Analisis ini dilakukan oleh Yayasan Bangun Indonesia terhadap program Community Based Health and First Aid (CBHFA) yang dilaksanakan oleh PMI Kabupaten Kapuas sejak tahun 2012-2013.
Analisis ini dilakukan oleh Yayasan Bangun Indonesia terhadap program Community Based Health and First Aid (CBHFA) yang dilaksanakan oleh PMI Kabupaten Kapuas sejak tahun 2012-2013.
Analisis ini dilakukan oleh Yayasan Bangun Indonesia terhadap program Community Based Health and First Aid (CBHFA) yang dilaksanakan oleh PMI Kabupaten Kapuas sejak tahun 2012-2013.
Yayasan Bangun Indonesia Proyek PMI bantuan SRC , Community Based Health First Aid di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah 2010-2013 Pedoman FGD
Nama Fasilitator (YBI): Nama Notulis (Relawan PMI) FGD tanggal:.. 1. Inform Consent Fasilitator menjelaskan informasi berikut sebelum mulai sehingga peserta memahami keikut sertaan mereka pada FGD. Terima kasih atas kesedian mengikuti diskusi pagi/siang ini. Kami ingin mendengar pendapat anda tentang bagaimana Proyek PMI-SCR , Communiy Based Health First Aid (CBHFA) di Kabupaten Kapuas, 4 desa: Tujuan diskusi ini untuk mendapatkan informasi tentang hasil proyek kerjasama PMI +SRC, CBHFA yang diselenggarakan di desa Terusan Raya, Pulau Kupang, dan Hadiwong, khususnya mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku penduduk terhadap beberapa penyakit penting sering terjadi termasuk diare, TB, ISPA, malaria, gizi buruk, hipertensi dan kejadian kecelakaan di perairan sungai, tempat kerja, dan jalanan. Informasi akan digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan program PMI di Kapuas di masa yang akan datang. Informasi yang anda sampaikan kami rahasiakan dan tidak pernah akan menyebut nama peserta. Kami minta perlu (ijin) merekam diskusi agar dapat menangkap pemikiran, pendapat, dan ide kelompok, dan rekaman akan dihapus setelah selesai dilaporkan. Peserta berhak menolak atau membatalkan informasi yang telah diberikan kepada kami setiap waktu. Kami mengharapkan agar setiap peserta saling menghargai pendapat masing-masing. Apabila masih ada pertanyaan sekarang atau sesudah menyelesaikan diskusi dapat menghubungi YBI, atau melalui PMI Apabila peserta setuju, FGD bisa dimulai. 2. Pendahuluan: 1. Selamat datang Fasilitator dan notulis (dari PMI relawan) mengenalkan diri Kami dari YBI dalam rangka membantu PMI ingin memperoleh informasi dari bapak/ibu mengenai CBHFA; Informasi untuk menjadi bahan masukan memperbaiki program yang akan datang; bapak /ibu menjadi peserta karena dianggap paling mengetahui informasi tsb. 2. Prinsip FGD Fasilitator mempelajari pendapat peserta baik positif maupun negatif; Tidak untuk mencari konsensus; Tidak untuk mendapatkan informasi terlalu banyak, panjang dan lama, tetapi mencari prioritas Peserta 8-10 orang FGD berlangsung antara 1-1.5 jam Peserta bebas untuk memilih tempat duduk, dan berpindah tempat duduk, ke toilet, dll Sediakan minuman ringan Daftar absensi Tidak terjadi diskusi sendiri HP mati selama FGD Merekam diskusi menggunakan tape recorder Menggunakan Bahasa Indonesia 5
Gunakan probing, untuk menjamin bahwa semua isu yang akan dipelajari,
3. Peralatan FGD 1. Daftar absensi 2. Form consent (persetujuan ikut FGD, masing-masing 1) 3. Lembar evaluasi 4. Name Tag 5. Pedoman untuk fasilitator 6. Tape recorder 7. Baterai 8. Ekstra tape 9. Marker untuk FGD: nama, fasilitas, dan tanggal 10. Note book 5. Daftar Pertanyaan Pertanyaan pengetahuan, sikap, dan praktek penyakit: Pengetahuan: mulai dengan pernyataan menurut bapak/ibu atau menurut pendapat bapak/ibu Sikap: mulai dengan pernyataan Jika anggota keluarga bapak/ibu ada yang menderita sakit bagaimana atau apa yang akan dikerjakan bapak/ibu? Praktek: mulai dengan pernyataan Biasanya atau umumnya atau di desa ini 5.1 Pertanyaan Penyakit 1. Diare 1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar penyakit diare? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mencegah terkena diare? 5. Bagaimana jika salah satu anggota keluarga kena diare? 6. Apa mengetahui dehydrase? 7. Apa mengetahui larutan ORS (air, gula, garam) 8. Apa ibu tahu cara membuat ORS? 2. TB 1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar TB? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mencegah terkena TB? 5. Bagaimana kalau salah satu anggota keluarga kena TB? 3. ISPA 1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar penyakit ISPA (ARI / Acute Respiratory Infection)? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mencegah terkena ISPA? 5. Bagaimana kalau salah satu anggota keluarga kena ISPA? 4. Malaria 1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar penyakit malaria? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mencegah terkena malaria? 5. Bagaimana kalau salah satu anggota keluarga kena malaria? 5. Gizi Buruk 1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar penyakit gizi buruk? 6
2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mencegah terkena Gizi Buruk? 5. Bagaimana kalau salah satu anggota keluarga kena Gizi Buruk? 6. Hipertensi 1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar penyakit hipertensi? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mencegah terkena hipertensi? 5. Bagaimana kalau salah satu anggota keluarga kena hipertensi? 7. Kecelakaan di Sungai 1. Apakah bapak/ibu pernah dengar kecelakaan di sungai? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Jika bapak /ibu terlibat / melihat kecelakaan ada di sungai? 5. Apakah pernah menggunakan jaket pelampung? 8. Kecelakaan Kerja 1. Apakah bapak/ibu pernah dengar kecelakaan kerja (misal: kebun / sawah)? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Jika bapak /ibu terlibat / melihat kecelakaan ada di tempat kerja? 5. Apakah pernah menggunakan alat pelindung seperti sepatui boot? 9. Kecelakaan Jalanan 1. Apakah bapak/ibu pernah dengar kecelakaan jalanan? 2. Apa sebabnya? 3. Bagaimana mencegah? 4. Jika bapak /ibu terlibat / melihat kecelakaan ada di jalanan? 5. Apakah pernah menggunakan helm? 5.2 Sumber Air 1. Dari mana bapak/ibu memperoleh air untuk keperluan rumah tangga? 2. Kalau mau minum air menggunakan air apa? 3. Bagaimana dengan musim hujan/panas dari mana mendapatkan air? 5.3 Sanitasi dasar 1. Bagaimana bapak/ibu dan keluarga BAB? 2. Bagaimana membuang sampah? 3. Bagaimana membuang air limbah? 5.4 Pertanyaan mengenai KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi = Penyuluhan Kesehatan) 1. Dari mana bapak/ibu memperoleh informasi mengenai penyakit, penularan, dan pencegahan? (Probing: Petugas Kesehatan, Puskesmas, PMI, tokoh masyarakat, lainnya, yang paling banyak). 2. Bagaimana frekuensi penyuluhan/pendidikan kesehatan (KIE)? (Probing: sering, kadang-kadang, tidak pernah). 3. Apa saja isi yang paling banyak disampaikan KIE? (Probing: personal hygiene, kesehatan lingkungan: air, makanan, latrine/kakus, sampah, dll)
7
Annex2 Pedoman FGD 7-9
8
Yayasan Bangun Indonesia Proyek PMI bantuan SRC , Community Based Health First Aid di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah 2010-2013 Pedoman In-depth Interview
Nama Fasilitator (YBI): . Tanggal Interview:... Nama Respondent: . Jabatan: 3. Perkenalan Selamat pagi /siang bapak/ibu . Kami dari YBI sedang membantu PMI untuk mendapatkan informasi tentang masalah dan rekomendasi mengenai proyek kerjasama PMI+SRC, CBHFA yang diselenggarakan di desa Terusan Raya, Pulau Kupang, dan Handiwong, khususnya mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku pendudduk terhadap beberapa penyakit penting sering terjadi. Informasi akan digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan program PMI dan Dinas Kesehatan di Kapuas di masa yang akan datang. Apabila setuju kami akan melakukan wawancara dan mengambil rekaman. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Penyakit a. Penyakit apa yang sering terjadi di daerah kabupaten ini dan menyebabkan kematian dan kesakitan penduduk terbanyak? b. Bagaimana program prioritas Dinas? c. Apa kendala dari program tersebut? Penyuluhan (KIE) d. Penyuluhan KIE apa yang menjadi prioritas? e. Apa kendala dari program tersebut? f. Bagaimana kerjasama program dengan PMI g. Apa peran Dinkes dalam progam CBHFA? Air dan Sanitasi Dasar h. Program air dan sanitasi apa yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten? i. Apa kendala program tersebut j. Apa rekomendasi program KIE untuk PMI 5. Puskesmas Penyakit a. Penyakit apa yang sering terjadi di daerah kecamatan ini dan menyebabkan kematian dan kesakitan terbanyak? b. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang KAP penduduk tentang penyakit tersebut? c. Apa pernah terjadi KLB / epidemic penyakit? d. Apa yang dilakukan puskesmas terhadap KLB tersebut? e. Apakah bisa minta data sekunder pola penyakit 2010 -2013? Penyuluhan f. Kegiatan PHBS apa yang menjadi prioritas? g. (Isi, metode, pelaksana, M+E) dari PHBS h. Berapa frekuensi PHBS ke desa? i. Bagaimana kerjasama puskesmas dengan PMI Cabang? Air dan Sanitasi Dasar j. Program air dan sanitasi apa yang sudah dilakukan oleh Puskesmas? k. Apa kendala program tersebut l. Apa rekomendasi program untuk PMI? 6. PMI Branch (divisi health) 9
a. Bagaimana program CBHFA di Kabupaten Kapuas? b. Apa kendalanya? c. Apa rekomendasi? 7. Field Coordinator (Terusan Raya, Pulau Kupang, Handiwong) a. Bagaimana keterlibatan Anda dalam CBHFA? b. Bagaimana pendapat Anda mengenai penerimaan masyarakat dari program CBHFA? c. Apa kendalanya? d. Apa rekomendasinya? 8. Village Committee (Kepala Desa / RT/RW / Toma) a. Bagaimana keterlibatan Anda dalam CBHFA? b. Bagaimana pendapat Anda mengenai penerimaan masyarakat dari program CBHFA? c. Apa kendalanya? d. Apa rekomendasinya?
10
Annex3 Ringkasan Data Kuantitatif 10-20
11
Table 1 Number of respondents of the baseline and endline survey
Table 2 Number of participants of in-depth interview and FGDs
Tb 13 Overall Respondents Characteristics T.Raya, Pulau Kupang, Handiwong, and Teluk Pelinget
20
Table 14 Overaall Respondents knowledge, attitude, and practices on diseases in T.Raya, Pulau Kupang, Handiwong, and Teluk Pelinget
21
Annex4 Transkrip Indepth Interview 21-89
22
Desa Terusan Raya
1 In-depth 1. Field Coordinator, Terusan Raya 4. February 2014
Interviewer: Saya ingin dapat informasi untuk membantu PMI ya mengembangkan program yang lebih baik, trus coba Lika tamat sekolah apa, coba ceritakan tentang posisi kamu sebagai field coordinator didesa terusan raya Respondent: S1 Spdi, kami sama pak saya, kak sugi, kak putra, kami posisi di cabang tapi ditugaskan sebagai field coordinator didesa Interviewer: Tolong diceritakan tugas sebagai pendamping di desa Respondent: Awalnya desa terusan raya bukan termasuk desa target karena sebelumnya hanya teluk palinget dan pulau kupang kemudian ketika hampir terakir Sergio datang kesini dia minta desa ada dukungan yang berhubungan dengan air kemudian dapatlah desa terusan raya juga kebetulan waktu itu sedang ada program pam stbm kalau gak salah jadi terusan raya dimasukkan kebetulan juga didesa itu yang pertama mengunjungi saya sama kak irma disitu kami tim pam stbm untuk lihat disana kemudian observasi tapi secara tidak langsung karena itu masih antara ya atau tidak gitu. Kemudian setelah beberapa bulan kemudian dinyatakan bahwa desa terusan raya itu jadi, terus pada saat itu sebelumnya bukan saya yang ditunjuk sebagai koordinator desa, yang ditunjuk namanya chandra hanya saja ketika kegiatan berlangsung dia berhalangan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian karena kebetulan desa tersebut pada saat itu desa terusan raya adalah desa awal untuk mengawali kegiatan stbm, nah karena gak ada orangnya jadi saya kebetulan yang disuruh jadi relawan, setelah berjalan 2 bulan baru posisi itu dialih fungsikan saya yang sebelumnya menjadi wakil kemudian menjadi koordinator desa karena chandra mengundurkan diri tidak bisa. Sebagai koordinator desa disitu kami sebelumnya masih bingung apa yang seharusnya dilakukan bagaimana menjalankannya apalagi desa terusan raya yang pertama kali satu bulan lebih dulu dari desa sebelumnya. Disitu alhamdulillah temen-temen yang lain saling membantu khususnya untuk kak sugi dan kak putra apalagi di bulan januari itu semua staff gak ada yang ikutan dalam cbhfa, mereka pergi ke bandung untuk mengisi tentang perubahan perilaku nah disitu pengalaman kami sebagai koordinator, bagaimana kami menjalankan tanpa mereka sementara, memang agak runyam karena ada satu desa yang masih sama sekali belum dikunjungi yaitu desa handiwong dan itu kami harus terjun sendiri gitu. Kemudian tugas saya di terusan raya itu mendampingi relawan desa memberikan pelatihan bersama temen-temen lain kalaunya di terusan raya itu ditunjuk fasilitatornya saya sama kak putra, kalau misalnya kak putra berhalangan digantikan oleh kak sugi. Alhamdulillah semua kegiatan berjalan dengan baik dan ini misalnya kegiatan kunjungan rumah tangganya. Di desa terusan raya itu juga ada kegiatan aksi bisa cuma aksi bisa itu bersih dan aman saat ini hanya terfokus pada satu kegiatan saja yaitu gotong royong, bersih-bersihkan jalan tanggul, sebelumnya maksud dan tujuannya untuk menggugah minat masyarakat agar mau membangun desa mereka mulai dari relawan desa. Alhamdulillah masih jalan sampai sekarang terakir kami kerja sama desa terusan raya sama pulau kupang membuka jalan yang sudah 8 tahun tidak pernah dibersihkan tidak pernah dibuka, untuk menyambung desa tersebut karena desa terusan raya itu ada desa yang aksesnya hanya melalui air saja tidak bisa melalui darat, 23
Itu sih kami bikin laporan setiap kegiatan, sebelumnya dibulan desember sampai maret itu kami ada pelatihan modul 1 sampai 7 kemudian dibulan april maret sudah mulai kunjungan rumah tangga direlawan desa disitu kami melatih relawan desa bagaimana tehnik komunikasi yang baik selain tehnik komunikasi yang juga bagaimana menyampaikan pesan kesehatan yang sebelumnya mereka juga tabu dengan pesan itu menjadi terampilah sedikit gitu melalui lembar balik, jadi kami ada juga distribusikan lembar balik sama relawan desa itu adalah salah satu metode yang membantu mereka Interviewer: Lembar baliknya siapa yang bikin Respondent: Itu sudah ada kebetulan diadakan oleh pmi gitu, selain itu juga media kesehatan kami ada pak, kebetulan relawan desa khususnya terusan raya itu sudah berumur semua jadi perlu media selain hanya melihat mereka harus ada pegangan supaya ingat nah jadi ada phamlet disitu tentang rangkuman pesan kesehatan yang kami sampaikan kemudian kami juga Interviewer: Phamlet-phamlet itu siapa yang bikin Respondent: Kami, biasanya barengan misalnya dari kupang kak sugi sudah bikin jadi kami tinggal copy paste gitu Interviewer: Ngambil referensinya dari mana Respondent: Referensinya itu dari buku-buku seperti ini ada kemudian dari internet terus untuk tambahan dari warga sekitar atau data endline survey kemarin di kolaborasikan baru disamakan atau kadang-kadang minta data dari bidan desa dengan akses beginian minta misalnya berapa jumlah penderita malaria di bulan terakir ini dikaitkan sama materinya gitu kenapa ini penting untuk disampaikan kemudian selain itu kami juga meminta relawan desa kami misalnya membuat ketrampilan menyampaikan pesan kesehatan dengan lagu atau pantun karena disini senang berpantun gitu pak. Jadi dibuat misalnya tentang diare tentang malaria itu juga kami share di blog kami di pmi kapuas Interviewer: Bahan-bahan ada minta bahan tertulis Respondent: Ada pak, kalau tertulisnya sama relawan desanya pak Interviewer: Yang kamu buat itu ada, yang phamplet Respondent: Ada nanti di printkan, jadi itu ini salah satu media pesan kami di keramik filter juga kami tempelkan tentang penyakit diare salah satu komponennya ya berusaha dimana media bisa kami share untuk masyarakat dimana bisa dipakai dimana kami masuk, kemarin mau bikin papan informasi tapi kelihatannya didesa itu gak effektif sebelumnya ada papan informasi di balai desa tapi gak terpakai. Kalau di desa itu khususnya di terusan raya kalau informasi itu lebih di warung-warung aja contohnya kalau mereka mau pilkada jadi tempelnya masing-masing diwarung rt tidak ditempat khusus karena mereka tidak terlalu gencar untuk mencari informasi tidak aktiflah mencari informasi Interviewer: Pada umumnya mereka pendidikan apa sih masyarakatnya Respondent: Masyarakat di terusan raya itu SD semua kalau misalkan SMA ada S1 itu syukur alhamdulillah sekali Interviewer: Kalau di pulau kupang Respondent: Kalau pulau kupang tuh untuk generasi yang saat ini itu rata-rata S1, Interviewer: O iya memang ada itu fakultas. Respondent: Disini pak di kapuas, kan jaraknya cuma 30 menit, kemudiankan bisa dipilih mau yang sabtu-minggu kuliahnya atau yang senin sampai jumat gitu Interviewer: Ok. Pulau kupang, satu lagi handiwong Respondent: Handiwong, disana lumayan juga disana SMA, kuliah banyak, kalaunya di terusan raya memang agak kurang bahkan kemaren sempat berbagi juga sama relawan desa disana karena anak mereka persepsi mereka pendidikan itu tidak terlalu penting tidak..tidak..diutamakan jadi kalau sudah bisa baca tulis ya sudah, kalau disini kasarnya apa ya..bisa bertani itu menjadi bekal ketrampilan penting bagi hidup mereka. Itu aja sih kata mereka 24
Interviewer: Umumnya mereka pada apa Respondent: Petani kalau yang dipulau kupang petani, pulau kupang lebih banyak pak, petani, supir kelotok, kemudian pandai besi, pembuat kelotok, terus itu karyawan, pns tidak terlalu banyak, di pulau kupang swasta lebih banyak Interviewer: Kalau Handiwong Respondent: Handiwong disitu banyak petani juga pokoknya dipinggir-pinggir sungai, Interviewer: Petani atau pencari ikan Respondent: Petani, nelayan juga sambil tapi utamanya petani disini karena apa ya, kapuas ini bisa dibilang lumbung padinya kemaren aja nyumbang berapa persen untuk Indonesia, dan oleh-oleh kami disini juga beras biasanya selain ikan saluang Interviewer: Jadi yang namanya relawan coordinator seperti kamu ini tugas yang persisnya ngapain, ngajarin relawan desa, Respondent: Tugas persisnya mendampingi masyarakat Interviewer: Bukan mendampingi relawan desa bukan selain itu mendampingi masyarakat bisa juga, enggak dong ya Respondent: Mendampingi relawan desa bisa, enggak sih pak. Interviewer: Jadi yang mendampingi keluarga relawan desanya to, ada berapa relawan desa yang kamu koordinir, mengapa mereka tertarik dan mengapa mereka drop out gitu Respondent: Saat ini setelah seleksi alam tinggal 52, mereka tertarik awalnya sih tidak tertarik kata mereka ini siapa yang datang orangnya kok kecil gitu, gak meyakinkan tapi setelah mereka apa ya, kami datang karena sebelumnya kami dilatih bagaimana memfasilitasi masyarakat tidak dengan bahasa dan gaya yang asing jadi coba pendekatan itu khususnya terusan raya mau membuka diri itu karena ada aksi bisa itu pak gotong royong pertama kali kunjungan di bulan desember disitukan ulun setiap rt dilakukan gotong royong coba dikunjungi satu-satu, satu-satu terlambatpun tidak jadi masalah mereka tetap menunggu jadi coba bicara lebih dekat dan mereka mau menerima. Interviewer: Tertariknya karena mereka simpati dengan gotong royong gitu Respondent: Tertariknya dengan bahwa apa ya ini ni momen ini mengingatkan mereka kembali pak bahwa Interviewer: Ntar gini kan ada relawan kayak kamu sebagai field coordinator pertanyaan saya kenapa tertarik menjadi field coordinator, yang kedua relawan desa, kenapa dia tertarik menjadi relawan desa, dan pada umumnya kayak kamu banyak drop-out gak Respondent: Oh saya, jadi yang mana dulu pak dijawab. Tertarik menjadi koordinator desa jujur kalau dibasickan ulun menjadi guru, tapi ulun tidak senang kerja yang segi 4 ruangan yang itu saja yang dipandang. Jadi mencari yang bebas dan lingkungannya setidaknya 100 orang banyak anak-anak, senang lihat ruang kerjanya lebih luas gitu pak, tidak dengan meja tidak dengan buku dengan langit biru, pengalamannya pak ini pengalaman luar biasa dalam hidup saya, apalagi menurut ulun ini awal yang baik gitu, sebelum lulus kuliah sudah punya pengalaman kerja yang lumayanlah gitu. Jadi pengalaman itu luar biasa lebih dari berapalah gaji gitu Interviewer: Terus kemudian apa selamanya akan menjadi seperti ini Respondent: Keinginan sendiri ingin walaupun keluarga mengarahkan ini bukan sesuatu hal yang menjanjikan untuk hidup saya tapi kalau menurut ulun selama ulun bisa milih disini mengapa tidak Interviewer: Sekarang yang relawan desanya kayaknya mereka tertarik kenapa, mereka drop-outnya berapa persen Respondent: Mereka yang berhenti itu ada 52 itu 68 sebelumnya mereka keluar pada saat itu kami chemistrynya belum dapat gitu pak, pada awal-awal mereka masih ini..ini cocok gak ya untuk saya...ini menarik gak ya untuk diri saya trus ada mungkin sebagian yang beranggapan ooh disini ada lahan basah seperti itu ternyata tidak seperti itu, ternyata banyak capeknya daripada uangnya gitu banyak yang disuruh-suruh, mereka tertariknya 25
karena pertama tertarik dengan pesan kesehatan yang ingin kami sampaikan diare dsbnya gitu utamanya diare. Diare kok sampai menjadi fokus didesa kami kenapa difokuskan, jadi itu yang membuat mereka jadi penasaran terus..itu penting juga kata mereka untuk keluarganya biar tahu pertolongan pertamanya diare gimana sih, soalnya gimana awalnya gitu pak Interviewer: Terus akhirnya mereka join jadi relawan desa, mereka juga ngajarin orang-orang lain, terus kalau relawan desa itu tugasnya apa, kunjungan dari rumah kerumah Respondent: Jadi relawan desa tuh memang kami sedikit mewajibkan bahwa mereka harus punya rumah tangga binaannya sebenarnya ini hanya teknis saja sebelumnyakan dimasyarakat sudah melakukan silaturahmi dimasing-masing tetangga itukan tetangga terdekat merekalah pak hanya sajakan ini dihitung berapa sih yang dikunjungi setiap hari Interviewer: Setiap hari ya atau setiap bulan. Respondent: Setiap bulan tapi terserah mereka hari ini mereka mengunjungi sekian rumah Interviewer: Dan mereka laporkan ke kamu, mau mereka lapor Respondent: Ya lapor tertulis, mau pak walaupun awalnya bingung mau lapor karena relawan desanya tadi banyak yang sepuh jadi sudah 20 tahun tidak pernah menulis, kerepotannya disitu kemudian tulisannya kurang jelas Interviewer: Batas umurnya dari berapa sampai berapa Respondent: Kemarin kami salah satu persyaratan untuk jadi relawan desa itu dari 18 th sampai 50 th itu ada yang lebih dari 50 th dan saya sudah lebih nih gimana, tapi gak apa apa karena dia mau makanya dia mempertanyakan itu Interviewer: Tadi di bilang mengingatkan mereka akan sesuatu apa itu tadi Respondent: Gotong royongnya karena didesa mereka itu apa ya karena mungkin entah karena perkembangan jaman atau saling gengsi atau kenapa Interviewer: Individualismenya meningkat Respondent: Jarang sekali sih bersih-bersih utamanya itu kalau kita bilang jalan raya itu jalantanggul, ngapain sih bersih-bersih jalan tanggul digaji juga enggak kemudian ngenakin mereka sebelumnya seperti itu padahal saat ini itu penting sekali karena anak sekolah lewat sana kalau harus sekolah masa rumputnya lebih tinggi dari badan mereka gitu, itu yang menjadi perhatian setiap orang tua dari masyarakat Interviewer: Tapi didaerah itu tingkat individualismenya sudah lumayan, maksudnya kegiatan bersama-sama dalam satu desa Respondent: Tanpa mereka sadari sepertinya seperti itu walaupun ketika digugat lagi mereka sadar dan cepat kembali, seneng ya kata mereka kenapa kita harus masing-masing rt kemudian diganti lagi semua rt kumpul satu hari atau setengah hari apa namanya membersihkan jalan tanggul dari rt ini sampai rt ini dan mereka menjadi tertarik dengan itu karena itu bukti nyata yang ada didesa mereka Interviewer: Itu melakukan itu ketika ada orang pminya atau gak Respondent: Sejauh ini ulun sering mendampingi kesana tetapi pernah juga ditinggal waktu itu bulan puasa, apa namanya karena kupang sudah nunggu yang buat apa nyambung jalan itu nyambung jembatan bersih-bersih jalan ininya membuka jalan kembali waktu itu mereka sendiri Interviewer: Kalau kesana tuh nginep ya Respondent: Enggak pulang balik naik kelotok Interviewer: Pulang malem sering pulang malem Respondent: Saat ini paling 5 kali pernah pulang malem, selama kegiatan didesa Interviewer: Gak dimarahin mamanya, diajak aja mamanya Respondent: Gak pak ya coba ditenangin aja, jauh pak mama saya dikandangan dekat banjar Interviewer: Deket banjarmasin, kamu dirumah siapa disini, kos, yang bayarin kos siapa disini gak dapat duit trus siapa.. uang dari mana 26
Respondent: Saya kos pak, tapi ya bayar sendiri pak, ..apa ya rejeki itukan nggak usah dihitung-hitung diatas yang hitungnya berapa jumlah yang diperlukan Interviewer: Kos berapa, trus kalau kamu waktunya habis disini, disini gak dapat duit gimana kamu Respondent: Kosnya sekarang 250 ribu pak, disini sih daerah kalimantan tuh emang. Pernah sih pak sebulan dua bulan nganggur tunggakan kos sudah banyak tapi ada aja Interviewer: Kalau gitu ikut kita aja di jakarta ya, dia jadi fellow disini, bikin riset disini nanti Respondent: Ya dinikmati ajalah pak, disyukurin, pendidikan sarjana agama islam karena disini yang kampusnya yang terjangkau cuma itu Interviewer: Mendingan jadi ustad kamu, nanti seperti mamah dedek kan uangnya banyak, kamu suka uang gak, justru dengan kayakan bisa bantu banyak orang Respondent: Amin. Suka sih pak, iya boleh targetnya sih kaya pak Interviewer: Bagus, nanti jalankan ada aja, ngumpulin skill dulu Respondent: Yang hari ini juga nggak tahukan sebelumnya, belum pernah terpikir nanti bakalan ada aktivitas di pmi nanti ada kegiatan desa, paling tetangga ulun yang karena didaerah kos itu rata-rata semuanya keluarga pak cuma ulun bertiga temen itu aja yang kos gitu, jadi eratlah disana kalaunya makan gak usah dipikirin gitu Interviewer: Kalau harapannya kedepan untuk kegiatan pmi di kabupaten kapuas ini Respondent: Harapannya pmi bisa lebih baik kami bisa mandiri tanpa harus tergantung dengan yang seperti ini kalaupun harus belajar lebih banyak lagi terus harapannya kami bisa merekrut relawan dengan apa ya dengan baiklah karenakan selama ini rekruit relawan paling cuman berapa persen yang tertinggal yang bener-bener aktif Interviewer: Yang drop out berapa, ada 10% atau 20% yang artinya berhenti relawan desanya Respondent: Ya sekitar 22 orangan lah pak Interviewer: Yang masih, separonya dong ya Respondent: Sekarang 62 kemaren tuh 68 eh 78 Interviewer: Sekarang tinggal 52, ya lumayan dong ya, itu bisa bertahan berapa lama relawan. Respondent: Yang mana pak yang sekarang kami punya planning kedepan bahwa dari Pak Jum sendiripun sudah apa ya sudah memandatkan nanti akan tetap dikunjungi kalau ulun bayangannya kedepan sebelum kami berakhir kalau kegiatan agak longgar kami rekrut relawan desa lagi, nanti pesen kesehatannya akan ditambah kalau ulun pengennya gitu, tanpa harus kami yang mengajari mungkin bisa bantuan dari puskesmas apa sih tren penyakitnya sekarang dan mereka yang ngajarin dengan Interviewer: Mendekati dinas kesehatan, karena mereka butuh tenaga sebenarnya, kalau kayak kamu bisa kreatif misalnya ya pokoknya Respondent: Kemaren sudah sih pak waktu bulan november itu dikumpulkan semua puskesmas, pihak-pihak terkaitlah untuk menindak lanjuti kegiatan ini Interviewer: Bisa kamu diminta dinkes jadi karyawan dinas kesehatan. Respondent: Tapi enggak pak yang disini ni apa ya minim perhatiannya untuk sdm-sdm itu, sistemnya itu apa ya sistem mungkin kekeluargaan itu pak , dikapuas maksudnya sistemnya kekeluargaan Interviewer: Masih kkn nan gitu, system seleksinya masih belum fair...belum professional gitu soalnya...temen-temen saya bilang susah sekali, tapi kalau saudara bisa masuk Respondent: Ya mereka tanya kamu keponakan siapa...ya kemungkinan gitu disini, ya masih gitulah atau kamu kenal dengan siapa gitu tidak bisa dipungkiri sih susah kalau misalnya merintis dari bawah itu Interviewer: Saya kenal pak Jumatil gitu iya gak pak Respondent: Pak Jum itu orangnya cerdas tapi di kampus juga sayangnya orang-orang tuh gak ngelihat gitu beliau tuh sudah berbuat apa sebanyak apa Interviewer: Tahu nggak orang Indonesia itu gak bisa ngelihat orang cerdas kaya milih presiden aja coba milih yang gagah bukan milih yang tegas, cerdas, akibatnya kan negara isinya koruptor, milih SBY kan orang gagah 27
Respondent: Ya gitulah Pak Jum menurut kami seorang panutan yang sangat luar biasa sayangnya pemerintah tidak memberdayakan itu Interviewer: Di cbhfa kan ini apa namanya ada target 6 penyakit di masyarakat, supaya paling tidak mencegah 3 penyakit trus gitu-gitu ya lha penyuluhan kamu, kamu melakukan pendampingan ke masyarakatkan kayaknya tidak terlalu sering ya. Apa mungkin masyarakat bisa ngerti gitu, bisa melakukan coba menurut pendapat kamu bagaimana wong dinas kesehatan aja ngajarin phbs nggak anu kok apalagi proyek kamu kok coba tolong ini jujur aja Respondent: Menurut ulun program yang sekarang ini sebaiknya bukan program berbasis masyarakat tetapi berbasis program karena dikejar dengan deadline waktu yang sudah sangat sempit gitu dan target pribadi ulun bukan kepada masyarakat sebenarnya tapi ada 52 relawan desa ulun, kalau masyarakat sudah mengerti itu adalah bonus yang penting relawan desa dulu ngerti gak pengen yang muluk-muluk. Jadi kalau misalnya ada masyarakat yang mengerti itu adalah bonus memang target ulun bukan di masyarakat tapi di relawan desanya nanti biar mereka sendiri yang dengan sendirinya menularkan itulah dengan perilakunya dengan kegiatannya gitu memberikan apa ya pandangan lah untuk masyarakat. Interviewer: Jadi kami sebagai relawan cabang diajarin oleh relawan propinsi gitu bertahap atau langsung dari pusat langsung Respondent: Langsung dari pusat karena propinsi di kalteng yang punya program kayak gini baru kami pak gitu, jadi kami ni percontohanlah ibaratnya walaupun dengan seadanya Interviewer: Terus yang ngasih pelatihan orang-orang dari pusat siapa saja Respondent: Mas Astrid, mbak Eka, bisa juga dari propinsi lain yang terkait misalnya mas budi dari bali, pak agus joko sungkono dari jatim Interviewer: Terus orang-orang Spanish itu ngapain dia disini Respondent: Mereka membantu kami secara teknis pak, mereka tidak diperkenankan turun langsung ke lapangan gitu, jadi markas lagi perlu apa, apalagi stafnya cuma 2 jadi mereka yang membantu memback-up gitu, dimana nih kelemahannya apalagi kaya mbak eka sekarang dalam kondisi hamil tidak bisa sering kesini jadi mereka membantu gitu Interviewer: Ok satu lagi jadi kira-kira tujuan dari yang cbhfa nya ini msyarakat 80% eeh berapa 75% masyarakat mengidentifikasi penyakit, ingin mencegah itu kecapai gak kira-kira Respondent: Belum pak seandainya punya 2 tahun lagi ulun yakin iya, tapi selama ini kami punya 1 tahun banyak yang dikejar apanya banyak yang disuruh lari gitu pak ya gak bisa jalan lagi cepat kayaknya Interviewer: Yang suruh cepat apanya Respondent: Kegiatannya, secepatnya belum selesai ini..iniini, Interviewer: Dan itu gak relevan ke masyarakatnya Respondent: Masyarakatnya bingung huh...mengejutkan gitu pak tiba-tiba ada lagi Interviewer: Dan kegiatannya nggak langsung kesana ya, mestinya kan lebih banyak masyarakat di .. Respondent: Nggak harusnya masyarakatpun di kami banyak kegiatan.. Interviewer: Kalau cuman nggantungnya kepada apa namanya relawan desa, relawan desanya sendiri belum...ok sekarang training-training ya kamu ditraining trus kamu mentrain relawan desa punya laporannya gak ... ada pre dan post test Respondent: Gak direlawan desa kami tidak seperti itu paling diawal itu kami apa ya Interviewer: Kalau kamu ngetrain ada 50 relawan desa terus kami melakukan pre atau post test nggak... Respondent: Nggak sih pak karena kita sudah tahu sendiri jawabannya bagaimana pengetahuan awalnya bagaimana pengetahuan akirnya khususnya di baseline itu karena dari mereka sudah ada yang dapat baseline kemarin Interviewer: Sudah tahu jawabannya bertambah ngerti atau nggak Respondent: Alhamdulillah kalau sekarang sudah bertambah ngerti 28
Interviewer: Training terus menerus ya, atau nggak. kalau gak salah cuma sekalisekalisekali. Respondent: Kalau trainingnya itu pak target kami kalau untuk modul 1 sampai 7 eh modul 1,2,3, 5, 6, 7 1,2,3,5,6 lah itu dibulan maret sudah selesai, 4 baru ini Interviewer: Tapi kan cuma sekali to Respondent: Berulang pak setiap bulan, khususnya untuk penyakit kamikan harusnya di bulan Agustus itu selesai semua penyakit. Tinggal modul 4 pertolongan pertama tapi setiap bulan itupun nanti direfresh kembali apa yang menjadi kendala relawan desa menyampaikan, apa sih susahnya menyampaikan diare, dimana sih bagian yang sulit untuk disampaikan diulang lagi, malaria.. Interviewer: Berapa kali... Respondent: Berkali-kali pak terakhir sampai bulan Oktober lalu, Interviewer: Itunya aja berkali-kali belum ke masyarakatnya ya mungkin terbatas ya ke masyarakatnya ya Respondent: Minggu pertama diawal bulan satu maksudnya minggu pertama baik itu refresh atau bagaimana untuk yang sekarang minggu terakhir di setiap akhir bulan itu pelaporan. Jadi diantara minggu kedua dan ketiga itu kunjungannya. Itu sih teknisnya untuk mensiasati Interviewer: Kunjungan ke relawan, o relawan ngunjungin di train jadi dalam 1 bulan, 3 minggu di train, minggu ke 2 nya Respondent: Kunjungan ke masyarakat, 1 minggu minggu pertama sama 1 x pertemuan ditraining kemudian mereka mengaplikasannya kepada masyarakat, minggu kedua dan ketiga, minggu keempat pelaporan Interviewer: Trus ulang lagi, sampai berapa kali 6 bulan, Respondent: Trus ulang lagi minggu awal gitu lagi, kami mulai dari maret itu maret, april, mei kemudian juli, agustus, september kemudian oktober ya sekitar 4 kali lah Interviewer: Per orang 4 x trainingnya gitu, jadi minggu pertama mereka dipanggil, di train, ini modul berapa 1,2,3 sampai 7 Responden: Ini untuk penyakit, kalau modul 1,2 3 cuma untuk pengantarnya aja pak Interviewer: Jadi tadi kamu punya 52 relawan dipanggil minggu pertama kamu train mengenai penyakit habis itu kembali dia minggu kedua ketiga kelapangan, terus keempat dipanggil lagi diskusi, pelaporan Relawan: Ya relawan, 3 penyakit itu, heem lapor, ya diskusi laporan kemudian agenda bulan depan apa gitu. Interviewer: Ok terus minggu depan panggil lagi sampai berapa kali 4 bulan Respondent: 4 bulan segini pak, bulan maret itu kami sudah selesai modul, jadi maret itu topik diare, april itu malaria, mei itu hipertensi baru setelah itu baru ke 3 penyakit. Interviewer: Itukan ada 6 sama 3 ada 9 to Respondent: 3 aja paling fokus, jadi 3 itu awalnya setiap bulan hanya 1 penyakit tapi kemudian karena sudah selesai semuanya direfresh lagi menjadi 3 sekali 3, 4 bukan berturut-turut kalau gak salah Interviewer: Disitu kok di kuesionernya ada 6 penyakit Respondent: Itu adalah yang awalnya pak yang menjadi tren di masyarakat kemudian kami kan berdsarkan waktu yang ada itu tidak cukup waktunya jadi hanya difokuskan ke 3 penyakit diare, malaria sama hipertensi Interviewer: Jadi dalam indikator itu yang disebut-sebut harus tahu ini, atau minimum tahu yang lain Respondent: Kalau yang lain itu tambahan karena kami membagikan lembar balik mereka juga bisa baca disitu dikelas juga biasanya sebelum pulang kalau dulu 30 menit terakir itu mereka harus mempraktekan bersama temannya jadi boleh dengan penyakit yang lain, atau kalau mereka mau bertanya dengan kami, kami akan menjawab setahunya kami Interviewer: Sudah berapa lama melakukan ini, pelatihan Respondent: Pelatihannya dari bulan desember sampai oktober, karena dulu semuanya harus dihabiskan jadi misalnya maret habis jadi setelah itu hanya kunjungan, kunjungan, 29
kunjungan tapi karena waktu yang terbatas jadi dicicil, nggak kayak gitu nggak dihabiskan semua dalam satu pelatihan setelah itu baru kunjungan ke rumah tangga, ya jadi yang ini learning by doing pak, sambil melakukan pelatihan aplikasikan, pelatihan, applikasikan. Interviewer: Kalau begitu ya proyek ini sebagian besar dana masuknya gak ke masyarakat tapi ya gak, masyarakatnya sedikit sekali, malah gak dapat dana ya Respondent: Tidak kami tidak menjanjikan dana terhadap masyarakat paling Interviewer: Untuk kunjungan-kunjungan itu nggak diberi difasilitasi, atau tadi ada konsumsi desa Respondent: Konsumsi itu untuk apa namanya kalau pelatihan mas habis kayak tadi ulun ada pertemuan dari jam 9-12 itu sekarang gak ada lagi konsumsi, dari desember suruh stop kalaupun mereka mau itu silahkan ambil dari uang kas mereka sendiri karena belajar mandiri gitu, awalnya sih ada masa iya tapi coba dikuatkanlah Interviewer: Jadi proyek ini.. tahu nggak berapa dana dari Spanish, coba yang masuk ke mayarakat gak ada artinya bukan masuk uangnya tapi masuk kegiatannya ya, paling itu yang sini Respondent: Kemarin sih buka di blog itu ada di pmi pusat katanya sih 10 milyar, paling itu nanti pak yang distribusi ini bentuknya begitu sama ini kami juga ada menyumbang mesin pemotong rumput karena Interviewer: Cuman gitu aja to, ya bagaimana masyarakatnya berubah gitu lho maksud saya Respondent: Ya cuma itu aja, ya bener Interviewer: Makanya tadi yang lewat peningkatan pengetahuan itu jadi apa sih produknya yang tangible ya knowledge gitu. Ya nggak nyampai ya Respondent: Iya tidak tersentuh Interviewer: Itu kegiatannya cuman muter-muter ada disini.. trus menurut kamu gimana itu Respondent: Kata atasan kami yang diatas katanya memang masyarakat tidak dijanjikan dana uang dan tidak dibiasakan biar mereka membangun sendiri tidak dengan media uang jadi Interviewer: Bener, tapi kalau mengharapkan dampaknya bukan dalam bentuk uang artinya kegiatan, katakan kan bisa kegiatan masyarakat itu ya gak tahu pokoknya ya mereka, ini intervensinya training segala...., training kan masyarakatnya lebih baik ditraining dilatih inikan bisa tidak harus dibayarin to ya seperti ini, inikan kongkrit di gratisin Respondent: Awalnya sih pak program ini tidak ada ini kami hanya di 3 penyakit itu aja terus harapannya perubahan perilaku Interviewer: Timbulnya pemikiran ada ini Respondent: Inikan ditengah-tengah, mungkin karena Spanyol itu kan ya apa ya rajanya watsanlah jadi harus ada icon-iconnya pak gitu Interviewer: A..satu lagi yang ini kamu yakin nggak ini akan dipakai oleh masyarakat Respondent: Yakin pak Interviewer : Yakinnya kenapa Respondent: Karena kemarin setelah kami survey masyarakat itu memilih minum air sungai yang ditandakkan tanpa dimasak karena mereka malas dengan prosesnya, proses misalnya harus merebus airnya, mencari kayu bakarnya, membeli minyak gasnya. Kalau inikan tinggal di mau disaring atau tidak taruh aja sini kalau disaring lebih baik, kalau tidak juga bisa yang penting bisa dibersihkan insya Alloh mau sih Interviewer: Airnya ngambil dikali juga dibawah situkan Respondent: Tapi inikan gak harus dimasak pak, dan ini sudah teruji secara laboratorium, kemarin ada 5 yang ditawarkan dan ini yang paling perfectlah mungkin bakterinya gak ada masyarakat senang ya itulah Interviewer: Menarikkan bentuknya. Kenapa gak butuh sekalian yang gede, gede banget kalau inikan gak praktis kayaknya, kalau saya misalnya punya keluarga 10 orang, 1 orang minum 2 lt gak kebagian kan 30
Respondent: Kalau dimasyarakat kalau nanti ya pak lebih dari 6 orang itu kami kasih 2 jadi jatahnya ini untuk 6 orang karena ada 13 liter anggaplah 1 orang minum air putih seharinya 2 lt gitu, jadi sudah diperhitungkan Interviewer: Itu masih ngalir terus ya yang setinggi itu, masih ngalir kebawah terus Respondent: Asalkan ininya jangan tertutup kayak gini, bisa besok dibersihkan karena ini turun kebawah tertutup saringannya. Dan didalamnya ini bisa terkikis kalaunya karena sering dipakai jadi terkikis Interviewer: Pertama kali pendekatan ke masyarakat kapan Respondent: Datang ke masyarakat Juli Interviewer: Ini hasil pemeriksaannya ada, yang air dari sini Respondent: Pun..ada pak, ya di kalau dikapuas sini kemarin dilihat ecolinya ada 3,000 jadi sangat tidak sehat sekali, waktu dicoba ini alhamdulillah ecoliny tidak ada colifornya tidak ada jadi aman Interviewer: Mana hasilnya ada, jadi di keramik itu ecoli semua Respondent: Iya yang disini, disini sudah siap dengan catatan disini benar pemasangannya, karena kalau pemasangannya juga salah ni pak misalnya tidak sinkron atau tidak ini keluarnya nanti kotor kalaunya tidak benar Interviewer: Soalnnya apa, sudah berapa anu ya hasil air dari kali berapa yang sudah diperiksa Respondent: 3 desa pak baik itu kali besar maupun kali kecil, jadi 3 desa itu kami uji cobakan kami tawarkan 5 metode setelah 2 bulan kami ambil sampelnya masing-masing dari 5 metode itu dan ambil sampel air sungai yang tidak diolah sama sekali hanya mungkin ditandakkan oleh mereka dan kami coba bandingkan kemudian Interviewer: O itu yang ada di ini ya ada di bu eka ya Respondent: Setelah dibandingkan didiskusikan sama mereka nyaman dari 5 metode itu yang mana yang diinginkan, yang mendekati itu ini sama air rahmat Interviewer: Air rahmat lebih praktis Respondent: Pak air rahmat itu waktu kami periksa di laboratorium masih ada ecolinya belum layak untuk air minum gitu, entah karena pengolahannya salah atau bagaimana dan rasanya juga pak karena ada rasa kaporit Interviewer: Ini gak, jadi tadi kapan datang pertama kali ke masyarakat Respondent: ke desa terusan raya Juli pak bareng sama pam stbm 2012 Interviewer: Nggak repot itu masyarakat kira-kira, kalau dia disini mausk air galon pilih air galon kali ya Respondent: Gak pak karena didesa gak ada yang jual air galon, 15 ribu harus dari kapuas susah ngangkatnya atau yang pakai dus, kalau selamatan juga hemat kan mereka lebih seneng air rahmat sih tinggal ditetesin, pernah tuh rekan ulun sosialisasi waktu hajatan dia bangga dan senang gitu Interviewer: Ini 13 lt ya kalau gitu sudah cukup ya, kalau bisa saya pinjam materi yang penyuluhan 3 penyakit itu ya phampletnya aja nanti dikembalikanlah, saya pinjem ini saya bawalah, artinya hasil yang kalau dari eka saya rasa sudah punya ya, ini hasil dimana untuk 3 desa Respondent: Iya sama kayak mbak eka kemarin di share juga pak Interviewer: O ya sudah, nanti saya cek kalau gak ada nanti saya minjem, ini saya sudah punya ya lab Respondent: 5 metode kemarin, sodis itu yang dipanaskan diterik matahari selama 6 jam tanpa tapi gak boleh ada mendung, kalau ada sudah lima jam tinggal satu jam Interviewer: Kalau gak salah risetnya diberhentikan sama orang belanda Respondent: Kalau disini pak kemarin juga sodis itu di pulau kupang banyak yang tertarik ibu-ibunya karena tidak perlu biaya gitu mudah didapatkan tapi disini khusus untuk masyarakat di 3 desa itu rata-rata banyak yang sampai jadi sodis itu masih makruh gitu pak karena dibawah sinar matahari tanpa kulah, karena dalam agama islam apa ya, air yang suci dan mensucikan buat wudhu segala macem itu minimal 1 kulah, buat wudhu aja sih bisa 31
kalau yang minum itu tidak mesti harus yang bersih dan mensucikan. Asal bersih jadi bisa kurang tepat Interviewer: Gimana air sodis itukan di botol plastik gak diterimanya gimana saya belum ngerti coba Responden: Jadi tidak diterimanya itu dijemur pengolahannya melalui sinar matahari kepercayaan muslim itu kalau untuk berwudhu itu tidak boleh airnya yang panas kena sinar matahari, jadi harus yang dingin gitu yang tidak terkena panas mataharilah nanti kata mereka khawatir ada panuan atau apa lah
Kesimpulan Saya bertiga volunteer di Cabang, ditugaskan menjadi field coordinator desa. Semula T.Raya bukan menjadi desa intervensi, tetapi karena ada proyek pam STBM kemudian dijadikan desa intervensi. Pada tahap pertama saya mendapat latihan CBFA , perubahan perilaku, di Bandung. Kemudian saya bertugas mendampingi relawan desa dan memberikan pelatihan bersama teman- koordinator sugi dan putra. Kegiatan tahap pertama aksi bisa , gotong royong , bersih-bersih jalanan,tanggul untuk menggugah minat masyarakat mau bangun desa. Kami kerjasama desa membuka jalan yang sudah 8 tahun tidak pernah dibuka untuk menyambung desa melalui darat. Kami mendapat pelatihan modul 1-7 (des-maret, april melatih relawan desa bagaimana teknik komunikasi, menyampaikan pesan kesehatan, melalui lembar balik. Relawan desa dilatih dan diberi lembar balik buatan PMI dan media kesehatan berupa pamflet. Pamflet dibuat sendiri untuk kelengakapan. Bahan referensi buku, internet, dan konsultasi dokter. Media pesan penyakit diare, keramik filter, kemudian di pasang juga di warung-warung. Karena umumnya penduduk tamat SD, atau drop out. Di Handiwong banyak tamat SLTA, dan di Kupang banyak S1 Penduduk terusan raya hanya umumnya cukup menerima pendidikan SD tidak perlu tinggi , karena menjadi petani tidak perlu pendidikan, bisa baca tulis sudah cukup untuk kerja petani. Pulau Kupang petani lebih banyak, supir kelotok, pandai besi, pembuat kelotok, swasta. Handiwong petani dan pencari ikan. Banyak petani, kapuas sebagai lumbung padi Ind. Tugas relawan koordinator, field coordinator mendampingi masyarakat melalui relawan desa , dan mereka langsung mendampingi masyarakat. Sebagai koordinator tertarik karena tidak suka kerja sebagai guru, dalam ruangan, dan lebih banyak mendapat pengalaman sebelum kerja. Relawan desa 78, berhenti sisa 52 orang. Mereka tertarik menjadi relawan karena pesan kesehatan, dia menjadi ngerti, juga untuk kebaikan keluarga mampu mendapat pertolongan pertama dan mencegah penyakit. Batas umur relawan desa 18-50, dan ada keharusan melapor, tapi ada bayak sudah umur sulit melaporkan tertulis. CBHFA ada 6 target penyakit, paling tidak 3 penyakit penyuluhan dan pendampingan. Saya berpendapat program waktu sangat sempit, target saya bukan pada masyarakat, tapi 52 relawan desa sudah mengerti betul saja sudah bonus, tidak muluk-muluk masyarakat ngerti. Nanti biar relawan desa sendiri menularkan, perilaku mengadakan perubahan langsung. Program semacam ini baru kali ini. Kami mendapat latihan dari pusat, karena propinsi tidak memiliki program semacam ini, dengan bantuan teknis dari PMI Spanish. Kami yang melakasanakan program di masyarakat. Target kemampuan masyarakat mengidentifikasi penyakit 75%, dan tindakan 80% tidak tercapai, kalau diberi waktu 2 tahun lagi mungkin tercapai. Banyak kegaitan yang harus selesai cepat, masyarakat bingung karena kegiatan tidak langsung ke masyarakat. Relawan desa sendiri belum ok. Program semula memilih 6 penyakit, tetapi kesulitan waktu, sehingga memfokuskan 3 penyakit diare, malaria, dan hipertensi dan perubahan perilaku masyarakat. Kemudian mengingat latar belakang penduduk kesulitan air, maka menambah dengan kegiatan distribusi keramic filter sebagai alternatif dari 5 pilihan sistem: sodis, air rahmat, memasak, keramik filter, dan biofilter. 32
Selain itu ada pemikiran mengatasi masalah penyediaan air minum yang aman, karena sebagian besar penduduk selama ini minum air kali yang kualitas rendah. Diadakan assement 5 alternatif termasuk keramik filter, sodis, air rahmat, biofilter, dan masak air. Penduduk memilik keramik filter. Kemudian menjadi keputusan untuk memberikan keramik filter kepada penduduk sebelum proyek beakhir.
2 In-depth 2. Anggota Komite Desa,Terusan Raya 5. February 2014
Interviewer: Sebagai anggota komite relawana PMI, apa saja pekerjaan sampeyan? Respondent: Ya untuk sementara ini ya memberikan informasi kepada masyarakat apa kegiatan PMI ini. memberi penyuluhan, memberi arahan, memberi ilmu pengetahuan lah. Masalah penyakit. Diare. Segala macamnya lah. Juga masalah pengolahan air bersih. Menangani kecelakaan di air. Itu kebanyakan kemarin itu yang saya tahu. Kegiatan gotong royong. Itu aja yang kemarin itu. Interviewer: Cara memberi tahu masyarakatnya gimana? Apa setiap hari, apa gimana? Respondent: Ya kadang-kadang kita ngobrol di warung, tapi arah ngobrolnya ke situ. Tidak resmi gitu? Ya sebagian ada juga yang resmi. Kan kita relawan dari Komite Desa ada juga yang tujuan ke rumah-rumah. Yang menginformasikan kegiatan mereka di balai desa. Interviewer: Kalau pergi ke desa sampeyan dampingi? Ngontak sampeyan dulu apa ngga? Respondent: Ada juga yang ngontak dulu. Ada yang minta pendapat. Ada yang langsung. Interviewer: Sampeyan berapa lama.. setiap hari atau seminggu sekali.. atau? Respondent: Kalau 1 minggu itu 1 kali atau 2 kali. Ada lah. Peneliti: Sampeyan tinggal di sini? Narasumber: Iya di rate 3 Peneliti: Pekerjaan sampeyan selain di komite desa, apa? Narasumber: Kalau untuk sementara aparat desa, Kor desa. Anggota Kepala desa. Peneliti: Itu digaji ngga? Narasumber: Kalau untuk di desa, ya digaji. Tapi kalau untuk komite desa ngga menerima apa-apa, Pak. Peneliti: Sejak mengurus malaria sampai sekarang sudah berapa lama melakukan penyuluhan- penyuluhan itu? Narasumber: Setahun, lah. Setiap Sabtu ada pertemuan di balai desa. Macam-macamlah yang dibahas, tentang penyakit, masalah air, masalah pertolongan pertama, macam-macam lah. Peneliti: Kalau diajarin itu banyak orangnya? Narasumber: Kalau dulu itu hampir 60 lebih. Tiap minggu rutin datang ke sini. Ya kadang-kadang turun. Peneliti: Terus sampeyan bicara. Narasumber: Alhamdulilllah lah, Pak. Kadang-kadang. Peneliti: Terus yang diajarkan kepada penduduk apa aja? Narasumber: Yang biasanya itu misalnya pertolongan pertama atau membuang air yang benar. Kebanyakan itu. Membikin air yang benar. Menawasi air terus mengolahnya nanti gimana. Kebanyakan di situ. Persoalan air. Peneliti: Yang penyakit-penyakit kaya diare Narasumber: Iya pada akhirnya nanti ke situ, Pak. Dari pengelolaan air yang kurang baik tadi. Peneliti: Terus respon masyarakat gimana diajarin kaya gitu itu? Narasumber: Respon masyarakat bagus ya, Pak, di sini ini. Semangatnya tinggi kalau orang luar ngasih masukan-masukan itu. Ya kalau pengalaman-pengalaman pengen maju lah. Pengen tahu kalau air yang bersih itu kaya apa, yang sehat itu kaya apa. Pertolongan 33
pertama kalau kena jari itu kaya apa. Itu kalau masyarakat di sini itu suka. Banyak ingin tahunya, makanya warga yang hadir itu hampir 60 lebih itu. Peneliti: Terus itu kan kalau lagi bicara-bicara itu bisa digabungkang dengan kampanye, kampanye partai, itu pernah juga ngga? Narasumber: Kalau kampanye ngga ada. Ngga pernah. Ngga ada. Kita khusus dari PMI. Peneliti: Jumlah penduduk sini berapa sih? Terusan Raya. Narasumber: Terusan Raya itu 1 Kepala Desa, ada 12 Rt. Kalau penduduknya Peneliti: 1 Rt berapa? Narasumber: Tergantung Pak, ada yang 24 ada yang 100 lebih. Cuma kalau jumlah KK-nya itu ada 550 lebih lah. Kalau pemilihan kemarin itu yang bisa memilih itu ada 1000 lebih. Peneliti: Penghasilan penduduk sini itu dari apa sih? Narasumber: Rata-rata itu petani di sini. Petani padi. Peneliti: Terus itu ada sungai itu ngga jadi mata pencaharian penduduk? Jadi nelayan? Narasumber: Ngga ada. Petani di sini. Berkebun, nanam-nanam singkong. Ya ada itu yang punya kolam. Tapi untuk nelayan tidak ada di sini. Peneliti: Kalau di sungai itu tidak banyak ikan? Narasumber: Ya ada ikan, Pak, tapi bukan ikan laut. Ini bukan daerah laut jadi ngga ada ikan macam- macam, ikan bandeng ngga ada. Peneliti: Ngga ada yang cari-cari ikan? Narasumber: Ya ada yang mancing ikan-ikan sungai kaya udang. Tapi ini sungai bukan laut, ya. Pak. Peneliti: Banyak ngga hasilnya? Narasumber: Sedikit, Pak. Kan di sini itu ada musimnya. Kalau udang. Paling untuk konsumsi sehari- hari aja. Peneliti: Kalau penduduk di sini, minum airnya, sumbernya dari mana aja? Narasumber: Ya rata-rata dari sungai. Ada juga yang dari sumur bor, tapi keadaan airnya itu kurang nyaman lah. Peneliti: Bedanya apa? Narasumber: Ya rasanya kurang enak lah. Kalau dari sungai itu kan.. ya kalau sekarang diendapkan dulu, dikasih tawas, habis itu ya direbus lah, baru dikonsumsi. Peneliti: Banyak orang kena diare ngga? Narasumber: Kalau itu musimnya memang ada, Pak. Kalau musim pancaroba, perubahan air itu. Peneliti: Banyak orang kena diare? Narasumber: Kalau bulan-bulan ini ngga terdengar itu, Pak. Kalau pancaroba itu sudah kebiasaan, ada lah 1 atau 2 orang yang kena. Peneliti: Penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat di sini itu apa? Narasumber: Diare ada. Malaria ada juga. Peneliti: Yang paling banyak dikeluhkan? Narasumber: Malaria kebanyakan, Pak. Peneliti: Malaria apa itu? Narasumber: Ya, yang orang-orang kebanyakan mendulang itu. Malaria wisa kalau orang bilang. Kaya typus itu. Peneliti: Di sini kan ada dinas kesehatan ya, apa yang dilakukan dinas kesehatan? Kan ada Puskesmasnya itu? Ada buatkan air atau datang ke sini? Narasumber: Ngga ada. Itu dari PMI aja yang datang. Dari PMI aja yang untuk air bersih itu. Peneliti: Terus dari Puskesmas ada yang melakukan penyuluhan ke sini? Narasumber: Ada lah tapi ya sekali-sekali. Yang namanya sekali-sekali, pengarahannya itu kadang ngga akurat juga. Peneliti: Apa yang disampaikan Puskesmas itu? Narasumber: Paling-paling tentang penyakit itu. Kalau tentang air itu dari PMI. Peneliti: Nah kalau PMI yang disampaikan itu apa? 34
Narasumber: Tiap minggu ada penyuluhan itu. Melalui relawan. Jadi relawan yang 60 itu menyebar lagi ke masyarakat. Peneliti: Terus yang diajarkan, disuluh ke masyarakat apa? Narasumber: Ya selain masalah air itu ada juga masalah penyakit, dan kumpul untuk bikin gotong royong bersih-bersihkan lingkungan. Cara membuang sampah yang benar. Itu kan, kebanyakan di situ. Peneliti: Terus kan yang penting itu mengenai air, kan masyarakat sudah di suluh untuk pake keramik. Coba sampeyan ceritakan. Narasumber: Mungkin iya, Pak. Sebagian besar iya. Karena kan relawan yang 60 itu sudah mendapatkan itu. Nah jadi kan yang relawan itu memberi contoh ke tetangga-tetangga. Ini yang bagus. Memang bagus. Banyak yang tertarik. Memang banyak yang tidak tahulah, keramik itu apa. Peneliti: Kalau sampeyan pake? Narasumber: Kalau ulun belum. Peneliti: Kalau menurut sampeyan gimana, udah liat? Narasumber: Sudah. Ya bagus lah. Kalau masyarakat di sini ini kan perlu contoh. Kalau bagus ya diikuti. Untuk kesehatan. Ya kalau dari masyarakat, bisa mengembangkan lagi lah. Peneliti: Jadi penduduk itu ngga ada yang datang, lapor persoalan apa? Narasumber: Kalau untuk bulan ini, untuk tahun ini lah, ngga kedengeran, Pak. Peneliti: Biasanya kalau penduduk sakit itu dibawa ke mana? Narasumber: Ke Puskesmas lah kalau pertama kali. Peneliti: Ada Puskesmas di sini? Narasumber: Ada di belakang sini. Kalau sudah parah dibawa ke Kapuas.
3 In-depth 3. Relawan Desa, Terusan Raya 5. February 2014
Peneliti: Jadi ibu sebagai relawan desa sudah berapa lama? Narasumber: Sudah setahun lebih Peneliti: Ibu dibayar ngga? Narasumber: Ngga Peneliti: Ko mau? Narasumber: Itu kemauan saya sendiri, Pak. Peneliti: Untung ruginya apa? Narasumber: Banyak untungnya, Pak. Peneliti: apa? Narasumber: Kesehatan di rumah. Supaya anak-anak itu mengerti apa itu arti sehat, apa itu arti minum air yang bersih, apa itu arti cuci tangan yang baik Peneliti: Kalau diare itu apa sih, Bu? Apa itu diare? Narasumber: Diare itu kena muntaber, muntah berak. Kena mencret. Peneliti: Kalau malaria? Narasumber: Malaria yang menggigil, badan lemah. Peneliti: Pernah kena malaria? Narasumber: Ngga, Pak. Ngga pernah. Peneliti: Ko ngajarin malaria? Narasumber: Kalau di sini banyak penduduk yang kena malaria. Peneliti: Terus gimana cara mencegah malaria, Bu? 35
Narasumber: Ya kalau di sini dibawa ke rumah sakit. Kalau mencegahnya, pakai baju lengan panjang, pakai kelambu. Peneliti: Panas dong kalau pake baju lengan panjang. Narasumber: Ya ngga apa-apa, Pak. Biar terhindar dari gigitan nyamuk. Peneliti: Ya tapi kan kalau lengan panjang di sininya masih bisa digigit nyamuk. Narasumber: Di sininya diolesin pake obat nyamuk oles. Peneliti: Apa namanya? Narasumber: Autan. Peneliti: Jadi tiap hari pake Autan? Narasumber: Ngga juga, Pak. Kalau banyak nyamuknya. Peneliti: Terus yang sering terjadi itu kecelakaan, kelekaan apa? Kecelakaan apa yang sering terjadi di sungai itu? Narasumber: Jarang juga, Pak. Yang sering itu kecelakaan di sawah. Peneliti: Apa itu biasanya kecelakaan di sawah? Narasumber: Luka. Peneliti: Luka kenapa? Narasumber: Kena pisau, kena cangkul, kena tajak. Peneliti: Tajak itu apa? Narasumber: Alat untuk memotong rumput. Peneliti: Kalau udah kena gitu di tengah sawah terus gimana? Narasumber: Dibalut dulu. Peneliti: Di sawah mana ada perban. Narasumber: Pake kain dulu, apa yang ada di baju. Peneliti: Terus habis itu? Narasumber: Dibawa ke rumah. Terus ke Kapuas. Peneliti: Keburu habis itu darahnya, Bu. Narasumber: Ngga, ada penawarnya dulu. Kaya anak ulun pernah kena peluru. Peneliti: Peluru apa? Narasumber: Peluru nyasar. Senapan angin. Peneliti: Terus waktu itu gimana? Narasumber: Ya waktu itu ada penahannya dulu. Baru di bawa ke Kapuas. Waktu dirontgen pelurunya masih di sini aja. Belum masuk ke dalam. Tapi dari situ ketauan ada satu lagi. Kanker. Harus diangkat. Waktu itu saya bilang ya sudah, apa yang terbaik. Harus dioperasi. Peneliti: Dioperasi bukan yang terbaik, Bu, harus bayar Narasumber: Ngga, Pak, gratis. Dapat Jamkes, Pak. Peneliti: Gratis semua? Narasumber: Tapi ada harus nebus juga, Pak, untuk obatnya. Peneliti: Berapa banyak? Narasumber: 300ribu. Peneliti: Mahal atau ngga? Narasumber: Cuma obat operasinya aja yang bayar. Ada yang gratis obat operasinya tapi alergi. Bengkak-bengkak. Jadi beli di luar. Peneliti: Setelah ibu datang ke sini itu masyarakat pada ngerti? Narasumber: Ya sebagian, Pak. Sebagian ngeti sebagian ngga. Peneliti: Kaya soal air minum itu, penduduk di sini pakenya apa? Narasumber: Ada yang sungai, ada air hujan. Peneliti: Airnya dikasih tawas dulu? Narasumber: Iya. Peneliti: Habis itu di masak. Narasumber: Ada yang dimasak ada yang ngga. Peneliti: Kenapa itu ngga dimasak dulu? 36
Narasumber: Katanya kalau dimasak itu ngga ada rasanya. Kalau ngga di masak itu ada lemak- lemaknya. Peneliti: Lemak-lemaknya enak gitu? Narasumber: Iya gitu katanya. Tapi sekarang ngga lagi.
4 In-depth 4.Koordinator Pulau Kupang 6 February 2014
Interviewer: Sebagai kordinator tugasnya apa, apa saja yang dikerjakan, bebas aja sak mau kamu terus kaitannya dengan cbhfa Respondent: Jadi saya ditunjuk sebagai koordinator di pulau kupang pak mulainya desember 2012 setelah pelatihan jadi disana kita sudah dibagi dari 15 orang yang bagian cbhfa ada pengkhususan tadi tapi pertama-tamanya saya pak wakil coordinator diteluk pelinget tapikan dari cerita itu teluk pelinget itu menolak nah makanya saya dipindahkan untuk pulau kupang nah sebagai coordinator ..sebenarnya ada pak coordinator pulau kupang itu namanya johansyah dia tidak bisa karena kesibukannya sebagai pekerja, maka saya ditunjuk untuk menggantikan itu nah sampai saat ini dari yang pertama itu tim saya ada sekitar 7 atau 8 yang bertahan yang pertama kali ya pak nah itu cuma kami ber 3 sebagai coordinator yang lain itu cuman bantu-bantu, nah sepanjang sejarah itu maka ada lagi pelatihan ksr yang ke 2 nah saya dibantu lagi oleh temen-temen yang lain jadi untuk saat ini dipulau kupang saya dibantu yang bisa bertahan cuman 1 aja pak, yang pertama kemarin itu dibantu oleh 5 orang yang 1 itu sudah bekerja di bank yang 1 berubah menjadi relawan keuangan, 1 nya sudah berhenti tidak tahu kemana jadi nggak bisa bantu, yang tinggal sekarang cuman 1 namanya ayuningsih. Jadi tugas coordinator itu pak sebagai memfasilitasi jadi yang mengkoordinir relawan desa disana ya yang berhubungan dengan kepala desanya berhubungan dengan tokoh masyarakatnya, dengan masyarakatnya itu. Jadi kalau ada data-data yang diminta saya yang kesana saya yang ngrekap saya yang ngumpulin. Nah kenapa itu juga saya pak dari 32 rt itu saya kurang lebih apal pak letaknya dimana siapa rtnya karena ya bergelut dengan itulah makanya tiap coordinator ya paling tidak dia menguasai daerah koordinasinya itu Interviewer: Kamu tamat apa Responden: Tamat sekolah, saya sarjana pak, selain di pmi saya guru honor disekolah swasta pak di jadi setingkat smplah Interviewer: Jadi dengan pekerjaan kamu sebagai coordinator itu juga melakukan kegiatan-kegiatan itu nggak meninggalkan Responden: Kalau saya pak kerja sebagai guru honor itu seminggu cuman 2 x saya masuk jadi untungnya di pmi itu pak kita yang ngatur jadwal, bukan pmi yang ngatur jadwal untuk kita pak jadi kalau saya sibuk ya tidak usah dilakukan besoknya lagi, jadi biasa kalaunya untuk hari senin sama hari jumat saya .. Interviewer: Kamu membawahi berapa relawan desa Responden: Kalau relawan itu pak dari pertama itu karena masuknyakan berulang-ulang ada yang masuk ada yang keluar kalau dihitung jumlah keseluruhannya ada 99 pak didesa untuk pulau kupang aja, 99 semuanya kordinatornya cuma 1 dibantu dengan temen-temen yang lain. Jadi coordinator relawan desa juga ada 1 pak, coordinator relawan desa juga ada 1 jadi kan saya interaksinya dengan koordinasinya relawan desa yang disana Interviewer: Berapa kordinator relawan desanya, 1 trus relawannya 99 37
Responden: Koordinatornya ada 1 relawannya ada 99 kalau dihitung semua tapi perjalanan dari desember sampai sekarang itu yang aktif cuma 62, sepanjang perjalanannya ada yang masuk ada yang keluar ada yang masuk ada yang keluar Interviewer: Trus kegiatan kamu apa, terhadap Responden: Kegiatan saya yang dilakukan disana atau ya, kegiatan bukan ngawasin pak, kita juga ditunjuk sebagai fasilitator yang memfasilitasi pemberian materi disana jadi semua yang kita pelajari dari pelatihan modul 1 sampai modul 7 itu setelah kita dapat kita juga harus mentransfer itu kemereka pak Interviewer: Kepada relawan, kamu ngetrain Responden: Kepada relawan desa yang 99 itu, jadi pelatihan modul itu kita dilakukan mulai desember sampai maret pak, nha habis itu masuk penyakit yang 3 tadi, hipertensi diare dan malaria itu. Jadi setelah itu semuanya kita lanjutkan dengan pertolongan pertama first aid nha yang terakir kemarin itu kita melakukan interaksinya. Interviewer: Ngetrain 99 relawan desa Responden: Ya cuman kotornya pak seperti itu kalau bersihnya cuma 62 Interviewer: Kamu ngetrain iut berapa lama Responden: Kalau perjalanannya saya mulai ini pak desember 2012 sampai februari 2014 ini Interviewer: Udah selesai. Responden: Kalau selesai masih belum pak karena besok juga kita kesana ngurusin Interviewer: Besok ngetrain juga Responden: Kalau trainingnya sudah habis bulan November kemarin pak Interviewer: Kalau sesudah ditrain sudah dilatih ngapain aja relawan desanya Responden: Jadi mereka itu pak ada kunjungan rumah tangga, nah jadi sistem di pmi itu pak dari 15 orang relawan cabang ya termasuk saya dibawahnya kita harus membawahi 15 lagi relawan desa itu yang idealnya pak, tapi kenyataannya yang kesana juga paling 5 kita membawahi 62 tadi, jadi gak masuk ideal lagi pak, ya jadi yang 62 tadi masing-masing harus punya lagi 15 kk dampingan masyarakat sekitar rumahnya Interviewer: Terus pekerjaan mendampingi kk itu apa yang dilakukan Responden: Pekerjaan yang mendampingi kk relawan desa apa yang kami sampaikan sama seperti apa yang kami dilatih ditraining oleh pusat kami sampaikan ke relawan desa. relawan desa juga harus menyampaikan ke masyarakat dampingan Interviewer: Contohnya melakukan apa Responden: Jadi kita memberikan materi pengetahuan tentang pertolongan pertama tentang diare, tentang malaria, tentang hipertensi, nha mereka juga mengujungi masyarakat mereka salurkan lagi informasi itu Interviewer: Terus diberi berapa kali perminggu relawan bisa mengunjungi dan menerangkan Responden: Sampai informasi itu berulang-ulang nih, berapa kali perminggu, jadi kalau kita berapa kali per minggu pak, mereka cuman nerangkan itu 1 x 1 bulan untuk 1 kk pak Interviewer: 1 kk 1 x perbulan, sampai proyek selesai Responden: Jadi ada yang 1 x ada yang sempet 2 pak masih bisa pak, minimal mereka melakukan itu sampai selesai proyek Interviewer: Sampai selesai proyek berapa kali yang diharuskan ditargetkan Responden: Kemaren itu proyeknya sampai ini cuman kita hitungnya setiap bulan sampai sekarangpun mereka masih melakukan itu, melakukan kunjungan rumah tangga tapi kami pak setelah ada proyek maupun tidak ada proyek mereka tetep melakukan itu, kami membiasakan mereka melakukan itu yah berkelanjutan kami inginnya pak. Interviewer: Sebulan 1 rumah tangga terus ganti-ganti Responden: Ya minimal pak, jadi setiap relawan desa itu dia punya hampir 20 sampai 30 kk dampingan itu yang setiap hari mereka kunjungi Interviewer: Itu aja muter-muter 38
Responden: Jadi misalnya kan 1 rt ada kalaunya hitungannya itu ada 45 pak kepala keluarga, idealnya harus ada 3 disana, jadi setiap orang ada 15 kk dampingan, misalkan cuman ada 1 otomatis dia semuanya, 1 x kunjungan.. Interviewer: Terus laporannya Responden: Laporannya dia buat sendiri pak, kita sudah ada form pelaporan relawan desa yang kita minta cuman kepercayaan mereka pak, mereka pak..bu..berapa kali kunjungan...saya dua puluh..cuman gitu pak Interviewer: O gak ditulis Responden: Mereka nulis tapi kebanyakan mereka itu tidak paham dengan form itu, padahal form itu sudah disederhanakan seminimal mungkin Interviewer: Ada contohnya, sama tolong lihat modulnya dong ada Responden: Contoh kalaunya pembagian yang pertama kali dari pmi Interviewer: O jadi sebulan sekali ya itu yang saya kepengen tahu, sebulan sekali satu keluarga jadi dia bisa 30 x 30 keluarga sehari 1 Responden: Yang ditawarkan pmi yang pertama kali ini pak. Interviewer: Buku catatan untuk relawan desa Responden: Ya tapi itu katanya ..kata yang dari pusat itu, ini bisa dilakukan kalau relawan desa itu sudah 3 tahun, kami juga sangat kesulitan pak jadi untuk selanjutnya yang kami pakai cuman ini saja pak 1 lembar ini kami yang ngisinya Interviewer: Kalau ini sama aja ya Responden: Kita perbanyak aja pak jadi 1 lembar kan ada 2 Interviewer: Terus materi yang diberikan kepada mereka apa, materinya dalam kunjungan itu apa yang dijelaskan Responden: Kalau yang pertama kan pak yang modul 1-7 itu, yang isinya cuma pengenalan desa tentang epidemic tentang pengetahuan umumlah pak sambil kita meningkatkan kepercayaan diri mereka itu untuk sebenarnya mereka bisa menyampaikan kerumah tangga masyarakat karena awal-awal mereka takut, gak berani, gak bisa katanya. Setelah sampai 3 bulan sampai bulan maret itu, maret keatas sekitar 3 bulan atau 4 bulan kita masuk ke materinya yaitu pada fgd yang pertama pak diperoleh itu dapat 3 penyakit yang rata-rata di masyarakat sini yang paling banyak diare, hipertensi dan malaria, nah maka kita kan fokus pada itu Interviewer: Jadi nanti relawan itu memberitahu bagaimana, apa yang diberitahukan kepada masyarakat mengenai 3 penyakit itu. Contohnya bagaimana, tertulis nggak Responden: Jadi kalau tentang diarekan kita ada pesan-pesan khusus, tertulis, dokumennya ada pak. Ini modul 4,5 6, 7, 1,2,3 Interviewer: Mereka itu diberikan atau diperlihatkan aja, ini ada 4,5 6, 7 itu Responden: Kalau ini karena terbatas kita gak bagikan kesana, 1,2 3 nya pak. Interviewer: Jadi ini relawan pakai ini menjelaskannya Responden: Ya pak, sederhana lagi kalau ini cuman modal pendidikan aja pak, jadi pertama kali untuk itu tentang apa tentang apa sih pmi itu pengenalannya pertama tentang pergerakkan utamanya itu pak, nah yang topik khusus pak yang 3 penyakit itu kita buat sendiri pak, kaya phamplet semua ada ininya Interviewer: Ada contohnya phampletnya Responden: Kalau di flash disk saya masih ada filenya Interviewer: Ini ada flash disknya nanti kita copy, contohnya misalnya apa yang diberitahukan kepada mereka mengenai diare yang sederhana Responden: Yang pertama diare itu seperti apa, kebanyakan mereka salah persepsi pak, kalaunya bilangnya sini bererakan itu bahasa kami pak, diare itu mereka pikir yang sampai muntaber itu pak, nah padahal kenyataannya kalau sampai 3 x 5 x itu sudah masuk kategori itu, trus yang paling bahaya didiare itu apa, jadi kita yang paling bahaya kita sampaikan bahwa kekurangan cairan tubuh itu yang paling bahaya terus tanda-tandanya 39
seperti apa diare itu, nah penyebabnya apa nih untuk menjaganya dan pertolongan pertamanya seperti apa, semua sama pak, dari diare dan poin-poinnya cuman itu ya kita tinggal mencarikan dibuku mana referensi mana kita ambil, kita rubah kata-katanya dengan kata-kata yang sederhana Interviewer: Jadi dalam rangka proyek ini sampai berapa kira-kira kunjungan relawan desa ke kk dampingan , yang penting tiap bulan minimum 1 kk Responden: Kalau sampai sekarang sudah hampir berapa ya mereka sudah melakukan kunjungan banyak pak. Setiap laporan bulanan kita ada sekali pak, jadi kita ke desa dulu minta laporan bulanan kemudian kita rekapitulasi disini kita serahkan lagi ke staffnya Interviewer: Kalau menurut anda diare itu sebabnya apa penyebabnya apa yang dijelaskan kepada mereka dan menurut anda sendiri Responden: Khusus yang ada disini ya pak, kalau disini yang lebih banyak itu pak minum air yang tidak aman, karena kebiasaan masyarakat disini yah hampir semuanya lah pak kalaunya 60 sampai 70% mereka tidak suka air yang dimasak, jadi air itu setelah ditawas, ditandakkan, disedementasi mereka langsung minum, pikiran mereka adalah kalau air itu sudah jernih putih berarti air itu aman untuk mereka, pengertiannya seperti itu masyarakat asalkan sudah jernih sudah tidak ada warna apa-apa itu sudah aman dan sempurna. Kita juga meneliti itu pak ya untungnya itulah kita juga diberikan itu kita teliti airnya disana sebenarnya tidak layak lagi pak. Dan mereka kenapa tidak suka dimasak alasannya cuma 1 pak rasanya berubah sudah Interviewer: Rasa airnya berubah, ok Responden: Nah maka dari itu kemarin kenapa watsan juga masuk ya mungkin kita ada metode yang diberikan ada 5 yang biosand, yang solardis trus itu yang pakai air rahmat disinfeksi trus yang dimasak juga kenapa alasan-alasannya yaitu yaitu yang paling memungkinkan yang mereka sukai adalah keramik filter karena tidak merubah rasa itu sendiri. Kalaunya yang biosand itukan pak tabungnya terlalu besar, sulit perawatannya mereka tidak suka itu terus pakai air rahmat disinfeksi itu rasa-rasanya itu ada bau nggak enak gitu airnya Interviewer: Sudah dicoba semua ya Responden: Sudah pak, jadi sudah ada pilot projectnya mereka menggunakan itu 1 sampai 2 bulan semuanya dari relawan desa pak . pilihannya mereka tertuju pada keramik filter, sepengetahuan saya disitu pak airnya yang tidak hygienis 3 wilayah itu Interviewer: Terus kalau nggak salah dari kesehatan kan melakukan intervensi air juga ya, terus menurut anda gimana itu ceritanya, bedanya apa Responden: Dinas kesehatan itu ceritanya cuma air bersih yang mereka lakukan di masyarakat jadi bukan air minum, ya saya juga baru tahu itu air bersih dengan air minum itu berbeda katanya. Jadi air minum ada layak standar yang harus dipenuhi, nha sedangkan yang dibuat oleh pemerintah selama ini cuma dibuat sumur bor pak tidak diapa-apai kami periksa dulu airnya ya masih tidak layak untuk diminum Interviewer: Memang menentukan penyakit selama inibanyak kejadian penyakit-penyakit didaerah kalian, apa saja Responden: Kalau untuk kabupaten kapuas pak 3 penyakit itu toptenlah pak, diare, hipertensi, malaria. Tapi malaria seperti kata pak jum tadi sebenarnya disini bukan daerah endemic pak, endeminya didaerah pedalaman kapuas itu kebanyakan juga pekerjaan anak muda disini pak yang belum menikah atau baru setelah menikah mereka itu mendulang emas, berangkat kesana tanpa persiapan apa-apa, disana mereka sakit minta pulang kesini, berobat selalu seperti itu pak jadi malaria itu juga masuk pak Interviewer: Menurut anda sebagai field coordinator masyarakat setelah diberi penyuluhan, pelatihan, pendidikan artinya menerima atau ada penolakan atau ada perubahan coba diceritain, versi masyarakat setelah diberi penyuluhan Responden: Jadi begini khusus untuk pulau kupang itu pak masyarakat disana sedikit sulit diatur pak untuk pulau kupang, jadi penerimaan pertamapun kita tidak disambut dengan baik pak, 40
jadi setelah kita coba jelaskan disana kita coba memberi pengertian ya akhirnya mereka menyambut dengan sangat baik, saat ini tidak ada penolakan, tapi untuk khusus untuk disana lebih kepada ini pak kalaunya disana korban politik pak, disana tuh korban politik, jadi diiming-imingi janji terus gak ada lagi, nah mereka berdasar dari itu setiap project yang masuk pasti ujung-ujungnya adalah uang pak, kasih duit, ada duitnya, banyak duitnya apalagi proyek inikan dibiayai dari luar nih. Nah yang paling sulit merubah pandangan masyarakat tentang itu pak, yang paling sulitnya disitu pak, kita mau masuk kesana susah tapi lambat laun sampai sekarang ini mereka tidak berpikir untuk itu lagi pak. Mereka sudah terbiasa yang awalnya kita datang kesana bawa makanan yang segini banyaknya ya..kita kurangi..kita kurangi..sampai saatnya kita tidak membawa makananpun mereka senang menerima. Interviewer: O tadinya kalau kesana mesti membawa makanan, terus siapa yang bayarin, bentuknya apa Responden: Makanan ada sesuatulah yang, nah kan dari project itu ada konsumsi masyarakat pak, nah kita ambil dari situ, bentuknya beli makanan ringan beli minum atau beli teh kotak atau beli kue untuk dibawa kesana karena disana tidak ada yang jual gitu-gitu pak, kita bawalah gitu Interviewer: Selalu kalau mau menyuluh begitu Responden: Dari pertama kita bawa pak cuma dicoba untuk dikurang-dikurang sampai sekarang kalau kita datang, tampak ada atau tidak adapun sekarang disambut baik. Insya Allah alhamdulillah pak kita sudah diterima dengan baik disana mungkin juga sudah dianggap keluarga disana bukan orang lain lagi. Kalau kita datang disana bukan kita yang memberikan makanan tapi mereka yang memberikan makanan. Jadi kita datang kesana kalau sampai siang suruh makan dulu atau mau nginap ditawarin nginap disana Interviewer: Kalau menurut kalian-kalian setelah melakukan penyuluhan kayak gitu ada perobahan misalnya kondisi mereka nggak tentang penyakit atau enggak Repsonden: Kalau yang relawan desa itu lebih berubah yang siapa yang masuk sebagai relawan desa dari yang 62 tadi mereka sudah melakukan cara hidup yang baik artinya mereka sudah cuci tangan, tidak lagi minum air yang tidak dimasak, tapi kalaunya untuk masyarakat pak, saya masih belum tahu nih Interviewer: Itu yang bisa dilihat, yang relawan desanya yang sudah terjadi perobahan dan pemahaman, masyarakatnya Responden: Masyarakatnya itu masih 50-50 pak, jadi ya seengaknya-enggaknya bukan 50 pak yang penting ada berubah dilingkungan mereka yang penting yang jelas adalah keluarga si relawan itu dia ....kalau relawannya 62 dia punya keluarga berapa itu yang dia .. Interviewer: Terus kan berarti masih ada hambatan ya, kalau menurut kamu caranya meningkatkan supaya mereka betul-betul mau hidup bersih, sehat, bagaimana caranya, apa cukup dengan intervensi seperti ini atau harus bagaimana Responden: Sulit ya pak cuman kita mau yang saya lakukan sampai saat ini pak apa yang bisa saya lakukan mereka mau berubah atau tidak ya silahkan yang penting saya melakukan, yang penting mereka tahu nih mau melakukan atau tidak terserah mereka Interviewer: Terus materi-materi yang tadi penyakit itu anda develop sendiri atau ada pedomannya atau ada umum semua sama, kaya materi diare ini sama semua Responden: Ya jadi kebanyakan kita ngambil dari internet pak, untuk 3 desa itu sudah ada sama Interviewer: Tapi ada bikin sendiri dari internet Responden: Jadikan sebelum kita masuk ke topik penyakit itu pak kita ada pelatihan lagi penyegaran kppbm, pelatihan satu kali nah disitu sebenarnya apa-apa sih yang perlu disampaikan ke masyarakat, jadi kata kuncinya penyakit diare itu sendiri penyebab, tanda dan gejala, Interviewer: Tapi nggak ada standarisasi yang harus diajarin oleh dokter enggak ya Responden: Lebih kepada kepala markas yang ngajarin kami pak, kepala markas kan dokter Pak, saya kan nanya gimana ini pak dijelasin secara medis beliau njelasin kepada kami, kami 41
menjelaskan ke masyarakat secara naluri dan akal yang bisa menerimanya pak, kami cuman merubah bahasa dari bahasa kedokteran kebahasa mereka pak cuman itu pak Interviewer: terima kasih ya informasinya
Kesimpulan 1. Dari 15 volunteer cabang yang mendapat pelatihan, 7-8 bertahan, dan 3 orang termasuk saya ditunjuk sebagai koordinator di T Pelinget, tetapi pindah menjadi P.Kupang karena penolakan di T.Pelinget. Saya dibantu 5 orang tapi, bertahan 1 orang saja. 2. Tugas koordinator: koordinir relawan desa, fasilitatasi, berhubungan dengan kades, dan tokoh masyarakat. Saya koordinir 99 relawan, sekarang yang aktif 62 orang. Saya mendapat pelatihan modul 1-7, dan harus transfer kepada relawan , fasilitasi pemberian materi kepada penduduk, fokus pada 3 penyakit, diare, malaria, dan hipertensi. Training mereka mulai Desember 2013- Februari 2014. Sesudah training, relawan mengadakan kunjungan rumah tangga. Ideal 15 relawan cabang, membawahi 15 relawan desa. Kenyataan 5 relawan cabang, membawahi 62 relawan desa. Setiap relawan bertanggung jawab 15 KK, pendampingan. 1 RT 45 KK, 3 relawan, setiap orang 15 dampingan. Mereka melaporkan ke koordinator. Namun kebanyakan relawan tidak paham walaupun sudah disederhanakan. 3. Pendampingan termasuk kegiatan: memberi pengetahuan tentang pertolongan pertama diare, malaria, dan hiperrtensi; mereka juga menyampaikan ke masyarakat pada waktu kunjungan.Target 1x kunjungan, 1 kk, perbulan. Materi pertama tentang pengetahuan umum pergerakan PMI, berikut tentang penjelasan sederhana, penyaki prioritas diare, malaria, hipertesni (dibuat senderi materi). 4. Masalah khusus disini, masyarakat hampir semua 60-70% minum air sunga tidak dimasak. Air sungai setelah ditawas, kemudian langsung diminum. Mereka berpendapat air sudah jernih aman dan sempurna. Air dimasak rasa berubah, menurut mereka. 5. Kemudian ada pilot project 2 bulan untuk menentukan pilihan air yang paling disukai dari 5 alternatif air rahmat, sodis, keramik filter, biosand, dan masak air. Dinas keseshatan memberikan air bersih, bukan air minum. 6. Masyaraka P.Kupang sulit menerima perubahan, mereka melihat proyek itu uang. Mereka harus dapat uang untuk masuk. Namun melalui pendekatan yang lama, akhirnya mereka menerima tanpa uang, atau makanan. Setiap menyuluh perlu ada makanan, tapi sekarang tidak lagi. 7. Setelah melakukan penyuluhan relawan dan kunjungan rumah tangga, saya berpendapat relawan nampaknya sudah mengadakan perubahan. Nampaknya mereka sudah melakukan hidup sehat, misalnya sudah cuci tangan, tidak lagi minum air tidak dimasak. Tapi kalau untuk masyarakat saya belum tahu. Masyarakat masih 50-50, paling tidak keluarga relawan sudah berubah. Dari 62 relawan berapa itu jumlah keluarga yang berubah. 8. Kemauan merubah perilaku terserah masyarakat sendiri. Yang penitng kita sudah memperoleh pelatihan bagaimana cara menyampaikan kepada masyarakat merubah perilaku penyakit. Kami telah memproleh pelatihan dari ka markas, dan untuk melakukan. Perubahan ada pada masyarakat sendiri.
5 In-depth 5. Anggota Komite Desa Pulau Kupang 6 February 2014
Peneliti: Bapak di sini ada berapa keluarga, KK, semuanya? Narasumber: Kalau sama yang di seberang kemungkinan ada 5000-an KK-nya. Peneliti: Kalau yang sering sampeyan lihat di sini, penyakit itu apa yang banyak? 42
Narasumber: Di sini itu kalau pertemuan tahun, pertemuan banyu itu banyak yang kena diare. Karena di sini ini minumnya ini masih di sungai, ya, Pak. Nah nanti mual-mual jadi mencret. Pertemuannya itu di bulan 2, Pak. Nanti di bulan 6 ada pertemuan lagi. Binatang-binatang ini bisa juga mati. Ayam itu tiduran-tiduran nanti mati. Manusianya juga sama sakit. Peneliti: Pernah terjadi? Manuk pada mati? Narasumber: Iya. Peneliti: Berapa banyak? Narasumber: Ya penyakitnya itu keseluruhan, Pak. Peneliti: Semua? Narasumber: Semua. Peneliti: Ada manusianya yang mati? Narasumber: Orangnya ada juga. Muntaber. Peneliti: Ada yang meninggal? Narasumber: Kalau sehari semalam ini muntah terus itu sudah, Pak. Peneliti: Itu tahun berapa? Narasumber: Itu bulan 3 atau bulan 4. Peneliti: Berapa orang? Narasumber: Ya itu yang tidak sempat kita rawat, kita rawat tidak sempat kita bawa ke rumah sakit, sehari semalam amblas lah itu. Peneliti: Berapa orang itu jumlahnya? Narasumber: ada 2 atau 3 orang. Ya kalau sekelurahan ini tidak sempat dibawa ke rumah sakit, ya sudah. Peneliti: Ayamnya berapa yang mati? Narasumber: Ayam itu Pak, kalau kita disini 10, 10 nya mati. Hari ini mati 2. Besok mati lagi 3. Jadi kalau di sini ini ayam kalau sudah kena itu sudah ngga bisa dimakan lagi, Pak. Buang aja. Peneliti: Buangnya di mana, Pak, biasanya? Narasumber: Dikubur aja. Kalau kita buang ke sungai ini kan kita minumnya dari situ. Peneliti: Penduduk ngerti? Narasumber: Sebagian ngerti. Sebagian ngga. Kadang ada orang dibuangnya aja. Peneliti: Flu burung? Narasumber: Ya itu. Itu kalau di sini itu tiap tahun, Pak, penyakitnya. Peneliti: Penyakit lain yang sering terjadi apa? Narasumber: Di sini banyak juga penyakit itu, Pak. TBC rancak juga. Peneliti: TBC banyak? Narasumber: Ya. Karena di sini itu orang kalau jalannya sudah terangkat itu sudah kena TBC. Batuk- batuk. Peneliti: Banyak di sini? Narasumber: Ya ada lah yang kelihatan 10 orang. Terus ada penyakit yang kuning itu, malaria. Peneliti: Banyak di sini malaria? Narasumber: Nah kalau malaria itu sering mati itu, Pak. Orangnya itu berjalan nyaman aja, tapi sayu. Nah itu gejala Malaria itu. Cuma kalau yang TBC kalau sudah kawin, pisah ranjang dulu lah. Mengurang-ngurang. Sambil berobat. Peneliti: Sampe sembuh, pisah dulu? Narasumber: Iya, sama kaya dulu orang kena lepra lah. Peneliti: Masih ada yang kena lepra? Narasumber: Masih ada, Pak, 2 orang. Peneliti: Tinggal di mana? Narasumber: Di Barasau, di seberang. Ali namanya. Peneliti: Ngga diobatin? 43
Narasumber: Ya orangnya susah begitu, gimana mau diobatin. Nah itu kalau sudah merah-merah hidungnya itu sudah kena. Jadi kalau suami istri baiknya jangan. Peneliti: Bapak sudah lama tinggal di sini? Narasumber: Umur kita Pak tanggal 13 bulan Maret tahun 1959. 55 tahun, Pak. Anak 6. Peneliti: Terus kalau anaknya 6 bisa hypertensi dong, Pak. Tahu hypertensi, Pak? Narasumber: Tekanan. Kalau anak yang nomor 1 kena tekanan. Kalau kita itu kalau berjalan itu tekanan. Tapi kalau tensi rendah. Itu aja. Paling-paling rebah, ko. Peneliti: Penduduk sini banyak yang terkena tekanan darah tinggi? Narasumber: Banyak, Pak, yang terkena tekanan darah tinggi. Peneliti: Tadi ada cerita tentang ayam mati itu, itu bener ya? Narasumber: Benar, Pak, tapi pertemuan Banyu. Narasumber: Jadi gini, Pak, di sini kalau ada pergantian musim ayamnya pada mati. Tapi tidak diketahui jelas, diuji oleh tim dari Puskesmas atau rumah sakit tidak ditindak lanjuti. Taunya di sini musiman. Kalau musim air, banyu pasang. Jadi asumsinya karena air. Nah itu kalau ke manusia, penyakit yang diderita itu ya muntah berak. Peneliti: Tapi itu tidak mati ya? Narasumber: Tidak. Peneliti: Terus berobatnya ke mana? Narasumber: Ya mau tidak mau ke Puskesmas aja. Kalau sudah parah ke Kapuas. Peneliti: Terus penyakit apa lagi yang banyak dilaporkan ke Bapak. Narasumber: Macam-macam penyakit ya, Pak. Seperti yang dibilang tadi. Muntaber ada, TBC ada, penyakit kuning. Itu ada. Tapi bukan banyak. Cuma ada. Peneliti: Yang banyak apa, Pak penyakitnya di sini? Narasumber: Ya, flu-flu aja. Peneliti: Kalau makanan, orang umumnya makan apa di sini? Narasumber: Kalau di desa ini, Pak, makan daging itu jauh lah. Peneliti: Kalau ikan banyak? Narasumber: Di sini kalau kami ini ikan asin itu. Peneliti: Tiap hari masak ikan asin? Narasumber: Iya. Ikan asin. Peneliti: Yang bikin ikan asin siapa? Narasumber: Dari anu Pak, jauh ya, Pak. Dari Kalsel. Peneliti: Oh jadi beli dari luar, bukan dari sini? Narasumber: Bukan. Kalau dari sini sapat. Tahu sapat? Haruan, Gabus. Ya namanya juga petani, Pak. Peneliti: Nah kalau penduduk di sini minumnya apa? Narasumber: Kalau kelihatannya penduduk di sini ini, minumnya air sungai aja. Peneliti: Air sumur? Narasumber: Ya ada juga air sungai, air sumur. Tapi kalau kita di sini kan tong itu ada 2, jadi dari air itu dimasukan ke tong yang ini, dimasukan lagi ke tong yang satunya. Nah tong yang ini batunya segini. Itu kita. Tapi kalau orang entah lah. Kalau orang lain ya ambil dari sungai aja. Peneliti: Sudah pakai keramik? Relawan: Beliau sebelum kita promosikan keramik itu memang sudah pakai. Peneliti: Itu kaya gimana? Narasumber: Drum biasa aja itu, Pak. Kasih air kasi batu. Peneliti: Kasih pasir? Narasumber: Ngga. Peneliti: Terus habis itu. Narasumber: Ya, habis isi lagi. Peneliti: Batunya itu gunanya itu untuk apa, Pak? Narasumber: Pendingin aja. Bagi kita. Karena tong itu bila kepanasan, ya, Pak, banyunya panas. 44
Peneliti: Terus pake keran. Narasumber: Ngga, Pak. Langsung ambil aja pake cebokan. Peneliti: Langsung di minum atau di masak dulu? Narasumber: Di masak. Peneliti: Airnya ngambilnya dari mana? Narasumber: Dari kali, buat ke tong pake Hitachi. Peneliti: Oh pake mesin. Terus airnya diambil gitu aja. Narasumber: Ada khusus cebokannya di situ. Tapi kelihatannya ada PMI sekarang ini, teratur sudah. Daratannya juga teratur. Karena ibu-ibu sudah dihimbau bertahan seperti itu. Untuk mencegah penyakit. Peneliti: Mencegah penyakit apa, Pak? Narasumber: Mencegah penyakit yang di air itu, Pak. Ujan Pak, ditutup, belum 1 minggu sudah ada penyakit airnya itu. Peneliti: Apa nama penyakitnya? Narasumber: Apa itu jentik-jentik. Itu kalau air hujan. Tapi kalau sekarang ini banyak masyarakat sudah mengerti, sudah paham. Adanya PMI ini. Ya kita juga geladak menumpuk. Peneliti: Apa itu geladak. Narasumber: Vaksin menumpuk dalam perut karena airnya kotor. Peneliti: Sekarang masih orang minum air seperti itu? Narasumber: Sekarang sudah ada penandak. Kalau dulu ambil langsung. Sekarang sudah ada penandak. Setalah ada himbauan dari PMI sukur alhamdulillah masyarakat itu benar- benar menghayati. Karena bukan orang lain yang merasakan penyakitnya, kita pribadi juga yang merasakan. Peneliti: Banyak yang merokok ngga di sini? Narasumber: Kita juga perokok, Pak. Peneliti: Itu yang menyebabkan hypertensi. Narasumber: Ya itu, Pak, penyakit paling ganas. Karena kecanduan. Peneliti: Semua pada ngerokok? Narasumber: Ya sebagian ada juga yang ngga, ya, Pak, ya. Cuma kalau petani, penambang, penebang kayu, ngerokok terus, Pak. Karena nyamuknya banyak
6 In-depth Ka Puskesmas Pulau Kupang 6 February 2014
Peneliti: Bisa diceritakan bagaimana kondisi Puskesmas di sini, keadaan masyarakat. Bisa juga dimulai dengan memperkenalkan diri. Narasumber: Nama saya Suparman S. Kep. Selaku KUPT Puskesamas Pulau Kupang. Saya mulai bertugas di sini sejak tahun 2003, tadinya dari daerah yang lebih jauh lagi, di Terusan. Ada pun ketenagaannya di sini masih standar minimal, Pak. Di Puskesmas ini ada 15 tenaga, ada 6 Puskesdes, Pustunya ada 3. Itu semua ada tenaganya. Puskesdes yang 6 itu ada bidannya. Namun ada 1 Pustu petugasnya juga bidan, yang itu mau kita ubah status menjadi Puskesdes. Ada 1 Pustu yang kosong tenaganya tapi itu dekat dengan Puskesdes, artinya tidak masalah untuk pelayanan masyarakat. Adapun tenaganya di sini ada tenaga dokter, tenaga bidan, tenaga perawat, tenaga pengkarya, tenaga gizi, perawat juga ada perawat gigi. Dokter ada 1 dokter umum. Belum ada dokter gigi. Perawatnya di Puskesmas ini ada 5 orang. Terus di Puskesdes yang 7 itu bidan. Bidan di induk ada 2 orang. Di wilayah kedudukan Puskesmas induk ini juga ada 3 Puskesdes. Padahal yang umum 1 Puskesdes. Tapi karena di sini wilayahnya 45
berseberangan dan secara geografisnya agak luas sehingga di sini didirikan lah 3 Puskesdes. Yang mana di Pasar 1, di seberang 1, terus di barat sana ada 1 Puskesdes, ini di wilayah keluarahan, Pak. Terus di desa paling muka sana ada namanya Desa Pulau Mambulau di situ ada Pustu dan Puskesdes, ada juga tenaga bidan dan perawat dan di situ juga ada 3 orang tenaga TKS. Agak maju ke sini ada Desa Lunuk, di sana ada petugasnya 1 bidan, maju ke sini Kelurahan Pulau Kupang yang sampaikan tadi, ke hilir lagi ada desa Jangkit itu ada 1 Puskesdes petugasnya 1 bidan. Terus ke hilirnya lagi ada 1 desa lagi, itu Desa Sulit, sementara ini belum ada sarana pelayanannya, Pak. Ada pun untuk menjangkau masyarakat di sana, kami melaksanakan Pusling, Pak. Pusling sebulan 2 kali, tapi Puslingnya plus Posyandu, Pak. Jadi terpadu, Pak. Kegiatan di hilir sana. Terus agak keluar lagi, di sana ada 2 desa, Pak. Desa Bangun Harjo dan Desa Tamban Luar. Di Tamban Luar ada Puskesdes tenaganya 1 orang bidan, di Bangun Harjo Pustu tapi petugasnya bidan. Jadi sampai saat ini dari 8 desa, yang ngga ada tenaganya 2 desa. 1 Desa Bambuan Raya, itu akses jalan memang belum ada, listrik belum ada, yang untuk menghendelnya kita adakan Pusling tadi, Pak. Terus di sini ada desa pemekaran 1, sama belum ada petugasnya juga. Karena baru tahun ini mekar dari desa Lunuk, jadi Desa Budi Mufakat. Namun untuk tanah dan surat-suratnya sudah disiapkan untuk membangun Puskesdes di sana. Nah ini sudah kami usulkan, Pak, cuma tinggal bagaimana proses di tingkat kabupaten. Itu mungkin mengenai sarana, prasarana, dan tenaga. Untuk pelayanan kami ada 2 juga. Pelayanan dalam gedung dan luar gedung. Kegiatan luar gedungnya itu tadi, Posyandu, Pusling. Jadi terpadu. Tapi Pusling juga plus pelayanan imunisasi, karena memanfaatkan waktu dan tenaga. Karena daerah kami itu daerah sulit, Pak. Untuk mencapai daerah sasaran kami ada jalan darat, ada jalan air. 80 % jalan air. Desa yang bisa murni jalan daerah saja itu 3 desa. Yaitu desa Bangun Harjo, Tamban Luar dan Desa Pulau Mambulo. Kalau Lunuk masih ada airnya. Untuk capaian target kegiatan, sampai saat ini kami hampir mencapai target yang sudah ditetapkan oleh dinas kesehatan. Terus untuk kegiatan dalam gedung, kita tiap hari sesuai jam kerja. Pengobatan gratis, Pak, melalui ada 2, Jamkesmas dan BPJS ya, Pak. Terus ada Jamkesda. Jadi yang tidak masuk BPJS dihendel oleh Jamkesda. Itu persalinan itu seluruhnya ditanggung oleh Jampersal. Itu nasional. Tahun 2014 ini Jampersal berakhir itu masuk Jamkesmas. Kemarin memang menjadi perdebatan karena daerah tidak mengalokasikan untuk persalinan, Pak. Sekarang sudah diakomodir lagi oleh daerah, yang tidak masuk BPJS ditanggung oleh daerah, baik persalinan atau pun berobat jalan dan rujukan. Jadi sampai saat ini masyarakat sesungguhnya tidak masalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tinggal kesadaran masyarakat saja. Karena untuk persalinan saja bidan kita sudah tersebar di setiap desa. Cuma karena tingkat kefahaman masyarakat, Pak, jadi persalinan itu masih ada yang melalui dukun. Yang melalui bidan desa juga sudah lumayan, karena kita juga sudah melakukan kemitraan antara dukun desa dengan bidan. Untuk tahun 2014 ini memang belum. Tapi RPK sudah. Tanggal 10 Februari ini kami bahkan sudah berencana mengadakan lokakarya lintas sektor dan lintas program. Itu yang akan dilakukan. Tetapi rencana kerja sudah kita susun, sudah kita ajukan ke dinas kesehatan dan alokasi anggaran juga sudah cukup lumayan, Pak. Anggaran kita dari Pemda untuk seluruhnya, Puskesmas, Pustu, dan Puskesdes, totalnya untuk Puskesmasnya sekitar 90-an, untuk Puskesdes dan Pustu ada 42, Pak. Untuk Puskesdes itu 6 juta, untuk Pustu itu hanya dialokasiakan 3 juta. Itu yang dari daerah. Yang dari pusat ada Bantuan Operasional Kesehatan, BOK, ya, Pak. Itu untuk membantu 46
kekurangan yang dari daerah. Yang untuk BPJS kita hanya menerima jasa saja.. kalau yang lain-lainnya dari.. kan sistem Kabidpasi, ya, Pak, dari nominal sekian hanya 40% saja yang untuk jasa selebihnya untuk obat-obatan. Realisasinya menunggu januari ini. Untuk kesadaran masyarakat dalam mengikuti program-program yang kita laksanakan memang masih rendah. Kalau untuk Posyandu, untuk penimbangan balita, kalau ada iming-iming masih semangat. Kalau ada makanan tambahan seperti susu dan mari, dan kebanyakan itu juga bantuan dari pusat. Kalau dari daerah sedikit saja. Baik melalui kelurahan maupun melalui program-program yang ada. Begitu juga kesadaran masyarakat kami untuk menjadi kader Posyandu, itu juga masih rendah. Dan tingkat pendidikan juga masih rendah. Mungkin akan heran Bapak masih ada pemuda umur 20 tahun yang masih buta huruf. Tapi kalau memang dia semangat untuk jadi kader tetap kami libatkan, Pak. Ya kalau untuk nimbang masih bisa lah. Kita tidak membatasi kalau kader pendidikannya harus sampai mana. Walau pun yang berwenang itu desa ya, kalau untuk Kader Posyandu. Jadi Posyandu itu memang dari masyarakat untuk masyarakat melalui desa dan kelurahan. Tapi masih ada anggapan dari masyarakat sendiri kalau Posyandu itu milik orang kesehatan. Karena kegiatan orang kesehatan rutin tiap bulan. Ada program. Imunisasi dan lain sebagainya karena terpadu. Kalau tidak terpadu kita tidak cukup waktu dan tenaga karena wilayah kita yang luas. Terus mengenai wabah-wabah, alhamdulillah sejak 2006 belum menemui saya. Kalau untuk kasus diare sejak 2006 ke sini sudah agak mulai berkurang. Salah satunya karena ada program CWS. Yang air bersih, sumur bor, cuma sayangnya sumur bor ini di wilayah kita ini airnya ngga layak untuk konsumsi. Karena kadar besinya terlalu tinggi. Jadi rasa dan bau itu masih ada. Tapi kesadaran masyarakat sudah mengarah ke arah yang membaik. Karena kasus-kasus diare yang ada ngga ada yang meningkat. Yang meninggal karena diare rasanya ngga ada, Pak. Karena masyarakat sudah ke air-air kemasan isi ulang, sudah mulai. Terus kalau kemarau air di sini menjadi asin. Tetapi untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat beli. Memang air sungai juga, Pak, dari hulu mereka bawa kelotok. Jadi alhamdulillah untuk kasus-kasus diare itu agak berkurang. Selain itu ada efek atau perubahan perilaku karena penyuluhan yang dilakukan oleh PMI. Jadi dulu ketika kami dengar ada PMI itu kami harap programnya itu ke sarana air bersih, Pak. Kenapa, karena setiap kemarau pasti air itu berubah jadi asin. Selain debet air menurun, asin pula. Peneliti: Asin dari mana itu, Pak? Narasumber: Pasang dari laut, Pak. Terus warga kita juga pola hidupnya kurang baik, Pak. WC cemplung. Jadi di situ dia buang hajat, di sebelahnya itu cuci-cuci, mandi. Tetapi sekarang udah berkurang. Memanfaatkan air-air beli. Walau pun itu dari sungai juga, dari hulu. Kalau untuk ISPA sama.. kalau untuk ISPA dan diare itu kalau sudah musim kemarau, ISPA-nya juga muncul karena di sini kebakaran-kebakaran hutan. Mungkin itu, Pak, yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bisa mewakili keadaan yang ada di sini. Peneliti: Keliatannya polanya penyakit apa yang paling banyak, Pak? Narasumber: Ini sekarang ini malaria lumayan, Pak. Tapi malarianya, malaria import, Pak. Dari daerah hulu. Jadi kan saudara-saudara kita merantau ke daerah hulu, daerah hulu kan daerah tambang, Pak, tambang emas, tambang batubara. Itu daerah Pujon, Palangkaraya ke atas, Pak. Pujon, Mentangai, terus Sungai Hanyut. Peneliti: Banyak yang pergi ke sana? Narasumber: Banyak. Pergi ke sana, pulang ke sini menggigil. Ada juga yang kena biasanya keluarga terdekat. Tapi untuk malaria saat ini bisa ditanggulangi karena ada program pusat juga untuk mengatasi malaria. Cuma akhir-akhir ini aja belum turun, Pak. Ada kelambu, terus 47
RDT ya. Jadi dapat cepet terdeteksi dan langsung diobati. 4 hari kemudian datang ke sini sudah tinggal pemulihan. Peneliti: Obatnya apa, Pak? ACT ya? Narasumber: Ya ACT. Peneliti: Kelambunya ada? Bisa saya lihat? Narasumber: Kelambu habis, Pak, akhir tahun ini. Kan kelambu itu kemarin untuk ibu hamil dan anak balita lengkap imunisasi. Jadi ibu hamil, begitu cek positif hamil, langsung kasih kelambu. Anak setelah imunisasi kasih kelambu. Cuma sudah 3 bulan ini kelambu sudah habis tapi bantuan dari pusat belum datang lagi. Peneliti: Contoh kelambunya ada, Pak? Narasumber: Kebetulan sudah habis. Mungkin bisa langsung tanya ke Bu Erni. Yang khusus menangani Malaria. *** Peneliti: Lagi cerita kelambu ini, Bu. Narasumber: Kelambunya lagi habis, Pak. Terakhir kemarin bulan oktober. Peneliti: Kelambu apa itu? Narasumber: Kelambu khusus untuk malaria, Bapak. Peneliti: Kan ada macemnya, ada yang permanet.. Narasumber: Iya, Pak, pokoknya kemaren ada 3 macam. Ada yang bungkusnya putih, ada yang biru, Pak. Peneliti: Kalau jenisnya kurang tahu ya? Narasumber: Kurang tahu Bapak. Narasumber: Kalau yang saya dengar itu kemaren itu kelambu berpestisida. Sebentar saya tanya dulu. Peneliti: Karena itu ada kelambu yang pakai pestisida. Kalau nyamuk ke situ dia mati. Itu ada yang diizinkan oleh WHO itu mereknya Permanet sama Olisetnet. Nah ini buatan Finlandia. Ini ada yang niru-niru ini di pusat itu. Ini karena ada orang malaria boleh saya tanya, banyak malaria di sini, Bu? Narasumber: Kayanya bermusin di sini begitu, Pak. Peneliti: Jadi ngga endemis, ya? Narasumber: Ngga, Pak, impor kalau di sini, Pak. Peneliti: Tapi kalau di sini ngga, ya. Kalau diare? Narasumber: Diare itu masih. Tapi karena itu isi ulang itu. Jadi kalau ada kasus diare masuk ke sini ada konselingnya juga. Jadi kita bilang ke keluarganya, tolong ini untuk minumnya atau untuk bikin susunya pakai air ini dulu. Jadi lumayan mereka itu sudah mau. Tapi untuk kepentingan-kepentingan tertentu saja, Pak. Jadi kalau sudah masuk musim kemarau mereka masak minumnya ngga pake air sungai, Pak. Paling untuk mandi-mandi saja. Peneliti: Sumur-sumur ada di sini? Narasumber: Sumur bor ada di sini, tapi itu dari CWS kemarin itu. Dalam 1 desa itu ada beberapa titik. Kalau tidak salah kemaren itu 200 juta untuk setiap desanya, Pak. Itu nanti ada rembuk desa, nah itu paling jadi 14 titik, Pak. Karena di sini ini itu Pak, ke rt-an itu ada di handil, Pak. Sungai kecil, Pak, maksudnya. Jadi handil ini 1 titik, 1 titik. Peneliti: Jadi orang yang minum dari air sungai masih banyak? Narasumber: Masih ada. Cuma prosentasenya sudah mulai berkurang. Kalau sudah musim kemarau, seiring air hujannya berkurang juga, asin pula, jadi mereka memanfaatkan air yang beli. Jadi kasus diarenya berkurang. Bukan berarti ngga ada, Pak. Cuma ngga banyak. Peneliti: Terus mengenai pemahaman masyarakat, cuci tangan sebelum makan dan lainnya, bagaimana ceritanya itu? Narasumber: Kalau untuk itu masih sebagian kecil, Pak. Dan untuk hal itu bukan dianggap sebagai hal yang penting. Kita yang rutin penyuluhan masalah itu mungkin kita di UKS, Pak. Program cuci tangan terus gosok gigi. Cuma program UKS juga kita belum menyentuh seluruh SD, Pak. Masih belum maksimal, Pak. Pendanaannya juga. 48
Peneliti: Ceritanya kan PMI juga ikut membantu, bagaimana kerjasamanya? Terutama di lapangan. Narasumber: PMI kerjasamanya yang sudah berjalan banget, narkoba iya, ya.. terus hipertensi, Pak. Hipertensi kita sama-sama kegiatan bareng PMI, bahkan kemarin PMI ada kegiatan bagi- bagi tensi. Jadi sebelum pendistribusian alat tensi ada pelatihan dulu. Kebetulan kita di sini tidak punya aula, Pak, jadinya kita di aula Tsanawiyah. Kalau ngga salah itu sampai 2 kali atau 4 kali. Ada, Pak. Terus untuk promosi kesehatannya, kebetulan saya juga masih ada darah PMI-nya Pak, jadi saya ikut turun ke lapangan itu waktu PMI-nya itu masih Sergio dari Spanyol. Terus kalau yang dari pusat itu Mba Eka. Mba Eka yang paling sering ke sini. Saya sempat ketemu dulu waktu ada pelatihannya di Mega Mendung, Pak. Saya juga termasuk relawannya, Pak. Tapi relawan kambuhan saya, Pak. Peneliti: Dokter tiap hari datang? Narasumber: Dokter tiap hari datang, kebetulan hari ini izin, Pak. Kemaren ada urusan keluarga. Peneliti: Dokternya dari mana? Narasumber: Dokternya dari Kapuas, Pak. Ke sini naik taksi, Pak. Dokter juga tiap hari ke sini, Pak. Dokter juga sama, ikut kegiatan luar gedung juga, Pak. Kalau Pusling, ya dokter itu yang ikut. Kalau di poly-nya terpaksa dihendel oleh perawat. Karena dokternya cuma 1. Selama saya di sini sudah 4 kali ganti dokter, Pak. Pertama dokter PTT, kemudian PNS, kemudian PTT lagi anak Jakarta, anak UPN. Itu saya rayu untuk ambil PN di sini. Tapi suaminya, nah akhirnya pulang ke sana. Jadi dokter itu Pak, ada terus sambung- menyambung selama saya ada di sini sejak 2003. Peneliti: Itu hypertensi sampai dibagi-bagi alat itu memang banyak yang hypertensi di sini? Narasumber: Hypertensi itu kan dulu di kota-kota aja, ya, sekarang ini sudah masuk di handil-handil, di kampung-kampung. Kalau lagi turun itu mungkin masuk 10 besar. Mungkin karena pola makanan. Sekarang sudah ke arah kaleng-kalengan begitu kan. Segala sarden, konsumsi garam dan orang kita sini, Pak, lebih cenderung suka ikan asin. Peneliti: TB ngga tinggi ya? Narasumber: Ini, Pak, saya ngga yakin TB itu cuma segini. Karena wilayah kita luas, kesadaran masyarakatnya juga rendah, TB itu yang berobat tapi ngga sampai cek lab-nya segala macem. Saya yakin TB itu banyak tapi belum terditeksi. Peneliti: Terus mengenai persepsi masyarakat tentang air minum itu bagaimana? Narasumber: Ya masyarakat kita masih ada yang kebiasaan minum air kali dan mentah. Ambil air terus disimpan di tajau, diendapkan. Terus nanti minumnya begini. Kan di sini ada istilah teh dingin, teh hangat. Teh dingin itu air teh panas diseduh dikasih es batu. Teh hangat itu air teh diseduh dikasih air mentah. Bahkan itu habis makan, langsung minum air dari tajuh itu. Kenapa? Saya tanya, katanya ini lebih enak. Nah kita kasih penjelasan kalau ini harus direbus karena bla bla bla. Mudah-mudahan sebagian ada yang berubah. Karena perubahan perilaku itu butuh waktu, ya, Pak. Kita promosi kesehatan sebatas kemampuan kita terus berjalan. Baik itu secara khusus, maupun saat kegiatan Posyandu atau pun Pusling di situ terpadu, di situ ada penyuluhan-penyuluhan. Peneliti: Posyandu jalan? Narasumber: Jalan, Pak? Kami di sini kegiatan luar gedung sampai tanggal 25 masih berjalan. Posyandunya kami ada 23. Jalan terus tiap bulan. Pusling nya ada 8. Pusling juga plus imunisasi dan ada penyuluhan-penyuluhan. Terpadu jadinya. Cuma belum maksimal barangkali. Karena tenaga kami ini masih merangkap-rangkap, Pak. Peneliti: Terus kan PMI lagi bagi-bagi keramik. Nah menurut sampeyan bagaimana? Narasumber: Ya betul. Itu program bagus sekali, untuk air minum. Dulu dinas kesehatan juga punya program kesling kalau tidak salah. Itu bagus sekali kalau berkelanjutan, karena kan persoalannya itu biasanya kalau setelah ada kerusakan, masyarakat itu bukan merawat tapi lebih cenderung membiarkan. Di situ diperlukan mungkin penyuluhan lah, untuk 49
perawatan itu. Karena warga kita ini biasanya hangat di awalnya. Kaya itu sumur bor, Pak, itu kan bagus sekali. Tapi perawatannya itu. Sekarang mangkrak itu, Pak. Peneliti: Jadi itu sebaiknya bagaimana, Ya? Narasumber: Sebaiknya itu ada penyuluhan rutin mengenai manfaat itu, jadi jangan bosan-bosannya. Kalau menurut saya itu, Pak. Peneliti: Kalau sudah perawatan kan itu harus biaya juga. Narasumber: Ya memang itu, Pak. Di kita juga tidak ada programnya. Kaya kemaren, DHS hanya mengadakan saja. Memang awalnya sudah diinformasikan ini untuk masyarakat. Pembuatannya juga melibatkan masyarakat. Jadi dana sekian, dikasih sepenuhnya kepada masyarakat. Cuman awalnya komitmennya seperti itu, tapi untuk selanjutnya tidak berkelanjutan. Awalnya sudah disampaikan ke masyarakat, tapi kemudian sepenuhnya diserahkan ke masyarakat dan ini tidak berkelanjutan. Kan tidak mungkin air itu bisa sampai ke rumah tanpa ada biaya. Nah awalnya itu disepakati, ini untuk pipanya nanti dirembukkan, untuk yang menghidupkan mesinnya, itu sudah dibicarakan sebenarnya. Tapi pada kenyataannya habis di situ saja. Karena saya liat ada tempat yang kemudian mangkrak di situ saja setelah rusak. Jadi masyarakat ini kadang memang maunya disuapin terus.
7 In-depth 4. Koordinator Handiwong 7 February 2014
Interviewer: Coba untuk desa handiwong latar belakang pendidikannya apa, sampean sendiri Responden: Untuk data yang masuk pak ya 2013 dari pak kades rata-rata lulusan mereka dari SD, kalau putra sendiri amp 3 tehnik pak Interviewer: Coba ceritakan sebagai koordinator kabupaten tugas, tanggung jawab apa yang dikerjakan silahkan bebas terus kaitannya dengan ini Responden: Pertama kan waktu kita masuk desa teluk pelinget, 3 desa kan terusan raya, pulau kupang terus teluk pelinget. 2 desa sudah acc, kemarin kami sama sugi mondar-mandir hadapi pak kadesnya, pak kadesnya dari segi ini kurang menanggapi pak karena kita diterima aja gak dirumah, kita diterima diwarung aja pak, diwarung diterima bla..bla..bla..beliau kecewa katanya dari 2009, baru 2012 ada pelaksanaanya dan beliau pak Rahwani bilang kami juga ini sibuk. Aku ada kegiatan di 2013 full katanya untuk bedah rumah bla..bla..bla..bla..pak ya jadi kurang ditanggapi kami pak lalu kami lapor sama staff irma. Irma juga datang kesana gak ditanggapi juga pak jadi terakir mendengar ada desa sebagai perbandingan desa handiwong. Kami datang ke handiwong lagi ngadain survey ini.ni..ni.. alhamdulillah diterima handiwong jadi desa yang ke 3, pembandingnya teluk pelinget Pertama ke handiwong itu memang pertama kali pak biar diam di kapuas terusan raya, program pertama ke kupang baru pertama juga ke kupang. Jadi kalau putra ni gak terlalu aktif juga disini putra kan selain kerja di puskesmas jugakan disini, jadi kalau ada kegiatan bang putra ada kegiatan ini ni baru ikut gabung pak, tapi yang untuk menghandle desa setiap hari jumat kita ada pelatihan putra sempat aja sih. Jadi untuk latar belakang desa handiwong itu , desa handiwong itu kalau sebelah kiri masuk perbatasan daerah kalimantan selatan sudah pak. Daerah sawit barito kuala, kalau yang sebelah sininya sungai tatas sebelah selatan, sebelah baratnya tuh palingko kalau nggak salah nggih, sebelah sininya sebelah timur sini perbatasan dengan sungai murung sungai yang besar kita disini pak Interviewer: Tugas dan tanggung jawab putra apa sebagai koordinator Responden: Tugas dan tanggung jawab sebagai koordinator desa kita dibagi beberapa tim di 3 desa pak ya tapi tetep saja menghandle kayak sugi pak ya, lika tetep aja kita gabung untuk satu 50
desa. Misalnya kita hari sabtu bertiga berangkat ke terusan raya untuk mengajar relawan desanya, melatih relawan desanya, entar hari rabu kita ke kupang, hari jumat kita ke handiwong disitu tugas dan tanggung jawab kordes yaitu kita kalau ada rapat kita memimpin rapat sama relawan desa, komite desa kalau ada acara seperti yang terakir kita ada acara hut pmi di handiwong pak jadi kita mengadakan rapat , selain itu juga tugas dan tanggung jawab putra menghandle semua relawan desa Pertama kali pelatihan 11 januari 2013, sudah satu tahun berlalu kita panggih jadi suka dukanya kalau di handiwong itu kan nyeberang sungai, jadi kalau feri kita ada hujan, gelombang besar kita nunggu dulu pak kita neduh dulu di warung bisa sampai sejam dua jam baru bisa nyeberang diperbolehkan orang atau pernah juga kita mengalami kemacetan ni di feri orangnya banyak pak jadi gelombangnya besar, jadi tuk safety gak ada di feri jadi kita tawakal aja ya Allah....ya Allah...ya Allah kita sampai... sampai... sampai... tengah sungai macet jadi masyarakat orang di handiwong balik-balik... jadi kita balik lagi ngayuh tuh feri, tapi untuk menggunakan kelotok itu kita 1 jam setengah dari pelabuhan sini sampai kesana, kalau sepeda motor 45 menit pak sekitar 25 km lah. Interviewer: Kamu megang berapa relawan desa Responden: Pertama waktu pertama kali yang awal kita 47 relawan desa, setelah berjalan, berjalan kan ada seleksi alam ada yang sibuk ada yang keluar kota aktifnya 37 tapi sekarang 35 yang aktif pak ada yang hamil ada yang diluar kota 2 orang jadi 35 orang relawan desa. Latar belakang pendidikan mereka semua rata-rata lulusan sd dengan petani kebun pak. Interviewer: Terus tugasnya situ ngajarin apa mengenai cbhfa itu Responden: Pertama juga dari modul1 sampai modul 7, kita melatih mereka pertama kita ikut pelatihan seperti yang diceritakan kita waktu pertama ikut ksr dasar, putra memang dari 0 dari dasar pak, dari relawan desa merekrut ksr dasar itu ada 30 orang sudah itu kita dibagi 5 siapa yang ikut cbhfa atau kppbm trus siapa yang yansos, fasilitator pmr sama pertolongan pertama jadi yang untuk cbhfa itu ada 15 orang, untuk pp pertolongan pertama ada 5 orang, untuk yansos ada 5 orang dan fasilitator 5 orang jadi jumlahnya 30 orang kami pak, jadi disitu sudah modul 1 sampai modul 7 kita pelatihan kita refresh lagi kppbmnya ni, baru kita mengikuti tot di palangkaraya, setelah minggu di tot itu kita berhak menjadi fasilitator untuk didesa, alhamdulillah kita ini ngikutin jadi habis itu kita baru menjalankan di desa periode perjalanan kita menjalani jadi fasilitator. Pertama tuh putra sms-an sama sugi letaknya di ....kemarin tuh pembagian di palinget putra di sugi, untuk di kupang ada temen juga diterusan. Waktu berjalan mereka nggak aktif lagi jadi lika tetep di terusan raya, sugi di pulau kupang, putra di handiwong Interviewer: Setelah itu... selain itu kaitannya dengan apa..penyakit dan kecelakaan gimana itu bisa dapat itu... Responden: Sebelum mengadakan itu kita melakukan survey pak ya survey tentang penyakit yang ada di masyarakat dari 6 itu kita prioritaskan lagi kita kerucutkan lagi jadi hasilnya ada 3 untuk handiwong kan urutan pertamanya kemarin tuh diare, urutan keduanya malaria, ketiganya hipertensi, jadi setelah itu kan kita direfresh kppbm kita 3 materi itu kita dimasukkan pak pelatihannya, jadi apa yang kita dapat direfresh kita sampaikan di masyarakat terus untuk yang itu penambahan kecelakaan pp di handiwong kecelakaan ditempat kerja, kalau pulau kupang ni di air tenggelam, kalau diterusan sama-sama di handiwong disawah. Dari hasil survey mereka juga pak untuk kecelakaan kita juga nyurvey ada beberapa kecelakaan untuk yang di sawah, untuk itu kemarin kita waktu stimulasi itu kita ada yang dipatuk ular ada yang patah tulang, pokoknya kecelakaan yang sehari-hari mengalami mereka beraktifitas, ya tertusuk duri di kaki juga gimana menanganinya untuk yang pp di air itukan sebagai tambahan aja kemarin Interviewer: Kecelakaan di air contohnya 51
Responden: Kecelakaan air itu misalnya pak kalau di handiwong kan jarang tuh tapi kalau untuk yang dikupang kita hampir sama juga paling yang dikelotok pecah gelombang pak dan juga penyeberangan feri gitu Interviewer: Gelombang, penyeberangan feri tenggelam Responden: Tenggelam, itu kalau di handiwong tu jarang pak nggih Interviewer: Terus situkan ngajarin kepada relawan, relawan ngajarin kepada masyarakat Responden: Jadi kita minta tuh kemarin usulan kita 1 relawan desa membawahi 15 kk bisa jadi mereka tuh 1 orang ada yang 10 ada yang sampai 20 orang pak membawahi 1 kk, kebetulan di handiwong kan datanya waktu 2011 ada 661 kk yang masuk dalam proyek putra ini ada yang 550 untuk yang keramik filternya itu pak Interviewer: Terus yang relawan itu bisa selesai berapa lama untuk 15 kk Responden: Mereka itu laporannya misalnya kita pelatihan itu sebulan ada 4 x pak ya, jadi minggu- minggu pertama kita menyampaikan minggu 4 kita menunggu laporan mereka pak nggih, jadi jedanya hampir 3 mingguanlah mereka melapor Interviewer: Jadi setiap keluarga berapa, setiap keluarga berapa kali datangi Responden: Untuk yang sebulan sekali aja sih pak, untuk informasinya pertama kita memberi materi tentang malaria jadi selesai kita ngasih materi kerelawan desa, relawan desa ngasih ke masyarakat kk dampingan mereka, ntar habis malaria kita hipertensi, menyampaikan mereka dapat ilmu hipertensi lalu mereka menyampaikan ke masyarakat hipertensi Interviewer: Terus habis itu disampaikan laporkan kemana lagi Responden: Mereka melaporkan hasil mereka kunjungan yang di rumah tangga itu berapa orangnya, bayinya berapa, orang cacat ada berapa, mereka menyampaikan dengan system apa disana menggunakan alat bantu apa, jadi sudah menyampaikan akir bulan putra mereka, habis putra mereka menyampaikan ke bagian irma kesehatan pmi Interviewer: Terus menurut pendapat anda masyarakat ngerti nggak atau relawannya ngerti nggak yang diajarkan Responden: Kayaknya fifty-fifty pak 50-50 pak ya karena mereka pak, kesibukan mereka juga nggak terlalu fokus juga untuk yang pmi ini jadi mereka ada kegiatan masing-masing pak nggih ada yang berdagang mungkin ya rata-rata petani berkebun pak kalau satu dua orang ada pak yang berkerja Interviewer: Jadi dari berapa tadi 40 ya yang ngerti materi Responden: 47 relawan jadi 35 , kalau putra ada sih nangkep berapa orang yang ngerti, mungkin dari orangnya juga yang mau menerina masukan otaknya encer ini orang jadi hampir 50% itu pak Interviewer: Tapi 50% yang ngerti materi penyakit segala macam 50%, yang lain nggak ya Responden: 35 relawan jadi sekitar tujuh belasan orang lah pak yang ngerti yang lain nggak, soalnya kan lihat latar belakang mereka juga pak jadikan emang ada yang gak tamat sd hanya sampai kelas 4 aja nggih Interviewer: Apa dengan kegiatan ini semua bisa membuat masyarakat jadi tahu persis mengenai penyakit apa kan ada 6 penyakit toh menurut putra Responden: Dari segi penyampaian mereka kan selama putra ikut monev kegiatan mereka kayaknya mereka dari masyarakat itu memang kurang jadi satu aja pikirannya, masyarakat pengen ini langsung pengobatan jadi minta obatnya aja pak, cuman kitakan nggak ngasih obat kita ini ngasih ilmu sama relawan desa, relawan desa juga tuh obatnya apa nih kalau aku sakit kepala ini...ini...ini...sedangkan kita aja kapasitas ngasih informasi ke masyarakat desa nggak sampai obat-obatan tapi kita dari pencegahannya aja Interviewer: Pada umumnya mereka terima, jadi berapa persen yang kira-kira ngerti dari masyarakatnya menurut kamu Responden: Kalau dari masyarakatnya pak seperti waktu putra ikut monev relawan desa pak satu orang ngasih informasi mas kitakan ngasih informasi ntar mingggu depannya bukan mas itu lagi yang didalam rumah yang nerima informasi, jadi memang gak konek pak . Seperti 52
saya nanya bapak ini, pak kemarin kan hipertensi ini...ini..ini..saya kerja kemarin nanyain sama mamanya nah ibunya gak ada lagi, lagi jualan Interviewer: Jadi susah ya, terus kalau gitu kalau proyek ini kan sebenarnya melakukan pendidikan kesehatan jadi kalau dari relawannya aja 50%, dari masyarakatnya juga mungkin tidak sampai 50%. Berarti banyak masalah ya, kalau menurut putra memperbaikinya gimana Responden: Ya kemarin putra memperbaikinya bicara yang merayakan hut pmi pak ya jadi ngundang orang ada dari pomosi kesehatannya pak ya jadi kayaknya kalau ada sesuatu dimasyarakat kayak kemarin ada naik pinang ya, ada tarik tambang, jadi menggugah mereka banyak yang datang. Interviewer: Datang kan bukan untuk Responden: Jadi mereka tahu o ada pmi..pmi..itu aja sih masyarakat bilangnya pasti cari darah didesa katanya, ya donor darah pak pokoknya putra merencanakan desa handiwong donor darah, pas ada kasus kemarin tentang orang tua nih bantu ibu hamil habis itu orangnya mau pingsan katanya jadikan satu cerita dari masyarakat menyebar dikampung tu mas, jadi gak ada yang mau tuh mas. Jadi batal jadi kampung donor darah di handiwong, karena mbantu ibu yang pendarahan lagi hamil, bapak itu donor mungkin kesehatannya langsung drop bapaknya dan dari mulut kemulut kan takut semua orang donor darah Interviewer: Mungkin habis donor darah langsung kerja berat Responden: Iya mungkin Interviewer: Nak sekarang tentang air minum, apa yang coba ceriterakan tentang air. Responden: Air pak ya untuk sumber utamanya desa handiwong, sama seperti yang di terusan ini dari sungai pak kebanyakan hampir 80% kan daerah pdam gak masuk pak didesa ini. Tapi lumayan di kupang sama di terusan hampir disetiap rt kan ada sumur bor kalau di handiwong cuma ada beberapa titik aja pak juga ada yang milik pribadi, kemarin tuh hasil sebelum kita menganukan kran filter kitakan ada pelatihan tentang 5 metode pengelolaan air keperluan skala rumah tangga ada yang biosand, ada yang sodis ada yang air rahmat, ada yang keramik filter, sama yang merebus boiling water. Jadi 5 hasil dari relawan desa itu kita, metode itu kita pelajari pak jadi hasil dari ke 5 itu kita tarik keputusannya ada 2. jadi keputusan untuk tiap desa itu beda pak untuk desa handiwong pertamanya emang keramik filter keduanya merebus, kalau untuk kupang biosand, sama sodis, kalau untuk terusan raya keramik filter sama air rahmat. Jadi hasil keseluruhannya emang nomer satunya keramik filter pak nggih dari segi effisiennya. Untuk hasil penelitiannya dari sumber air juga kalau di handiwong itu misalnya musim kemarau mas ya, kalau kupang sama terusannya asin kalau handiwong itu perbatasannya sungai tatas itu nggak masuk air laut, jadi mestinya kalau orang cari air itu kayak daerah hulu sana mengambil air, jadi air asin itu gak masuk kedesa pak ni Interviewer: Kemarin kan mau dibagi begitu banyak keramik filter itu menurut pendapat situ gimana Responden: Untuk keramik filter itu kayaknya dari proyeknya itu padahal rencana kita bulan november sudah habis selesai pak ya, sampai saat ini masyarakat nanyain pak, gimana kak putra untuk yang keramik filternya, kita nunggu laporan bu dari pusat datang nggak akirnyakan alhamdulillah datang minggu-minggu ini sudah selesai datang kita yang menyampaikan ke masyarakat desa makanya kita bagi voucher dalam minggu-minggu ini pak, besok membagi di kupang 2 hari sabtunya kita berangkat ke handiwong lagi giliran handiwong . Jadi dari itu dapat datanya untuk desa handiwong 550 keramik filter dari data yang 661 kk Interviewer: Misalnya gini air dimasukin itu misalnya keluarganya banyak apa bisa Responden: Ya kemarin itu kita waktu ada mbak farra segala 6 orang jiwa dapatnya 2 pak ya pas sudah dihitung per jiwa per hari jadi tujuh jiwa dalam satu rumah dapatnya 2 keramik filter pak, perhitungan dari mbak farra itu Interviewer: Berarti kemampuan 1 keramik filter tidak banyak dong ya, berapa liter itu masukin air, misalnya orang mau buru-buru minum dapatnya se..ada punya contoh coba lihat 53
Responden: Tidak banyak pak, ada pak Interviewer: Bener juga tuh kalau konsumsinya ..ya nggak.. Responden: Kalau untuk masyarakat didesanya kita sudah pelajari mas ya untuk masuk air ini jangan langsung air dari sungai pak, yang diendapkan misalnya dikasih tawaskan soalnya keruh, ini langung air ledeng pak disini jadi hasilnya begini.. ini bisa dikonsumsi nggih Interviewer: Jadi bagaimana ...bagaimana yang untuk orang desa Responden: Untuk orang desa sudah kita latih pak ya sebelum kita 5 metode itu sudah kita kasih mereka ilmunya yang keramik filter ini pertama disuruh direndem untuk 1 hari 1 malam pakai air mineral pak ya terus ini untuk 2 x pengisian dibuang airnya supaya menghilangkan bau dari plastiknya ini, air yang ke 3 turun baru bisa dikonsumsi Interviewer: Itu berapa..ini yang dibawah bisa langung dikonsumsi Responden: Ya bisa dikonsumsi pak tanpa direbus kalau dikotakan lumayan bersih nih airnya air kerannya, kalau didesakan memang langsung dari...ada juga didesa yang coba-coba mengambil air dari sana jadi keramiknya seperti itu cepat itam bulukan. Interviewer: Itu bisa dicuci lagi nggak. Responden: Dicuci mas nggih, dicucinya itu jangan sampai kepegang sama keramiknya ntar kotoran dari tangan kita nempel disitu ada pembersihnya, cuma dibersihkan dulu.... Interviewer: O yang dibagikan seperti ini Responden: Ini sepaket ...nazava dari aceh perusahaannya, kami dari relawan desa ada distributornya pak wahyu dari kodimkan membagikan untuk relawan desa untuk masyarakat itu kemarin katanya dijakarta ada yang sistem pelelangan gitu mas, untuk perusahaanya. Jadi kita yang lamban nunggu itu ini terkatung-katung hari raya kemarin tuh masih di jawa katanya. Pengangkutnya kan mendahulukan orang yang mudik sedangkan barangkan belakangan, sudah datang keramiknya lagi lewat pesawat dikirim jadi tertunda lagi nggih Interviewer: Daur...keramiknya berapa harganya itu Responden: Keramik itu baru bisa diganti tergantung dari segi perawatannya, kalau air langsung kotor kan cepet kotor mas ya jadi, gak sampai seminggu sampai 3 hari kita bersihkan lagi itukan terkikis itunya candlenya untuk keramiknya Interviewer: Itu dari full keatas sampai kebawah full berapa liter itu Responden: Ini sekitar ..kemarin itu di panduannya sekitar 12 lt nggih Interviewer: Berapa jam waktunya Responden: Kurang lebih sejam lebih, tergantung ininya mas kalau misalnya kotorkan keluarnya agak lelet kalaunya sudah airnya bersih kan cepat keluarnya karena disitu kan disaringkan tertutup pori-porinya oleh kotoran. Interviewer: Itu nggak terlalu lama itu Responden: Ya tergantung dari segi airnya pak kalau airnya diendapkan kan cepat keluarnya mungkin dipenuhin.... Interviewer: Itu bisa langsung diminum Responden: Langsung diminum..kemarin pertama ada yang coba seperti air kelapa, masyarakat...mereka nanyain kak putra apa kelebihan dari pure it, wah kita belum tahu bu pure-it itu dari segi kemasannya aja yang lebih bagus, mungkin sama aja bu menggunakan keramikkan penyaring juga. Interviewer: Pure it itu ...saya nyebutnya pore-it, bau kaporit banget karena dia sekali guyur langsung keluar hasilnya. Punya ini ya punyaunilever, saya gak bisa minum tuh. Ini harganya berapa Responden: Kalau di aceh katanya 150 ribu pak ya, kalau gak salah kalau masuk distributor kapuas 225 ribu Interviewer: Lha ini orang suruh pada beli apa dibagi gitu aja, keramik itu dalam keramiknya gitu aja atau Responden: Ini dibagi pak nggih , ada seperti arang dalamnya mas, inikan berlepasan semuanya dirakitnya 54
Interviewer: Itu apa namanya... coba bandingkan dengan dinas kesehatankan melakukan intervensi juga ya mengenai air, sumur bor apa bagaimana, menurut kamu gimana itu Responden: Seperti yang daerah handiwong itu sumur bornya berasa agak asam-asamnya pak nggih karena, makanya mereka kebanyakan lebih suka ngambil langsung dari air sungai pak, diendapkan, dikasih tawas atau dikasih penyaring supaya kalau kotor diendapkan semalem baru bisa dikonsumsi. Kan emang kebanyakan mereka emang direbus pak kalau daerah terusan sama kupang pada waktu kami survey nenek-nenek itu katanya dia lebih suka yang langung ngambil air disungai langsung diminum katanya kalau dimasak lagi rasanya asam . Kalau yang dinas kesehatannya untuk desa handiwong kurang tahu sih putra kalau kupang emang adakan kemarin CWS yang sumur bor tapi sesudah penggunaannya gak ada lagi penelitiannya pak jadi mereka gak untuk dikonsumsi paling yang nyuci dsb yang dari dinas kesehatan maupun dari ini gak ada penelitian lagi katanya apa layak nggak diminum Interviewer: Kalau kamu ngajarin mengenai penyakit-penyakit ada punya bahannya, pakai apa bahannya Responden: Kita ada refreshnya kan pak. Refresh itu dari mbak eka jugakan dari jakarta kan ada bang astrid juga, jadi informasi itu kita dapat justru kita kordes ini malamnya kita begadang pak cari bahan pak di google atau pak jum ntar ngasih masukan ini ...ni...ni...kalau putra diselingi sama video untuk masyarakat pak ..apa sih kemarin tentang penyakit cholera. Dari situ kayaknya relawan desa ngeliat wuih gitu ya kak putra gini...gini...gini...dari air ecolinya banyak ya begitu bu, jadi mereka ada perubahan perilakunya pak. Interviewer: Jadi bebas milih bahan sendiri gitu artinya bahan untuk nyuluh kader desanya Responden: Untuk yang penyakit ..ya kita mengambil dari google pak ya sebagian konsultasi sama pak jum ini pak bahan kita, o ya bisa ditambahkan ini...ni...ni... Interviewer: Jadi gak ada standar ya Repsonden: Standarnya ambil yang ..kalau di mop inikan gak ada penyakit yang itu pak ya , jadi kita ngambil dari hasil refresh sama yang buku copyan dari pusat, dari pak jum masukkan itu aja pak ya, karena untuk masyarakat secara mendalam itu kayaknya sulit pak ya apalagi malaria, malaria kan tropis lagi ini..ni...ni... kayaknya kalau masyarakat tuh bahasan kayaknya kalau terlalu ditehnisin banget nggih..sederhana. karena untuk didesa ini mereka malaria itu gak tahu pak. Kalau kita bilang sini penyakit wisa, mereka tahunya penyakit kuning-kuning gitu aja pak, wisa itu mungkin kalau dari malarianya mas ya dari nyamuk anopeles kan kalau mereka ya wisa gitu aja, cara pengobatan mereka juga banyak yang minta air sama orang yang tokoh agama, baca-bacain gitu-gitu katanya Interviewer: Yang terkahir ini barangkali, putra jadi volunteer kan suruh melakukan begitu banyak perkerjaan ada honorarium Responden: Apanya pak..kalau kita perjalanan kan kita ada surat tugasnya pak ya jadi kalau kita ke desa ada perdiemnya juga ni transpot juga ada misalkan kita menggunakan motorkan bensin emang harus dari spbu khusus untuk ini jadi kita dari staff keuangan disini ini putra untuk kegiatan kedesa untuk perdiem fasilitatornya untuk relawan cabang yang bantu-bantu Interviewer: Berapa rinciannya untuk perdiemnya berapa Responsen: Kalau untuk tranpotnya 25 pak ya, untuk perdiemnya kita 35, tapi untuk fasilitator kita 75 ribu, untuk fasiliator desanya misalkan untuk satu kegiatan fasilitatornya putra sama sugi Interviewer: Jadi dapatnya 75 tambah 35 tambah 25 kalau jalan, kalau nggak.. Responden: Jalan juga kita pak nggih kita sering jeda karena alhamdulillah desa laporan pak, feri aja bikin laporan pak, jadi untuk makan kita harus ada notanya ya pertanggung jawabannya ke si irma Interviewer: Ada maksimumnya nggak...berapa Responden; Kalau kita dibatasin pak untuk makan 15 ribu untuk bensin 3 lt kalau markas ada acara kita pakai motor pribadi juga pak 55
Interviewer: Ini komponen keramik filternya ya Rsponden: Ya itu kemarin kita misha dibagian checker, ada lagi bagian nempel sticker, jadi checker itu harus memeriksa komponennya ada candelnya 1 ada kerannya ada ininya ada kuncinya Interviewer: Itu relawan itu dibagi satu persatu ya, kalau relawan desa, dapat 1 relawan desa, terus untuk sendiri apa untuk contoh Responden: Maksudnya relawan atau masyarakat, masyarakat memang sesuai data kita yang masuk pak. Relawan desa kemarin untuk handiwong ada 37 ni dapat 1, untuk sendiri pak untuk dirumah jadi dari mereka hasil ada nggak perubahan mereka selama ini penggunaannya Interviewer: Jadi relawannya makai ini juga, dipakai nggak Repsonden: Makai pak 35 di handiwong, dipakai pak mungkin satu dua ada yang gak makai mungkin masih belum entar aja kak putra pada waktu monev ke desakan belum dipakai masih dibungkus utuh, ada yang sudah lepas keramiknya Interviewer: Putra pakai nggak Responden: Putra gak ada pak dari sini, putra gak dapat belum dapat ini Interviewer: Disini gak masuk bangsanya air isi ulang, air aqua Responden: O kalu di desa gak ada pak kalau dikota banyak, air mineral didesa kalau hajatan ada seperti kawinan, sunatan rata-rata menggunakan air ini pak Interviewer: Kalau menurut putra sendiri ini praktisnya untuk kehidupan keluarga sehari-hari, barangkali kalau dia punya uang pakai ini aja kali ya Responden: Kalau menurut putra praktis metode yang kita gunakan tuh pak seperti kebanyakan pilihan nomer 2 di handiwong itukan merebus, merebus itukan mereka dapat itu pak cari kayu dulu atau cari kayu yang larut disungai, itu yang dipakai mereka trus beli minyak gasnya, kalau biosand filter itukan lumayan mahal kemairn itu habis jutaan ya jutaan beli pipanya aja 1 meternya 250 tutupnya 150, beli pasir beli ini...ini..nya kita rinci sekitar 800 ribu habisnya pak, sedang ini kan cuma 225 ribu waktunyakan 3 tahun, jadi sehari tuh kalau mereka ada uang recehan 500 rupiah bisa dituangkan bisa beli ini nya kalau gak salah keramiknya itu harganya 125 ya ini candelnya ini Interviewer: Iya deh terima kasih ya putra.
Kesimpulan Sebagai koordiantor 1. Desa Handiwong dibatasi: Kiri berbatasan dengan Kalsel; Barito kuala; Sungai Tatas selatan; Palingko sebelah barat; timur perbatasan dengan sungai Murung. 2. Tugas koordiantor: bekerja bersama 3 desa dengan tanggung jawab masing-masing melatih relawaan desa; koordinasi rapat dan memimpin rapat relawan desa; komite desa, kalau ada acara, menghandle semua relawan desa. Jumlah relawan desa 47 , setelah berjalan tinggaal 37, sekarang tinggal 35. Drop out karena hamil, pindah tempat. Mereka rata-rata tamat SD , petani kebun. 3. Pertama rekruit 30 relawan mengikut ksr dasar modul 1-7; kemudian dibagi dibagi 5, ikut CBHFA 15 orang, pp pertolongan pertama 5 orang, yansos 5 orang, fasilitator 5 orang. Kemudian ikut TOT di Palangkaraya seminggu, kemudian jadi fasilitator di desa. 4. Sebelum proyek, melakukan assessment identifikasi 6 penyakit, kemudian difokuskan 3 penyakit diare, malaria, dan hipertensi. Tambahan kegiatan tentang kecelakaan di Handiwong tempat kerja, pulau kupang air sungai, dan terusan raya di sawah. Koordinator ngajarin relawan, relawan ngajarin masyarakat. Setiap penyakit diberikan minggu pertama, untuk 3 penyakit berarti selesai 3 minggu; sedangkan minggu sisanya relawan menyampaikan kepada masyarakat. 5. Perkiraan relawan bisa memahami training 50%; karena kesibukan mereka dan kemampuan ingatan mereka. Dari masyarakat sendiri keinginan yang langsung mendapatkan tindakan pengobatan, konkrit jadi mungkin mereka juga tidak bisa menangkap semuanya. Jadi keberhasilan proyek ini barangkali tidak mencapai 25%. 56
6. Sumber utama handiwong: sama terusan raya pdam tidak masuk, sungai 80%; Di T.Raya dan Kupang setiap RT ada sumur bor, di handiwong hanya beberapa titik. Kita dilatih 5 metode skala rumah tangga peyediaan air. Keputusan pertama keramik filter, kedua direbus. Kupang biosand dan sodis; terusan raya keramik filter. Keputusan keramic filter. Kemudian keapda relawan diberikan pelatihan pemeliharaan dan repasrasi kalau terjasdi kerusakan. Direncanakan akan didistribusi sebanyak lebih dari 2500 keramik filter pada penduduk, 550 untuk handiwong.
8 In-depth 5. Komite Desa Handiwong 7 February 2014 Peneliti: Kami ingin dengar pendapat Bapak tentang kegiatan, PMI, bapak cerita apa saja silakan. Tapi boleh juga diawali dengan memperkenalkan diri Bapak. Silakan. Narasumber: Nama kita Rusmihadi, Pak. Sebagai tokoh masyarakat di sini. Kebetulan kita juga sebagai panitia masjid di sini kan. Jadi program PMI ini bagus, karena dia benar- benar turun ke masyarakat. Apalagi kalau diperintah dari kabupaten kan. Mendata ibu hamil, orang sakit, memang mereka mendata di wilayah sini. Bagus PMI ini. membantu masyarakat lah. Jadi masyarakat juga menerima kehadiran PMI ini. Karena menginformasikan masalah penyakit, penyakit diare, penyakit hypertensi, penyakit tbc. Karena di daerah kami ini, Pak, kebanyakan masyarakat itu penyakit tbc itu, Pak. Banyak juga itu. Jadi kita juga sering ketemu mantri, bidan, kebanyakan itu gejalanya tbc. Ada juga tetangga kita kena di sini ini. tapi kita anjurkan untuk berobat. Pergi ke Puskesmas diberi obat. Jadi kita sarankan jangan berdiam diri kalau kena penyakit. Karena menular juga penyakit itu. Ada juga penyakit diare. Pernah ada yang meninggal. Peneliti: Pernah ada yang meninggal? Narasumber: Tapi itu lawas, Pak. Tahun 86-an. Hari-hari ini ada lah bertiga yang meninggal. Tapi kalau sekarang jarang lah sudah. Jadi di Puskesmas itu diinformasikan kalau diare itu obatnya ini, ini. Selain ada dianjurkan kalau kita jauh dari Puskesmas atau Puskesdes minum gula garam lah. Itu juga dari PMI juga kan menginformasikan. Jadi masyarakat ini memang tahu kan. Sekarang ini Puskesdesnya sudah ada, Puskesmasnya sudah ada, Pustu juga ada. Intinya di Sungai Patas juga. Ya memang di sini itu penduduknya itu hampir 500 KK lebih lah itu. Kalau mantri ada 2. Jadi kalau yang 1 bepergian masih ada 1. Hampir ada 500 KK nya itu, waktu ada sensus penduduk tahun 2010 tadi. Peneliti: Penduduk hidup sehari-hari dari apa? Narasumber: Penduduk sehari-hari petani aja. Petani padi. Peneliti: Selain itu ada apa lagi? Narasumber: Setelah bertani itu ada yang pergi ke atas itu ke Palangkaraya. Rotan. Merantau. Tapi 1 bulan, 2 bulan, kembali lagi. Jadi menunggu-nunggu panen. Tapi kalau rata-rata di sini itu petani padi. Peneliti: Ikan ngga ada? Narasumber: Nelayan ada juga. Tapi petani juga, mencari-cari ikan di laut. Peneliti: Laut atau sungai? Narasumber: Ya di sungai, Pak. Di sini sungai juga dibilang laut. Peneliti: Banyak ikan di sungai? 57
Narasumber: Ya cukupan. Kalau pagi memasang jaring, siang disakainya, cukup untuk dijual, untuk dimakannya. Peneliti: Kalau penyakit malaria ada, Pak? Narasumber: Kalau penyakit malaria kadang-kadang ada juga sini, Pak. Karena ini berusaha ke daerah sana, pulang menggetar-getar lah. Narasumber: Jadi biasanya orang sini kerjanya ke sana, Pak. Kena malaria di sana, baliknya ke sini. Peneliti: Kalau penyakit nyesek-nyesek napas ada? Narasumber: Ada juga. TBC juga ada. Peneliti: Kalau yang paling banyak di sini itu penyakit apa? Narasumber: Kalau yang paling banyak, termasuk kita sendiri, Pak, hypertensi itu. Peneliti: Kenapa di sini hypertensi banyak, Pak? Narasumber: Mungkin karena masyarakat di sini itu kebanyakan makan uyah, Pak. Kita sendiri bisa sampai 180, Pak. Kita sadar sendiri, kalau sudah sakit di sini itu, darah pasti naik ini. Jadi kita sadar sendiri kurang makan pucuk singkong atau apa. Peneliti: Jadi ngurangi apa supaya ngga kena tekanan darah tinggi? Narasumber: Iya. Peneliti: Kalau air minumnya dari mana Bapak kalau penduduk sini? Narasumber: Ada dari sungai. Kalau kita dari sumur bor, Pak. Peneliti: Berapa dalam sumur bornya, Pak? Narasumber: 100 meter. Peneliti: Sumur yang dari PU ya? Narasumber: Dari PU, Pak. PU provinsi. Peneliti: Untuk berapa orang? Narasumber: Ya orang aja ambil sini. Kalau untuk minum kita silakan saja. Peneliti: Masih jalan? Narasumber: Masih, Pak. Kebetulan yang nyolok listriknya kita, Pak. Peneliti: Listrik yang bayar siapa? Narasumber: Kita, Pak. Peneliti: Terus kalau rusak-rusak siapa yang ngurusin? Narasumber: Kita aja, Pak. Kebetulan kita dekat. Terpaksa kita aja lah, Pak. Kalau ada turusnya itu miring, kita betulkan itu. Supaya jangan sampai patah. Peneliti: Terus pernah dengar ada kecelakaan entah itu di sungai, dari motor, ini kan jalannya sempit-sempit ini. Apa tidak ada kecelakaan di sini? Narasumber: Ngga ada, Pak. Tapi kemaren malam ada kecelakaan luka. Kebetulan kita Ketua Masyarakat, kita juga anggota PMI terus kita bantu. Peneliti: Kecelakaan apa? Narasumber: Kena parang dia, Pak. Sedang bekerja. Peneliti: Terus? Narasumber: Kita bawa ke rumah. Kita kasih pertolongan dulu lah. Kita kasih betadin, kita perban terus kita minta orang dirujuk ke Pustu itu nah. Jarang di sini kalau kecelakaan kendaraan. Jarang. Sebab orang kalau pake motor ngga laju-laju juga. Peneliti: Tapi banyak juga orang yang punya motor ya? 58
Narasumber: Ya cukupan lah, Pak. Karena di sini juga jalannya, aksesnya untuk ke kota itu. Karena kalau pasar di sini kan mingguan, ya, Pak, mereka bisa ke Palingkau atau ke Kapuas larinya, Pak. Peneliti: Kalau ke Kapuas ngga ada jalan lain ya? Narasumber: Ngga ada. Ya itu lah kita mohon ke Bupati yang sekarang ini supaya jalannya secepatnya lah. Sudah ada jalan tembus, Pak. Cuma jembatan-jembatan belum ada. Mudah-mudahan lah tahun akan datang. Peneliti: Terus yang kecelakaan sungai ada juga? Narasumber: Jarang kalau di sini, Pak. Paling sekali setahun. Ngga ada juga itu Peneliti: Banjir ngga ada juga, Pak? Narasumber: Banjir ngga ada, Pak. Peneliti: Ngga pernah air naik sampai sini? Narasumber: Ngga pernah.Cuma kalau lagi pasang itu bisa sampai halaman rumah, Pak. Itu kalau kebetulan dari laut pasang, ada hujan juga, baru banyu itu naik. Peneliti: Kalau selain petani ada di sini? Narasumber: Ada lah Pak yang ikut sawit di seberang. Tapi itu juga masih petani lagi. Kadang- kadang mereka itu kerja 2 kali seminggu, 3 kali seminggu. Jadi itu sampingan lah. Peneliti: Kalau pola makannya di sini, penduduk sini, bagaimana Bapak? Narasumber: Makannya pake nasi. Lauknya ikan asin bisa juga. Peneliti: Ikan asin dari mana? Narasumber: Beli dari pasar. Peneliti: Pasar itu dari mana? Bikin sendiri atau dari mana? Narasumber: Beli dari Kapuas ikan asinnya, terus dijual di sini. Ada juga yang mengeringkan sendiri. Peneliti: Warga banyak yang kena hypertensi itu kenapa, Bapak? Narasumber: Ya mungkin dari makannya. Warga di sini ini makan ikan asin ini kebiasaan lah. Juga ada makanan yang kayak-kayak bersantan, Pak, lah. Kaya sayur apa, pucuknya. Peneliti: Bapak saya liat sudah pake saringan keramik ya, Pak? Narasumber: Iya sudah. Rusak itunya, Pak. Kerannya. Peneliti: Sudah pernah dipake? Narasumber: Sudah. Peneliti: Berapa lama? Narasumber: Sudah 2 bulan lebih, lah. Peneliti: Sebelum ini tahun berapa di pasang PU itu, sumur bor? Narasumber: Tahun 2001 kalau tidak salah, Pak. Peneliti: Sebelum ada ini, Bapak minum pake apa? Narasumber: Ke sungai aja, Pak. Pake Hitachi.Pakai pipa dipompa.Ya jadi kita berterimakasih juga pada pemerintah karena sudah kasih sumur bor. Karena ketika kita pake pompa kadang-kadang rusak. Rusaknya itu apa, kadang-kadang ngga mau keluar. Setelah ada sumur bor ini, ada lah masyarakat ini. Jadi kalau handak apa-apa itu tinggal disalurkan ke rumah-rumah airnya. Peneliti: Di sini ada Puskesmas? Narasumber: Ada Puskesdes. Kebetulan kita ketuanya. Peneliti: Ooo yang dikerjain apa, Pak, di Puskesdes? 59
Narasumber: Kalau ga salah dulu ada bantuan dari DHS. Nah itu kita membangun tempat ibu- ibu melahirkan. Nah sekarang ini, ibu-ibu melahirkan itu di Puskesdes juga bisa. Jadi kan di sini itu ambulance belum ada. Jadi masyarakat itu menggunakan gerobak aja. Jadi kita tekuni sama bidannya. Sudah ada berapa orang yang melahirkan di situ kan. Udah hampir 30-an. Dari 2013-2014 udah hampir 30-an ibu yang melahirkan di situ. Peneliti: Ada yang meninggal ngga? Narasumber: Kalau ibunya tidak ada. Kalau anaknya ada. Cuman kan itu dulu bidan sudah tidak sanggup lagi, silakan saja dibawa ke Kapuas. Cuma kata suaminya itu diusahakan di sini saja. Tapi Cuma ibunya saja yang selamat. Peneliti: Itu Puskesdes itu dapat bantuan apa saja dari dinas kesehatan? Narasumber: Semua lengkap. Peneliti: Bidannya ada? Narasumber: Ada. Peneliti: Berapa orang? Narasumber: 1 orang. Peneliti: Terus apa lagi? Narasumber: Alat-alat lengkap di sana. Peneliti: Alat-alat apa? Narasumber: Alat-alat kebidanan lengkap di sana, Pak. Dan bidan pun dapat mobil, bukan anu, motor. Peneliti: Yang jadi kepala Puskesdes di sana siapa? Narasumber: Ibu Relawati, Pak. Kebetulan Ibu Relawati itu suaminya jadi mantri di sini, Pak. Jadi mereka itu tinggalnya satu saja di situ. Ya yang lucu kalau di tempat lain ibu melahirkan pake ambulance kan, Pak. Di sini pakai gerobak dorong. Nanti habis melahirkan bawa lagi pake gerobak pulangnya. Peneliti: Terus kenapa orang di sini suka minum air kali? Narasumber: Sudah turun menurun itu, Pak. Mulai dari awal lagi. Tapi air sungai itu kalau lagi pasang, Pak. Kalau lagi surut keliatan kotornya lagi. Kalau sudah pasang, dia cebok ke rumah, disaring airnya. Peneliti: Kalau tidak pasang tidak? Narasumber: Tidak, Pak. Sakit perut nanti. Peneliti: Terus orang buang air besar, berak, di mana? Narasumber: WC cemplung saja, Pak. Di sungai. Kebetulan kita sudah ada WC-nya, tapi WC darurat itu aja lah. Itu hampir 70% lah di sungai. Peneliti: Bapak sering bikin kumpul-kumpul dengan masyarakat ngga? Narasumber: Bisa. Kita kumpul-kumpul. Peneliti: Berapa minggu sekali? Narasumber: Oh jarang. Jarang. Kebetulan kita kalau kumpul-kumpul masyarakat itu di Pos Kamling. Jarang kita kumpul-kumpul masyarakat itu. Kecuali kalau ada kegiatan. Kegiatan keagamaan, nah itu kita berunding. Peneliti: Terus sudah berapa lama bapak di sini? Narasumber: Sejak lahir, Pak. Peneliti: Oh jadi memang orang sini? Narasumber: Iya, Pak. Dari tahun 70. Jadi 40 lebih. 60
Peneliti: Penduduk di sini apa sih ceritanya, asalnya dari mana? Dari Banjarmasin atau dari pedalaman? Sejarahnya? Narasumber: Kalau sejarahnya dari Amuntai, Pak. Amuntai itu Kalimantan Selatan. Jauh lagi dari Banjarmasin. Sekitar 200 Kiloan lah dari Banjarmasin. Peneliti: Terus bisa ke sini? Narasumber: Kebetulan orang tua merantau lagi ke sini, Pak. Kawin sama orang sini. Dulunya ini hutan. Peneliti: Dulunya di sini apa? Narasumber: Hutan, Pak. Peneliti: Penduduk aslinya ada? Narasumber: Kalau penduduk aslinya kebanyakan di sini perantauan, Pak. Peneliti: Dulunya kosong, ya? Narasumber: Kosong, Pak. Hutan. Dulunya orang merantau ke sini pake kelanteng. Pake dayung. Peneliti: Terus bikin rumah dari kayu? Narasumber: Iya, dari kayu, menebang. Peneliti: Agama di sini gimana, Pak? Narasumber: Di sini hampir 100% Islam, Pak. Ngga ada yang lain. Peneliti: Misi ngga ada yang masuk ya? Narasumber: Ngga ada, Pak? Peneliti: Kenapa namanya Handiwong? Narasumber: Itu diambil dari nama sebuah pohon, Pak. Kayu begitu, Pak. Namanya Halayung, jadi Handiwong. Hutan-hutan dulu di sini. Peneliti: Sekarang kayunya masih ditebangin? Narasumber: Kayunya sudah tak ada lagi. Tinggal kayu galam aja. Ngga ada lagi kayu sejenis meranti dan lain-lainnya. Peneliti: Iya lah. Saya rasa sudah cukup ya.
9 In-depth 4. Polindes Pulau Kupang/Handiwong 7 February 2014
Peneliti: Bisa diceritakan, bagaimana penyakit yang paling banyak di sini? Narasumber: Kalau penyakit yang terbanyak rata-rata di sini itu ISPA. Hypertensi juga banyak di sini. Karena banyak orang tua. Selain itu makanannya juga ikan asin. Yang diawetkan itu. Yang goreng-gorengan. Jadi itu menyebabkan hypertensi. Selain itu penyakit yang dari daerah lain lagi kaya malaria. Typus juga. Narasumber: TB ada kemarin di sini, kemarin saya minta rujuk ke Puskesmas Induk. Peneliti: Positif? Narasumber: Positif ada, yang sedang berobat ada, yang sudah sembuh ada Peneliti: Itu penyebarannya seperti apa kalau TB? Narasumber: Itu sepertinya faktor lingkungan. Narasumber: Kondisi rumah juga bisa itu, Pak. Faktor ventilasi, pencahayaan Narasumber: Sama nutrisinya juga mempengaruhi di sini, Pak. Peneliti: Kasus malnutrisi banyak di sini? 61
Narasumber: Banyak di sini, Pak. Di sini banyak orang yang ngga bisa makan sayur. Ada yang makannya cuma ikan asin. Ngga ada yang bisa makan kaya daging. Peneliti: Susah ya daging ngga ada. Daging dari mana? Narasumber: Mungkin masalah iklim juga. Sama kebersihan diri. Faktor lingkungan. Narasumber: Sekarang masih mending, Pak. Waktu saya pertama kali tugas di sini kadang- kadang saya lihat rumah itu cuma ada pintu satu, jendela satu, itu juga jarang dibuka. Jadi gelap rumahnya, sirkulasi udaranya, ventilasi udaranya. Kadang- kadang neneknya kena TB kemungkinan yang di dalam rumah itu juga ada yang kena. Peneliti: Kalau diare? Narasumber: Kalau diare yang perubahan musim itu banyak, Pak. Yang perubahan air itu. Peneliti: Dateng ke sini? Narasumber: Kalau yang masih kuat datang ke sini, kalau yang sudah tidak kuat kami datangi. Peneliti: Pernah ada kejadian kematian atau Narasumber: Pernah, Pak. Tapi bukan kami yang menangani. Itu rekan kami dari desa sebelah. Ketika tanya-tanya kemungkinan pertolongannya yang salah. Peneliti: Terus kalau untuk KB bisa diceritakan, Bu? Kelahiran di sini banyak? Narasumber: Lumayan, untuk tahun 2013 kemarin 41 persalinan. Peneliti: Terus ada yang meninggal ngga? Narasumber: Kalau bayinya ada, kalau ibunya ngga ada. Peneliti: Ada berapa? Narasumber: Untuk 2013 bayinya kemarin ada 3. Ada seletimus, bayi prematur 2. Yang masih 6 bulan jalan ke 7. Jadi kan di sini ngga ada oksigen, ngga ada apa. Jadi mau di. Juga susah, Pak. Peneliti: Ibunya hidup semua? Narasumber: Ibunya selamat semua, Cuma bayinya aja 3 orang. Peneliti: Kenapa kok sampai terjadi, mereka telat ke sini atau bagaimana? Narasumber: Yang pertamakan dia seletimus (04.37), jadi bayinya sudah tua, dia belum lahir. Lewat masa kehamilan. Jadi 9 bulan harusnya sudah lahir ini sudah menaiki masih hamil. Jadi kaya placentanya itu memberi nutrisi untuk bayinya itu kurang. Jadi harusnya sudah lahir ini belum lahir. Peneliti: Nah itu keterlambatannya datang ke sini itu karena ngga tahu atau bagaimana? Narasumber: Itu kadang kalau di sini itu tradisi hamilnya itu ngga tahu. Jadi ngga dihitung berapa lama telat datang bulannya. Kalau diperiksa itu, sudah berapa lama, Bu? Kadang dia bilang ya kurang lebih 2 bulan lah ngga haid. Tapi biasanya bilang 2 bulan, 3 bulan sudah hamil. Mereka kan ngitung ngga haidnya, Pak. Itu yang susah, Pak. Peneliti: Kalau penggunaan KB itu bagaimana? Narasumber: Kalau KB di sini bagus, Pak. Peneliti: Apa yang paling banyak di sini? Narasumber: Suntik, PIL, di sini yang paling banyak, Pak. Narasumber: Kalau susuk, spiral Peneliti: Norplant ya? Implant atau tabung. Narasumber: 5 tahun ini ngga ada, Pak. Dulu banyak. Peneliti: Oh sebelum krisis ya. Sesudah krisis ngga ada norplan-nya. Narasumber: Ada. Tapi sudah saya motivasi sudah saya apa, mereka ngga mau pake. 62
Peneliti: alasannya apa? Narasumber: Alasannnya enak suntik katanya. Misalkan ada efek sampingnya kan paling lama 3 bulan, bisa ganti ke lain. Kalau ini kan 2 tahun. Misalkan ada efek sampingnya, mereka buka ininya yang ngeri katanya. Narasumber: Di sini juga mayoritasnya Muslim kan, ya, Pak. Kalau meninggal kalau ada benda asing di dalam tubuh harus dikeluarin. Peneliti: Berapa persen penduduk sini yang menggunakan kontrasepsi? Narasumber: Kalau hasil pendataan kemarin, kurang lebih 2000-an, corpusnya 400 berapa gitu, Pak. Jadi hampir semua Pos ikut KB. Yang baru nikah juga ikut KB. Kecuali yang mau nambah anak, sama yang ngga punya anak sama sekali yang ngga ikut KB itu. Yang sudah lepas masa subur pun, kurang lebih 80% lah ikut KB. Peneliti: Berarti bagus ya dari Pus nya. Memang kalau di sini, ibu ngasih penyuluhan? Narasumber: Ya kalau mereka ke sini kita kasih tahu. Kalau ada pernikahan juga biasanya dapat penyuluhan KB. Terus kalau ada kelahiran pertama biasanya KB-nya gratis. Jadi kalau sudah 40 hari biasanya ke sini, kita gratiskan. Atau kalau untuk yang ngga mampu pil-pilnya saya kasih aja. Peneliti: Kalau gitu saya ingin tanya soal Pustu. Apa saja kegiatan sampeyan di Pustu. Narasumber: Biasanya pengobatan, Pak. Pengobatan dasar. Terus kalau ada Posyandu juga kita bantu. Pelayanan pengobatan dasar. Peneliti: Pengobatan yang paling banyak ditemui pengobatan apa aja? Narasumber: Kalau di sini nyeri persendian banyak. Pegel-pegel. Karena banyak petani kan di sini. Peneliti: Terus apa lagi? Narasumber: Hypertensi banyak. Peneliti: Itu ketika sampeyan periksa memang tinggi. Narasumber: Iya ketika diperiksa tinggi, Pak. Peneliti: Antara berapa? Narasumber: Ada yang 200, 230. Peneliti: Kalau ada yang seperti itu sampeyan apain? Narasumber: Saya kasih obat, Pak. Obat penurun tekanan darah. Peneliti: Dan itu banyak ya? Narasumber: Banyak, Pak, kalau di sini. Ya yang paling banyak yang sudah menginjak usia senja, Pak. Peneliti: Terus apa lagi selain hypertensi, yang paling banyak? Narasumber: Asma ada, Pak. Biasanya kalau kena dingin. Peneliti: Kenapa dia kena asma? Narasumber: Biasanya bawaan, Pak. Kalau bapaknya ada asma, anaknya juga kena. Peneliti: Terus apa lagi. Narasumber: Ada juga kulit, Pak. Peneliti: Terus di Pustu stafnya ada siapa aja? Narasumber: Stafnya saya merangkap. Penjaga Pustu, pelayanan juga. Peneliti: Oh.. Cuma satu orang. Tapi statusnya pegawai Puskesmas? Narasumber: Pegawai Puskesmas, Pak. Peneliti: Ada 3 Posyandu di sini? Narasumber: Iya Peneliti: Dan itu semuanya aktif? 63
Narasumber: Aktif. Peneliti: Kegiatannya Posyandu apa aja, Bu? Narasumber: Imunisasi, penyuluhan. Peneliti: KB juga ya? Narasumber: KB jarang juga, Pak. Kecuali mereka datang ke sini. Peneliti: Itu masyarakat aktif? Narasumber: Aktif, Pak. Kita ada 3 Posyandu, tiap bulan kita ada kegiatan. Tanggal 20, 21, 22. Peneliti: Masyarakatnya datang juga? Narasumber: Iya, datang.
10 In-depth 4. Komitee desa, T. Pelinget 8 February 2014
Peneliti: Kami dari YBI bermaksud untuk mencari informasi mengenai kesehatan penduduk di desa Teluk Pelinget. PMI dulu merencanakan kegiatan CBHFA di desa Teluk Pelinget, tetapi tidak jadi. Walaupun demikian kami membantu PMI tetap inginmemperoleh informasi kondisi kesehatan penduduk. Respondent: Bapak Kepala desa sedang ada acra di luar kota, jadi tidak bisa menghadiri acara pertemuan dengan PMI dan konsultant hari ini, maka minta disampaikan minta maaf, saya diminta mewakili untuk memberikan keterangan yang diminta. Beliau minta maaf. Teluk Pelinget semula dipilih sebagai daerah yang akan diintervensiproyek CBHFA, tetapi setelah menunggu begitu lama tidak ada berita, dan kami sudash banyak kegiatan yang harus dilaksanakan dengan dana pemerintah pusat dan daerah, maka kami memutuskan untuk tidak ikut intervensi. Peneliti: Walaupun demikian kami ingin tetap memperoleh informasi karena ini penting untuk keperluan semua termasuk Puskesmas, Dinas Kesehatan, PMI dan penduduk. Respondent: Teluk Pelinget terdiri dari RT, dengan penduduk sebanyak 2346 jiwa, mata pencaharian utama bertani dan berdagang. Penyakit yang sering terjadi Hipertrensi, jantung, sesak napas, diare, saat perubahan musim ayam banyak yang mati, penangannya ayam dibuang. Di Teluk Pelinget terdapat puskesmas pembantu, 3 buah posyandu, dan aktif melakukan pelayanan setiap tanggal 17/bulan, pelayanan KB, imunisasi, pengobatan sederhana. Puskesmas pembantu dan posyandu sangat aktif melakukan kegiatan rutin. Pustu buka setiap hari dipimpin oleh seorang Sarjana Keperawatan dibantu oleh 1 tenaga administrasi.Posyandu dipimpin oleh seorang bidan desa, dan dibantu pembantu dari penduduk, dalam memberikan pelayanan dan melakukan pencatatan dan laporan. Mereka mempunyai kantor desa untuk melakkankegaitannya. Posyandu emuanya aktif melakukan pelayanan, setiap bulan termasuk imunisasi, penimbangan, makanan tambahan, KB, pengobatan sederhana, dan promosi kesehatan. Peneliti: Berapa kelahiran penduduk di desa dan berapa kira-kira pemakai KB. Respondent: Selama satu tahun kelaihran pendudu mencapai 50 orang, pemakaian KB terutama pill lebih banyak dibandingkan implant. Sumber air sumur, sungai, dan tidak ada bantuan dari dinas terkait untuk baik untuk sumur dan plainya. Bagian yan dekat sungai menggunakan air dari sungai untuk keperluan sehari-hari. Konsumsi air hujan menyebabakan rematik. Penam ilan air dari sungai memakai pompa air , diendapkan, dalam drum dikasih tawas karena sudah kebiasaan. Penyakit diare banyak dan sekarang sudah berkurang, Penduduk ingin memperoleh kedatangan operasi katarak bagi penduduk, karena pernah diadalakan 64
beberp tahun lalu, gratis. Kecelakaan darat sering terjadi diperkirakan 30 kali pertahun, karena penderitand ibawa ke RSU. Kecelakaan sungai jarang terjadi. Peneliti: Boleh kita melihat kegaitan pustu dan posyandu untuk menanyakan beberapa inofrmasi kesehatan. Responden: Pak Sekdes, mengantar ke salah satu , Posyandu Kenaga, Desa Teluk Pelinget Bidan Desa Ka Posyandu , kebetulan sedang membuka pelayanan dan memberikan penjelasan berikut. Posysndu berjalan aik setiap bulan, tanggal yang berbeda-beda, 17,16,15 .Pelayanan Posyandu termasuk penmangan, imunisasi, KB, pemeriksaan ntuk balita dan bayi.PHBS diberikan oleh puskesmas. Angka kelahiran tinggi pertahun mencapai 60 bayi, dan 88% dilayanai oleh petugas kesehaan termasuk bidan possyandu.Pemakaian KB pada umumny aalat suntik dan pil. Mencapai 75%. Implan da IUD masih masih kurang kematian bayi 2 orng pertahun padaa tahun 2013. Kematian ibu melahirkan tidak ada. Untuk informasi lebih jelas bagaiman kalau mengunjungi Polindes and Pustu, mereka menjelaskan lebih detail.
Peneliti: Kami mendapat arahan pak skedes untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatan masayaraka di desa T.Peinget.Dapat kah diberi informasi tentang peran pustu,penyakit yang banyak ditemukan dan berobat ke pustu.
Ka pustu: Saya sebagai Ka pustu, lartar belakan sarjaana keperaswatan dan bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan pelayanan pengobatan sederhana, imunisasi, KB, promosi kesehatan, dan kegaitan PHC lainyha. Penyuluhan kesehaan ada dari petugas kesehatan puskesmas, posyandu. Penyuhan yang diberikan termasuk KB, gizi, sanitasi, resiko, hamil, resiko melahirkan, habis melahirkan, dan pemakaiana KB. Pustu ada 2 orang karyawan memberikan pelayanan dasar,dan tidak emberikan pelayanan KB karena peayanan kab oleh posyandu dan bidan desa. Imunisasi di desa ini dilakukan juga melalui pustu, puskesmas, dan pustu. Penyakit yang dominan menurut catatan kami termasuk diare, ispa, hipertensi, rematik, malaria. Malaria pad umumnya penyakit karena kerja di luar daerah, palangkaraya dan daerah pertambangan lain kemudian mereka kena malaria, kembali berobat. Menduang emas. Malaria disebut wisa, malaria, biasa dan sanga gase paru malrian yang lebih parah dari wisa.Laporan dari pustu diserahkan ke puskesmas. Penyakit seperti TBC ,hipertasesni juga ditemukan, dan pengobatan biasanya kalau tidak bisa ditangani dirujuk ke Puskesmas. Penyakit yang termasuk banyak ditemui di pustu diare,TB, malaria,l tapi ini kebanyakan pendatang dan minta berobat kesini. Kecelakaan yang sering terjadi tabrakan motor, dan kendaraan lasinkarena des ini dekat dengan jalan raya menuku ke banjarmasin. Kami memberikan pertolongan pertam, dan pertolongan selanjutnya dikirim ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat. 1. Kesimpulan
Teluk Pelinget, semula direncanakan menjadi daerah kegiatan PMI kerjasama dengan Palang Merah Spanyol , tetapi membatalkan karena telah lama menunggu tidak ada informasi, dan karena banyaknya kegiatan desa lain maka mengundurkan diri. Desa Pelinget terdiri dari 12 RT, dengan 2346 penduduk. Mata pencaharian penduduk terutama bertani dan berdagang. Penyakit yang banyak dilaporkan penduduk termasuk diare, hipertensi, jantung, dan sesak napas. Pada waktu terjadi perubahan musim terdapat banyak ayam yang mati, penanggulangannya dengan membuang dan mengubur tidak lagi dimakan orang. T. Pelinget memiliki fasilitas kesehatan pemerintah Pustu dan swadaya masyarakat 3 buah posyandu, dan mereka semua aktif melakukan kegiatan pelayanan penduduk. Pustu setiap hari memberikan pelayanan dasar, termasuk imunisasi, pengobatan sederhana, dan penyuluhan pencegahan penyakit, kebersihan, dan lingkungan. Posyandu setiap bulan sekali tanggal tertentu melakukan pelayanan 65
pelayanan kepada penduduk, terutama penimbangan bayi, pemberian makanan tambahan, keluarga berencana, imunisasi, dan pengobatan sederhana. Kelahiran penduduk desa setiap tahun bervariasi antara 50-59 kelahiran hidup. Penduduk usia subur umumnya menggunakan alat KB, seperti suntikan dan pil. Tidak banyak yang menggunakan kb mantap, norplant dan sterilisasi. Penduduk memperoleh air dari beberapa sumber termasuk air sungai, sumur dalam, dan air isi ulang. Penduduk yang tinggal dekat sungai langsung mengambil air sungai, ditampung dalam bak, diberi tawas, kemudian ada yang diminum langsung dan ada yang dimasak lebih dahulu. Bagi mereka yang tinggal jauh dari sungai, mengambil air dengan mesin hitachi, kemudian menampung air penampungan, diberi tawas untuk mengendapkan lumpur, kemudian baru menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Penduduk sudah memiliki kebiasaan memberikan tawas pada air sebelum digunakan supaya bersih. Pelayanan PDAM belum sampai ke Pelinget. Penduduk membuang kotoran melalui kakus diatas air sungai dan langsung membersihkan degan air sungai. Penduduk yang tinggal jauh dari sungai menggunakan handil untuk membuang kotoran. Pada umumnya penduduk tidak memiliki sistem pembuangan air kotor, sehingga air dibuang begitu saja di halaman rumah, masuk parit, dan mengalir ke sungai atau tempat lain. Pembuangan sampah pada umumnya dikumpulkan, ditimbun dan dibakar atau dibuang kesungai. Penduduk mengetahui berbagai kejadian kecelakaan termasuk kecelakaan sungai, tempat kerja, dan jalanan.
11
In-depth 5. Dinas Kesehatan Kapuas , Bagian KL 5 February 2014
Interviewer: PMI kan mengintervensi kayak touch program kesehatan juga, sampean juga punya program kesehatan, nah tolong diceritain program yang jadi prioritas apa? Yang PMI kan urusannya PMI tapi sampean kan punya program bagaimana kaitannya dengan PMI bagaimana kerjasamanya tolong cerita, tapi sebelum cerita saya kepengen mungkin gini ya. Penyakit apa yang sering terjadi di kabupaten ini yang menyebabkan kematian dan kesakitan, dan sampean punya programnya apa, bagaimana program dari dinas trus kaitannya dengan.. ada program..silahkan Responden: Jadi yang kebetulan ini sasarannya ke PMI dan kebetulan saya di Aceh dulu pak, kalau kepingin holistic dengan perencanaan bisa pak. Jadi penyakit-penyakit yang banyak dikabupaten kapuas ini yang banyak mengakibatkan meninggal dunia ya penyakit yang berbasis lingkungan pak, terutama disini itu yang banyak ya diare, terus yang morbiditasnya tinggi malaria, malaria tinggi pak, hiv/aids ada 2 kalau nggak salah disini tapi yang banyak yaitu yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan ISPA yang terutama yang paling banyak terus diare, malaria kalau yang sering mengakibatkan klb ya dbd, ya tiap tahun ada. Kalau program prioritas ya kalau dirunut pak kalau dari ya kebetulankan kita disini harus mengikuti pemerintah yang MDGs ya terpaksa ya itu fokusnya agak kesana empat tujuan itu. Dbd, malaria, kesehatan lingkungan trus sanitasi dasar kebetulan kami di kesling kami ada sanitasi dasar sama air bersih. Kalau dihubungkan dengan PMI ya desa-desa yang diintervensi PMI pusat bekerja sama dengan yang dari Spanyol itu kebetulan kami juga diajak kerja sama dari awal dari inisiasi sampai pemantauan semuanya kebetulan kami diajak terus sama yang dari Spanyol itu. Interviewer: Apa kendala yang ditemui Responden: Kendala yang dari pemerintah itu kadang-kadang riskan, gak sustain gitu jadi kami dari kesling sini kalau mau buat program itu kadang-kadang agak susah atau agak kesulitan 66
kalau saya ini mau sustain untuk program ini, cuma kami juga punya program unggulan yang pengawasan kualitas air, yang pemicuan sanitasi dasar, terus sanitasi untuk berbasis masyarakat, survey rumah, btu, tuh kami di kabupaten ada kalau yang di puskesmas sudah mulai dilaksanakan ini kayak model membuat POK sendiri-sendiri pak, jadi diharapkan semua puskesmas suatu kegiatan pemerintah sama yang dari POK itu diarahkan kekegiatan yang basic need yang salah satunya kegiatan lingkungan. Kalau kendalanya dari pemerintah itu ya kadang-kadang gak sustain dalam jumlah dana, kalau jumlah dana tergantung anunya pak, tergantung politis sebetulnya kami disini dikabupaten kapuas dapat dana tugas pembantuan pak. Jadi banyak dari CWS dulu Community Water and Sanitation gitu hampir 4 tahun selesai. Salah satunya di kabupaten kapuas ini yang salah satunya ini untuk mengurangi kasus-kasus diare yang tidak berbasis lingkungan. Interviewer: Prioritas di dinas kesehatan ini? Responden: Yang paling prioritas kia pak, kalau dari dinas di bidang saya kesling itu tentang kualitas air sama sanitasi dasar, sama Interviewer: Dinasnya? Responden: Kia pak, yang paling banyak kia Interviewer: Kia apa saja Responden: Banyak pak karena sesuai dengan programnya pemerintah itu yang, banyak tapi saya lupa yang terutama ya yang mengikut kesehatan ibu dan anak itu terus kb habis itu yang membantu akselerasi posyandu habis itu lomba balita sehat yang untuk diatasnya lagi tapi itukan mendukung juga di kia pak. Yang apa namanya program-program yang termasuk unggulan disini lainnya ya yang mendukunglah dan gizi terus pemberantasan penyakit. Pemberantasan penyakit disini pak yang di utamakan adalah pemberantasan penyakit menular, immunisasi terus yang lainnya lagi diarahkan ke penyakit-penyakit degeneratif sama penyakit yang tidak menular itu sudah mulai digarap disini, ini ni anunya sudah dibagi juga terus kami dari kesling dilengkapi juga dari pusat sama pengadaan didaerah juga security vit kit, food contamination kits, sanitation test kit itu ada disini, kebetulan ada juga disini yang dari labkesda, kan kita punya labkesda disini kalau kerja sama dengan bptkl biasanya pelatihan sama dengan yang dari poltekes pelatihan sanitarian itu kami yang dari kesling, kalau yang bukan kerjaan saya tapi masuk kerjaan kesling itu masuk di kami juga disini tapi yang ngerjakan propinisi, kerja sama dengan balai pom dan propinsi biasanya ini pengawasan kualitas air dimasyarakat sama dirumah sakit sama di-tempat-tempat umum. Di bptkl itu kesehatan lingkungan kayak kualitas darah itu biasanya... Interviewer: Ok kalau begitu PMI ini melakukan intervensi fokus yang saya rasa ini untuk yang lainjadi PMI kan melakukan intervensi kedesa-desa melalui relawan nah disitu kegiatannya fokus pada penyakit-penyakit diare yang berbasis lingkungan diare, tb, malaria, malnutrition, ispa terus penyakit kecelakaan, menurut sampean itu gimana kok kayaknya kok tidak match Responden: Kalau yang dari PMI pak kebetulan dari awal saya itu kan diajak ada beberapa musyawarah sama pertemuan ada beberpa kali kok di markas sana itu yang setahu saya masalah intervensi yang ke desa yang pertama akan membangun sarana bersih dulu katanya tetapi kenyataannya saya gak ngerti. Seterusnya ada survey yang pakai apa itu dulu yang kayak survey cepat, pokoknya saya itu dulu memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan cidera terus program program kesehatan lingkungan karena dia mau mengintervensi ke desa apa itu lupa sayadesa..pulau kupang, handiwong, terusan raya seingat saya itu. Interviewer: Terus pendapat sampean gimana itu ceritanya Responden: Ini dari saya katanya itu yang contohnya di pulau kupang sama terusan katanya dulu mau membangun sarana air bersih, tapi kenyataanya saya gak negerti tapi yang jelas yang dari 67
program kami yang membangun air bersih disana. Oleh karena itu kemarin pas waktu ada musyawarah pmi itu gimana kalau seandainya kami yang membangun pmi yang mengubrak-ngubrak yang promkesnya saya bilang gitu kemarin. Dulu kepengen kerja sama cuman kalau saya mengikuti pmi saya mesti terlambat karena saya punya limit waktu, kalau saya harus ngikuti pkmi saya kepontal-pontal di pelaksanaanya Karena kami dari apbn juga di strik tu pak karena desember harus selesai tu pak anunya pelaksanaannya kalau pmi mau ikut harus ngikutin saya, saya bilang gitu kemarin Interviewer: Aaa...ok ternyata dari pmi itu mereka melakukan assesmen kebutuhan air di 3 desa itu apa dicoba diintervensi melalui kaya filter ceramic terus kemudian apa lagi itu lho yang tetes air rahmat terus sodis, trus ada beberapa lagi dan akhirnya dia milih belikan sodis ee belikan ceramic dari belanda sekarang sudah dibelikan dan dibagi kalau menurut sampean sebagai orang lingkungan bagaimana apakah intervensi itu cocok atau tidak Responden: Kalau yang masalah maaf saya dari pendapat saya kalau yang masalah pengadaan itu saya gak tahu ya pak. cuma saya dikasih ini kemarin saya disuruh membaca hasil apa namanya assessmennya ini, ini..iniini sebenarnya keramik itu sendiri saya belum pernah lihat Interviewer: Ini begini lho ada 2 tabung yang atas diisi keramic nanti diisi air terus airnya turun di tabung ke 2 ...nanti airnya diminum. Ini ceritanya penduduk di 3 desa mau dibagi semua gratis, per rumah tangga hampir 3 ribuan kayaknya trus mereka berpendapat diare akan turun penyakit-penyakit water related disease akan turun menurut sampean silahkan personally sebagai ahli lingkungan Responden: Ini pendapat pribadi jadi menurut pengalaman saya alat yang diadakan kemungkinan bisa juga menurunkan angka kesakitan diare karena apa karena apa karena masyrakat kita disini kebanyakan kalau nggak air hujan kan air sungai dipakai trus untuk sarana air bersihnya kan kurang di 2 desa yang terutama desa yang saya intervensi dari tp terutama dari tugas bantuan kupang sama terusan raya terus yang dimaksud itu pak kalau ada alat- alat yang kayak gitu kalau memang itu bener kemauan masyarakat biasanya kami disini dan menurut tiori itu untuk pemeliharaannya yang kurang, kalau seandainya ada suku cadang yang rusak kayak apa nyarinya, gitu aja trus masyarakat itu kadang-kadang gak mau ribet pengennya itu gampang trus nerima itu gitu aja, gak tahu kalau dari segi teknologi saya gak tahu Interviewer: Anggep teknologi kalau gitu save Responden: Kalua save itu bagus pak lha kan yang keluar itu bias memenuhi kebutuhan masyarakat 8 lt perhari untuk minum aja umpamanya kalau per KK lho itu per KK katanya? Tergantung nanti keluarnya kayak apa keluarnya 1 gelas aja KK nya cuma 5 orang terus kayak apa minumnya seandainya kan seandainya kayak keramik filter netes..tes...tes lha orangnya ini tujuh orang padahal tuh gallon banyak disini trus depo-depo air banyak aaaa... lebih baik beli itu dari pada itu nuuueetees....suruh nunggu lama menurut saya gitu karena apa karena masyarakat disini kebetulan kami yang di tp itu lama itu masyarakat itu pengennya ringkes kalau dikasih alat-alat yang ribet ditinggal. Tapi kalau masyarakat sudah dikasih tahu kelebihan dan kekuranggan cara merawatnya nggih insya Alloh bisa aja cuman kapasitasnya aja berapa Interviewer: Lha sekarang dibandingkan dengan intervensi sampean yang sedang dikerjakan apa itu? Responden: Kalau intervensi kesling dan dari tp itu anu pak, air bersih pak bukan air minum, jadi kalau air minum. Air bersih kan memang harus ada perlakuan kami disini kebanyakan hampir 95% itu sumur bor dalam jadi rata-rata dibor 100 m trus dinaikkan ke tower trus dikasih kran itu. Kalau mau minum lagi perlu perlakuan lagi namun lebih baik itu dari air sungai yang jelas bakteriologis nggak ada cuman manganya banyak epinya tinggi phnya agak tinggi gitu Interviewer: Yang air bersih mangannya tinggi itu air sungai 68
Responden: Air bersih air di bor mangannya tinggi jadi ini tantangan juga di akademisi mas setiap rata-rata hampir 80% atau 60% air minum yang dibor itu kalau untuk masak itu cepet busuk cepet basicepet lunyut gitu lho, kalau sayur mayur itu bahasa jawanya cepet lembek. Interviewer: Ada yang ketinggalan kalau jabatan bapak apa? Responden: Kepala seksi bimdal kesehatan lingkungan Interviewer: Mengenai ini anu inikan artinya banyak intervensi kesehatan dasar ya, dari dinas kesehatannya bagaimana partisipasinya Responden: Ya kemarin pak sudah dikonsep tentang kerja sama MOU antara dinas kesehatan dan PMI mungkin yang tanda tangan kepala dinas cuman siapa melaksanakan apa saya nggak tahu karena kami gak pernah kedesa yang diintervensi, cuman kemarin saya dikasih pendapat untuk desa yang tepat untuk di intervensi mana desa untuk pembanding itu desa handiwong apa gimana itu Interviewer: Kedepan kira-kira kerja sama dengan PMI, Responden: Kalau menurut pendapat saya kalau pengen lebih bagus ya harusnya dari awal tahun itu harus sama-sama kayak gini karena kemarin informasi awal itu PMI mau mbangun sarana air bersih, saya suka karena sarana air bersih saya desa sebelah sana saya sebelah sini soalnya saya Interviewer: Kok tiba-tiba intervensinya cuman sodis ...air Responden: Saya nggak ngerti saya seneng, pas ini saya suka, nanti pmi mengerjakan ini saya mengerjakan situ Interviewer: Tapi berakhirnya dengan keramik aja itu Responden: Saya nggak ngerti pak, kemarin sama tuh yang dari Spanyol katanya tuh kan cuma 2 desanya, desa pulau kupang itu tetangganya desa terusan raya sudah saya intervensi mengapa temen-temen pmi nggak intervensi aja langsung. Interviewer: Disitu apa pak Responden: Apa pak di 2 desa itu pan anu sumur bor, air bersih jadi kemarin itu harusnya gini, saya juga nyesel yang dari ini yang dari Spanyol itu kenapa kok cuma 1 aja pulau kupang padahal kami kemarin usulkan saya diakomodir pak terusan raya masuk, harusnya gak masuk kemarin, kemarin pada saat pmi masuk ikut juga kerja sama dengan kami disini gampang anak orang-orang pmi kalau data dasar saya punya desa ini punya 2 desa yang handiwong saya gak punya karena 2 desa ini terintervensi dengan yang dari kementrian kesehatan lewat kami disini gitu, dari awal kerja sama bagus gak pernah bagus karena yang jelas kami dari itu kebetulan saya juga yang mensosialisasi jadi kan biasanya ada pendamping koordinator desanya kan setiap fasilitator saya dibekali dengan 12 alternative saran air bersih yang dipilih masyarakat seperti sumur bor dibagi 2 kelompok begini, sumur bor kerugiannya apa, keuntungannya apa. Sumur pompa tangan keuntungannya kerugiannya apa? Sampai 12 pilihan, mana yang terbaik, mana yang menurut masyarakat baik itu yang dipilih Interviewer: Sampean ikut membantu pmi memilih intervensi air ya pak Responden: Kami nggak, kan sudah terintervensi tadi jadi biasanya fasilitator kami itu gitu sebelum memutuskan kami datang lagi kesana, mana bener ini yang dipakai bisa rtnya beda boleh, rt 5 sumur pompa tangan rt ini...boleh Interviewer: Jadi dialogis gitu pak Responden: Ya jadi mana yang terbaik menurut bapak-bapak ibu-ibu, ini contohnya ini sampean nulis kelompok B kerugiannya apa keuntungannya apa ditulis, kalau banyak kerugiannya gak usah dianu apalagi minum air hujan, hujannya jarang tulis, jadi partisipatif Interviewer: Semetara dari PMI tiba-tiba intervensinya keramik Responden: Saya gak tahu kebetulan saya tidak dilibatkan, saya juga gak kepengen dilibatkan karena sudah ada intervensi dari kami. Kebanyakan dari kami tuh perlunya sumur bor mas. Sumur bor kebanyakan sumur bor dalam, sumur pompa tangan yang gini. Itu yang paling 69
mudah kan suku cadang paling mudah disini masyarakat ... Yang sumur bor dalam pakai listrik, sumur pompa tangan pakai kayu aja, malah ada didaerah alam sana pakai kayu aja gini ngalir juga orangnya suka.. Interviewer: Apa istilah pompa setan ya pak Responden: Itu yang disini di bunga mawar, saya nggak ngerti pak kadesnya jadi pokoknya habis ces...itu ya ngalir aja airnya, ada yang bagus ada 4 desa sampai dapat artesis sampai airnya melimpah-limpah, sampai tumpah di tower itu tinggi ada yang segini ada juga yang segini aja enak kan tinggal diungkit sedikit ngalir aja, kalau di.... banyak pasti mengalir pakai listrik Interviewer: Airnya bersih tuh pak Responden: Bersih...yang jelas ecoli equifarumm nol. Interviewer: Soalnya kemarin saya sama bapak ke Palangka tuh kan Responden: O airnya seperti kena pohon yang terbenam, humus, asam, gambut tapi moga-moga yang intervensi memang tepat pak, karena mereka menginginkan itu karena memang praktis, karena itu kapasitasnya sama pemeliharaan itu pak heran ribet, lha tapi kalau masyarakatnya mau yang gak apa apa kapasitasnya yang penting kalau bisa langsung minum ya lebih bagus lagi, memang kalau dari tp gak bisa kapasitasnya, kalau tes-tes-tes ... orangnya 20 lho lha kapan minumnya kan lebih baik nyiduk yang di sungai itu atau menampung air hujan yang kayak gentong-gentong disini itu. Wong sudah dikasih sumur bor aja masih nganu begitu ada intervensi dari pusat itu ada poin gini pak kalau intervensi dari pusat itu salah satunya kalau bisa menyingkat ibu-ibu mengambil air harusnya 1 jam menjadi 5 menit gak iso kayak gitu di kalteng. Kira-kira kalu bapak-bapak mau mengintervensi sumur bor malah bisa lebih lama dari pada sebelumnya. Sebelumnya tinggal dibawah rumah langsung nyiduk... lha itu malah jalan kesana kok itu sampen coret saya bilang gitu sama konultannya dari pusat gak bisa di kalteng gak cocok malah lebih lama cuman memang lebih bersih kalau sumur bor kalau bisa menyingkat waktu tidak semuanya bisa. Lha biasanya nyiduk dibelakang rumah Interviewer: Kalau pipanisasi ada gak pak ya Responden: Ada apakah pakai hydrant umum apakah kran umum ataukah yang lainnya yang pipanisasi itu banyak artinya pengembangan, ini dibangun seperti ini nanti setelah itu dia membeli pipa sendiri kerumah masing-masing, swadaya berhasil banyak berapa desa itu Interviewer: Untuk dapat airnya ada iuran Responden: Ada...ada malah kemarin di kalbar sana dipakai untuk percontohan Interviewer: Iurannya bulanan itu pak Responden: Bulanan tergantung bisnisnya, cuman diperdesaankan misalnya si A kalau air disini berapa iurannya, si B, di rt sini siapa yang mengelola anunya berapa anunya ada itu perdesa Interviewer: Kok sampean gak diarahkan saja seperti intervensi sampean, gak ikut diskusi Responden: Saya gak ngerti pak, saya belum pernah cuman memang disuruh membaca.. Interviewer: Wuahh kalau hasilnya pasti riset, yang nyuruh baca.. Responden: Pak Fajar Interviewer: Kayaknya lebih advance disini pak ya Responden: Saya disuruh jadi konsultan, saya gak mau disuruh ngerjakan itu hasil assessmen itu, kalau saya dikontrak jadi saya gak mau tapi saya mau bantu 100% gak usah dibayar saya bilang gitu kemarin. Tapi yang jelas pmi kalau mau kerja sama lagi sama kesehatan agak dipercepat pak karena kalau di pemerintahan kan mengikuti anggaran terus ada limit waktunya gitu, terus tidak bisa kerja sama sekarang harus sesuai dengan yang kemauannya ini gak bisa kan karena anggaran yang sekarang inikan sudah direncanakan dari kemarin apa-apa yang mau dikerjakan nha gitu, kalau gak gitu ya repot kecuali kalau dana seger seandainya dana seberapa umpamanya open menu dana sembarang dipakai ya enak ini gak bisa sekarang, 70
Interviewer: Iya ya malah...PMI nya isu koordinasinya Pak ya Responden: Koordinasinya bagus, cuman yang terakhir saya gak tahu, setiap ada apa mesti koordinasi kesini terus dimarkas saya juga datang, mis-nya mungkin dihasilnya ya itu. Hasil assesmennya itu, kira-kira muncul apa trus masyarakat muncul apa yang anu trus di tapi kalau itu kan menggambarkan masyarakat aja, kelemahannya kalau pakai kuesioner kan dari mana dari kesehatan mesti dibagus-bagusin Interviewer: Itu assesmennya internal mereka Responden: PMI saya punya datanya yang endline-baseline saya disuruh baca tapi saya gak mau wong saya repot tapi kalau disuruh mbantu saya mau nggak usah dibayar yang penting mbantu. Interviewer: Yang bikin siapa tuh pak assessment itu Responden: Assessmennya nggak ngerti tapi bagus kok pak anunya kuesionernya, hasilnya juga bagus cuman kalau seandainya kader apa istilahnya relawannya ngomong dari mana mbak dari pmi dari kesehatan wuuh mesti dibagus-bagusin, mungkin insya Alloh berapa persen yang representativenessnya Interviewer: Yang baseline itu Responden: Pokoknya ada saya punya disuruh mengomentari pakai bahasa Inggris segala macem itu saya repot ini saya bilang gitu kemarin Interviewer Boleh diminta itu pak atau nanti lewat pmi Responden: Nanti minta PMI aja nanti dikira saya mau nglangkahi. Interviewer: Itu yang tahun berapa pak assessmen Responden: Yang tahun kemarin ya, tapi kalau disini Pak Fajar aja sering kesini kok trus saya juga sering kesana ke markas, sama mbak yang 2 saya lupa namanya Interviewer: Jadi sebenarnya PMI dalam memilih untuk intervensi kayaknya kok dengan sampean memilih kok gak pas ya Responden: Kemungkinan gini pak beda sumber dana beda perlakuan beda juknis trus beda golnya, saya kemarin saya denger-denger itu pmi hanya merubah perilaku. Ya sudah kalau merubah perilaku saya yang membangun sarana air bersihnya sampean yang merubah perilakunya saya bilang gitu kemarin, cuma yang phbs ada juga yang disaya, cuma kalau pmi mau anu cepet-cepet saya gak bisa menunggu gitu kemarin Interviwer: Kesannya yang pmi top-down sementara dari dinas bottom up, gak cocok assessmennya kayaknya Responden: Gak ngerti kalau tahu-tahu kok muncul itu tapi mesti dari data itu pak, atau mungkin ada inisiasi informasi Interviewer: Gak tahu mungkin mestinya kalau memang air sekali sudah tarik aja lewat saringan pasir kan sederhana ya Responden: Sebernarnya gini kemarin kalau mau lho ya nah cuman gak ada omongan gak ada komunikasi kan ada sumur bor, kalau sudah diserahkan ke masyarakat itu kan tergantung masyarakat pengembangannya bisa, dia mau ini kesini sendiri gitu pakai yang dari pmi Interiewer: Dari pada masing-masing rumah dikasih alat ya kalau maintenance nya baik Responden: Ya maintenancenya, kemarin ada dari pusat sini pak, ada masyarakat salah satu desa mintanya semua penampungan air hujan, setiap rumah suruh beli itu drum-drum yang orange-orange itu, ya sampean milih kayak gitu curah hujannya berapa gitu. Lha gak ada hujan malah nyangkrak lha untuk apa. Interviewer: Ini secara kronologis pak, berarti keluarnya keramik filter dari pmi itu setelah adanya assessment itu ya Responden: Saya tidak berani menjawab karena pada saatnya yang jelas saya tahunya ada assessmen ada hasilnya trus keputusan harus pakai keramik filter gak ngerti, yang jelas mau ada intervensi di desa mana saya diajak habis itu kira-kira apa namanya ini memilih intervensi ya nggak dianu. Karena dulu dari 3 desa itu 2 desa saya intervensi pak pulau kupang sama terusan raya itu saya intervensi 71
Interviewer: Intervensinya apa pak Responden: Ya sumur bor dalam itu. Interviewer: Sudah berapa sumur bor Responden: 14-an sumur bor disitu karena kan untuk 250 kk itu saja Interviewer: Kenapa dia nggak nerusin ya Responden: Waduuh itu saya gak ngerti pak, yang jelas 250 juta itu masyarakat 10 juta, 40 juta in kind ngebor dsb Interviewer: di apa pulau kupang Responden: Pulau Kupang sama Terusan Raya, Handiwong nggak Interviewer: Saya rasa disinikan ada sungai besar sungai apa pak, apa ada monitoring mengenai kualitas air pak Responden: Kapuas hulu, ada pak per semester, bisa bandingkan sumur bor masyarakat sama pdam Interviewer: Kalau air kali, sungai siapa yang monitor pak Responden: Kami sama blh, harusnya menurut perpress kan 3 bulan sekali tapi 4 bulan sekali gak ada Interviewer: Yang dimonitor parameternya apa Responden: Ada pak ntar saya bukain, sperti flour, fe, mangan, ecoli, ph banyak lho pak, tapi tidak sebanyak yang dipermenkes lho karena kemampuan kami sebatas itu. Ada juga pak bandingannya masyarakat dengan pdam bagus masyarakat dibeberapa parameter Interviewer: Dari blh monitor apa itu kualitas air sungai ya contohnya Responden: Air sungai ya, kebanyakan ke perusahaan ya, tadi ada anak unlam kesini pak Interviewer: Kayaknya ini ada intervensi perusahaan, keputusannya kan pmi ngasih ini ceramic filter Responden: Kok muncul itu saya gak ngerti tapi yang jelas inisiasi saya diajak, ini data masyarakat yang ini pdam ini sumur bor, kalau yang sungai saya cari dulu, yang sungai yang paling banyak ecoli forma yang melebihi ambang batas Interiewer: Nah itulah yang saya kepengen share ilmu pengetahuan.
12
In-depth 5. PMI Kepala Markas Kapuas 5 February 2014
Interviewer: Silahkan menceritakan apa program PMI SRC inikan kelihatannya kekesehatan maunya, silahkan Responden: Dari kesehatan ini Pak ikut merancang kalau dari aspek kesehatan Pak ya kalau program- program seperti ini yang sempat saya khawatirkan itu adalah masalah sustainability karena itu pak, saya waktu dulu kerja di puskesmas, puskesmas Sebalai (?) pernah juga pak dapat proyek namanya family and health nutrition maslah kesehatan keluarga dan gizi, ketika program berjalan ya begini nih tanpa ada pendamping juga, nha kami melakukan kegiatan promiosi , kegiatan fgd, ketika proyek berakhir itu seperti ditelan iniditelan..gak ada bekasnya gitu. Makanya sejak awal tuh saya mencari kira-kira apakah proyek seperti ini akan terjadi hal yang sama. Proyek di kabupaten cukup banyak pak, proyek yang seperti ini cuma memang keterlibatan kita untuk perencanaan tidak ini tidak selalu detil karena memang porsi pusat kan selalu besar, jadi tidak dilibatkan sejak awal juga yang kurang ini melibatkan lintas untuk menjadikan proyek ini bagian dari lintas sektor. Memang sama binaan tapi yang saya rasakan juga kurang melibatkan yang lebih intens melibatkan segi kesehatan, pendidikan juga aparat desa yang sampai saat proyek ini berakhir hubungan itu tidak terlalu dekat. walaupun kaya dinas itu memang inilah sama-sama kesehatan gak terlalu inilah, yang lain-lain juga kita saya rasakan kurang. Kalau dari lintas sektornya seperti itu kemudian kalau dari aspek pencapaian tujuan dari sasaran program ini 72
memang yang diinginkan itu terlalu besar bayangkan waktu awal perencanaan itu mereka ingin menurunkan angka kesakitan, sebagai orang kesehatan ini kami memandang terlalu muluk karena supportnya terlalu kecil yang diinginkan terlalu besar. Itu pernah saya sampaikan jadi saya sendiri tidak terlalu berharap banyak yang seperti itu cuma memang dari jalannya program ini pak yang kita apa nih agak susah saya memisahkan antara masyarakat dan orang pmi. Kemudian ini pak dari aspek orang kesehatan ini masalah pelibatan. Pelibatan ini dirasa cukup kurang untuk setiap kegiatan yang karena gini pak untuk kegiatan yang kita ada apa-apa yang bukan spesialis kita sebagai relawan ya idealnya itu pelibatan petugas itu sangat intens. Saya sih maunya diawal itu bisa juga dihadiri oleh petugas didesa jadi seperti saya juga turun kesana di Handiwong setelah hari ke 3 itukan hari jumat, rupanya hari jumat itu hari pasar pak, jadi kita turun kesana terus petugasnya bilang aduh maaf pak kami tidak bisa turun terlibat dengan mereka kami sendiri sedang melayani pasien karena itu pak, pasien rame itu ketika hari pasar. Ketika diawal-awal itu saya terus mengkritisi kok keterlibatan petugas poskesdes, pustu itu ada aturan dulu keterlibatan kepemilikan proyek ini oleh mereka kurang dirasakan kan kalau kita masuk itu kalau kita punya orang istilahnya ya mereka telibat sekali didalam proyek ini, ya kita tuh dari masalah kesehatan begitu pak Interviewer: Inikan banyak donor kan datang dari mana-mana, sampean sebagai orang yang disini bagaimana pendapatnya? Responden: Saya sebagai orang kesehatan pak idealnya orang itu sampai pada titik pemberdayaan, memang pak proyek ini dari aspek perencanaan awal itukan belum selesai pak, harusnya proyek ini sampai masyarakat itu tahu masalahnya yang mendapat bimbingan dari masyarakatnya nha empowerment itu belum sampai. Nha dulu kita merencanakan itu, ada proses pemberdayaan masyarakat dimana mereka ketika tahu masalah dimana mereka bisa mengidentifikasi mereka bisa mencari solusi terhadap masalah yang mereka hadapi entah itu nanti dengan apa nih mereka menggalang dana dari mereka atau mencari bantuan dari pihak luar, tapi mereka ide itu muncul dari mereka, tapi kalau sekarang ini kan masih dicekokin makanya dan kesan apa ya ini memang susah sih maunya donor itu menghabiskan target dengan uang sekian dan ada kejar tayangnya yang ini kadang- kadang kesananya akhirnya apa ya.kalau ibarat program itu ya asal programnya berjalan karena banyak sekali dalam satu apa..kita pernah merasa kosong karena dana tidak turun tiba-tiba untuk mengejar ketertinggalan itu berbagai program di jalankan pada bulan-bulan tertentu itukan hasilnya kurang effektif. Dan juga kan implementasi proyek ini berjalan cuma 1 tahun effektif. Direncanakan itu dulukan sebenarnya 2-3 tahun sekitar bulan maret 2013 baru mulai baru turun kedesa, kalau dari situ pak sebetulnya kita tidak bisa menilai di masyarakat apa yang sudah dirasakan. Apalagi untuk melihat perubahan perilaku dari sisi kesehatan itu sendiri kita memang kurang pendekatan cara-cara perubahan perilaku untuk masyarakat. Sisi-sisinya itukan sebenarnya banyak sebenarnya dulu kita sudah berikan untuk pelatihan tapi memang karena waktunya terbatas maka bagaimana kita menciptakan satu model dimana masyarakat bisa berubah itu agak kurang kita tangkap dari sisi komunikasinya komunikasi perubahan perilaku. Interviewer: Sebagai orang PMI dan kesehatan kira-kira bagaimana pak? Responden: Kalau bisa program itu bisalah meliputi sustainability kemudian juga program itu bisa memberdayakan masyarakatnya itu sendiri walaupun butuh hal-hal yang sangat sederhana kalau saya lihat sekarang ini sudah cukup lumayan sih walaupun belum cukup buktinya tapi nanti kalau masalah penyakit diare itu diajarkan, bisa juga stimulasi cara bikin apa ini nanti bisa seperti apa gitu. Dengan begitu saja sudah ada kemajuan dibandingkan dengan masa-masa lalu demikian juga kalau sudah bisa apa... tapi mungkin kalau untuk merubah pola minum bagaimana effeknya kalau itu sudah bisa sudah bisa ada kemajuan. Baiknya sih kita tidak mengambil aspek yang terlalu besar untuk mencapai hasil akhir yang kita inginkan tetapi hal-hal kecil yang sederhana itu saja 73
yang kita jadikan sebagai titik tekan dalam itu saja sih. Cuman saya sendiri bagaimana cara men-designed-nya saya ..tapi ya artinya perubahan yang diminta sebuah project jangan terlalu besar tapi harus difokuskan kepada kegiatan yang ini banyak nih ada watsannya ada school healthnya ada kia-nya, seharusnya focus tertentu mana yang dianukan. Interviewer: Pak Jum, kalau boleh saya tahu pada waktu pengambilan data seperti apa, apakah responden punya handphone atau didatangani satu persatu. Metode pakai hp itu Responden: Pakai hp itu pak sebenarnya kita hanya mengulang apa yang dilakukan dengan yang pertama waktu baseline dulu rupanya dia pakai straightly . Random sampling eeh systematic random sampling. Jadi dia ininya modelnya semua diambil dari rt itu ya cuma pas dia di rt itu dibikin randomnya misalnya tujuh-tujuh rumah lima rumah dilihat dari ininya jumlah sample yang diinginkan di rt tersebut. Karena bu kalau saya sendiri yang saya tawarkan bukan ininya bu bukan methodologinya yang saya tawarkan sama mbak farra, eka itu saya bisa mengerjakan seperti dulu yang pakai hpnya. Dulu hp itukan dulu pakai epi surveyor jadi survey itu dia pakai itu Samsung galaxy yang mini itu yang kecil, di-install program epi surveyor nanti questionnaire ini sudah ada disitu bu, jadikan nanti pas wawancara itu namanya ditulis disitu, semua apanya itu dia tinggal ini nah itu nanti semua data itu langsung ketika mereka selesai wawancara dikirim langsung masuk server sudah jadi data ininya cuma itu saja saya tawarkan tapi kalau formatnya seharusnya dari ini ni peneliti. Kalau dari saya itu bu sebenarnya yang saya tawarkan itu cuma caranya saja gitu di mobilnya, Interviewer: Menurut enumerator mereka mendatangi responden ditanyakan dan langsung diinputkan ke hp, Responden: HP itu sudah disiapkan oleh PMI walaupun hanya sejumlah 12, jadi proyek ini punya pak kita punya dari Wonogiri. HP ini yang dipegang enumeratornya jadi kita cuma mengganti kertas sama hp dan kita sekarang tidak perlu entry y itu saja bedanya Interviewer: Jadi enumerator mendatangi responden yang 450 itu dengan menggunakan hp tsb. Ya pertanyaaan saya kalau tiba pada pertanyaan yang jawabannya lainnya Responden: Sebenarnya bu lainnya ini saya bilang sama Farra, inikan program yang saya pakai ini bukan survey lagi karena sudah tidak ada lagi gantinya adalah magpi. Jadi magpi ini mbak Farra kalau ada jawaban lain-lain. Nha lain-lain ini harus ditulis di hp waktu pak Robbi bu ditulis semua. Setelah saya bilang begitu sama Farra karena saya beli gratis pertanyaan dibatasi hanya 100, ini kalau lainnya dimasukkan pertanyaan ini lebih dari 100. Nha kalau lebih dari 100 kita harus bayar 5 juta untuk beli apa ini. Kalau pertanyaannya lebih dari seratus unlimitedkan kemudian kalau jumlah kuesionernya lebih dari 500 harus bayar nha saya bilang, apa kata Farra gak usah Pak manual aja ya akhirnya ada Pak manualnya kita tulis tangan. Saya bilang sama Farra saya gak bisa tuh ngentry-nya gak bakal sempat tuh saya. Nah itu terpotong jadinya, tapi ininya ada. Interviewer: Dilihat dari data yang pertama dikasih Farra itu data endline pada jawaban lainnya dari diare diisi yes, no itu yang menjadi pertanyaan kita apakah itu nanti mau direcode... Responden: O ya itu karena gini bu sebenarnya saya punya solusi sebenarnya itu sederhana saja dibikin lagi formulir ditempat lain kan dengan ini dengan akun yang baru minta lagi relawan untuk mengisi juga bisa Interviewer: Kita olah yang apa adanya tapi tadinya kita mau me-recode yang lainnya tapi setelah kita cari yang berikutnya gak ada. Jadi Pak kalau kita mau bandingkan dengan data baseline pada lainnya itu gak ada yang diisi. Responden: O gak ada yang diisi, sebenarnya itu bu ada, karena kata relawan mereka sebelum apa ini, wakktu dijalan mereka menginput untuk yang lainnya mereka sebutkan itu. Interviewer: Tapi gak ada Pak yang kami lihat justru yang jawabannya yes, no, yes no itu Responden: O saya nggak ngerti deh karena itu bu yang saya tiru itu memang form awal jadi yang saya tiru itu persis seperti form awal. Form awal itu juga berakhirnya kurang dari 100 74
kayaknya Pak Robi itu pakai gratis juga. Jadi gini bu kalau lainnya itu dimasukkan pertanyaan lebih dari 100 , soal lagi bu bila pada soal nomer sekian ada jawaban lainnya tolong cantumkan dibawah ini. Saya inikan, kami inikan sudah menawar pada yang punya uang jadi Interviewer: Pokoknya begini dari hasil akhir inikan pokoknya kita sebenarnya pada waktu bidding kita tawarkan waktu ..method tadinya kan seperti yang sampean bilang muluk-muluk sampai segitu tapi gak ngerti apa yang mesti dilakukan saya cek dulu ternyata ya sudahlah surat menyurat itu..itu terus mereka ya saya tahu mereka tidak ngerti kalau saya berbicara teknispun gak ngerti percuma paling tidak melihat sudahlah apapun hasilnya kita melihat inikan untuk exploratory studylah dan orang itu punya lesson, akhirnya saya bilang saya setuju yang penting itu, buntut-buntut nya saya mau membantu sama mengexplorir informasi yang bisa diberikan. Interviewer: Saya melihat beliau itu 1 sebagai orang kesehatan 1 sebagai orang yang ya..ya internal PMI sebagai kepala markas, ini baru sebagai orang kesehatan yang professional. Saya kepengen tolong diberi komentar kerjasama ini uang dari Spanish itu kelihatannya uang proyek itu kelihatannya ini polanya hampir sama bantuan Jepang, bantuan Belanda bantuan anu....ya kelihatannya ingin intervensi mulai pusat teruuuus kebawah akhirnya nggak nyampai community nyampeknya hanya sedikit, ini tolong dikoreksi kalau nggak...baru tinggal masuk lebih jauh..terus kemudian ini kalu dilihat dari sisinya ini juga terlihat buanyaaak sekali lha saya duga recuirement dari donor ini juga distrengthen tapi juga harus masuk kesini kelihatannya, tapi nampaknya ini uang habis disini...bener nggak ini tolong di.... Responden: Kalau saya sih sebetulnya uang itu ada di pusat, di propinsi dan kabupaten kalau dikita itukan menilainya diawal itu tidak terlalu banyak pak , kita itu baru banyak pada tahun ke 2 , banyak pelatihan itu aja banyak menyita kemudian tahun-tahun terakhir ini banyak kegiatan turun kedesa, itu memang banyak sekali menyerap dana, itu memang penyerapan dana ini banyak membiayai relawan dan juga pertemuan-pertemuan tingkat desa Interviewer: Terlepas dari dana ya, yang penting kegiatan itu banyak dikurangi dari ujung ke ujung nyampai disini.... Responden: O ya memang kalau untuk kegiatan tingkat masyarakat pak sudah lumayan karena kan tahapan kita sudah sampai melatih relawan desa kemudian mendistribusikan informasi yang mereka terima kepada masyarakat, nha sudah sampai begitu. Cumankan tahapannya itu belum sampai pada empowerment. Nha memang ini pak kegiatannya kan ada 2 komponen, komponen odnya dan komponen cbhfanya . Memang saya ini kalau melihat pengalaman apa ni saya lebih setuju memang programnya seperti ini artinya pak kami ni dulu dari nol pak, tidak ada apa-apa tapi bisa seperti ini. Interviewer: Silahkan masuk kesini ke pmi Responden: Dengan seperti ini pmi merasa sangat terbantu jadi saya cerita sama ibu tuh kami mulai dari tidak apa-apa disini, dulu pak orang tidak kenal pmi kalau pmi di kapuas sini mereka hanya kenal pak agung pak, seharusnya bapak wawancara pak agungnya kalau mengenai pminya. Sama identiknya pak agung sama dengan pmi kena apa setiap orang perlu darah itu utdnya, unit transfusi darah selalu bilang coba hubungi pak agung. Dan beliau memang suka donor rutin dan beliau juga suka mencari apa ni mencarikan darah bisa dia punya kontak banyak. Saya ini masuk ke pmi ini ketika beliau mengajar saya, karena saya dokter saya diajak untuk sebagai tenaga medis pak sunatan masal, nah itu interaksi saya sama pmi. Jadi pmi ini dulu kami berdua aja, pengurus inti sama saya sebagai tks, bukan tks tsr, tenaga suka rela cuman dari bidang professional, nah mulai akhirnya th 2007 saya sebagai sekertaris, gak punya markas pak. Alamat PMI dulu di laboratorium kesehatan daerah, nah pada waktu itu saya ditelpon sama pak Pier, ini kepala markas propinsi Matil katanya ada bantuan dari pusat dari pemerintah Spanyol mereka itu usul 75
ininya penguatan organisasi program kesehatan pertolongan pertama pada masyarakat, cuman mereka mensyaratkan kalau bisa kapuas ini punya markas dan punya staflah disini, kemarin saya ceritakan ke ibu tuh bagaimana kami menggagas ini pak, inikan dulu bekas puskesmas selat satu , bekas gudang dinas kesehatan setelah pindah, saya datang ke dinas kesehatan bu Wisa lah, kita minta satu ruangan ini kita pakailah untuk pmi, langsung saya teralis karena waktu itu mereka bilang harus ada satu ruangan yang diteralis untuk naruh satu computer dan satu cabinet untuk menyimpan uang, setelah saya photo saya kirim ke mereka. Mereka survey mereka bilang wah ini siap untuk terima proyek, padahal gak ada apa-apanya, cuma ada waktu itu kami mendapat sumbangan komputer, dibelikan mesin fax. Bapak kalau lihat itu diluar ini merupakan inisiasi bersama ada pmi, persagi, ppmi, ibi, idi kita ngumpulin duit untuk gaji orang jaga ini . Interviewer: Justru malah odnya yang lebih sukses. Responden: Itu memang sesuai permintaan odnya pmi pusat pak, karena memang selama ini puluhan tahun mereka kerja sama dengan donor luar ketika donor pergi pmi itu gak berkembang, kan orang-orang seperti kayak si dhika, kayak putra, kayak diki itukan kalau mereka pintar kalau mereka cari kerja mereka akan dapat ditempat lain, lebih sukses lah sementara pminya sendiri ditinggal dan nggak ngerti apa-apa. Sesudah proyek mereka itu selalu lebih maju maka pmi kan odnya lebih maju ketimbang. Nah kami mulai dari tidak ada kan proyek kppbm ini agar bisa berjalan mensarankan untuk punya relawan, kita ditarget di lfa itu punya sekitar 50 relawan. Kita pikir pak untuk korps sukarela kita latih 30 relawan itu kata orang propinsi ini pelatihan full menu, nginep di hotel 14 hari atau 12 hari itu full dibiayai semua dikasih uang saku setiap hari dan itu pmi-pmi itu gak bisa karena biaya untuk seperti itu gak ada kita tapi ini betul-betul jadi kayak sugi segala macem tuh generasi pertama yang merasakan pelatihan betul-betul 120 jam betul-betul luar biasa. Nha setelah mereka jadi KSR, dilatih lagi untuk kppbm modul 1 sampai 7 itu gak modul 1 sampai 3 terus modal 4 sampai 7 , e.. dua kali rasanya 1-3 dan 4-7. Nah mereka bilang setelah mereka siap seperti itu baru mereka turun ke lapangan. Nah memang ini apa dari aspek organisasi di pmi memang pendampingan di pmi yang dirasakan kurang itu yang bikin Spanish Red Cross geregetan mbak. Akhirnya mereka minta bagaimana kalau kami tempatkan 1 orang kami memantau project kami di kapuas, akirnya mereka taruh orang mereka disini untuk mendampingi ke lapangan. Ganti-ganti pak CJ, rizwan dan pak doni semuanya tuh sudah selesai pak. Nha mereka yang memimpin kami, doni sudah di aceh, rizwan di jakarta. Farra itu bukan orang cbhfa bidangnya pak , gak tahu dia tuh apa ya kalau di project ini akhirnya dia masuk dischool health kesehatan sekolah, mengambil sebagian kecil dari kegiatan ini gitu. Kalau yang lain lain itu ditangani sama doni. Kalau Silvy itukan country representative. Orang tuh berganti-ganti nha makanya orang itu dilatih turun ke desa. Kita merasa dan mereka dapat kesempatan ini menjadi pembina PMR disekolah. Kita bu PMR itu betul-betul alami artinya memang dulu yang pernah punya pengalaman ikut KSR mereka sukarela melatih anak-anak MAN dulu atau dulu yang pernah terlibat aktif di pmi dulu pembina di SMK jadi alami. Jarang yang betul-betul disiapkan nha sekarang ini betul-betul dilatih pak, disiapkan dana untuk melatih untuk menjadi pelatih PMR dan guru-guru yang memang pelatih PMR dilatih. Jadi betul-betul kami ini ditingkatan madya dikota ini semua itu ada pmr. PMI itu dulu dari sesuatu yang tidak dikenal ya itu sampai sekolah itu ingin punya pmr supaya dapat angka kredit ekskul gitu sampai nanya-nanya ke kita gimana caranya bikin pmr di sekolah kemudian minta sama kita dikirimkan relawan untuk menjadi pelatih pmr disekolah sampai kita kewalahan gak sanggup menerima permintaan. Nah itu saya bilang justru disitu kita berhasil untuk od membangun pminya gitu, kemudian kita ni berhasil menang diudara pak jadi sejak awal 2010 itu bu kita gini ni pmi kapuas jadi kegiatan awalnya pmi kapuas berjalannya saking ini bu saking gak adanya kegiatan itu kami upload semua saking gak adanya aktivitas gitu. Seperti kegiatan rapat pertemuan itu 76
kita upload semua, jadi selalu update. Jadi itu yang membuat kita jadi lebih terkenal kemudian kita buatkan akun twitternya, kita buatkan face booknya alamatnya untuk dan kita bikin ini bu laporan tahunan. Ibu kalau cari di google laporan tahunan pmi kabupaten kapuas itu pasti keluar itu, digoogle book berupa ini buku yang terdaftar di google book. Nha terakhir di 2013 kemaren kita bikin buku pak yang ada isbnnya. Jadi pmi kabupaten kapuas ini sudah terdaftar diperpustakaan nasional di salemba sebagai penerbit itu padahal modalnya cuma AD/ART, susunan kepengurusan sama surat permintaan untuk menerbitkan isbn. Terus saya bilang sama Farra ni pmi kab kapuas aja bisa bikin buku laporan tahunan itu punya nomer isbn. Cuma memang bu kita menang itu diudara artinya diatas menang untuk realitas dilapangan masih sangat, kita baru menang itu disekolah pak, masyarakat masih mengenal kita dengan donor darah karena yang sering itu jarang paling anak-anak muda yang sering mengakses. Tapi akir-akir ini saya sering memantau perkembangan like, pertama tuh like, pmi dulu tuh likenya paling cuma 72, 100 kemudian perkembangan perminggu paling cuma 105 sekarang ini makin meningkat yang like-like, ya lah alhamdulillah artinya lebih dikenal. Nah ini bu dulu yang mengisi situs itukan saya, saya ajari staf semua saya bikinkan akun coba lihat ini pak email mereka itukan sol@pmikapuas.org kan keren itu jadi gak. Itu saya gmail cuma karena punya domain kita bikinkan kemudian kita kasih masing-masing staf itu akun. Nah itu mereka saya ajari bu cara masuk ini, bikin artikel, upload photo, segala macem jadi saya sudah gak lagi ngerjain itu. Nah ada relawan lapis kedua setelah relawan itu dilatihkan ada lagi pelatihan kedua yang kita latih untuk menjadi pengisi. Nah itulah diisi sekarang si novi, si ayu. Itu bu jadi mereka bertanggung jawab masing-masing desa, jadi kalau mereka dari lapangan itu harus di-upload berita, photo-photo dsb. Dulu kita masing-masing berita photo tuh cuma 1 karena farra berkepentingan dia minta sama anak-anak ini, kalau upload photo jangan cuma 1 jadi nanti kalau saya perlu photo saya ambil langsung aja dari internet. Maunya farra itu biar praktis dia tuh kan untuk ini pak untuk melengkapi pertanggung jawaban. Jadi kita menangnya diudara dan kita sudah ikut ini bu event-event internasional. Jadi kalau ada apa..di federasi itu kan ada ini pak sekarang ada distance learning mereka pakai online , pakai itu di google nah kita sudah mulai kontribusi di kapuas beri masukan pengalaman kita dalam pengelolaan apa ni relawan dan ... Interviewer: Jadi mereka sendiri orang yang di...request anu...gak ngerti, semula diminta od, cbhfa dua-duanya tapi inilah setelah orang cuma mau saving money gak mau akibatnya kehilangan barang yang sebenarnya menjadi itu yang ..nawar, nawar, nawar, kalau orang jepang nggak sudah nggak pusing dengan..kalau ini gak tahu ya kayaknya kok tapi terus saya bilang sama eka, eka saya okeylah prinsipnya saya membantu saya pengen lihat, nah ternyata melihat banyak sekali dari sisi od, bukan dari.. Nah sayakan untuk kepentingan nasional ini kalau boleh nanti saya singgung-singgung juga ini berdasarkan ini Responden: Sebenarnya pak keterlambatan ini pak sebenarnya kalau dari sisi program kan cukup panjang. Ini pak kita tuh sempat terhambat karena kasus keuangan di pusat jadi spanish itu gak mau kirim uang sebelum masalah keuangan ini diselesaikan oleh pusat jadi kami sempet ini bu sempet tertunda nah itu yang akirnya implemantasi dilapangan jadi terganggu. Ini aja mulai november sampai sekarang belum selesai. Masalah disana kan juga berpengaruh besar disini. Karena keuangan itu dulu sempet ini bu sempet di cut tidak lewat pusat jadi transfer itu lewat propinsi waktu kasus itu. Karena kan gini spanish bilang kami tidak akan mengirim uang sampai permasalahan ini selesai nah tapikan cukup lamakan kalau dari pusat menyelesaikan masalah itu oleh karena itu agar proyek ini tidak bermasalah bagaimana kalau kami diijinkan untuk transfer itu lewat propinsi. Jadi propinsi yang transfer ke kabupaten. Setuju. 77
Cuma yang saya suka itu od nya sebagai kepala markas saya kan terbantu pak. Satu tahun pertama bu saya menyisihkan waktu jadinya malu juga sama pegawai negeri karena setiap hari tuh pak ya saya terpaksa menyisihkan waktu dari kantor kesini memang harus apa... nah tahun kedua saya juga mengurangilah karena sekarang kan sudah mandiri paling tidak seminggu sekali. Kalau dulu kita kalau ada apa-apa skype aja wuaah keren banget jadi chatting kita di skype, farra disana...kantor, staf disini sebentar sudah jarang lagi dipakai Nah cuma kelemahan kita bu disini, kelemahannya tuh saya nggak disini, karena namanya markas, namanya kepala markas itu begini pak stand by karena seperti masalah sekarang inikan masalah itukan setiap hari mereka kunjungan itu setiap hari atau seminggu nah belum lagi sekolah sehat itu dulu ada pendamping dari palang merah spanyol pak ada si doni yang palang merah spanyol itu, nah syukur si donni itu nggantiin saya, padahal fungsi itu harusnya dijalani oleh kepala markas tapikan... Pak Warjo pak itu yang di Wonogiri nah itu yang saya bilang saya dulu sudah pernah mundur jadi kepala markas, karena saya nggak bisa mengemban kepala markas harus stand by disini paling tidak setiap harilah turun gitu. Sekarang gimana nih rumah sakit nih sudah mau akreditasi pak nih Interviewer: Saya rasa dua-duanya sudah saya punya informasilah paling tidak nanti walaupun misalnya cuman sebelah sini mungkin saya akan singgung-singgung sedikit, ya ini kan untuk kepentingan nasional Responden: Tapi pak th 2014-2015 ini donor juga habis pak, donor ini juga sudah keluar semua. Interviewer: O ya ada policy begitu? Apa dibilang Responden: Karena dulu ini mereka banyak masuk ini karena Aceh pak, jadi mereka itu mulai dari Aceh kemudian Sumatera Utara, kemudian gempa di Jogya, barulah yang lain-lain ini ikut-ikut yang ada aja ini habis nih pak. Farra tuh sebentar lagi habis, sekarang ini dah mulai cari-cari kerja melamar-lamar kerja. Kalau saya pak disini belajar, o jadi begini mengelola proyek besar, saya kan sebetulnya peluang fund raising atau income generating itu cukup besar karena saya ini bilang bu waktu saya melatih relawan magpi . Saya bilang begini ini kalau kita punya modal ni, ini kita bisa tawarkan sama kpu pak, kita tinggal bikin form aja untuk semua tps itu ininyakan real time partai ini segini-gini langsung kan . Kalau untuk survey kami menyiapkan toolsnya jadi gak perlu repot. Jadi kemarin itu begini pak waktu melatih relawan itu kita bikin survey singkat kita coba hasilnya o mantap nih bayangkan nanti kalau saya ada kasus klb ya kan, orangnya tiggal datang disini, petanya langsung muncul disini di google map tapi kita bisa lihat o sebaran penyakit ini kayak begini ni kemungkinan jadi ininya begini, jadi untuk sementara bu kami menawarkan ke dinas kesehatan Interviewer: Mapinya dibikin pak fajar sendiri? Responden: O gak down load pak itu semua relawan sudah bisa jadi saya bilang, jadi sebelum pelatihan untuk jadi enumerator ikut pelatihan magpi, saya bilang kalian harus tahu karena ini gampang, kalian harus tahu karena ini bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan . Kalau nanti kalian mau daftar relawan kalian tinggal beli begini aja di hp yang penting kalian bisa bikin formulirnya. Interviewer: Terima kasih atas informasinya
78
13-14 In-depth 5. PMI Pusat 18 February 2014
Responden: Ka Subdit Public Health, SRC Representatif, Indonesia, Program Officer SRC) Tempat: PMI, Pusat, Jl.Gatot Subroto Ka Subsit PH: Saya disini sebagai kasubdit kesehatan masyarakat, jadi cbhfa ini salah satu program dibawah subdit ini, jadi ada program lain juga jadi untuk cbhfanya lebih kepada program pendekatannya pintu masuknya untuk kegiatan promosi kesehatan yang berbasis masyarakat. Untuk dikapuas sendiri peran di pmi pusat sebetulnya lebih kepada pembinaan sih jadi pelaksana realnya sebetulnya memang bener-bener temen-temen staf dan relawan di kapuas dengan leadingnya tentunya kepala markas di Kapuas gitu dr. Jumatil Fajar. Kalau dikita dipusat lebih pada mulai dari awal itu perencanaan kalau siklus PMR nya mulai dari perencanaan programnya gitu bagaimana kita mulai dari ketika awal dulu 3 tahun yang lalu ya asessmen gitu, identifikasi kebetulan yang identifikasi kebutuhan masalah disana itu seperti apa lebih kepada proses pendampingan assessmen disana kemudian kebutuhan dasar dulu belum baseline pak ya, kemudian dari situ kita buatkan proposal bersama-sama tentu saja dengan temen-temen di Kapuas dan propinsi Kalimantan Tengah kemudian untuk diajukan kepada Palang Merah Spanyol. Penyusunan LFA, penyusunan detail turunannya mulai dari menentukan indikator capaian di program itu, kemudian kegiatannya apa saja sampai detail anggaran itu dibahas bersama antara pusat, propinsi, Kapuas dan juga Palang Merah Spanyol, itu lebih proses partisipasi. Kemudian tentunya kita belum, nggak bisa tiba-tiba terjun ke masyarakat ya melakukan pelayan atau kegiatan tentu ada komponen penguatan kapasitasnya disitu nah ada beberapa rangkaian pelatihan dulu yang harus dilalui oleh temen-temen staf maupun relawan di Kapuas sebelum mereka punya kemampuan untuk bisa melakukan kegiatan di masyarakat untuk cbhfanya. Jadi ada beberapa pelatihan yang kita berikan disana mulai dari..kalau Kapuas ini kebetulan markasnya kita mulai dari nggak bilang nol sih tapi lebih kepada menyiapkan strukturnya yang bener-bener bukan cabang yang kuat, itu mungkin kita bisa lihat di beberapa kabupaten, kota di Jakarta yang mereka sudah berkemampuan untuk melatih relawannya sendiri, ketika pelayananpun tidak perlu well intervensi dari pusat mereka sudah bisa langsung terjun sendiri . Nah untuk Kapuas ini mereka jadi kita bener-bener nyiapin struktur dari mulai stafnya, dan idenya konsepnya sudah sangat bagus sebetulnya, dikepala markasnya nih selaku apalah lokomotifnya tinggal butuh boosternya lagi dorongan sumber daya manusia sumber dana dari pusat dan juga dari Palang Merah Spanyol untuk nyiapin markasnya, perangkat kerjanya gitu. Farra: Jadi mungkin aku disini bisa masuk Pak ya jadi kalau saya mungkin memang tidak dibagian kesehatannya dsb tapi karena saya di SRC juga untuk koordinasi dan apa namanya pengembangan organisasinya jadi memang pada saat kita tahu bahwa Kapuas itu seperti tadi mbak Eka bilang ada sudah lahir tapi memang pada saat kita masuk itu tidak ada staff sama sekali. Jadi memang hanya struktur kepengurusan dimana memang sekertaris itu merangkap sebagai kepala markas, jadi karena memang sama sekali tidak ada staff jadi kita memang membantu dari apa namanya tetep bantuan dari pusat dan propinsi, kita ngebentuk kebijakan-kebijakan misalnya pembentukan peraturan rekrutmen seperti apa trus apa namanya sistem penggajian nanti seperti apa, jadi kita bantu saya lebih kebagian situ jadi rekrutmen seperti apa, jadi kita mulai dengan rekrut 4 staff dengan komponen yang berbeda-beda, jadi saling menguatkan terus nanti dari situ kita masuk kerekrutmen relawan. Jadi memang bisa dibilang nol, dalam arti ke human 79
resourcesnya yang nol tapi sebenarnya dari kalau misalnya kemarin Pak Sumengen sama Ibu kesana kan kelihatan itu sebenarnya adalah kantor sekertariat bersama, jadi tuh kita cuman mulai dari satu ruangan saja kecil sekali sampai akhirnya mungkin dilihat dari apa namanya dinas-dinas terkait terus habis itu performance yang baik akirnya dia dapat ijin melebar kepintu-pintu berikutnya tapi memang lebih kesitu sih saya sendiri, lebih kepada manajemen relawannya manajemen membantu membentuk teknisnya apa..kerangka nya seperti apa gitu. Interviewer: Jadi status Bu Farra itu sebagai orang di Spanish Red Cross atau orang di PMI? Responden: Di Spanish Red Crossnya dimana ada apa namanya officer satu lagi yang memang ditempatkan di kapuas, seagai SRC juga tapi diperbantukan kesana yang apa Sdr. Donny tuh lho Bu. Interviewer: O yang sudah selesai ya Responden: Ya dia sudah selesai Interviewer: Dia masih ada dimana? Responden: Sekarang di Aceh Interviewer: O kalau kita kontak masih bisa, ok nanti saya tilpon Responden: Masih bisa kemarin sudah dikordinasikan dan dikomunikasikan bahwa beliau bersedia saja Interviewer: Paling enak apa waktu dia biasanya Responden: O atau mungkin saya tanyakan dulu ya konfirmasi nanti jamnya gitu ya ya, enaknya jam berapa gitu ya Pak, boleh-boleh Interviewer: Kalau bisa skype, nanti kita skype Responden: Skype mungkin lebih leluasa ngobrolnya jadi nggak.ya..ya.. Interviewer: Nanti saya minta nomer skypenya dia, nanti saya kasih nomer skype kita Responden: O ya..ya..baik Pak Interviewer: Mungkin lebih..lebih.. Responden: Ya mungkin lebih kalau Farra lebih ke partnershipnya, OD-nya dengan SRC, kalau saya lebih kepada program itu dijalankannya Interviewer: Jadi ni statusnya kayak dari Spanish Red Cross memberikan technical assistance ke PMI terutama di Kapuas, ok Responden: Karena biasanya kalau kan sedikit ditambahkan kalau mungkin donor..yang membedakan antara donor swasta dengan inikan mitra gerakan kami menyebutnya sesama palang merah, jadi lebih banyak..jadi bukan seperti donor tapi lebih mitra jadi bagaimana dua pihak ini tidak hanya palang merahnya tidak sekedar memberikan bantuan dana kepada PMI kemudian menagih laporan gitu ya..tidak hanya seperti itu tapi lebih banyak terlibatnya, lebih banyak involved diskusinya disitu bagaimana program ini dirancang dan dilaksanakan, bagaimana dimonitor dan seterusnya di evaluasi termasuk misalnya dalam prosesnya kita juga masih juga misalnya konsultasi dengan Federasi Palang Merahnya atau dengan konsultan yang butuh...ada bagian yang kita butuh expert diluar kapasitas kita misalnya seperti itu, lebih kepada itu. Kalau saya sendiri lebih ke misalnya pelatihan-pelatihan kalau cbhfa disitu kan nanti bagaimana lebih banyak staff dan relawan itu dibekali...kalau tadi Farra bilang rekrut...itu orang-orangnya fresh ya Pak baru gitu, ada beberapa yang sudah berangkat sebagai relawan artinya dia sudah sering berkegiatan sebagai palang merah tetapi ada juga yang fresh baru gitu. Rekrut relawanpun juga banyak dari mahasiswa yang mungkin sebelumnya belum pernah tahu PMI itu kegiatannya apa saja. Itu kita mulai dengan pelatihannya lebih kepada KSR dasar korp sukarela relawan jadi direlawan itu ada materi dasar yang harus mereka ketahui sebagai relawan pmi Interviewer: Modul 1 sampai 7 Responden: Ya, itu mungkin nanti kalau bapak mau bongkar-bongkar lagi dipersilahkan Interviewer: Saya sudah baca, saya sudah punya catatan 80
Responden: O gitujadi lebih bagaimana mereka atau pmi itu apa, atau bagaimana menggali permasalahan di masyarakat bagaimana memilih prioritas bagaimana menggunakan itu sebagai dasar kajian mereka melakukan tindakan perencanaan baru mereka punya oini prioritas A didesa A mungkin beda didesa yang lain baru mereka melakukan kegiatan pelatihan kepadamereka setelah mereka melakukan pelatihan mereka punya kemampuan untuk melatihkan kembali kepada relawan desanya lagi gitu, lebih kepada itu..apakah lebih kepada aspek pertolongan pertamanya apakah dari aspek pencegahan penyakit dan promosi kesehatan gitu ya. Kemudian..apa ya.. itu kalau dilingkup masyarakat, kemudian identifikasi kayak misalnya watsan, kebutuhan komponen ternyata nggak hanya softwarenya nih kalau edukasinya lebih baik software kebutuhan komponen hardwarenya, maka ini akir menjadi ada keramik filter itu karena diskusi dengan pihak dinas kesehatan mereka sudah melakukan mereka punya program pamsimas itu cuman lebih kepada fasilitas umum sehingga hal-hal yang sifatnya ditingkat rumah tangga itu belum apa ya.. tersentuh, nah itu Interviewer: Kebutuhan air bersih ya Responden: Ya itu sesuai mandatnya kita melengkapi apa yang belum terjangkau oleh pemerintah sampai tahap itu, nah diluar kegiatan ditingkat desa itu juga ada kegiatan lain yang artinya kita harapkan markas ini bisa hidupkan tentu dengan aktifitas ya Bu ya, ada kegiatan, relawan lebih sering berkumpul, lebih sering ada kordinasi lebih sering ada kegiatan makanya lebih sering juga didalam situ juga ada kegiatan sekolah sehat. Nah sebetulnya selain sekolah sehat itu mereka juga ada binaan disekolah-sekolah sekitar pembinaan PMR itu lho Bu, ada di 15 sekolah selain yang didesa itu jadi merekapun jadi Pembina untuk sekolah-sekolah di PMRnya. Kemudian diluar itu juga ada kegiatan pelayanan sosial di Kabulat dipemukiman kusta, tapi memang kita membaginya menjadi artinya tidak semua kegiatan yang komponen supaya markas ini punya hidup dulu berkembang ada komponen yang kita ukur bagaimana kegiatan ini memberikan dampak melalui cbhfa ini, lalu ada kegiatan yang men-support OD nya secara kelembagaannya ada yang banyak pada services kepada masyarakat. Farra Kalau dari kurun waktunya memang projectnya itukan 3 tahun, jadi ditahun satu setengah tahun pertama bisa dikatakan demikian jadi setelah perekrutan dan relawan memberikan pelatihan KSR dasar sebelum apa namanya masuk..terjun kelapangan di desa itu memang markas distimulan dengan stimulasi dengan kegiatan-kegiatan kecil dengan adanya pelayanan sosial itu tadi jadi mereka apa namanya dengan adanya kegiatan kecil hanya dampingan yang dilakukan misalnya sebulan sekali jadi misalnya contoh di..yang tadi mbak Eka bilang di Kabulat itu jadi itu ada satu daerah yang isinya itu memang masyarakat yang menderita penyakit kusta. Jadi itu setelah apa namanya kita pelajari itu memang pelayanan dari dinas sendiri sudah mulai berkurang. Jadi temen- temen itu masuk sebulan sekali jadi disitu memberikan pemeriksaan kesehatan dsbnya ditambah lagi adaitu hanya 6 bulan pertama trus mereka coba ke..ada SDLB, jadi mereka coba ada kegiatan relawan itu bermain karena mereka bentuknya pelayanan sosial tidak ada satu program khusus jadi menemani itu adik-adik bermain bersama kakak- kakak PMRnya atau KSR nya seperti itu jadi hanya sekedar untuk menghidupkan kegiatan rutin di markas itu sebelum mereka masuk atau terjun ke kegiatan besar seperti itu Sylvia Hi, sorry Interviewer: Hi.its ok Interviewer: Kalau untuk proyek tadikan dikatakan 3 tahun start persisnya kapan Responden: Startnya itu kalau secara ini January ...e...February 2010 itu start-upnya kita mbak ya Feb 2010, sebenarnya sih kalau project agreement-nya itu December 2010, secara agreement Des 2010, tapi pelaksanaannya di Feb 2011, berakhirnya.selisihnya 3 bulan Pak Interviewer: Desember 2010 ini yang tertulis kenyataannya 81
Responden: February 2011 berakhirnya di 30 November 2013 tapi juga sudah kita perpanjang sampai February 2014. Interviewer: Lha ini Bu Eka nggak ngomong English aja agar dia tahu kan kita lebih baik Responden: We just start, so we discussion Pak Sumengen and Ibu Anna just start with us, we just explain what is our role in this project and what is the contribution and then the project implementation from the beginning and then until, but we are now, I am just explaining about the small social services and the community just start like one and a half year the project started and what is really aimed having the services activity just to stimulant the stimulate the office the branch, because the branch start with an empty office through this project we recruit staff and then volunteer something like that. Eka Because in the first year we are busy with the capacity building not.. I mean not really I mean not jump into the community directly but several activities for training support, equipment support, to set up the capacity of the office and also the staff and volunteers, before the do.. Before they delivery the services at the community level,.so actually its recorded ok Interviewer: Do you agree we just looking for only the information in order the reach our understanding about the project particularly in relation to the cbhfa and then we are asking about your role, her role and, so they may have different role each other and every body contribute to the .. thats up Responden: Ok thanks, so we continue in bahasa or in English Interviewer: Well, I think so every body can get it Responden: For me better to explain in bahasa Interviewer: Gak apa-apa belajar.. You dont have too.. Indonesian doesnt speak well but it well.. Ok Responden: From my side ya I think ya after the training through the volunteer and then.. we have some technical training and TOT so KSR, and the break down mbak I think module 1 up to 7 is not deliver like one time. We break it into 1-3 and then like practice and then break some modules gitu lho Bu, so actually we are now in Englishso Sylvia if you want to add something, inikan menjangkau kesana Bu ya Interviewer: Iya Responden: So its not one by one Sylvia, you can jumping Interviewer: How about what do you think.. We need just together but you may have different think. To make people can make pass this way Responden: So, the participatory method is not only during the planning for the project document, so because all participant are involved in developing project document from Kapuas, from SRC also from pusat but also during capacity building in that planning so the cbhfa is consist of 7 modules but we are not deliver in the same time, so we are use learning by doing we called it learning by doing methods, so its like step by step. Like modules 1 until 3 its about red cross movement so they introduction so when they got this information during the training, so they trained again to the volunteers with the topic is about the red cross movement, what is the movements, what is kind of activities, kind of services that apa ya namanya runs by pmi, also how they recruit the village committee, how they recruit the village volunteer and then how they shared this information about the red cross to the village committee and the village volunteer and also they do some like including the apa namanya the identify the health priority at the community level, so when after that we trained them with module 4 is about first aid. So actually in the cbhfa the first aids is very basic because it really for community based level is very basic first aid, but we gave them apa ya up grade the level because we also not only give so the volunteer as a volunteer they are not they can divided so this the first aid for as first aider I mean as branch volunteer when they do first aids services as the first aider but when they trained to the village volunteer they really apa namanya simplify the first aids how they do this at the community level with very limited equipments or tools in the at house 82
holds level, so when modules 5 until 7 is mostly optional topics. Actually when you see there is really when the branch volunteer received all the topics I mean they know about this kind this is it. But when they go and trained the village volunteer they only share the clarity topics at the village level. So thats different level apa namanya the from the branch volunteer with the community. We gave them also some additional skill about watsan like also from international federation (ICRC) to trained them how the 5 methodology on how to doing water filtration on house hold.. not filtration I mean water treatment at house hold level, so we gave them some induction on how about they house hold water treatment at the community so there is and then apa lagi. It is eventually related to the most highest ini apa for the diarrhea because this is the luckily memang in this 3 villages we have the same topics Pak because each area usually have different topics in this area and compare for the secondary data information untuk puskesmas only ya mbak we have diarrhea, malaria and hypertension, and this 3 topics same in the 3 villages. And the number one is diarrhea watsan is actually to address this topic. And also the first aid at the river, first aids di ladang apa sih, its for accident the seems so one of them activities for aids approach they want to have approach first aid applied for river accident terus and at working place karena ya diladang gitu ya farming. So I share the link of the website of pmi kapuas to consultant already, now show the face book to see including your pictures Pak. Your pictures already in the blog, your pictures Interviewer: Very fast, thank you for helping us really its very effective the young , energetic Responden: You can see the stimulation of the first aid the river its very nice articles also the picture they how they do the stimulation at the river sungai ya , and also several activities regarding the hypertension. Actually for hypertension is not yet including in module 1 7 the existing cbhfa modules, but when we found that there is needs there is also one of the priority problem at the community level the hypertension so we are looking, because now actually at the headquarter level we are in the process for adaptation module 8. Module 8 is for none communicable diseases and healthy life style, but the module is not ready yet but we are have a several a workshop and also with federation during developing the modules so we are have.. we are in advance in information about this modules even though adaptation is not final yet but we can bring some information to give them an additional information on how to delivery message about hypertension it self. Also we are involving the puskesmas and the doctor and of course nurse to trained them on how to address this issue and like how to check the blood pressure then how to promote, how to do the health promotion about the hypertension So all of the pictures and activity are.. I mean we.. for me is really Interviewer: Before that I read already the webs before this new. For this new I need to see Responden: You have to see your pictures Pak There are 2 articles now Pak. Because the one that I shared because I share the one already Interviewer: About our activities, can I already putting in the web Responden: Ya already, I copy the web link but this is only the 1 st article and the 2 nd article I just upload about 2 days ago after. You can open after this Interviewer: Sure Responden: And this also who want interesting is because the enthusiasm the volunteer to record all the activities. I mean they are really is not I can say its not happen in every branches it, other branches also they do but not. This is the one of a good example from Kapuas they really capture what they do. They have to apa ya willing to writing the articles even some times maybe the quality of the pictures is not so good but for to willing of record the moment and also the writing ya because is the most important to published. And also other thing is the dr. Jumatil are also his very active in Red Cross groups with the federation in the global actually event, when he stayed in the district I mean he really open minded. 83
Interviewer: Yes, I show his writing a lot, its good Responden: I mean with the Red Cross you dont have any bordering to have communicating even you are in the district you can communicate every where. Interviewer: Do you have any training module for IEC? For educating people especially in the grass root, because I didnt see them, I just obtain by the local it seems that made by them selves Responden: Ya ya we provide oh ya..ya.. We have like a flipchart Interviewer: What ever about the cbhfa maybe we need to have it Responden: Ya ya ya Ill give it to you one package ya. So actually the thick book is only for volunteer because they have to know about.. but when they go to volunteer they didnt bring the book Interviewer: O ya I saw the book what I am thinking is the tools for IEC material so the volunteer use these tools for refreshing such as flipchart whatever, well.. gak usah sekarang Responden: By think I dont know if you have opportunity to see also that the volunteers not only very enthusiastic and but also very creative and they now used the tools which pmi modules but also they have a song, they have written the lyric of some song in regards the different diseases and also depending on a group of volunteer Interviewer: Some of them also write a poem, ya pantun Responden: Poem, they create some poem and the text addressing the issue of the diseases Interviewer: Also some of them searching about the health form internet especially for diarrhea and malaria and the hypertension and then they share it to community Responden: Ya but luckily having Pak Jumatil as a doctor, some time when the volunteer brows some information from internet they first go to Pak Jumatil, so his the one like consoling and then make standard information and then they delivered to the community. Jadi from some resources Pak Jumatil still doing the filter so, based on community knowledge we can not so give them very detail information very basic one Interviewer: Do you have such as periodically report written report Responden: From the branch Bu Interviewer: I heard from them that they submit a report from the community to the branch Responden: Ya, and then go to chapter, ya monthly Interviewer: This is periodically report. O.. monthly report, mau pak ? Ya sample beberapa aja yang ada isinya aja Responden: Ya the reporting has been quite challenging. Ya so they..they.. at the beginning it was ya, we using the tools ya so Pak we have to simplified you have to adapted to the community and also to the branch as we set-up at the beginning so the branch almost nil. So all the volunteer are new Interviewer: I saw the volunteer is form the report to whats that the branch volunteer, coordinators something like that, its like daily report, I think thats very good Responden: O.. the coordinators volunteers Pak ya. There is a moment that so every month the branch volunteers will need to go to do some kind of monitoring, so they will conduct this for days a meeting so in this moment they will lead a community volunteers and then doing the recap of the report so, how many house that they visited and then they need to recapitulation. Interviewer: Yes I saw the form. Responden: And then from this one the branch volunteer need to report to the staff, so the staff the whose the one who need to develop into the narrative one, some thing like that so Because.. so they are doing the recap for the report in one time, I mean during the meeting not I mean not, its quite challenging when they have fulfill one by one, they have to like to collecting to all more than hundred village volunteers very challenges for us thats way the method is just to one time meeting and the branch volunteer doing some 84
recap for this kind of report then is more easy for us to get to collect information from them. Interviewer: Do they have especially for the village volunteers copy Responden: Ya Interviewer: Each one Responden: Each, village volunteer right, they get after the training. This to facilitate when doing the house hold visit. For house hold visit ya thats way because it small size. When they do the house hold visit maybe several I mean not like community meeting Interviewer: They have a tool right? Do you have like using a flipchart or whatever? Responden: For the community meetings? Interviewer: For the several people Responden: Ya, there is a flipchart bigger then this one, actually we are not produced the bigger one for Kapuas Interviewer: No I mean, let say I am the village volunteer, I would like to go to visit to house hold they have like flipchart only several pages like this not to thick? Do they have the example telling about malaria, telling about the. Just very simple Responden: O..actually because the idea adapting this kind of IEC material is .. this is actually optional topics so we dont have to apa namanya give them all this informations, but what happens in other branches in other district when we give them lose binder, I mean like its like one map, bukan map folder, one folder but not use this rings its really optional topics so they can choose which one they need when they go to the community but its lose apa bener-bener lose, hilang they loss the IEC material. Interviewer: Jadi dia punya ya misalnya saya mau explain tentang diare just one page, for TB misalnya Responden: Previous printing also lose binder Pak. Ya actually that the first idea Pak but learning from the previous one because the IEC material provide all topic, but when they want to go the village volunteer they can just take it out the one that they dont want to disseminate, so they only chose the one that as a priority but based on the previous they just loses because if its going to be open ring that way we gave them like this one and very thick Interviewer: Is it including hypertension Responden: No. Ya we are also thinking about, because we also maybe in the next time will find another priorities maybe during this period, diarrhea, malaria, and hypertension is the priority but maybe in the upcoming years we dont know maybe they find another issues they still have this IEC materials. Because in the our lesson learned in the previous printing when it lose binder not using it ring it will loss, they getting loss they forget put somewhere is not complete yet again. So just to make it, maybe its to thick but this still have one package of the health information. That was printed in I think in 2011 probably and the hypertension as a movement it was like last year that they draft a new modules as they launch, so we have no as I explained before it wasnt impossible to included here even today its not finish ya in bahasa Indonesia so its still in the process, they just launch in English version end of this month we need to review we will make a team to review the MCB modules, but still in bahasa Indonesia I mean the final version. Actually the federation have several languages English is the first, always first language, other is Arabic, Spanish, and also another thing is French, but for like bahasa we have to adapt by our selves so, we are now. Because the final one just arrived now were are in the process for reviewing and adapting, because the translation and process just finished last month so, but lucky us because we are involving in the process of the developing the modules so weve got apa namanya informasi duluan tuh, we received the information from the federation first before the final modules is finished. Because we are involving, because Indonesia is the one piloting country just by, I mean by the federation to pilot the IEC and 85
also the modules of course with the government we already have a lot of information about the MCB but not really I mean Interviewer: But its might be too general Responden: Ya too general, ya thats way I think it was we have to advantage it so if the one it was that MCB has been a priority in Indonesia so the ministry of health are right the bail out some material indeed for this school activities so we are using some materials already bail out by ministry of heath for schools, and than we have of already some materials from Indonesia from the country but also as we said Pak Jumatil since he is a doctor so he has been the key that he has control what is information that we should delivered to the communities. And I think this has been Pak and advantages not only for MCB but for the approach since a health brought so having Pak Jumatil involved as a doctor I mean been a doctor also involved in the red cross, so has been ya one of the aspects to have such of good results for the community I think. And also Pak other thing is beside the cbhfa at community as you know that we have some activity at the health school level, its like a mini cbhfa at small skills at school level. Also the messages are I mean simpler and the activities more simple at the school level, the topic also the same about diarrhea, about malaria and also prevention of hypertension. Interviewer: Ya, . At the health center, sub-center and posyandu, and how about you Sylvia why dont you, what is your role particularly in the cbhfa project and then what do you take care of this role, your lessons please Responden: Ok. My role has been different at the beginning and then during implementation and now at the end. At the beginning I was in the team of PMI on identification formulation of the project that was in 2010. So the identification and formulation it was on during in 2010 but the project started in 2011 and then when the project started in February with the first meeting with the opening I was on board for the first month as a program manager. I was Program Manager for Spanish Red Cross and I was in charged for this project and the entire project. But then 3 months after the project started in April 2011 so I became Country Representative and then we now have delegate from the Spain as a Program Manager. So, then my role it was until last year has been more very general and then because we have specific delegate in country for this project and another cbhfa project as well. So I was more helping them with more in finance in very general. So has been involved in this project and Sergio his name as delegate and but important decision is through that we are taken in joined in Spanish Red Cross and the delegate share with me so there wasnt changes so important decisions we had to take I was participated in this decisions. But it has been 2 years in country so then last April he left and then I was again in charged of course together with Farra and Donny to follow up the project. So, ya from my side it was more very general, so it was somehow more involved in the watsan component because I was in charge in the watsan project. So, I have been probably more involved in the watsan component coordinating with as I explain with federation also ICRC so, together with their expertise from them give technical guide to us support watsan and now Interviewer: Your are going home. Responden: Your are open and then you are the one who close. I am opening and I am gone a close it but, in the middle there was another person, in the daily activities he was there in charge ya. And for me lessons learned, I think there are view Interviewer: Frankly speaking please. Responden: Ya, for me the key for having again some success in this project has been I think its more they not so much on system start that we try to established at the branch level that we did so through the OD component so we try through have and to established some 86
system space on the PMI headquarter systems, like on finance and reporting system, but I think at the end it was depending on people so, you have met Pak Jumatil so, his person are very involved with the Red Cross with the community so in Kapuas that they was active and the same with the volunteer. So, maybe the same team probably the same team with the same approach in a different branch with the different people I am sure that the result will be very different and because again so for me the volunteer of course the staff also Pak Jumatil as leading so the branch it has been keep and who are very lucky to have this people counterpart but also I am concern in the future if he leaves I am not so sure how the future of the branches gone be. And the same with volunteer, the volunteer are challenges they will going to university or find job. Ya so, thats normal so then for me this is very great to have them but there is nothing can tell us that this going continue in the long term. So for this year for sure because some of them probably will continue Pak Jumatil will continue but next year the following we dont know. So, this is challenging for Indonesia, for PMI that you can again held with the system but at the end depend so much on people that again so itsanother lesson is true there was are need to established basic capacity in organization, but I think there was spent to much time they was too long because then we have only one year and a half for the community. This kind of intervention is not for one year and a half because is a participatory approach, community is leading Interviewer: It seems like doesnt reach do the real, do you agree? Responden: Ya because the prolong, the project was for 3 years formulated but then so they have only fifty percent of this times the communities and this is something that I dont agree with the way so PMI see because, you discussed with here with OD even with headquarter office and no..no.. First their capacity capacity and its true you need some capacity but I think we could donate like learning by doing. Interviewer: They will spend all the resources Responden: And I think learning by doing could have world class on OD component I am sure that we have also maybe at the beginning they would request more support from us from pusat, but it was too long and too late, for community, we want have community when finally community activity started one of the community identify at the beginning they said that they didnt want to participate in the project. I understand that because identification was in 2010 then project started 2011 but the community asked in 2012 so they having waiting for 2 years. For me these are probably more lessons, for me the most importance one that for community based project yes, you do need some capacity but not one year and a half. Interviewer: I am thinking there are so many RFP in the International Agency like today there is open for proposal, I am thinking about partnership with you in continuing this maybe I tried to talk Jumatil via email this is the funds is from Dutch government its seem like, maybe this way we could try because I saw so many like from USAID, from donor agency it seems like need to be continue Responden: Ya, for sure for the watsan component thats a pity that now this month we agree distributing the ceramic filter, but we are not gone be able to see, yes, the branch would be there I am sure the branch will do some monitoring activities in the future but from our side. Ya we dont know if gone be sustainable or not we not gone a here. Unless we gone be here to see and so was too shorted the community intervention was too short one year and a half. Interviewer: Ibu Sylvia we heard about Pak Sergio, would you please tell us about his roles in Kuala Kapuas Reponden: Ya, was the program manager as I said the delegate that came from Spanish in April 2011, he has been supporting and the branch and pusat and it was full fired by the chapter as well, they more in management of the project not so much involved in the cbhfa 87
because this some thing that PMI was already in charged of this so they know how to run this cbhfa approach and so has been more in the management itself for the project. He was also involved in the watsan is true probably more they lead to make sure that so that was participatory from the communities in choosing the method, it was the community at the end the one choose in which is was the method that they want to use also ensuring the quality so making sure that there was a laboratory testing the water ya but in general management. More helping on making sure that finance also reporting was in place Interviewer: Ok I think one more thing, you said that you have been working with the watsan, where is it in Aceh? Responden: No, it was at the community level is approaches for PMI so, its a there was a ware housing in Bandung, PMI has a watsan ware house in Bandung and what we have been supporting them is a team so PMI created a team of volunteer and some a staff trained in water, sanitation and hygiene promotion for emergency response team. I have been involving in this project so, also is kind of pilot process as a manager project. Interviewer: Thank you and one more question for Eka and Farra, can you share with us your lesson learned about this project? You may have different view right, ok please. Responden: For me the lesson learned is because I most public heath site so as actually some of the lesson learned that Sylvia said is true that for the behavior change we need more time what we can do now. Because actually at the beginning of the project designed we are focus on cbhfa but again like, its actually like two different planning become in one project document. So there is cbhfa part also the OD organizational development part which is actually PMI should be leading more at the OD divisions, So because OD is consisting of the staffing, the recruitment volunteer, the communication, the training, the volunteer also the PSD apa the resource mobilization. Because actually the proposal at the beginning very grade.. so in the beginning I am really In the previous program on the cbhfa so I have more time to plan to set-up the branch and also do some activities give them more advices more focus on how we can do at the community level. But since actually I am, actually I also at that time its not run as like a plan. So in the OD component actually the structures as Sylvia says what we do at the branch level is the same in the chapter also in the headquarter level. So while if the persons in charge run it according to our each rules so its will be not to apa namanya its like the component of the OD to heavy so thats why we need more time. So its to much apa namanya how to explained it . So its too long for the OD Interviewer: Sorry, I need to know when is the schedule of upcoming seminar? Next seminar? So many people coming with you Responden: Seminar? Ya ya ya because the cbhfa is more talking about the behavior change at the community level including for the watsan component about the participatory approach at the community. Because what kind if the intervention is based on the process is not like given, we given something not to way. Because the process is we are doing together with them to identify whats the priority problem and then what kind of the intervention about this problem and then the key message that they need even the steps even when they choose the tools the equipment for the house hold water treatment also according to their process not given by us. So for me, my lesson learned from the previous experience with the previous project ya the duration of the activities at the community level is more shorter.. is very short because we have some part also for the OD component that which is need more time at the beginning of the project implementation, so because about of the development the training, about the volunteers about the human resource development, at the communications. But I didnt say this is 100% bad no. No Interviewer: No, there are so many lessons Responden: Because this part also give some contribution about the sustainability of them, because as we can see now they are very active in the how to publish there activity, they are not only 88
busy doing some activities at community but they also know how to sell their activities, how to publish to the other through website for examples also how to. Not only to see what can they do at community level but they also think how about our selves as a branch as a part of the branch. Adding to that Pak maybe from my side that is true that the volunteer is I would say is very improved ya because from the very beginning until the end but still there is a huge like of involvement from the board members so very lack support from the board members since the beginning of the project maybe we only knew like one or two board thats very involved to this project Interviewer: From Central Office Responden: No from the branch office, like 10 ya mbak, apanya pengurusnya, like 10 board members actually based on the structures each board member have their own roles, so one for health, one for volunteer management, some thing like that but the one that we knew. So the lesson learned is more in the human resources management because during the project we also experiences that turn over the volunteer very high so that why we have 2 times of recruitment because in the beginning we were not able to maintain the 30 volunteer so maybe form the first recruitment we only I mean less then 10 maybe the one that still working with the branch, and then through the second recruitment now we maybe could maintain around 20-25, and than the involvement from the board member so as same questioned as Sylvia said before what if Pak Jumatil and the one there is very active is gone because according to the apa masa kepengurusan itu apa.. from the tenor of this board members they will finish in 2018 and the next time Pak Jumatil will not able to be appointed any more because the periode finish and then from the communication that we build from the volunteers they have already have the commitment to stay with branch they willing to support, they are what you call offering their availability to the DHO but this is still it seems very weak because again its not supported by the board members one that really have the power one the connection with DHO an public works for examples. So the lesson I think they need more back-up ya more support from the executive level because at the community, at the volunteer and then at the staff level they have spirit do some activities at Red Cross member, but from the executive level which is the board member who have the highest position the strategic position to link with the government, to link the resources fro examples from the government or from private sector at the Kapuas district to support the assets that already build at the branch levels so we need to link this to Interviewer: Ok I think that all but I need lets see your understanding about the project, and its done
Kesimpulan 1. CBHFA adalah salah satu program Subdit Kesehatan Masyarakat, pintu masuk dari kegiatan promosi kesehatan berbasis masyarakat. Proposal detail dikembangkan bersama PMI Propinsi, Kabupaten, dan SRC untuk implementasi selanjutnya oleh PMI Markas. Program CBHFA tidak mungkin langsung masuk ke masyarakat, tetapi perlu OD dan CB untuk sampai pada kelompok masyarakat. PMI Pusat dari awal sudah ikut dalam proses assessment, planning, penyusunan dan mengusulkan ke proyek 3 tahun kepada SRC. Teman-teman di Markas melaksanakan proyek dipimpin oleh seorang dokter. 2. Markas mulai dari nol. Sebelum mulai melaksanakan kegiatan kegiatan, menyiapkan struktur, sumber daya manusia, struktur, staf, relawan cabang dan relawan desa, dan sistem administrasi. Pertama recruit dokter, 4 staf, dan relawan. Proyek direncanakan 3 tahun, dari Januari 2010, proyek agreement, tetapi pelaksanaanya baru Februari 2011dan berakhir 30 November 2013, diperpanjang sampai Februari 2014. 3. SRC sebagai partners tidak hanya memberikan dana tetapi termasuk partisipasi memberikan kegiatan bantuan teknis, planning, implementasi, monitoring dan evaluasi, dan koordinasi. 89
4. Kegiatan proyek termasuk persiapan melatih relawan dalam aspek pertolongan pertama, kesehatan, promosi, air dan sanitasi. Latihan modul 1-4: pmi, bagaimana jadi relawan, dasar pertolongan pertama, modul 5-7 topik pilihan lain termasuk stimulasi berbagai macam kecelakaan, air darat, dan tempat kerja. Aspek kesehatan termasuk tanda, sebab, risk faktor , pencegahan, sikap, dan perilaku penyakit prioiritas termasuk diare, malaria dan hipertensi. 5. SRC, Officer Proyek berperan untuk membantu operasional kegiatan proyek, khususnya dalam mengembangkan OD dan CB markas cabang. Semula markas tidak memiliki fasilitas, hanya berada dalam 1 kamar, sekarang sudah memiliki fasilitas yang lebih baik dan dapat berfungsi sebagai PMU dan PMI Kabupaten. Mereka juga berperan untuk mengembangkan penyediaan air dan sanitasi penduduk, introduski gerakan . 6. Counry Rep. Semula partisipasi dalam planning, implementasi, dan reporting. Identifikasi dan formulasi proyek pada tahun 2010. Proyek mulai tahun 2011. Yang menjadi masa depan proyek , namun ini semua tergantung pada orangnya. The project direncanakan untuk 3 tahun, tetapi hanya berlangsung selama hampir 1 tahun pelaksanana pada masyarakat. Hasilnya mungkin tidak mencapai target, tetapi proyek telah melatih tenaga lapangan begitu banyak, termasuk peneyediaan air minum yang aman.
90
Annex5 Transkrip Focus Group Discussion 90-151
91
1 Desa Terusan Raya Kecamanatn Bataguh Focus Group Discussion, IBU 5 February 2014
Peserta 12 Ibu-ibu Tempat Balai Desa Interviewer: Bu kita mulai dengan pertanyaan mengenai pengetahuan Ibu tentang diare, apakah ibu pernah mendengar penyakit diare ? Ibu mendengarnya dari mana? Responden: Pernah, dari kunjungan relawan desa, dari TV Interviewer: Ada kunjungan dari dinas kesehatan atau puskesmas? Responden: Gak ada, Interviewer: Kira-kira Ibu tahu penyebab diare? Responden: Minum air mentah air yang gak direbus, makan tidak cuci tangan, makan yang tidak dicuci, makan makanan yang setengah matang, makan sembarangan makan makan yang gak tertutup, makanan yang kedaluwarsa, makan yang asem-asem berlebihan . Interviewer: Ada lagi bu seperti yang berhubungan dengan perilaku kita misalnya Responden: Ya bu berubahnya musim seperti musim hujan ke musim kemarau, air sungai berubah jadi asin, ada juga makan air asam itu menyebabkan diare juga, seperti mandi air sungai yang asin itu bisa juga Interviewer: Biasanya bu ya, kalau salah satu keluarga ibu terkena diare pencegahannya bagaimana? Responden: Pakai oralit, atau minum air gula garam untuk pertolongan pertama, atau minum air sayur, atau minum air tajin kalau sudah nggak mampu lagi bawa ke puskesmas. Interviewer: Dibawa ke puskesmas atau pustu? Responden: Pertolongan pertama minum air uyah, banyu uyah kalau gak mampu lagi bawa kerumah sakit, diminumkan air daun jambu biji bu, daunnya direbus trus diminumkan sehari 3 kali kayak makan obat tuh bu Interviewer: Menurut pengalaman ibu itu berhasil gak? Responden: Alhamdulillah berhasil, Interviewer: Ibu kalau salah satu keluarga terkena diare bagaiman sikap ibu, biasanya diapain bu? Responden: Agak paniklah apalagi malam-malam, biasanya diberi pertolongan pertama diberi obat tradisional itu tadi, kalau dibawa ke pustu jauh, apalagi ke dokter ke kapuas Interviewer: Bu kalau diare itu tanda-tandanya apa sih Responden: Kalau buang air sampai 5 x tu dah gak normal bu dah diare, dah muntah, dah muntaber. Kalau diare itu berlendir kalau muntaber muntahnya air. Kalau kita diare dianjurkan banyak-banyak minum air putih kalau kebanyakan muntah juga. Interviewer: Apakah ibu mengetahui apa itu dehidrasi ? Responden: Apa tuh bu gak tahu Interviewer: Apakah ibu mengetahui bagaimana membuat ORS atau air uyah tadi? Responden: Setengah uyah, 1 sendok gula diaduk dalam setengah gelas banyu. Interviewer: Biasanya bu disini yang terkena diare bapak, ibu atau anak? Responden: Anak, sebab anak suka makan sembarangan suka makan yang masin, suka makan yang dingin-dingin, gak ada aturanya makan gak cuci tangan bisa juga jajan sembarangan disekolahan bu ya Interviewer: Selanjutnya kita bahas penyakit tuberculosis, ibu pernah mendengar penyakit ini yang disebut TB? Responden: Pernah bu tapi mengalaminya nggak Interviewer: Kira-kira ibu tau nggak penyebabnya TB? Responden: Manggah, merokok, terkena debu-debu udara, kebanyakan minum kopi, minum minuman keras, batuk-batuk kering keluar udara Interviewer: Kira-kira kalau ada keluarga ibu yang tertular TB gitu bagaimana? 92
Responden: Ke rumah sakit, mencegahnya gimana tuh bu ? Kalau ada tetangga yang kena kan kita bisa jangan dekat-dekat karena TBC menular, kan ada yang kena kan menular sebaiknya kita gimana tuh bu Interviewer: Jawabannya kita simpen dulu ya bu. Jadi bagaimana mencegahnya itu ibu yang belum tahu, kita lewatin. Pertanyaan selanjutnya bagaimana sikap ibu apabila ada keluarga yang terkena penyakit TB? Responden: Gak tahu bu mencegahnya gak tahu kerumah sakit aja. Interviewer: Pertanyaan selanjutnya mengenai ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Atas. Sepengetahuan Ibu pernah gak mendengar tentang penyakit ISPA? Responden: Manggah itu ya bu terus yang bunyinya ngik...ngik..., salah makan juga bisa keluar darah dahaknya Interviewer: Terus apa lagi............ Responden: Kalau dingin kedinginan kambuh terus makan yang manis-manis, kebanyakan makan yang berlemak, kebanyakan minum kopi, minuman yang bersoda-soda seperti sprite Interviewer: Kira-kira ibu tahu gak sebabnya apa sih bu ISPA? Responden: Sesek nafas, dingin kalau cuaca dingin mestinyakan manggah, berbunyi tuh ispanya tuh, sebab asap Interviewer: Kira-kira pencegahannya seperti apa? Responden: Makan obat, bawa ke puskesmas aja bu ya. Di ini bu inhaller maksudnya, ulun pernah anak ulun kena ispa, ulun kasih akar kayu direbus terus airnya diminumkan insya Allah tuh sembuh. Kalau kata dokter pasti tahu, kalu ulun pakai kayu alankuyu (?) kayunya adanya disini ja bu Interviewer: Jadi kayu itu direbus diminumkan airnya? Responden: Ya 3 x sehari kayak minum obat Interviewer: Menurut pengalaman ibu sembuh bu Responden: Sembuh bu ai Interviewer: Sehabis minum itu ke puskesmas? Responden: Gak pernah bu ai, gak pernah kena lagi. Ulun tuh bu anak ulun berbunyi ngok...ngok....sembuh tuh bu Interviewer: Ada yang punya pengalaman lain? Responden: Ada bu orang tua ulun dibawa kerumah sakit setiap 3 bulan sekali berobat, sudah parah itu nak, kalau makan nanas tuh bu batuknya keluar darah Interviewer: Bu kalau keluarga ibu ada yang terkena ispa mencegahnya bagaimana? Responden: Minum obat la ya, obat aja, dibawa kerumah sakit, macam-macam, jaga kebersihan, sama juga, jaga pola makannya. Interviewer: Kalau disini bu ya, ada salah satu anggota keluarga yang terkena ispa umumnya diapain, dan bagaimana? Responden: Gak tahu bu, belum pernah ngerasain, lihat aja gak pernah, pernah lah bohong bu part (?), pertamanya dikasih obat tradisional, pernah anak ulun sakit dibawa kerumah sakit atau tabib Interviewer: Ibu pernah dengar penyakit malaria? Responden: Pernah, tapi disini gak ada bu penderitanya, dengar dari TV-TV bu, malaria tuh kan kayak orang yang mengorok-ngorok ya Interviewer: Kira-kira ibu tahu gak sebabnya? Responden: Tahu, nyamuk....nyamuk anopeles, hanya itu aja bu ai yang tahu Interviewer: Kira-kira pencegahannya bagaimana? Responden: Tidur pakai kelambu, pakai obat nyamuk, pakai autan yang dioles, ini nak saluran-saluran udara tu ditutup pakai kawat, air-air dibersihkan, sampah yang dirumah tuh dibuang atau dikubur, bak-bak mandi dikuras, bak-bak banyu itu tempat beternak nyamuk Interviewer: Kira-kira ibu melakukan aktifitas apa untuk mencegah malaria? 93
Responden: Pot-pot yang disamping rumah dibersihkan, sampah-sampah dibakar atau dibuang kekali atau kalau perlu dibakar, jangan bakar rumahnya Interviewer: Pada umumnya bu ya, kalau ada salah satu keluarga yang terkena malaria bagaimana? Responden: Diobat tradisional pakai pucuk kecapi bu ai, diuleg, dikupas, minum airnya tuh pahit bu ai, mengigil dia bu trus minum pucuk kecapi, ada juga yang dikasih akar rotan karena kan masing-masing pendapatnya, ya pekat... ada juga yang bertimung bu ai seperti spa, pakai asap, jadi banyu bu ya dipanaskan terus kita masuk badannya saja supaya keringetnya keluar, kayak orang mau kawin bu ai Interviewer: O gitu gak ada yang dibawa kerumah sakit? Responden: kalau yang kulitnya sudah berubah kuning-kuning, matanya kuning, kaka ini pernah mengalami bu ai, dikasih obat tradisional, dibawa kepuskesmas, kerumah sakit kan bu ai panasnya tinggi, 6 bulan dah itu, bisa, ada juga yang sampai 8 bulan bisa Interviewer: Ibu pernah dengar penyakit gizi buruk Responden: Gak ada bu disini gak ada yang kena gizi buruk Interviewer: Tapi pernah mendengar? Repsonden: Pernah bu tapi melihatnya gak Interviewer: Kira-kira sebabnya apa bu ? Responden: Kurang makanan makanan yang bergizi, kurang makan sayur, vitaminnya juga kurang, makannya nasi aja...pemukimannya tidak memadai Interviewer: Kira-kira pencegahanya gimana bu Responden: Gak tau...gak tau bu, itu nak diberi makanan bergizi, susu, diberi imunisasi, diberi vitamin, jaga kebersihannya, dikasih makan ikan, susu, telor Interviewer: Kalau pada salah satu keluarga terkena gizi buruk pada umumnya tuh gimana bu? Responden: Diobatin bu sampai sembuh, dikasih makanan yang bergizi, makan sayur-sayuran, makan ikan sampai sembuh , dikasih makan buah-buahan Interviewer: Ibu bagaimana dengan penyakit hipertensi atau darah tinggi pernah dengar? Responden: Saya pernah kena, bu katanya stroke gitu Interviewer: Ibu tahu gak kira-kira apa penyebabnya? Responden: Makan yang berlemak- santan-santan, makan iwak asin, makan sayur hijau, makan yang panas, kurang tidur, kebanyakan minum kopi, makan daging itu lo panas...ada juga faktor usia Interviewer: Menurut ibu bagaimana pencegahannya? Responden: Dikurangi makan yang berlemak, yang goreng-goreng, dikurangi makan yang asin-asin, yang manis-manis tu dikurangi, Interviewer: Ibu kayak ibu ini yang sudah pernah kena atau jika salah satu keluarga kita kena kira-kira apa yang ibu lakukan ? Repsonden: Ya hati-hati, makanannya hati-hati jangan makan yang asin-asin bu ai Interviewer: Bu disini alat transportasinya lebih banyak menggunakan sarana di air (klotok) ibu pernah mendengar atau melihat kecelakaan disungai? Responden: Pernah bu melihat, mengalaminya gak, biasanya kecelakaan terjadinya disana bu di muara tempat kami menyeberang karenakan gelombang besar kan gak bisa dikira tiba- tiba anginnya datang kan. Adakan ibu hamil mau melahirkan ada yang mengantarkan karam, jauh mereka langung tenggelam Interviewer: Kira- kira pencegahannya bagaimana bu Responden: Pakai pelampung bu ai, biasanya kejadian tuh sore kalo pagi jarang mulai jam 3 an tuh bu Interviewer: Biasanya ibu kalau naik kelotok pakai jaket pelampung tidak? Responden: Gak bu, hampir semua bisa berenang kecuali pendatang, kuat bisa bu pakai jerigen Interviewer: Ibu petani bekerja disawah atau dikebun, kira-kira apa yang menjadikan ibu mengalami kecelakaan kerja? Responden: Di kebun, bisa bu terkena parang atau tajak semacam parang panjang bisa melukai tangan atau kaki. Bisa juga waktu jalan tuhkan jalannya licin terpeleset sehingga parang/pisau 94
mengenai kami. Biasanya kalau sudah waktunya makan/minum tapi ditunda itu menjadi perhatian terbelah antara mau nerusin kerja atau istirahat sehingga kecelakaan Interviewer: Bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan? Ada yang pakai sepatu boot atau sesuatu untuk melindungi tangan? Responden: Gak bu, gak pakai alas kaki, dan gak pakai sarung tangan, pakai topi. Ya mestinya kalau sudah mau istirahat makan/minum langsung saja istirahat Interviewer: Bu pernah gak melihat atau mendengar kecelakaan dijalan? Responden: Pernah bu ai, orang mabok naik motor, ulun ditabrak. Kalau mobil gak bu disini jalannya jauh hanya untuk motor. Kalau ada orang mabuk lagi udah aja lah prak aja dipukul Interviewer: Untuk mencegah kecelakaan itu apa sebaiknya bagaimana bu? Responden: Ya..harus hati-hati Interviewer: Bu mengenai sumber air kalau untuk mencukupi kebutuhan air untuk keluarga seperti untuk mandi, cuci, masak sumbernya dari mana? Responden: Dari sungai tuh bu mau mandi, cuci baju, masak semua dari sungai. Air diambil pakai ember ditampung dalam ember besar lalu ditandakan. Ditawasin biar jernih lalu dimasak untuk minum, ditandakin semalaman kira-kira 12 jaman, ambil airnya waktu pasang bisa sore, bisa pagi, bisa malam, kalau airnya bening yang diambil. Kalau yang sini kotor ambil yang sebelah sana. Interviewer: Untuk air minum ibu pakai air apa? Responden: Air sungai bu yang ditandakan semalam lah, kalau untuk cuci piring dan mandi gak usak ditandak-tandakanlah langsung saja dipakai. Untuk minum ditandak pakai tawas untuk masak...kalau air minumkan setelah ditandak dimasak baru dieskan Interviewer: Kalau untuk mandi airnya diangkat kekamar mandi dulu? Responden: Gak bu mandi langsung aja pakai gayung kan mandinya disungai pakai baju juga, atau pakai air hujan ditampung dipakai mandi. Interviewer: Kalau air hujan untuk minum juga? Responden: Iya bu, tapi rasanya agak lain dengan air sungai, bisa rematik, kalau musim panas air sungai jadi asin jadi pakai air sumur itupun kalau air gak naik kalau air laut naik jadi masin beli air aja. Ada yang jual bu orang tuh ambil air tawar di hulu dibawa kesini dijual Interviewer: Ibu ini mengenai pertanyaan sanitasi bagaimana ibu dan keluarga BAB. Responden: Di jamban..jambannya dibatang sungai. Hampir semua rumah yang terletak dipinngir sungai, tapi kalau yang ditabing punya wc. Interviewer: Sampah ibu mengelolanya bagaimana? Repsonden: Dibakar, dikumpul lalu dibakar, dibuang kesungai bisa juga. Bila pasang kan air naik bila surut turun nah kita buang kesungai. Itu waktu relawan belum ada setelah ini baru sampah dikumpul dibakar. Dikubur tapi kan paling enak dibakar Interviewer: Ibu tahu yang namanya air limbah? Dibuangnya kemana? Responden: Air limbah itukan kotoran, air bekas cuci baju. Buangnya di got-got, dibuang aja dibawah rumah-rumah nanti airnya meresap kebawah, tidak ada yang buat salutran got, atau nak kita buang ke parit. Interviewer: Bu ini pertanyaan mengenai KIE penyuluhan kesehatan, dari mana ibu mengetahui tentang penyakit? Responden: Dari relawan desa, dari posyandu, dari puskesmas, dari rumah sakit kalau kita lagi sakit Interviewer: Berapa kali dalam sebulan dilakukan penyuluhan? Responden: 1 x sebulan yang dijelaskan mengenai sedikit penyakit diare, sedikit penyakit malaria, penyakit darah tinggi dan pencegahan Interviewer: Kalau dari tokoh masyarakat pernah nggak memberi penyuluhan tentang penyakit, pencegahan tentang penyakit Responden: Gak pernah lah bu segala rt, lurah tu hanya relawan aja selama ada relawan pmi sudah alhamdulillah lah bu ada perubahan ada kemajuan walaupun penyuluhan hanya sebulan sekali 95
Interviewer: Bagaimana cara relawan menjelaskan apakah dengan diskusi seperti ini atau diberi alat peraga, atau leaflet? Responden: ada diperiksa darah, diberi almanak kalau yang bu bilang tadi gak, diberi buku Interviewer: Pernahkah diputerkan film tentang kesehatan mungkin dari dinas kesehatan, puskesmas atau pmi? Responden: Gak pernah cuma buku-buku aja dari relawan. Interviewer: Pada waktu penyuluhan paling banyak diberikan mengenai kesehatan perorangan, lingkungan, air, makanan atau penggunaan latrine atau kakus dan pengelolaan sampah Responden: Ya bu kesehatan lingkungan, air, makanan, jamban dan sampah kebanyakan kesehatan perorangan contohnya hipertensi kurangi makan ikan asin, kalau lingkungan seperti membuang sampah. Interviewer: Terimakasih atas informasi yang telah diberikan dan akan menjadi rahasia bagi kami.
Kesimpulan Penyakit Diare: pernah dengar diare dari relawan desa. Tanda-tanda mencret 5 x, muntah berak. Sebab tidak tahu, dehidrasi tidak tahu. Penderita anak-anak, karena makan sembarangan, makan dingin, tidak cuci tangan, karena mandi air sungai. Bila ada yang sakit, minum air garam, kalau tidak sembuh ke RS. TB: pernah dengar. Tanda batuk kering keluar udara. Sebab minum kopi, minuman keras, merokok. Mencegah tidak tahu ke rumah sakit saja. ARI: tidak tahu, dikira salah makan dan batuk keluar darah dan bunyi ngak ngikKarena dingin dan makan manis-manis, minum banyak kopi, lemak, dan asap. Pencegahan rebusan akar kayu,alankuyu minum 3x sehari. Sembuh. Bila kena, minum obat saja, obat tradisional, dan k e RS. Malaria: pernah dengar, tapi tidak ada disini. Sebab nyamuk anopheles. Pencegahan pakai kelambu, autan, obat nyamuk, bak mandi dikuras, sampah dibuang, dikubur, dibakar, pot dibersihkan. Bila penderita diberi obat tradisional, pucuk kecapi, diuleg, air pahit diminum, akar rotan, dan spa, uap air panas ke badan dan keringat keluar seperti orang mau kawin. Penderita diberi obat tradisional baru ker RS Gizi buruk: pernah dengar, tapi tidak ada disini. Sebab kurang makan bergizi. Pencegahan minum susu, vitamin, dan imunisasi.Pendertia diobati kasih makan sampai sembuh. Pernah dengar stroke. Sebab makan berlemak, santan, ikan asin, sayur hijau, makanan panas, makan daging, minum kopi. Pencegahan kurangi makanan penyebab, mengurangi manis-manis dan ikan asin. Kecelakaan Kecelakaan air pernah lihat, dan mengalami, karena gelombang besar. Pernah ibu hamil diantar ke Puskesmas , dihantam gelombang karam. Pencegahan pakai pelampung, praktek tidak dilakukan karena berpendapat semua bisa berenang. Kecelakaan di kebun, kena parang, tajak parang panjang, jalan licin, terpeleset. Pencegahan tidak pakai sepatu, sarung tangan, sepatu boot tidak melakukan. Pencegahan harus hati-hati Sumber air: sungai, air diambil dengan ember, ditampung, diberi tawas, setelah 12 jam di bisa diminum. Jamban buang air ke sungai. Sampah dikumpul, dibakar. Air buangan di buang kegot, dibawah rumah, sebagian dibuang , ke saluran meresap ke tanah. Penyuluhan Dari relawan, posyandu, puskesmas, rumah sakit kalau sakit, sebulan sekali dijelaskan penyakit diare, malaria, dan darah tinggi. Dari RT,lurah, dan lain ta pernah, hanya relawan 96
2 Desa Terusn Raya, Kec.Bataguh Focus Group Discussion, Bapak
Peserta: 12 bapak-bapak Tempat: Balai desa Peneliti: Apa yang bapak ketahui tentang diare? Narasumber : Kalau diare itu penyakit musiman. Biasanya datang dekat kemarau. Mulai Oktober sampai November. Itu kan air asin itu naik. Perubahan rasa air sama perubahan cuaca. Biasanya awal air itu mau berubah dengan habis asin ke tawar, itu kembali lagi. Peneliti: Kalau di sini biasanya pengobatannya pakai apa, Pak? Narasumber: Ya kalau di sini ke Puskesmas, ke mantra. Biasanya kalau sudah lebih satu hari satu malam bisa dirawat itu. Itu sudah kebiasaan di sini. Peneliti: Obat rumah yang pertama dikasih biasanya apa, Pak? Narasumber: Biasanya itu pertolongan pertamanya garam sama gula dicampur ke dalam air. Peneliti: Pakai oralit ya Narasumber: Iya oralit. Peneliti: Kalau di sini kasus diare yang pernah ada yang paling parah seperti apa, Pak? Narasumber: Ngga ada kalau di sini. Peneliti: Yang masuk rumah sakit lama begitu, Pak? Narasumber: Oh ngga ada di sini. Ngga ada yang masuk rumah sakit lama-lama. Paling di rawat di Puskesmas. Narasumber: Kalau yang biasa, ukurannya itu satu hari satu malam ngga sembuh, itu meninggal. Tapi kalau sudah ada pertolongan ke rumah sakit itu cuma penyembuhan. Karena lemas atau karena penyakit lain. Narasumber: Jadi ada yang sampai dua hari tiga hari di rumah sakit tapi itu untuk penyembuhan. Kalau diarenya sudah berhenti. Beraknya sudah berhenti, muntahnya sudah berhenti, cuma lemas. Jadi perawatannya itu mungkin ada penambahan vitamin dan lain-lain. Apalagi anak-anak, lemasnya itu bisa lebih dari satu minggu. Peneliti: Di wilayah sini hitungannya satu desa ya? Narasumber: Iya, satu desa, 12 Rt. Peneliti: Jumlah penduduknya kira-kira berapa, Pak? Narasumber: Kalau KK-nya 543 KK. Jumlah jiwanya lumayan banyak. Satu keluarga ada yang 5 ada yang 6. Di sini anaknya banyak-banyak, Pak. Peneliti: Kalau tentang TB atau TBC pernah dengar, Pak? Narasumber: Pernah juga dengar. Peneliti: itu tahunya dari mana, Pak? Narasumber: Ya dari ini. Memang ada juga yang kena. Ya cuma namanya bukan di bidang kita ya tahunya sebagian-sebagian aja lah. Peneliti: Pengobatannya gimana itu, Pak? Narasumber: Ada.., dari PMI. Itu biasanya dari dokter itu biasanya penyembuhannya berkala apa setahun lah. Sampai sembuh total lah. Ada di sini satu. Peneliti: Ngga banyak ya, Pak? Narasumber: Ngga banyak. Yang TBC batuk keluar darah. Badannya bisa kurus. Tapi sekarang sudah sehat. Gemuk. Itu kan perobatannya itu dengan dokter dulu. Dengan resep. Habis berapa waktu. Secara rutin lah. Peneliti: Kalau sebelum PMI datang ke sini udah tahu ada TBC? Narasumber: Ya tahu tapi tidak lengkaplah. Sekarang tahu ciri-cirinya. Kurus, batuk. Peneliti: Yang lain Pak? Narasumber: Ya TBC itu menular. Bisa menular. 97
Peneliti: Sebabnya, tahu Pak penyebab TBC? Narasumber: Sebabnya itu kena debu. Atau kena asap. Ada lahan itu. Tapi udara lah. Udara yang tidak sedap. Pembawaan. Tapi kebiasaan orang yang pedagang padi, setiap saat debu padi itu, karena dia kan rutin tiap hari mengerjakan itu, bisa kena. Sering saya liat badannya kurus. Kalau dia batuk dia mengeluarkan debu dari padi itu. Apalagi kalau padi yang sudah lama, kalau kita tumpahkan seperti semen yang berhamburan. Itu lah. Itu rata-rata jika banyak pedagang padi itu kena. Dari 10 itu mungkin ada 3 lah. Atau 2. Apalagi merokok lagi. Itu kebanyakan. Kalau petani biasa jarang kena. Apalagi di sini banyak perikanan. Peneliti: Kalau yang selain dari kena debu padi itu? Ada kejadiannya? Narasumber: Ini yang kita liat. Yang anak muda. Kita tidak tahu kena TBC atau ngga. Yang minum alcohol, bisa juga. Itu yang sudah ketagihan alcohol lah. Ada juga yang keturunan, asma. Asma. Orang tuanya TBC atau asma itu ada di antara anak-anaknya satu atau dua, itu kena. Tapi dengan adanya obat, itu mungkin bisa Narasumber: Kalau di Puskesmas itu sekarang itu ada tersedia sekarang ini. sekarang adalah penyembuhannya. Dulu kan ngga ada tuh. Sekarang tersedia obatnya itu di Puskesmas. Peneliti: Dari sini jaraknya jauh, Pak? Puskesmas Narasumber: ini ada di sini. Peneliti: Buka tiap hari? Narasumber: Ya, buka tiap hari. Peneliti: Kalau untuk penyembuhan yang tadi kena debu-debu itu? Narasumber: Itu yang rutin. Yang penyakit itu sudah parah, sudah keluar darah, terpaksa ke dokter. Nanti pake resep, ditebus. Mungkin pake paketlah. Mungkin menghabiskan berapa. Karena mungkin dokter ada ketentuan. Narasumber: Tapi kalau sehari-hari, paling kita ini minum susu. Pencegah. Peneliti: Susu cair? Narasumber: Susu biasa aja, Pak. Susu enak, susu Indomilk. Jadi banyak di sini yang sudah usia 50 tahun keatas yang minum susu. Karena kena debu tiap hari. Merokok pula. Sama yang di pabrik padi. Itu yang 15 tahun atau 20 tahun kena lah penyakit. Narasumber: Jadi apakah dinamakan TBC? Orang kan kerjanya mengelola pabrik padi. Jadi debu padi masuk setiap hari. Jadi kalau diperhitungkan, selama 15 tahun kerja itu sudah kena penyakit, apakah itu disebut TBC? Nah itu kita tidak tahu. Tapi penyakitnya mengeluarkan darah, seperti TBC lah. Cuma gejalanya seperti TBC. Batuk-batuk, keluar darah lah. Karena saking tajamnya debu padi, mungkin merusak paru-parunya. Peneliti: Oh gitu. Tapi kalau kena TBC atau ngga, mungkin nanti ditanya ahlinya. Narasumber: Iya. Narasumber: Kalau TBC.. di sini sebenarnya banyak, Pak. Tapi apa itu disebut TBC atau disebabkan virus penyakit lain kami tidak tahu. Peneliti: Jadi mungkin nanti harus ada pengecekan darah, Pak. Karena bisa aja gejalanya sama tapi tetep penyakitnya berbeda. Seperti yang di Gunung Merapi itu meletus kan. Debunya itu kan tajam. Kalau kerja di sana memang ngga pake masker ya, Pak? Narasumber: Nah, ya yang namanya maskeran itu sekarang aja, Pak. Ya kalau dulunya ngga. Peneliti: Kalau sekarang yang mudanya yang kerja di pabrik? Narasumber: Nah makanya umur dari 20, sampai 35 sampai 40 nya itu udah ngga sehat lagi lah. Karena setiap hari numpuk, Pak, debu-debunya itu. Peneliti: Pabrik padinya itu di mana, Pak? Narasumber: Pabrik padinya di setiap desa ada. Karena kan di sini setiap orang nyelip sendiri. Kalau mau beras, ambil padi, bawa ke penggilingan. Jadi beras itu nyelip sendiri. Peneliti: Nyelip itu gimana, Pak? Narasumber: Nyelip itu digiling supaya padi menjadi beras. Jadi yang nunggu pabriknya ini yang kena. Karena dia setiap hari. Itu lah yang kebanyakan. Pekerja gudang. 98
Peneliti: Berapa orang, Pak, biasanya yang jaga? Narasumber: Ya bisa 2 lah. Bisa 2 bisa 1. Tapi yang menerima banyak bisa beberapa. Karena itu kan sistem partai, biasa untuk jualan. Tapi yang untuk melayani masyarakat, sekarung, 2 karung, itu 2 atau 1. Tapi untuk yang partai untuk yang jualan kaya di gudang dolog, itu bisa beberapa. Itu yang digudang dolog itu kan dari padi dijadikan beras, itu sama juga itu. Peneliti: Kalau Pak Muin ada TBC? Narasumber: Asma Peneliti: Berapa usianya sekarang, Pak? Narasumber: 84 Narasumber: Ada sedikit-sedikit. Dulu waktu muda, kuat. Kalau jalan sampe 10 pal. Sekarang sudah. 1 kilo sudah. Sudah tak sanggup lagi. Peneliti: Tapi masih tegap badannya. Narasumber: Ini kan termasuk orang-orang tua dulu. Jadi masih tegap. Tapi tenaga sudah. Kalau kita- kita ini mungkin 80 sudah ngga tegap dan tenaga sudah tak ada. Peneliti: Jadi ikut zaman Belanda juga ya, Pak? Narasumber: Yah memang. Ikut juga zaman itu, zaman revolusi kan. Jadi dulu kami masih anak-anak kan. Orang tua kami yang jadi pejuang. Kalau ada Belanda datang kami kan yang ngasih tanda. Peneliti: Kalau Bapak ini mungkin ada pendapat, Pak? Soal kesehatan di sini. Atau pernah ada anggota keluarganya yang pernah sakit? Narasumber: Ya untuk kesehatan Peneliti: Kalau untuk Malaria di sini bagaimana, Pak? Banyak kasusnya atau bagaimana? Narasumber: Sering itu. Tapi itu biasanya datang dari pekerja, Bandar emas. Dari situ. Pendulang emas itu. Biasanya orang datang, kena itu. Peneliti : Lokasinya di mana itu? Narasumber: Di gunung mas. Derah Gunung Mas. Murui. Pujun. Yang sering itu di daerah Murui lah. Pujun juga lah. Peneliti: Yang aslinya di sininya ngga ada ya, Pak? Narasumber: Ngga ada kerancakan dari sana lah. Peneliti: berarti impor ya, Pak? Narasumber: Iya Narasumber: Tapi yang kerja iya. Yang kerja ke sana iya. Yang ngga, ngga apa-apa. Umpama dalam satu rumah, yang datang ke sana itu yang kena. Anggota keluarga lain ngga kena. Ngga menular. Peneliti: Pencegahannya kalau ada yang kena bagaimana, Pak? Narasumber: Pencegahannya pakai obat-obat kampung aja. Soalnya kalau ke dokter ngga mempan juga itu. Itu penyakit orang kampung, kena bisa. Kebanyakannya ya mandi-mandi lah. Bisa juga sambil dibantu rumah sakit. Pasang inpus kan. Bisa juga. Peneliti: Obatnya di sini apa, Pak? Narasumber: Kalau di sini dengan akar kayu, atau banyu tawar bisa juga. Narasumber: Apa kata orang sekarang itu.. obat herbal. Peneliti: Kayu apa, Pak, biasanya? Narasumber: Itu memang biasanya ada orang-orang tua yang perancang obat herbalnya itu. Jadi herbal itu, akar-akar itu, direbus kemudian ditimung. Artinya air yang mendidih itu kita taruh di bawah kursi, terus dikasih kain supaya uapnya itu kena badan. Jadi keringat kita keluar. Keluarlah racun-racun bisanya itu. Gitu aja. Peneliti: Kaya mandi sauna gitu, ya, Pak, ya? Narasumber: Ya kalau bahasa sana mungkin begitu. Peneliti: Keren juga itu ya, Pak. 99
Narasumber: Iya, kan uap herbalnya kan masuk ke pori-pori kita, jadi tertukarlah mungkin racun di dalam pori-pori itu. Peneliti: Mungkin bisa diadakan di kota gitu. Pengobatan herbal sauna. Narasumber: Ya namanya orang kampung. Mungkin itu kan ekonomi. Mungkin itu bisa mungkin. Memang ada juga seperti akar-akaran yang dijual di pinggir kaki lima. Itu ada juga. Peneliti: Itu setelah mandi uap seperti itu ada efeknya? Mungkin bagi yang pernah? Narasumber: Memang kita ngga pernah ada. Ngga ada efeknya. Kalau sembuh, sembuh aja lah. Peneliti: Bapak pernah kena? Narasumber: Pernah 3 kali. Peneliti: Berarti pernah nambang emas juga, Pak? Narasumber: Pernah. Peneliti: Terus Pak Budi pernah mandi itu juga? Narasumber: Pernah. Karena kalau kita ketemu orang-orang pintar itu ya itu juga. Akar timung juga. Kalau ke dokter ngga mempan. Percuma aja. Buang duit. Peneliti: Berarti yang mandi uap itu lebih terjangkau, Pak? Narasumber: Ya itu kita sendiri bisa bikin. Daunnya itu ya seperti daun laos. Nanti istri saya ngrebus itu, nanti saya bikin timungnya. Peneliti: Kalau sekarang pernah kena demam malarianya itu? Narasumber: Sekarang, kalau sekarang ngga lagi. Narasumber: Jadi kalau dari pengalaman, malaria itu asalnya dari racun. Jadi kan kalau ular, kelabang, kalajengking, nyamuk kan meninggalkan bisa. Jadi itulah. Kita jadi getar. Kepala sakit. Mual-mual. Kepala sakit. Memang di sana kan di atasnya hutan. Itu kan banyak binatang berbisa mati. Kena hujan mengalir ke sungai. Kita mandi. Itu yang kena lekas. Makanya pekerja tambang yang sering kena. Karena dia bergelut di tanah. Narasumber: Di sana juga kalau tidur pagi. Mungkin bisanya itu lewat angin, meresap ke dalam tubuh. Jadi bisa lewat angin, lewat air. Jadi kalau tidur pagi bisa kena itu. Karena udara bumi yang mengandung racun itu terbang. Kena. Narasumber: Jadi kalau ke dokter ngga mempan. Kalau pakai banyu tawar sekali aja bisa sembuh. Peneliti: Kalau banyu tawar itu bagaimana, Pak? Narasumber: Jadi kalau kita datang ke orang pintar, kita bilang kita kena malaria. Dia baca aja itu air tawar dengan ayat. Nah dikasih mantra-mantra. Terus kita temung, keluar itu racun-racun di tubuh kita ini. Peneliti: Ada yang pernah minum itu? Narasumber: Ya mungkin yang kena-kena itu pernah. Jadi kita beli air aqua itu. Kita kasih, ini kita minta tolong supaya penyakitnya sembuh. Kenyataannya bisa. Narasumber: Dulu lah, di Sungai Danga. Sakit kepalanya luar biasa. Sampai mau mati dibilang. Dicarilah orang pintar. Dikasih. Dimandikan. Sembuh. Dibawa ke mantra, ke dokter, ngga mempan. Begitu. Narasumber: Nah ini pernah mengalaminya ini. Orangnya ini. Sampai ngga sadar. Peneliti: Ini Pak? Narasumber: Pak Suretsen. Narasumber: Kalau saya ya obat juga di makan. Itu juga baik kan pertolongan. Peneliti: Kira-kira yang cocok yang mana? Narasumber: Sama aja, perasaan aja. Bagi aku yang mandi-mandi ditimung-timung baik juga. Ada enaknya. Di tambah emboss-embos pula. Tambah segar lagi. Jadi kan lemas juga. Susah makan. Jadi kalau sudah datang tinggi hari, sakit kepala. Nah sudah. Bisa datang 3 kali sehari. Kalau sudah datang menggigil. Kalau sudah datang, berjemur saja di luar. Nah itu perasaannya enak. Peneliti: Pak siapa, Pak? Ini yang baru datang. Narasumber: Pak Muhsin. Narasumber: Staf desa ini. 100
Peneliti: Kalau tentang gizi buruk nih, Pak. Khususnya anak-anak, pernah ngga dengar ada penyakit gizi buruk? Narasumber: Pernah juga dengar. Gizi buruk itu sebenarnya kalau di sini kita bukan kurang makan. Kalau makanan ada. Tapi apakah orang tuanya itu kurang menyiapkan atau memang ada penyakit sehingga anak itu malas makan. Tapi saya lihat yang sering kena itu kan anak- anak. Makannya kurang tapi suka makan cemilan mungkin gizi ngga ada. Tapi kalau di kampung ini ngga pernah. Ngga sampai ke tingkat gizi buruklah. Jadi makan itu banyak tidak, tapi kurang juga ngga. Jadi di sini kalau sampai gizi buruk belum ada. Peneliti: Kurang itu bagaimana? Narasumber: Kurang itu ya.. bisa dilihat dari ekonomi lah. Itu kelihatan. Jadi kalau sehari-hari ikan asin. Ikan asin yang harga bawah lah. Jadi kegairahan anak makan kurang. Itu. Kalau orang tuanya mampu kan kalau anak sudah ngga doyan itu, mungkin ganti sama yang agak enak. Sekali dua kali seminggu itu ada makan enak. Narasumber: Jadi kesimpulannya yang kurang mampu lah. Peneliti: Kalau makanan dari kebun sendiri, kaya pisang, sayur-sayuran Narasumber: Memang ada lah. Jadi kalau lahan di sini banyak. Tapi kalau SDM di sini kurang, lahan itu kosong. Padahal ada kesempatan itu lah. Namanya di desa ya, Pak. Mungkin ada kekurangan pendidikan, pengetahuan, kerajinan itu membuat ekonomi itu berbeda-beda. Peneliti: Soalnya saya pernah bandingkan di daerah Banten. Ini ada orang yang kurang di daerah pegunungan dan kota. Keadaannya ngga terlalu jauh beda, tapi anak-anaknya lebih sehat yang di pegunungan. Karena mereka dapat pisang dari kebun, pepaya dari kebun sendiri tanpa harus bayar. Sementara di kota kan semua harus beli. Jadi mungkin kemandirian ya. Karena kan kalau di tempat saya, beli pepaya satu potong Rp 1.500,-. Itu kan ngga cukup buat bikin sehat perut. Narasumber: Kalau di sini, soal sayur ngga usah beli. Begitu juga ikan. Itu kita kan nanam batang singkong, setengah bulan kan tumbuh. Kita bisa makan daun singkong. Intinya kalau sayur itu di sini ngga beli lah. Kalau mau cari ada. Ikan begitu juga. Jadi dalam seminggu itu adalah makan ikan segar, bukan ikan asin. Peneliti: Kalau di sini itu, yang tadi itu nyaris gizi buruk itu penanganannya apa, Pak? Narasumber: Ini secara dari pemerintah, itu belum ada. Karena kan di masyarakat ini ekonomi kan naik turun. Mungkin itu lah nanti pekerjaan PMI nanti. Peneliti: Mungkin dari keluarga, dari tetangga, bantu dikit-dikit ada? Narasumber: Nah ini di sini ini kan ekonomi ngga terlalu jauh berbeda. Ngga ada yang kaya sekali kaya, yang miskin sekali miskin ngga ada. Jadi sedang-sedang sajalah. Jadi di sini ini pekerjaan ini musimanlah. Ada orang yang punya sawah ngasih kerja, ngasih upah. Jadi bisa lah anak-anaknya itu beli makanan yang agak beda lah dari yang lain. Umpama, dulu dalam seminggu ngga bisa makan ikan segar. Nah ada uang, bisa. Begitu. Peneliti: Kalau di sini setiap keluarga punya sawah? Narasumber: Memang rata-rata punya lahan di sini. Cuma lahan ini ada yang terkerjakan habis, ada yang tidak terkerjakan. Karena begini, mengerjakan lahan itu harus ada modal. Kalau ngerjakan sawah sendiri, selama bekerja itu ngga dapat uang. Nah itu yang cari ngerjakan sawah orang. Padahal ada punya sawah. Karena waktu terbatas banyak mengerjakan sawah orang daripada ke sawah sendiri. Nah untuk pemerintah itu, gimana caranya kalau lagi musim mengerjakan sawah itu, dia bisa goal mengerjakan sawah sendiri. Gitu aja lah. Yang jadi pemikiran pemerintah untuk meningkatkan ekonomi warga di sini. Karena gini. Kalau di sini, masalah lahan, sumber daya alamnya banyak. Tapi untuk mengerjakan sangat minim. Karena laki-lakinya di sini ini kalau habis mengerjakan sawah pergi ke mana-mana. Merantau. Ada yang ke tambang emas, ada yang kerja di sawit, ada yang buruh ngga tetap. Macam-macam lah pekerjaan. Peneliti: Nyawahnya itu jangka waktunya itu dari kapan sampai kapan? 101
Narasumber: Nah ini kan dari nyemai. Nyemai itu dari bijinya itu katakanlah satu minggu. Setelah itu bisa kerja ke mana-mana. Nah ini nyemai ini ada lah 2 bulan. Habis ini sudah musim memisahkan bibit, katakanlah ini satu bulan. Istirahat lagi, tapi ngga lama. Karena di sini ini padi lokal pada umumnya. Nah dari umur satu bulan, sudah mulai mereka ini menyiapkan lahan untuk ditanam. Jadi kalau dikumpulkan untuk nyawah itu, yang khusus untuk hari kerja, kalau diratakan itu, dalam 1 tahun itu 4 bulan kerja. Jadi 8 bulan yang kerja luar. Atau 7 bulan lah. Narasumber: Dari Januari kerjanya, sampai Mei. Peneliti: Setahuan sekali berarti ya? Narasumber: Setahun sekali. Peneliti: Kalau untuk Darah Tinggi atau Hipertensi? Mungkin ada yang pernah terkena atau keluarganya pernah terkena? Narasumber: Memang di sini sudah sering terkena tekanan darah tinggi. Seperti kemaren kan. Sampe meninggal. Kemaren kan diperiksa oleh PMI yang ada darahnya 200. Nah waktu dia subuh itu sampe dia jatuh itu 240. Sempat dibawa ke rumah sakit tapi ngga tertolong. Nah jadi di sini ini darah tinggi ini memang banyak, Pak. Hampir rata. Narasumber: Ini lah untuk penanggulangannya kita belum tahu juga. Karena kan darah itu turun naik. Nah untuk menormalkan itu kita belum tahu juga. Jadi untuk stabil itu kita belum tahu. Peneliti: Sebab Hipertensi atau Darah Tinggi ada yang tahu ngga? Narasumber: Ya makan yang asin-asin. Sayuran yang hijau itu bisa juga. Narasumber: Kalau kita pernah mengalami, makan ikan asin dengan lemak. Nah kalau kita makan yang asin-asin, yang lemak-lemak itu kita bisa komplikasi. Ada asam urat, ada kadar gula yang naik. Ada kolesterol. Peneliti: Bapak ada darah tinggi? Narasumber: Ada Peneliti: Terus pengobatannya bagaimana, Pak? Narasumber: Kita ke Kapuas. Memang di sini ada, Pak, satu orang. Tapi kurang memadai lah. Peneliti: Itu ke dokter, Pak? Narasumber: Ke dokter Peneliti: Selain obat dokter, mungkin ada ramuan? Narasumber: Ramuan ngga ada, Pak. Mungkin ramuan, obat herbal tidak ada. Obat dari dokter, Pak. Kalau obat dari dokter, Pak, cuman tidak menyembuhkan. Cuman mengurangi aja. Peneliti: Sampai berapa tekanan, Pak? Narasumber: Tekanan, pernah sampai 300, Pak. Jadi kalau yang ikut-ikutannya, Pak, seperti asam urat , sampai 500,7. Kolesterol juga. Kadar gula. Peneliti: Kalau lagi tinggi, terus Bapak berobat apa, Pak? Narasumber: Langsung ke dokter, Pak. Peneliti: Pake perahu? Narasumber: Makanya di sini ini Pak, kalau berobat mahal. Mahalnya itu di biaya. Pulang perginya itu, Pak. Belum lagi obatnya. Padahal kita ini di sini ini hidup pas-pasan. Peneliti: Pulang pergi dari sini ke Kapuas berapa, Pak? Biasanya? Narasumber: Dari sini Rp. 50.000,-. Dari pelabuhan ke rumah sakitnya ada yang 15, Rp 30.000,-. Jadi bulak-baliknya itu ada Rp 80.000,-. Mana ongkos berobatnya lagi. Narasumber: Jadi kalau bawa uang Rp 200.000,- cukup? Narasumber: Lumayan cukup. Kadang Rp 500.000,-. Soalnya kalau Hipertensinya mengalami komplikasi, bayarnya mahal. Peneliti: Jadi ini dijaga biar ngga komplikasi dulu? Narasumber: Iya, iya itu, Pak. Peneliti: Rp 500. 000,- sekali berobat ya, Pak. Sudah termasuk dokter itu, Pak? Narasumber: Sudah. Sudah semua. Sekarang saya sudah tidak bisa makan air gula. Ngga bisa makan yang berlemak-lemak. Makanya sulit kalau ikut makan dengan kawan. 102
Kalau ada orang hajatan itu, Pak, kita hadir aja. Tapi sudah selesai kita keluar aja lagi. Ngga ikut makan. Peneliti: Kalau tadi disebut ada jalan baru ya, Pak? Jalan darat? Narasumber: ada Peneliti: dari mana ke mana, Pak? Narasumber: Memang jalan ada. Cuman masih darurat lah. Masih tanah. Belum batu semua. Ada lah sedikit. Tapi belum semua. Narasumber: Pokoknya kalau bawa orang sakit itu ngga bisa lah. Harus pake klotok lah. Peneliti: Jadi dari terusan raya sampai? Narasumber: Ke Pulau Kupang. Peneliti: Kalau dalam pekerjaan. Di sini pekerjaannya kan tani, kemudian ada kerja lain. Tambang. Pernah ada kecelakaan kerja, Pak? Narasumber: Ya namanya kerja, ada kelalaian. Ada sampai berdarah. Peneliti: Itu biasanya dikasih apa, Pak, kalau berdarah? Narasumber: Kalau ada berdarah itu kita pakai pucuk-pucukan. Itu kita kunyah, itu kita lepeh kasih ke lukanya, Pak. Itu yang pertama. Peneliti: Daun apa tadi, Pak? Narasumber: Pucuk pisang, yang masih bulat. Narasumber: Ada juga getah talas. Narasumber: Atau kalau di sini disebut Pucuk Karunting. Ada juga keladi. Itu kalau dipotong ada getahnya nah itu. Itu kalau di sawah, kalau di rumah ya ada perban dan lain sebagainya lah. Narasumber: Kecuali kalau lukanya besar. Seperti kemarin ada yang kena tajak. Itu langsung dibawa ke rumah sakit. Peneliti: Terus sekarang kabarnya gimana, Pak? Narasumber: Ya adalah kena berapa belas jahitan. Jadi kalau di sini itu namanya petani itu banyak alat tajamnya. Kalau petani itu ya pasti ada tanda-tandanya di kaki. Bekas luka. Hampir semua lah pernah. Besar kecilnya aja luka itu lah. Peneliti: Itu kaya kakek saya dulu, Pak. Kakek saya wartawan zaman Belanda. Kakek saya dikejar lari ke sebuah desa. Belanda pinter, Pak. Dikumpulkan semua laki-laki. Diperiksa yang ngga ada bekas lukanya. Nah kalau ngga ada bekas lukanya, ini berarti. Ngga pernah pegang pisau. Narasumber: Kalau orang kerja tani pasti ada. Peneliti: Itu kalau mengajarkan anak gimana, Pak? Ngajak ke sawah gitu? Narasumber: Memang tidak secara otomatis kita mengajarkan pendidikan. Kadang kita ajak bawa pancing. Makanya di sini itu kalau musim kerja anak-anak itu banyak yang ngga sekolah. Ada yang ikut ibunya, bawa adiknya. Sambil liat orang tuanya bekerja. Lama-lama coba juga dia. Makanya ada juga yang kena luka. Karena sering melihat, ketika sudah besar dengan sendirinyalah bisa. Tidak ada pendidikan khusus. Narasumber: Adanya coba-coba juga. Narasumber: Jadi tidak ada pendidikan khusus lah. Apalagi kalau tidak ada yang menunggu, dibawa lah anak-anaknya semua ke sawah, bikin pondok di situ. Jadi apa yang dikerjakan orangtuanya dia liat. Peneliti: Tadi sekolahnya gimana, Pak? Kalau ke sawah? Narasumber: Makanya, kalau di daerah sini, mungkin hampir merata, kalau musim nyawah itu keadaan sekolah itu banyak muridnya yang ngga hadir. Kalau musim panen begitu juga. Karena dia mengasuh adiknya. Karena bapak ibunya repot ke sawah, dia bantu jaga adiknya. Kalau ngga dibawa semua anak-anak ke sawah, bikin pondok kecil di sana. Peneliti: Itu setiap musim tanam dan panen? Narasumber: Iya. Peneliti: Ini maaf agak mundur lagi ke Hipertensi, Pak Rudi sekarang pekerjaannya apa? 103
Narasumber: Tani. Peneliti: Tani juga. Ngga capek ya, Pak? Narasumber: Kalau capek ya istirahat dulu. Narasumber: Karena kalau bekerja itu bagus. Kalau diam itu naik. Meleret. Peneliti: Kalau di sini transportasi utamanya lewat air ya, Pak? Narasumber: Iya, lewat air. Peneliti: Pernah ada kecelakaan air gitu, Pak? Narasumber: Ada juga, nabrak karang. Tersangkut kayu. Karam. Narasumber: Ya ada paling setahun sekali ada. Kadang di tikungan sungai itu ada tabrakan. Narasumber: Tapi yang sering itu kecelekaanya itu karena gelombang besar. Kalau tabrakan jarang. Yang sering itu gelombang. Ada kapal besar lewat, perahu kecil bawa barang, terus tenggelam. Ketika bawa alat tani. parang, tajak. Peneliti: Kerugiannya berapa, Pak? Narasumber: Ada lah 500. Peneliti: Yang ganti siapa, Pak? Narasumber: Yang kapal besar itu Peneliti: Kalau yang tabrakan di tikungan itu kejadiannya di mana, Pak? Narasumber: Kalau itu di sungai kecil. Karena sungai itu berbelok-belok kebiasaan orang di sini itu, apalagi kalau malam, orang itu ngga liat. Nah itu. Kalau di sungai besar ini ngga ada. Jarang lah Narasumber: Kalau kabut asap, itu juga bisa. Narasumber: Tapi kebanyakan pengemudi kelotok itu ngga berani kalau asap tebal. Apalagi kalau di laut. Ngga berani itu. Peneliti: Belum ada lampu sorot, Pak? Narasumber: Ngga jalan juga, ngga tembus. Kalau musim kemarau itu. 6 bulan 7 bulan. Banyak kebakaran hutan. Peneliti: Ada lonceng? Narasumber: Lonceng ada. Tapi kalau untuk alam ngga bisa. Karena kita ngga liat. Jadi kebanyakan berhenti lah. Peneliti: Kalau di sini kapalnya ada pelampungnya? Narasumber: Kalau taksi ada. Taksi besar ada. Tapi kalau kelotok pribadi, jarang ya pelampung, Pak. Paling kalau tenggelam ada papan, ada jirigen ya itu lah. Tapi karena rata-rata mereka bisa berenang bisa lah. Narasumber: Kalau taksi tenggelam itu kaya di muara dulu, banyaklah klotok yang datang menolong. Ini yang pernah mengalami ini. Taksi karam. Peneliti: Itu ceritanya gimana, Pak? Narasumber: Itu gelombang tinggi. Gelombang tinggi, masuk air ke dalam. Karam. Tapi itu yang meninggal rata-rata orang Jawa. Kalau orang Kalimantan ngga. Narasumber: Atau kalau pake kelotok jangan pake sepatu, lah. Sepatu dilepas. Narasumber: Jangan pake sepatu, celana panjang. Narasumber: Kalau walaupun kita bisa berenang kalau kita pake sepatu tetep ngga bisa. Celana levis. Jadi kalau kita dalam keadaan mau tenggelam, sudah copot aja celananya. Atau sepatunya. Peneliti: Kalau kecelakaan di jalan raya itu, di jalan biasa, pernah liat? Narasumber: Yang jalan darat, memang kita sering liat, kaya kemarin sudah berapa hari, itu ketabrak, mati. Peneliti: Terus apa yang dilakukan? Narasumber: waktu saya lewat itu ngga ada yang nyentuh. Mungkin nunggu polisi lah. Kasih tanda. Karena ini ngga bergerak lagi. Peneliti: Kalau air di sini, khususnya untuk masak, makan dan minum pakai air? Narasumber: Pakai air sungai. 104
Narasumber: Memang di sini sudah ada sumur bor, Cuma untuk masak dan minum itu agak beda dengan air sungai sini. Ada asin-asin. Jadi ngga selera lah. Paling pakai nyuci, nyuci piring, atau mandi. Kalau untuk minum air sungai. Tapi sudah dikasih itu.. jadi ngga ada rebus lagi. Jadi itu untuk keringanan ekonomi. Kalau rebus kan ada juga yang pake kompor gas, uang juga. Kompor uang juga, kayu bakar kadang cari sendiri. Jadi kalau pake keramik untuk minum itu ngga usah direbus itu. Peneliti: Yang sumur bor itu dari mana, Pak? Narasumber: Itu bantuan dari pemerintah juga. Narasumber: Tapi ngga ada yang memakai. Narasumber: Iya lah, tapi untuk mandi-mandi. Narasumber: Agak asin airnya itu. Peneliti: Itu di mana, Pak? Narasumber: Itu di situ ada, di sana ada. Setiap RW ada. Peneliti: Terus pake pipa ke rumah-rumah? Narasumber: Ngga juga, Pak. Di situ aja. Adanya di tengah-tengah kampung. Narasumber: Tapi kalau musim air kemarau, meskipun asin, itu minta ke sana. Karena masih bisa di konsumsi lah. Kalau sungai itu asin, ya pada ke situlah. Peneliti: Nah sebelum ada sumur bor, kalau air itu asin, ke mana, Pak? Narasumber: Itu cari, ada yang beli. Ada yang angkut dari Kulonnya. Ada juga sumur warga yang jauh dari sungai di daratan, kita angkut. Peneliti: Itu kalau pasang ya, Pak? Narasumber: Iya Peneliti: Kalau musim panas atau hujan ngga ada pengaruh ya, Pak? Narasumber: Ngga ada, ngga ada. Peneliti: Kalau di sini.. yang namanya rumah tangga kan ada sampah ya, Pak. Pengelolaannya gimana ya, Pak? Narasumber: Kalau di sini namanya sampah, umpanya kalau nyayur kita ditumpuk dulu lah. Nanti kalau sudah penuh kita bawa ketempat penumpukan sampah. Ada tempat penampungan sampah. Tapi kalau secara umum masyarakat itu ya kalau habis makan di jalan, buang lah. Narasumber: Kalau banjir bisa masuk, Pak. Peneliti: Sampai mana, Pak? Narasumber: Sampai tanggul. Narasumber: Jadi kalau masalah sampah belum ada yang mengelola lah. Cuma dikelola oleh masing- masing pribadi di rumah. Peneliti: Kalau nyuci piring, nyuci baju itu di sungai, Pak? Narasumber: Yang di pinggir sungai ya dipinggir sungai kalau yang di dalam ya di dalam. Peneliti; Kalau yang di dalam itu airnya dari mana, Pak? Narasumber: Sekarang kan sudah Hitachi, jadi nyucinya di rumah. Kalau dulu belum ada listrik ya ngangkut. Kalau airnya besar di tampung dulu. Kalau sekarang ada peningkatan lah. Selama ada listrik ada kemudahan. Jadi dikasih pipa panjang, itu dikasih Hitachi. Peneliti: Kalau di sini, mohon maaf, kalau buang air besar? Narasumber: Kalau di pinggiran itu biasanya WC di pinggir juga, di pinggir kali. Tapi kalau yang di dalam, mungkin adalah bikin WC sendiri. Peneliti: Itu pakai septitank atau gimana, Pak? Narasumber: Pake air, pake air aja. Itu langsung hanyut aja. Dimakan ikan. Narasumber: Itu kalau pasang lari ke mana-mana. Laut itu sudah bebas aja itu. Peneliti: Kalau di Desa Terusan Raya ini yang suka melakukan pemberitahuan mengenai kesehatan, siapa aja, Pak? Narasumber: Biasanya dari Puskesmas. Atau dari PMI sering juga. Sekarang ini PMI paling banyak. 105
Peneliti: Kalau Puskesmas itu biasanya seberapa sering, Pak? Narasumber: Itu biasanya waktu imunisasi, apa anak balita, orang hamil. Itu aja. Kalau masalah kesehatan lain, jarang lah. Ada Posyandu, itu ada penimbangan balita. Peneliti: Kalau Puskesmas itu ada ngga penyuluhan-penyuluhannya, selain imunisasi? Narasumber: Ngga ada. Peneliti: Berarti baru PMI ya yang kasih penyuluhan? Narasumber: Iya, seumur di sini baru PMI sajalah. Secara rutin lah kepada masyarakat. Ada diare, ada darah tinggi, TBC. Sering lah mereka. Tapi karena kami ini tidak khusus, ada yang ingat ada yang lupa. Peneliti: Kalau ngga salah baru mulai Juni 2012 ya, Pak? Narasumber: Ya, ya. Cuma Alhamdulillah, kami ini selama ada PMI ini banyak kegiatan. Terutama seperti gotong royong, ada kesehatan. Seperti yang kami rasakan ini masalah jalan lah. Karena kami ini masalahnya jalan darat. Tapi selama ada PMI selama bisa bersatu jadi bisa terlaksana seperti dari sini ke Kupang. Itu barulah PMI. Memang sama-sama masyarakat juga. Peneliti: Seberapa lebar, Pak? Narasumber: Lebar, memang lebar. Peneliti: Sebelumnya tidak ada jalan ini, Pak? Narasumber: Ada memang ada, tapi tidak terpelihara karena tidak ada yang menabrak, tidak ada yang bikin gagasan, kalau kita ini begini harusnya begini, jadinya begini. Nah ngga ada. Jadi kemarin itu ngobrol ke teman-teman, ini begini-begini, kita ngobrol ke PMI. Sampe kemarin itu ada dua jembatan sungai yang belum ada. Terus kami bentuk, PMI mendukung, bersatulah masyarakat dengan PMI. Peneliti: Jadi jalan itu melewati 2 sungai.. Narasumber: Melewati 2 sungai, dulu belum ada jembatannya. Sekarang sudah selesai. Ada sekarang 2. Oh 3 malah. Jadi selama ada PMI sudah ada kemajuan. Cuma harus ada lagi lah kegiatannya, supaya tidak di situ aja. Supaya tidak jalan di tempat. Peneliti: Berapa kilometer itu, Pak? Narasumber: Kalau dari sini, ke tambang itu ada lah 5 kilo. Atau tujuh. Dari sini ke muara ada sepal, 2 pal. Dari muara ke tambang 5 lebih. Ya 7 lah. Peneliti: Mungkin ada yang mau disampaikan, Pak? Narasumber: Ya kebetulan karena ini kita mau ngobrol-ngobrol, mungkin suara kami bisa disampaikan ke atasan pemerintah di sana, memang kami sudah bersyukur PMI sudah masuk. Ada perubahan. Ada lah perubahan. Cuma kalau bisa ditingkatkan lah. Contohnya kalau masalah kesehatan, di sini kan Puskesmasnya Cuma 1 orang tenaga, masalah pelayanannya kan obat. Karena yang suka ke sini hanya bidan. Bukan dokter. Itu satu. Nah yang kedua masalah jalan lah yang utama. Karena pembengkakan biaya apa pun kegiatan masyarakat itu, selalu banyak biaya. Itu lah, kalau ekonomi kami pas-pasan itu sulit lah kami ini meningkat. Karena banyak uang itu terbuang untuk biaya. Jadi mungkin masalah kami itu transportasi. Transportasi darat. Karena kami ini kalau transportasi darat dan transportasi laut itu bisa 5 sampai 10 kali lipat biaya. Kalau Rp 10.000,- naik kendaraan, naik kelotok itu bisa Rp 50.000,-. Bisa lebih. 10 liter lah lebih. Kalau kendaraan bisa 1 liter, dengan harga Rp 8.000,-. Tapi kalau kelotok 8 sampai 10 liter. Jadi itulah perbedaan transportasi kami. Apalagi jauh. Nah waktu tempuh juga beda. Kalau kami berurusan di sini, pakai kelotok, kalau ada guru-guru, ada pejabat itu ngga cukup satu hari. Harus pake taksi. Kalau dia ketinggalan taksi, dia harus carter. Membengkak lagi biaya. Jadi itulah. Desa ini ketinggalan. Jadi desa tertinggal. Karena bukan orangnya malas atau ngga ada uang, tapi kebanyakan biaya. Jadi dalam 1 bulan itu punya uang 1 juta, kalau dia berurusan ke luar, banyak urusan ke luar lah dananya. 106
Narasumber: Kalau mau kita adakan ambulance sungai lah. Biar cepat kalau ada apa-apa. Itu kalau mau. Narasumber: Kalau bisa, Pak, di Terusan Raya ini Puskesmas tersendiri lah. Terusan Raya. Jadi kan mantrinya ada. Dokternya ada, atau mungkin 1 kali seminggu. Yang merawatnya ada. Di sini, Pak, hanya 1 orang. Hanya Ibu Bidan. Selama di sini terhambatnya berobat itu. Karena itu saya katakan tadi, tidak memadai berobat di sini. Karena mantrinya tidak ada. Harus ke Kapuas. Makin, Pak, mahalnya. Jadi uang itu habis untuk biaya. Tak lagi untuk makan. Narasumber: Makanya di sini, gizi, tak sampai gizi buruk tapi menurun lah. Narasumber: Jadi kalau bisa, Pak, di sini itu ada mantrinya. Jadi masyarakat itu kesehatannya tidak jauh mendatangi. Narasumber: Di sini kalau transportasinya lancar, insya Allah mungkin peningkatan ekonomi masyarakat mungkin naik. Karena kendalanya di sini itu transportasi. Narasumber: Ya kan kalau mau ke Kupang. Karena kan kalau di Kupang, Puskesmasnya ada, mantrinya ada, dokternya ada. Jadi orang di sini kalau mau berobat ya ke Kupang. Kalau ada uang ya ke Kapuas langsung. Jadi kalau masyarakat Terusan Raya ini, masalah kesehatan, perlu kita tingkatkan. Sangat perlu. Karena kalau di sini harus ke Kupang. Atau ke Kapuas langsung. Harus 10 liter, itu Pak. Peneliti: Di sini berapa 1 liter? Narasumber: Rp 8.500,- lah ya Rp 9.000,- lah kalau sekarang. Narasumber: Nah itu kalau 10 liter sudah Rp 90.000,- Pak. Belum makannya. Makanya di sini itu pekerjaan itu pas-pasan. Jadi ngga bisa beli ikan segar. Beli ikan kering. Buruk lah gizinya. Peneliti: Mancing ngga bisa ya, Pak? Narasumber: Mancing bisa, Pak. Tapi istilahnya, ngga memadai lah. Narasumber: Memang di sini dulu tempat ikan, banyak ikan. Tapi mungkin karena manusia banyak, keadaan airnya juga berubah karena ada kerukan ada di sekitar sungai-sungai itu, jadi asam airnya. Jadi untuk ikan itu agak berkurang. Peneliti: Perubahan sungainya jadi asam mulai tahun berapa, Pak, terasanya? Narasumber: Yang terasanya mungkin 20 tahun. Setelah sejuta hektar. Tahun 89. Sejuta hetare lahan gambut itu. Narasumber: Semua perikanan darat rusak, Pak. Narasumber: Jadi dulu kalau orang sini bilang surut pindua, kita cebut aja cari ikan pake tangan. Dua hari bisa sampai dua minggu lah kita bisa makan ikan itu. Dua kali kerja aja. Banyak ikannya. Kalau sekarang tinggal ceritanya. Kalau dulu udangnya, bakutnya, pipihnya, ikan yang lain-lain, wah banyak. Peneliti: Kalau dari ulun mungkin sudah cukup. Mungkin ada yang lain yang mau disampaikan. Terakhir? Narasumber: Ya kalau dari kami itu sebagai gambaran. Mungkin bapak bisa menceritakan kepada yang lebih berwenang biar bisa membantu kami di sini. Kalau kami kan tidak tahu ke mana mengadu kalau ngga ada orang yang menyalurkan. Jadi mungkin Bapak bisa menyampaikan permohonan kami kepada yang lebih berwenang. Kekurangan dan ingin ada peningkatan. Kalau pendidikan memang ada. Namanya serba SDM-nya kurang. Sumber alamnya banyak, sumber daya manusianya kurang mungkin ngga bisa juga. Jadi selengkapnya lah untuk menyampaikan. Supaya ini menjadi ekonomi lah. Peneliti: Ya Alhamdulillah sudah banyak masukannya. Semoga kami juga bisa menyampaikannya dengan lengkap. Mungkin kurang lebihnya saya mohon maaf, kalau ada kata atau perbuatan yang salah mohon dimaafkan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Kesimpulan Desa 12 RT 543 KK, 5-6 orang /keluarga, tani dan perikanan. 107
Penyakit Diare karena musiman, air laut masuk sungai. Pengobatan tradisional dan Puskesmas. Pertolongan pertama oralit. Ada yang masuk rumah sakit. TB: sudah dengar. Tanda kurus, batuk mengeluarkan debu.TB menular. Sebab kena debu nyelip padi, asap, udara tidak sedap dan pembawaan. Dari 10, 3 kena debu pada petani padi. Anak muda kena TB karena minum alcohol, keturunan asma atau TB. Pengobatan di Puskesmas tersedia. Kalau sudah parah, keluar darah ke dokter. Pencegahan minum susu cair. Malaria: ada sering tapi pendatang dari gunung emas, Pujun. Pencegahan pakai obat kampung saja. Pakai akar kayu, banyu tawar. Orang tua perancang obatnya. Akar kayu direbus, ditimung, air mendidih di taruh dibahwah kursi, kasih kain, dan asapnya kena badan. Keringat keluar, dan keluar racun. Racun ada di pori-pori. Ke dokter buang duit, tidak sembuh, tapi kalau ke orang pinter sembuh. Daun laos, isteri rebus, saya buat timungnya. Malaria dari racun, seperti ular, kelabang, kalajengking, dan nyamuk keluar bisa. Bikin pusing, getar, sakit dan mual. Mereka hidup di hutan, mengalir kesungai, dan mandi kena racunnya. Maka pekerja tambang sering kena karena bergelut di tanah. Malaria juga bisa lewat angin, lewat air, tidur pagi. Udara bumi yang mengandung racun terbang. Dengan air tawar sekali sembuh. Air ke dukun diberi mantra dminum racun keluar. Gizi buruk. Makanan ada, anak karena banyak makan camilan tidak makan. Gizi buruk tidak ada. Makan ikan asin, terus, kondisi ekonomi rendah. Disini, sayur ditanam tumbuh, ikan dicari ada, dan cukup makanan. Hipertensi. Sebab makan ikan asin, sayuran hijau, lemak, bisa komplikasi. Asam urat, kadar gula naik, kolesterol juga. Obat dokter tidak menyembuhkan. Kecelakaan Tranportasi utama air sungai; kecelakaan perahu nabrak karang, tersangkut kayu, tabrakan di tikungan sungai, gelombang besar, kapal besar lewat, gelombang perahu kecil tenggelam. Kecelakaan berdarah dikasih pucuk-pucukkan, kunyah, lepeh ke luka, sembuh. Pucuk pisang masih bulat, Pelampung untuk taksi besar, taksi kecil tidak ada, dan pribadi tidak ada. Papan dan jerigen bisa cegah tenggelam. Kecelakaan jalanan sering lihat. Tabrak lari dan mati. Sumber air Sumur bor, air sungai. Air sumur bor asin-asin rasa tidak enak, air sungai enak, air diberi tawas, tidak lagi direbus. Sumur bor tidak ada yang pakai. Setiap RW ada. Musim kemarau pakai,karena air sungai asin. Sampah tidak ada sistem pengolahan. WC pakai air sungai. Yang di pedalaman pakai latrine dan pakai air hanyut saja. KIE Oleh puskesmas kalau ada imunisasi, ibu hamil . PMI penyuluhan diare, TB, kesehatan, karena banyak kegiatan termasuk gotong royong. Baru PMI saja secara rutin ke msayarakat. Karena tidak khusus, ada yang ingat dan ada yang tidak.
3 Desa Pulau Kupang. Bataguh Focus Group Discussion, ibu . 6 Februari 2014
Peserta : 12 ibu-ibu Tempat : Desa Pulau Kupang Peneliti: Ya kita mulai ya, Bu. Kita mulai dengan penyakit, Bu. Yang saya butuhkan jawaban dari Ibu, bagaimana pengetahuan Ibu tentang penyakit, bagaimana sikap Ibu terhadap penyakit itu, kemudian bagaimana cara mencegahnya, dan juga nanti kalau ada yang tertular di dalam keluarga itu bagaimana tindakannya, atau biasanya yang dilakukan di sini itu seperti apa. Ya, Bu, ya. 108
Kita mulai dengan pertanyaan pertama mengenai penyakit diare. Ibu pernah mendengar mengenai penyakit diare? Narasumber: Pernah. Peneliti: Kalau pernah, ibu kira-kira tahu ngga sebabnya? Narasumber: Sebetulnya minum yang tidak bersih. Jadi diare. Peneliti : Terus ada lagi? Narasumber: Kebersihannya kurang, Bu. Peneliti : Kebersihan apa? Narasumber: Kebersihan diri, kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, faktor air, makanan. Peneliti : Apalagi, Bu Narasumber: Perubahan cuaca. Karena hawanya berubah. Narasumber: Kaya airnya itu berubah menjadi asin. Itu jadi muntaber. Peneliti : Ya muntaber. Ada lagi, Bu? Narasumber: Sama aja. Peneliti: Ibu tahu ngga berapa kali buang air besar sehingga itu bisa dikategorikan sebagai diare? Berapa kali Ibu? Narasumber: Bisa dalam setengah hari itu 3 kali, itu sudah boleh lah masuk diare Peneliti : Yang lain ada yang tahu? Berapa kali, Ibu. Narasumber: Kurang tahu, Ibu. Narasumber: Biasanya sakit mulas tapi tidak BAB. Muntah. Peneliti : Muntah terus apa lagi? Narasumber: Perutnya kembung, masuk angin. Peneliti : Kira-kira ibu, apa yang sudah dilakukan oleh Ibu, untuk mencegah terkena diare? Narasumber: Minum obat. Narasumber: Ya lingkungan dibersihkan. Narasumber: Buat oralit air, garam, sama gula. Peneliti : Buat sendiri bisa? Pake apa, Bu? Narasumber: Kapsul domet. Peneliti : Saya kepengen dengar ada ngga yang pake obat tradisional? Narasumber: Ada Ibu. Bawang sama minyak tanah, diurutkan. Peneliti : Kalau yang diminum apa? Narasumber: Yang diminum pucuk jambu dicampur cabi. Peneliti : Cabi itu apa? Narasumber: Cabi itu, Bu, sejenis cengkeh, masuk sejenis cengkeh kalau di sini dibilang cabi, Bu. Peneliti : Jadi itu dicampur? Narasumber: Iya, jadi itu dicampur, ditumbuk, dikasih air, diminum. Peneliti : Direbus bisa? Narasumber: Bisa, biasanya pucuk daun jambu biji direbus, Ibu. Peneliti : Biasanya kalau yang seperti itu diminum berapa kali sehari? Narasumber: 2 kali. Peneliti : Dijamin sembuh? Narasumber: Biasanya sih, Bu. Narasumber: Itu sebagai pertolongan pertama. Kalau ngga bisa lagi dibawa ke Puskesmas. Masalahnya Puskesmas di sini, Bu, ngga 24 jam. Kalau misalnya kena malam, kita kasih pertolongan pertama yang kaya gitu dulu. Karena di sini medisnya kurang. Kan kita ngga tahu penyakitnya datangnya kapan. Peneliti: Ibu, bagaimana jika salah satu anggota keluarga Ibu terkena diare? Narasumber: Ya dengan cara itu dulu mengatasinya kan. Narasumber: Dibawa berobat aja kalau obat tradisional ngga mempan di bawa ke medis. Narasumber: Ya namanya orang kampung ya sudah. Jalan satu-satunya ya itu turunan orang tua. Peneliti : Ibu mengetahui apa yang namanya dehidrasi? 109
Narasumber: Pemindahan cuaca. Narasumber: Kurangnya daya tahan tubuh Peneliti: Ada yang tahu, Ibu? Ngga ada yang tahu. Ibu tahu bagaimana caranya membuat larutan gula garam? Oralit? Narasumber: Airnya satu gelas, gulanya satu sendok, garamnya satu sendok. Peneliti : Jadi tahu ya. Ada yang model lain? Bikin larutan? Narasumber: Sama. Peneliti : Sama ya. Saya pernah denger katanya yang diare itu dikasih akar rotan. Ada di sini? Narasumber: Di sini ngga ada rotannya, Bu. Narasumber: Ada pake nasi, Ibu. Nasi kita diangusin, terus direbus, diminum airnya. Kalau akar rotan ngga pernah di sini, Bu. Peneliti: Jadi ngga pernah ya. Ngga ada ya. Jadi untuk diare Ibu semua sudah paham ya. Kecuali tadi dehidrasi. Kita simpen dulu yang itu. Kemudian yang kedua, Ibu pernah mendengar penyakit TB atau TBC, tubber colossis? Narasumber: Pernah. Peneliti : Dengarnya darimana? Narasumber: Dari orang yang sakit. Peneliti : Ada yang pernah sakit TBC? Narasumber: Ada tapi nda banyak. Peneliti : Ada di bawah 10? Narasumber: Nda, 1 RT paling 1. Ada yang RT itu kena ada yang tidak. Peneliti : Berarti 1 kelurahan di bawah 10? Narasumber: Ya, iya di bawah 10 kira-kira. Peneliti : Pernah ngga ada yang mendengar penyebab TBC itu, apa? Narasumber: Makan yang kering itu. Narasumber: Sering minum es. Peneliti : Terus ada lagi, Ibu? Narasumber: Biasanya keturunan itu, Ibu. Biasanya dari otang tua penyakit TBC itu. Peneliti : Ada yang lain sebabnya. Narasumber: Ya itulah merokok lah. Paru-paru kena. Narasumber: Ya setelah itu batuk mengeluarkan darah. Narasumber: Badannya kurus biasanya. Peneliti : Ibu pernah ngga mendapat penjelasan seperti apa cara mencegah penyakit TBC? Narasumber: Ngga pernah. Masalahnya kita kalau ada acara ngumpul-ngumpul kaya gini itu ngga pernah itu, Bu. Peneliti: Ngga pernah ya. Tidak ada apa itu, mungkin dari relawan PMI bagaimana cara mencegah TBC? Narasumber: Ngga ada. Belum ada, Ibu. Peneliti : Dari Puskesmas? Narasumber: Puskesmas ngga ada juga. Narasumber: Kalau kita datang ke Puskesmas, kita periksa, baru dikasih tahu kalau ini penyakit TBC, gitu. Narasumber: Kalau penyeluhan kaya gini belum ada kita. Cara mencegahnya itu belum. Ngga tahu sih kalau yang lain-lain. Kalau ulun ngga pernah. Peneliti: Ibu kalau seandainya salah satu dari keluarga Ibu kena TBC, yang dilakukan oleh Ibu apa kira-kira? Narasumber: Berobat aja. Peneliti : Berobat aja. Tidak ada tindakan prefentif atau untuk pencegahan di rumah? Narasumber: Yang ulun tahu, Bu, yang ulun denger dikasih obat selama 6 bulan. Dikasih obat secara rutin dulu. 110
Narasumber: Itu harus betul-betul diminum obatnya setiap hari selama 6 bulan. Itu kalau sehari aja lewat, kembali lagi, Bu. 6 bulan lagi, dari awal lagi minumnya. Itu yang ulun dengar. Peneliti: Jadi kalau salah satu anggota keluarga terkena TBC, itu aja ya, Bu, ya. Berobat ke rumah sakit ya. Pernah ga dalam 6 bulan itu harus kontrol lagi ke rumah sakit? Narasumber: Ngga sampai 6 bulan lah. Narasumber: Itu sebelum 6 bulan sudah parah. Peneliti : Oh jadi ketauannya sudah parah? Narasumber: Meninggal juga orangnya. Sudah parah. Peneliti : Itu siapa? Narasumber: Ini anaknya ini. Masih sekolah 15 tahun. Peneliti : Oh anaknya Ibu ini. Oh bukan anak Ibu? Narasumber: Anaknya 1, Ibunya 1. Narasumber: Jadi nenek sama cucu kena. Yang meninggal cucunya, Bu. Peneliti : Oh Ibunya masih hidup? Narasumber: Masih. Peneliti : Terus itu yang masih hidup itu masih kontrol? Narasumber: Kalau sekarang makan yang pedas sedikit, batuk. Batuk-batuk kecil aja. Peneliti: Oh gitu. Ibu selanjutnya saya kepengen dengar dari Ibu, pernah ngga dengar tentang penyakit ISPA? Narasumber: Inspeksi Saluran Pernapasan. Peneliti : Inspeksi Saluran Pernapasan Atas. Jadi apa ibu? Narasumber: Batuk, pilek. Peneliti : Terus apa lagi? Narasumber: Sama radang tenggorokan. Peneliti : Terus apa lagi Ibu? Narasumber: Itu kan inspeksi saluran pernapasan, akibatnya sesak napas. Peneliti : Akibatnya sesak napas. Kira-kira yang menyebabkan kita bisa kena ISPA itu apa, Bu? Narasumber: Cuaca. Narasumber: Asap. Narasumber: Kena hujan bisa juga, ya. Kalau makan yang pedes-pedes, cabe, es. Bisa juga itu. Peneliti : Ada lagi, Ibu? Kira-kira apa yang menyebabkan Ibu kena ISPA? Narasumber: Kurang tahu. Narasumber: Bisa juga waktu bayi keisap air ketuban. Peneliti: Oh iya. Kira-kira Ibu tahu ngga, bagaimana cara mencegah supaya kita tidak terkena ISPA? Narasumber: Ya satu-satunya jalan ya kita menghindari makanan yang pedes-pedes, yang lemak. Jangan kena asap-asap, debu-debu. Narasumber: Pasti, Bu, makanan 4 sehat 5 sempurna. Peneliti : Iya, betul. Ibu kira-kira ada ngga salah satu anggota keluarga yang pernah kena ISPA? Narasumber: Ya ada. Banyak yang sudah tua-tua. Narasumber: Tuh, baru aja sembuh. Masih aja lagi batuk-batuk. Nah sesak napas. Narasumber: Iya karena dingin. Peneliti: Bagaimana sikap Ibu kalau salah satu anggota keluarga terkena ISPA? Bagaimana cara mencegahnya kira-kira? Narasumber: Berobat. Peneliti : Berobat juga. Ada obat tradisional? Narasumber: Pijet-pijet aja. Peneliti : Ada tukang pijet ya? Narasumber: Ada tukag pijet, Bu. Peneliti : Kalau Ibu ya, pernah ngga denger penyakit Malaria? Narasumber: Pernah. Sering. 111
Peneliti : Pernah. Sering. Dengernya darimana? Narasumber: Dari yang kena sakit kadang-kadang. Narasumber: Dari tetangga yang sakit. Peneliti : Dari tetangga yang sakit aja? Narasumber: Iya. Peneliti : Kira-kira tahu ngga, Bu, sebabnya apa? Narasumber: Nyamuk Peneliti : Digigit nyamuk, ada yang tahu nama nyamuk malaria? Narasumber: Aides Aigepty. Peneliti: Aides Aigepty demam berdarah itu, Bu. Terus apa lagi penyebabnya, Bu, selain kena nyamuk malaria? Narasumber: Kena hujan bisa juga. Kecapean bisa juga. Peneliti : Karena hujan. Narasumber: Lingkungan yang tidak sehat. Peneliti : Kemudian ada lagi? Di sini ada yang mendulang emas? Narasumber: Ada. Narasumber: Itu anak-anak sama suami. Peneliti : Anak dan suami mendulang. Penah kena malaria ngga? Narasumber: Pernah. Peneliti : Kenanya di mana? Narasumber: Di pendulangan. Peneliti : Di pendulangan. Oke. Kira-kira gimana, Bu, cara mencegahnya? Narasumber: Berobat aja. Narasumber: Sampah harus dibakar. Narasumber: Pakai kelambu. Peneliti : Oke. Terus apa lagi? Narasumber: Lingkungan harus bersih. Peneliti : Contohnya lingkungan harus bersih apa? Narasumber: Ya sampah dibuang pada tempatnya. Peneliti : Ada yang buang sampah ke sungai? Narasumber: Ada Ibu. Di bakar. Peneliti : Terus apa lagi? Narasumber: Pakai obat nyamuk. Peneliti : Apa lagi, Bu? Narasumber: Minta banyu ke orang yang tahu. Peneliti : Minta banyu ke orang yang tahu, terus? Narasumber: Terus diminum disamburkan. Narasumber: Itu yang tradisional, Bu. Peneliti: Kalau di daerah lain ada yang pake buah semacam.. yang kulitnya kaya nangka, ukurannya segini, bunganya panjang.. ada yang ngga pake begitu? Narasumber: Ngga pernah kalau di sini, Bu. Peneliti : Kemudian, apa yang Ibu lakukan untuk mencegah terkena malaria? Narasumber: Ya itu tadi, Bu. Pake obat nyamuk, pake kelambu, rajin bersih-bersih. Peneliti: Sekarang bagaimana nih, sikapnya Ibu atau pada umumnya kalau misalkan ada salah satu keluarga yang terkena malaria? Narasumber: Ya diobati, Bu. Narasumber: Malahan kalau di sini itu, ya, Bu, ya, tradisinya itu harus ditimung. Peneliti : Ditimung itu seperti apa? Narasumber: Itu Bu, kalau orang itu dikerubungi pake sarung, di bawahnya itu dikasih air yang panas, dikasih bunga-bunga atau dikasih sere, kaya spa itu Bu. Narasumber: Ngga dikucilkan, Bu, malah diobatin. 112
Peneliti : Selanjutnya ini ya, Bu, ya, mengenai gizi buruk. Ada di sini yang mengalami gizi buruk? Narasumber: Jarang kalau di sini. Narasumber: Ya mungkin ada, ya, Bu. Tapi mungkin ngga terlalu meluas lah. Narasumber: Paling di sini kalau ada kena gizi buruk di bawa ke PUskesmas. Tapi ngga sampai kurus betul kaya di teve-teve. Di sini makan aja. Peneliti : Jadi kira-kira Ibu tahu ngga gizi buruk? Gizi buruk itu apa? Penyakit apa? Narasumber: Kurang makan. Narasumber: Kurang gizi. Narasumber: Kurang vitamin. Narasumber: Ya mungkin kalau makan, makan aja. Tapi kesehatannya itu kurang. Ya misalkan kaya 4 sehat 5 sempurna-nya itu kurang, Bu. Peneliti : Ibu tahu ngga, orang yang kena gizi buruk itu sebabnya apa? Narasumber: Ya biasanya itu matanya itu agak cekung, agak pucat. Sebabnya itu cacingan, perutnya buncit. Narasumber: Itu ciri-cirinya. Sebabnya ngga tahu. Narasumber: Mungkin ngga diimunisasi. Narasumber: Sebabnya bisa itu faktor ekonomi. Peneliti : Gimana, Bu? Narasumber: Kalau di sini ngga ada, jarang, jadi kita ngga tahu. Peneliti : Kalau tadi sebabnya kurang vitamin, faktor ekonomi, kira-kira mencegahnya gimana? Narasumber: Makan-makanan yang sehat, Bu, gizinya dipenuhi. Peneliti : Oke. Terus apa lagi? Narasumber: Gizinya dicukupin. Yang biasanya ngga pernah minum susu ya dikasih susu. Peneliti: Kalau misalnya salah satu keluarga ibu, biasanya anak-anak ya, yang terkena gizi buruk, biasanya apa yang ibu lakukan? Narasumber: Ya berobat lagi, Bu. Peneliti : Berobat lagi. Ngga ada obat tradisional yang mujarab gitu? Narasumber: Ada temulawak. Narasumber: Tawon asam. Narasumber: Jamu, iya jamu. Peneliti : Jamu apa? Jamu merangsang nafsu makan? Narasumber: Iya. Katanya kan bisa nafsu makan. Peneliti : Ada lagi? Narasumber: Ada ekonominya diperbaiki, Bu. Peneliti: Ibu ini sekarang penyakit yang sangat menyeramkan karena banyak menyerang kita dan berhubungan dengan gaya hidup kita. Pernah mendengar penyakit hipertensi atau darah tinggi? Narasumber: Ya dengar. Narasumber: Di sini rata-rata, Bu. Hampir semua. Peneliti : Hampir kena semua, ya. Kira-kira apa sih sebabnya? Narasumber: Ya itu, Bu. Pola makan yang tidak sehat, tidak teratur. Narasumber: Pikiran. Peneliti : Apa lagi? Narasumber: Sering makan ikan asin. Peneliti : Betul. Terus apa lagi? Narasumber: Kalau keadan ekonomi kan ngga ada uangnya. Terpaksa makan ikan asin. Mungkin keseringan itu. Narasumber: Dari segi makanan dan pikiran itu, Bu. Peneliti : Ibu pernah kena tekanan darah tinggi? Narasumber: Ngga. Peneliti : Ngga ya. Ibu kira-kira apa lagi, Bu? Tekanan darah tinggi? 113
Narasumber: Tekanan batin aja lah itu. Narasumber: Kurang istirahat. Peneliti : Kurang istirahat, oke. Kemudian Bu, kira-kira mencegahnya bagaimana? Narasumber: Istirahatnya dijaga. Makanannya juga. Peneliti : Kalau obat tradisional ada? Narasumber: Minum air kelapa. Airnya aja, kelapa muda. Narasumber: Terus abis itu makan belimbing, mentimun. Peneliti : Kalau salah satu anggota keluarga Ibu kena hipertensi, itu bagaimana? Sikap Ibu? Narasumber: Ya diobati lagi. Berobat lagi. Narasumber: Ya itu satu-satu jalan ke rumah sakit. Kalau hipertensi tinggi, 200. Peneliti: Apa yang sudah Ibu lakukan kalau ada yang terkena hipertensi? Mencegahnya lagi, itu seperti apa? Narasumber: Ya dikasih air kelapa muda, mentimun. Narasumber: Tapi yang tradisional itu dikasih air panas di dalam botol itulah, Bu. Biar ngga kejang- kejang. Narasumber: Ada yang diterapi, Bu. Dengan air di dalam botol. Narasumber: Diterapi dioleskan mana yang sakit. Itu kan biar pembekuan-pembekuan darahnya hilang. Dengan botol yang diisi air panas. Itu yang ulun lakukan waktu suami kena. Peneliti : Oh, jadi mengalami ya? Narasumber: Ya mengalami. Udah macam-macam obat. Harus itu. Peneliti : Ibu karena di sini kebanyakan transportasinya pake kelotok Narasumber: Iya pake kelotok, kita kan jauh ke rumah sakit, kalau kena sewaktu-waktu bisa dengan jalan itu. Yang tradisioal dulu. Apa yang ada. Soalnya kalau sudah kena itu bisa kejang, matanya bisa anu, mulutnya bisa berbusa. Peneliti : Ibu pernah dengar mengenai kecelakaan di sungai? Narasumber: Sering. Peneliti : Sering. Seperti apa itu, Bu? Narasumber: Tenggelam. Narasumber: Kapal karam. Pernah mengalami..Terus berenang.Iya. Peneliti : Sendiri? Narasumber: Iya. Di antar orang. Itu yang kemarin boot speed tenggelam. Baru aja. Paling setengah bulan lalu, Bu. Peneliti : Sering kejadian seperti itu? Narasumber: Jarang, karena kecelakaan ngga ada yang tahu. Narasumber: Itu kadang-kadang ada orang mau melahirkan. Karena ngga ada bidan menyebrang ke sini, kelotoknya kecil, terkena gelombang. Tenggelam. Narasumber: Itu di daerah seberang, wahana medis ini kurang, gitu, Bu. Jadi kadang-kadang kalau ada apa-apa ke sini aja. Kan kadang malam, Bu, menyeberang itu pake perahu kecil. Peneliti : Tapi kebanyakan kecelakaan itu terjadinya pagi, siang, atau malam? Narasumber: Kadang siang, kadang malam. Narasumber: Kan ngga tahu kapan orang sakit. Kapan orang mau melahirkan. Ngga pake jadwal. Peneliti: Kira-kira Ibu tahu ngga kenapa kecelakaan itu bisa terjadi? Apa membawa kelotoknya kurang hati-hati atau bagaimana? Narasumber: Bisa juga. Itulah, Bu, namanya malam kadang. Ada kayu, kadang ada angin. Bisa juga. Narasumber: Karena cuaca bisa juga. Faktor alam juga. Narasumber: Iya, ngga bawa senter misalnya. Tertabrak apa kan. Peneliti : Ibu yang lain pernah, kecelakaan? Narasumber: Melihat aja, mengalami belum pernah. Peneliti : Melihat aja, ya, Bu, ya. Kira-kira bagaimana cara kita menghindari kecelakaan, di sunga? Narasumber: Ya harus waspada, harus hati-hati. Peneliti : Kalau Ibu melihat kecelakaan di sungai kira-kira apa yang dilakukan? 114
Narasumber: Yang nomor satu ya teriak, minta tolong. Peneliti : Pernah ibu memberikan pertolongan sendiri? Narasumber: Paling itu aja, Bu, teriak minta tolong. Peneliti : Teriak minta tolong ya. Apakah Ibu, kalau naik kelotok itu pakai jaket pelampung? Narasumber: Ngga. Narasumber: Rata-rata di sini bisa berenang semua, Bu. Peneliti: Kemudian Bu, ya, soal kecelakaan kerja. Apakah ibu pernah mendengar kecelakaan kerja, misalkan di kebun, di sawah atau di ladang? Narasumber: Pernah itu. Orang menebang pohon kena parangnya. Peneliti : Kena parangnya. Terus, di sini nyangkul ngga? Narasumber: Kalau di sini pake tajak, Bu. Kaya cangkul tapi sedikit melengkung. Peneliti : Pake tajak ya, terus itu pernah kena kaki? Narasumber: Ada, ada yang kena jempol, jempolnya hilang. Narasumber: Ada juga yang kena di sini. Macam-macam. Peneliti : Itu cara mencegahnya gimana, Bu? Narasumber: Hati-hati. Peneliti : Hati-hati. Ngga pake peralatan kerja yang kaya sarung tangan? Narasumber: Ngga. Narasumber: Ngga malah ngga pake alas kaki lagi. Peneliti : Jadi ngga ada ya, peralatannya ya. Narasumber: Ngga. Ngga ada. Peneliti : Kalau ibu melihat, ya, kecelakaan di tempat kerja, ya, kira-kira apa yang ibu lakukan? Narasumber: Ditolong. Peneliti : Ditolong. Ditolongnya gimana? Narasumber: Diobati. Pake pucuk pisang. Narasumber: Pake keladi bisa. Pucuk talas bisa. Biar darahnya berhenti. Narasumber: Dikunyah dulu. Peneliti : Dikunyah dulu, ya. Narasumber: Iya, kan di sawah, ngga ada obat. Ditutupin lukanya itu. Pake baju sendiri, pake apa kek. Peneliti: Kalau kecelakaan di jalanan, Bu? Saya liat jalanannya kecil sekali ini. Apa ada tabrakan motor, ada apa gitu? Narasumber: Ada di pasar sana. Keserempet motor. Peneliti : Ada ya. Terus kira-kira penyebabnya apa? Narasumber: Anaknya maennya lari. Kan di sini ada gang kan. Kalau ada motor dia kadang-kadang yang nabrak kendaraan. Peneliti : Terus cara mencegahnya gimana, Bu? Narasumber: Kalau dia luka ya bawa ke Puskesmas. Narasumber: Ya pertolongan pertama bawa ke Puskesma dulu, Bu. Narasumber: Jadi siapa aja yang melihat, bawa. Narasumber: Di sini, Bu, kekeluargaannya masih kental. Kadang hampir satu keluarga semua satu kampung ini, Bu. Peneliti : Bu, itu kalau yang pake motor itu yang berkendaraan itu biasanya pake helm ngga? Narasumber: Ngga Bu kalau di sini. Paling kalau ke kota aja. Peneliti: Ibu sekarang ini saya mau tanya mengenai sumber air untuk keperluan rumah tangga ya. Ibu mendapatkan air untuk keperluan rumah tangga itu dari mana? Narasumber: Sungai. Peneliti : Air minum juga dari sungai? Narasumber: Iya. Peneliti : Kalau musim hujan gimana? 115
Narasumber: Ya ke sungai ngga pernah ada yang mau nampung. Kalau ulun sih ngga mau, ngga tahu yang lain. Sungai yang deket aja. Peneliti : Terus kemudian kalau musim panas? Narasumber: Ya kalau air sungai ngga bisa karena turun jadi asin. Ya kita beli. Peneliti : Air apa? Narasumber: Air sungai juga, diendapkan dulu baru dijual. Narasumber: Ada yang jual, Bu. Ada yang ngambil dari hulu, dari Kapuas sana, dijual ke sini. Narasumber: Kalau kita ngga pernah ngendapkan sih, bu. Kita ngga pernah ngendapkan air asin. Ndak pernah. Peneliti : Ibu di lingkungan sini ada ngga yang punya sumur bor? Sumur gali? Narasumber: Ada, ada. Narasumber: Tapi airnya bau, Bu. Asam, kecut. Peneliti: Oh gitu. Ini selanjutnya mengenai sanitasi dasar. Bagaimana Ibu dan keluarga itu kalau BAB? Narasumber: Ke sungai. Narasumber: Ada yang di WC ada yang ke sungai. Narasumber: Ada jamban di atas sungai. Peneliti : Ada WC di rumah? Narasumber: Sebagian, Bu, sebagian lagi ngga bisa bikin. Narasumber: Keadaannya, Bu, kembali ke ekonominya lagi. Peneliti : Kalau Ibu bagaimana membuang sampah? Sampahnya itu mengelolanya gimana? Narasumber: Dibakar. Peneliti : Dibakar. Ada lagi? Narasumber: Bisa dikumpulkan, di buang ke sungai. Peneliti: Sekarang terakhir nih, bagaimana dengan air limbah? Limbah itu bukan hanya dari pabrik tapi juga limbah rumah tangga. Bekas cuci piring, cuci baju, mandi, itu airnya dibuang di mana? Narasumber: Sungai Peneliti : Jadi ibu tampung pake ember, terus dibuang ke sungai, begitu? Narasumber: Ngga, dia ngalir ke sungai. Dibuat salurannya. Ada paritnya. Narasumber: Kalau ngambil airnya dari situ juga. Pake Hitachi. Narasumber: Iya jadi airnya disedot pake Hitachi, diendapkan, terus dipake lagi, buang ke sungai lewat parit. Peneliti: Ibu, dari mana Ibu mendapat informasi mengenai penyakit, bagaimana penyakit itu menular, bagaimana cara mencegah, apakah itu dari Narasumber: Ya dari penyuluhan yang begini, Bu. Peneliti : Yang pernah datang ke sini siapa? Narasumber: Relawan, Puskesmas. Peneliti : Puskesmas datang. Berapa lama? Narasumber: Ya kadang-kadang 1 bulan sekali. Kadang ngga. Bila ada wabah baru turun ke sini. Peneliti : Kalau dari tokoh, Bu? Narasumber: Bisa. Kalau ada acara maulidan kah, apa kah. Bisa diselingi dengan kesehatan. Kalau ibu-ibu nonton tv ngga? Nonton. Narasumber: Ya yang ada punya nonton, yang ngga, ngga. Peneliti : Biasanya apa, Bu, yang ditonton? Narasumber: Berita biasanya. Peneliti : Ada penyuluhan lewat Tv? Narasumber: Ya ada. Peneliti : Ibu seberapa sering dilakukan penyuluhan atau pendidikan mengenai kesehatan? Narasumber: Sejak ada PMI seminggu sekali. Sebelumnya jarang. Setahun sekali ada. Peneliti : Yang disuluh apa aja, Bu? 116
Narasumber: Masalah penyakit, periksa gigi. Narasumber: Air. Narasumber: Periksa hipertensi. Peneliti : Terus apa lagi? Narasumber: Bagaimana cara pertolongan, pencegahan juga kan, Bu. Peneliti: kira-kira, Bu, yang paling banyak disuluh apa? Apakah mengenai kesehatan perorangan, apakah mengenai kesehatan lingkungan, apakah masalah air, bagaimana makanan kemudian bagaimana kakus, atau bagaimana pengelolaan sampah? Mana yang paling banyak? Narasumber: Ya itu tentang air dan lingkungan. Peneliti : Kira-kira ada lagi tambahan informasi yang mau diberikan? Narasumber: Tidak cukup, Bu. Peneliti: Tidak ada. Kalau begitu terimakasih atas informasi yang diberikan. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Narasumber: Waalaikum salam Warahmatullahi Wabarakatu.
Kesimpulan Penyakit Diare. pernah dengar. sebab. minum air tidak dimasak, kebersihan diri, tubuh, lingkungan, perubahan cuaca, air asin.Tanda tidak tahu. Pengobatan minum obat, oralit, kebersihan lingkungan, obat tradisional diurut bawang sama minyak, minum pucuk jambu cabi, sejenis jengkeh, 2x per hari sembuh. Dehidrasi adalah pemindahan cuaca. Buat oralit tahu. TB: Pernah dengar dari orang yang sakit kurang dari 10 orang. Sebab makan yang kering, sering minum es, keturunan orang tua, merokok kena paru, mengeluarkan darah, badan kurus. Belum ada penjelasan dari relawan PMI. Pencegahan tidak tahu, berobat kalau sudah parah meninggal. ARI: batuk pilek, radang tenggorokan, sebab asap, cuaca, kena hujan, makan pedas, cabe, es. sebab tidak tahu. Pencegahan hindari pedes, lemak, asap, dan debu. Mungkin bayi kena isap air ketuban. Penderita berobat, pijat, dan puskesmas. Malaria: pernah dengar, dari tetangga sakit, sebabnya nyamuk, kena hujan, kecapaian, aedes aegypti, lingkungan tidak sehat, Pendulang emas juga kena malaria. Pencegahan berobat, sampah harus dibakar, pakai kelambu, lingkungan bersih, obat buah nangka. Pencegahan obat nyamuk, kelambu, rajin bersih bersih, berobat, ditimung pakai sarung , dibahwahnya akar air panas, dikasih bunga sereh, kaya spa Gizi buruk tidak ada, kalau ada dibawa ke puskesmas, penyakit kurangt makan, kurang gizi, vitamin, tanda mata cekung, pucat, cacingan perut. Sebab tidak diimunisasi, faktor ekonomi, pencegahan makan sehat. Pengobatan tradisional, temu lawak, minyak tawon, jamu. Hipertensi pernah dengar, sebab pikiran, pola makan, tidak terartur, makan ikan asin, tekanan batin, kurang istrirahat, obat minum air kelapa, makan belimbing, mentimun, dikasih air pandan dalam botol, biar tidak kejang, sikap berobat saja. Tensi tinggi 200 ke RS Kecelakaan Sungai sering dengar, tenggelam, karam, tanda kecelakaan mata kejang, mulut busa, dan sering kejadian tenggelam, kapal karam, dan orang berenang. Misal melahirkan, pergi dengan kelotok kecil, terkena gelombang. Kecelakaan kadang kadang pagi, siang dan malam tidak tentu. Menghindari kecelakaan, di sungai harus waspada, harus hati-hati; teriak, minta tolong; kelotok itu tidak pakai jaket pelampung karena rata-rata di sini bisa berenang semua . Kecelakaan kerja, di kebun, sawah dan ladang. tebang pohon kena parang, tajak kena kaki,jempol, hilang. Pencegahan hati-hati jangan pakai sarung, pakai alas kaki, peralatan lain tak ada. kecelakaan di tempat kerja ditolong, pucuk pisang, keladi, talas, dikunyah ditempel biar darahnya berhenti, tak ada obat di sawah, ditutupin lukanya pake baju sendiri, pake apa kek. Kecelakaan di jalanan kecil sekali anak main ketrabak dan pengobatan bawa ke puskesmas. 117
Air dan sanitasi Air dari sungai, yang jauh disedot dengan hitachi dari sungai tak ada yang mau tampung air hujan., diendapkan dulu baru dijual. Ada yang ngambil dari hulu, dari Kapuas sana, dijual ke sini, kita ngga pernah ngendapkan sih, bu. Kita ngga pernah ngendapkan air asin, bau, asam, kecut. WC ada yang ke sungai, jamban di atas sungai. ngga bisa bikin ekonominya sulit. Sampah dikumpulkan, dibakar, di buang ke sungai. dia ngalir ke sungai. Air limbah dibuat salurannya. Ada paritnya. Ngambil airnya dari situ juga. KIE Informasi mengenai penyakit, bagaimana penyakit itu menular, bagaimana cara mencegah, apakah itu dari relawan, Puskesmas.-kadang 1 bulan sekali. Kadang ngga. Bila ada wabah baru turun ke sini. Kalau ada acara maulidan kah, apa kah. Bisa diselingi dengan kesehatan. PMI seminggu sekali. masalah penyakit, periksa gigi, hipertensi. cara pertolongan, pencegahan air dan lingkungan.
4 Desa Pulau Kupang Focus Group Discussion, Bataguh 6 Februari 2014
Peserta : 12 bapak-bapak Tempat : Kantor Kelurahan /Balai DesaPulau Kupang Peneliti : Mungkin perkenalan dulu, Pak. Mungkin dari sebelah kanan. Narasumber: Nama saya Sudi dari RT 25 Andai Alay, Muara Alay. Petani. Petani sawah. Dulah. Abdullah. Rt 28, Alay Muara. Tani juga. Bapak Yus. Penjahit. Penjahit aja.: Saefullah. RT 2. Tani. Abdulkarim Tani. Alkahfi. Wiraswasta. Yusri. Wiraswasta. Pak Junaedi. : Wiraswasta. M. Husni. Peneliti : Di sini ada berapa RT, Pak? Narasumber: 32. Banyak juga ya. Satu RT berapa KK, ya Pak? Kalau di sini ngga merata, Pak. Mungkin bisa nanti ditanyakan ke perwakilan RT-nya. Peneliti : Oh gitu ya, Pak. Kalau di sini pernah ada penyuluhan tentang kesehatan gitu, Pak? Narasumber: Pernah ada. Peneliti : Itu dari mana, Pak? Narasumber: Dari PMI ada, dari Dinas Kesehatan ada, dari rumah sakit ada. Peneliti : Itu apa, Pak, yang biasa disampaikan? Narasumber: Yang disampaikan biasanya untuk kesehatan aja. Tentang pernapasan. Diare-diare. Peneliti : Penjelasannya mereka yang datang bagaimana, Pak? Narasumber: Ya itulah pencegahan-pencegahannya supaya kita ngga kena. Itu bagaimana air. Tentang cuaca. Peneliti : Selain dari itu, mungkin dari Puskesmas sini pernah ada atau tidak? Narasumber: Pernah juga. Tentang apa itu, Pak? Ya tentang penyakit. Kalau pejabat lain misalnya dari partai atau dari orang luar? Kalau itu ngga ada itu. Peneliti : Kalau yang dari PMI sama Kesehatan itu seberapa sering, Pak? Narasumber: beberapa kali ada. Satu minggu sekali? Ngga, bulanan. Kadang-kadang lah. Kadang sebulan sekali, kadang lewat. Itu caranya gimana, tiap RT didatangi atau dikumpulkan di sini? 118
Di datangi Di kumpulkan Peneliti : Kalau yang dikumpulkan di sini bagaimana, Bapak? Narasumber: Kalau yang itu dimusyawarahkan kan ya. Musyawarah kesehatan Kalau sesudah dan sebelum penyuluhan itu ada perubahan ngga, Pak? Misalkan orang jadi lebih sehat. Jadi lebih sedikit yang sakit misalkan. Keliatan memang itu ada. Kebersihan itu ada. Jadi sebelum penyuluhan air yang tergenang macam-macam itu kan. Sekarang dibuang. Katanya kan biar ngga ada nyamuk. Nah itu kebersihan. Kalau tentang penyakit itu belum tentu, Pak. Peneliti : Biasanya tentang kesehatan ya, Pak. Itu mulai kapan adanya, Pak? Narasumber: Ngga lama juga. Kalau PMI ini anyar-anyar. Kalau dari kesehatan sudah bertahun-tahun ada. Dari zaman Pak Soeharto sudah ada. Tapi kadang-kadang. Soal nyamuk biasanya. Peneliti : Makin ke sini makin sering, frekuensi penyuluhannya? Narasumber: Kalau sering ada PMI. Kalau dari kesehatan kan, kalau ada orang yang sakit, turun ke lapangan kan. Kalau dari PMI ini ngga harus ada orang yang sakit. Satu bulan sekali lah. Peneliti : Harapannya ke depan lebih sering ada penyuluhan atau sudah cukup? Narasumber: Harapannya ke depan itu ada penjelasannya, misalnya Malaria bagaimana pencegahannya. Jadi bukan penyuluhannya saja, tapi ada pencegahannya, ada prakteknya. Selama ini penyuluhannya memang ada, turun ke lapangannya ngga ada itu. Peneliti : Mungkin itu ke depannya ya, Pak. Narasumber: Ya ke depannya. Kalau sudah ada korban kan itu virusnya sudah menyebar. Sudah ada yang kena. Jadi pencegahannya turun ke lapangan. Peneliti : Pernah ada kasus Malaria, Pak, di sini? Narasumber: Pernah, Cuma jarang lah. Sebaiknya ada pencegahan sebelum ada korban. Turun kelapangan ke hutan. Peneliti : Di tiap RT pernah ada kasus atau Cuma di RT-RT tertentu saja? Narasumber: Biasanya kalau ada laporan dari RT. Kalau bisa di keseluruhan RT sebelum ada korban. Bisa kan ditanggulangi. Dengan penyemprotan atau lain. Yang dulu-dulu pernah dilakukan lah. Tapi di lingkungan kami ini selama beberapa tahun ini ngga pernah ada lagi. Peneliti: Soalnya kemarin saya ke Terusan, dibilang katanya yang kena Malaria itu biasanya yang kerja di luar. Yang ke Gunung Mas. Kenanya di sana. Tapi dibawa ke sini. Tapi ngga menular di sini. Narasumber: Tapi kan yang namanya Malaria itu dari bibit nyamuk. Jadi kalau ada teman kita kena di sana, bawa ke sini ada kemungkinan kan kita di sini kena juga. Resikonya aja besar kecilnya kita ngga tahu lagi. Peneliti : Kalau di sini ada yang Malaria, penanganan pertamanya apa, Pak? Narasumber: Biasanya kalau pertama kita bawa dulu ke Puskesmas. Kalau sudah parah kita bawa ke rumah sakit. Dapat rujukan kan dari Puskesmas. Peneliti : Rumah sakit yang terdekat di? Narasumber: Kapuas. Peneliti : Kalau kasus diare di sini pernah ada, Pak? Atau wajar, atau gimana? Narasumber: Kalau diarenya ya kalau di sini dianggap wajar aja lah. Sering itu. Wajar aja. Peneliti : Kalau yang dianggap ngga normal itu biasanya setelah lewat berapa hari, Pak? Narasumber: Biasanya setelah muntaber. Narasumber: Muntaber ini kebiasaan berat. Air asin lah. Narasumber: Perubahan. Perubahan cuaca, musim kemarau, air asin. Peneliti : Kalau ada yang terkena diare di keluarga biasanya dikasih apa, Pak? Narasumber: Ya, oralit-oralit saja, Pak. Peneliti : Beli atau buat sendiri, Pak? 119
Narasumber: Beli ada, buat sendiri ada. Peneliti : Kalau buat sendiri itu gimana, Pak? Narasumber: Dari gula, garam sama air panas. Narasumber: Kalau jauh dari Puskesmas. Kalau dekat kan. Minta ke Puskesmas. Peneliti : Pernah ada yang parah, Pak, diarenya? Sampai harus dibawa ke rumah sakit gitu. Narasumber: Kalau muntaber pernah. Kalau diare, anggapan di masyarakat itu penyakit standar aja lah. Tidak membahayakan betul. Cuma kan yang membahayakan itu gejala demam berdarahnya itu. Kalau muntabernya iya. Kalau diare dianggap biasa aja di sini. Peneliti : Kalau Pak, ini pernah ada keluarganya yang kena diare? Narasumber: Belum ada. Malaria yang pernah. Karena kerja di luar itu. Peneliti : Kerjanya di mana, Pak? Narasumber: Di tambang emas itu. Di ujung sana. Peneliti : Itu ke arah utara ya, Pak. Di gunung sana. Sekarang masih ada kerasa, Pak, Malarianya? Narasumber: Ngga ada lagi. Peneliti : Nah itu pake apa, Pak? Narasumber: Pakai obat. Disuntik. Peneliti : Kalau obat tradisional ada, Pak? Narasumber: Ada juga, timungan lah. Peneliti: Kalau kemaren itu katanya akar kayu direbus terus uapnya dipake mandi kaya sauna ya, Pak? Narasumber: Ya, itu kan mengeluarkan keringatnya. Peneliti : Itu pernah, Pak, pake timung? Narasumber: Pernah. Peneliti : Itu lebih enak atau bagaimana, Pak? Narasumber: Enak kalau sudah pakai itu. Peneliti : Itu ramuannya bikin sendiri? Narasumber: Bikin sendiri. Peneliti: Mungkin nanti saya perlu belajar juga. Biar nanti di sana kalau sakit. Itu pakai selimut atau bagaimana, Pak? Narasumber: Pakai selimut, dikurung, pakai tikar juga. Kepalanya aja dibuka. Narasumber: Ya kan keluarkan keringat aja itu. Peneliti : Tapi masih rutin ke tambang sana, Pak? Narasumber: Udah ngga. Peneliti : Udah ngga pernah lagi ya, Pak. Kalau di sini pernah ada yang kena TBC? Narasumber: Nah ini yang pernah kena. Peneliti : Itu sebabnya kenapa itu, Pak? Narasumber: Ngga tahu lah. Katanya dokter diperiksa kena TBC. Dirontgen segala. Peneliti : Terus ke dokter dikasih obat? Narasumber: Di kasih obat selama 6 bulan. Ngga pernah putus. Terakhir dirontgen katanya sudah negatif. Peneliti : Itu kenanya tahun berapa, Pak? Narasumber: Tahun 2011. Pengobatannya selama 6 bulan sampai 1 tahun. Lalu dicek lagi. Sampai 7 kali rontgen saya. Sudah negatif. Peneliti: Waktu TBC itu tetep bekerja, Pak? Narasumber: Istirahat lah. Muntah darah. Peneliti : Waktu kena TBC itu tinggal satu rumah dengan keluarga atau pisah, Pak? Narasumber: Pisah. Ngga berani. Kata dokter jangan serumah. Peneliti : Kalau Pak Yus, pernah dengar ada yang TBC? Narasumber: Belum Peneliti : Kalau waktu ada penyuluhan itu pernah juga disampaikan soal TBC? Narasumber: Memang ada dahulu. Pernah ada. 120
Peneliti: Kalau masalah pernapasan di sini bagaimana, Pak? Pernapasan secara umum. Kalau di Terusan kan ada kasus misalnya di panrik beras debu-debunya itu kan bikin orang sesak napas sampai berdarah juga. Di sini pernah ada? Narasumber: Ngga tahu kalau di sini. Peneliti : Kalau di tempat lain? Soalnya saya pernah lihat di sini ada penggilingan padi 8 buah. Narasumber: Mungkin ada juga. Peneliti : Kalau sesak napas, batuk-batuk, pernah ada di sini? Narasumber: Kalau perubahan cuaca pasti ada itu. Narasumber: Tapi sebabnya bukan karena debu-debu itu. Karena perubahan cuaca itu. Karena kita kan kalau di sini jauh dari debu-debu. Peneliti : Nah itu biasanya kalau ada yang batuk-batuk karena perubahan cuaca itu, obatnya apa? Narasumber: Minum larutan aja lah. Peneliti : Larutan apa, Pak? Narasumber: Ya Cap Kaki Tiga, atau yang lain. Beli aja di warung. Peneliti : Habis itu jadi lebih sehat? Narasumber: Lumayan lah. Namanya pencegahan dulu lah ya. Kalau sudah parah ya ke dokter. Peneliti : Biasanya selain perubahan cuaca apa lagi, Pak? Kalau ada yang sesak napas atau batuk. Narasumber: Yang kerja berat aja ini. Peneliti : Pernah juga, Pak, kena sesak napas? Narasumber: Pernah. Peneliti : Kalau yang sesak ngga pernah sampai ke rumah sakit ya, Pak? Narasumber: Ngga pernah. Peneliti : Kalau yang kabut asap itu gimana, Pak? Sampai ke sini atau ngga? Narasumber: Sedikitnya sampai lah. Tiap tahun itu. Peneliti : Itu bikin sesak napas juga ngga, Pak? Narasumber: Ya bikin, Cuma ngga sampai ke dokter aja lah. Peneliti : Itu biasanya berapa bulan, Pak? Narasumber: Selama musin kemarau itu, Pak. Narasumber: Kalau musim kemaraunya panjang bisa berbulan-bulan. Peneliti : Katanya kelotok juga sampai ngga bisa jalan, ya Pak? Narasumber: Ya, karena terhalang. Peneliti : Kalau Pak Sudi gimana? Narasumber: Sama aja lah. Semua kena. Peneliti : Kalau kena kabut asap itu biasanya bagaimana, Pak? Narasumber: Bertahanlah. Istirahat kerja. Peneliti : Minum apa, Pak, biasanya? Narasumber: Minum air putih aja biasanya. Peneliti : Jadi kalau kemarau panjang aja ya, Pak, bermasalah. Narasumber: Iya. Peneliti: Sekarang ke anak-anak ya, Pak. Anak-anak di bawah 10 tahun atau balita lah. Pernah ada kasus gizi buruk, Pak? Narasumber: Pernah Peneliti : Gimana itu, Pak? Narasumber: Anak saya. Memang kembar. Sejak lahirnya sudah Cuma alhamdulillah sekarang sudah.. pernah ke rumah sakit, dibilang ngga ada dagingnya lagi nih sama dokter. Tinggal kulitnya lagi. Peneliti : Pengobatannya apa itu, Pak? Narasumber: Pengobatan kampung aja. Orang tua aja. Peneliti : Diberi apa itu, Pak? Narasumber: Di mandi-mandi aja. Peneliti : Mandi doa, atau mandi apa, Pak? 121
Narasumber: Ya mandi doa. Peneliti : Kalau makanannya apa, Pak? Narasumber: Biasa aja, kalau waktu kecil dikasih bubur sum. Susu juga ada. Itu sampe 2 tahun dari lahir, minum obat terus. Peneliti : Berarti dari lahir memang sudah sakit, ya, Pak? Narasumber: Sudah. Tapi sekarang sudah besar. Sudah Tsanawiyah kelas 2. Peneliti : Sekarang ngga pernah sakit anaknya, Pak? Narasumber: Orangnya ngga bisa kelelahan, Pak. Demam kalau kelelahan. Fisiknya kurang dari kecil memang. Yang satu yang agak parah. Pernah kena juga paru-parunya. Kadang giliran. Yang satu sembuh, yang satunya kena. Peneliti : Oh memang dua-duanya kena ya, Pak? Narasumber: Ya memang dua-duanya. Enam bulan sekali ke Kapuas berobat. Alhamdulillah sekarang sembuh aja. Ada aja gejalanya paru-paru. Tapi dokter juga ngga berani juga menyatakan itu TBC. Cuma ada gejalanya aja itu kan. Peneliti: Semoga sehat terus ya, Pak. Anaknya. Sekarang ke Darah Tinggi atau Hipertensi ya, Pak. Pernah ada yang mengalami? Atau keluarganya mungkin? Narasumber: Kalau itu rata-rata di sini, Pak. Tekanan ekonomi mungkin, jadi Darah Tinggi. Kolesterol kuat juga. Peneliti : Tadi pegang-pegang kepala itu pusing ya, Pak? Narasumber: Ya pusing. Kolesterol ini. Kadang-kadang diperiksa, tekanan darah normal aja lah. Kolesterol ini. Biasanya pakai nenas kalau di sini. Narasumber: Kalau lemas di sini biasanya kasih air kelapa. Gitu aja, Pak. Peneliti: Nenas atau air kelapa, ya, Pak. Dalam penyuluhan dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, atau PMI pernah ada itu juga, Pak? Tentang darah tinggi? Narasumber: Pencegahannya, Pak. Peneliti : Biasanya apa, Pak, penyebabnya itu? Narasumber: Biasanya makanan itu lah. Sama pikiran lah. Kadang-kadang kan kita tekanan ekonomi ini, Pak. Narasumber: Kebiasaan di sini kan orang makan ikan asin. Itu juga, Pak. Peneliti : Berarti dari makanan ditambah dengan keadaan, jadi pikiran ya, Pak. Narasumber: Stres. Narasumber: Nah itu lah tekanan darah naik. Narasumber: Sakit hati juga. Kita yang tua ini merasa sudah. Peneliti : Pak Sudi punya darah tinggi juga? Narasumber: Ngga. Peneliti : Kalau Pak Yus? Narasumber: Ngga. Istri yang kena. Peneliti : Pengobatannya gimana, Pak? Sehari-hari? Narasumber: Pake bodrek aja lah.Kalau sakit kepala minum bodrek. Ada kolesterol juga. Peneliti : Ada pengecekan tekanan darah rutin di sini, Pak? Ke Puskesmas? Narasumber: Paling ke bidan. Peneliti : Oh ke bidan. Narasumber: Kalau kita ngga enak badan ya ke Puskesmas. Tapi kalau pengecekan rutin datang ke rumah-rumah ngga ada. Peneliti : Pak Saefulloh ada? Narasumber: Ada juga. Peneliti : Ada juga. Ceknya di mana, Pak? Narasumber: Ceknya ke Puskesmas. Peneliti : Obatnya kalau lagi naik? Narasumber: Obatnya minum bodrek aja untuk sementara. Atau obat-obat warung. Peneliti : Oh, berarti sama ya. Kalau Pak Abdul ada juga darah tinggi? 122
Narasumber: Kurang darah. Peneliti : Kalau lagi kurang darah, itu gimana? Obatnya, penanganannya? Narasumber: Mungkin makan telor. Telor ayam kampung. Peneliti : Kalau di sini transportasi sungai dan darat bisa ya, Pak? Narasumber: Bisa. Tapi yang darat itu bagaimana lah. Kalau kena hujan sedikir becek sudah. Belum dibatu. Peneliti : Kalau darat pernah ada kecelakaan? Jatuh atau gimana gitu? Narasumber: Ya kalau kondisi jalannya sedang ngga baik banyak yang jatuh. Peneliti : Ada lampunya, Pak? Jalannya. Narasumber: Ya gimana mau dilampuin. Jangankan dilampuin, jalannya aja kurang baik. Peneliti : Jadi lampu motornya aja ya, Pak? Narasumber: Ya. Itu aja. Peneliti : Lebarnya berapa meter? Narasumber: Empat meter. Peneliti : Dua mobil cukup? Narasumber: Jangankan mobil, kendaraan kecil pun sulit. Narasumber: Kalau ukurannya memang dua mobil bisa. Tapi keadaannya.. Peneliti : Jadi kalau ukurannya dua mobil memang cukup. Tapi medannya Narasumber: Ya belum lagi tanaman liar. Belum lagi tanahnya lagi. Peneliti : Itu mulai ada tahun berapa? Narasumber: Sudah lama. Dari zaman Presiden Soeharto sampai Presiden SBY, masih begitu-begitu aja. Peneliti : Oh sudah puluhan tahun, ya. Narasumber: Ya karena itu dikatakan kita desa ini desa tertinggal. Peneliti: Mungkin kalau tidak ada perhatian dari pemerintah, harus ada inisiatifnya dari masyarakat. Narasumber: Ya itu, dari masyarakat aja lah. Peneliti : Sekarang apa, Pak, yang sudah dilakukan? Narasumber: Ya memperbaiki jalan yang hancur. Narasumber: Memperbaiki jembatan kita ada. Narasumber: Ya gotong royong. Bagaimana dananya kan. Patungan. Peneliti : Itu sungai itu memisahkan 1 RT atau 2 RT? Narasumber: Ngga tentu. Ga ada kesesuaian wilayahnya itu. Peneliti: Nah itu yang kerjasama, dari pihak mana aja? Dari seberang atau dari sini, atau dua- duanya? Narasumber: Dua-duanya kalau itu. Kalau swadaya masyarakat itu kan biasanya keseluruhan. Peneliti : Sumbangan dana atau kayu, gitu ya, Pak? Kayunya ambil sendiri atau beli, Pak? Narasumber: Kalau ada uangnya beli. Kalau ada yang mau ngasih diambil. Peneliti : Ada berapa jembatan dari sini sampai Kapuas? Narasumber: Kalau dari Alay ke Kapuas ini jembatannya memang lebar, Pak. Tapi banyak. Kalau disuruh hitung, lumayan banyak lah. Kadang-kadang 20 meter sudah ada lagi. Belum lagi sawah orang. Gorong-gorongnya harus masuk. Mau ngga mau kita bikin jembatannya kan. Sebelah lagi kebun orang kan. Peneliti : Kalau di sungai pernah dengar kecelekaan sungai? Narasumber: Penah ini tabrakan. Narasumber: Ngga ngeliat sedang ngobrol sama teman. Tabrak perahunya. Peneliti : Hancur perahunya? Narasumber: Hancur, tapi jujur orangnya. Nangkap ikan mancing baru dapat berapa. Habis ganti katanya. Peneliti : Perahunya ganti? Narasumber: Kelotoknya, memperbaiki aja. 123
Narasumber: Speed pernah juga. Teman kita pernah juga ditabrak speed. Peneliti : Kenapa itu, Pak? Ngga keliatan juga? Narasumber: Ngga tahu teman itu. Teman kita. Bagaimana kejadiannya kurang tahu juga ceritanya. Peneliti : Jadi katanya, yang banyak itu di tikungan ya, Pak, yang sering celaka itu? Narasumber: Ya di tikungan. Peneliti : Pernah ada yang liat langsung, Pak? Narasumber: Belum pernah kalau itu. Peneliti : Jadi memang masalahnya itu di tikungan itu ya, Pak. Narasumber: Tapi kalau resiko kecelakaannya lebih besar di darat, Pak. Dibandingkan dengan di air. Peneliti : Bagaimana itu? Narasumber: Lebih banyak di darat daripada di air. Kalau di sini kan, di daratnya konsentrasinya hilang sedikit, otomatis lah. Presentasinya lebih besar di darat. Peneliti: Kalau yang bawa kelotok siapa? Bang Haidi ya. Itu katanya sambil ngantuk-ngantuk juga masih bisa ya bawa kelotok? Narasumber: Ya masih bisa. Ibaratnya kalau di air ini kecelakaannya 25%. Peneliti : Itu kalau malam ada juga kelotok atau taksi yang jalan? Narasumber: Ada juga. Peneliti : Pake lampu? Narasumber: Pake senter Peneliti : Senternya di depan? Narasumber: Dipegang aja. Kalau ke depan ya ke depan. Peneliti : Oh ngga dipasang permanen? Di bawa aja? Narasumber: Ya ngga. Dibawa aja. Narasumber: Kalau kapal besar ada, Pak. Kalau kapal kecil ngga ada yang permanen lampunya. Peneliti : Kalau lonceng, Pak? Di kelotok, untuk klakson? Narasumber: Kalau dulu ada. Kalau sekarang dibuka lagi aja. Peneliti: Sekarang masuk ke pekerjaan sehari-hari. Kalau dalam pekerjaan sehari-hari itu kan ada yang bertani, ada yang berwirausaha, menjahit juga, itu pernah ada yang kecelakaan kerja? Atau melihat. Narasumber: Banyak itu, Pak. Itu sampai dijahit. Sudah sering, Pak, kalau di sini. Peneliti: Kena apa, Pak? Narasumber: Kena parang. Namanya tiap hari megang parang. Peneliti: Jadi sering kena ya, Pak? Narasumber: Ya yang namanya tadi pasti kena, Pak. Kalau ngga pernah kena ngga tani namanya, Pak. Peneliti : Itu kalau kena itu, biasanya pertolongan pertanya itu apa, Pak? Narasumber: Kalau kena itu cari pucuk-pucuk aja itu, Pak. Pucuk pisang, pucuk keladi, kerunting. Narasumber: Pokoknya apa yang dekat. Peneliti : Ampuh itu, Pak? Narasumber: Ya lumayanlan. Narasumber: Untuk menahan darah. Menahan darah keluar dulu. Dari sawah sampai ke rumah. Peneliti : Oooh. Baru nanti kalau sudah sampai rumah? Narasumber: Baru penangan secara kimiawi lah. Peneliti : Ada yang sakit selama kerja, Pak? Narasumber: Ada waktu ditambang. Itu kejatuhan longsoran. Peneliti : itu dibawa ke rumah sakit? Narasumber: Ngga, itu diurut-urut aja. Peneliti : Di mana itu, Pak, diurutnya? Narasumber: Di sini banyak aja yang bisa urut. Peneliti : Yang paling terkenal yang di sana. Narasumber: Yang paling terkenal yang di seberang, Pak. Cuma tergantung menerima apa ngganya juga, Pak. Sama obat juga, Pak. 124
Narasumber: Kalau obat itu kan berbeda-beda, Pak. Kaya paramex itu orang berbeda-beda tergantung yang menerimanya. Ini juga sama aja. Tergantung yang menerimanya. Peneliti : Jodoh-jodohan ya, Pak. Narasumber: Iya tergantung yang menerimanya. Peneliti : Kalau di sini sumber airnya dari mana aja, Pak? Narasumber: Sungai. Peneliti : Yang utama sungai ya, Pak. Kalau dari sumur bor ada? Narasumber: Ada, Cuma airnya ngga enak pula. Peneliti : Airnya ngga enak ya, Pak. Narasumber: Bau airnya. Peneliti : Itu sumur bor dari siapa, Pak? Narasumber: Ada bantuan itu. Peneliti : Bantuan dari siapa, Pak? Dinas kesehatan? Narasumber: Asal-usulnya kami masyarakat memang ngga tahu. Dari mana itu. Peneliti : Tiba-tiba ada aja? Narasumber: Tiba-tiba orang ngebor itu aja. Peneliti : Milik pribadi atau umum? Narasumber: Umum Peneliti : Airnya bedanya gimana? Narasumber: Bau amis lah itu. Mungkin dari bawah tanah. Kalau di sini kan ngga. Tinggal sedok kasih tawas, jernih sudah. Kalau di sana kan ngga. Peneliti : Kalau di air tawar itu ngga, ya. Narasumber: Kalau yang di air bor, jernih memang, tapi airnya bau sudah. Peneliti : Itu biasanya dipake apa aja air bor? Narasumber: Itu dipake mandi sama nyuci aja. Kalau masak ngga bisa. Air minum ngga bisa. Peneliti : Kalau yang agak di dalam itu ngambilnya pakai apa, Pak? Narasumber: Bawa juga dari sungai. Peneliti : Berarti bulak balik bawa? Narasumber: Pakai Hitachi. Peneliti : Ooo, pipa itu ya. Berarti kalau minum dari air sungai ya, Pak. Narasumber: Sungai Peneliti : diendapkan dulu, terus pake tawas ya, Pak? Narasumber: Iya. Pake tawasnya. Peneliti : Tawasnya dari mana, Pak? Narasumber: Beli dari pasar. Peneliti : Ukurannya segimana biasanya, Pak? Narasumber: Sedikit aja. Satu tong itu biasanya sedikit aja. Untuk membersihkan ajalah. Kadang- kadang setengah sendok saja. Kalau terlalu banyak nanti jadi asam. Kalah airnya. Peneliti : Musim panas, musim hujan sama aja ya, Pak, dari sungai. Kalau air lagi asin itu gimana? Narasumber: Kalau air lagi asin itu kadang-kadang beli kita. Narasumber: Mahal itu, satu drumnya itu sampai Rp 30.000,- sampai Rp 35.000,-. Peneliti : Itu belinya, belum ongkosnya? Narasumber: Itu belinya di sini. Orangnya ke sini. Narasumber: Kalau di kota kaya di tanki kan. Siap diterima di rumah. Sekian satu drum-nya. Peneliti : Berarti kalau makin lama kemaraunya makin Narasumber: Makin banyak pengeluaran air. Narasumber: Dari segi pengeluaran airnya lagi. Belum dari segi pengeluaran rumah tangganya lagi. Narasumber: Itu untuk minum aja itu. Untuk masak. Kalau mandi, pake air asin aja lagi. Peneliti : Mandinya nyucinya pake air asin itu? Narasumber: Ya pake air asin itu aja. Kadang mandi, sabun itu busanya ngga ada lagi. Ya begitulah air asin. 125
Narasumber: Kadang-kadang mandi itu 1 kali aja sehari, Pak. Peneliti : Jadi lengket ya, Pak. Mohon maaf, Pak, kalau buang air besar di mana, Pak? Narasumber: Di sungai. Peneliti : Kalau yang di daratan? Narasumber: Ada ya mereka spesial, punya sendiri. Narasumber: Ada kalau yang mampu bikin itu. Peneliti : Kalau yang tidak, Pak? Narasumber: Ya di sungai-sungai itu aja. Peneliti : Di sungai-sungai yang kecil itu ya, Pak? Narasumber: Iya. Peneliti : Kalau sampah, sampah rumah tangga dibuang ke mana, Pak? Narasumber: Ke sungai aja. Narasumber: Sebagian, Pak. Sebagian ada yang dibakar. Peneliti : Ditimbun ada? Narasumber: Ngga kalau ditimbun. Dibakar di sini, Pak. Peneliti : Ada bedanya ngga yang dibuang ke sungai dan yang dibakar? Narasumber: Kalau musim kemarau dibakar. Kalau musim kaya begini karena basah semua lebih baik dibuang ke sungai. Peneliti : Berarti tergantung musim ya, Pak, yah. Itu pakai minyak tanah, Pak? Narasumber: Ngga langsung aja itu. Peneliti: Mungkin ada pak yang mau disampaikan lagi? Tentang kesehatannya di sini? Harapannya? Narasumber: Kalau ada penyukuhan itu turun lah. PMI turun ke rumah-rumah. Narasumber: Kalau bisa itu tensi ada lah sebulan sekali ke sini. Itu kemarin ada, Pak, pemeriksaan tensi ke sini. Cek ke rumah-rumah. Peneliti : Kalau datang ke sini ngumpul gitu? Narasumber: Bisa juga. Kalau diberi tahu. Bisa juga kan kalau di tiap RT dikumpulkan. Per RT lah. Jadi enak mendatanginya. Bisa diberikan penyuluhan. Peneliti : Pendapat tentang pelayanan Puskesmas di sini bagaimana, Pak? Narasumber: Biasa aja, baik aja. Ya Cuma memang mana mau kan yang dari Puskesmas turun ke lapangan. Kecuali kalau memang ada yang dari dinas. Peneliti : Puskesmasnya ada dokternya? Atau hanya mantri, bidan? Narasumber: Ada itu. Tiap hari ada. Sabtu, Minggu ada? Tapi jam 10 datangnya. Lambat kelotoknya. Padahal itu kelotok pribadi. Kalau kita kan ngga pribadi. Kalau ini Puskesmas kelotok pribadi. Tapi tetep aja datangnya jam 10. Peneliti : Pulangnya? Narasumber: Pulangnya paling jam 11 jam 12. Oh.., 2 jam paling yah. Kalau didemo baru dia datang tepat waktu. Itu juga hanya 1 bulan. Peneliti : Kalau normalnya jam berapa? Narasumber: Normalnya dari jam 8. Sampai? Sampai jam 12 jam 1. Peneliti : Dokter siapa namanya, Pak? Narasumber: Dokter siapa ya.. Satu orang atau ganti-ganti? Ganti-ganti kalau di sini paling. Imunisasi rutin di sini, Pak? Kalau imunisasi rutin di sini, Pak. Penyuluhan untuk ibu hamil, mungkin ada? Peneliti : Dokternya pagi ya. Padahal kan kalau pagi orang kerja atau ke ladang, ke mana, ya. Narasumber: Kan kalau secara fokus kan sama aja kaya pegawai negeri yang lain. Jam 7 sudah ada di tempat kan. Cuma kan kalau di sini jam 8 aja, masalah transpor satu jam. Cuma kan kalau jam 10 belum sampai gimana? Masyarakat yang sudah parah kan. Khususnya kalau muntaber kan ngga bisa ditunda kan, Pak. Mau ke sini ngga ada orang, mau ke sana ngga ada orang, nah mau ke mana akhirnya? Seperti yang dibilang teman tadi kan. Sudah habis umur baru datang. Ngga tertolong lagi baru datang. 126
Peneliti : Pernah ada kejadian seperti itu, Pak? Narasumber: Kalau lihat langsung ngga pernah, Pak. Peneliti : Kalau dengar-dengar cerita pernah, Pak? Narasumber: Ngga tahu. Karena yang datang itu kan dari 32 RT tadi itu. Ya sebenarnya kalau yang namanya tugas, ya gimana lah. Narasumber: Kedisiplinannya, Pak. Karena kan kita kalau penyakitnya datang kan ngga kenal waktu. Sebenarnya kan Puskesmas ini sudah punya transpor pribadi, kan tetap aja kan terlambat. Masalah molornya waktu. Kalau masalah kelotokkan supirnya sudah ada. Bisa dipercepat lah. Dari sini kan misalnya berangkatnya ke sana 1 jam. Ke sininya 1 jam. Jam 5 jam 6 kan sudah bisa. Pulang lagi ke sini seharusnya jam 7 sudah bisa hadir di sini. Peneliti : Mungkin dari PMI ada yang mau disampaikan? PMI: Ya tadi kan pengennya ada tensi keliling. Sebenernya kami sudah distribusi 1 RT itu kira- kira ada 1 tensi atau 2 tensi. Nah itu ada relawan desa, mereka yang pegang. Nah itu mereka ibaratnya sudah ada kaya KK dampingan. Kami minta mereka untuk ke rumah- rumah untuk kaya.. tensi gratis lah ibaratnya. Cuma ngga tahu sudah dilaksanakan atau tidak. Karena kami sudah meminta. Terserah sama mereka kapan mau periksa tensi. Tapi paling tidak seminggu sekali lah periksa tensi. Karena setiap RT sudah kami bagi. Cuma ada beberapa RT yang ngga ikut pelatihan PMI. Kaya RT 5 sama RT berapa itu. Narasumber: RT 28 ngga dapat PMI: Oh iya RT 28 ngga dapat. Karena yang dapat itu yang ikut pelatihan relawan per RT. Yang tidak datang pelatihan tidak dapat. Nah relawan itu yang kami tugaskan untuk melakukan pendampingan. Narasumber: RT 28 ada relawannya tapi ngga ada alat tensinya. PMI: Dicek aja, Pak. Kami ada datanya siapa saja relawan yang datang siapa yang tidak. Kalau ketika pelatihan itu tidak datang yang kami juga tidak tahu harus menyalurkannya ke siapa. Kami ada absennya setiap pelatihan. Jadi kami tahu siapa yang datang, siapa yang turun ke lapangan, siapa yang datangnya bolong-bolong. Ya nanti dicek lagi. Peneliti : 1 RT berapa orang relawannya? Narasumber: Pak RT-nya 1 terus ada 1 lagi. Sering periksa tensinya, Pak? Sering. Kena juga sesak napas RT-nya. Peneliti: Mungkin dari ulun sudah cukup, ya. Kurang lebihnya. Mungkin ada yang mau disampaikan lagi? Untuk terakhir kalinya? Narasumber: Ya kalau dari kami, turun kelapanganlah. Atau penanggulangan secara dini. Kalau tidak salah lebih dari 5 tahun ini tidak pernah ada lagi penanggulangan demam berdarah. Peneliti : Penyemprotan? Narasumber: Ya, apalagi kalau pasar kan. Mana tahu, banyak sampah. Ya diusakan lah ada penanggulangannya. Karena kalau musim penghujan itu kan demam berdarah dan malaria itu kan. Peneliti : Pernah ada demam berdarah juga di sini, Pak? Narasumber: Pernah dulu-dulu. Kalau sekarang udah berkuranglah. Cuma kan lebih baiknya ada penanggulangnya. Ada pencegahannya. Peneliti: Pencegahannya juga harus melibatkan masyarakat ya. Karena kan kalau penyemprotan kan darurat lah. Sementara yang penting itu kan pemeliharaan airnya itu kan. Karena yang harus diputus itu siklus hidup nyamuknya, Pak. Nanti dia jadi ngga punya anak, ngga punya keturunan. Jadi dia nanti bisa hilang. Kalau Cuma disemprot yang dewasanya mati, nanti jentiknya masih ada. Mungkin cukup ya. Kembali terimakasih atas waktunya dan mohon maaf kalau ada salah atau perbuatan yang kurang menyenangkan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Narasumber: Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatu. 127
Kesimpulan Peserta 12 bapak, petani sawah, bisnis wiraswasta, . Jumlah RT 32 KIE Penyuluhan dari PMI, Dinkes, Puskesmas dan rumah sakit. Kadang-kadang sebulan sekali tidak tentu atau seminggu sekali. Topik diare dan kesehatan. Dari kesehatan sudah bertahun-tahun sejak Pak Harto sedangkan dari PMI baru saja. Dari kesehatan kalau ada orang sakit datang; kalau PMI sebulan sekali. Penyakit Diare ada sering wajar saja. Muntaberak, dan karena air asin. Penderita diare diberi oralit saja. Oralit bisa beli, buat sendri, dan minta ke puskesmas. Diare dianggap biasa saja. DBD diangap penting. Malaria disebabkan penularnya nyamuk, penderita dari luar pendulang mas. Kalau ada penderita dibawa ke puskesmas, baru kalau tidak sembuh direfer ke rumah sakit. Pernah menjadi penderita, sampai sekarang. Obat malaria disuntik, ditimung, tradisional ada. Ditimung keringat keluar dan racun keluar. TB ada yang pernah kena, diobati selama 6 bulan oleh dokter, rongten positif, diobati 6 bulan negative, dan sembuh ARI, penyakit pernapasan ada pada pabrik beras. Disini ada penggilingan padi 8 buah. Tanda sesak napas, batuk karena perubahan cuaca juga. Obatnya cap kaki tiga. Beli di warung. Kalau tidak sembuh ke dokter. Kena debu, sampai sesak napas dan berdarah. Bisa kena asap, karena kemarau panjang, dan menjadi bermaslah. Obatnya minum air saja. Gizi : kasus gizi, tahu karena ada anak saya tinggal kulitnya tidak ada dagingnya.Obat kampung, dan doa dan mandi, minum susu terus sampai 2 tahun. Hipertensi, rata-rata disini ada, karena tekanan ekonomi, makanan, pikiran, stress, makan ikan asin, kolesterol. Diobati pakai nenas, lemas kasih air kelapa, sakit kepala minum bodrek, obat warung. Makan telur kampung untuk obati kurang darah
Kecelakaan Jalanan 4m, tetapi masih belum disemen, tanah, sulit untuk dilalui, licin. Dibangun beberapa tahun lalu sampai sekarang belum diperbaiki. Kecelakaan karena licin, lumpur, dan sulit dilewati kendaraan. Sungai pengalaman tabrakan antar perahu, karena tidak hati-hati. Risiko pada perempatan , 25% kecelakaan, Tempat kerja kena parang, pertolongan pertama dengan pucuk daun saja dibalut, bisa dengan paramek. Air dan sanitasi: Sumber air sungai dan sumur bor. Air sungai dipakai minum, diambil lewat hitachi, diendapkan dengan tawas, beli dipasar, satu sednok, satu drum air. Kebanyakan tawas air asam. Air bor tidak enak airnya, bau amis, karena dari bawah tanah, dipakai mandi dan cuci tangan. Sampah ditimbun dibuang ke sungai bila musim hujan; kemarau ditimbun, dibakar.
5 Desa Handiwong, Kec.Pulau Petak Focus Group Discussion, ibu 7 Februari 2014 Peserta: 18 ibu-ibu Tempat : Balai desa Peneliti : Apa ibu pernah dengar penyakit diare? Narasumber: Penyakit yang banyak kena anak-anak 128
Peneliti : Siapa yang kena diare? Ibu tahu penyebab penyakit diare? Narasumber: sakit perut, airnya gak mateng saat dimasak, makan udang terlalu banyak, makanan asam banyak, banyak makan es, raju gak direbus, masak tidak sampai matang, gak cuci tangan, makanan tidak ditutup, buang kotoran sembarangan, Peneliti : bagaimana mencegah diare tadi? Narasumber: cuci tangan sebelum makan, minum air yang sudah dimasak, buang sampah pada tempatnya, makanan harus ditutup, jangan minum air separuh matang, Peneliti : apa yang sudah ibu lakukan untuk mencegah diare sebaiknya? Narasumber: Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun pada air mengalir, menutup makanan, makanan basi jangan dimakan, Peneliti : Bagaimana sikap ibu jika salah satu keluarga kena diare? Narasumber: Pucuk jambu biji direbus lalu minum airnya, lalu gula sama garam. Peneliti : ada yang minum air akar-akar sesuatu? Narasumber: akar pinang, jambu mete, kulit akar pohon direbus Peneliti : apakah ibu mengetahui apa itu dehidrasi? Narasumber: kekurangan cairan, minum aja banyak air putih Peneliti : apa ibu mengetahui larutan ors? Larutan air putih gula garam Narasumber: oralit Peneliti : ibu tahu cara pembuatan larutan ORS? Narasumber: gula satu sendok gula, garam seperampat sendok, air segelas Peneliti : ibu pernah dengar TB? Narasumber: tbc. Alhamdulillah di sini gak ada Peneliti : tapi pernah mendengar penyakit itu apa? Narasumber: pernah. Peneliti : tahu apa penyebab sakitnya? Narasumber: menghisap asap rokok, Peneliti : tahu gak cara mencegahnya? Narasumber: ga tahu, makan berlemak-lemak dikurangi Peneliti : ibu kalau misalkan salah satu keluarga terkena TBC kira-kira perlakuan Ibu bagaimana? Narasumber: kagak pernah, jadi gak tahu Peneliti : Penyakit berikutnya adalah ISPA. Ibu pernah dengar penyakitnya? Narasumber: batuk, pilek, jantung, Peneliti : kira-kira tahu sebabnya ISPA? Narasumber: banyak makan buah rambutan, hujan-hujanan, kepanasan, perubahan cuaca, menghirup debu, hawa dingin, berasap. Peneliti : ibu tahu bagaimana mencegahnya? Narasumber: pakai masker, Narasumber: kalau ada orang kena ispa jangan dekat-dekat, menghindari. Peneliti : Ibu apa yang sudah ibu lakukan untuk mencegah? Narasumber: pakai masker, Peneliti : bagaimana kalau salah satu keluarga kena ISPA? Diapain kira-kira? Narasumber: dibawa ke mantra, ke ibu bidan, dikasih obat mixagrip, air kunyit campur kapur dikasihkan, dikasih air odol di sini (mata) Peneliti : pernah dengar penyakit malaria? Narasumber: digigit nyamuk, tidurnya gak pakai kelambu. Peneliti : sebabnya, Bu? Narasumber: digigit nyamuk, tidak menggunakan obat nyamuk, tdiak menggunakan baju tangan panjang Peneliti : apa sebabnya kena malaria? Narasumber: bak sampah tidak diabakar, bak mandi tidak ada dikuras, baju-baju jang digantung bisa jadi sarang nyamuk. 129
Narasumber: habis dari sawah, pakaian kotornya ditumpuk tidak langsung dicuci. Peneliti : kira-kira, bu, apa yang sudah ibu lakukan untuk mencegah malaria? Narasumber: tidur pakai kelambu, memakai obat nyamuk Peneliti : Bu, bagaimana salah satu anggota keluarga Ibu terkena malaria? Narasumber: bawa ke dokter atau puskesmas Narasumber: disini gak kena malaria Peneliti : kalau yang pendulang-pendulang itu? Narasumber: kalau disini sebutannya misa padahal sama juga malaria, meraka bukan berasal dari digigit nyamuk tapi dari air yang ada kuman dan jentik nyamuk. Peneliti : penyakit nomor 5 tentang gizi buruk. Ada disini yang gizi buruk? Narasumber: di sini gak ada. Peneliti : tapi ibu pernah mendengar penyakit gizi buruk? Narasumber: pernah. Kekurangan vitamin, kurang gizi, gak diberi susu, gak bergizi, Peneliti : kalau gizi buruk, mesti dikasih makan apa? Narasumber: susu aja, Peneliti : ibu tahu cara mencegahnya? Narasumber: makan sayur, banyak makan buah-buahan Peneliti : apa yang sudah ibu lakukan untuk mencegah gizi buruk? Narasumber: tidak ada, sehingga (gak ada) Peneliti : apa ibu pernah mendengar penyakit hipertensi? Narasumber: tahu, semua tahu. Peneliti : darimana Ibu tahunya? Narasumber: dari pmi Peneliti : berarti kalau pmi tidak datang, tidak tahu? Narasumber: tekanan darah tinggi Peneliti : ibu tahu apa sebabnya itu? Narasumber: kebanyakan makan garam, banyak makan sayuran berlemak yang bersantan, Narasumber: kurang berolahraga, kebanyakan merokok, kebanyakan makan telor, n. kebanyakan makan pewarna, banyak makan buah quini, kebanykan makan daging sapi, kambing. Peneliti: ibu tahu bagaimana mencegahnya? Narasumber: jangan makan makanan yang tadi, berolah raga ke sawah tiap hari Peneliti: kalau ada yang terkena hipertensi apa yang sudah Ibu lakukan? Narasumber: membuat air pandan. Pandan diparut, diperas, airnya diminum. Peneliti : sehari berapa kali? Narasumber: 3 kali Peneliti: terus apalagi bu? Narasumber: getah piring, daun pisang, daunnya diremas, direndam, disaring, kemudian diminum. Pakai gula sesuai selera. Makan timun, banyakin minum air putih, minum air kelapa muda, gedang pisang diparut. Peneliti: kalau salah satu keluarga terkena hipertensi diapain? Narasumber: dibawa ke ibu bidan diperiksa. Diberi obat. Kalau belum sembuh baru bawa ke dokter. Peneliti: Ibu pernah dengar mengenai kecelakaan di sungai? Narasumber: nabrak batang pohon di sungai kemudian perahu terbalik. Peneliti: orangnya tenggelam? Narasumber: enggak, bisa berenang Peneliti: Ibu tahu apa sebabnya? Narasumber: gak tahu sebabnya Peneliti: menurut Ibu bagaimana mencegahnya? Narasumber: bawa dirigen air biar gak itu. Peneliti: kalau ibu terlibat kecelakaan di sungai, kira-kira Ibu bagaimana? Narasumber: berenang aja 130
Narasumber: teriak minta tolong Peneliti: kalau Ibu melihat orang lain kecelakaan, Ibu ngapain? teriak juga? Narasumber: cari pertolongan, Peneliti: kalau kecelakaan kerjanya di sawah atau di kebun seperti apa? Narasumber: terkena parang sendiri, dibebet saja sendiri. Peneliti: kira-kira apa penyebabnya sehingga terjadi kecelakaan? Narasumber: tidak hati-hati Peneliti: pada saat jalan licin, bisa jatuh bagaimana Ibu bawa parangnya? Narasumber: dililit disarung, biar gak kena Peneliti: bagaimana agar Ibu gak kecelakaan di kebun atau di sawah? Narasumber: hati hati aja. Peneliti: berarti kecelakaannya banyak di tangan? Narasumber: kaki juga bisa kena duri. Di sawah karena lumpur jadi gak pakai alas kaki Peneliti: jadi sangat mungkin kecelakaan. Kalau ibu, sedang bekerja kena kecelakaan apa yang ibu kerjakan. Narasumber: minta tolong orang. Peneliti: kalau gak ada orang? Narasumber: dibebet sendiri aja. Pakai pucuk pisang bisa. Dikunyah dipapah dulu lalu ditaruh di luka, lalu diikat. Peneliti: ibu kalau kecelakaan di jalan kira-kira sebabnya apa? Narasumber: tidak hati-hati berjalan, Narasumber jalan licin Peneliti: jadi kecelakaan sendiri Bu ya? Narasumber: ya Peneliti: gak ada kecelakaan motor? Narasumber: gak ada motor masuk. Motor di sini artinya mobil, kalau kendaraan itu motor Peneliti: apa ada orang mabuk yang menggunakan kendaraan? Narasumber: gak ada Peneliti: di jalan sini ada ibu liat kecelakaan kendaraan? Narasumber: ada tapi jatuh sendiri. Anak kucing atau ayam terlindas. Peneliti: ibu kalau melihat ada yang jatuh gimana? Narasumber: ditolong saja Peneliti: biasanya ada yang sampai luka-luka Narasumber: jarang, sekali aja, terjatuh kepinggir. Peneliti: sekarang bu ngomong masalah sumber air. Dari mana Ibu mendapatkan sumber air un tuk kepeluan rumah tangga? Mandi, cuci, masak. Narasumber: sungai. Semua di sungai Narasumber: nyuci dilaut, minum air bersih di sumur bor. Peneliti: kalau air sungai, diapain dulu? Narasumber: direbus. Peneliti: jadi ambil dari air sungai langsung direbus? Narasumber: disimpan dulu, dikasih tawas, baru direbus. Peneliti: biasanya kalau satu ember berapa tawas? Narasumber: sedikit, setengah sendok teh Peneliti: berapa lama? Narasumber: seharian atau semalaman aja. Ada yang 2-3 hari, kemudian direbus. Peneliti: ibu kalau minum air selain menggunakan air itu, kalau lagi musim huja bagaimana? Narasumber: tetap aja dari sungai Peneliti: kalau musim kemarau? Narasumber: tetap dari sungai. Peneliti: katanya ada perubahan rasa gitu? 131
Narasumber: ohh, gak ada perubahan air. Peneliti: sekarang bu, masalah sanitasi dasar. Ibu tahu sanitasi dasar apa? Narasumber: enggak Peneliti: bagaimana ibu dan keluarga BAB? Dimana? Narasumber: di sungai, ada yang dijamban, ada di wc. Yang banyak di sungai. Peneliti: kalau sampah, Ibu, biasanya dibagaimanakan? Narasumber: dikumpul, terus dibakar. Narasumber: Sebagian dibuang di sungai Peneliti: ibu tahu air limbah? Narasumber: gak tahu Peneliti: bagaimana membuang air limbah? Air limbah itu air bejas ibu cuci piring, cuci baju, sabun. Narasumber: di sungai karena menyuci di sungai Peneliti: kemudian pertanyaan mengenai informasi, komunikasi, edukasi. Dari mana ibu memperoleh informasi mengenai penyakit, penularan, dan pencegahannya? Bisa dari pmi, petugas kesehatan, atau tokoh masyarakat di sini? Narasumber: pmi, puskesmas. Peneliti: penyuluhan dari pmi berapa mingg atau berapa bulan sekali? Narasumber: sekali sebulan Peneliti: puskesmas ada disini? Narasumber: ada tapi jarang Peneliti: dari dinas kesehatan? Narasumber: Ada juga ke balai desa. Sekali seminggu Peneliti: penyuluhan yangdiberikan mereka mengenai apa bu? Narasumber: masalah penyakit kusta, TBC, Peneliti: ada gak bu yang menyampaikan mengenai kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, kesehatan air dan makanan dan bagaimana kakus atau wc yang baik? Narasumber: ada, dari puskesmas. Peneliti: yang biasa mereka sampaikan apa? Narasumber: mengenai BAB. Soal air, mencuci tangan makan asam, banyak makan es, raju tidak direbus, gak cuci tangan, makan tidak ditutup, buang kotoran sembarangan. Peneliti: ada lagi informasi yang mau disampaikan, Bu? Gak ada? habis
Kesimpulan Penyakit Diare. Pernah dengar. Penyebab diare, sakit perut, air tidak matang, makan udang terlalu banyak. Pencegahan cuci tangan, minum air masak, buang sampah, makanan ditutup, tidak minum air setengah matang. Sikap kena diare dengan pucuk jambu biji direbus, minum, gula dan garam larutan diminum, minum air dari akar-akaran. Akar pinang. Oralit larutan gram, gula, dan air.dehidrasi kehilangan cairan. TB. Tidak ada, pernah dengar, sebab mengisap asap rokok, tidak tahu cegah, sikap tidak tahu mau kemana karena belum pernah ARI, batuk pilek, jantung. sebab banyak makan rambutan, hujan hujanan, kepanasan, perubahan cuaca, hirup debu, hawa dingin, berasap.Pencegahan pakai masker.bila ada penderita ke mantri dan ibu bidan, diberi obat mixagrip, air kunyit dan kapur, air odol. Malaria: dengar, sebab digigit nyamuk, tidur tanpa kelambu, tidak pakai obat nyamuk tidak pakai baju lengan panjang, sampah tidak dibakar, bak mandi tidak dikuras, baju bergantungan, habis dari sawah, pakaian kotor ditumpuk . Pencegahan tidur pakai kelambu, dan obat nyamuk. Penderita awal ke dokter atau puskesmas. Malaria, atau wisa, bukan karena digigit nyamuk, tapi air yang ada kuman dan jentik nyamuk , penderita pendulang mas. 132
Gizi buruk, tak ada, pernah dengar, sebab kurang vitamin, gizi, anak diberi susu, gak bergizi dan kurang gizi. Obat diberi susu. Mencegah makan sayur, buah, dan buah-buahan banyak. Hipertensi, semua tahu dari pmi.sebab makan garam, makan sayuran, lemak, santan, kurang olah raga, banyak merokok, banyak makan telur, makanan banyak pewarna, makan buah kuini,banyak makan daging sapi dan kambing. Pencegahan jangan makan yang tadi. Kecelakaan Sungai, tabrak batang pohon, perahu terbailk, orang tenggelam. Sebab tenggelam orang tak bisa berenang. Pencegahan, kecelakaan teriak, berenang, dan minta tolong. Luka pucuk pisang dipapah, Kecelakaan jalan, tidak hati-hati,jalan licin, tak ada kecelakaan motor. Sumber air sungai, sumur bor, Air sungai, disimpan dulu, diberi tawas 1-2 malam, baru direbus. sendok teh, untuk 1 ember. Musim hujan, musim panas tetap air sungai. Sanitasi dasar, BAB disungai, ada yang di jamban.ada WC. Sampah dikumpul terus dibakar. Sampah tidak ada sistem.air limbah, dibuang ke sungai. KIE PMI , puskesmas, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat tentang penyakit, penularan, dan pencegahannya? Bisa dari pmi, petugas kesehatan, atau tokoh masyarakat di sini? Pmi sebulan sekali, seminggu sekali puskesmas
6 Desa Handiwong, Kecamatan Pulau Petak Focus Group Discussion, Bapak 7 Februari 2014 Peserta : 11 bapak Tempat : Balai desa Tempat Balai desa, Handiwong Peneliti: sampai saat ini, pihak yang telah melakukan penyuluhan kesehatan siapa saja? Narasumber: PMI dan Puskesmas Peneliti: biasanya PMI berapa kali? Narasumber: sebulan dua kali bisa pak. Peneliti: kalau yang dari puskesmasnya? Narasumber: biasanya 3 bulan sekali. sebulan sekali juga bisa Peneliti: biasanya dalam penyuluhan itu apa yang disampaikan? Narasumber: misal masalah tentang kesehatan, penyakit malaria, diare Peneliti: apa yang biasa didiskusikan dengan masyarakat? Narasumber: biasa masalah pencegahan, masalah diare, malaria, masalah pencegahannnya. Peneliti: diadakannya biasanya dimana? Narasumber: di rumah-rumah atau kunjungan rumah. Peneliti: masing-masing RT? Narasumber: ya, masing-masing dari RT 01 sampai RT 10 Peneliti: Kalau selain Puskesmas dan PMI pernah ada yang lain, Pak? Narasumber: belum ada Peneliti: selain tentang masalah penyakit, apa lagi yang disampaikan oleh penyuluh kesehatan? Narasumber: tentang pembuangan sampah, membersihkan jalan, Peneliti: itu sampai pada praktek atau hanya disampaikan? Narasumber: kalau PMI sampai praktek, Pak Peneliti: di sini pernah ada kasus diare, Pak? Narasumber: di sini paling sering anak kecil. Peneliti: Biasanya dikasih apa? 133
Narasumber: makin banyak ketika musim kemarau Peneliti: kalau ada yang sakit diare, biasanya dikasih apa? Narasumber obat dari puskesmas Peneliti: larutan garam dan gula Narasumber: bikin sendiri pak? Narasumber: (bising) Peneliti: sebab lain selain cuaca apa pak? Narasumber: makan dan minum Peneliti: kalau air bersih penyuluhannya bagaimana? Narasumber: cara membikin wc dari keramik Peneliti: semuanya dapat atau terbatas? Narasumber: tiap rumah pada setiap RT Peneliti: kalauTBC pernah ada pak? Narasumber: di sini gak ada, kebanyakan ada di kota. Narasumber: kalau asma banyak Peneliti: tahu bahwa itu asma setelah cek ke dokter atau apa? Narasumber: ya, cek dokter. Peneliti: ada berapa kira-kira di sini? Narasumber: tergantung musimnya pak. bisa separuh kena Peneliti: itu dibawa kemana? Narasumber: ke Pos. Peneliti: kalau belum sembuh-sembuh dibawa kemana lagi? Narasumber: puskesmas Peneliti: Kalau ISPA pernah dengar pak? Narasumber: sesak napas, batuk, Narasumber: biasanya yang tua suka sesak napas. Peneliti: yang muda? Narasumber: yang muda belum ada Narasumber: ada satu orang yang terkena TBC, baru satu bulan. Peneliti: terkenanya dimana? Narasumber: penyakit turunan Peneliti: tahu terkena TBC setelah dapat diagnose dokter atau bagaima? Narasumber: dari dokter. Sudah dua kali masuk kr RSUD Peneliti: tapi sekarang tinggalnya masih dengan orang tuanya? Narasumber: enggak. Peneliti: kalau malaria ada yang terkena pak? Narasumber: Malaria kan biasanya penyakit yang dibawa bapak-bapak kerja di ladang. Narasumber: orang kampung sebut wisa, meriang dingin. Peneliti: dibawanya ke puskesmas? Narasumber: langsung ke Kapuas Peneliti: pengobatannya gimana? Narasumber: ke puskesmas malah lebih parah, lalu pakai obat kampung saja lah. Narasumber: cukup dengan mandi 3x dengan air yang dikasih bacaan. Narasumber: bisa juga lewat timung, mandi uap. Peneliti: sekarang pernah keluar lagi demamnya? Narasumber: sedikit saja, waktu kita kena hujan baru meriang. Peneliti: Pertama kali kapan, Pak? Narasumber: Sekitar tahun 97-an Peneliti: Itu waktu kerja di luar? 134
Narasumber: Waktu mencari kayu di luar. Di daerah Kutub Moro. Dikira kena meriang biasa. Satu tahun itu. Cuma teman aja yang bilang, orang kampung. Cuma mandi aja. Tiga kali lah. Sore, ya hampir maghrib lah mandinya itu. Peneliti: Masih ke sana? Cari kayu? Narasumber: Wah kalau sekarang susah lah ini. Kalau membatang sudah ngga ada lokasinya lagi. Habis. Itu kalau sudah kena itu rasanya kita melayang-layang. Rasanya kita ini ada di atas saja rasanya. Kalau mau tidur siang, malam, wah rasanya panas. Ngga enak. Ya malaria orang bilang. Ya Alhamdulillah berkat berobat sembuh kita. Peneliti: kalau darah tinggi, Pak. Hipertensi, gimana? Narasumber: Banyak di sini, Pak. Narasumber: Ada yang struk di sini, Pak. Narasumber: Banyak yang struk sekitar umur 50-60 tahunan lah. Peneliti: Sebabnya biasanya apa, Pak? Narasumber: Sebabnya karena darah tinggi, Pak. Tekanan darah tinggi. Peneliti: Bapak-bapak di sini ada yang kena darah tinggi? Narasumber: Ngga ada, Pak. Peneliti: Biasanya kalau di sini, penyebab darah tinggi apa, Pak? Narasumber: Biasanya makanan, Pak. Narasumber: Makan terlalu asin. Lemak. Narasumber: Sayuran bisa juga ya, Pak. Pare, pucuk singkong. Narasumber: Ada juga itu cempedak, durian. Peneliti: Biasanya pengobatan di desa ini apa, Pak? Terhadap penyakit hipertensi? Narasumber: Biasanya dibawa ke rumah sakit aja. Narasumber: Biasanya kalau yang parah itu dibawa ke rumah sakit. Kalau yang sudah kena struk. Kalau masih, ulun pernah 170, paling makan belimbing. Narasumber: Timun juga sering. Kalau ulun 140 sering itu. Makan timun. Peneliti: Habis makan belimbing, rasanya itu gimana? Narasumber: Kalau banyak pekerjaan itu kan kita biasanya mendesak naik itu. Atau ada yang dimakan, misalnya, makan daging, naik juga itu. Makan belimbing itu. Peneliti: Belimbingnya belimbing biasa aja? Narasumber: Belimbing biasa aja. Atau kalau ngga tahan itu, biasanya paramex aja, Pak. paramex satu sama parasetamol satu, udah lumayan lah itu. Menurunkan sakit kepalanya saja itu. Peneliti: Kalau darah rendahnya? Darah rendahnya gimana? Narasumber: Kalau darah rendah itu rasanya itu, awak kita itu rasanya itu lemah sekali. Lemas. Kalau dari jongkok berdiri mata itu seperti kunang-kunang itu. Kurang darah. Peneliti: Pak Haji, pernah kena darah tinggi ngga? Narasumber: Darah rendah kita kena Peneliti: Biasanya kalau lagi kena itu ngapain? Pake apa biar enakan? Narasumber: Telor sama susu. Kopi juga bisa. Peneliti: Abis itu gimana rasanya? Narasumber: Ya, agak sehatlah. Peneliti: Terus ke dokter, atau ke Puskesmas? Narasumber: Ngga pernah. Alami saja. Dulu itu waktu kerja di hutan. Di angkut ke kampung. Jauh itu angkutnya. Peneliti: Sekarang ngga pernah lagi? Narasumber: Ngga pernah. Peneliti: Itu tahun berapa, Pak? Narasumber: Sebelum tahun 2000-an. Kenanya di daerah Sampit. Hutan sana. Peneliti: Kalau di sini banyak anak-anak ngga, Pak? Narasumber: Banyak kalau di sini. Peneliti: Satu keluarga biasanya anaknya berapa, Pak? 135
Narasumber: Paling sedikit 2 atau 3. Narasumber: Tapi di sini banyaknya perempuan anaknya. Narasumber: Kalau dirata-ratakan 4 Pak. 4 atau 5. Peneliti: Belum terasa penuh desanya, Pak? Narasumber: Belum, masih banyak ruang. Narasumber: Ya kan biasanya kalau ada yang kawin dibawa sama yang laki. Jadi ngga pernah penuh desanya. Peneliti: Nah berarti kalau yang masih kecil-kecil itu banyak di sini ya, Pak? Narasumber: Banyak masih. Narasumber: Satu desa itu kira-kira ada 400 lah. Dari Balita sampai anak SD. Peneliti: Pernah ada yang kena gizi buruk, Pak? Narasumber: Kayanya ngga ada, Pak. Narasumber: Paling ada yang kena puyung itu, Pak. penyakit kuning itu. Obatnya obat tradisional juga kayaknya. Peneliti: Itu diapakan, Pak? Narasumber: Ya sama dimandikan juga anaknya. Peneliti: Berat badannya kurang? Narasumber: Iya, kurus. Ada juga. Umurnya 8 tahun tapi badannya kurus juga. Peneliti: Selain pengobatan tradisional, selain mandi, dikasih apa lagi, Pak? Narasumber: Narasumber: Ada juga yang kena katarak karena kerja di ternak. Peneliti: Kalau di sini rata-rata pekerjaannya apa, Pak? Narasumber: Petani. Peneliti: Selain petani, Pak? Narasumber: Ya ada yang berkebun. Peneliti: Pernah ada yang kecelakaan selama bekerja? Narasumber: Sering. Narasumber: Terluka kena parang. Peneliti: Biasanya apa pengobatannya kalau terkena parang? Narasumber: Di bawa ke Puskesmas aja. Narasumber: Itu kalau yang parah. Tapi kalau yang ringan dirawat di rumah bisa. Kalau sampai dijahit ke Puskesmas. Peneliti: Kalau pake daun-daun? Narasumber: Pakai pucuk pisang ya. Narasumber: Ya, kalau di lokasi ngga ada yang bawa obat, bisa aja pake daun-daunan dulu. Buat menghentikan darahnya. Peneliti: Pernah ngeliat atau mengalami sendiri. Narasumber: Itu saya pernah mengalaminya, Pak. Peneliti: Rata-rata pernah kena, ya, Pak? Narasumber: Pernah. Kena tajak juga. Peneliti: Biasanya supaya ngga kena lagi, gimana itu, Pak? Narasumber: Hati-hatilah, Pak. Peneliti: Ngga pake pelindung? Narasumber: Susah Pak kalau pakai sepatu. Karena tanahnya becek. Narasumber: Rasanya ngga ringkas lah. Narasumber: Jadi ngga pakai apa-apa. Kaki lepas aja lah. Peneliti: Ketika di perjalanan dari rumah ke ladang itu, parangnya ngga dibungkus ya, Pak? Narasumber: Ngga terbuka aja. Peneliti: Kalau di sini transportasi darat sudah tembus? Narasumber: Belum, pakai feri aja. 136
Narasumber: Kalau dari sini ke Merabeh bisa aja tembus. Tapi jalannya itu licin. Belum batu, tanah biasa aja kan. Kena hujan sedikit aja melengket. Peneliti: Lebarnya segimana, Pak? Narasumber: Ya cukup luas lah. Sekitar 3 meteran. Tapi tanahnya tidak rata. Rawan. Peneliti: Tembus ke mana itu, Pak? Narasumber: Tembus ke bagian Barito Kuala. Kalsel. Peneliti: Kalau di sungai ini pernah ada kecelakaan? Narasumber: Kalau sekarang ini ngga pernah, Pak. Kalau dulu lagi pernah. Kelotok kan yang sering. Terbalik. Peneliti: Itu kenapa, Pak? Narasumber: Karena kepenuhan bisa. Datangnya gelombang. Nah itu yang bikin. Peneliti: Sampai korban jiwa. Narasumber: Ya, sampai. Perahu pernah juga. Tapi orang Jawa yang itu. Nyebrang ke sini. Ngga bisa berenang. Mana pakai sepatu but lagi. Mana bisa berenang orang Jawa lagi. Tapi itu tahun lawas. Sekitar tahun 90-an lagi. Peneliti: Kalau di sini, kabut asap ada juga? Narasumber: Ada, Pak. Kalau musim kering. Narasumber: Iya itu kalau tebal orang ga bisa liat. Ada kelotok yang terguling.sering juga yang salah sasaran. Maunya ke Kapuas taunya kemana. Peneliti: Berarti di kelotok belum ada kompas ya, Pak? Narasumber: Belum kalau di sini. Peneliti: Kalau feri pernah ada kejadian? Narasumber: Belum pernah. Tapi kalau motornya jatuh ada itu. Sering kejadian di pelabuhan. Narasumber: Pas turun dari pelabuhan aja. Kelajuan kan. Peneliti: Banyak yang punya kelotok di sini, Pak? Narasumber: Kalau sekarang jarang, feri yang banyak. Motor. Peneliti: Kalau di jalan rayanya? Banyak ada kecelakaan? Narasumber: Banyak kalau itu, Pak. Narasumber: Dalam sebulan ini, Pak. Orang kita di sini aja 3 yang mati. Peneliti: Kenapa itu, Pak? Narasumber: Tabrakan sama mobil, naik motor. Peneliti: Biasanya kalau Bapak-Bapak di sini naik motor ke jalan raya itu pake helm ngga, Pak? Kalau nyebrang itu? Narasumber: Pakai, Pak. Peneliti: Itu karena takut tilang apa karena pengen aman, Pak? Narasumber: Dua-duanya lah itu. Peneliti: Kalau nyebrang naik kelotok pake pelampung? Narasumber: Pake, Pak. Narasumber: Tapi kalau kita sudahlah pakai pakaian ini saja. Bisa berenang. Narasumber: Orang kita juga banyak yang ga bisa berenang. Tapi kebanyakannya orang perempuan yang ga bisa berenang. Peneliti: Itu bisa berenang secara turun temurun diajarkan orang tua, atau bagaimana? Narasumber: Ya waktu kecil, mandi-mandi di sungai berlatih nyelam, berlatih berenang. Peneliti: Anak-anak latihannya pake pelampung, Pak? Narasumber: Biasanya latihannya pake gadebong pisang. Narasumber: Awalnya itu kan dipinggir. Nanti 6 bulan sudah bisa ke tengah. Narasumber: Umur 7 tahun- 8 tahun sudah bisa berenang kalau di sini. Peneliti: Jadi diajarkan ya, Pak, sama orang tua? Narasumber: Ya diajarkan secara langsung tidak, Pak. itu kan liat temannya. Mandi bersama-sama. Lama-lama nanti bisa. Peneliti: Tapi kalau ibu-ibu kurang? 137
Narasumber: Ibu-ibu yang dulu bisa aja. Tapi kalau yang sekarang kurang. Narasumber: Anak saya itu, Pak, 3 tahun sudah bisa berenang. Peneliti: Kalau sumber air dari mana, Pak? Narasumber: Sungai. Peneliti: Pernah ada sumur bor? Narasumber: Sebagian memang ada. Tapi 70 % masih ambil dari air sungai. Peneliti: Sumur yang bikin dari mana, Pak? Narasumber: Dari pemerintah, dari dinas. Peneliti: Itu airnya bagus atau bagaimana, Pak? Narasumber: Bagus. Peneliti: Dipake air minum? Narasumber: Kalau di kita jauh, Pak. Peneliti: Ada pipanya? Narasumber: Belum ada. Peneliti: Biasanya adanya di mana itu, Pak? Narasumber: Di mushola. Dulu proyek pemerintah di mushola. Narasumber: Karena terbatas. Kemarin tahun 2000 berapa itu cuma dapat 3. Peneliti: Kalau kemarau asin airnya, Pak? Narasumber: Ngga sampai, Pak. Narasumber: Setahu kami dari kecil ngga pernah asin, Pak. Peneliti: Jadi ngga ada masalah ya, kalau kemarau? Narasumber: Ya ngga asin. Narasumber: Kecuali kalau kemarau panjang betul air sedikit hantah-hantah lah. Peneliti: Hantah itu apa, Pak? Narasumber: Ya terasa asin dikit. Peneliti: Tapi masih bisa diminum? Narasumber: Waktunya cuma sejam dua jam aja. Ketika pasang tu besar. Narasumber: Tapi ngga pernah, Pak, sampai ke sini. Batasnya di ujung kecamatan Peneliti: Kalau pake Hitachi ada juga? Narasumber: Ada juga. Narasumber: Tapi kalau Hitachi yang di sungainya. Kalau yang jauh ngga. Peneliti: Ini selanjutnya, mohon maaf, Pak, kalau buang air besar di mana? Narasumber: Di sungai Peneliti: Kalau yang di darat? Narasumber: Sama aja, di handil. Peneliti: Handil itu buatan ya, Pak? Narasumber: Ya buatan. Peneliti: Yang bikin itu siapa, Pak? Narasumber: Dari dulu itu masyarakat aja itu. Peneliti: Kalau sampah gimana, Pak? Sampah rumah tangga, sampah yang lain? Narasumber: Kalau sampah itu ya banyak yang buang sembarangan lah. Ya dulu memang ada anuan kan. Tapi mungkin belum mengerti dia lah. Peneliti: Buangnya ke sungai, Pak? Narasumber: Iya ke sungai kalau dia deket sungai. Sembarangan aja. Peneliti: Ada yang dibakar juga, Pak? Narasumber: Sebagiannya dibakar. Cuma sebagiannya sudah ke sungai saja. Kadang ke samping rumah aja. Kalau airnya pasang terkumpul lah. Peneliti: Kalau terkumpul pas pasang itu sampahnya diapain, Pak? Narasumber: Kadang kalau pas kita mau mandi, kita bakar aja. Peneliti: Nyuci baju di sungai juga, Pak? Narasumber: Sungai. 138
Peneliti: Nyuci piring? Narasumber: Di sungai juga. Sama aja. Peneliti: Berarti dari rumah ngga ada limbah ya, Pak? Narasumber: Ada, ada juga. Jadi yang pake Hitachi aja itu kan nyuci piring di rumah. Soalnya air di sungai ini jarang berubah. Kalau di halus, di handil, bisa airnya berubah. Baunya. Asam. Peneliti: Kurang lebihnya sih dari ulun sudah selesai, Pak. Sekali lagi terimakasih atas waktunya, mohon maaf jika ada salah kata atau salah perbuatan. Kurang lebihnya mohon maaf, wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. Narasumber: Waalaikum salam Warahmatulhai Wabarakatu.
Kesimpulaan KIE Penyuluhan oleh PMI dan Puskesmas. PMI 2x/bulan.Puskesmas 3bl/kali. Topik kesehatan, diare, dan pencegahan, malaria, diare, pembersihan sampah, pembersihan jalan, dan dan praktek. Kunjungan rumah masing-masing dari RT 01-010, satu keluarga anak 2-3, satu rumah tangga 4-5. Penyakit Diare paling sering kasus anak kecil. Sebab makan, minum air, musim kemarau makin banyak. Kalau ada diare diberi obat puskesmas, larutan garam buat larutan gram, gula buat sendiri. TB : disini taa, adanya di kota. Asma banyak. Musiman bisa separoh kena.penyakit turunan. Penderita ke RSUD ISPA pernah dengan sesak napas dan batuk.biasanya yang tua suka sesak napas, yang muda belum ada. Malaria: penyakit dibawa bapak dari ladang, disebut wisa, meriyang dingin, rasa melayang-layang, mau tidur siang,malam panas.Berobat ke Puskesmas, lebih parah lebih baik pakai obat kampong saja manadi 3x, air dikasih bacaan, juga lewas timung, mandi uap. Sebab kena hujan, pada waktu cari kayu, terus meriang. Hipertensi, banyak disini ,banyak struk, umur 50-60 th. Sebab makan asin, lemak, sayuran, pare, pucuk singkong , cempedak, durian. Pengobatan ke RS saja. Obat makan belimbing, paramex, parasetamol, menurunkan sakit ekpala. Darah rendah badan lemah sekali, lemas, jongkok berdiri langsung tidak boleh. Kunang-kunangan, kurang darah. Biar enak makan telor, susu, dan kopi kKemudian enak. Gizi buruk tandanya berat badan kurang, kurus, ada penyakit yang kuning, kalau diobati ke anaknya,pengobatan tradisional saja. Anak BB kurang, dimandikan. Pekerja petani, berkebun, Kecelakaan Sawah. Kecelakan sering bertani dan kecelakaan terluka parang, dibawa ke puskesmas, ringan di rawat di rumah. Obat pakai dun-daunan, pucuk pisang, untuk hentikan darah. Pencegahan taa, pake pelindung. Pakai sepatu, tanah becek. Susah . Terluka kena parang parah ke Puskesmas, yang ringan dirawat pake pucuk pisang,obat, daun-daunan dulu buat menghentikan darahnya. Rata-rata pernah kena tajak,pencegahan hati-hatilah, ga pake sepatu tanahnya becek. Darat.jalan 3 meteran tanah tidak rata. Tembus ke bagian Barito Kuala. Kalsel. Sungai ini pernah ada kelotok kan yang sering. Terbalik. karena kepenuhan bisa. Datangnya gelombang. Nah itu yang bikin.korban jiwa. Kabut asap ada di musim kering. Tidak terlihat kelotok yang terguling.sering juga yang sal Tapi kalau motornya jatuh ada itu. Sering kejadian di pelabuhan.\ di jalan rayanya? Banyak ada kecelakaan? Anak kecil, mandi-mandi di sungai berlatih nyelam, berlatih berenang. Air dan sanitasi dasar sungai, sumur bor: 70 % air sungai.Pemerintah dan dinas dinas.Air musim kemarau panjang asin;air sedikit hantah-hantah , asin dikit. Buang air besar di mana sungai, kalau yang di darat di handil. 139
Sampah banyak yang buang sembarangan,ke sungai kalau dia deket sunga, dan dibakar Air limbah dibuang ke sungai juga.
7 Desa Teluk Pelinget, Kec.Pulau Petak Focus Group Discussion Ibu 8 Februari 2014
Peserta: 8 ibu-ibu Tempat : SD Teluk Pelinget
Peneliti: Ibu pernah dengar penyakit diare? Narasumber: Pernah Peneliti : Kira-kira ibu tau gak sebabnya? Narasumber: Itu bisa mungkin dari penyakit binatang atau mungkin banyak makan yang asam-asam. Peneliti : Ibu ada pendapat lain? Narasumber: Bisa terlalu banyak makan yang berlemak-lemak dan pedas-pedas. Narasumber: Atau cara memasak yang kurang bersih dari airnya yang kurang bersih, seperti yang di sungai-sungai. Narasumber: Jajannya sembarangan Peneliti : Kira-kira pencegahan diare melalui apa, Bu? Narasumber: Bisa dengan minum obat atau bisa dengan secara tradisional. Kan kerak nasi itu diremas- remas lalu airnya diminum. Narasumber: Harus menjaga pola makan yang sehat dan kebersihannya. Peneliti : Biasanya di sini siapa yang terkena diare? Narasumber: Sebagian besar anak-anak Peneliti : kemudian, kalau Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan untuk mencegah diare? Narasumber: Dari makanannya dijaga kebersihannya Peneliti : Kalau salah satu anggota keluarga ibu terkena diare, bagaimana sikap Ibu? Narasumber: Pertama memberikan obat Peneliti : Obat apa? Narasumber: Obat dari garam, apa itu? Oralit. Peneliti : Ya, kemudian apa lagi? Narasumber: Obat Diapet Peneliti : ada obat tradisional lain? Narasumber: Pucuk jambu Peneliti : Pucuk jambu diapain? Narasumber: Jambu biji direbus, airnya diminum. Peneliti : Mudah dapat pucuk jambu di sini? Narasumber: Banyak, mudah. Peneliti : Ibu mengetahui apa itu dehidrasi? Narasumber: Kekurangan cairan Peneliti : Ibu di sini mengetahui gak apa itu larutan ORS? larutan air gula garam. Narasumber: Sejenis oralit ya Bu. Peneliti : Ibu tau cara bikin sendiri? Narasumber: Bisa. Larutan oralit kan biasanya garam, gula dicampur air hangat atau air panas. Peneliti : Biasanya berapa gula, berapa garam? Narasumber: Kalau garam sesendok teh, gulanya sesendok makan. Tapi kebanyakan harus banyak gulanya. Peneliti : Terus airnya? 140
Narasumber: Segelas bisa Peneliti : Pertanyaan mengenai penyakit yang kedua. Ibu pernah dengar apa itu TB (Tuberkulosis)? Narasumber: TBC, Batuk berdarah. Peneliti : Ada di sini yang terkena TBC? Narasumber: Ada banyak istilahnya. Ada beon(6:17). Tapi istilahnya berobat yang enam bulan di Puskesmas. Peneliti : kira-kira, ibu tahu gak apa penyebabnya? Narasumber: Itu penyakit menular kan, sama darah. Dari merokok bisa mungkin, keturunan bisa. Peneliti : Ibu tahu gak bagaimana mencegahnya? Narasumber: Melakukan dengan hidup sehat. Kalau kita tahu ada orang yang terkena TBC kita tidak menggunakan gelas dia. Peneliti : Kemudian, apa yang ibu lakukan utk mencegah TB? Narasumber: Peneliti : Lewat, Ibu, bagaimana kalau keluarga kita terkena TB? Narasumber: Pertama kita membawanya berobat ke dokter keluarga atau puskesmas. Diperiksa dulu dari dahaknya, positif atau tidaknya kan ketahuan dari situ. Peneliti : Kalau sudah ketahuan, kira-kira diapakan? Narasumber: Kalau sudah ketahuan kita beri pengobatan secara berlanjut untuk menanggulangi itu Peneliti : Tapi apa sudah pernah ada sakit sampai meninggal di sini? Narasumber: Ada. Sudah parah baru tahunya. Mungkin kan karena orang kampong pikirnya kena sakit biasa batuk. Sudah parah baru dibawa. Peneliti : Ibu pernah dengar ISPA? Narasumber: Infeksi Saluran Pernapasan. Peneliti : Kira-kira ISPA itu seperti apa, Bu? Narasumber: Susah bernafas. Sesak nafas Peneliti : Sebabnya apa? Narasumber: Kabut, Kemarau, udara dingin, gejalanya mirip asma Peneliti : Kalau menurut Ibu bagaimana mencegahnya? Narasumber: Jangan sampai kena Debu. Itu sama dengan asma. Karena kena hujan, minum es, makan yang bumbu kaya mie-mie, terus minum yang ada sodanya . Peneliti: Selain itu apa lagi Bu? Gak ada lagi. Ibu bagaimana kalau salah satu keluarga ibu terkena ISPA? Narasumber: Melakukan pengobatan tradisional. Beri air jahe sama gula merah. Makan buah jeruk. Peneliti : Ada lagi? Narasumber: Bawa ke dokter. Peneliti : Kalau yang sudah Ibu lakukan untuk mencegah ISPA apa? Narasumber: Biasanya kalau diangkot pakai masker. Kalau cuaca dingin diberi minum yang hangat- hangat Peneliti : Apakah ibu pernah mendengar penyakit malaria? Narasumber: Pernah Peneliti : Apa itu sebabnya? Narasumber: Disebabkan nyamuk aides agepti. Peneliti : Apa bukan demam berdarah itu? Narasumber: Biasanya yang suka kena itu yang pendulang. Gejalanya panas-dingin, panas-dingin, itulah. Peneliti : Kira-kira mencegahnya gimana? Narasumber: Kasih obat. Peneliti : Kasih obat apa? Narasumber: Daun jambu biji, Peneliti : Itu diapain? Narasumber: Sama direbus. Diminum 3 kali sehari. 141
Peneliti : Ada yang sudah sembuh? Narasumber: Kebetulan satu orang kena gejalanya. Peneliti : Itu pergi mendulang juga? Narasumber: Gak, di rumah aja. Kalau mendulang, Bu, di sini kalau yang sudah parah banyak yang meninggal juga. Peneliti : Itu berapa banyak yang meninggal? Berapa banyak kira-kira dalam setahun? Narasumber: 5-6 orang Peneliti : Tinggi juga donk. Terus itu hanya yang pergi mendulang? Narasumber: Ya Peneliti : Yang di sini sendiri penyebarannya? Narasumber: Jarang. Biasanya kerjanya lain tempat. Peneliti : Sampai 6 orang? Banyak itu, Narasumber: Padahal sampai dibawa ke rumah sakit Banjar tapi sudah parah penyakitnya. Sebagian masyarakat kan mungkin demam seperti itu biasa saja. Anak berobat itu kurang, Kalau sudah parah baru. Peneliti : Kemudian, gak ada perlindungan seperti semacam jamsostek gitu? Narasumber: Ada aja bu. Biasanya berobatnya di rumah saja, dengan mantra di sini. Kalau sudah parah barulah ke rumah sakit. Peneliti : Ibu tahu gak bagaimana kita mencegahnya supaya jangan tertular? Narasumber: Kurang tahu. Karena di sini gak ada yang gitu kecuali orang yang mendulang sana, mungkin dengan mencuci bersih pakaian yang dipakai disana dengan aor hangat. Kalau dari nyamuk, lingkungan kita bersihkan dulu. Peneliti : Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan agar tercegah terkena malaria? Narasumber: Menjaga bak air supaya jangan ada sarang nyamuk, dikuras, sampah diuruk. Peneliti : Ada yang tidur pakai kelambu disini? Narasumber: Rata-rata semuanya Peneliti : Bagaimana kalau salah satu keluarga ibu kena malaria? Narasumber: Langsung bawa periksa dulu ke puskesmas. Peneliti : Apa disini ada yang terkena gizi buruk? Narasumber: Gak ada, bu. Peneliti : Tapi ngerti kan, Bu, ya, apa sebabnya gizi buruk? Narasumber: Pola makannya. Makanannya ikut makan snack kakaknya. Peneliti : Bukan harus ada yang dia makan gitu? Narasumber: Gizinya harus terpenuhi, misalkan makan sayur, buah, minum susu, termasuk makanan 4 sehat 5 sempurna. Peneliti : Terus makan nasinya sehari saja cukup? Narasumber: Kurang Peneliti : Kira-kira ibu tahu gak cara mencegahnya? Narasumber: Makan 4 sehat 5 sempurna, bu Peneliti : Kira-kira apa yang sudah ibu lakukan u ntuk mencegah gizi buruk? Narasumber: Vitamin, susu, makan sayur, daging, telor, Peneliti : Ibu biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena gizi buruk diapain? Narasumber: Biasanya dibawa ke posyandu. Istilahnya diberi makanan tambahan, vitamin, Peneliti : Makanan tambahannya apa bu? Narasumber: Kalau di sini bisa bubur kacang ijo, bubur ayam, Peneliti : Kalau ke posyandu se-apa? Narasumber: Satu bulan sekali Peneliti : Kemudian di rumah dikasih apa Bu? Narasumber: Dikasih makanan yang sehat Peneliti : Ibu di sini pernah mendengar penyakit hipertensi? 142
Narasumber: Tekanan darah tinggi. Kebanyakan orang yang sudah tua, Bu, sudah 40-an ke atas. Lantaran pikiran. Tapi ada jug yang baru umur 30an ada yng kena. Peneliti : Ibu tahu sebabnya apa? Narasumber: Pola makannya yang berlemak, banyakan makan daging biasanya. Daun jawaw. Banyakan pikiran. Daun singkong. Kurang tidur, kurang istrahat, makan pakis, makan durian, banyakan minum kopi, makan ikan asin, makan kambing. Peneliti : Bagaimana mencegahnya? Narasumber: Makan daun sirsak, nangka belanda. Daunnya direbus lalu diminum. Jeruk nipis diperas. Air kelapa diminum. Ketimun. Peneliti : Ada yang pernah minum jus belimbing. Jus mengkudu Narasumber: Itu biasanya dimakan aja bu. Daun sop, diperes atau ditumbuk dulu. Peneliti : Bagaimana kalau salah satu keluarga ibu terkena hipertensi? Narasumber: Gak ada. Biasanya emosinya harus dikontrol. Peneliti : Apa yang sudah ibu lakukan untuk mencegah hipertensi? Narasumber: Menjaga makanan, pola pikir harus dibawa santai, istirahat yang cukup. Peneliti : Untuk mencegahnya dengan olah raga setiap hari misalkan. Narasumber: Kalau ibu-ibu kan sudah tiap hari, cuci, masak kan sudah ada gerakannya. Berjalan ke sawah. Peneliti : Ibu kalau kecelakaan di sungai pernah dengar? Narasumber: Ada. Kalau di sini istilahnya mati lamas. Kejadiannya kan biasanya jatuh dari perahu lalu tenggelam. Peneliti : Kalau ibu melihat kecelakaan di sungai apa yang ibu lakukan? Narasumber: Menolong dengan kayu atau mencari bantuan Peneliti : Kalau ibu menyebrang pakai apa? Narasumber: Gak pake pelampung bu, hanya di feri di kecamatan yang menggunakan pelampung. Peneliti : Kalau kecelakaan kerja apa aja yang terjadi? Narasumber: Kena parang, kena pisau, jatuh dari pohon, kesambar petir di sawah saat hujan. Peneliti : Kira-kira pencegahannya gimana? Pakai sepatu boot atau sarung tangan ada? Narasumber: Mungkin. Ada juga yang pakai sarung tangan dan sepatu boot agar terhindar patuk ular. Peneliti : Ibu pernah liat kecelakaan di ladang? Narasumber: Pernah, jatuh dari pohon Peneliti : Ibu tolong? Narasumber: Kalau ada yang luka diikat dengan kain atau kerudung supaya darahnya berhenti dulu. Peneliti : Gak pakai ramuan tradisional gitu? Narasumber: Ada, daun pisang, pucuk-pucuknya. Ditempel dan diikat. Kemudian di rumah disiram lagi pakai kopi Peneliti : Sembuh itu? Narasumber: Kering langsung kalau pakai kopi. Peneliti : Gak ada yang infeksi? Narasumber: Gak ada Peneliti : Ibu kalau kecelakan di jalan pernah dengar gak atau lihat? Narasumber: Sering Peneliti : Apa yang terjadi? Narasumber: Pada luka-luka biasanya Peneliti : Kecelakaan apa yang terjadi? Narasumber: Motor sama motor, dengan mobil serempet, jatuh sendiri karan main hape, Peneliti : Terus pencegahannya bagaimana? Narasumber: Kalau naik motor konsentrasilah, lihat kiri-kanan. Peneliti : Ada gak yg langsung nyebrang? Narasumber: Ada biasanya bu Peneliti : Kalau ibu melihat kecelakaan di jalan apa yang ibu lakukan? 143
Narasumber: Biasanya berhenti dilihat dulu, kalau gak ada yang menolong, bisa kita menolongnya. Biasanya kalau lagi sendiri gak langsung ditolong, bu, malah nanti dituduh. Tunggu banyak yang nonton dulu. Peneliti : Kalau ibu, naik motor juga? Narasumber: Ya. Peneliti : Pakai pengaman bu? Narasumber: Biasanya helm Peneliti : Jaket? Narasumber: Nggak Peneliti : Sekarang tentang sumber air. Dari mana ibu mendapatkan sumber air? Narasumber: Sungai dan sumur Peneliti : Sumur apa? Narasumber: Sumur gali. Soalnya kalau sumur bor rasanya tuh asin. Peneliti : Berapa meter kalau gali? Narasumber: 90 sampai 410 m. sampai 3 -4 meter saja kedalamannya untuk sumur manual Peneliti : Itu untuk apa? Narasumber: Mandi, masak, semuanya dari situ Peneliti : Yang sungai juga? Narasumber: Kalau yg sungai itu ditampug dulu sampai airnya bersih baru bisa dipakai untuk masak. Peneliti : Nunggu sampai bersih itu diapakan? Narasumber: Pakai air tawas. Peneliti : Kemudian berapa lama air tawasnya? Narasumber: Sehari semalam. Peneliti : Itu untuk semua keperluan? Narasumber: Iya bu Peneliti : Kalau musim hujan bagaimana bu? Air sungai atau nampung air hujan? Narasumber: Kalau ada sumur, sumur langsung. Peneliti : Itu diendapkan dulu atau langsung pakai? Narasumber: Diendapkan dulu. Peneliti : Dikasih tawas juga? Narasumber: Kalau air hujan enggak, sudah bersih. Peneliti : Kalau musim panas? Narasumber: Kering gak ada air. Kalau air minum pakai isi ulang Peneliti : Isi ulang yang dari sumur dulu atau dari isi ulang dari satu perusahaan tertentu? Narasumber: Isi ulang dari perusahaan tertentu Peneliti : Ibu, mengenai sanitasi dasar. Bagaimana Ibu dan keluarga BAB? Narasumber: Kalau di sungai , di jamban. Kalau di rumah, wc Peneliti : Mengenai sampah bu, bagaimana Ibu mengelola sampah? Narasumber: Dibakar. Kalau sampah yang basah-basah, sayur, ditumpuk jadi satu untuk pupuk. Tapi di sini bu kita deket dengan TPA-nya. Peneliti : Buang di situ? Narasumber: Biasanya dibakar, sebagian buang di sungai. Peneliti : Ibu tahu air limbah rumah tangga?bagaimana mengelola limbahnya, airnya? Narasumber: Buat selokan supaya meresap lagi ke tanah. Peneliti : Ada yang langsung dibuang di bawah rumah? Narasumber: Ada Peneliti: Ibu mengenai informasi edukasi atau penyuluhan. Darimana ibu mengetahui informasi mengenai penyakit, bagaimana penyakit itu menular, dan cara pencegahannya? Narasumber: Itu bisa dari penyuluh kesehatan, bisa dari buku-buku. Dari bagian poskesmas turun kan ke posyandu, penyuluhan atas diare. Dari BKKBN tentang kontrasepsi. Peneliti : Dari PMI? 144
Narasumber: Ada setiap tahun. Peneliti : Yang diberikan penyuluhan apa? Narasumber: Tentang BAB, sanitasi, tapi susah kayanya disini karena dekat dengan sungai. Peneliti : Sepengetahuan ibu, PMI tugasnya ngapain aja sih? Narasumber: Donor darah, penanggulangan bencana Peneliti : Ibu, mengenai periode penyluhan yang Ibu sebut tadi itu berapa banyak? Narasumber: Setahun sekali. Puskesmas bisa 4 bulan sekali, dari BKKBN biasanya 1 tahun sekali, kadang bisa dua kali dalam setahun. Peneliti : Kalau dari tokoh agama? Narasumber: Itu setiap ada kegiatan seperti maulidan, yasinan, majelis tiap minggu, Peneliti : Ada tentang kesehatan? Narasumber: Ada Peneliti : Mengundang pakarnya gitu? Narasumber: Ya Peneliti: Ibu yang paling banyak disampaikan itu mengenai masalah apa bu? Kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan, atau mengenai air, sanitasi, sampah gitu, Narasumber: Keseluruhan. Peneliti : Bagus dong. Orang sini lebih sehat dong? Narasumber: Sebagian. Pola pikirnya beda-beda. Apalagi yang pola pikirnya dasarkan susah biasanya kalau dikasih tahu. Peneliti: Biasanya bagaimana kalau yang pola pikirnya sangat dasar sekali kalau diberitahu bagaimana? Narasumber: Biasanya menolak. Membahas, bangga-bangga diri dia tetap sehat. Yang makan-makan sehat juga tetap aja kena penyakit. Peneliti : Menurut Ibu ada lagi informasi yang mau disampaikan? Narasumber: Itu mengenai golongan darah kalau bisa diadakan karena kebanyakan masyarakat sini kan gak tahu. Narasumber: Kalau PMI dating menyuluh masuk sekolah jadi minimal sampe tahu golongan darahnya apa. Peneliti : Ada yang pernah donor? Narasumber: Pernah Peneliti : Kemudian berapa sering ibu donor? Narasumber: Biasanya 6 bulan sekali. Biasanya ke kampus. Kalau mau petugasnya dating, biasanya harus ada minimal 20 orang yang donor. Kalau misalkan kurang silakan datang ke sana karena alat yg dibawa itu agak ribet gitu. standarnya donor darah itu berapa? Uptd: kalau perempuan bisa 11, kalau laki-laki bisa 12 HB. Berat badan minimal 45. Kemudian saat donor itu tidak sedang haidh, menyusui, sakit atau hamil. Narasumber: Kalau darah berhenti sudah separoh donor kenapa bu? Apa karena takut bu? Peneliti : Bisa.
Kesimpulan Penyakit Diare: pernah dengar.Sebab penyakit binatang, makan asam, makan lemak-lemak, pedas, masak kurang bersih, air sungai, jajan sembarangan.Pencegahan diare minum obat, tradisional, kerak nasi diremas air di minum,menjaga pola makan sehat. Penderita diare biasanya anak-anak. Praktek menjaga makanan bersih. Bila diare, pertama beri obat oralit, diapet, pucuk jambu direbus, diminum. Dehidrase kurang cairan, obat oralit. TB:batuk berdarah,banyak penderita, berobat 6 bulan ke Puskesmas.Sebab menular, sama darah, karena merokok, keturunan, pencegahan hidup sehat,sikap tidak emnggunakan gelas yang sama,tidak tahu lainya. Pernah ada meninggal. 145
ARI: susah napas, sebab kabut, kemarau,udara dingin, mirip asma.Pencegahan jangan kena debu,hujan, minum es, bumbu mie, minum soda.Bila kena ispa obat tradisional, air jahe, dan gula merah, buah jeruk, bawa ke dokter. Biasa melakukan pakai masker. Malaria: pernah dengar, sebab nyamuk aedes aegypti.penderita pendulang gemas, gejala panas, dingin.Pencegahan beri obat, daun jambu biji, direbus, diminum 3x sehari.parah meninggal 5-6 orang per tahun.Biadsa berobat di rumah dengan mantra, kaplau parah ke RS.Pencegahan cuci air bersih dengan air hangat,lingkungan bersih, tidur pakai kelambu. Gizi buruk:taa ada disini.Sebab pola makan, makan 4-5 sempurna dipenuhi.Praktek makan susu, vitamin, sayur, daging dan telor. Kalau ada sakit dibawa ke posyandu. Diberi makanana tambahan vitamin, bubur ayam, bubur kacang ijo.Posyandu sebulan dekali. Hipertensi, darah tinggi,kebanyakan orang sudah tua, 40 tahun keatas,tapi ada yang 30 tahun.sebab pola makan, berlemak, banyak makan daging, banyak pikiran, daun singkong, daun jamwas, kurang tidur,kurang istirahat, makan pakis, makan durian, kopi panas,makan kambing, ikan asin.Mencegah makan daun srsak, nangka belanda, jeruk nipis,air kelapa, ketimun, jus belimbing, jus mengkudu. Pencegahan pola makan dikontrol santai pikir, istirahat cukup, jalan ke sawah. Kecelakaan Sungai, mati lemas, jatuh dari perahu, tenggeam.perolongan dengan kayu, papan, tidak pakai pelampung. Tempat kerja kena parang, pisau, jatuh dari pohon, kesambar petir, kena hujan.Pencegahan pakai sepatu boot, tidak kena gigit ular, jatuh dari pohon, luka dibalut disiram pakai kopi, kering dan sembuh. Jalanan, motor tabrakan, sendirian tidak ditolong karena takut dituduh setelah banyak orang baru ditolong. Pakai helm pencegahan Air dan sanitasi dasar sungai, sumur gali, sumur bor (90-400m) air asin, sumur gali 3-4 m, dan dipakai mandi, Air sungai ditampung, diberi tawas, baru dipakai minum dan masak, ada is iulang. BAB di sungai, dijamban WC. Sampah dibakar, kemudian di buang ke TPA. Air limbah buat selokan, limbah di buang lansung ke tanah Penyuluhan puskesmas, BKKKBN KB 1x2 /tahun;, PMI donor danah 6 bl sekali,
8 Desa Teluk Pelinget, Kecamatan Pulau Petak Focus Group Discussion, IBU 8 Februari 2014
Peserta: 8 bapak bapak Tempat : Balai desa Pelinget Peneliti: Kalau disini penyuluhan kesehatan paling sering dilakukan siapa? Narasumber: dari dinas kesehatan Narasumber: dari puskesmas Peneliti: itu kegiatan berbeda atau sama? Narasumber: sama ya pak? Narasumber: sama Peneliti: apa aja biasanya materinya pak? Narasumber: masalah kesehatan bayi, demam berdarah, muntaber, batuk berdarah. Peneliti: itu diskusinya tentang apa pak, pencegahan kah? Narasumber: pencegahan, penyebabnya, dan cara mengatasi Peneliti: frekuensinya sering atau gak, Pak? 146
Narasumber: kemarin ada yang melakukan rumah ke rumah Narasumber: kalau yang itu jarang, bisa 3 bulan sekali. Tapi kalau posyandu sering, sebulan sekali. Peneliti: yang rumah ke rumah siapa yng melakukannya? Narasumber: petugas kesehatan lupa dari apa.. Narasumber: biasanya muncul saat perubahan musim cuaca Peneliti: mungkin sekarang-sekarang ini ya pak? Narasumber: ya benar, sekarang ini. Narasumber: biasanya batuk, panas. Peneliti: itu yang batuk dan panas pengobatannya bagaimana? Narasumber: biasanya ke puskesmas Peneliti: kalau obat rumah. Narasumber: jarang, jarang manju. Cuma sementara. Peneliti: kalau penyuluhan itu apa yang kira-kira masih kurang? Narasumber: kurang sering ya. Peneliti: perlu tiap rt atau apa? Narasumber: inginnya ke setiap rt. Peneliti: di sini berapa rt? Narasumber: 7, 800an KK Peneliti: di sini, rata-rata anaknya berapa? Narasumber: rata-rata dua. Narasumber: ada juga 3 dan 4. 11 juga ada. Peneliti: yang 11 itu generasi sekarang atau dulu? Narasumber: generasi dulu. Sekarang mah 2 atau 3 dan 4. Peneliti: di sini pernah ada kasus diare? Narasumber: diare sering Peneliti: penyebabnya apa? Narasumber: air yang kurang bersih, Narasumber: biasanya 7 tahun ke bawah Narasumber: pengaruh jajanan Peneliti: pernah ada yang sampai meninggal, Pak? Narasumber: ada, jarang. Peneliti: itu yang meninggal anak kecil? Narasumber: anak kecil ada juga, 6 bulan yang lalu ada anak sini Peneliti: kalau penanganan di rumah biasany apa? Narasumber: kalau di rumah biasanya diberi obat, obat dari puskesm as, kalau masih sakit baru bawa ke dokter. Peneliti: kalau membuat cairan rumah sendiri? Narasumber: Cairan buatan rumah biasanya paling oralit bikin sendiri. Peneliti: kalau TB atau TBC pernah ada kasus? Narasumber: ada juga sih. Narasumber: pengobatan TBC di puskesmas gratis pak Peneliti: sebabnya apa kira-kira kalau tbc? Narasumber: paling sudah tua, usia lanjut. Peneliti: warga pernah ada yang tbc? Narasumber: ada pak Peneliti: orang yang dibwa ke puskemas karena diduga tbc, biasanya gjalany apa? Narasumber: batuk berdarah Peneliti: kalau yang berpenyakit tbc, rumahnya masih brsama atau dipisah? Narasumber: masih tinggal bersama sih. Peneliti: kalau ISPA, pernah dengar pak? Infeksi saluran pernapasan Akut. Narasumber: sesak 147
Narasumber: batuk. Narasumber: asma Narasumber: rata-rata sembuh, tapi kadang-kadang kambuh Peneliti: disini ada yang terkena penyakit ispa karena penggilingan padi Narasumber: di sini ada juga. Narasumber: karena padi itu pak bisa masuk ke dalam. Ada juga orang yang menyemprot umpay buat sawah yang muntah darah karena tidak menggunakan masker, kemudian langsung dibawa ke rumah sakit, Alhamdulillah selamat. Narasumber: Makanya harus pakai masker, kacamata. Ada juga peralatan pelindung namun mahal harganya. Peneliti: di sini penggilingan padi ada berapa? Narasumber: rt6 4, rtlain ada yang 2 atau 3 Peneliti: kalau di sini yang menyemprot lading atau sawah banyak? Narasumber: hampir semua orang Narasumber: jarang yang memakai masker, paling juga minum susu habis nyemprot Peneliti: kalau untuk demam berdarah banyak disini? Narasumber: hampir tidak ada. Peneliti: kalau yang malaria banyak pak? Narasumber: kalau malaria banyak pak. Biasanya itu malaria tropika Narasumber: kan orang sini banyak yang pergi mendulang ke Bengkulu, sehabis pulang kena. Kalau bahasa sininya wisa. Peneliti: sebabnya apa itu? Narasumber: mereka kan kerja di daerah hulu tambang mendulang.salain kena nyamuk juga kena benih-benih yang terbawa hujan yayang ng masuk ke sungai. Kalau di hutan ada sejenis kayu, kayu wisa, kayu maratus. Getahnya itu dipakai mata panah untuk perang Peneliti: kalau pengobatannya bagimn? Narasumber: yang belum parah bisa di puskesmas, yang sudah parah taruh di rumah sakit. Kalau terlalu parah ada yang meninggal. Banyak pak yang meninggal Peneliti: pengobatan kampung bagaimana pak? Narasumber: kalau pengobatan kampung biasanya dengan ditimung sehingga mengeluarkan keringat dan kotoran di dalam jadi keluar semua. Peneliti: di sini ada yang menambang emas? Narasumber: banyak. Peneliti: pernah kena malaria? Narasumber: ada, pasti ada yang kena. Peneliti: waktu itu obatnya apa? Narasumber: biasa obat yang dari puskesmas. Bisa enam bulan sembuhnya. Ada yang ditimung. Peneliti: bapak pernah ditimung? Narasumber: pernah. Peneliti: obatnya buat sendiri atau dibuatin? Narasumber: bikin sendiri dari akar Peneliti: dari akar apa itu? Narasumber: dari akar rumbia, cacing tanah digiling. Peneliti: enak mana, dari cacing atau puskesmas? Narasumber: Enak cacing, pak. Lebih cepat. Peneliti: kalau dengan timung enak mana dengan puskesmas? Narasumber: Alhamdulillah enak ditimung. Narasumber: ada juga yang ditambah obat puskesmas juga Peneliti: itu kan cerita penambang emas yang kena malaria, itu kan pemudanya tahu, lalu pemuda yang mau berangkat juga pencegahannya apa? Narasumber: gak tahu 148
Narasumber: kalau datang ke tempat itu, orang Madura akan minum tanah situ biar gak kena. mistik Narasumber: kalau pagi tidur pasti kena. Narasumber: makan nasi goreng. Peneliti: kalau dalam standar kesehatan, kalau tidur harus pakai kelambu. Narasumber: di sana nyamuk jarang, hanya waktu-waktu tertentu saja. Abis maghrib datang lalu hilang. Peneliti: jauh dari sini pak? Narasumber: jauh, pakai klotok atau mobil. Pakai mobil 8 jam. Narasumber: semua pasir tambang emas. Kalau daerah Kalimantan sudah pasti kena wisa. Narasumber: waktu pagi jangan tidur dan kalau hujan jangan kena hujan. Peneliti: kalau di sini ada yang hipertensi, darah tinggi? Narasumber: pernah, ada. Peneliti: sebabnya kenapa itu pak? Narasumber: pikiran, terlalu banyak berpikir itu pak, kerena duit gak ada mungkin. Narasumber: banyak tekanan, jadi stroke. Peneliti: pengobatannya apa pak? Narasumber: mantra, di rawat jalan aja. Tiap pagi, tiap hari olahraga Peneliti: disuntik atau dikasih obat? Narasumber: ada pak. Narasumber: biasanya mantra disekitar sini kalau ditelpon aja mau datang ke rumah. Peneliti: ada pengecekan tekanan darah? Narasumber: di sini jarang Narasumber: dari warga yang mau aja bisa ke posyandu atau puskesmas Peneliti: Jadi kemarin ada tiga relawan pmi, nah relawan itu dibekali alat pengukur tekanan darah. Narasumber: nama alatnya apa? Peneliti: hygrometer apa ya?! Narasumber: kalau ada relawan itu harus diumumkan dulu sehingga kami ada di rumah. Narasumber: ada juga yang keliling mirip petugas kesehatan tapi minta uang ke warga setiap pemeriksaan. Peneliti: kalau anak kecil banyak di desa? Narasumber: banyak Peneliti: pernah ada berat badannya di bawah normal? Narasumber: kalau berat badan di bawah normal kurang tahu soalnya itu urusan ibu-ibu rumah tangga Peneliti: gizi buruk pak? Narasumber: Gizi buruk rasanya tidak ada pak. Peneliti: kalau di sini lalu lintas kan ada dua, jalan raya dan sungai, kalau disini rata-rata pakai motor? Narasumber: ya pakai motor. Peneliti: kalo pakai motor, pakai helm? Narasumber: kalau pakai helm , kalau ada polisi. Peneliti: pernah ada kecelakaan di sekitar sini? Narasumber: sering, pak. Peneliti: itu biasanya kenapa? Narasumber: itu manusianya, ngebut, dan kadang gak ada remnya. Peneliti: ada yang sedang mab bawa motor? Narasumber: ya, ada. Peneliti: pernah ada penyuluhan keselamatan berkendara? Narasumber: belum pernah. Ada sekali pernah diundang kepala desa. Kemarin itu tentang helm standar. Narasumber: sekarang sih pak kalau bikin sim langsung dikeluarkan saja. Tesnya enggak Peneliti: pernah lihat kecelakaan langsung, Pak? 149
Narasumber: awalnya bingung, pak. Lalu dibawa ke rumah saja Narasumber: kalau yang parah dibawa ke rumah sakit. Kemarin itu baru saja ada kecelakaan di jalan gerbang masuk. Peneliti: kira-kira kenapa di sana lebih sering kecelakaan? Narasumber: orang yang dari luar laju cepat-cepat, pak, dan perlu rambu-rambu juga. Peneliti: pernah mendapatkan pelatihan pertolongan pertama untuk kecelakaan? Narasumber: gak ada Peneliti: tapi kalau di sungai pernah lihat atau dengar terjadi juga? Narasumber: jarang. Peneliti: kalau bapak naik klotok atau feri itu pakai pelampung gak? Narasumber: gak, soalnya rata-rata orang sini bisa renang Peneliti: kemarin itu di terusan raya dibilang salah satu tempat yang sering kecelakaan itu kalau dibelokan jadikan gak kelihatan Narasumber: kalau itu di sungai yang kurang besar pak. kalau di sini kan sungai besar. Peneliti: kalau di sini air diambil dari apa pak? Narasumber: sungai, sumur. Peneliti: air sungai itu diambil sendiri atau pakai hitachi Narasumber: pakai hitachi Peneliti: itu hampir semuanya? Narasumber: hampir semuanya Narasumber: yang pakai sumur oke, yang ke sungai oke. Peneliti: kalau air pam? Narasumber: gak ada, belum masuk di sini Peneliti: sumur itu bikin sendiri atau ada yang buatkan? Narasumber: bikin sendiri Peneliti: biasanya berapa meter? Narasumber: sampai 3-4 meter Narasumber: ada yang 2 meter. Peneliti: airnya lebih enak dari sungai? Narasumber: ya lebih enak dari air sungai pak Narasumber: ada juga sumur bor tapi airnya terasa asin Narasumber: kalau musim kemarau, air sungai agak terasa asin. Peneliti: kalau untuk minum yang mana? Narasumber: rata-rata sumur biasa Narasumber: sebagian juga isi ulang air gallon Peneliti: berapa itu? Narasumber: 5000 6000 Peneliti: kalau musin hujan musim panas ada perbedaan rasa? Narasumber: kalau di daerah laut itu rasanya hambar, payau, kaya oralitlah. Narasumber: kalau kemaraunya sampai 6 bulan air sungai terasa asin. Tapi kalau kemarau hanya 2 -3 bulan biasa saja. Peneliti: lalu dapat air minumnya dari mana? Narasumber: saat air surut. Narasumber: waktu airnya dalam, laut sampai Peneliti: kalau yang di darat? Narasumber: sumur Peneliti: kalau di sini biasanya sampah dikelolanya bagaimana? Narasumber: dibkin lobang, lalu dibakar. Ada juga dikubur Peneliti: ada yang buang di sungai? Narasumber: ada, yang dekat dengan sungai Narasumber: malam biasanya 150
Peneliti: kalau musim hujan diapakan? Narasumber: dibakar atau dikubur saja. Narasumber: masalah sampah di sini kurang. Karena sampahnya paling banyak hanya dedaunan saja. Peneliti: kalau di sini, kalau mau buang air besar di mana? Narasumber: di sungai, kebanyakan disungai Narasumber: tapi yang di pinggir jalan sini sudah pakai wc Peneliti: pakai septictank juga? Narasumber: pakai Peneliti: mungkin ada yang mau disampaikan dari bapak tentang masalah kesehatan? Narasumber: kalau bisa buat septictank satu-satu buat yang masih ke sungai Narasumber: di sini biasanya penyakitnya reumatik. Hampir semua di sini petani Narasumber: jadi pagi-pagi sudah bertanam kena air dingin. Peneliti: kalau di sawah atau di ladang pernah ada yang lihat atau mengalami kecelakaan? Narasumber: ada, jarang. Narasumber: kena parang. Peneliti: itu apa obatnya? Narasumber: pucuk pisang, obat merah. Peneliti: kalau sudah sampai rumah Narasumber: dibawa juga ke puskesmas Peneliti: kalau bawa alat-alatnya dibungkus atau gimana pak? Narasumber: dibungkus pakai kain Narasumber: kalau jauh dibungkus, kalau dekat enggak pak Peneliti: ada yang mau disampaikan pak tentang kesehatan? Narasumber: sering-sering beri penyuluhan tentang penyakit demam berdarah, malaria, muntaber, sakit perut. Narasumber: kalau bisa per rt datangnya.
Kesimpulan Desa: KK 7-800 kk, rata-rata anak 2, ada 3-4 dan 11 KIE Penyuluhan paling sering dinkes, puskesmas kesehatan bayi, dbd, muntah berak, batuk darah, pencegahan, penyebab, cara mengatasi dari rumah kerumah, frekuensi 3 bulan sekali. Posyandu 3 buah sebulan sekali, rutin Penyakit Diare: sering anak 7 tahun kebawah, anak kecil 6 bulan meninggal, penyebab air kurang bersih, pengobatan obat dari puskesmas, kalau tidak sembuh ke dokter. Bisa buat oralit. TB: ada kasus, pengobatan puskesmas gratis, sebab sudah tua,usia lanjut. ARI: sesak napas, batuk, asma, sembuh dan kambuh. Sebab penggilingan padi, berdebu dari, semprot pestisida, muntah darah karena tidak pakai masker dan kacamata. Alat pelindung ada tapi mahal. Hampir semua orang nyemprot, tidak pakai masker hanya minum susu sesudah semprot Malaria: tropika banyak, yang kena mereka pendulang emas di Bengkulu, disebut wisa. Di hutan ada kayu wisa, kayu maratus, getah masuk ke sungai, penduduk menudulang tambang kena getah. Pengobatan kampung ditimung. Akar rumbia, cacing tanah digiling, timung lebih enak dari puskesmas. Orang madura kalau datang di tanah itu minum air tanah mencegah kena wisa. Hipertensi: ada pernah kena, sebab pikiran, duit tak ada, terkena stroke. Pengobatan mantra, Gizi anak kurang berat badan dibawah normal.sebab itu urusan ibu. Kecelakaan Transportasi darat motor pakai helm kalau ada polisi. Kecelakaan karena ngebut dan tidak pakai helm. Sungai pakai kelotok, tidak pakai pelambung karena semua orang rata-rata bisa berenang. 151
Tempat kerja, jarang, ada di sawah Air dan sanitasi Sumber air minum: sungai dan sumur bor, galon isi ulang . Air diambil pakai hitatchi. PAM belum masuk sini. Sumur buat sendiri 3-4 m. Air lebih enak dari air sungai. Sampah di buat lobang, dibakar, dan ada yang dilebur
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu