Você está na página 1de 6

AL KARIM (yang maha pemurah)

Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. Dia
terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar
untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulkan harapan atau
cita-cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu
mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada
wali-wali ghaib dan malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada
Allah s.w.t tetapi dalam mencapai maksud itu sudah diselit dengan harapan kepada selain-Nya. Ini
bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat 47 ini
menariknya supaya berpegang kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun,
harapan dan orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat
melepasi al-Karim.
Al-Karim adalah salah satu daripada Asma-ul-Husna. Nama ini memberi pengertian istimewa tentang
Allah s.w.t. Al-Karim bermaksud:

1: Allah s.w.t Maha Pemurah.
2: Allah s.w.t memberi tanpa diminta.
3: Allah s.w.t memberi sebelum diminta.
4: Allah s.w.t memberi apabila diminta.
5: Allah s.w.t memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-
angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
6: Allah s.w.t memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7: Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak diberi-
Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8: Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan
cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si
hamba yang menerimanya.

Sekiranya para hamba mengenali al-Karim nescaya permintaan, harapan dan angan-angan tidak
tertuju kepada yang lain melainkan kepada-Nya. Allah al-Karim menciptakan makhluk dengan
kehendak-Nya tanpa ada kaitan dengan sebarang permintaan, cita-cita atau harapan sesiapa pun. Dia
menentukan dan menetapkan hukum pada setiap kejadian-Nya dengan kehendak-Nya juga. Dia
menyediakan segala keperluan makhluk-Nya dan mempermudahkan makhluk-Nya memperolehi
rezeki masing-masing dengan kehendak-Nya juga. Tidak ada sesuatu yang campur tangan dalam
urusan-Nya membahagikan kebaikan kepada makhluk-Nya.

Manusia terhijab memandang kepada kemurahan al-Karim oleh sikap mereka sendiri. Mereka
menerima sesuatu kebaikan al-Karim sebagai perkara semulajadi sehingga mereka lupa perkara yang
mereka anggap sebagai semulajadi itu sebenarnya dijadikan, tidak ada sebarang kebetulan pada
urusan Tuhan. Tuhan mengatur sesuatu dengan rapi, kemas dan sempurna, tiada sebarang kecacatan
dan tidak ada kebetulan. Pergantian siang dengan malam, perubahan cuaca, keberkesanan sistem
sebab-akibat adalah kurniaan al-Karim untuk manfaat makhluk-Nya, tanpa sesiapa meminta Dia
berbuat demikian. Sistem perjalanan darah, pernafasan, perkomahan, penghadhaman dan semua
yang ada dengan manusia adalah kurniaan al-Karim yang memberi tanpa diminta. Manusia tidur
malamnya dan dikejutkan oleh al-Karim pada siangnya tanpa diminta. Al-Karim menaburkan ikan-ikan
di laut sebagai makanan manusia tanpa diminta. Al-Karim menurunkan hujan dan menyuburkan
pokok-pokok tanpa diminta. Tidak dapat dinilaikan betapa besar dan banyaknya nikmat yang
disediakan oleh al-Karim untuk makhluk-Nya tanpa mereka meminta. Makhluk berbangsa manusia
adalah yang paling banyak menikmati kemurahan al-Karim.


AL MU'MIN (Yang Maha Terpercaya & Pengaman)
Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah dengan nama Nya Al-Mukmin, kita berarti
memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah, bencana dan siksa. Karena Dialah Yang Maha
Memberikan keamanan, Dia yang Maha Pengaman. Dalam nama Al-Mumin terdapat kekuatan yang
dahsyat dan luar biasa. Disitu ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan(insurense), dan ada
bala bantuan.

Misalnya seseorang yang satu tangannya di amputasi, merasa takut atau khawatir bila tanpa
tangannya itu, maka keburukan akan menimpanya. Dan yang sesungguhnya tangan yang satunya lagi,
sesungguhnya dapat melindunginya.

Pada dasarnya manusia merasa lemah, yaitu takut terkena penyakit, kelaparan dan kehausan. Dan
ketakutan manusia yang terbesar yaitu takut tidak akan ada yang melindunginya dari suatu
keburukan, karena tidak mempercayai atau tidak beriman kepada Allah atau tidak mempercayakan
segala sesuatunya kepada Allah semata. Sesungguhnya takut dan aman itu datangnya dari Allah,
karena Allah menciptakan sebab-sebab rasa takut, maka wajarlah apabila menusia berlindung dan
memohon pertolongan-Nya.

Tauladan Al-Mumin
Ketika kata Al-Mumin dipakai untuk sebutan hamba Allah yang beriman, berarti hamba itu telah
mencontoh dan menauladani nama Al-Mumin. Mengapa orang yang beriman disebut Al-Mumin ?
karena kata lisan, kata hati dan perbuatannya singkron. Hatinya telah membenarkan apa yang datang
dari Allah, kemudian mengamalkannya. Dia telah menemukan hakikat kebenaran, dia telah
mendapatkan kekuatan dirinya yang bersumber dari nama Allah Al-Mumin. Kekuatan itu adalah
keyakinan dan optimisme yang kemudian melahirkan kreatifitas dan inovasi. Keyakinan ini tidak
boleh dikotori oleh prasangka buruk atau keragu-raguan kepada Allah.
Orang beriman yang telah menauladani nama Allah Al-Mumin disebut abdul mumin. Dia adalah
hamba Allah yang hidup jejak-jejaknya, hidup penglihatanya, hidup pendengarannya, hidup niatnya,
hidup amalnya, sehingga mampu menangkap makna yang tersirat dibalik tirai hijab kehidupan.

AL MATIN (yang maha kukuh)
Al-Matin ini apabila kita benar dalam menjalani kehidupan di dunia, maka Allah akan menolong kita.
Akan tetapi, apabila kita salah dalam menjalani kehidupan ini, maka keputusan Allah untuk
memasukkan kita ke neraka tidak bisa diubah. Apabila seseorang itu paham bahwa Allah itu Maha
Kokoh, maka dia akan berhati-hati dalam hidup ini serta berusaha untuk mencukupi segala
persyaratan yang bisa menyelamatkannya dari api neraka. Artinya sikap kita dalam menyikapi Al-
Matin ini adalah harus bersungguh-sungguh untuk bisa memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
Allah. Adapun syarat yang pertama adalah iman (mengenal Allah), yang kedua Al-Quran
(mengamalkan Al Quran), dan yang ketiga adalah Al-Hadits (meneladani suri tauladan Rasulullah).

Jadi, iman itu mencakup mulai dari percaya kepada Allah sampai hari akhir, sedangkan Al-Quran
adalah tata cara kita mengikuti atau menjalankan hukum-hukum Allah, danhadits adalah contoh-
contoh orang yang berbakti kepada Allah. Oleh sebab itu, semua manusia harus punya tiga ilmu ini,
karena dengan ketiganya, seseorang bisa beriman, beramal ibadah, dan beramal sholeh.

Di padang mahsyar nanti apapun yang telah diputuskan oleh Allah tidak ada satupun yang bisa
mengubahnya. Apabila Allah telah memutuskan bahwa kita termasuk penghuni syurga, maka tidak
ada satupun yang bisa mengubahnya. Begitu juga sebaliknya, karena di dalam memutuskan sesuatu,
Allah tidak perlu bermusyawarah dengan makhluk-makhluk-Nya. Dan apabila Allah telah mengambil
satu keputusan dengan seluruh pertimbangan-pertimbangan-Nya dan dihadirkan saksi-saksi, bukti-
bukti, serta catatan-catatan, sehingga Allah telah menetapkan keputusan-Nya, maka ketetapan-Nya
itu tidak bisa berubah lagi.

Inilah yang seharusnya kita yakini. Sedangkan untuk menyikapi Al-Matin ini jangan sampai kita lalai.
Karena, apabila kita lalai maka di akhirat nanti tidak ada lagi kesempatan untuk bisa keluar dari
keputusan Allah.

Dengan demikian, hamba Al-Matin adalah hamba yang dikaruniai dan diberikan oleh Allah
mengetahui rahasia sifat kekuatan dan kekukuhan Allah yang meliputi segala kekuatan. Hal tersebut
membuatnya berpegang teguh pada tali agamanya. Dan tidak ada sesuatupun yang dapat
membuatnya berpaling. Tidak ada kesuliatan yang melelahkannya, dan tidak ada yang dapat
memisahkannya dari Yang Maha Benar. Dan, dalam membela kebenaran tidak ada seorangpun yang
dapat mengancam atau membuatnya diam. Seorang hamba yang menemukan kekuatan dan
kekukuhan Allah akan membuatnya menjadi manusia yang tawakal, memiliki kepercayaan dalam
jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain. Ia akan selalu merasa rendah di hadapan
Allah. Hanya Allah yang maha menilai. Oleh karena itu, Allah melarang manusia bersikap atau
merasa lebih dari saudaranya, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang
hamba. Allah juga menganjurkan manusia bersabar, karena Allah Maha tahu apa yang terbaik untuk
hamba-Nya. Karena, kekuatan dan kekukuhan-Nya yang tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh
manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya.

Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat
dan kukuh selain Allah? Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukkan Allah meskipun
seluruh makhluk di bumi ini bekerjasama. Seperti dalam firman Allah surat adz-Dzariyat ayat 58,
Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.

Dengan demikian, akhlak kita terhadap sifat Al-Matiin adalah dengan beristiqomah (meneguhkan
pendirian), beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan, terus
berusaha dan tidak putus asa. Serta, bekerjasama dengan orang lain sehingga menjadi lebihkuat.

AL ADL (Yang Maha Adil)
Keadilannya bersifat mutlak. Keadilan adalah lawan kezaliman. Kezaliman menyebabkan penderitaan,
kerusakan, dan rasa sakit hati, sedangkan keadilan menjamin kedamaian, keseimbangan, keteraturan,
dan keselarasan. Alloh Yang Maha Adil adalah musuh orang-orang zalim : Dia membenci orang-orang
yang mendukung kaum zalim maupun sahabat, simpatisan, dan rekan-rekan mereka. Di dalam Islam,
apa pun bentuk kezaliman diharamkan. Adil adalah kemuliaan dan pertanda kebaikan seorang
muslim.

Dua hal yang berlawanan ini keadilan dan kezaliman mempunyai implikasi yang luas dan lebih
penting daripada hanya sekedar akibat-akibat moral dan sosial belaka. Keduanya setara dengan
keselarasan lawan ketidakselarasan, keteraturan lawan kekacauan, benar lawan salah. Jika dalam
mengungkapkan kedermawanannya seseorang memberikan uang kepada orang kaya, memberikan
pedang kepada para ilmuwan, dan memberikan buku kepada tentara, maka dalam hal tertentu dia
dianggap zalim, karena pedang hanya cocok bagi tentara, buku bagi para ilmuwan, dan si miskinlah
yang membutuhkan uang. Akan tetapi, jika Alloh berbuat hal yang sama maka tindakan-Nya itu adil,
karena Dia melihat segala, yang terdahulu dan yang terkemudian, yang zahir dan yang batin. Dialah
Yang Maha Mengetahui , Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Keadilan Yang Mutlak. Dia
menciptakan sebagian indah dan sebagian yang lain jelek, sebagian kuat dan yang lainnya lemah. Lalu
Dia membuat yang indah menjadi jelek, yang kuat menjadi lemah, yang kaya menjadi miskin, yang
bijaksana menjadi bodoh, yang sehat menjadi sakit. Semuanya adil. Semuanya benar.

Tampak bagi sebagian kita adalah tidak adil bahwa ada orang yang lumpuh, buta, tuli, kelaparan, gila,
dan bahwa ada anak muda yang mati.

Alloh adalah Pencipta segala keindahan dan keburukan, kebaikan, dan kejahatan. Dalam hal ini ada
rahasia yang sulit dimengerti. Tetapi setidak-tidaknya, kita memahami bahwa seringkali orang harus
mengenal lawan kata dari sesuatu untuk memahaminya. Orang yang tidak pernah merasakan
kesedihan, tidak akan mengenal kebahagiaan. Jika tidak ada yang buruk, kita tidak akan mengenal
keindahan. Baik dan buruk sama pentingnya. Alloh menunjukkan yang satu dengan yang lain, yang
benar dengan yang salah, dan menunjukkan kepada kita akibat dari masing-masingnya. Dia
memperlihatkan pahala sebagai lawan kata dari siksaan. Lalu dipersilakan-Nya kita untuk
menggunakan penilaian kita sendiri. Sesuai dengan takdirnya, masing-masing mendapatkan
keselamatan dalam penderitaan dan rasa sakit, atau kutukan dalam kekayaan. Alloh mengetahui apa
yang terbaik bagi makhluk-Nya. Hanya Alloh yang mengetahui nasib kita. Perwujudan dari nasib itu
adalah keadilan-Nya.

Selain nama indah Alloh, al Adl, kita harus bersyukur atas kebaikan, dan menerima, tanpa prasangka
atau keluhan, apa pun nasib kita yang tampaknya kurang baik. Dengan demikian, mungkin rahasia
keadilan Alloh akan terungkap kepada kita dan kita akan merasa berbahagia dengan kesenangan dan
penderitaan yang berasal dari Sang Kekasih.

BAGIAN HAMBA

Abd Al Adl orang yang pertama-tama memberlakukan terhadap dirinya sendiri apa yang ingin
diberlakukannya kepada orang lain. Perbuatannya tak pernah didasarkan atas rasa marah, dendam,
atau kepentingan diri sendiri : perbuatannya itu tak pernah merugikan orang lain. Dia bertindak dan
berbuat sesuai dengan hukum Alloh. Tetapi orang seperti itu mengetahui bahwa keadilan Tuhan
tidaklah seperti yang dibayangkan manusia. Dia memberikan hak-hak mereka sesuai dengan hak yang
memang mereka miliki.
Manusia yang bermaksud meneladani sifat Alloh ini, setelah meyakini keadilan Ilahi, dituntut untuk
menegakkan keadilan walau terhadap keluarga, ibu bapak dan dirinya (baca QS. An Nisa : 135)
bahkan terhadap musuhnya sekalipun (baca QS. Al Maidah : 8).

Keadilan pertama yang dituntut adalah dari dirinya dan terhadap dirinya sendiri. Dengan jalan
meletakkan syahwat dan amarahnya sebagai tawanan yang harus mengikuti perintah akal dan agama,
bukan menjadikannya tuan yang mengarahkan akal dan tuntunan agamanya. Karena jika demikian, ia
tidak berlaku adil, yakni tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya yang wajar.

Jangan duga, tulis Alghozali bahwa penganiayaan (lawan dari keadilan) adalah gangguan dan keadilan
adalah memberi manfaat kepada manusia. Tidak! Bahkan seandainya seorang penguasa membuka
dan membagi-bagikan isi gudang yang penuh dengan senjata, buku, dan harta benda, kemudian dia
membagikan buku-buku kepada ulama, harta benda kepada hartawan dan senjata kepada tentara
yang siap berperang, maka walau sang penguasa memberi manfaat kepada mereka tetapi dia tidak
berlaku adil, dia menyimpang dari keadilan, karena dia menempatkannya bukan pada tempatnya.
Sebaliknya kalau seseorang memaksa si sakit untuk meminum obat yang pahit sehingga
mengganggunya, atau menjatuhkan hukuman mati atau cemeti kepada terpidana, maka inipun
walau menyakitkan, adalah keadilan, karena pada tempatnya, sakit dan gangguan itu ditempatkan.

AL AKHIR (yang maha akhir)
AL AWWAL dengan AL AKHIR adalah berlawanan karena mustahil ada sesuatu yang pertama sekaligus
terakhir dalam satu segi dan dalam hubungannya dengan hal yang sama. Namun, bila anda renungkan
tatanan keberadaan dan rangkaian wujud-wujud teratur, Allah Azza wa Jalla adalah AL AWWAL
sehubungan dengan itu, karena semuanya menjadi ada berkat Dia dan Dia tidak menjadi ada karena
yang lainnya, tetapi ada dengan Dzat-nya.

Bila anda renungkan tatanan perjalanan dan mengamati tahap-tahap yang ditempuh oleh mereka
yang berjalan menuju Allah, Dia adalah AL AKHIR, karena Dia adalah tujuan akhir/puncak orang-orang
yang mengetahui (arifin). Dia adalah yang terakhir sehubungan dengan perjalanan dan juga yang
pertama sehubungan dengan keberadaan. Permulaan pertama adalah dari Dia, dan kepada-Nya
tujuan dan tempat kembali yang terakhir.

`Dia-lah yang awal (yang telah ada sebelum sesuatu ada) dan yang akhir (yang tetap ada setelah
segala sesuatu musnah)` (57-Al Hadiid:3)




Al JAMI (yang maha pengumpul)
Dia adalah Dzat yang menghimpun seluruh manusia pada hari kiamat. Dan ada pendapat lain
mengatakan, bahwa Dia adalah Dzat yang mengumpulkan bagia-bagian tubuh manusia sesudah ia
bercerai-berai, dan yang membangkitkan mereka kembali, serta menghimpun mereka di padang
mahsyar.

Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh
makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan
kemudian mengumpulkan mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Dan Dia mengumpulkan
langit, planet, udara di bumi, lautan, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan barang-barang tambang yang
aneka rupa di bumi. Dia mengumpulkan tulang, urat, keringat dan otot, dan lain-lain. Dia
mengumpulkan antara dua sifat yang berlawanan, seperti panas dan dingin, kering dan lembab, di
dalam unsur hewan dan tumbuh-tumbuhan dan ini termasuk penghimpunan yang paling sempurna di
antara yang ada.

Dan Allah juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba adab yang lahir di anggota tubuh dan
hakikat batin di dalam hati. Barangsiapa yang sempurna makrifatnya dan baik tingkah lakunya, maka
ia disebut juga sebagai jami. Dikatakan bahwa jami ialah orang yang tidak padam cahaya
makrifatnya.

Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, maka ia akan berhasil mencapai segala cita-citanya.
Dan jika orang kehilangan sesuatu barang, lalu membaca: Allahumma ya jamian-nasi li yaumin la
raiba fihi, ijma dhallati (Ya Allah, ya Tuhan yang mengumpulkan manusia pada hari kiamat,
kumpulkanlah aku dengan barangku), maka insya Allah barangnya akan dikembalikan Allah, atau
digantikan-Nya dengan yang lebih baik, berkat karunia dan kemurahan-Nya.

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedangkan dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada
Allah lah kesudahan segala urusan.

AL WAKIL ( yang maha memelihara)
Allah SWT adalah sang Maha Memelihara. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hamba-
Nya tanpa membiarkan apapun terbengkalai. Allah SWT tidak memerlukan banyak pihak untuk
melakukan segala hal bagi-Nya. DIA dapat menggantikan segala sesuatu yang ada di alam semesta
tetapi tak ada yang dapat menggantikan-Nya. Allah SWT berdiri sendiri tanpa bergantung pada
Apapun, sedangkan para rasul dan nabi-nabi bukanlah wakil-wakil-Nya. Dia mewujudkan pesan dan
amanat melalui mereka, karena mereka adalah hamba hamba-Nya karena, DIA lah Tuhan pemilik
segalanya.

Orang yang mempercayakan segala urusan atau berserah kepada Allah, akan memiliki kepastian
bahwa semua akan diselesaikan dengan sebaik baiknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh hamba
yang mengetahui bahwa Allah yang Maha Kuasa, Maha Pengasih adalah satu satunya yang dapat
dipercaya oleh para hamba NYA. Yang dimaksud dengan berserah diri ialah menyerahkan diri
seutuhnya untuk diatur oleh Allah. Menyerahkan diri kepada Allah bukanlah berarti mengabaikan
usaha. Namun kita harus berusaha dahulu sekuat kemampuan yang ada. Adapun hasilnya kita
serahkan sepenuhnya kepada Allah, apakah Dia akan memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan
kita? Kita ikhlas menerima semua ketentuan yang ditetapkan-Nya. Maka, untuk dapat berserah diri
kepada Allah ini, diperlukan sikap mental yang positif. Dasarnya yaitu, kita harus selalu berprasangka
baik kepada-Nya. Kita harus yakin bahwa keadaan yang diterima adalah jalan terbaik, yaitu sesuai
dengan permintaan kita pada setiap shalat Ihdinashshiroothol mustaqiim. Yakinlah bahwa pada
hakekatnya, Allah Maha Pengasih dan Penyayang tidak akan menganiaya hamba-Nya. Demikian itu
disebabkan karena perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya sekali-kali Allah tidak menganiaya
hamba-Nya.

Yakinilah bahwa kejadian yang baik menurut perasaan atau pikiran kita, sesungguhnya belum tentu
baik menurut Allah. Demikan juga pengalaman telah membuktikan, bahwa dibalik kejadian buruk
yang menimpa, seringkali terdapat hikmah berharga. Bukankah jika kita memusatkan pandangan
hanya pada tahi lalat saja akan terlihat buruk? Tetapi cobalah pandang wajah secara keseluruhan, kita
akan melihat justru tahi lalat itulah yang menjadi unsur utama kecantikan atau ketampanannya.
Orang akan mudah berserah diri kepada Allah bila haqqul yaqin bahwa kehidupan di dunia ini adalah
kehidupan awal. Kehidupan yang amat singkat. Kehidupan yang penuh dengan kesenangan yang
menipu.

Adapun indikator keberhasilan dari berserah diri ialah tidak adanya rasa was-was, khawatir atau
kecewa. Yang ada adalah ucapan dengan penuh rasa syukur alhamdulillaah atau dengan penuh rasa
ikhlas Innaa lillaahi wainna ilaihi roojiuun. Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Dengan begitu, orang yang berserah diri,
tidak akan mengeluh atau protes kepada Allah, Tetapi dia menjadi hamba yang penurut. Tindakannya
hanya semata-mata dilakukan karena taat mematuhi perintah Allah. Dia berlaku baik kepada
seseorang bukan sebagai balasan karena orang tersebut telah berlaku baik terhadapnya, tetapi hal ini
dilakukannya semata-mata karena Allah memerintahkan manusia untuk berbuat kebajikan.
Pandangan batinnya telanjang sebagaimana adanya (tidak berburuk sangka). Lirikannya tanpa disertai
emosi. Jiwanya tidak terguncangkan oleh adanya stimulan baik yang berasal dari dalam jiwanya
sendiri, maupun yang berasal dari lingkungannya. Dia dapat merasakan kaya tanpa harta, sakti tanpa
ilmu. Hal ini hanya dapat terjadi jika kita sudah mampu menjadikan taat sebagai senjata untuk
melawan setan dan nafsu.

Dengan demikian Orang yang berserah diri kepada Wakil tertinggi dan terpercaya berarti memiliki
kekayaan lebih besar dari pada kekayaan yang ada di dunia ini. Sebab meskipun usahanya mengalami
kerugian besar dia tidak akan berputus asa, dia berada dalam ketentraman. Jika rasa tentram itu tidak
ada, maka tidak ada keuntungan duniawi dan tidak ada kekayaan material yang dapat mendatangkan.
Dengan berserah diri kepada Allah, Insya Allah kita akan terhindar dari stress. Segala urusanpun akan
dimudahkan-Nya. kita jangan memaksa atau mendikte Allah agar mengabulkan keingin, tetapi
berdoalah dengan lemah lembut dan penuh harapan: Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, sekiranya hal ini memang bermanfaat bagiku, kabulkanlah permintaanku. Tetapi
sekiranya hal ini tidak akan mendatangkan menfaat bagiku, jauhkanlah ya Allah! Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui.

Você também pode gostar