Você está na página 1de 16

PERATURAN SOLAS TENTANG SEKOCI

Peraturan 10
Tata cara penggunaan kapal penolong dan pengawasannya

1 Peraturan ini berlaku untuk semua kapal.

2 Harus ada sejumlah awak yang memadai yang terlatih untuk mengumpulkan dan
menolong orang-orang yang tidak terlatih dalam hal penggunaan.

3 Harus ada sejumlah awak yang memadai, boleh perwirapara mualim atau
personil yang bersertipikat di kapal untuk mengoperasikan kendaraan penolong
peralatan peluncurannya yang diperlukan untuk peran penggalan sejumlah
personil di kapal.

4 Seorang mualim atau personil yang bersertipikat harus ditempatkan
ditempat yang ditentukan pada tiap kendaraan penolong yang digunakan. Namun,
Badan Pemerintah dengan mempertimbangkan sifat pelayarannya. Jumlah personil
di kapal dan karakteristik kapal, boleh mengizinkan orang yang menangani
operasi rakit penolong ditempatkan sebagai penanggungjawab rakit penolong
sebagai pengganti personil yang terlatih sebagaimana tersebut di atas. Wakil
komandan juga dapat dinominasikan dalam hal perahu penolong.

5 Personil yang ditunjuk untuk mengoperasikan perahu penolong harus
mempunyai daftar awak kendaraan penolong dan harus memahami bahwa seluruh
awak yang berada dibawah perintahnya harus paham tugas-tugas mereka. Dalam
sekoci penolong, wakil dari personil yang ditunjuk juga harus mempunyai
daftar awak sekoci penolong.

6 Setiap kendaraan penolong bermotor harus mempunyai awak yang mampu
mengoperasikan mesin, dan melaksanakan penyetelan-peralatan yang kecil-kecil.

7 Nakhoda kapal harus menjamin pendistribusian yang merata dari personil
sebagaimana yang disebutkan dalam paragraf 2,3, dan 4 keseluruh kendaraan
penolong kapal tersebut.
Peraturan 11
Sijil kendaraan penolong dan tata susunan embarkasi

1 Sekoci penolong dan rakit penolong dengan peralatan peluncuran yang
disetujui harus ditempatkan sedekat mungkin dengan ruangan akomodasi dan
tempat pelayanan umum.

2 Tempat berkumpul harus disediakan dekat dengan stasiun embarkasi. Masing-
masing tempat berkumpul harus mempunyai ruangan yang cukup untuk menampung
semua orang yang ditetapkan pada tempat berkumpul tersebut.

3 Tempat berkumpul dan stasiun embarkasi harus dengan cepat dapat dimasukik
dari ruang akomodasi dan tempat bekerja.

4 Tempat berkumpul dan stasiun embarkasi harus diterangi dengan penerangan
yang memadai yang dialiri energi listrik dari sumber pembangkit tenaga
listrik darurat yang ditentukan dalam Peraturan II-1/42 atau II-1/43, yang
sesuai

5 Gang, tangga tapak dan pintu keluar yang memberikan jalan keluar ruangan
menuju tempat berkumpul dan embarkasi harus diterangi dengan lampu
penerangan. Penerangan semacam itu harus dapat dipasok dari pasok dari sumber
pembangkit tenaga listrik darurat yang ditetapkan Peraturan II-1/42 atau II-
1/43, yang sesuai..

6 Dewi-dewi peluncur kendaraan penolong dan stasiun embarkasi harus
dirancang sedemikian rupa hingga memungkinkan alat tandu dapat ditempatkan di
kendaraan penolong.

7 Tangga embarkasi yang memenuhi persyaratan Peraturan 48.7 yang memanjang
dalam satu jalur dari geladak ke garis air kapal muatan kosong pada kondisi
trim yang buruk dengan kapal miring sampai 15
o
harus disediakan pada masing-
masing stasiun peluncuran atau setiap dua stasiun peluncuran yang berdekatan.
Namun, Badan pemerintah boleh mengizinkan tangga semacam itu untuk diganti
oleh peralatan yang disetujui untuk menghasilkan jalan keluar menuju
kendaraan penolong ketika mencapai mencapai air, dengan catatan paling tidak
tersedia satu tangga embarkasi di satu sisi kapal. Sarana embarkasi lain
boleh diizinkan untuk rakit penolong yang sesuai Peraturan 26.1.4.





Tangga embarkasi harus disediakan pada tenpat penurunan sekoci penolong
pada sisi kapal. Namun, tangga embarkasi tidak perlu disediakan di
buritan kapal untuk sekoci penolong yang di jatuhkan bebas.

8 Jika diperlukan harus disediakan sarana untuk menurunkan dewi-dewi
peluncur kendaraan penolong pada sisi lain dari kemiringan kapal sehingg
apersonil dapat diembarkasi dengan aman.


Peraturan 12
Stasiun peluncuran

Stasiun peluncuran harus berada di posisi sedemikian rupa sehingga menjamin
keamanan peluncurannya khususnya dengan memperhatikan jaraknya terhadap
baling-baling dan bagian yang menggantung dengan curam pada lambung kapal
sehingga, sejauh memungkinkan, kendaraan penolong selain dari yang secara
khusus didisain untuk diluncurkan dengan jatuh bebas, dapat diluncurkan di
sisi sepanjang kapal. Jika berada di posisi depan kapal, stasiun
peluncurannya harus berada di belakang sekat tubrukan, di posisi yang
terlindung dan dalam hal ini Badan Pemerintah harus memberikan pertimbangan
khusus terhadap kekuatan peralatan peluncur.


Peraturan 13
Penempatan kendaraan penolong

1 Setiap kendaraan penolong harus ditempatkan :

.1 sedemikian rupa sehingga baik kendaraan penolong maupun
tata susunan penempatannya tidak akan mengganggu pengoperasian dari
setiap kendaraan penolong dan perahu penyelamat pada setiap stasiun
peluncuran di tempat lain.

.2 semakin dekat dengan permukaan air semakin aman dan
memungkinkan, dalam hal kendaraan penolong bukan rakit penolong yang
diluncurkan dengan cara dilepaskan dari kapal, maka pada posisi
embarkasi kendaraan penolong tersebut tidak boleh kurang dari dua meter
di atas garis air kapal pada kondisi muatan penuh di bawah kondisi trim
yang tidak menguntungkan dan miring sampai dengan sudut 20
o
atau pada
sudut dimana tepi geladak terbuka kapal menjadi terendam,dipilih mana
yang lebih kecil
*


.3 senantiasa dalam keadaan siap siaga terus menerus sehingga

*Merujuk pada MSC/Circ.570, rekomendasi untuk tinggi maksimum penempatan kendaraan penolong di kapal penumpang.
Klarifi
kasi
dua awak kapal dapat melaksanakan persiapan untuk embarkasi dan
peluncuran dalam waktu kurang dari 5 menit.

.4 dilengkapi secara penuh sesuai ketentuan dalam bab ini

.5 sejauh dapat dilakukan, berada dalam posisi yang aman dan
dilindungi terhadap bahaya api dan ledakan.

Dilindungi terhadap kerusakan akibat bahaya kebakaran dan ledakan artinya bahwa,
pada kondisi minimum,kendaraan penolong yang dipasang pada kapal tangki harus
tidak boleh ditempatkan pada atau di atas tangk muatan, tangki slop, atau tangki
lain yang berisi cairan yang mudah meledak atau berbahaya. Klarifikasi ini tidak
berlaku untuk rakit penolong yang disyaratkan menurut Peraturan III/26.1.4.

2 Sekoci penolong yang diturunkan disisi kapal sedapat mungkin harus
diletakkan didepan baling-baling kapal. Pada kapal barang dengan panjang 80
meter dan tidak lebih dari 120 meter, masing-masing sekoci penolongnya harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga penempatan setiap sekoci penolong
tersebut bagian belakangnya tidak boleh berada di depan baling-baling dengan
jarak yang kurang dari panjang sekoci penolong tersebut. Pada kapal barang
dengan panjang 120 meter atau lebih dan kapal penumpang dengan panjang 80
meter atau lebih, masing-masing sekoci penolongnya harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga jarak buritan sekoci penolong tidak boleh kurang
dari 1,5 kali panjang sekoci penolong di depan baling-baling. Jika
memungkinkan, kapal harus direncanakan dimana sekoci penolong, dalam posisi
terpasang, harus terlindung terhadap bahaya air laut.

3 Sekoci penolong harus diletakkan menggantung pada peralatan peluncur.

4 Sebagai tambahan untuk memenuhi persyaratan dalam Peraturan 23 dan 29,
rakit penolong harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pelepasan secara manual dari penempatannya.

5 Dewi-dewi peluncur harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada dalam
jangkauan kait alat angkat, kecuali jika tersedia peralatan pemindah yang
operasinya tidak terganggu dalam batas trim dan kemiringan sebagaimana yang
dicantumkan dalam paragraf 1.2 atau akibat gerakan kapal atau kegagalan
pasokan tenaga listrik.

6 Rakit penolong yang cara peluncurannya dengan dijatuhkan harus ditempatkan
sedmikian rupa sehingga siap dipindahkan ke sisi kapal yang lain untuk
peluncuran dan kecuali jika, rakit penolong diluncurkan pada sisi kapal yang
lain ditempatkan pada setiap sisi kapal.


Peraturan 14
Penempatan perahu penyelamat

Perahu penyelamat harus ditempatkan:

.1 ditempat yang dalam keadaan siap siaga terus menerus untuk
diluncurkan tidak lebih 5 menit;

.2 pada posisi yang sesuai untuk peluncuran dan cepat
mengapung dengan aman;

.3 sedemikian rupa sehingga baik perahu penyelamat maupun tata
susunan penyimpanannya tidak akan mengganggu pengoperasian dari
kendaraan penolong lainnya dari tiap stasiun peluncuran;

.4 jika kendaraan penolong adalah juga sebagai sekoci penolong
maka harus memenuhi ketentuan dalam regilasi 13.


Klarifi
kasi
Peraturan 15
Peluncuran dan penegakan kembali kendaraan penolong

1 Peralatan peluncur yang memenuhi persyaratan sesuai Peraturan 48 harus
disediakan untuk semua kendaraan penolong kecuali:

.1 kendaraan penolong yang ada di kapal pada posisi di geladak yang imana
kurang dari 4,5 meter diatas garis air pada kondisi kapal tanpa muatan
dan salah satu dari:

.1.1 mempunyai massa tidak lebih dari 185 Kg; atau

.1.2 ditempatkan untuk peluncuran secara langsung dari posisi
penempatannya pada kondisi trim yang tidak menguntungkan sampai
mencapai 10
o
dan dalam keadaan kapal miring tidak kurang dari 20
o

secara bersamaan;

.2 kendaraan penolong yang mempunyai berat tidak lebih dari 85 Kg dan
yang harus dibawa oleh kendaraan penolong dimuati secara berlebihan
untuk 200% dari total jumlah personil di kapal.


Dengan tanpa mengesampingkan Peraturan III/15.1.2 dan 38.2.2, Badan Pemerintah
boleh mengizinkan peluncurankendaraan penolong secara langsung dari posisi
penempatannya yang mempunyai berat lebih dari 185 Kg tanpa peralatan yang
memenuhi persyaratan-persyaratan Peraturan 48, dengan catatan bahwa yang diangkut
oleh kendaraan penolong tersebut berlebih mencapai 200% dari jumlah total personil di kapal
dan harus sesuai dengan jumlah kapasitasnya pada masing-masing sisi kapal paling sedikit
100% jumlah keseluruhan personil kapal. Pada kasus semacam itu, perhitungan harus diambil
sesuai kemampuan untuk meluncurkan kendaraan penolong pada kemiringan yang terburuk.

2 Setiap sekoci penolong harus dilengkapi peralatan yang mampu meluncurkan
dan menegakkan kembali sekoci tersebut.

3 Peluncuran dan penegakkan kembali harus sedemikian rupa sehingga operator
perlengkapan di kapal dapat mengamati kendaraan penolong setiap waktu selama
peluncuran dan untuk sekoci penolong selama penegakkan kembali..

4 Hanya satu jenis mekanisme pelepasan yang boleh digunakan untuk kendaraan
penolong yang sama yang dibawa di atas kapal.

5 Persiapan dan penanganan kendaraan penolong pada salah satu stasiun
peluncuran harus tidak mengganggu persiapan penanganan dari kendaraan
penolong yang lain atau perahu penyelamat pada stasiun yang lain.

6 Jika menggunakan cara jatuh bebas maka jalannya harus cukup panjang bagi
kendaraan penolong untuk mencapai air saat kapal dalam keadaan kosong pada
kondisi trim yang tidak menguntungkan dan kapal miring tidak kurang dari 20
o
.

7 Selama persiapan dan peluncuran, kendaraan penolong beserta alat
peluncurannya dan daerah perairandimana perahu dilucurkan harus diterangi
dengan penerangan yang memadai, yang dipasok dari sumber darurat tenaga
listrik sebagaimana ditentukan oleh Peraturan II-1/42 atau II-1/43, sesuai
yang disyaratkan.


8 Harus tersedia sarana untuk mencegah limpahan air yang masuk ke dalam
kendaraan penolong pada waktu peran peninggalan.

9 Jika ada bahaya yang dapat merusak kendaraan penolong yang diakibatkan
oleh sayap penyeimbang sisi kapal, harus tersedia sarana yang digerakkan oleh
tenaga listrik darurat untuk menutup sayap pengatur stabilitas ke dalam;
indikator yang dioperasikan dan sumber tenaga listrik darurat harus
tersedia di anjungan navigasi untuk menunjukkan posisi sayap pengatur sayap
stabilitas.
Klarifi
kasi

10 Jika sekoci penolong yang memenuhi Peraturan 42 atau 43 yang ada di kapal,
harus dilengkapi suatu rentang dewi-dewi yang dilengkapi dengan tali
penyelamat dengan panjang yang cukup untuk mencapai air pada saat kapal
muatan kosong dalam keadaan trim yang tidak menggulingkan dan dengan kapal
miring tidak kurang dari 20
o
dapat terjadi salah satu.


Peraturan 16
Embarkasi perahu penyelamat, Peluncuran dan pengaturan untuk
penegakkan kembali.

1 Embarkasi perahu penyelamat dan penataan peluncuran harus sedemikian rupa
sehingga perahu penyelamat dapat dikeluarkan dan diluncurkan dengan waktu
yang sesingkat mungkin.

2 Jika perahu penyelamat adalah salah satu kendaraan penolong di kapal,
penataan embarkasi dan stasiun peluncuran harus memenuhi persyaratan
Peraturan 11 dan 12.

3 Penataan peluncuran harus memenuhi persyaratan dalam Peraturan 15. Namun,
semua perahu penyelamat harus mampu diluncurkan, jika perlu menggunakan tali
dengan kecepatan gerak maju kapal mencapai 5 knot pada kondisi air tenang.

4 Perahu penyelamat harus memungkinkan tegak kembali dengan cepat harus
dimungkinkan pada saat dimuati dengan perlengkapan sekoci penolong tersebut
dan perahu penyelamat harus disetujui untuk dimuati sedikitnya dimuati dengan
6orang.





Peraturan 17
Alat Pelempar Tali

Alat Pelempar Tali yang memenuhi persyaratan dalam peraturan 49 harus
disediakan.

Peraturan 18
Pelatihan dan peragaan dalam Keadaan Darurat

1 Peraturan ini harus berlaku untuk semua kapal.

2 Pedoman
Suatu Pedoman latihan yang memenuhi persyaratan dalam peraturan 51 harus
disediakan pada setiap ruang makan ABK dan ruang rekreasi atau dalam masing-
masing ruang kabin awak kapal.

3 Praktek berkumpul dan peragaan-peragaan.
*


3.1 Masing-masing anggota awak kapal harus berpartisipasi minimal satu
kali latihan keadaan darurat di kapal dan satu kali latihan pemadaman
kebakaran setiap bulan. Latihan-latihan awak kapal harus dilaksanakan dalam
waktu 24 jam pada saat kapal meninggalkan pelabuhan jika lebih dari 25% awak
belum berpartisipasi dalam latihan tersebut dan latihan pemadaman kebakaran
di kapal pada bulan sebelumnya. Badan Pemerintah boleh menerima rencana lain
yang setidak-tidaknya setara untuk jenis kapal tertentu apabila hal tersebut

* Merujuk pada MSC/Circ.544 mengenai Latihan kebakaran dan latihan di kapal.
di atas dianggap tidak praktis.

3.2 Pada kapal yang berlayar di perairan internasional yang bukan
pelayaran internasional jarak pendek, pengumpulan untuk penumpang harus
dilaksanakan dalam waktu 24 jam setelah mereka naik ke kapal. Penumpang harus
diajarkan cara penggunaan baju penolong dan tindakan yang harus dilakukan
pada keadaan darurat. Jika penumpang yang naik di pelabuhan setelah
pelaksanaan kumpul maka hal terebut di atas masih dianggap cukup daripada
menjadikannya peran yang lain, untuk menarik perhatian penumpang tersebut
terhadap instruksi darurat ketentuan 8.2 dan 8.4.

3.3 Pada kapal-kapal yang melakukan pelayaran internasional jarak pendek
apabila pngumpulan penumpang tidak dilakukan pada saat keberangkatan,
perhatian penumpang harus diarahkan pada instruksi darurat sebagaimana
disyaratkan peraturan 8.2 dan 8.4.
3.4 Setiap latihan peran penanggulangan kapal harus meliputi;

.1 Memanggil penumpang dan awak ke tempat pengumpulan dengan alarm yang
dipersyaratkan oleh Peraturan 6.4.2 dan menjamin bahwa mereka memahami
perintah untuk meninggalkan kapal yang disebutkan dalam sijil darurat;

.2 Melaporkan ke stasiun dan mempersiapkan tugas-tugas yang
dideskripsikan dalam sijil darurat;

.3 Pemeriksaan apakah penumpang dan awak sudah mengenakan baju yang
sesuai;

.4 Pemeriksaan apakah baju penolong telah dikenakan dengan benar;

.5 Menurunkan sebuah sekoci penolong setelah seleseinya persiapan
peluncuran;

.6 Menjalankan dan mengoperasikan mesin sekoci penolong;

.7 Pengoperasian penggunaan dewi-dewi untuk meluncurkan rakit penolong.

3.5 Sejauh dapat dilakukan, sekoci penolong yang lain harus diturunkan untuk
memenuhi persyaratan dalam paragraf 3.4.5 pada saat latihan bermuatan.

3.6 Masing-masing sekoci penolong harus diluncurkan dengan disertai awak yang
ditunjuk dan dilakukan olah gerak kapal di air sedikitnya sekali dalam tiga
bulan selama latihan peran peninggalan kapal. Badan Pemerintah boleh
mengizinkan untuk kapal yang beroperasi di pelayaran internasional jarak
pendek tidak meluncurkan sekoci penolong pada salah satu sisinya apabila tata
susunan penambatan di pelabuhan dan kepentingan bisnisnya tidak memungkinkan
untuk meluncurkan sekoci penolong pada sisi tersebut. Namun, semua sekoci
penolong semacam itu harus diturunkan minimal setiap tiga bulan sekali dan
diluncurkan minimal setiap tahun.

3.7 Sejauh layak dan dapat diterapkan, perahu penyelamat yang bukan sekoci
penolong yang juga merupakan perahu penyelamat harus diluncurkan setiap bulan
beserta awak yang ditunjuk dan dilakukan olah gerak air.Pada semua kasus lain
persyaratan ini harus dilaksanakan sedikitnya sekali dalam 3 bulan.


3.8 Bila latihan untuk sekoci penolong dan perahu penyelamat pada saat kapal
bergerak maju, dan karena adanya bahaya, maka latihan semacam itu harus
dilaksanakan hanya di perairan yang telah dilindungi dan dibawah pengawasan
petugas yang berpengalaman dalam latihan semacam itu.

3.9 Lampu-lampu darurat untuk berkumpul dan peran meninggalkan kapal harus
diuji pada setiap latihan peran peninggalan kapal ;


3.10 Setiap latihan kebakaran harus mencakup:

.1 melaporkan ke stasiun dan persiapan untuk tugas-tugas yang di paparkan
dalam sijil darurat yang disyaratkan dalam Peraturan 8.3;

.2 menjalankan pompa pemadam kebakaran menggunakan paling tidak dua
semprotan air untuk menunjukkan bahwa sistem dapat bekerja dengan
baik;

.3 memeriksa perlengkapan baju pemadam kebakaran dan perlengkapan
personil yang lain.;

.4 memeriksa perlengkapan komunikasi yang diperlukan;

.5 memeriksa operasional terhadap pintu kedap air, pintu kebakaran, dan
peredam kebakaran;

.6 memeriksa tata susunan yang perlu untuk meninggalkan kapal secara
berurutan.
3.11 Latihan pemadam kebakaran harus direncanakan sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan praktek yang lazim dalam berbagai keadaan darurat yang
mungkin terjadi tergantung pada jenis kapal dan muatan.

3.12 Perlengkapan yang digunakan selama latihan harus dengan segera dibawa
kembali pada kondisi operasional penuh, dan beberapa kegagalan dan kerusakan
yang ditemukan selama latihan harus diperbaiki secepat mungkin.

3.13 Latihan peran sejauh mungkin dilakukan, sejauh mungkin seolah-olah
seperti dalam keadaan darurat yang sebenarnya.

4 Latihan dan instruksi di kapal

4.1 Latihan dan instruksi di kapal dengan menggunakan peralatan keselamatan
jiwa di kapal, termasuk perlengkapan kendaraan penolong dan dalam menggunakan
peralatan pemadam kebakaran harus diberikan secepat mungkin tetapi tidak
boleh lebih dari dua minggu setelah seorang awak kapal berada di atas kapal.
Namun, bila awak kapal yang bertugas di atas kapal merupakan rotasi reguler
dari penugasan yang terjadual latihan semacam itu harus diberikan tidak lebih
dari dua minggu setelah waktu pertama awak tersebut bergabung di
kapal.Instruksi kepada masing-masing individu boleh mencakup bagian yang
berbeda dari alat keselamatan jiwa dan pencegahan kebakaran di kapal, tetapi
semua peralatan keselamatan jiwa dan pencegahan kebakaran di kapal harus
dicakup dalam setiap periode dua bulan.

4.2 Setiap awak kapal harus diberikan instruksi yang mencukupi namun tidak
dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

.1 pengoperasian dan penggunaan rakit penolong yang dapat dikembangkan di
kapal;


.2 masalah hypothermia, pertolongan pertama terhadap hypothermia dan
prosedur pertolongan pertama yang lain;

.3 instruksi khusus yang diperlukan untuk penggunaan alat-alat penolong
di kapal dalam keadaan cuaca dan laut yang buruk;

.4 pengoperasian dan penggunaan peralatan pemadam kebakaran.

4.3 Pelatihan penggunaan dewi-dewi peluncur rakit penolong di kapal harus
dilakukan pada kurun waktu tidak lebih dari empat bulan di setiap kapal yang
dilengkapi dengan peralatan tersebut. Pada setiap saat yang memungkinkan
harus mencakup penggembungan dan penurunan rakit penolong. Rakit penolong
ini boleh menjadi rakit penolong khusus yang benar-benar hanya bertujuan
untuk latihan, yang tidak menjadi bagian dari peralatan penolong dikapal:
rakit penolong khusus semacam itu harus diberi tanda dengan jelas..

5 Buku Catatan

Tanggal pada saat latihan peran dilakukan, rincian latihan meninggalkan kapal
dan latihan kebakaran, latihan peralatan keselamatan jiwa yang lain dan
latihan di kapal harus di catat didalam log-book seperti yang disyaratkan
oleh Badan Pemerintah, Jika pada waktu yang ditentukan berkumpul secara
lengkap, latihan peran tidak dilakukan harus dibuat catatan dalam log book
yang menyatakan alasannya dan penundaan pengbumpulan, latihan peran atau
pelatihan dilaksanakan.


Peraturan 19
Kesiapan operasi pemeliharaan dan inspeksi

1 Peraturan ini berlaku untuk semua kapal. Persyaratan dalam paragraf 3
dan 6.2 harus dipenuhi sejauh kondii memungkinkan untuk kapal yang dibangun
sebelum tanggal 1 juli 1986.

2 Kesiapan operasi
Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan dan setiap saat selama pelayaran,
semua peralatan keselamatan jiwa harus berada dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan secara mendadak.

3 Pemeliharaan

3.1 Instruksi untuk pemeliharaan di kapal untuk peralatan keselamatan
jiwa yang memenuhi persyaratan dalam Peraturan 52 harus disediakan dan
pemeliharaannya harus dilakukan dengan sebaik mungkin.

3.2 Badan Pemerintah boleh menerima, sebagai pengganti instruksi yang
diminta oleh paragraf 3.1, suatu program pemeliharaan terencana di kapal
yang mencakup persyaratan pada Peraturan 52.

4 Pemeliharaan peralatan peluncur

Peluncur yang digunakan dalam meluncurkan kapal harus di turunkan pada
akhir interval yang tidak lebih dari 30 bulan dan diperbarui kembali pada
saat diperlukan karena kemunduran kinerja peralatan peluncur atau pada
interval tidak lebih dari lima tahun,dipilih mana yang lebih singkat

5 Suku cadang dan perlengkapan perbaikan.

Suku cadang dan perlengkapan perbaikan harus disediakan untuk alat
keslamatan jiwa dan komponennya sehubungan dngan pemakaian yang berlebihan
atau konsumsi kebutuhan untuk penggantian yang reguler.

6 Inspeksi mingguan

Pengujian dan inspeksi di bawah ini harus dilaksanakan mingguan :

.1 semua kendaraan penolong,perahu penyelamat dan peralatan peluncur
harus diperiksa secara visual untuk menjamin bahwa peralatan
tersebut siap digunakan;

.2 semua mesin dalam sekoci penolong dan perahu penyelamat harus
dijalankan maju dan mundur untuk waktu tidak kurang dari 3 menit
dengan catatan suhu lingkungan berada di atas suhu minimum untuk
menjalankan mesin.Dalam hal khusus Badan Pemerintah boleh


membebaskan persyaratan ini untuk kapal-kapal yang dibangun sebelum
tanggal 1 Juli 1982;

Motor yang berada diluar kapal yang di pasang pada perahupenyelamat harus
diuji setiap minggu seperti yang diminta oleh Peraturan III/19.6.2. Namun,
jika karakteristik khusus motor tidak mengizinkan untuk dijalankan selain
untuk baling-baling yang terbenam selama periode tiga menit, kapal harus
dijalankan selama periode tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam petunjuk dari
pabrik.

.3 sistem alarm darurat umum harus diuji.

7 Inspeksi bulanan

Inspeksi untuk peralatan keselamatan jiwa, termasuk perlengkapan sekoci
penolong, harus dilaksanakan setiap bulan dengan menggunakan daftar cek
yang diminta oleh Peraturan 52.1 untuk menjamin bahwa perlengkapan tersebut
dalam keadaan lengkap dan baik. Laporan inspeksi harus di catat dalam log-
book.

8 Perawatan untuk rakit penolong yang dapat dikembungkan, baju penolong
dapat dikembungkan dan perahu penyelamat yang telah dikembungkan.

8.1 Setiap rakit penolong yang dapat dikembungkan dan baju penolong
yang dapat dikembungkan harus dirawat:

.1 pada kurun waktu tidak melebihi dari 12 bulan. Namun, dalam hal
terdapat alasan tertentu,Badan Pemerintah boleh memperpanjang
periode ini hingga 17 bulan.

.2 di tempat perawatan yang disetujui dimana tempat tersebut mampu
untuk merawat mempunyai fasilitas perbaikan yang baik dan hanya
memperkerjakan personil yang terlatih
*
.

8.2 Semua perbaikan dan pemeliharaan dari perahu penyelamat yang
dikembungkan harus dilaksanakan menurut instruksi dari pabrik pembuat.
Perbaikan darurat dapat dilakukan di atas kapal; akan tetapi perbaikan
permanen harus dilakukan di stasiun perbaikan yang disetujui.

9 Perbaikan periodik dari unit pelepas hidrostatik
Unit pelepas hidrostatik harus dirawat ;

.1 pada kurun waktu tidak melebihi 12 bulan. Akan tetapi, apabila
kelihatan baik dan dapat dipertanggungjawabkan, Badan Pemerintah
boleh memperpanjang periode ini sampai 17 bulan;
.2 perbaikan peralatan tersebut dilaksanakan di stasiun perbaikan yang
memiliki kemampuan yang menyediakan fasilitas perbaikan yang baik
dan mempergunakan personil yang terlatih.










*
Merujuk pada Rekomendasi tentang persyaratan persetujuan stasisun perawatan rakit penolong yang dapat
dikembungkan yang ditetapkan oleh organisasi dengan Resolusi A 761 (18)
Klarifi
kasi






















SEKSI IV KENDARAAN PENOLONG

Peraturan 38
Persyaratan umum untuk rakit penolong

1 Konstruksi rakit penolong

1.1 Setiap rakit penolong harus dibuat mampu bertahan ditempat terbuka
selama 30 hari mengapung disegala kondisi laut.

1.2 Rakit penolong harus dibuat sedemikian rupa sehingga bila dijatuhkan ke
air dari ketinggian 18 meter, rakit penolong dan perlengkapannya dapat
beroperasi secara baik. Jika rakit penolong ditempatkan pada ketinggian
lebih dari 18 meter di atas garis air, kapal dalam keadaan kosong,
rakit tersebut harus dari jenis yang telah diuji paling sedikit pada
ketinggian tersebut di atas.

1.3 Rakit penolong yang mengapung dapat bertahan untuk pengulangan
terbanting-banting dari ketinggian setidak-tidaknya 4.5 meter di atas
air untuk keduanya baik dengan ataupun tanpa tudung.
Pengujian dijelaskan pada paragraf 5.2.1 dari resolusi A.689 (A) : Pengujian
peralatan keselamatan jiwa yang berkaitan dengan lompatan ke dalam rakit
tidak boleh diinterpretasikan untuk mengganggu tabung penyokong tudung dan
tabung apung atas harus terpisah dari ruangan tabung keseluruhan.

1.4 Rakit penolong dan perlengkapannya harus dibuat untuk memungkinkan
ditarik pada kecepatan 3 knot pada air tenang bila dimuati dengan orang
dan perlengkapannya dalam keadaan penuh dan dengan satu jangkar apung
(kala-kala).

1.5 Rakit penolong harus mempunyai tudung untuk melindungi pemakai terhadap
sengatan panas yang secara otomatis terpasang pada tempatnya saat
diluncurkan dan mencapai air. Tudung harus memenuhi persyaratan berikut
;

.1 harus diberi lapisan isolasi panas dan dingin dengan cara salah
Klarifi
kasi


satu yakni dua lapisan dari bahan yang terpisah oleh udara atau
cara lain yang efisien. Harus tersedia sarana yang memberikan
pencegahan berkumpulnya air di dalam celah udara ;

.2 interiornya harus berwarna yang tidak menyebabkan ketidak nyamanan
pemakai.

.3 tiap jalan masuk harus digambarkan secara jelas dan dilengkapi
dengan tata susunan penutup yang dapat diatur secara efisien yang
dapat secara cepat dan mudah dibuka dari dalam dan luar serta
memungkinkan adanya ventilasi yang tidak dimasuki air laut, angin
dan udara dingin. Rakit penolong yang mampu menampung lebih dari 8
orang harus mempunyai lubang masuk dari dua sisi yang simetris ;

.4 harus memungkinkan udara yang cukup untuk penumpnag rakit setiap
saat sekalipun dengan jalan masuk dalam keadaan tertutup.

.5 harus dilengkapi dengan paling tidak satu tempat untuk melihat
keluar;

.6 harus dilengkapi dengan peralatan untuk mengumpulkan air hujan.

.7 harus mempunyai cukup ruang untuk duduk bagi penumpang rakit di
bawah seluruh bagian tudung.

2 Kapasitas angkut minimum dan massa dari rakit penolong

2.1 Tidak boleh ada rakit penolong yang disetujui yang mempunyai kapasitas
angkut kurang dari 6 orang dihitung menurut persyaratan peraturan 39.3
atau 40.3 sebagaimana mestinya.

2.2 Kecuali jika rakit penolong akan diluncurkan oleh perlengkapan peluncur
yang disetujui memenuhi persyaratan dan tidak perlu dapat dijinjing,
dengan massa keseluruhan rakit penolong, wadah dan perlengkapannya
tidak boleh dari 185 kg.

Disamping peraturan III/15.1.2 dan 38.2.2 Badan Pemerintah boleh menyetujui
peluncuran langsung dari posisi penempatan kendaraan penolong yang mempunyai
massa lebih dari 185 kg tanpa peralatan luncur yang memenuhi persyaratan
peraturan 48, dengan catatan bahwa kendaraan penolong yang dibawa sehingga
memenuhi kelebihan 200% jumlah total orang diatas kapal dan jumlah yang
cukup pada tiap sisinya untuk menampung paling tidak 100% jumlah total orang diatas
kapal. Pada kasus tersebut untuk perhitungan harus diambil untuk memungkinkan meluncurkan
kendaraan penolong tanpa kemiringan yang besar.

3 Perlengkapan rakit penolong

3.1 Tali penolong harus dipasang mengintari sisi luar dan dalam rakit
penolong.

3.2 Rakit penolong harus dipasang dengan tali pengecang dengan panjang yang
sama dan tidak kurang dari dua kali jarak dari posisi penempatannya ke
garis air kapal muatan kosong atau 15 meter dipilih yang lebih besar.



4 Rakit penolong yang diluncurkan dengan dewi-dewi

4.1 Sebagai tambahan persyaratan diatas,suatu rakit penolong yang
menggunakan peralatan peluncur yang disetujui harus ;

.1 ketika rakit penolong dimuati alat-alat, penumpang dan
Klarifi
kasi


perlengkapannya mampu menahan benturan melintang terhadap sisi
kapal, pada kecepatan benturan yang tidak kurang dari 3.5
meter/detik dan juga jatuh ke air dan ketinggian yang tidak kurang
dari 3 meter tanpa ada kerusakan yang akan mengurangi fungsinya.

.2 dilengkapi dengan peralatan yang membawa rakit penolong sepanjang
geladak embarkasi dan menahannya dengan aman selama embarkasi.

4.2 Setiap rakit penolong kapal penumpang yang diluncurkan dengan dewi-dewi
harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat diturunkan secara cepat
dengan penumpang penuh.

4.3 Setiap rakit penolong kapal barang harus disusun sedemikian rupa
sehingga rakit tersebut dapat diluncurkan dengan penumpang penuh dalam
waktu tidak lebih dari 3 menit sejak saat instruksi diberikan.

5 Perlengkapan

5.1 Perlengkapan normal tiap rakit penolong harus terdiri atas ;

.1 satu cincin pelampung penyelamat apung yang diikatkan pada tali
apung yang tidak kurang dari 30 meter.

.2 satu pisau bukan jenis yang dapat dilipat mempunyai pegangan apung
dan tali yang diikat dan ditempatkan dalam saku sisi luar dan
tudung dekat tempat tali pantek diikatkan terhadap rakit apung.
Sebagai tambahan suatu rakit penolong yang mampu menampung 13 orang
atau lebih harus dilengkapi dengan pisau dari jenis yang tidak
dapat dilipat.

.3 untuk rakit penolong yang diizinkan menampung tidak lebih dari 12
orang, satu timba apung, sedangkan untuk rakit penolong yang
diizinkan menampung 13 orang atau lebih dua timba apung.

.4 dua sepon.

.5 dua jangkar apung (kala-kala) satu buah dengan talinya yang tahan
kejut dan tali pemutus, satu sebagai cadangan dan lainnya diikat
secara permanen pada rakit penolong sedemikian rupa sehingga ketika
rakit penolong mengembung atau mencapai air akan menyebabkan lelah
rakit penolong dalam posisi di atas air pada kondisi yang paling
stabil. Kekuatan dari setiap kala-kala tali penyekat dan tali
pemutusan harus memadai untuk semua kondisi laut. Kala-kala harus
dilengkapi dengan kili-kili pada bagian ujung dari tali dan dari
dua jenis yang sedemikian rupa sehingga tidak akan berputar ke
dalam atau ke luar diantara tali pengikatnya
.
.6 dua kayuh apung.

.7 tiga pembuka kaleng (pemisah lipat yang berisi pembuka kaleng
khusus dianggap memenuhi persyaratan)

.8 sebuah perangkat pertolongan pertama pada kecelakaan yang disimpan
dalam kotak yang dapat ditutup secara kedap air setelah digunakan.

.9 sebuah peluit atau isyarat bunyi yang sepadan.

.10 empat buah cerawat parasut yang memenuhi persyaratan peraturan 35.

.11 enam buah obor tangan yang memenuhi persyaratan peraturan 36.



.12 dua buah isyarat asap apung yang memenuhi persyaratan peraturan
37.

.13 sebuah lampu senter kedap air yang dapat digunakan untuk sinyal
morse bersama dengan satu set batere cadangan dan satu bola lampu
yang disimpan dalam kotak tahan air.
.14 sebuah radar refleksi yang efisien, kecuali apabila ditempatkan
sebuah radar transponder dalam rakit penolong.

.15 satu cermin pemantul cahaya siang hari dengan instruksi
penggunaannya untuk memberi tanda pada kapal dan pesawat terbang.

.16 sebuah salinan dari isyarat marabahaya sebagaimana tercantum dalam
peraturan V/16 pada kartu yang tahan air atau yang tersimpan dalam
kotak tahan air.

.17 satu set peralatan pancing.

.18 makanan yang kalorinya tidak kurang dari 10.000 kJ untuk tiap orang
yang ada dalam rakit penolong ransum ini harus disimpan dalam
tempat kedap udara dan disimpan dalam wadah yang kedap air.

Makanan darurat yang memenuhi harus mengandung komponen sebagai berikut :
Unit ransum : 500 - 550 gr
Energi : minimum 10.000 kJ
Kemasan : terbungkus rapat (kaleng) atau dikemas hampa (kemasa yang
lentur)
Komposisi : 1. Kelembaban maksimum 3 -7%
2. Garam maksimum 0,2%
3. Karbohidrat :
60 -70% berat = 50 - 60% energi
4. Lemak :
18 - 23% berat = 33 - 43% energi
5. Protein :
6 - 10 % berat = 5 - 8% energi

Ransum harus berasa cocok, dapat dimakan saat masa
pakainya dan dipaket dengan sara yang dapat
dipisah dan mudah dibuka.

.19 wadah kedap air yang berisi total sebanyak 1.5 liter air tawar untuk
tiap orang yang ada dalam rakit penolong, 0.15 liter per orang bisa
digantikan dengan alat pembuatan air tawar yang mampu memproduksi
air tawar untuk keperluan selama dua hari.

.20 sebuah wadah air yang tidak berkarat.
.21 enam dus obat anti mabuk dan satu dus obat penyakit laut untuk satu
orang yang mungkin diangkut dalam rakit penolong.

.22 instruksi tentang cara mempertahankan hidup* .
*


.23 instruksi tentang tindakan segera.

.24 baju hangat yang memenuhi persyaratan peraturan 34 yang cukup untuk

*Mengacu pada resolusi A 657(16) yang berhubungan dengan instruksi untuk melakukan tindakan
dalam rakit penolong.
Klarifi
kasi


10% jumlah orang yang ada dalam rakit penolong dipilih mana yang
lebih besar.

5.2 Marka yang diperlukan sesuai peraturan 39.7.3.5 dan 40.7.7 pada rakit
penolong yang melengkapi sesuai paragraf 5.1 harus berupa ASOLAS A PACK@
dalam huruf balok besar dari abjad Roman.

5.3 Dalam hal kapal penumpang berlayar di pelayaran internasional jarak
dekat dengan melihat keadaan alam dan waktu tempuh yang menurut Badan
Pemerintah tidak seluruh hal yang dinyatakan dalam paragraf 5.1 diperlukan,
Badan Pemerintah dapat mengizinkan rakit penolong yang dibawa dilengkapi
dengan perlengkapan yang dispesifikasikan di paragraf 5.1.1 sampai 5.1.6
termasuk 5.1.8 , 5.1.9 , 5.1.13 sampai 5.1.16 dan termasuk 5.1.21 sampai
5.1.24 termasuk dan setengah dari perlengkapan yang tercantum dalam
paragraf 5.1.10 sampai 5.1.12. Marka yang disyaratkan dalam peraturan
39.7.3.5 dan 40.7.7 pada rakit penolong tersebut harus berupa SOLAS B PACK
dalam huruf besar balok dari abjad Roman.

5.4. Jika diperlukan perlengkapan harus ditempatkan dalam wadah, jika ini
bukan merupakan bagian yang menyatu atau secara permanen terikat dengan
rakit penolong yang harus ditempatkan dan diikat di dalam rakit penolong
dan mampu mengapung di atas air selama paling sedikit 30 menit tanpa
terjadi kerusakan pada isinya.




6. Tata susunan pengapungan bebas dari rakit penolong

6.1. Sistim tali pengikat

Sistim tali pengikat rakit penolong harus memberikan hubungan
antara kapal dan rakit penolong dan harus diatur sedemikian rupa
sehingga menjamin saat rakit penolong dilepaskan dan untuk rakit
penolong kembung, rakit yang telah dikembungkan tidak terhisap
oleh kapal yang tenggelam.





























TUGAS PKM 1
KAPAL PENYELAMAT DAN DEWI DEWI






BAYU PRATAMA W. (20130220012)













JURUSAN SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANGTUAH

Você também pode gostar