Você está na página 1de 13

PENGUJIAN INFEKSI JAMUR COLLECTROTICHUM SP BIJI CABAI

(Laporan Pratikum Pengendalian Penyakit Tumbuhan)















Oleh :
Amichitia Wahyu Saputri
1214121018









JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUG
2014
I. PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang

Cabai adalah salah satu budidaya tanaman yang berekonomis tinggi karena
banyak yang menggunakan cabai untuk bumbu pada bahan masakan dikalangan
sentra rumah tangga maupun industri yang menyajikan menu bebahan cabai.
Tanaman cabai sering kali terkena serangan penyakit dan hama . salah satu
penyakit yang termasuk penting pada tanaman cabai yaitu penyakit antraknosa
yang disebabkan oleh jamur Collectrotichum capsici . penyakit ini sangat penting
karena bisa menyebabkan produktifitas tanaman cabai menurun begitu pun
kualitas serta kuantitas yang mungkin tidak dapat dijual dipasaran.

Tanaman cabai merupakan tanaman yang paling rawan terhadap penyakit
tanaman, sanitasi lahan pada pertanaman cabai sangat diperlukan untuk
menghindari lahan menjadi inang penyakit. Apalagi pada kondisi yang lembab
dan hujan berkepanjangan menyebabkan tanaman cabai banyak terkena serangan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan cendawan. Dalam menyerang
tanaman,penyakit ada yang menyerang bagian akar, batang, daun, bunga dan
buah. Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara
tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada
tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan
sebagainya.
Untuk itu pada praktikum kali ini dilakukan pengujian infeksi pada tanaman
cabai yang terkena jamur collectrotichum capsici pada biji , apakan biji dapat
menyebarkan penyakit ini atau tid
1.2 Tujun pratikum
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
Collectrotichum capsici dapat terbawa biji cabai yang terserang antraknosa.
II. METODELOGI PERCOBAAN


2.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah cawan petri, mikroskop stereo
maupun majemuk, jarum ose, plastik wrape, LAF, jarum, alkohol, bunsen, kaca
preparat dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah buah cabai yang
sakit, media PDA, dan air.


2.2 Prosedur kerja

Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan . Kemudian tangan di sterilkan dengan alcohol 70% agar
tidak terkonkaminasi pada saat isolasi jamur ke media PDA. Setelah itu buah cabe
yang terserang penyakit antraknosa dan buah cabe yang sehat , biji nya diambil
untuk dilakukan pengamatan sebagai contoh. Sebelum di isolasi , biji cabai yang
sakit maupun sehat dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Lalu biji cabe
sehat maupun sakit di masukkan kedalam cawan petri yang telah tersedia media
PDA dengan menggunakan pinset yang dilakukan di samping bunsen agar tetap
steril dan ini dilakukan di LAF (Laminar Air Flow). Kemudian ditutup dengan
plastik warp dan diberi label . setelah itu diamati selama beberapa hari. Kemudian
Perkembangan dari biji cabe yang diuji selalu diamati dan dicatat.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil pengamatan

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
A. Tabel pengamatan kelompok 3

No. Gambar sehat Gambar sakit Keterangan


1









2

Selasa, 8 april 2014
Depan













Belakang









Selasa, 8 april 2014
Depan














Belakang
Pada biji buah cabai
sehat yang diletakkan
pada cawan berisi
media PDA tumbuh
miselium berwarna
putih dan sedikit
kontaminan berwarna
hitam. Pada biji buah
cabai yang sakit tidak
tumbuh miselium
melainkan bakteri. Hal
ini terjadi karena pada
saat meletakkan biji
dalam keadaan yang
tidak steril. Sehinggan
bakteri masuk
kedalam cawan.
B. Table pengamatan kelas

No Kelompok Gambar sehat Gambar sakit Keterangan
1







2






3






4







5




1







2






3






4







5



Depan Belakang















Depan Belakang

























Setiam cawan
tumbuh
miselium
berwarna putih.




Setiap cawan
tumbuh
miselium
berwarna putih.



Hanya pada
cawan berisi biji
sehat yang
tumbuh
miselium.

Kedua cawan
tumbuh
miselium.




Pada cawan biji
sakit terjadi
kontaminan
dengan jamur
lain. Jamur
tersebut
berwarna hijau
tua dan
memenuhi
dalam cawan.
6




7




6




7





Kedua cawan
tumbuh
miselium
berwarna putih.

Cawan berisi
cabe sakit
mengalami
kontaminasi.


3.2 Pembahasan

Penyakit antraknosa adalah salah satu jenis penyakit pada tanaman yang salah
satunya adalah penyakit pada buah cabai . penyakit ini menjadi penting karena
bisa menyebabkan hasil panen menurun terutama musim hujan yang dapat
menimbulkan kerugian besar dan juga dapat menyebakan kegagalan panen.
Penyakit ini tidak hanya menyerang tanaman cabai ,tetapi juga dapat menyerang
tanaman lain dan sangat sulit dikendalikan, apalagi jika kelembaban areal sekitar
pertanaman tinggi. Tidak hanya buah nya saja tetapi juga penyakit ini bisa
meneyang bagian lain seperti bantang dan daun.

Pada biji tanaman cabai yang sehat setelah dilakukan pengamatan setiap hari , di
sekitar biji tanaman tumbuh jamur yang berwarna putih dan juga terdapat jamur
yang berwarna hijau , yang sepertinya terkontaminasi pada saat melakukan
pemindahan biji cabai kedalam media PDA. Sedangkan pada biji tanaman caai
yang sakit tumbuh jamur yang berwarna putih hitam keabuan dan juga jamur yang
berwarna oranye kekuningan yang dimana setelah diamati di bawah mikroskop
ditemukan jamur yang dapat menyebabkan penyakit antraknosa pada cabai ini
yaitu jamur Collectrotichum gleosporides yang berbentuk seperti kapsul dan
dipinggir nya berwarna hitam, dan juga ditemukan jamur yang sering ditemukan
dalam penyebaran penyakit ini yaitu jamur Collectritichum capsici yang bebentuk
koloni berwarna oranye pink.


Colletotrichum capsici

Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Sodariomycetes
Ordo : Phyllachorales
Famili : Phyllachoraceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum capsici

Colletotrichum gloeosporioides Pens

Divisio : Mycota
Sub divisi : Eumycotyna
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.

Morfologi dari jamur Colletotrichum gloeosporiedes berbentuk konidia tunggal
pada ujung-ujung konidiofor, konidiofornya pendek, tidak berwarna, tidak
bercabang, dan juga tidak bersekat. Sering ditemukan pada aservuli dari jamur
Collectotrichum tetapi tidak tetap, tergantung kondisi tempat tumbuhnya. Masa
spora berwarna merah jambu atau warna salmon. Aservuli dapat menyerang kulit
dan jaringan tanaman. Sedangkan pada jamur Colletotrichum capsici
mempunyai banyak servulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada
permukaan, garis tengahnya sampai 100 m, hitam dengan banyak seta.
Seta coklat tua bersekat, kaku, dan meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 m,
ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur membentuk
banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium
biakan.Colletotrichum capsici ini hidupnya sebagai parasit obligat merupakan
sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat
yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan.

Perbedaan Gejala Serangan cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan
menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang
kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah
mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian tengah bercak yang mengering
terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan. Sedangkan cendawan C.
gloeosporioides Pens menyerang tanaman cabe pada saat buah masih berwarna
hijau dan menyebabkan mati ujung (die back). Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat
serangan cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil
berwarna kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna
kuning, membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, cendawan memiliki
lingkaran memusat berwarna merah jambu.

Dari hasil biakan biji cabe sehat maupun sakit dimedia PDA. Tumbuh berbagai
macam miselium dengan berbagai warna serta kontaminan. Warna miselium yang
tumbuh adalah warna putih, sedangkan warna kontaminan yang ada adlah hitam
serta kuning orange. Pada biakan milik kelompok 3 dalam cawan biji cabai sakit
terjadi kontaminan dengan bakteri, se hingga didalam cawan tersebut muncul
warnan kuining orange dan lendir.

Pengendalian Penyakit Antraknosa:
Penyakit antraknosa atau patek dapat dikendalikan dengan beberapa cara sebagai
berikut :
1. Melakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55
o
C) selama 30 menit
atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan
pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
2. Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum
pindah tanam.
3. Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat
melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan
tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang
sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu
banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
4. Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili
solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena
berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang
cabai pada pertanaman.
5. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada
periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi..
Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan
penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau
kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
6. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam
perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan
daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
7. Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang
70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi
kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman
semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
8. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za,
ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
9. Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban
berkurang dan tanaman semakin sehat.
10. Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih
dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah
terinfeksi.
11. Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.

Langkah-langkah tersebut dapat menekan dan juga menghindarkan tanaman cabai
dari penyakit antraknosa yang dapat memacu kehilangan hasil yang tidak
diinginkan. Seluruh kegiatan pengendalian yang dilakukan berdasarkan pada
Pengendalian penyakit secara terpadu yang memperhatikan lingkungan.
IV. KESIMPULAN


Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai atau pada buah cabai disebabkan
oleh cendawan Colletotrichum capsicii dan Colletotrichum gloeosporiedes
pens.
2. Gejala serangan dari cendawan Colletotrichum capsicii dengan
Colletotrichum gloeosporiedes pens berbeda.
3. Penyakit patek atau antraknosa merupakan salah satu jenis penyakit tanaman
yang sering merepotkan petani atau pembudidaya.
4. Bagian tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa pada
umumnya adalah buah atau daun.
5. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara rotasi tanam,
memberantas gulma, dan sanitasi lingkungan, dengan menanam varietas
tahan, menanam benih sehat, pengendalian serangga vector, mengatur waktu
tanam dan sanitasi tanaman.
6. Pengendalian penyakit yang baik yaitu menggabungkan keseluruhan
pengandalian menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi(Pengendalian
penyakit secara terpadu), sehingga tidak merusak lingkungan
DAFTAR PUSTAKA


Aqillah, A. R. 2014. Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabe.
Http://Planthospital.Blogspot.com/2014/03/Penyakit-Kuning-pada-
Tanaman-Cabe.Html.

Gunaeni N, W Setiawati, R Murtiningsih, T Rubiati. 2008. Penyakit virus kuning
dan vektornya serta cara pengendaliannya pada tanaman sayuran. Balai
Penelitian Sayuran. Lembang.

Sudiono, N asiin, SH Hidayat, P hidayat. 2005. Penyebaran dan Deteksi
Molekuler Virus Gemini Penyebab Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai
Di Sumatera.

Semangun, Hartono. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.






LAMPIRAN

Você também pode gostar