Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ln
+
Dengan :
E = potensial elektroda standar yang konstan dengan logam
P = tetapan gas
T = temperatur mutlak
F = tetapan Faraday
N = valensi ion
aM
n+
= aktivitas ion dengan larutan
persamaan di atas disederhanakan menjadi :
= +
0.0001983
ln
+
Untuk temperatur 25C (298K) :
= +
0.0591
ln
+
aM
n+
dapat diasumsikan sebagai c M
n+
(konsentrasi ion dengan molar)
5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Bahan dan Alat yang Digunakan
III.1.1. Bahan
1. Asam oksalat 0.2 N 100 ml
2. HCl 150 ml
3. NaOH 1.2 N 300 ml
III.1.2 Alat
1. Buret + ststif + klem
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Gelas ukur
5. Labu ukur
6. Magnetic stirrer
7. pH meter
8. Pipet volume
III.2 Gambar Alat
Gambar 3.1 Buret, Statif, Klem
6
Gambar 3.2 Erlenmeyer Gambar 3.3 Gelas Kimia
Gambar 3.4 Gelas Ukur Gambar 3.5 Labu Takar
Gambar 3.6 Magnetic Stirrer Gambar 3.7 pH meter
Gambar 3.8 Pipet Volume
7
III.3. Keterangan Gambar Alat
1. Buret : sebagai tempat untuk titran
Statif : untuk menyangga buret
Klem : penghubung antara statif dan buret
2. Erlenmeyer : menampung larutan / titran pada proses titrasi
3. Gelas kimia : menampung larutan dalam jumlah banyak
4. Gelas ukur : mengukur volume larutan
5. Labu takar : untuk pengenceran zat tertentu
6. Magnetic stirrer : mengaduk larutan supaya menjadi homogeny
7. pH meter : mengetahui larutan sampel
8. Pipet volume : mengukur larutan dengan volume tertentu
III.4. Cara Kerja
III.3.1 Pembakuan (standarisasi) larutan NaOH
1. Melakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan aquadest.
2. Melarutkan 70 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan memasukkan
magnetic bar ke dalamnya, menempatkan gelasn kimia tersebut di atas
magnetic stirrer, dan mengatur kecepatan pada skala dimana tidak ada
pusaran (skala 5).
3. Memasukkan asam oksalat 0.2 N ke dalam buret kemudian menempatkan
ujung buret ke dalam leher gelas kimia yang berisi NaOH.
4. Memasangkan elektroda pH sampai tercelup pada cairan dalam gelas
kimia (selalu melakukan penyucian dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukkan ke dalam cairan yang baru.
5. Mencatat nilai pH yang terbaca oleh pH meter.
6. Mengalirkan asam oksalat sebanyak 2 ml, mencatat perubahan pH yang
terjadi. Menambahkan asam oksalat dan mencatat pH sampai terjadi
lonjakan harga pH kemudian stabil lagi. Mencatat seperti table berikut :
Volume Asam Oksalat 0.2 N pH NaOH
0
2
4
8
dst
7. Membuat kurva titrasi antara pH vs volume serta menentukan titik
ekivalennya.
8. Menghitung kadar NaOH.
III.3.2. Penetapan Kadar HCl
1. Melakukan proses seperti tahap pembakuan (standarisasi) dengan sampel
HCl yang akan ditentukan kadarnya dengan NaOH sebagai larutan
sekunder.
9
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Titrasi NaOH dengan Asam Oksalat 0.2N
Volume Asam Oksalat (ml) pH NaOH
0 12.029
2 12.027
4 12.025
6 12.021
8 12.019
10 12.018
12 12.016
14 12.014
16 12.013
18 12.012
20 12.012
22 12.011
24 12.010
26 12.009
28 12.009
30 12.008
32 12.006
34 12.005
36 12.004
38 12.002
40 12.001
42 12.001
44 11.990
46 11.985
48 11.976
50 11.960
10
52 11.951
54 11.944
56 11.931
58 11.891
60 11.880
62 11.875
64 11.864
66 11.861
68 11.859
70 11.857
72 11.855
74 11.853
76 11.853
78 11.853
80 11.853
82 11.852
84 11.850
86 11.847
88 11.844
90 11.842
Kadar NaOH
N
NaOH
=
(V. N)
asam oksalat
V
NaOH
=
52.8 x 0.2
70
= 0.15 N
11
Tabel 4.2. Hasil Percobaan Titrasi HCl dengan NaOH 1.2 N
Volume NaOH (ml) pH HCl
0 1.158
2 2.259
4 10.722
6 11.149
8 11.299
10 11.384
12 11.413
14 11.434
16 11.452
18 11.469
20 11.482
Kadar HCl
N
HCl
=
(V. N)
NaOH
V
HCl
=
2.8 x 1.2
50
= 0.0672 N
IV.2. Pembahasan
4.2.1. Kadar HCl Praktis dan Teoritis dalam ppm
4.2.1.1 Kadar HCl Praktis
M =
N
valensi
=
0.0672
1
= 0.0672 M
mol HCl = M. V = 0.0672 x 50 x 10
3
= 3.36 x 10
3
mol
massa HCl = mol HCl x BM
HCl
= 3.36 x 10
3
x 36.5
= 0.12264 gram = 122.64 miligram
Kadar HCl =
122.64 miligram
50 x 10
3
= 2452.8 ppm
12
4.2.1.2. Kadar HCl Teoritis
M =
N
valensi
=
0.0704
1
= 0.0704 M
mol HCl = M. V = 0.0704 x 50 x 10
3
= 3.52 x 10
3
mol
massa HCl = mol HCl x BM
HCl
= 3.52 x 10
3
x 36.5
= 0.12848 gram = 128.48 miligram
Kadar HCl =
128.48 miligram
50 x 10
3
= 2569.6 ppm
4.2.2. Alasan Kadar HCl yang Didapat Lebih Kecil daripada Kadar
Teoritis
a) Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air dalam keadaaan terbuka
(Higroskopis). Selain itu Kristal NaOH padat juga mudah menyerah
karbondioksida dari udara membentuk Natrium Bikarbonat yang
pHnya lebih rendah daripada NaOH, menurut persamaan reaksi :
NaOH(s) + CO2(g) NaHCO3(s)
(Agung, 2012)
pHnya yang lebih rendah berarti konsentrasi [OH
-
] juga lebih rendah.
Hal ini berakibat pada besarnya normalitas NaOH. Kadar HCl yang
ditemukan lebih rendah karena kadar NaOH yang ditemukan juga
lebih rendah, karena :
N
HCl
=
(V. N)
NaOH
V
HCl
Bila kadar NaOH yang lebih kecil menyebabkan mengecilnya kadar
HCl karena pada rumus perhitungan kadar, mol NaOH lebih kecil dari
yang seharusnya.
b) Di laboratorium digunakan elektroda pembanding yang berjenis
kalomel dan elektroda indikator membrane yaitu elektroda kaca.
Kelemahan elektroda kaca yaitu pada kondisi pH yang tinggi :
Spesifisitas untuk H
+
hilang.
Ketergantungan tegangan pH berkurang.
13
Potensial menjadi tergantung pada a Na
+
.
(Safirainu, 2013)
c) Kebanyakan pengukuran pH menggunakan elektroda kaca yang
dihubungkan. Diandaikan bahwa salah sau buffer NB, digunakan
untuk menstandarkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur
tidaklah eksak sama dengan log aH
+
, namun dalam kondisi biasa nilai
tersebut hampir sama. Kemudian kondisi biasa yang dimaksudkan
adalah:
a. Kuat ion larutan uji kurang dari kira-kira 3.
b. Tidak ada ion tak lazim yang mobilitasnya luar biasa atau
misalnya ion organic yang sangat besar.
c. Jangkauan pH sekitar 2 sampai nol.
d. Tidak ada suspense yang bermuatan listrik seperti humus atau
enzim penukar dalam larutan uji.
Orang harus hati-hati dalam menghitung ion hidrogen dari suatu
pengukuran pH praktis. Untuk pengukuran semacam itu perlu
mengetahui tentang koefisien aktifitas ion hidrogen:
p (- log aH
+
) (- log [H
+
])
Jika nilai H
+
diambil sama dengan satu dapat ditimbulkan galat yang
sangat lebar, bergantung pada kuat ion sebesar 25% jika dinaikkan
[H
+
] aH
+
.
(Fahkrina, 2012)
d) Asam klorida mempunyai kemurnian lebih rendah daripada larutan
baku primer, oleh sebab itu asam klorida konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah
murni.
(Prafitryane, 2010)
4.2.3. Karakteristik Larutan Standart
4.2.3.1. Larutan Standart Primer
14
Larutan standart primer adalah larutan yang mengandung zat padat
murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui
metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui.
Karakteristik :
1. Mempunyai kemurnian yang tinggi.
2. Mempunyai rumus molekul yang pasti.
3. Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang.
4. Larutannya harus bersifat stabil.
5. Mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi.
(Adam Wiryawan, 2011)
4.2.3.2. Larutan Standart Sekunder
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4,
Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder,
biasanya memiliki karakteristik seperti di bawah ini:
1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam
keadaan yang diketahui kemurniannya.
2. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air,
menyerap CO2 pada waktu penimbangan.
3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan.
5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
(Prafitryane, 2010)
15
4.2.4. Aplikasi Potensiometri dalam Industri Oil and Gas
Dalam proses penambangan minyak bumi, minyak yang keluar dari sumur
pengeboran bercampur dengan air, gas, lumpur, dan pasir. Dibutuhkan
beberapa jenis bahan kimia untuk memisahkan minyak dari bahan-bahan lain
tersebut. Air yang keluar bersama minyak minyak dari dalam sumur
umumnya mengandung padatan terlarut yang dapat membentuk endapan atau
kerak yang melekat pada bagian sebelah dalam pipa instalasi. Salah satu
parameter yang menyebabkan pembentukan kerak adalah alkalinitas.
Pengaruh ion bikarbonat sangat besar dalam pembentukan kerak.
Alkalinitas adalah parameter kualitas air yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan jumlah soda abu dan kapur yang diperlukan dalam proses
pelunakan dengan metode pengendapan. Pelunakan air bertujuan untuk
menurunkan kesadahan.
Contohnya adalah titrasi dengan asam sulfat. Penambahan asam sulfat ke
dalam sampel secara perlahan diaduk untuk memberikan waktu yang cukup
bagi keseimbangan elektroda, nilai pH hasil titrasi dibaca setiap penambahan
H2SO4 tersebut.
Analisa alkalinitas ini menggunakan air sumur produksi minyak bumi. Dari
hasil analisa total alkalinitas. Kadar maksimum total alkalinitas yaitu
1000mg/l. Apabila kadar total melampaui batas, akan mudah terbentuk kerak
atau pengendapan.
(Aguarina Limbung, 2008)
16
4.2.5. Kurva Titrasi pada Asam dan Basa
4.2.5.1. Titrasi pada Asam Kuat dan Basa Kuat
Gambar 4.1. Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat
Pada kurva ini menyatakan kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam
kuat (titrat) dengan basa kuat (titran). Awalnya pH naik sedikit demi
sedikit. Hal ini dikarenakan skala naiknya pH bersifat logaritmik yang
berarti pH 1 mempunyai keasaman 10 kali lipat daripada pH 2.
Dengan demikian konsentrasi ion hydronium pada pH 1 adalah 10
kali lipat dari konsentrasi ion hydronium pada pH 2. Kemudian naik
tajam didekat titik ekivalen dimana titran ditambahkan tepat bereaksi
dengan seluruh zat yang dititrasi tanpa adanya titran yang tersisa.
Pada titik ini, ion hydronium yang tersisa tinggal sedikit dan hanya
membutuhkan sedikit ion hidroksida untuk menaikkan pH.
17
4.2.5.2. Titrasi pada Asam Lemah dan Basa Kuat
Gambar 4.2. Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat
Pada kurva ini menyatakan kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam
lemah (titrat) dititrasi dengan basa kuat (titran). Awalnya asam lemah
mempunyai pH yang rendah. Kemudian pH naik lebih cepat pada
awalnya namun menjadi kurang cepat atau melambat saat mendekati
titik ekivalen. pH di titik ekivalen tidak tepat pada 7 yaitu lebih dari 7.
Dan kemudian pH naik lebih cepat saat di titik ekivalen.
4.2.5.3. Titrasi pada Asam Kuat dan Basa Lemah
Gambar 4.3. Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah
18
Pada kurva ini menyatakan kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam
kuat dititrasi dengan basa lemah. Awalnya asam kuat mempunyai pH
yang rendah. Kemudian naik sedikit demi sedikit pada awalnya
namun cepat saat mendekati titik ekivalen. pH yang dihasilkan oleh
titrasi asam kuat dan basa lemah ini tidak tepat 7 yaitu kurang dari 7.
4.2.5.4. Titrasi Basa Lemah dan Asam Lemah
Gambar 4.4. Kurva titrasi basa lemah dengan asam lemah
Pada kurva ini menyatakan kurva titrasi yang dihasilkan ketika basa
lemah dititrasi denagn asam lemah. Pada kurva basa lemah dengan
asam lemah ini tidak dihasilkan kurva yang tajam bahkan seperti tidak
beraturan. Dalam kurva ini terdapat sebuah titik infleksi yang hampir
serupa dengan titik ekivalen.
(Dwi Winarto, 2013)
19
11.7
11.75
11.8
11.85
11.9
11.95
12
12.05
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90
p
H
Volume Oksalat
pH NaOH yang
distandarisasi
Kurva Titrasi NaOH dengan Asam Oksalat
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
p
H
Volume NaOH
pH HCl praktis
pH HCl teoritis
Kurva Titrasi HCl (sampel) dengan NaOH
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Titrasi NaOH dengan Asam Oksalat
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Titrasi HCl (Sampel) dengan NaOH
20
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan referensi yang digunakan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kadar HCl yang ditemukan adalah 0.0672 N, sedangkan kadar HCl asli
adalah 0.0704 N, sehingga prosentase error dalam percobaan ini adalah
4.54%.
2. Kadar dari HCl yang didapat lebih keil daripada kadar aslinya disebabkan
oleh kristal NaOH yang bersifat mudah menyerap air dalam keadaan terbuka
(higroskopis) membentuk Natrium Bikarbonat yang pHnya lebih rendah
daripada NaOH, digunakan elektroda kaca yang mempunyai sejumlah
kelemahan, dan asam klorida yang mempunyai kemurnian lebih rendah
daripada larutan baku primer.
3. Terdapat 2 karakteristik larutan standart yaitu larutan standart primer
(misalnya asam oksalat) dan larutan standart sekunder (misalnya NaOH).
4. Salah satu aplikasi dari potensiometri terdapat dalam industri oil dan gas
adalah penentuan kadar CaCO3 pada pipa instalasi.
5. Kurva titrasi pada asam dan basa terdiri dari kurva pada asam kuat dan basa
kuat, kurva titrasi pada asam lemah dan basa kuat, kurva titrasi pada asam
kuat dan basa lemah, serta kurva titrasi asam lemah dan basa lemah.
V.2. Saran
1. Sebaiknya melakukan kalibrasi pH meter dengan aquadest hingga pH tepat 7.
2. Lakukan titrasi dengan tepat dan dengan cara yang benar.
3. Sebaiknya melakukan pencucian dan pengeringan setiap kali elektroda akan
dimasukkan ke dalam cairan baru agar tidak terjadi kontaminasi.
4. Sebaiknya dalam pengaturan skala magnetic stirrer menggunakan skala 5
agar tidak terjadi pusaran.
5. Sebaiknya saat pengamatan dilakukan dengan teliti agar data yang diperoleh
lebih akurat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agung.2012.http://agungm92.blogspot.com/2012/06/praktikum-1-titrasi-
potensiometri.html (Diakses 8 November 2013, pukul : 19.00 WIB)
Bard, A.J. dan L.R. Faulker.1980.Electrochemical Methods.New York:John Willey
and Sons.
Fahkrina.2012.http://thanksgoditssunday.wordpress.com/2012/03/15/its-all-
about-potensiometri/ (Diakses 8 November 2013, pukul : 19.20 WIB)
Limbung, Aquarina.2008.Alkalinitas:Analisa dan Permasalahan untuk Air
Industri.
Prafitryane.2010.http://yanneparkeybum.wordpress.com/2010/11/11/larutan-baku-
sekunder-kimia-analisis-dasar/ (Diakses 8 November 2013, pukul 20.30 WIB)
Safirainu.2013. http://www.scribd.com/doc/175678851/Elektroda-membran-
kaca (Diakses 8 November 2013, pukul : 19.05 WIB)
Underwood, A.L. dan R.A. Day Jr.1990.Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat.Jakarta:Erlangga.
Winarto, Dwi.2013.http://www.ilmukimia.org/2013/01/kurva-titrasi.html
(Diakses 8 November 2013, pukul : 20.00)
Wiryawan, Adam.2011.http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-volumetri/prinsip-titrasi/
(Diakses 8 November 2013, pukul : 20.15 WIB)
A-1
LEMBAR PERHITUNGAN
KUANTITAS REAGEN
Menentukan massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat 300 ml NaOH 1.2 N
M =
N
valensi
=
1.2
1
= 1.2 M
M =
n
V
n = M x V = 1.2 x 0.3 = 0.36 mol
n =
massa
BM
massa = n x BM = 0.36 x 39.997 = 14.39892 gram
B-1
LEMBAR PERHITUNGAN
a) Kadar NaOH
N
NaOH
=
(V. N)
asam oksalat
V
NaOH
=
52.8 x 0.2
70
= 0.15 N
b) Kadar HCl Praktis
N
HCl
=
(V. N)
NaOH
V
HCl
=
2.8 x 1.2
50
= 0.0672 N
c) Kadar HCl Asli
N
HCl
= 0.0704 N
d) Prosentase Error
% error =
|0.0672 0.0704|
0.0704
x 100% = 4.54%
C-1
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK
Perhitungan pH teoritis
mol HCl = M x V =
0.0704
1
x 50 x 10
3
= 3.52 x 10
3
mol
pH awal = log[H
+
] = log(0.0704) = 1.152
Volume NaOH 2 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 2 x 10
3
= 2.4 x 10
3
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
2.4 x 10
3
----- ----
r 2.4 x 10
3
2.4 x 10
3
+2.4 x 10
3
+2.4 x 10
3
s 1.12 x 10
3
0 2.4 x 10
3
2.4 x 10
3
M
HCl
=
1.12 x 10
3
(50+2)x 10
3
= 2.15 x 10
2
M
HCl H
+
+ Cl
-
2.15 x 10
2
2.15 x 10
2
2.15 x 10
2
pH = log[H
+
] = log(2.15 x 10
2
) = 1.66
Volume NaOH 4 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 4 x 10
3
= 4.8 x 10
3
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
4.8 x 10
3
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 1.28 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
1.28 x 10
3
(50+4)x 10
3
= 2.37 x 10
2
M
NaOH Na
+
+ OH
-
2.37 x 10
2
2.37 x 10
2
2.37 x 10
2
pOH = log[OH
] = log(2.37 x 10
2
) = 1.625
pH = 14 1.625 = 12.375
C-2
Volume NaOH 6 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 6 x 10
3
= 7.2 x 10
3
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
7.2 x 10
3
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 3.68 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
3.68 x 10
3
(50+6)x 10
3
= 6.57 x 10
2
M
NaOH Na
+
+ OH
-
6.57 x 10
2
6.57 x 10
2
6.57 x 10
2
pOH = log[OH
] = log(6.57 x 10
2
) = 1.18
pH = 14 1.18 = 12.82
Volume NaOH 8 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 8 x 10
3
= 9.6 x 10
3
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
9.6 x 10
3
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 6.08 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
6.08 x 10
3
(50+8)x 10
3
= 1.04 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
1.04 x 10
1
1.04 x 10
1
1.04 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(1.04 x 10
1
) = 0.98
pH = 14 0.98 = 13.02
Volume NaOH 10 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 10 x 10
3
= 1.2 x 10
2
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
1.2 x 10
2
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
C-3
s 0 8.48 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
8.48 x 10
3
(50+10)x 10
3
= 1.4 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
1.4 x 10
1
1.4 x 10
1
1.4 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(1.4 x 10
1
) = 0.85
pH = 14 0.85 = 13.15
Volume NaOH 12 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 12 x 10
3
= 1.44 x 10
2
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
1.44 x 10
2
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 10.88 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
10.88 x 10
3
(50+12)x 10
3
= 1.75 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
1.75 x 10
1
1.75 x 10
1
1.75 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(1.75 x 10
1
) = 0.75
pH = 14 0.75 = 13.25
Volume 14 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 14 x 10
3
= 1.68 x 10
2
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
1.68 x 10
2
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 13.28 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
13.28 x 10
3
(50+14)x 10
3
= 2.075 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
2.075 x 10
1
2.075 x 10
1
2.075 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(2.075 x 10
1
) = 0.68
C-4
pH = 14 0.68 = 13.32
Volume NaOH 16 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 16 x 10
3
= 1.92 x 10
2
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
1.92 x 10
2
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 15.68 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
15.68 x 10
3
(50+16)x 10
3
= 2.37 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
2.37 x 10
1
2.37 x 10
1
2.37 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(2.37 x 10
1
) = 0.625
pH = 14 0.625 = 13.375
Volume NaOH 18 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 18 x 10
3
= 2.16 x 10
2
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
m 3.52 x 10
3
2.16 x 10
2
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 18.08 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
18.08 x 10
3
(50+18)x 10
3
= 2.65 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
2.65 x 10
1
2.65 x 10
1
2.65 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(2.65 x 10
1
) = 0.57
pH = 14 0.57 = 13.43
Volume NaOH 20 ml
mol NaOH = M x V =
1.2
1
x 20 x 10
3
= 2.4 x 10
2
mol
HCl + NaOH NaCl + H2O
C-5
m 3.52 x 10
3
2.4 x 10
2
----- ----
r 3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
+3.52 x 10
3
s 0 20.48 x 10
3
3.52 x 10
3
3.52 x 10
3
M
NaOH
=
20.48 x 10
3
(50+20)x 10
3
= 2.92 x 10
1
M
NaOH Na
+
+ OH
-
2.92 x 10
1
2.92 x 10
1
2.92 x 10
1
pOH = log[OH
] = log(2.92 x 10
1
) = 0.53
pH = 14 0.53 = 13.47
D-1
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
Potensiometri
NAMA : ARFIENO JEFRY KRISNANDA NIM : 21030113120037
GROUP : V / KAMIS SIANG
REKAN KERJA : -KATERINA NILA OKTAVIA
-MARIA AGUSTIN TAOLIN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
D-2
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar HCl dalam sampel dengan metode potensiometri, berdasarkan
reaksi netralisasi (asam-basa).
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
4. Asam oksalat 0.2 N 100 ml
5. HCl 150 ml
6. NaOH 1.2 N 300 ml
2.2 Alat Yang Dipakai
9. Buret + ststif + klem
10. Erlenmeyer
11. Gelas kimia
12. Gelas ukur
13. Labu ukur
14. Magnetic stirrer
15. pH meter
16. Pipet volume
2.3 Cara Kerja
Pembakuan (standarisasi) larutan NaOH
9. Melakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan aquadest.
10. Melarutkan 70 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan memasukkan
magnetic bar ke dalamnya, menempatkan gelasn kimia tersebut di atas
magnetic stirrer, dan mengatur kecepatan pada skala dimana tidak ada
pusaran (skala 5).
11. Memasukkan asam oksalat 0.2 N ke dalam buret kemudian menempatkan
ujung buret ke dalam leher gelas kimia yang berisi NaOH.
12. Memasangkan elektroda pH sampai tercelup pada cairan dalam gelas
kimia (selalu melakukan penyucian dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukkan ke dalam cairan yang baru.
D-3
13. Mencatat nilai pH yang terbaca oleh pH meter.
14. Mengalirkan asam oksalat sebanyak 2 ml, mencatat perubahan pH yang
terjadi. Menambahkan asam oksalat dan mencatat pH sampai terjadi
lonjakan harga pH kemudian stabil lagi. Mencatat seperti table berikut :
Volume Asam Oksalat 0.2 N pH NaOH
0
2
4
dst
15. Membuat kurva titrasi antara pH vs volume serta menentukan titik
ekivalennya.
16. Menghitung kadar NaOH.
Penetapan Kadar HCl
6. Melakukan proses seperti tahap pembakuan (standarisasi)
dengan sampel HCl yang akan ditentukan kadarnya dengan
NaOH sebagai larutan sekunder.
2.4 Hasil Percobaan
Hasil Percobaan Titrasi NaOH dengan Asam Oksalat 0.2N
Volume Asam Oksalat (ml) pH NaOH
0 12.029
2 12.027
4 12.025
6 12.021
8 12.019
10 12.018
12 12.016
14 12.014
16 12.013
18 12.012
D-4
20 12.012
22 12.011
24 12.010
26 12.009
28 12.009
30 12.008
32 12.006
34 12.005
36 12.004
38 12.002
40 12.001
42 12.001
44 11.990
46 11.985
48 11.976
50 11.960
52 11.951
54 11.944
56 11.931
58 11.891
60 11.880
62 11.875
64 11.864
66 11.861
68 11.859
70 11.857
72 11.855
74 11.853
76 11.853
78 11.853
80 11.853
D-5
82 11.852
84 11.850
86 11.847
88 11.844
90 11.842
Kadar NaOH
N
NaOH
=
(V. N)
asam oksalat
V
NaOH
=
52.8 x 0.2
70
= 0.15 N
Hasil Percobaan Titrasi HCl dengan NaOH 1.2 N
Volume NaOH (ml) pH HCl
0 1.158
2 2.259
4 10.722
6 11.149
8 11.299
10 11.384
12 11.413
14 11.434
16 11.452
18 11.469
20 11.482
Kadar HCl
N
HCl
=
(V. N)
NaOH
V
HCl
=
2.8 x 1.2
50
D-6
= 0.0672 N
Kadar HCl Asli
N
HCl
= 0.0704 N
Prosentase Error
% error =
|0.0672 0.0704|
0.0704
x 100% = 4.54%
PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN
ARFIENO JEFRY KRISNANDA PRAFITRA ASIH R.S.P
E-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
Materi : Potensiometri
Hari / Tanggal : Jumat / 1 November 2013
Kelompok : V / Kamis Siang
Nama : 1. Arfieno Jefry Krisnanda
2. Katerina Nila Oktavia
3. Maria Agustin Taolin
Asisten : Prafitra Asih R.S.P
Kuantitas Reagen
NO JENIS REAGEN KUANTITAS
1 Asam Oksalat 100 ml
2 NaOH 300 ml
3 HCl 3 x 50 ml
Tugas Tambahan :
Catatan :
Titrasi NaOH dan HCl per 2 ml
titrasi
Semarang, 1 November 2013
Asisten Laboratorium PDTK 1
Prafitra Asih R.S.P
F-1
REFERENSI
4.2 Pembahasan
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial
suatu sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan sensor berfungsi
sebagai setengah sel elektrokimia yang menimbulkan potensial sebanding dengan
logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh
dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus melalui sel. Potensiometri ini bekerja
berdasarkan hukum Nernst.
Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan
dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi
potensiometri merupakan salah satu bentuk pengembangan dari metode ini dengan
penggunaan titrasi dalam penambahan suatu larutan.
Praktikum kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan dalam
praktikum ini mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan penentuan
kadar NaHCO3 dan Na2CO3dalam soda kue.
Titrasi potensiometri merupakan analisis volumetri. Analisis volumetri
biasanya diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan
satandar dengan larutan lain yang telah diketahui pasti
konsentrasinya disebut standarisasi atau membakukan. Larutan standar adalah larutan
yang diketahui konsentrasinya yang akan digunakan pada analisis volumetri. Ada
dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut
standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat
distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.
Sementara tujuan dari standarisasi adalah mengetahui konsentrasi pasti dari suatu
larutan. Belum tentu konsentrasi suatu larutan akan tetap jika telah dibiarkan dalam
waktu lama. Sebagai contoh NaOH yang beersifat higroskopis atau mudah mengikat
F-2
uap air dan air sehingga jika dibiarkan terlalu lama maka konsentrasinya akan
berubah. Beberapa zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus
memenuhi persyaratan seperti mudah diperoleh dalam bentuk murninya, stabil, dan
mudah dikeringkan atau tidak higroskopis.
Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh karena itu
reaksiyang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga
titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya, reaksi harus
sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari
reaktan. Reaksi harus berlangsung secara sempurnasehingga akan memudahkan
dalam penetapan konsentrasi ataupun perhitungan.
http://agungm92.blogspot.com/2012/06/praktikum-1-titrasi-potensiometri.html
F-3
El ekt r oda membr an kaca
Kualitas paling bagus yang dijual dipasaran untuk elektroda membran kaca terbuat
dari Corning015, sebuah kaca yang terdiri dari 22% Na2
0, 6% CaO,dan 72% SiO. Ketika dicelupkan kedalam larutan berair, maka pada
bagian luar dari membran akan terhidrat sampai 10nm sampai beberapa jam. Hasil
hidrasi dari membran menghasilkan muatan negatif, hal ini merupakan bagian dari
fungsi kerja membran silika. Ion natrium, yang mampu bergerak menembus
lapisanhidrat berfungsi sebagai ion penghitung. Ion hidrogen dari larutan
berdifusi kedalam membrandan membentuk ikatan yang lebih kuat dengan membran
sehingga mampu menggeser keberadaan ion Na
+
yang mengakibatkan konsentrasiion H
+
meningkat pada membran .Elektroda membran kaca sering dijual dalam bentuk
kombinasi antara indikator dan elektroda pembanding. Penggunaan satu elektroda
sangat bermanfaat untuk pengukuran pH.Kelebihan elektroda kaca :
Larutan uji tidak terkontaminasi
Zat-zat yang tidak mudah teroksidasi & tereduksi tidak berinteferensi
Elektroda ini bisa dibuat cukup kecil untuk disisipkan dalam volumelarutan yang
sangat kecil.
Tidak ada permukaan katalitis yang kehilangan aktivitasnya oleh kontaminasi seper
ti platina pada elektroda hidrogen.
Kelemahan elektroda kaca yaitu Pada kondisi pH yang sangat tinggi (misal NaOH
0,1M dengan pH = 13) berakibat :
spesifisitas untuk H
+
hilang
Ketergatungan tegangan pH berkurang
Potensial menjadi tergantung pada aNa
+
http://www.scribd.com/doc/175678851/Elektroda-membran-kaca
F-4
Kebanyakan pengukuran pH dilakukan oleh ahli kimia analisis dan biokimia dengan
mengggunakan elektroda kaca yang dihubungkan ke elektroda pembanding kalomel
oleh suatu jembatan garam kalium klorida. Diandaikan bahwa salah satu buffer NB 5
digunakan untuk menstandartkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur
tidaklah eksak sama dengan
log a H+, namun dalam kondisi biasa nilai tersebut hampir sama .
Dengan kondisi biasa dimaksudkan adalah :
Kuat ion larutan uji kurang dari kira-kira 3
Tidak ada ion tak lazim yang mobilitasnya luar biasa atau misalnya ion organik yang
sangat besar atau ion lidium yang sangat terhidrasi (berat dalam larutan ).
Jangkauan pH sekitar 2 sampai nol.
Tidak ada suspensi yang bermuatan lisrik , seperti tanh liat, humus atau enzim
penukar dalam larutan uji.Permukaan pH pada larutan protein tampaknya
memberikan hasil yang masuk akal.
Orang harus hati hati dalam menghitumg ion hidrogen dari suatu pengukuran pH
praktis.Untuk pengukuran semacam itu perlu untuk mengetahui tentang koefisien
aktivitas ion hidrogen :
P-(-log a H
+
)- (-log [H
+
] )
Jika nilai H
+
diambil sama dengan satu dapat ditimbulkan galat yang sangat besar.,
bergantung pada kuat ion sebesar 0,16 yang sangat penting dalam kimia biologis
besaran galat dalam menentukan konsentrasi ion hidrogen adalah sekitar 25 % jika
diandaikan [H
+
] a H
+
.
http://thanksgoditssunday.wordpress.com/2012/03/15/its-all-about-potensiometri/
F-5
Prinsip Titrasi
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
seperti ;
Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
Reaksi harus berlangsung secara cepat.
Reaksi harus kuantitatif
Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
perubahannya).
Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
titrasi yaitu :
Titrasi asam basa
Titrasi pengendapan
Titrasi kompleksometri
Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan
larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
mempunyai kemurnian yang tinggi
mempunyai rumus molekul yang pasti
tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
larutannya harus bersifat stabil
mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standard
primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan
digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan
standard primer.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-
volumetri/prinsip-titrasi/
F-6
Larutan Baku Sekunder (Kimia Analisis Dasar)
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu zat, dengan
mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi sempurna
disebut analisis volumetri. Analisis ini juga menyangkut pengukuran volume gas.
Proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna
disebut titrasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standard.
Proses penentuan konsentrasi larutan standard disebut menstandardkan atau
membakukan. Larutan standard adalah larutan yang diketahui konsentrasinya,
yang akan digunakan pada analisis volumetrik. Ada cara dalam menstandardkan
larutan yaitu:
Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebutlarutan standard primer, sedangkan zat yang digunakan
disebut standard primer.
Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandardkan dengan larutan standard primer, disebut larutan standard sekunder.
- Larutan standard sekunder (larutan baku sekunder)
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:
AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder,
biasanya memiliki karakteristik seperti di bawah ini:
Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada
waktu penimbangan
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
http://yanneparkeybum.wordpress.com/2010/11/11/larutan-baku-sekunder-kimia-
analisis-dasar/
F-7
Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
Inilah contoh kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam kuat (titrat) dititrasi dengan
basa kuat (titran).
Titik ekivalen titrasi adalah titik dimana titran ditambahkan tepat bereaksi dengan
seluruh zat yang dititrasi tanpa adanya titran yang tersisa. Dengan kata lain, pada titik
ekivalen jumlah mol titran setara dengan jumlah mol titrat menurut stoikiometri.
Pada gambar di atas, awalnya pH naik sedikit demi sedikit. Hal ini dikarenakan skala
naiknya pH bersifat logaritmik, yang berarti pH 1 mempunyai keasaman 10 kali lipat
daripada pH 2. Ingat bahwa log 10 adalah 1. Dengan demikian, konsentrasi ion
hidronium pada pH 1 adalah 10 kali lipat konsentrasi ion hidronium pada pH 2.
Kemudian naik tajam di dekat titik ekivalen. Pada titik ini, ion hidronium yang
tersisa tinggal sedikit, dan hanya membutuhkan sedikit ion hidroksida untuk
menaikkan pH.
Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat
Inilah kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam lemah dititrasi dengan basa kuat:
F-8
Kurva titrasi asam lemah dan basa kuat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Asam lemah mempunyai pH yang rendah pada awalnya.
pH naik lebih cepat pada awalnya, tetapi kurang cepat saat mendekati titik ekivalen.
pH titik ekivalen tidak tepat 7.
pH yang dihasilkan oleh titrasi asam lemah dan asam kuat lebih dari 7. Pada titrasi
asam lemah dan basa kuat, pH akan berubah agak cepat pada awalnya, naik sedikit
demi sedikit sampai mendekati titik ekivalen. Kenaikan sedikit demi sedikit ini
adalah karena larutan buffer (penyangga) yang dihasilkan oleh penambahan basa
kuat. Sifat penyangga ini mempertahankan pH sampai basa yang ditambahkan
berlebihan. Dan kemudian pH naik lebih cepat saat titik ekivalen.
Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah
Inilah kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam kuat dititrasi dengan basa lemah:
F-9
Kurva titrasi asam kuat dan basa lemah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Asam kuat mempunyai pH yang rendahi pada awalnya.
pH naik perlahan saat permulaan, namun cepat saat mendekati titik ekivalen.
pH titik ekivalen tidak tepat 7.
Titik ekivalen untuk asam kuat dan basa lemah mempunyai pH kurang dari 7.
Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Lemah
Kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah sebagai berikut:
F-10
Asam lemah dan basa lemah pada gambar di atas tidak menghasilkan kurva yang
tajam, bahkan seperti tidak beraturan. Dalam kurva titrasi asam lemah dan basa
lemah, ada sebuah titik infleksi yang hampir serupa dengan titik ekivalen.
http://www.ilmukimia.org/2013/01/kurva-titrasi.html
DIPERIKSA
KETERANGAN
TANDA
TANGAN NO TANGGAL
1.
1 Desember 2013
Cover, header, footer, dan no
halaman diperbaiki.
2. 7 Desember 2013
Cover, halaman pengesahan,
daftar isi, summary, bab 1,
gambar alat, table hasil
percobaan, pembahasan, grafik
diperbaiki.
3. 8 Desember 2013
Tabel, header dan footer
diperbaiki.
4. 12 Desember 2013
Tanggal dalam lembar
pengesahan disesuaikan, daftar
isi, dan grafik diperbaiki.
5 13 Desember 2013 Dirapikan.