulan - 5 tahun : < 40x/menit.
3. Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.
- Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.
b. Batuk bukan pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi tetap
hangat.
- Memberi ASI lebih sering.
- Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.
- Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat atau
sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah parah.
Golongan umur 2 bulan - 5 tahun
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol) 2x sehari selama 3 hari/
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.
b. Pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.
- Beri antibiotik (Kotrimoksasol 2x sehari selama 3 hari atau Amoksilin
3x sehari) selama 3 hari.
- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.
- Tetap diberi ASI.
- Bila keadaan tidak membaik dianjutkan kontrok lagi bila perlu dirujuk
c. Batuk bukan pneumonia :
- Jika batuk > 3 minggu rujuk
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah/ menjaga bayi tetap
hangat.
- Membersihkan lubang hidung jika ada mengganggung pemberian
sakit
- Obati demam, jika ada.
4. Rujukan Penderita ISPA.
Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum harus
segera dirujuk ke Rumah Sakit.
- Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada
umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar
dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu
dingin.
- Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada
umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun
atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk.
5. Penyuluhan mengenai ISPA
Penyuluhan dilakukan secara :
a. Perorangan (konseling ibu)
Menggunakan metode wawancara dengan orang tua dan memberikan semua
informasi mengenai tanda bahaya ISPA (pneumonia berat), cara pemberian obat, dan
nasihat pemberian obat, dan nasihat pemberian makanan, kunjungan ulang bila obat
sudah habis saat membawa anaknya berobat ke puskesmas setiap hari kerja.
b. Kelompok.
Kegiatan pencegahan penularan dijadwalkan pada tanggal tertentu 2x/tahun.
6. Pelatihan Kader.
Pelatihan kader Posyandu dilaksanakan setahun 2 kali dengan tujuan memberikan
pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA
pneumonia, pneumonia berat dan bukan pneumonia. berdasarkan perhitungan
frekuensi napas dengan mengunakan jam tangan, serta usaha usaha pencegahan
ISPA.

7. Pencatatan dan pelaporan.
Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan.
- Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan ISPA berat (Pneumonia berat) dilaporkan
dalam formulir LB1 sebagai Pneumonia.
- Kasus ISPA ringan (batuk-pilek) dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai penyakit
ISPA.

4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
1. Penemuan penderita ISPA
Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA pada semua penderita ISPA yang
datang berobat ke puskesmas setiap hari kerja ( senin-sabtu), pukul 08.00-14.00
WIB.
2. Penentuan diagnosis ISPA:
Penentuan diagnosis ISPA akan dilaksanakan berdasarkan metode yang ada (
dengan pendoman, sesuai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh dokter
umum atau bidan Puskesmas yang bertugas di setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00
WIB.
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Akan dilaksanakan sesuai dengan metode yang ada ( dengan pedoman) oleh dokter
umum dan bidan Puskesmas setiap hari kerja ( senin-sabtu) pukul 08.00-14.00
WIB, dokter umum yang telah mendapat pelatihan mengenai ISPA kehadiran
dokter umum antara 08.00-14.00 WIB.
4. Rujukan penderita ISPA berat.
Akan dilakukan rujukan ke Rumah Sakit terdekat bila ditemukan penderita
pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat pada setiap
hari kerja (senin-sabtu), pukul 08.00-14.00 WIB.
5. Penyuluhan ISPA
a. Perorangan
Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik wawancara dan
memberikan informasi mengenai ISPA terutama tanda bahaya pneumonia
kepada orang tua penderita yang datang berobat ke Puskesmas setiap hari kerja
(senin-sabtu), pukul 08.00-14.00 WIB.
b. Kelompok
Yang telah di jadwalkan pada tanggal tertentu 2x/tahun.
6. Pelatihan kader untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ISPA.
Pelatihan kader Posyandu akan dilaksanakan setahun 2 kali dengan tujuan
memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala
penyakit ISPA ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas
dengan mengunakan jam tangan, serta usaha usaha pencegahan ISPA.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan akan dilaksanakan oleh bidan sesuai dengan metoda pada setiap hari
kerja dan pelaporan akan dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dalam menjalankan program P2ISPA,
hanya ada pembagian tugas :
Kepala Puskesmas : dr.Cucu Siti M, M.Kes.
Penanggung jawab P2M dan koordinator P2M : E.Wina,AMK.
Dokter Pelaksana P2ISPA : dr.Fransiska V
4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Penemuan penderita ISPA
Dilakukan secara passive case finding oleh dokter umum atau bidan di ruang
pemeriksaan. Bidan hadir setiap hari kerja (senin-sabtu) antara pikil 08.00-14.00 WIB.
Dokter Umum yang telah mendapatkan pelatihan mengenai ISPA kehadiran dokter
umum antara pukul 08.00-14.00 WIB setiap hari kerja.
2. Penentuan diagnosis penderita ISPA
Dilaksanakan dokter umum dan bidan. Bidan hadir setiap hari kerja (senin-sabtu)
antara pukul 08.00-14.00 WIB, dokter umum yang telah mendapat pelatihan
mengenai ISPA hadir setiap hati kerja.
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Dilaksanakan oleh dokter umum atau bidan. bidan hadir setiap hari kerja (senin-sabtu)
antara pukul 08.00-14.00 WIB, dokter umum yang telah mendapat pelatihan
mengenai ISPA.


4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia) berat
Tidak dilakukan rujukan karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang
periode Mei 2011 April 2012 di Puskesmas Kutawaluya
5. Penyuluhan ISPA
Penyuluhan perorangan :
dilakukan secara langsung melalui wawancara orang tua penderita ISPA yang datang
berobat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB oleh dokter umum atau bidan.
Penyuluhan kelompok :
dilakukan 2x/tahun.
6. Pelatihan kader : Dilaksanakan 2x/tahun.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan akan dilaksanakan oleh perawat di poli sesuai dengan metoda pada setiap
hari kerja dan pelaporan akan dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas dan laporan tanggal 5 tiap bulan.
4.3.2.4 Pengawasan
Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas 12x/tahun.

4.3.3 Keluaran
1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia)
- Program P2 ISPA menetapkan angka target penemuan penderita ISPA
(pneumonia) balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar : 60,13%.
Dengan kasus penderita pneumonia di Mei 2011-April 2012 adalah sebanyak 178
dan penderita bukan pneumonia sebanyak 779 penderita, dimana jumlah penderita
pneumonia terbanyak pada bulan september 2011 sebanyak 23 penderita, tidak
yang meninggal karena ISPA dalam periode ini.
- Program P2ISPA menetapkan angka target cakupan penderita ISPA pneumonia
adalah sebesar 86 % dari jumlah target.
- Jumlah perkiraan/ target penemuan Balita penderita pneumonia
= insiden pneumonia Balita x jumlah Balita
= 10% x 2959= 296 Balita
- Penemuan kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya :
Pneumonia : 178 kasus
Bukan Pneumonia : 779kasus
- Cakupan penemuan Balita penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas
Kutawaluya periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 :
Jumlah Balita penderita pneumonia yang diobati di 1 wilayah kerja dalam 1 tahun
x100%
Jumlah perkiraan Balita penderita pneumonia di 1 wilayah kerja dalam 1
tahun
= ( 178 / 296) x 100%
= 60,13 %
2. Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia)
Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia) sesuai metode diagnosis oleh dokter
= X 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang didiagnosis
= 178 / 178 x 100%
= 100 %
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Jumlah kasus ISPA yang ditangani oleh dokter sesuai standar
= x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
= 178/178 x 100%
= 100 %
4. Rujukan penderita ISPA tidak dilakukan = 0 %
Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia
berat sepanjang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.
5. Penyuluhan
Perorangan: (100 %).
Kelompok: (100%)
6. Pelatihan bagi kader
Dilaksanakan 2x/tahun (100%).

4.3.4 Lingkungan
1. Fisik
1. Fasilitas kesehatan lain
tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan puskesmas dalam
program P2ISPA.
2. Non fisik
1. Tingkat pendidikan, sosial, ekonomi
Tingkat pendidikan: sebagian besar penduduk mempunyai tingkat pendidikan
rendah yaitu sebesar 83,83%.
Sosial ekonomi: sebagian besar penduduk yaitu 42,07% penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Kutawaluya adalah petani.

4.3.5 Umpan balik
1. Adanya pencacatan dan pelaporan lengkap dan sesuai drngan waktu yang ditentukan
sehingga dapat digunakan sebagai makan untuk perbaikam pelaksnaan program
P2ISPA, pencacatan secara lengkap tepat dan pelaporan dilakukan tiap bulan.
2. Adanya pertemuan bulanan rutin ataupun lokakarya mini bulanan yang membahas
hasil laporan kegiatan tiap bulan dan dilakukan pencatatan hasil pertemuan untuk
perbaikan pelaksanaan program P2ISPA yang dilaksanakan : Umpan balik diberi saat
rapat pertemuan bulanan tiap bulannya. Disampaikan kekurangan atau masalah yang
ada dan dilakukan pencatatan hasil dari tiap pertemuan yang disebut notulen.

4.3.6 Dampak
1. Langsung :
Menurunnya angka kesakitan ISPA pada Balita : Belum dapat dinilai
Menurunnya angka kematian ISPA pada Balita : Belum dapat dinilai
2. Tidak langsung :
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, khususnya Balita : belum dapat
dinilai.







Bab V
Pembahasan

No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
I Keluaran


1. Penemuan penderita
ISPA (pneumonia)
60,13 %

86 %

(+)
30,16%
II


Masukan
Sarana
*Timbangan berat badan
bayi
*Sound timer
a. Nonmedis
Brosur atau poster


Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada


1 buah

2 buah

Ada


(+)

(+)

(+)



















Metode
Penentuan diagnosis
ISPA








Kurang sesuai pendoman
Dengan mengunakan jam
tangan menghitung
frekuensi napas.

Penegakan diagnosis
ISPA pneumonia dan
bukan pneumonia
dilaksanakan melalui
anamnesa (mengajukan
pertanyaan kepada ibu)
dan pemeriksaan fisik
Balita dengan cara
melihat dan
mendengarkan
pernapasan (saat Balita
tenang, tidak menangis,
tidak meronta) dengan
menghitung frekuensi
napas menggunakan
Sound timer selama 60
detik.


(+)

No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
III Proses
Perencanaan
Penentuan
Diagnosis ISPA



Dilaksanakan oleh bidan dan
dokter umum yang hadir
setiap hari kerja yang setiap
hari kerja (senin-sabtu), pukul
08.00-14.00


Berdasatkan pendoman
dokter umum Puskesmas
yang bertugas tiap hari kerja
(senin-sabtu), pukul 08.00-
14.00 WIB.


(+)




















Pengorganisasian














Pelaksanaan
a. Penemuan
Penderita ISPA



Tidak terdapat struktur
organisasi tertulis dan
pembagian teratur dalam
menjalankan program
P2ISPA, hanya ada struktur
organisasi Puskesmas dengan
pembagian tugas
Kepala Puskesmas :
dr.Cucu Siti M, M.Kes.
Penanggung jawab P2M
dan koordinator P2M :
E.Wina,AMK.
Dokter Pelaksana
P2ISPA : dr.Fransiska V

Kurang sesuai pedemon






Terdapat struktur
organisasi tertulis dan
pembagian tugas-tugas
secara teratur dalam
menjalankan program
P2ISPA.









Dilaksanakan secara pasif
oleh dokter umum di BPU
setiap hari kerja, pukul
08.00-14.00 WIB.

(+)















(+)


No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
a. Penentuan
diagnosis
ISPA

Kurang sesuai pedoman


Dilaksanakan oleh dokter
umum sesuai metode
setiap hari kerja pk 08.00-
14.00 WIB.

(+)
b. Pelayanan
pengobatan
penderita

Kurang sesuai pedoman Dilaksanakan oleh dokter
umum sesuai dengan
metode mengenai
penanganan ISPA, setiap
hari kerja, pukul 08.00-
14.00 WIB.
(+)
IV Lingkungan
c. Fisik
1. Fasilitas
Kesehatan lain


Tidak ada kerja sama
fasilitas kesehatan lain
dengan Puskesmas dalam
program P2ISPA sehingga
tidak ada koordinasi
cakupan penemuan
Pneumonia bagi balita
yang berobat ke sarana
kesehatan lainnya, cakupan
penemuan pneumonia
balita di Kecamatan
Kutawaluya 86 %.






Adanya kerjasama
fasilitas kesehatan lain
dengan Puskesmas dalam
kegiatan P2ISPA.



(+)
Keterangan : Hanya dicantumkan yang bermasalah. Hasil keseluruhan terdapat di lampiran 4

Bab VI
Perumusan Masalah

Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai dengan
April 2012 didapatkan beberapa masalah sebagai berikut :

Masalah dari keluaran (masalah sebenarnya) :
Rendahnya cakupan Penemuan penderita ISPA (pneumonia).

Masalah menurut unsur lain (penyebab masalah) :
a. Dari masukan:
Terdapat beberapa sarana medis yang masih belum tersedia di ruang pemeriksaan,
yaitu sound timer, timbangan berat badan bayi. .
Penentuan diagnosis ISPA dengan menggunakan jam tangan, sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan pelaksanaan penentuan diagnosis dan
akhirnya bisa terjadi kesalahan penentuan diagnosis ISPA (pneumonia).
Tidak ada nya brosur.

b. Dari proses:
Pada hari kerja lainnya pelayanan pengobatan ISPA dilakukan hanya oleh dokter
dan bidan.
Penanggung jawab dan koordinator program dipegang oleh satu orang dengan
jabatan yang rangkap.

c. Dari lingkungan:
Fisik: Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas dalam
program P2ISPA sehingga tidak ada koordinasi cakupan penemuan pneumonia
bagi balita yang berobat ke sarana kesehatan lainnya.





Bab VII
Prioritas Masalah

Tidak dibuat prioritas masalah karena hanya ditemukan 1 masalah menurut keluaran, yaitu :
- Kelompok mengenai P2 ISPA di Puskesmas Kutawaluya perioder Mei 2011 sampai
dengan April 2012 dengan cakupan 60,13%. dari tolok ukur 86%.





















\





Bab VIII
Penyelesaian Masalah

Masalah 1
Rendahnya Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya
Periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.

Penyebab masalah :
1. Penentuan diagnosis ISPA dengan menggunakan jam tangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesalahan pelaksanaan penentuan diagnosis dan akhirnya bisa terjadi kesalahan
penentuan diagnosis ISPA (pneumonia).
2. Pada hari kerja lainnya pelayanan pengobatan ISPA di ruang pemeriksaan dilakukan
hanya oleh bidan.
3. Penentuan diagnosis ISPA dilakukan oleh bidan, yang belum mendapat pelatihan tentang
ISPA di ruang pemeriksaan sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan pelaksanaan
penentuan diagnosis ISPA (pneumonia).
4. Terdapat beberapa sarana medis yang masih belum tersedia di ruang pemeriksaan, yaitu
sound timer, timbangan berat badan bayi.
5. Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas dalam program P2ISPA
sehingga tidak ada koordinasi cakupan penemuan pneumonia bagi balita yang berobat ke
sarana kesehatan lainnya,

Penyelesaian masalah :
1. Pelayanan pengobatan penderita ISPA lebih baik menjadi tanggung jawab dokter
sepenuhnya, dan perawat/ bidan sebagai pembantu dokter.
2. Melakukan pelatihan pada bidan dan perawat tentang penegakkan dan pengobatan ISPA
yang sesuai pedoman.
3. Melalukan pengadaan sound timer agar penegakkan kasus pneumonia lebih tepat.
4. Mendorong setiap tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pemeriksaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pedoman ISPA kepada setiap
pasien.



Bab IX
Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil Evaluasi Program P2 ISPA Puskesmas kutawaluya dengan cara
pendekatan sistem dapat diambil kesimpulan bahwa Program P2 ISPA di Puskesmas
Kutawaluya Karawang periode April 2011 Mei 2012, belum berhasil sepenuhnya.

1. Cakupan penemuan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas
Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 : 60,13 %
2. Penentuan diagnosis penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas
Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dilakukan
kurang sesuai pedoman
3. Pengobatan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya
Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dilakukan kurang sesuai
pedoman.
4. Jumlah rujukan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya
Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 tidak ada kasus.
5. Pencatatan dan pelaporan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas
Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dilakukan
100%.

Didapatkan dua prioritas masalah yang ditemukan dari keluaran
1. Rendahnya angka penemuan kasus pneumonia oleh tenaga kesehatan.

9.2 Saran
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam program pemberantasan penyakit ISPA
di Puskesmas Kutawaluya di tahun yang akan datang, maka yang harus dilakukan adalah
Mengadakan pelatihan pada bidan dan perawat di Puskesmas yang siap memberikan
penyuluhan tentang ISPA.
Pelayanan pengobatan penderita ISPA lebih baik menjadi tanggung jawab dokter
sepenuhnya, dan perawat/ bidan sebagai pembantu dokter.
Melakukan pelatihan pada bidan dan perawat tentang penegakkan dan pengobatan
ISPA yang sesuai pedoman.
Melakukan pengadaan sound timer agar penegakkan kasus pneumonia lebih tepat
Mendorong setiap tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pemeriksaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pedoman ISPA kepada setiap
pasien.



























Daftar Pustaka
1. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf,
2004.
2. World Health Organization (WHO). Pengenalan Dini, Pelaporan, dan Manajemen
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ISPA yang Berpotensi Menimbulkan
Kekhawatiran. Diakses dari: http://www.who.int/pdf. Diakses pada tanggal 14 Maret
2012.
3. Depkes R.I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta;
2011.
4. Depkes R.I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta; 2002.
5. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Diunduh
dari: http://syair79.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 27 November 2011.
6. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Penanggulangan.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf. Diakses pada tanggal 15
Maret 2012.
7. Soendoro T. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007.
Diunduh dari: http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lariskesdas.pdf. Diakses
pada tanggal 15 Maret 2012.
8. Depkes R.I. Pneumonia Balita.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20PNEUMONIA.pdf.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2012.
9. Sihotang D. Hubungan Tingkat Keparahan ISPA dengan Status Gizi pada Balita di
Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009. Sumatera Utara; 2010.
Diunduh dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16314/5/Chapter%201.pdf. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2012.
10. Yulistianto B. hubungan Kondisi Fisik Dalam Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut pada Balita di Wilayah Puskesmas 1 Bawang Kabupaten Banjarnegara.
Semarang : Universitas Diponegoro; 2004. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/21666/1/2070c.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2012.
11. Romsiyati E. Hubungan Tingakat Pengetahuan Keluarga Tentang ISPA dengan Kejadian
ISPA pada Balta di Desa Gandrungmanis. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional;
2011. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312032/bab6.pdf. Diakses
pada tanggal 9 April 2012.
12. Karakteristik Penderita Pneumonia pada Balita. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16362/5/Chapter%20I.pdf,
2010










































LAMPIRAN

































Lampiran I
Tolok Ukur Keberhasilan Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan
Kabupaten/Kota.


No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
I Masukan
A. Tenaga
1. Dokter terlatih 1 orang
2. bidan 1 orang
3. Perawar terlatih 1 orang
4. Koordinator P2M 1 orang
5. Kader Ada
B. Dana
Dana untuk pelaksanaan program
diperoleh dari :

APBD tingkat II Cukup
C. Sarana
a. Medis
Stetoskop 1 buah
Timbangan berat badan bayi 1 buah
Timbangan berat badan dewasa 1 buah
Sound timer 2 buah
Thermometer 1 buah
Senter 1 buah

Antibiotik
- Kotrimoksazol Cukup
- Amoxicilin Cukup
Anlagetik antipiretik
- Paracetamol Cukup
- Paracetamol sirup Cukup




No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
Berdasarkan pada hasil pemeriksaan, klasifikasi
No Variabel Pencapaian
Antitusif-anti sesak
- Gliseril guaiakolat
- Salbutamol
Cukup
Cukup
b. Non-medis
Ruang tunggu Ada
Ruang untuk periksa pasien Ada
Tempat tidur untuk memeriksa Ada
Pedoman penatalaksanaan
ISPA
Ada
Alat administrasi (buku,alat
tulis)
Ada
Brosur atau poster Ada
D. Metode
1. Penemuan penderita ISPA Penemuan penderita ISPA (meliputi infeksi
saluran pernapasan bagian atas dan bawah)
yang berobat ke Puskesmas dengan gejala-
gejala sebagai berikut: batuk, pilek, demam,
sesak napas.
2. Penentuan diagnosis ISPA Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan
non-pneumonia dilaksanakan melalui
anamnesis (mengajukkan pertanyaan kepada
ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara
melihat dan mendengarkan pernafasan (saat
balita tenang, tidak menangis, tidak meronta)
dengan menghitung frekuensi nafas
menggunakan sound timer atau jam tangan.

penyakit ISPA dibedakan untuk untuk golongan
umur < 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan
- < 5 tahun
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat : Bila adanya gejala batuk,
pilek, demam, dan disertai tanda tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (TDDK) atau
adanya nafas cepat, frekuensi nafas yaitu 60x per
menit atau lebih.
b. Batuk bukan pneumonia : Bila adanya gejala
batuk, pilek, demam +/- , dan tidak disertai tanda
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK) atau tidak adanya nafas cepat, frekuensi
nafas kurang dari 60x per menit.
Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun
a. Pneumonia berat : Bila adanya gejala batuk,
pilek, demam, dan disertai tanda tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dimana
pada waktu anak menarik nafas (saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis/meronta).
b. Pneumonia : Bila adanya gejala batuk, pilek,
demam, dan tidak disertai tanda tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (TDDK) atau
adanya nafas cepat, frekuensi nafas :
- 2 bulan - <12 bulan : 50x/menit.
- 12 bulan - <5 tahun : 40x/menit.








No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
c. Batuk bukan pneumonia : Bila adanya
gejala batuk, pilek, demam +/, dan tidak
disertai tanda tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) atau tidak ada
nafas cepat, frekuensi nafas :
- 2 bulan-<12 bulan : < 50x/menit.
- 12 bulan-<5 tahun : < 40x/menit.
3. Pelayanan pengobatan
penderita ISPA
Pelayanan pengobatan penderita ISPA :
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik yang sesuai.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jika perlu.
- Anjurkan kepada ibu untuk tetap
memberikan ASI
b. Batuk bukan pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan
perawatan di rumah /menjaga bayi
tetap hangat.
- Memberi ASI lebih sering.
- Membersihkan lubang hidung jika
menggangu pemberian ASI.
- Anjurkan ibu kembali kontrol jika
pernafasan menjadi cepat atau sukar,
kesulitan minum ASI, sakitnya
bertambah parah.






No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
Golongan umur 2 bulan - <5 tahun
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jikaperlu.
b. Pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di
rumah
- Beri antibiotik selama 3 hari.
- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari
atau lebih cepat bila keadaan anak
memburuk.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jika perlu.
c. Batuk bukan pneumonia :
- Jika batuk > 3 minggu rujuk.
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di
rumah
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jika perlu.
















4. Rujukan Penderita dengan
ISPA berat.

Setiap bayi dan anak balita dengan
pneumonia berat dengan tanda bahaya umum
harus segera dirujuk ke Rumah Sakit untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai yang
menyertai anak dengan batuk pada umur < 2
bulan yaitu : Kurang mau minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam
atau terlalu dingin.
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang
menyertai anak dengan batuk pada umur 2 bulan
sampai < 5 tahun yaitu : tidak bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi buruk.



No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan

5. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan secara:
a. Perorangan (konseling ibu), digunakan
wawancara dengan orang tua dan
memberikan semua informasi mengenai
tanda bahaya ISPA (pneumonia berat),
cara pemberian obat, nasihat pemberian
makanan.
b. Kelompok, menggunakan metode
ceramah, diskusi kelompok atau poster.

6. Pelatihan kader Dilakukan 1x/tahun. Dengan tujuan
memberikan pengetahuan kepada para
kader berupa pengenalan mengenai gejala
penyakit ISPA ringan, sedang dan berat
berdasarkan perhitungan frekuensi napas
dengan mengunakan sound timer atau jam
tangan, serta usaha-usaha pencegahan
ISPA.
7. Pencatatan dan pelaporan Dengan menggunakan sistem SP2TP :
- Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan
ISPA berat (Pneumonia berat)
dilaporkan dalam formulir LB1
sebagai Pneumonia.
- Kasus ISPA ringan (batuk-pilek)
dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai
penyakit ISPA.










No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
II Proses
A. Perencanaan
a. Penemuan penderita ISPA Jumlah sasaran adalah 10 % dari jumlah
seluruh balita di wilayah puskesmas.
Jumlah target adalah 86 % dari jumlah
sasaran
Akan dilaksanakan penemuan kasus
ISPA secara pasif oleh dokter umum
atau perawat pada semua penderita
ISPA yang datang berobat ke Balai
Pengobatan Umum (BPU) setiap hari
kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.
b. Penentuan diagnosis ISPA Penentuan diagnosis ISPA akan
dilaksanakan berdasarkan metode sesuai
dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik
oleh dokter umum Puskesmas yang bertugas
di setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.
c. Pelayanan pengobatan
penderita ISPA
Akan dilaksanakan sesuai dengan metode
oleh dokter umum puskesmas setiap hari
kerja kerja pukul 08.00-14.00 WIB.
d. Rujukan penyakit ISPA berat Akan dilakukan rujukan ke dokter spesialis
anak atau Rumah Sakit terdekat pada setiap
penderita pneumonia berat dengan tanda
bahaya umum, setiap hari kerja, pukul
08.00-14.00 WIB.
e. Penyuluhan Perorangan
Akan dilaksanakan dengan menggunakan
teknik wawancara dan memberikan semua
informasi mengenai ISPA pada orang tua
penderita yang datang ke Puskesmas, setiap
hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB.






No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
Kelompok
Akan dilaksanakan 1x/tahun penyuluhan
kelompok dengan mengunakan metode
ceramah, diskusi kelompok dan poster.
f. Pelatihan kader untuk
meningkatkan pengetahuan
mengenai ISPA.

Akan dilaksanakan 1 x/tahun.

g. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan akan dilaksanakan setiap hari
dan pelaporan akan dilaksanakan secara
bulanan, triwulan, dan tahunan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas.
B. Pengorganisasian

Penanggung jawab program : Kepala
Puskesmas (dokter umum/ dokter gigi).
Tugasnya : bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap berjalannya program,
melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap keberhasilan program,
mendeteksi hambatan yang ada serta
penanggulangannya.
Koordinator P2ISPA: tenaga kesehatan
(dokter, perawat, bidan).
Tugasnya: mengkoordinasi pelaksanaan
program agar dapat berjalan dengan baik.
Administrasi program: tenaga
administrasi.
Tugasnya: melakukan pencatatan dan
pelaporan pelaksanaan program.
Pelaksana program: tenaga kesehatan (dokter,
perawat) dan para kader





No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
Dokter umum :
- Melakukan supervisi dan bimbingan
penatalaksanaan standar kasus-kasus
ISPA kepada perawat atau paramedis.
- Melakukan pemeriksaan atau pengobatan
kasus-kasus pneumonia berat atau
penyakit-penyakit dengan tanda bahaya
yang dirujuk oleh perawat atau
paramedik, dan merujuknya ke rumah
sakit bila dianggap perlu.
- Melatih semua petugas kesehatan di
wilayah Puskesmas yang diberi
wewenang mengobati penderita penyakit
ISPA.
Perawat :
- Melakukan penatalaksanaan standar
kasuskasus ISPA sesuai dengan petunjuk
yang ada.
- Melakukan konsultasi kepada dokter
puskesmas untuk kasus-kasus ISPA
tertentu seperti pneumonia berat,
penderita dengan wheezing, stridor.
- Bersama dokter atau di bawah petunjuk
dokter melatih kader.
- Memberikan penyuluhan terutama kepada
ibu-ibu.
- Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh pimpinan Puskesmas sehubungan
dengan pelaksanaan P2ISPA.






No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
Kader :
- Dilatih untuk bisa membedakan gejala
penyakit ISPA ringan, sedang dan berat
berdasarkan perhitungan frekuensi napas
dengan mengunakan sound timer atau
jam tangan, serta usaha-usaha
pencegahan ISPA.
- Memberikan penyuluhan kelompok
perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan
pneumonia) serta penyakit pneumonia
serta tindakan yang perlu dilakukan oleh
ibu yang anaknya menderita penyakit ini.
C. Pelaksanaan
a. Penemuan penderita ISPA Dilaksanakan secara pasif oleh dokter umum
atau perawat di BPU setiap hari kerja, pk
08.00-14.00 WIB.
b. Penentuan diagnosis ISPA Dilaksanakan oleh dokter umum sesuai
metode setiap hari kerja pk 08.00-14.00
WIB.
c. Pelayanan pengobatan penderita Dilaksanakan oleh dokter umum sesuai
dengan metode mengenai penanganan ISPA,
setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.
d. Rujukan penyakit ISPA Dilaksanakan untuk penderita pneumonia
berat dengan tanda bahaya umum langsung
dirujuk ke Dokter Spesialis di RS terdekat.
e. Penyuluhan Dilaksanakan secara perorangan kepada
orang tua pasien dengan wawancara dan
secara kelompok kepada masyarakat
1x/tahun di Puskesmas maupun di luar.





No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
f. Pelatihan bagi kader Dilaksanakan Pelatihan terhadap kader
dilaksanakan 1x/ tahun oleh tenaga
kesehatan pada hari kerja.
g. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dengan sistem SP2TP tiap hari
melalui format LB1.

D. Pengawasan
Pelaporan sebelum tanggal 3 tiap bulan.
Melalui pertemuan bulanan yang diadakan
oleh kepala Puskesmas 12 x/tahun.
III Keluaran
a. Penemuan penderita ISPA Penemuan kasus ISPA (pneumonia)
sebesar 86%
b. Penentuan diagnosis ISPA 100% dari penemuan kasus ISPA
c. Pelayanan pengobatan penderita 100% dari pasien didiagnosis ISPA
d. Rujukan penyakit ISPA 100% dari kasus pneumonia berat .
e. Penyuluhan
- Perorangan 100% (tiap kali kunjungan)
- Kelompok 100%(1x/bulan)
f. Pelatihan bagi kader 100% (1 x/tahun)
g. Pencatatan dan pelaporan 100% Setiap hari kerja pencatatan dengan
sistem ST2TP dalam format LB1.
Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal
3 tiap bulan.
IV Lingkungan
A. Fisik
1. Fasilitas kesehatan lain

Adanya kerjasama fasilitas kesehatan lain
dengan Puskesmas dalam kegiatan P2
ISPA








No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
B. Non-fisik
1. Tingkat pendidikan, sosial-
ekonomi
2. Perilaku masyarakat dalam
pemanfaatan Puskesmas


Tidak menjadi hambatan dalam
pelaksanaan program P2ISPA.
Masyarakat memanfaatkan Puskesmas
sebagai tempat yang utama dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan.
V Umpan Balik
1. Adanya pencatatan dan pelaporan
yang lengkap dan sesuai dengan
waktu yang ditentukan sehingga
dapat digunakan sebagai masukan
untuk perbaikan pelaksanaan
program P2ISPA.
2. Pertemuan bulanan rutin ataupun
lokakarya mini bulanan yang
membahas hasil laporan kegiatan
tiap bulan dan dilakukan pencatatan
hasil pertemuan untuk perbaikan
pelaksanaan program P2ISPA yang
dilaksanakan.
12x/tahun





12 x / tahun
VI Dampak
1. Langsung




2. Tidak langsung

Menurunkan angka kesakitan
pneumonia kurang dari 10 %
Menurunkan angka kematian akibat
Pneumonia jadi 3 / 1000 balita

Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat













Lampiran 2

Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Kutawaluya Karawang
















































KEPALA BPU

dr. Fransika Virgianty
TATA USAHA

Sudin Juhanta
KOORD. PETUGAS OPR.
P2M

E. Wina, AMK
KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN KUTAWALUYA

dr. CUCU SITI MINFALAH, MKES
Lampiran 3 : Data Demografi dan Data kesakitan ISPA.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kutawaluya 2011.
NO NAMA DESA JUMLAH
RT/RW
KK JUMLAH PENDUDUK L + P
L P
1 Waluya 12/4 1168 1738 1669 3407
2 Sampalan 24/6 1962 3027 3133 6160
3 Sindangsari 18/5 1557 2716 2800 5516
4 Sindangmulya 9/3 1291 1949 1930 3879
5 Sindangkarya 12/3 1037 1696 1618 3314
6 Sindangmukti 12/4 1373 2043 2146 4189
7 Mulyajaya 9/3 908 1432 1252 2684
JUMLAH 96/28 9296 14601 14548 29149

Tabel 1.2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Kutawaluya Tahun
2011.


No Usia (tahun) Jumlah (orang)
1 0-5 2667
2 6-17 5409
3 18-60 19241
4 60 ke atas 1832
Total 29149
Sumber : Kecamatan Kutawaluya

Tabel 1.3 . Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Kutawaluya Tahun
2011.


No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase
1 Tidak Tamat SD 6357 21,81%
2 Tamat SD 10808 37,08%
3 Tamat SLTP 7299 25,04%
4 Tamat SLTA 4040 13,86%
5 Tamat D III 388 1,33%
6 Sarjana 257 0,88%
Total 29149 100%
Sumber : Kecamatan Kutawaluya Tahun2011

Tabel 1.4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Kutawaluya
Tahun 2011.


No Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Petani 12263 42,07 %
2 Buruh Pabrik 8640 29,64 %
3 Pegawai Negeri 1982 6,8 %
4 Pedagang 3215 11,03 %
5 Lain-lain 3049 10,46 %
Total 29149 100 %
Sumber : Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011

Tabel 1.5 Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011.


No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas UPTD 1
2 Puskesmas Pembantu (Pustu) 2
3 Puskesmas Keliling 1
4 Klinik 24 jam -
5 Dokter praktek swasta 2
6 Balai pengobatan Swasta 4
7 Bidan desa 7
8 Toko obat 1
9 Pengobatan tradisional -
10 Posyandu 39
11 Kader posyandu 192













Lampiran 4 : Masalah antara Cakupan dan Tolok Ukur

No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
I Keluaran
2. Penemuan penderita
ISPA (pneumonia)
Jumlah balita penderita
pneumonia di satu wilayah
kerja dalam satu tahun
= x
100%
Jumlah perkiraan
balita
penderita pneumonia
di suatu wilayah kerja
dalam satu tahun
= 178 / 296 x 100%
= 60,13 %
Jadi, penemuan penderita
ISPA pneumonia yang
datang berobat ke Puskesmas
sebesar 60,13 %
86 %










(+)

3. Penentuan diagnosis
ISPA
100% dari penemuan kasus
ISPA
100% dari penemuan
kasus ISPA
(-)
4. Pelayanan
pengobatan
penderita
100% 100 % (-)
5. Rujukan penyakit
ISPA
Tidak ditemukan kasus
pneumonia berat yang perlu
dirujuk.
100% dari kasus
pneumonia berat
(-)
6. Penyuluhan
- Perorangan

- Kelompok

Dilakukan setiap kali
kunjungan (100%)
Dilakukan (100%) 2x /tahun

100% (tiap kali
kunjungan)
100% (1x/tahun)

(-)

(-)

No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
7. Pelatihan bagi kader
untuk meningkatkan
pengetahuan tentang
ISPA
Dilaksanakan 2x/tahun
(100%)
100% (1x/tahun) (+)
8. Pencatatan dan
pelaporan
100% Setiap hari kerja
pencatatan dengan sistem
ST2TP dalam format LB1.
Pelaporan dilakukan paling
lambat tanggal 3 tiap
bulan.
100% Setiap hari
kerja pencatatan
dengan sistem ST2TP
dalam format LB1.
Pelaporan dilakukan
paling lambat tanggal
3 tiap bulan.
(-)
II Masukan
A. Tenaga
1. Dokter
2. Perawat
3. bidan
4. Koordinator P2M
5. Kader

1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
192 orang

1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
Ada

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
B. Dana
Dana pelaksanaan
program diperoleh dari
APBD tingkat II

Cukup

Cukup

(-)
C. Sarana
b. Medis
Stetoskop
Timbangan berat
badan bayi
Timbangan berat
badan dewasa


2 buah
Tidak ada

1 buah





1 buah
1 buah

1 buah


(-)
(+)

(-)
No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
Sound timer
Thermometer
Senter
Antibiotik
- Kotrimoksasol 480 mg
- Amoksisilin tablet
Analgetik-antipiretik
- Paracetamol 500 mg

Antitusif-antisesak
- Gliseril guaiakolat,
salbutamol
Tidak ada
1 buah
1 buah

Cukup
Cukup

Cukup


Cukup

2 buah
1 buah
1 buah

Cukup
Cukup

Cukup


Cukup
(+)
(-)
(-)

(-)
(-)

(-)


(-)
c. Nonmedis
Ruang Tunggu
Ruang periksa pasien
Tempat tidur untuk
memeriksa
Pedoman penatalaksanaan
ISPA

Ada
Ada
Ada

Ada

Ada
Ada
Ada

Ada

(-)
(-)
(-)

(-)
Alat administrasi (buku, alat
tulis)
Brosur atau poster
Ada

Ada
Ada

Ada
(-)

(-)
D. Metode
1. Penemuan penderita ISPA

Passive case
finding yang
berobat ke BPU
dengan gejala
batuk, pilek,
demam, sesak
napas.


Penemuan penderita
yang datang ke BPU
dengan gejala batuk,
pilek, demam, sesak
napas.

(-)



No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
2. Penentuan
diagnosis
ISPA
Penegakan diagnosis
ISPA pneumonia dan non
pneumonia dilaksanakan
melalui anamnesa
(mengajukan pertanyaan
kepada ibu) dan
pemeriksaan fisik balita
dengan cara melihat dan
mendengarkan pernafasan
(saat balita tenang, tidak
menangis, tidak meronta)
dengan menghitung
frekuensi nafas
menggunakan jam tangan,
Penegakan diagnosis
ISPA pneumonia dan
non pneumonia
dilaksanakan melalui
anamnesa (mengajukan
pertanyaan kepada ibu)
dan pemeriksaan fisik
balita dengan cara
melihat dan
mendengarkan
pernafasan (saat balita
tenang, tidak menangis,
tidak meronta) dengan
menghitung frekuensi
nafas menggunakan
sound timer selama 60
detik.
(+)
Berdasarkan pada hasil
pemeriksaan, klasifikasi
penyakit ISPA dibedakan
untuk untuk golongan
umur < 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan -
< 5 tahun :
Golongan umur < 2
bulan


Berdasarkan pada hasil
pemeriksaan, klasifikasi
penyakit ISPA dibedakan
untuk untuk golongan
umur < 2 bulan dan
untuk golongan umur 2
bulan - < 5 tahun :
Golongan umur < 2
bulan






No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
a. Pneumonia berat : Bila
adanya gejala batuk, pilek,
demam, dan disertai tanda
tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
(TDDK) atau adanya nafas
cepat, frekuensi nafas yaitu
60x per menit atau lebih.
a. Pneumonia berat : Bila
adanya gejala batuk,
pilek, demam, dan
disertai tanda tarikan
dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK)
atau adanya nafas cepat,
frekuensi nafas yaitu 60x
per menit atau lebih.

b. Batuk bukan pneumonia :
Bila adanya gejala batuk,
pilek, demam +/- , dan
tidak disertai tanda tarikan
dinding dada bagian bawah
ke dalam (TDDK) atau
tidak adanya nafas cepat,
frekuensi nafas kurang
dari 60x per menit.
b. Batuk bukan pneumonia :
Bila adanya gejala batuk,
pilek, demam +/- , dan
tidak disertai tanda
tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
(TDDK) atau tidak
adanya nafas cepat,
frekuensi nafas kurang
dari 60x per menit.

Golongan umur 2 bulan
- < 5 tahun
a. Pneumonia berat : Bila
adanya gejala batuk,
pilek, demam, dan
disertai tanda tarikan
dinding dada bagian
bawah ke dalam
(TDDK) dimana pada
waktu anak menarik
nafas (saat diperiksa
anak harus
Golongan umur 2
bulan - < 5 tahun
a. Pneumonia berat : Bila
adanya gejala batuk,
pilek, demam, dan
disertai tanda tarikan
dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK)
dimana pada waktu anak
menarik nafas (saat
diperiksa anak harus


No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
dalam keadaan tenang,
tidak menangis/meronta).
b.Pneumonia : Bila
adanya gejala batuk, pilek,
demam, dan tidak disertai
tanda tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
(TDDK) atau adanya nafas
cepat, frekuensi nafas :
- 2 bulan - <12 bulan :
50x/menit.
12 bulan - <5 tahun :
40x/menit.
dalam keadaan tenang,
tidak menangis/meronta).
b. Pneumonia : Bila adanya
gejala batuk, pilek, demam,
dan tidak disertai tanda
tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK)
atau adanya nafas cepat,
frekuensi nafas :
- 2 bulan - <12 bulan :
50x/menit.
- 12 bulan - <5 tahun :
40x/menit.

c. Batuk bukan pneumonia :
Bila adanya gejala batuk,
pilek, demam +/, dan tidak
disertai tanda tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam
(TDDK) atau tidak ada nafas
cepat, frekuensi nafas :
- 2 bulan-<12 bulan : <
50x/menit.
12 bulan-<5 tahun : <
40x/menit.
c.Batuk bukan
pneumonia : Bila
adanya gejala batuk,
pilek, demam +/, dan
tidak disertai tanda
tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
(TDDK) atau tidak ada
nafas cepat, frekuensi
nafas :
- 2 bulan-<12 bulan : <
50x/menit.
- 12 bulan-<5 tahun : <
40x/menit.

3. Pelayanan
pengobatan
penderita ISPA
Golongan umur <2 bulan
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah
sakit
Golongan umur <2 bulan
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah
sakit

(-)





No
Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
- Beri 1 dosis antibiotik
yang sesuai
- Obati demam jika perlu
- Antitusif-antisesak jika
perlu
- Anjurkan kepada ibu
untuk tetap memberikan
ASI
b. Batuk bukan pneumonia
:
- Nasihati ibu untuk
tindakan perawatan di
rumah /menjaga bayi
tetap hangat.
- Memberi ASI lebih
sering
- Membersihkan lubang
hidung jika menggangu
pemberian ASI
- Anjurkan ibu kembali
kontrol jika pernafasan
menjadi cepat atau
sukar, kesulitan minum
ASI, sakitnya
bertambah parah.
- Beri 1 dosis antibiotik
yang sesuai
- Obati demam jika perlu
- Antitusif-antisesak jika
perlu
- Anjurkan kepada ibu
untuk tetap
memberikan ASI
b. Batuk bukan
pneumonia:
- Nasihati ibu untuk
tindakan perawatan di
rumah /menjaga bayi
tetap hangat.
- Memberi ASI lebih
sering
- Membersihkan lubang
hidung jika menggangu
pemberian ASI
- Anjurkan ibu kembali
kontrol jika pernafasan
menjadi cepat atau
sukar, kesulitan minum
ASI, sakitnya
bertambah parah.

Golongan umur 2
bulan - <5 tahun
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah
Golongan umur 2
bulan - <5 tahun
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah




No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
- sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak,
jika perlu.
b. Pneumonia :
- Nasihati ibu untuk
tindakan perawatan di
rumah
- Beri antibiotik selama 3
hari.
- Anjurkan ibu untuk
kembali kontrol 2 hari
atau lebih cepat bila
keadaan anak
memburuk.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak,
jika perlu.
c. Batuk bukan pneumonia:
- Jika batuk > 3 minggu
rujuk.
- Nasihati ibu untuk
tindakan perawatan di
rumah
- Obati demam, jika perlu.
Antitusif anti sesak, jika
perlu.
- sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jika
perlu.
b. Pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan
perawatan di rumah
- Beri antibiotik selama 3
hari.
- Anjurkan ibu untuk
kembali kontrol 2 hari atau
lebih cepat bila keadaan
anak memburuk.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jika
perlu.
c. Batuk bukan pneumonia:
- Jika batuk > 3 minggu
rujuk.
- Nasihati ibu untuk tindakan
perawatan di rumah
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif anti sesak, jika
perlu.





No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
4. Rujukan
penderita
dengan
ISPA berat
Setiap bayi dan anak balita
dengan pneumonia berat
dengan tanda bahaya umum
segera dirujuk ke Rumah
Sakit. Setelah itu difollow-up
keadaannya.
Tanda bahaya umum yang
perlu diwaspadai yang
menyertai anak dengan
batuk, yaitu : Kurang mau
minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing,
demam atau terlalu dingin.
Setiap bayi dan anak balita
dengan pneumonia berat
dengan tanda bahaya umum
segera dirujuk ke Rumah
Sakit. Setelah itu difollow-
up keadaannya.
Tanda bahaya umum yang
perlu diwaspadai :
anak dengan batuk pada
umur < 2 bulan yaitu :
Kurang mau minum,
kejang, kesadaran
menurun, stridor,
wheezing, demam atau
terlalu dingin.
anak dengan batuk pada
umur 2 bulan sampai < 5
tahun yaitu : tidak bisa
minum, kejang,
kesadaran menurun,
stridor, gizi buruk.

(-)
5. Penyuluhan Cara : Cara :
c. Perorangan, digunakan
wawancara dengan orang
tua dan memberikan
semua informasi
mengenai tanda bahaya
ISPA (pneumonia berat)
a. Perorangan, digunakan
wawancara dengan
orang tua dan
memberikan semua
informasi mengenai
tanda bahaya ISPA
(-)



No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah








6. Pelatihan
kader
saat membawa anaknya
berobat ke puskesmas.
b. Kelompok, pada tanggal
tertentu 1x/tahun ditiap
desa.



Dilakukan 2x/tahun. Dengan
tujuan memberikan
pengetahuan kepada para
kader berupa pengenalan
mengenai gejala penyakit
ISPA ringan, sedang dan
berat berdasarkan
perhitungan frekuensi napas
dengan mengunakan jam
tangan, serta usaha usaha
pencegahan ISPA
(pneumonia berat).

d. Kelompok,
menggunakan metode
ceramah, diskusi
kelompok atau poster,
1x/tahun.

Dilakukan 1x/tahun.
Dengan tujuan memberikan
pengetahuan kepada para
kader berupa pengenalan
mengenai gejala penyakit
ISPA ringan, sedang dan
berat berdasarkan
perhitungan frekuensi napas
dengan mengunakan sound
timer atau jam tangan, serta
usaha usaha pencegahan
ISPA.


(-)





(-)
7. Pencatatan
dan
pelaporan
Dengan menggunakan sistem
SP2TP :
Dengan menggunakan
sistem SP2TP :
(-)
- Kasus ISPA sedang
(Pneumonia) dan ISPA
berat (Pneumonia berat)
dilaporkan dalam
formulir LB1 sebagai
pneumonia.



- Kasus ISPA sedang
(Pneumonia) dan ISPA
berat (Pneumonia berat)
dilaporkan dalam
formulir LB1 sebagai
pneumonia.



No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah





III





Proses
A. Perencanaan
a. Penemuan
penderita ISPA


- Kasus ISPA ringan
(batuk-pilek) dilaporkan
dalam formulir LB1
sebagai penyakit ISPA.


Akan dilaksanakan
penemuan kasus ISPA
secara pasif oleh dokter
umum atau bidan pada
semua penderita ISPA
yang datang berobat ke
Balai Pengobatan Umum
(BPU) setiap hari kerja,
pukul 08.00-14.00 WIB.

- Kasus ISPA ringan
(batuk-pilek)
dilaporkan dalam
formulir LB1 sebagai
penyakit ISPA.


Jumlah sasaran adalah 10
% dari jumlah seluruh
balita di wilayah
puskesmas.
Penemuan kasus ISPA
secara pasif oleh dokter
umum atau perawat pada
semua penderita ISPA
yang datang berobat ke
BPU setiap hari kerja,
pukul 08.00-14.00 WIB.







(-)
b. Penentuan
diagnosis
ISPA.



c. Rujukan
penyakit ISPA
Dilaksanakan hanya oleh
bidan dan dokter umum
dengan pedoman. Bidan
hadir setiap hari kerja dan
biasanya kehadirannya
antara pk 08.00-14.00.
Akan Dilakukan rujukan
Perorangan ke Rumah
Sakit terdekat pada setiap
penderita pneumonia berat
dengan tanda bahaya
umum, setiap hari kerja,
pukul 08.00-14.00 WIB.
Berdasarkan pedoman oleh
dokter umum Puskesmas
yang bertugas di setiap
hari kerja, pukul 08.00-
14.00 WIB.

Akan Dilakukan rujukan
Perorangan ke Rumah
Sakit terdekat pada setiap
penderita pneumonia berat
dengan tanda bahaya
umum, setiap hari kerja,
pukul 08.00-14.00 WIB.
(+)





(-)


No Variabel Pencapaian Tolak Ukur Masalah
d. Penyuluhan Perorangan
Dilaksanakan dengan
menggunakan teknik
wawancara dan
memberikan semua
informasi mengenai ISPA
pada orang tua penderita
yang datang ke
Puskesmas, setiap hari
kerja (senin-sabtu), pukul
08.00-14.00 WIB, kecuali
hari libur.
Kelompok
Akan Dilaksanakan pada
tanggal tertentu, 2x/tahun
ditiap desa.

Perorangan
Akan dilaksanakan dengan
menggunakan teknik
wawancara dan
memberikan semua
informasi mengenai ISPA
pada orang tua penderita
yang datang ke Puskesmas,
setiap hari kerja (senin-
sabtu), pukul 08.00-14.00
WIB, kecuali hari libur.

Kelompok
Akan dilaksanakan
1x/tahun
penyuluhan
kelompok dengan
mengunakan
metode ceramah,
diskusi kelompok
dan poster.

(-)











(-)










No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
e. Pelatihan
kader
meningkatkan
pengetahuan
mengenai
ISPA
f. Pencatatan
dan pelaporan
Akan dilaksanakan
2x/tahun di tiap desa.






Pencatatan
dilaksanakan setiap hari
dan pelaporan
dilaksanakan secara
bulanan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas.
Akan dilaksanakan 1x/
tahun.




Pencatatan akan
dilaksanakan setiap hari
dan pelaporan akan
dilaksanakan secara
bulanan, triwulan,
semester dan tahunan oleh
petugas kesehatan di
Puskesmas.
(-)



(-)
















No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
B. Pengorganisasian Tidak terdapat struktur
organisasi tertulis dan
pembagian teratur dalam
menjalankan program P2
ISPA, hanya ada struktur
organisasi Puskesmas
dengan pembagian tugas :
Kepala Puskesmas : dr.
Cucu Siti M, M Kes
Penanggungjawab P2M
& Koordinator P2M: E
Wina, AMK
Pelaksana P2ISPA : dr.
Fransiska.V
Terdapat struktur
organisasi tertulis dan
pembagian tugas-tugas
secara teratur dalam
menjalankan program P2
ISPA
(+)
C. Pelaksanaan
d. Penemuan
penderita
ISPA

Kurang sesuai pedoman

Dilaksanakan secara pasif
oleh dokter umum di BPU
setiap hari kerja, pk 08.00-
14.00 WIB.

(+)
e. Penentuan
diagnosis
ISPA
Kurang sesuai pedoman Dilaksanakan oleh dokter
umum sesuai metode
setiap hari kerja pk 08.00-
14.00 WIB.
(+)
f. Pelayanan
pengobatan
penderita
Kurang sesuai pedoman Dilaksanakan oleh dokter
umum sesuai dengan
metode mengenai
penanganan ISPA, setiap
hari kerja, pukul 08.00-
14.00 WIB.
(+)




No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
g. Rujukan
penyakit ISPA
Dilaksanakan untuk
penderita pneumonia berat
dengan tanda bahaya
umum langsung dirujuk ke
RS terdekat.
Dilaksanakan untuk
penderita pneumonia
berat dengan tanda
bahaya umum langsung
dirujuk ke Dokter
Spesialis di RS terdekat.
(-)
h. Penyuluhan Dilaksanakan secara
perorangan kepada orang
tua pasien, namun

Dilakukan penyuluhan
kelompok 2 x/tahun di
Puskesmas maupun di luar.
Dilaksanakan secara
perorangan kepada orang
tua pasien dengan
wawancara
secara kelompok kepada
masyarakat 1x/ tahun di
Puskesmas maupun di
luar.
(-)



(+)
i. Pelatihan bagi
kader
Dilaksanakan pelatihan
terhadap kader 2x/tahun
oleh tenaga kesehatan padi
hari kerja (senin-jumat)
jam kerja pukul 08.00-
14.00.
Dilaksanakan Pelatihan
terhadap kader
dilaksanakan 1x/ tahun
oleh tenaga kesehatan
pada hari kerja (senin-
jumat), jam kerja pukul
08.00-14.00 WIB.
(-)
j. Pencatatan dan
pelaporan
Pencatatan dengan
pengisian formulir SP2TP
tiap hari melalui format
LB1.
Pelaporan sebelum tanggal
5 tiap bulan.

Pencatatan dengan sistem
SP2TP tiap hari melalui
format LB1.

Pelaporan sebelum
tanggal 5 tiap bulan
(-)





No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
D. Pengawasan Melalui pertemuan
bulanan yang diadakan
oleh kepala Puskesmas
12 x/tahun.
Melalui pertemuan
bulanan yang diadakan
oleh kepala Puskesmas
12 x/tahun.
(-)
IV Lingkungan
C. Fisik
1. Fasilitas
kesehatan lain



Tidak ada kerja sama
fasilitas kesehatan lain
dengan Puskesmas dalam
program P2ISPA
sehingga tidak ada
koordinasi cakupan
penemuan pneumonia
bagi balita yang berobat
ke sarana kesehatan
lainnya, cakupan
penemuan pneumonia
balita di Kecamatan
Kutawaluya < 86 %


Adanya kerjasama
fasilitas kesehatan lain
dengan Puskesmas
dalam kegiatan P2
ISPA


(+)
A. Non-fisik
Tingkat
pendidikan,
sosial-ekonomi

Sebagian besar penduduk
berpendidikan rendah
(83,93 %) dan bermata
pencaharian petani
(42,07 %).
Tidak ada hubungan
bermakna antara tingkat
pendidikan ibu, social-
ekonomi terhadap
kejadian ISPA pada
balita.

Tidak menjadi
hambatan dalam
pelaksanaan program
P2ISPA.

(+)

No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
V Umpan Balik
3. Adanya pencatatan dan
pelaporan yang lengkap dan
sesuai dengan waktu yang
ditentukan sebagai masukan
untuk perbaikan pelaksanaan
program P2ISPA.
4. Pertemuan bulanan rutin
ataupun lokakarya mini
bulanan yang membahas hasil
laporan kegiatan tiap bulan dan
dilakukan pencatatan hasil
pertemuan untuk perbaikan
pelaksanaan program P2ISPA
yang dilaksanakan.(12x/tahun)

12 x / tahun (100 %)





Umpan balik diberi saat
rapat pertemuan
bulanan tiap bulannya.
Disampaikan
kekurangan atau
masalah yang ada.

12 x / tahun





Pertemuan rutin
bulanan (12 x /
tahun) dan
dilakukan
pencatatan hasil
pertemuan

(-)





(-)
VI Dampak
3. Langsung








4. Tidak langsung

Belum dapat dinilai








Belum dapat dinilai

Menurunkan
angka
kesakitan
pneumonia
Menurunkan
angka
kematian
akibat
Pneumonia
Meningkatkan
derajat kesehatan
masyarakat

(-)








(-)



Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kutawaluya Karawang Tahun 2012

Você também pode gostar