A. PENGERTIAN Pada awalnya, sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa. McQuails (1997, 2000) berusaha merubah istilah audiens, bahwa audiens merupakan suatu kelompok kemudian diubahnya menjadi receivers dalam proses komunikasi. McQuail (1987) juga menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens sebagai berikut: Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki keberadaan(eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak layak lagi dipakai. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isyu, minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens. Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Sedangkan Allor (1988) menyebutkan bahwa audiens itu berada dimana-mana dan tidak mempunyai tempat yang real. Menurut Nightingale (2003) ada 4 pengertian audiens, diantaranya : 1. Audiens yaitu orang-orang yang berkumpul, 2. Audiens yaitu orang-orang yang dituju. Berarti suatu grup yang terdiri dari orang-orang yang dikirim pesan, 3. Audiens yaitu yang terjadinya. Pengalaman akan menerima pesan, apakah sendiri atau dengan orang lain sebagai kejadian interaksi di kehidupan, 4. Audiens yaitumendengar atau audisi. Secara harfiah audiens sama saja dengan khalayak. Dalam media, audiens dapat diartikan sebagai pasar dan program yang disajikan merupakan produk yang ditawarkan. Pada dasarnya audiens merupakan sekumpulan orang yang membaca, mendengar, menonton berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Audiens juga merupakan kehidupan sosial yang dilayani oleh media dengan menyampaikan suatu informasi yang dibutuhkan. Audiens terbentuk karena adanya media. Secara perlahan-lahan masyarakat membentuk suatu hal yang kita sebut dengan audiens. Secara historis, audiens terbentuk karena adanya gagasan tentang public yang pada akhirnya berkembang hingga sekarang. Media membentuk audiens menjadi beberapa bagian berdasarkan minat, pendidikan, umur, sosial, agama dan juga politik. Seringkali audiens digunakan sebagai alat dalam membanun pamor politik. Konsep tentang audiens memang berkembang terus. Audiens ada yang tercipta karena respon masyarakat terhadap isi media yang disampaikan. Audiens juga tercipta karena ada kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah individu atau kelompok audiens yang tersebar di masyarakat. Dengan pola terbentuknya audiens seperti itu, maka secara teoritis terjadi proses yang menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audiens, ada juga yang dipecah menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang sama. Dengan demikian konsep audiens harus bisa menggambarkan proses hubungan social antara media massa dengan lingkungan yang menjadi berdirinya lembaga media. Oleh karena itu konsep media uses and gratification dan kehidupan sehari-hari merupakan konsep-konsep yang akan merajut agar konsep audiens lebih manusiawi, tidak membatasi individu dengan lingkungan sosialnya maupun dengan media massanya. Sehingga bisa mempertemukan konsep-konsep yang berbeda terutama tentang apakah audience itu terbentuk karena respon masyarakat terhadap isi media atau desain awal media untuk melayani keinginan masyarakat. B. SEJARAH AUDIENS MASSA Sejarah penelitian/ pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring dengan penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens dianggap pasif (teori peluru (Bullet Theory) atau Model Jarum Hipodermis). Namun pembahasan audiens secara intensif yang dimulai tahun 1940, Herta Herzog, Paul Lazarsfeld dan Frank Stanton (dalam Barran & Davis, 2003) mempelopori mempelajari aktifitas audiens (yang kemudian melahirkan konsep audiens aktif) dan kepuasan audiens. Contohnya pada tahun 1942 Lazarfeld dan Stanton memproduksi buku seri dengan perhatian pada bagaimana audiens menggunakan media untuk mengorganisir pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Tahun 1944 Herzog menulis artikel Motivation and Gratifications of Daily Serial Listener, yang merupakan publikasi awal tentang penelitian kepuasan audiens terhadap media. Pada waktu itu, aktivitas audiens merupakan fokus kajian uses and gratifications. Secara umum, pandangan para peneliti dalam tradisi uses and gratifications media menganggap bahwa audiens aktif dalam hal kesukarelaan dan orientasi selektif dalam proses komunikasi massa. Pandangan audiens pasif menyatakan bahwa orang dengan mudah dipengaruhi secara langsung oleh media, sementara pandangan audiens aktif menyatakan bahwa orang membuat keputusan-keputusan yang lebih aktif tentang bagaimana menggunakan media. Bagi sebagian besar, teori masyarakat massa cenderung untuk menganut pada konsep audiens pasif, walaupun tidak semua teori audiens pasif dapat secara sah disebut teori masyarakat massa. Demikian pula, kebanyakan teori masyarakat menganut paham audiens aktif.
Frank Biocca membicarakan lima karakteristik audiens aktif, dinyatakan secara tidak langsung oleh teori-teori dari genre ini. Pertama adalah selektifitas. Audiens aktif dianggap selektif akan media yang mereka pilih untuk digunakan. Karakteristik kedua adalah utilitarianisme. Audiens aktif dikatakan menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran tertentu. Karakteristik ketiga adalah dimana secara tidak langsung penggunaan isi media untuk maksud tertentu. Karakteristik keempat adalah keterlibatan, atau upaya. Disini, audiens secara aktif hadir, memikirkan, penggunaan media. Akhirnya, audiens aktif tidak mempan dipengaruhi, atau tidak mudah dibujuk oleh media semata. C. DINAMIKA DAN DIMENSI AUDIENS MASSA Perkembangan audiens massa tidak luput dari suatu dinamika yang terhubung dengan komunikasi massa. Dinamika audiens massa terbentuk dari suatu hasil penelitian, diantaranya : 1. Tradisi structural Penelitian audiens digunakan untuk melihat ukuran jumlah audiens dan luas jangkauan media, termasuk di dalamnya adalah struktur dan komposisi social audiens, seperti siapa, kapan dan dimana audiens melakukan akses media. Data-data tersebut digunakan oleh manajemen untuk menjual program acara atau materi isi suntuk memperoleh iklan. Data audiens tersebut selanjutnya dikembangkan untuk melakukan riset pasar dan iklan. Tradisi penelitian kuantitatif ini, sampai sekarang masih banyak digunakan oleh manajemen untuk mengembangkan materi isi, pengembangan pasar dan perluasan perolehan iklan. Oleh karena itu metode yang banyak digunakan adalah survey dan analisis statistic. 2. Tradisi behavioral Penelitian audiens lebih memusatkan pada persoalan efek atau dampak media dan kebiasaan bermedia masyarakat. Penelitian tersebut muncul karena melihat hubungan media dengan audiens dalam perspektif komunikasi searah, yang melihat proses feedback yang terjadi antara sender dan receiver tidak berjalan dalam proses yang seharusnya. Tradisi behavioral ini memberikan manfaat di dalam upaya memahami efek media, kebiasaan dan perilaku audiens, serta mampu menjelaskan dan mempredikis pilihan, reaksi dan efek media. Data-data yang bisa dikumpulkan melalui survey, eksperimen, pengukuran mental adalah menyangkut motivasi, tindakan pilihan dan reaksi audiens. 3. Tradisi cultural Melihat audiens sebagai bagian dari suatu norma kehidupan di masyarakat yang mempunyai kerangka berpikir. Dengan demikian setiap pesan yang disampaikan oleh media massa akan di konstruksikan dalam makna tertentu oleh audiens. Konteks social budaya dan proses pemberian makna pada produk budaya berdasarkan pengalaman di dalam kehidupan sehari-hari, merupakan focus yang dilakukan oleh tradisi penelitian kualitatif ini untuk memahami teks media. Oleh karena itu, tradisi ini menolak analisis dengan menggunakan model stimulus-respon dan efek yang dilihat sebagai suatu proses yang berjalan satu arah saja. Metode yang banyak digunakan adalah ethnografi. Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi, diantaranya : 1. Dimensi orientasi audiens terdiri dari tiga tingkatan: Selektivitas terhadap isi media Keterlibatan (involvement) : a. Tingkatan dimana audiens menghubungkan dirinya dengan isi media, b. Suatu tingkatan dimana individu berinteraksi secara psikologis dengan media atau termasuk di dalamnya dengan pesan-pesan media. Kegunaan (utility), yaitu individu menggunakan atau mengantisipasi penggunaan komunikasi massa untuk tujuan sosial atau psikologisnya. 2. Dimensi temporal (urutan komunikasi), yaitu dimensi yang menjelaskan aktivitas audiens dilihat sebelum, selama, dan sesudah terpaan (exposure). Tipologi Aktivitas Audiens (Levy dan Windahl, 1984)
Urutan komunikasi Orientasi Audiens Sebelum terpaan Selama terpaan Sesudah terpaan Selektivitas Terpaan selektif, mencari-cari Persepsi selektif Ingatan selektif Keterlibatan Antisipasi dari terpaan Perhatian, pembentukan makna, interaksi parasosial, identifikasi Identifikasi jangka panjang, mengkhayal Kegunaan Koin pertukaran Menggunakan untuk memperoleh Menggunakan kepemimpinan pendapat suatu kepuasan topik Levy dan Windahl juga menghubungkan antara variabel keterlibatan selama terpaan dengan variabel preexposure selectivity, yang menghasilkan 4 subtipe aktivitas audiens. Tipologi subtipe aktivitas audiens tersebut adalah sebagai berikut :
Preexposure selectivity Keterlibatan selama terpaan Tinggi Rendah Tinggi Mencari kepuasan yang dimotivasi Keterlibatan indiskriminasi Rendah Topik ritual Melewatkan waktu Dalam penelitiannya, Levy dan Windahl menyatakan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara pengukuran aktivitas audiens dengan indikator-indikator pencarian kepuasan dan pemerolehan kepuasan. Pada kasus hubungan antara aktivitas dengan pencarian kepuasan, ditemukan bahwa individu menggunakan media untuk memperoleh kepuasan sosial maupun psikososialnya, dan audiens akan aktif memenuhi harapannya itu dalam proses komunikasi yang dilakukannya. Sebaliknya, hubungan antara aktivitas dengan pemerolehan kepuasan, memperlihatkan bahwa pengalaman individu yang lebih aktif akan berada pada level kepuasan yang lebih tinggi, dan aktivitas harus dilihat sebagai variabel independen. Dinamika dan dimensi audiens massa itu pun selalu terhubung dengan budaya massa yang ada pada komunikasi massa. Budaya massa terbentuk karena perkembangan era globalisasi yang terjadi di sekitar kita. Karakter yang terbentuk dari budaya massa, sebagai berikut : 1. Non-tradisional Umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer. Budaya populer ini lebih cenderung menonjolkan unsur kepopulerannya. Contoh: kontes pencarian bakat di bidang tarik suara seperti Indonesian Idol, KDI, AFI, dsb. 2. Merakyat Tersebar di basis massa sehingga tidak mengerucut di tingkat elite, namun apabila ada elite yang terlibat dalam proses ini, maka itu bagian dari basis massa itu sendiri. 3. Infotainment Produk pemberitaan yang diperuntukkan kepada massa secara luas. Kita tahu bahwa semua orang juga dapat memanfaatkannya sebagai hiburan umum. 4. Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya populer sebagai sumber budaya massa. Contoh: acara-acara seni pertunjukan tradisional mulanya hanya menjadi tontonan/diminati oleh pemilik budaya dari seni yang bersangkutan. Namun begitu dikemas dan ditayangkan di media massa maka akan berubah menjadi budaya populer yang ditonton juga oleh berbagai kalangan dan latar belakang budaya yang berbeda.
5. Budaya massa, terutama yang diproduksi oleh media massa diproduksi menggunakan biaya yang cukup besar, karena itu harus menghasilkan keuntungan untuk kontinuitas budaya massa itu sendiri, karena itu budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan sebuah kegiatan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi kapital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.
6. Budaya massa juga diproduksi secara ekslusif menggunakan simbol-simbol kelas sosial sehingga terkesan diperuntukkan kepada masyarakat modern yang homogen, terbatas dan tertutup (Bungin, 2007 : 77 78). Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach (dalam Nurudin, 2004; Rakhmat, 1994) mengkaji interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Mereka menyajikan tiga perspektif yang menjelaskan kajian tersebut. Ketiga perspektif itu adalah sebagai berikut: 1. Individual Differences Perspective. Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal- psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Berdasarkan ide dasar dari stimulus- response, perspektif ini beranggapan bahwa tidak ada audiens yang relatif sama, maka pengaruh media massa pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Dengan kata lain, masing-masing individu anggota audiens bertindak menanggapi pesan yang disiarkan media secara berbeda, hal ini menyebabkan mereka juga menggunakan atau merespon pesan secara berbeda pula. Dalam diri individu audiens terdapat apa yang disebut konsep diri, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi, mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Dengan kata lain, konsep diri mempengaruhi terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan selektif. 2. Social Categories Perspective. Perspektif ini melihat, di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, keyakinan beragama, tempat tinggal, dan sebagainya. Masing-masing kelompok sosial itu memberi kecenderungan anggota-anggotanya mempunyai kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Dari kesamaan itu mereka akan mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya. Berdasarkan perspektif ini, pemilihan dan penafsiran isi oleh audiens dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok sosial. Dalam konsep audiens sebagai pasar dan sebagai pembaca, perspektif ini melahirkan segmentasi. Contoh: Anak-anak membaca Bobo, Yunior, Ananda. Ibu-ibu membaca Kartini, Sarinah, Femina. Kaum Islam membaca Sabili, Hidayah. 3. Social Relation Perspective. Persektif ini menyatakan bahwa hubungan secara informal mempengaruhi audiens dalam merespon pesan media massa. Dampak komunikasi massa yang diberikan diubah secara signifikan oleh individu-individu yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Tentunya perspektif ini eksis pada proses komunikasi massa dua tahap, dan atau multi tahap. D. FAKTOR AUDIENS MASSA Dalam audiens massa juga terdapat faktor lain yang menyebabkan terjadinya suatu aktivitas dalam audiens massa itu sendiri. Faktor-faktor yang ada dalam segala aktivitas audiens massa, yaitu faktor individu, sosial, dan media. 1. Faktor individual misalnya bisa kita lihat dari jenis kelamin, umur, intelegensia, kepribadian, dan tempat atau latar belakang siklus kehidupannya. 2. Faktor sosial misalnya hubungan antara kelas sosial dengan konsumsi media. Blumer mengidentifikasikan faktor sosial seperti: status perkawinan, partisipasi kerja, mobilitas sosial, dan ukuran potensial interaksi. Faktor-faktor sosial tersebut kemudian akan menentukan bagaimana kebutuhan orientasi media, kondisi orientasi audiens terhadap media, dan situasi sosial konsumsi media, yang semuanya itu mempengaruhi aktivitas audiens. 3. Faktor media dilihat dari perbedaan-perbedaan kompleksitas pesan, gaya pesan, dan variasi- variasi dalam isi pesan substantif.
SUMBER MATERI Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group. Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa edisi 2. Jakarta: Erlangga Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR. Baran, Stanley J. & Dennis K. Davis. 2003. Mass Communication Theory: Foundation Ferment, and Future. USA: Wadsworth. Mcquail. 2000. Mass Communication Theory. SAGE publication. London. ..1985. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Andung, Petrus A. 2010. Memahami Audiensi Massa dan Budaya Massa. Artikel. Diunggah dari Blog Akademik Petrus Andung pada tanggal 16 Juni 2012. Prakosa, Adi. 2007. Audiens. Artikel. Diunggah dari blog komunikasi audiens pada tanggal 16 Juni 2012. Poerwadi, Heru. 2009. Pandangan McQuail Tentang Audiens. Artikel. Diunggah dari blog HeroesPoerwadis blog pada tanggal 16 Juni 2012.