Você está na página 1de 11

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.

html
ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN
DI KABUPATEN LABUHAN BATU

Asni1, Syaad Afifuddin2,
H.B. Tarmizi3, Wahyu Ario Pratomo4

Abstrak : Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan modal terhadap
produksi padi sawah dan kelapa sawit rakyat, menganalisis pengaruh jumlah produksi, harga jual,
jumlah tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan petani padi sawah dan kelapa sawit rakyat serta
menganalisis pengaruh faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan terhadap alih fungsi lahan
padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Studi ini menggunakan data cross
section dari 150 responden, yaitu 50 orang petani padi sawah, 50 orang petani kelapa sawit dan 50
orang petani yang mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi kelapa sawit. Analisis data dilakukan
menggunakan metode Ordinary Least Square. Hasil studi yang signifikan mempengaruhi produksi padi
sawah adalah luas lahan dan modal, sedangkan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi produksi
kelapa sawit adalah luas lahan, tenaga kerja dan modal. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi
pendapatan petani adalah produksi dan harga jual (untuk petani padi sawah), serta harga jual dan
modal (untuk petani kelapa sawit). Faktor-faktor yang signifikan mempengaruh alih fungsi lahan padi
sawah menjadi kelapa sawit rakyat pendidikan, pendapatan petani dan kesempatan menabung. Ada
kecenderungan bahwa lahan padi sawah yang lebih beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit
adalah lahan sawah bukan irigasi teknis. Berdasarkan analisa usahatani, efisiensi usahatani kelapa sawit
rakyat lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi sawah (B/C ratio padi sawah = 1,41 dan B/C
ratio kelapa sawit = 2,54).

Kata kunci : Produksi padi sawah, kelapa sawit, pendapatan petani dan lahan.


PENDAHULUAN

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya di dalam perekonomian di sebagian
besar negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas dari peranan
sketor pertanian di dalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan kerja kepada
penduduk, menciptakan pendapatan nasional dan menyumbangkan pada keseluruhan produk. Berbagai
data menunjukkan bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang lebih 75% dari penduduknya
berada di sektor pertanian dan lebih 50% dari pendapatan nasionalnya dihasilkan dari sektor pertanian
serta hampir seluruh ekspornya merupakan bahan pertanian. (Todaro, 2000).
Pembangunan dan modernisasi pertanian di negara-negara yang sedang berkembang dapat memberikan
kontribusi bagi peningkatan produksi, peningktaan pendapatan petani dan menyediakan pasar bagi
produksi sektor industri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ekspor dan menciptakan
tabungan bagi pembangunan.
Pembangunan pertanian dan pedesaan sesungguhnya mengandung berbagai dilema. Di satu pihak
produksi dan produktivitas pertanian mesti ditingkatkan. Peningkatan produksi dan produktivitas ini
merupakan keharusan karena merupakan landasan dan prasyarat bagi proses industrialisasi. Seandainya
tingkat pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi itu dapat dicapai, perubahan struktur produksi yang
menurunkan tingkat produktivitas relatif itupun tidak akan bisa dihindari kecuali jika struktur
kesempatan kerja juga dapat diubah mengikuti perubahan struktur produksi tersebut. Sementara itu,
peingkatan produktivitas mau tidak may mesti dilakukan dengan mempergunakan jenis teknologi yang
lebih efisien, baik teknologi biologis, teknologi mekanis maupun teknologi sosial. Akan tetapi teknologi
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
ini tentu mengakibatkan penghematan tenaga kerja di sektor yang bersangkutan.
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko.
Anjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak
hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun turut sebagai penentu pencapaian produksi. Dari segi
waktu, usaha perkebunan membutuhkan periode yang lebih panjang dibandingkan dengan tanaman
pangan dan sebagian tanaman hortikultura. Masing-masing jenis tanaman juga mempunyai periodisasi
yang berbeda satu sama lain.
Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi, persyaratan ini
lebih dikenal dengan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah,
modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen. (Daniel, 2002)
Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lainnya. Kalau salah
satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor tersebut
diatas. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang mutlak harus tersedia yang akan lebih
sempurna kalau syarat kecukupan pun dapat dipenuhi. Faktor produksi modal sebagian dialokasikan
untuk menyediakan input produksi fisik, yaitu bibit, pupuk dan pestisida. Input produksi tersebut
merupakan salah satu unsur penentu kegiatan produksi, karena tanaman membutuhkannya untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit dan karenanya membahas aspek
mikro. Dalam mempelajari aspek ini, peranan hubungan input produksi dan output (hasil atau produksi)
mendapatkan perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau
tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaannya.
Karena faktor-faktor inilah yang maka terjadi senjang produktivitas (yield gap) antara produktivitas
yang seharusnya dan produktivitas yang dihasilkan oleh petani. Dalam banyak kenyataan, sepanjang
produktivitas ini terjadi karena adanya faktor yang sulit untuk diatasi manusia (petani) seperti adanya
teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan adanya perbedaan lingkungan, misalnya iklim. Karena
kedua faktor ini sangat sulit diatasi oleh petani, maka perbedaan hasil yang disebabkan oleh kedua
faktor ini menyebabkan senjang produktivitas dari hasil eksperimen dan dari potensial suatu usaha tani.
(Soekartawi, 1993)
Kabupaten Labuhan Batu dengan ibukota Rantauprapat merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi
Sumatera Utara yang berada pada kawasan pantai Timur Sumatera Utara, terletak pada koordinat
1o26 2o11 Lintang Utara dan 91o01 - 95o53 Bujur Timur. Luas wilayahnya adalah 922.318 Ha
(9.223,18 Km2) atau 12,87% dari luar wilayah Propinsi Sumatera Utara dan merupakan kabupaten
nomor 2 terluas setelah Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kabupaten Labuhan Batu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas
trans Sumatera Timur tepatnya pada persimpangan menuju Sumatera Barat dan Riau yang
menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang
memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Luas persawahan di Kabupaten Labuhan Batu cenderung mengalami penurunan setiap tahun. Luas
persawahan pada tahun 1997 adalah 83.310 Ha menjadi 78.732 Ha pada tahun 2003 dengan rata-rata
penurunan luas lahan 1,83 persen per tahun. Penurunan luas lahan juga menyebabkan terjadinya
penurunan produksi padi sawah, yaitu dari 368.467 ton pada tahun 1997 menjadi 313.285 ton pada
tahun 2003 dengan rata-rata penurunan produksi padi sawah 2,37 persen per tahun.(BPS Labuhan Batu,
2003)

Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan Dan Produksi Padi Sawah Dan Kelapa Sawit Rakyat Di Kabupaten
Labuhan Batu, 1997 2003

Tahun Padi Sawah Kelapa Sawit Rakyat
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
Luas Lahan (Ha) % Pertum uhan Produksi (ton) % Pertum uhan Luas Lahan (Ha) % Petum uhan Produksi %
Pertum buhan
1997 83.31 - 368.467 - 64.758 - 615.955 -
1998 78.99 -5,31 342.352 -7,09 65.060 0,47 641.955 4,22
1999 88.53 12,23 387.024 13,05 65.410 0,54 662.256 3,16
2000 80.18 -9,43 348.926 -9,84 78.931 20,67 755.389 14,06
2001 77.03 -3,93 325.392 -6,74 79.031 0,13 962.416 27,41
2002 67.13 -12,85 306.188 -5,90 79.508 0,60 1.067.139 10,88
2003 72.73 8,34 313.285 2,32 82.879 4,24 1.089.355 2,08
Rata-Rata -1,83 -2,37 4,44 10,30
Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu, 2003

Gambar 1. Grafik Produksi Padi Sawah dan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Labuhan Batu, 1997
2003

Sedangkan luas lahan kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahun, yaitu 64.758 Ha pada tahun
1997 menjadi 82.879 Ha pada tahun 2003 dengan rata-rata peningkatan luas lahan 4,44 persen per
tahun. Jumlah produksi pada tahun 1997 sebanyak 615.955 ton meningkat menjadi 1.089.355 ton pada
tahun 2003 dengan rata-rata peningkatan produksi 10,30 persen per tahun. Peningkatan luas lahan dan
produksi perkebunan kelapa sawit rakyat terus juga akan terus meningkat pada tahun-tahun
mendatang. (BPS Labuhan Batu, 2003)
Komoditas kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu merupakan komoditas andalan yang memberikan
pendapatan masyarakat yang lebih baik dan terjamin dibandingkan dengan komoditas pertanian lain
seperti karet, kopi dan juga tanaman padi. Oleh karena itu, setiap tahun terjadi alih fungsi lahan
pertanian tersebut menjadi kelapa sawit, khususnya di kalangan petani. Selain alih fungsi lahan, juga
terjadi peralihan sistem pertanian dari tradisionil menjadi pertanian semi intensif. Perlaihan sistem
usahatani tersebut menyebabkan penggunakan modal dalam sistem pertanian semakin intensif, karena
dalam perkebunan kelapa sawit, aktivitas kegiatan lebih tinggi dibandingkan dengan padi sawah.
Pendapatan petani dipengaruhi oleh produksi usahatani, dalam hal ini padi dan kelapa sawit rakyat.
Selain dipengaruhi oleh jumlah produksi, pendapatan petani juga dipengaruhi oleh harga jual produksi
tersebut, juga dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan dan modal yang dialokasikan
petani dalam usahatani tersebut. Keinginan petani untuk meningkatkan pendapatan serta menjamin
rutinitas pendapatan setiap bulan, menyebabkan sebagian petani mengalihfungsikan lahan padi sawah
menjadi kelapa sawit.
Menurut Hadi (2004), kini ancaman penurunan produksi padi di Indonesia semakin serius karena petani
mulai meninggalkan tanaman kebutuhan pokok itu. Mereka beralih ke tanaman perkebunan, kelapa,
dan kelapa sawit. Keinginan petani mengkonversi lahannya dari sawah menjadi lahan perkebunan,
khususnya kelapa sawit, sulit dibendung, karena lebih menjanjikan pendapatan yang lebih tinggi.

PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi
sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
2. Apakah jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan petani padi sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
3. Apakah faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh secara signifikan terhadap
alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
TUJUAN STUDI

1. Menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan modal terhadap produksi padi sawah dan kelapa
sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
2. Menganalisis pengaruh jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal terhadap
pendapatan petani padi sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
3. Menganalisis pengaruh faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan terhadap alih fungsi lahan
padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.

HIPOTESIS

1. Luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi sawah dan
kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
2. Jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan petani padi sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
3. Faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh secara signifikan terhadap alih
fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas, sebagai bentuk
aljabar fungsi produksi yang akan diduga. Secara matematis, model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat
ditulis sebagai berikut : (Gujarati, 2003)

vn2 .... xn1 x 20x1Y =

atau dalam bentuk linear logaritma dapat ditulis :

nlogn + v2log x2 + ... + 1 logx1 + 0 + log Y = log

Y = output (produksi) yang dihasilkan
X1...Xn = input produksi yang digunakan
0 = konstanta atau intersept
n = koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi1.....
V =disturbance term

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini pada akhirnya akan
mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang
dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Sebaliknya pada luasan
lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan
tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian
seperti ini sering lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan
usaha yang tidak efisien pula. (Soekartawi, 1993)
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang didasarkan pada tinggi tempat.
Untuk tanah-tanah di Indonesia, pembagian lahan menurut tinggi tempat (topografi) sering
dikategorikan sebagai lahan dataran partai, dataran rendah dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi
menurut topografi ini juga menggambarkan macam usaha pertanian yang diusahakan oleh penduduk
bertempat tinggal di lokasi itu. (Soekartawi, 1993)
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
Kesuburan lahan pertanian juga menentukan produktivitas tanaman. Lahan yang subur akan
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada lahan yang tingkat kesuburannya rendah.
Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah, struktur dan tekstur
tanah ini pada akhirnya juga menentukan macam tanah. Mislanya tanah liat, grumosol, alluvial dan
sebagainya.

MODEL ANALISIS

Faktor produksi terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu luas lahan, tenaga kerja dan modal. Faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani diasumsikan terdiri dari 4 (empat) faktor, yaitu jumlah produksi,
harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal. Hubungan faktor yang mempengaruhi produksi dan
pendapatan diasumsikan dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas.
Fungsi produksi cobb-Douglas pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi padi sawah di
Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :

u3 2 x31 x20 x1Y =

Melalui transfer logaritmik persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear dengan menggunakan
model persamaan Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut :

3 In x13 + u12 In x12+1 In x11+0+In Y1 = In
Dimana :
Y1 = total produksi padi sawah (ton)
X11 = luas lahan (Ha)
X12 = tenaga kerja (HKP)
X13 = modal (Rp.)
3 = koefisien regresi1 -
U1 = variabel gangguan (error term)

Model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
padi sawah adalah sebagai berikut :
4 Inx24+u23 Inx23+2 Inx22+1 Inx21+0+In Y2= In

Dimana :

Y2 = total pendapatan padi sawah (Rp.)
X21 = jumlah produksi (ton)
X22 = harga jual (Rp./kg)
X23 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X24 = Modal (Rp.)
4 = koefisien regresi1-
U2 = variabel gangguan (error term)

Model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit
rakyat adalah sebagai berikut :

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
3 In x33 + u32 In x32+1 In x31+0+ In Y3 = In

Dimana :
Y3 = total produksi kelapa sawit (Rp.)
X31 = luas lahan (Ha)
X32 = tenaga kerja (HKP)
X33 = modal (Rp.)
3 = koefisien regresi1-
U3 = variabel gangguan (error term)

Selanjutnya model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan petani kelapa sawit adalah sebagai berikut :

4 Inx44+u33 Inx43+2 Inx42+1 Inx41+0+InY4 = In

Dimana :
Y4 = total pendapatan kelapa sawit (Rp.)
X41 = jumlah produksi (ton)
X42 = harga jual (Rp./kg)
X43 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X44 = modal (Rp.)
4 = koefisien regresi1-
U4 = variabel gangguan (error term)

VARIABEL PENELITIAN

1. Produksi
Sebagai variabel terikat (dependent variabel) dalam hal ini adalah total produksi pertanian (Y), yaitu
produksi padi sawah (Y1) dan produksi kelapa sawit (Y3), sedangkan variabel bebas (independent
variabel adalah luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan modal (X3).
2. Pendapatan
Sebagai variabel terikat (dependent variabel) adalah total pendapatan petani (Y), yaitu pendapatan
petani padi sawah (Y2) dan pendapatan petani kelapa sawit (Y4), sedangkan variabel bebas
(independent variabel) adalah jumlah produksi (X1), harga jual (X2), tenaga kerja (X3), dan modal
(X4).
3. Alih fungsi lahan
Sebagai variabel terikat (dependent variabel, Y) dalam hal ini adalah total luas lahan padi sawah yang
beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit (Y5), sedangkan variabel bebas (independent variabel,
X) adalah pendidikan petani (X1), minat petani (X2), pendapatan petani per bulan (X3), kemampuan
menabung (X4), kesesuaian lahan (X5) dan ketersediaan air (X6).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

1. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah

Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka dilakukan estimasi dengan model
Ordinary Least Square (OLS) untuk data cross-section dari 50 petani responden dengan menggunakan
Program Eviews 4.1. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Kabupaten
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
Labuhan Batu adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Estimasi OLS Produksi Padi Sawah

LY1 = -6,62 + 0,437LX11 + 0,008LX12 + 0,535 LX13
t-stat (2,72) (0,158) (3,31)
R2 = 0,9464 F-stat = 289,236

Koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9464 berarti bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja dan
modal mampu menjelaskan variasi produksi padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu sebesar 94,64%.
Sedangkan sisanya sebesar 5,36%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
estimasi.


2. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Padi Sawah

Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh petani padi sawah setelah dikurangi biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh produksi padi sawah. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut

Tabel 3. Hasil Estimasi OLS Pendapatan Petani Padi Sawah

LY2 = -23,079+ 4,12LX21+4,513 LX22+0,018LX23+0,289 LX24
t-stat (2,034) (4,465) (0,283) (1,644)
R2 = 0,9577 F-stat = 278,079

Koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9577 berarti bahwa variabel jumlah produksi, harga jual,
tenaga kerja dan modal mampu menjelaskan variasi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten
Labuhan Batu sebesar 95,77%. Sedangkan sisanya sebesar 4,23%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi.
Dilihat dari F-statistik, yaitu sebesar 278,079 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99% (F-tabel (db =
4 : 45) = 3,77), berarti bahwa bersama-sama (serentak) jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan
modal akan mempengaruhi variasi dari pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT

1. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit

Analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
cross-section dari 50 petani responden. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Estimasi OLS Produksi Kelapa Sawit Rakyat

LY3 = -8,646 + 0,137LX31 + 0,436LX32 + 0,662 LX33
t-stat (3,160) (3,484) (7,31)
R2 = 0,9864 F-stat = 1188,91

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9864 berarti variabel luas lahan, tenaga kerja
dan modal mampu menjelaskan variasi produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
sebesar 98,64%. Sedangkan sisanya sebesar 1,36%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik yaitu sebesar 1188,91 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99% (F-tabel
(db = 3 : 46) = 4,24); berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) luas lahan, tenaga kerja dan
modal akan mempengaruhi variasi dari produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.

2. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Kelapa Sawit

Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh petani dari hasil produksi perkebunan kelapa sawit
rakyat yang diusahakannya dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produksi. Hasil estimasi
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Estimasi Ols Pendapatan Petani Kelapa Sawit

LY4 = -3,899+ 0,221LX41+0,721 LX42+0,072LX43+0,940 LX44
t-stat (1,509) (2,339) (0,504) (6,475)
R2 = 0,9878 F-stat = 994,003

Nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9878 berarti bahwa variabel jumlah produksi, harga
jual, tenaga kerja dan modal mampu menjelaskan variasi pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten
Labuhan Batu sebesar 98,78%. Sedangkan sisanya sebesar 1,22%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 994,003 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99% (F-tabel
(db = 4 : 45) = 3,77), berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) jumlah produksi, harga jual,
tenaga kerja dan modal akan mempengaruhi variasi dari pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten
Labuhan Batu.

3. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah Menjadi
Perkebunan Kelapa Sawit

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan
produksi kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Estimasi PLS Alih Fungsi Lahan Padi Sawah

LY5=-6,694+0,689LX51+0,467LX52+0,567LX53+0,675LX54+0,261X55-0,121X56
t-stat (4,725) (1,452) (6,821) (2,143) (1,319) (-1,128)
R2 = 0,8293 F-stat = 40,673

Berdasarkan nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,8293 berarti bahwa pendidikan, minat,
pendapatan petani, kemampuan menabung, kesesuaian lahan dan ketersediaan air mampu menjelaskan
variasi luas lahan padi sawah yang beralih fungsi menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan
Batu sebesar 82,93%. Sedangkan sisanya sebesar 17,07%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
dimasukkan dalam model estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 40,673 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99% (F-statistik
> F-tabel (db = 5:44) = 3,46), berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) pendidikan petani, minat,
pendapatan, kemampuan menabung, kesesuaian lahan dan ketersediaan air akan mempengaruhi variasi
dari luas lahan padi sawah yang beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten
Labuhan Batu. Dengan demikian, faktor sosial (yaitu pendidikan dan minat), faktor ekonomi (yaitu
pendapatan dan kemampuan menabung), dan faktor fisik lahan (yaitu kesesuaian lahan dan
ketersediaan air) berpengaruh secara signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa
sawit. Secara parsial faktor yang berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi
kelapa sawit adalah faktor sosial dan faktor ekonomi.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa variabel ketersediaan air (X56) menunjukkan nilai yang negatif,
hal ini berarti bahwa lahan-lahan padi sawah yang lebih banyak beralih fungsi menjadi perkebunan
kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu adalah lahan-lahan non irigasi teknis. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka luas lahan padi sawah yang beralih
fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit juga semakin meningkat, demikian juga dengan pendapatan
dan kesempatan menabung. Pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan petani dapat lebih menerima
suatu inovasi atau teknologi budidaya baru dalam usahataninya, termasuk alih fungsi lahan ke komoditi
yang lebih bernilai ekonomis. Dalam hal ini, komoditi kelapa sawit mempunyai nilai ekonomis yang
lebih tinggi dari padi sawah, yang dapat dilihat dari analisis usahatani, dimana nilai B/C perkebunan
kelapa sawit lebih tinggi dari padi sawah.
Komditas kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu merupakan komoditas andalan yang memberikan
pendapatan masyarakat yang lebih baik dan terjamin dibandingkan dengan komoditas pertanian lain
seperti tanaman padi. Nilai ekonomi kelapa sawit yang lebih tinggi meningkatkan minat petani untuk
mengusahakan kelapa sawit, dibandingkan dengan padi sawah. Berdasarkan analisis usahatani, dapat
diketahui opportunity cost dari alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit. Biaya (cost) yang
dikeluarkan petani padi sawah setiap tahun adalah Rp. 3.447.330,- per Ha dengan pendapatan Rp.
1.387.577,- per Ha/tahun. Biaya (cost) yang dikeluarkan petani kelapa sawit setiap tahun adalah Rp.
3.999.528,86,- per Ha dengan pendapatan Rp. 5.735.202,47,- per Ha/tahun. Dengan demikian selisih
biaya (cost) antara usahatani kelapa sawit dan padi sawah per Ha adalah Rp. 552.198,86,- dan selisih
pendapatan sebesar Rp. 4.347.625,47,-. Artinya dengan penambahan biaya sebesar Rp. 552.198,86,-
dari usahatani padi sawah, petani akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 4.347.625,47
dari usahatani kelapa sawit. Dengan demikian, opportunity cost alih fungsi lahan padi sawah menjadi
kelapa sawit sebesar Rp. 4.347.62,47,- (313,325).
Alih fungsi lahan padi sawah akan berdampak terhadap berbagai aspek, khususnya ketersediaan beras
atau pangan secara nasional. Apabila alih fungsi lahan pertanian tidak terkendali, sangat mungkin
mengakibatkan Indonesia tertimpa kelaparan. Oleh karena itu, penyelamatan sawah irigasi teknis subur
yang pembangunannya menelan investasi sangat besar perlu dilakukan dengan serius, komprehensif dan
terencana oleh semua pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut, agar Peraturan Daerah No. 39 Tahun 1988 tentang Pemanfaatan dan
Pengaturan Lahan Sawah Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu dapat diterapkan dengan
efektif, Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu hendaknya memperbaiki dan memperluas pelayanan
jaringan irigasi, sehingga sawah-sawah yang kurang mendapat air dapat memperoleh air dengan
teratur.

KESIMPULAN

1. Luas lahan, tenaga kerja dan modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi sawah
di Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, variabel luas lahan dan modal berpengaruh secara
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
signifikan terhadap produksi padi sawah, dimana yang paling besar pengaruhnya adalah modal.
2. Pendapatan petani padi sawah nyata dipengaruhi oleh variabel jumlah produksi, harga jual, jumlah
tenaga kerja dan modal secara bersama. Secara parsial, pendapatan petani padi sawah dipengaruhi
oleh jumlah produksi dan harga jual.
3. Luas lahan, tenaga kerja dan modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi kelapa
sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, semua variabel berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi kelapa sawit, dimana yang paling besar pengaruhnya adalah modal.
4. Jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga krja dan modal secara bersama-sama berpengaruh
terhadap pendapatan petani kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, harga jual
dan modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit, dan yang paling besar
pengaruhnya adalah modal.
5. Faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh terhadap alih fungsi lahan padi
sawah menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, faktor yang
mempengaruhi luas lahan yang beralih fungsi adalah faktor pendidikan, pendapatan petani dan
kesempatan menabung. Ada kecenderungan bahwa lahan padi sawah yang lebih banyak beralih fungsi
menjadi perkebunan kelapa sawit adalah lahan sawah bukan irigasi teknis.
6. Berdasarkan analisa usahatani, nilai B/C ratio usahatani padi sawah adalah 1,41 dan B/C ratio
usahatani kelapa sawit adalah 2,54. Hal ini berarti bahwa efisiensi usahatani kelapa sawit lebih tinggi
dibandingkan dengan usahatani padi sawah.

SARAN

1. Produktivitas padi sawah di wilayah Kabupaten Labuhan Batu masih lebih rendah dari produksi
Sumatera Utara, oleh karena itu dalam usaha meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi
sawah, dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dan modal.
2. Dalam usahatani kelapa sawit rakyat, terlihat bahwa faktor modal lebih tinggi pengaruhnya dalam
meningkatkan produksi maupun pendapatan petani kelapa sawit, oleh karena itu dalam upaya
meningkatkan produksi dan pendapatan tersebut, dapat diupayakan dengan penyediaan modal usaha
bagi petani.
3. Sehubungan dengan masalah alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit yang semakin
meningkat, kepada Pemda Kabupaten Labuhan Batu diharapkan untuk dapat memperluas pelayanan
jaringan irigasi teknis, sehingga kebutuhan air untuk lahan sawah dapat terpenuhi. Hal ini berhubungan
dengan kenyataan bahwa sebagian lahan yang beralih fungsi adalah lahan-lahan sawah non irigasi.
4. Kepada petani kelapa sawit yang masih memiliki lahan padi sawah diharapkan untuk tidak
mengalihfungsikan lahan padi sawah tersebut menjadi kelapa sawit, tetapi dengan lebih
mengintensifkan pengolahan usahataninya baik dari penggunaan input produksi maupun dengan
meningkatkan intensitas pertanaman padi sawah.
5. Kepada petani kelapa sawit disarankan untuk melakukan perawatan tanaman kelapa sawit dengan
intensif sehingga dapat menghasilkan produksi maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
BPS, 1988, Produktivitas Padi Sawah, dalam angka BPS Cabang Labuhan Batu.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.
Gujarati, Damodar, 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta.
Hadi, Nasrul, 2004. Mengganti Padi Dengan Kelapa Sawit. Jambi : Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali.
___________, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Pertama.
Todaro, Micahel P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga.
Asni, 2005. Analisis Produksi, Pendapatan dan Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Labuhan Batu, Program
Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara Medan, tidak dipublikasikan.

Você também pode gostar