Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
EM =
Grafik 2.Efisiensi Metabolisme Rattus sp. Betina, hari 1-7 perlakuan tempat lembab
dan hari 8-14 perlakuan pada tempat kering.
Parameter Yang Diukur
Berat Badan
Pada awalnya berat badan
tikus jantan dan betina dalam
percobaan ini adalah 86,5 gr
dan 88,7 gr. Perkembangan
bobot badan tikus selama masa
perlakuan disajikan pada Tabel
1 dan 2. Pada kelompok
perlakuan bobot badan tikus
selama masa percobaan rata-
rata cenderung meningkat.
Bobot badan tikus jantan rata-
rata adalah 110,7 gr dan pada
tikus betina 113,25 gr. Selama
masa perlakuan bobot badan
tikus menunjukkan
kecenderungan naik. Umur
dari tikus percobaan adalah 45
hari. Sehingga pertambahan
berat badannya pun belum
stabil.
Konsumsi Pakan
Setiap harinya diberikan pakan
sebanyak 20 gr/hari, kecuali
pada hari sabtu sebanyak 40
gr. Hal ini disebabkan oleh
karena pada hari minggu tidak
dilakukan pengamatan, untuk
menghindari kematian tikus.
Menurut Waynfort dan
Flecknell asupan pakan yang
normal untuk tikus adalah 5 gr/
100 gr berat badan. Hal ini
tidak sesuai dengan konsumsi
0,84
0,85
0,86
0,87
0,88
0,89
0,9
0,91
0,92
0,93
0,94
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
e
f
i
s
i
s
e
n
s
i
m
e
t
a
b
o
l
i
s
m
e
Hari ke-
pakan yang diperoleh dari
percobaan. Karena dalam
percobaan ini, rata-rata
konsumsi pakan 24 gr/ hari.
Namun, secara teoritis hanya 5
gr/100 gr berat badan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa
dalam percobaan ini terdapat
kesalahan praktikan dalam hal
pemberian pakan yang
mungkin tempat dari pakan
yang dibuat tidak pada posisi
yang tepat, atau tempatnya
terjatuh sehingga pakan
sepertinya habis dimakan oleh
tikus padahal tidak semua yang
dikonsumsi.
Konsumsi Minum
Setiap harinya diberikan air
bersih sebanyak 60 cc/hari
pada botol minumnya. Jadi,
rata-rata yang habis
dikonsumsi pada setiap harinya
adalah 27 cc/hari.
Berat Kotoran
Berat kotoran dipengaruhi oleh
konsumsi makanan oleh tikus
putih. Adapun rata-rata berat
fecesnya adalah yaitu 3,5 gr/
hari percobaan. Jika pakan
yang dikonsumsi per harinya
banyak maka diperoleh berat
kotoran yang banyak juga.
Feses tikus ini berbentuk bulat
lonjong berwarna kecoklatan.
Perbedaan perlakuan di Tempat
Lembab dan Kering
Tempat Lembab
Pada perlakuan di tempat
lembab secara teori, tikus akan
lebih banyak mengonsumsi
pakan karena tikus akan
berusaha mempertahankan diri
dengan mempertahankan suhu
tubsehingga meningkatkan
efisiensi metabolismenya,
namun dalam praktikum ini
tingkat konsumsi pakan pada
kedua tikus berbeda. Pada tikus
jantan, efisiensi metabolismenya
cenderung stabil, namun pada
tikus betina, efisiensinya
cenderung tidak stabil. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor
seperti tingkat kelembapan dari
kandang dan juga tingkat stres
dari tikus tersebut.
Tempat Kering
Pada tempat yang kering, tikus
tidak akan mengalami
peningkatan dalam hal efisiensi
metabolisme karena sesuai tikus
tidak memerlukan banyak pakan
untuk mempertahankan diri,
namun ada kemungkinan terjadi
peningkatan pada konsumsi
minum tikus tersebut.
Rata-Rata Efisiensi Metabolisme
a) Pada tikus jantan, rata-rata efisiensi
metabolisme yang didapat adalah :
b) Pada tikus betina, rata-rata efisiensi
metabolisme yang didapat adalah :
KESIMPULAN
Perkembangan berat badan tikus
jantan dan betina belum stabil karena
tikus belum berukuran dewasa.
Secara teoritis, bila tikus ditempatkan
pada kandang yang lembab, efisiensi
metabolismenya akan lebih tinggi
dibandingkan dengan tikus yang
ditempatkan pada tempat kering,
namun berdasarkan percobaan yang
dilakukan, efisiensi kedua tikus sangat
jauh berbeda bahkan terjadi kestabilan
pada tikus jantan.
DAFTAR PUSTAKA
Cambell, N.A, Jane B.R & Lawrence G.M.
2004. Biologi Edisi ke-5, Jilid 3.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kimball, J. W. 2000. Biologi Edisi ke-5,
Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak.
Widya Padjadjaran. Bandung.
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan fisiologi
untuk mahasiswa keperawatan.
Buku kedokteran EGC. Jakarta
Wiwi Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan.
Kanisius. Yogyakarta.
Yuwono, Edy. 2001. Fisiologi Hewan I.
Depertemen Pendidikan Nasional,
Universitas Jenderal Soedirman,
Fakultas Biologi. Purwokerto.
EM =
= 0,887
EM =
= 0,904