Você está na página 1de 5

Perawatan Post-Operatif Apendiktomi

1. Pengkajian
Pengkajian meliputi biodata, riwayat keperawatan, keluhan utama, pengkajian fisik
secara keseluruhan dan pada yang berhubungan dengan keluhan utama fokus pengkajian post
operasi (carpenito, 2000: 487).
a. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya mobilisasi, kurangnya nutrisi dampak
anastesi.
b. Pola nafas tak berhubungan dengan penumpukan lendir.
c. Nyeri berhubungan dengan insisi daerah pembedahan.
d. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hipermetabolik, hipertermi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan nyeri.
f. Kurangnya pengetahuan: perawatan pasca bedah berhubungan dengan kurang informasi.
g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak.
Selain itu, dalam pengkajian post operasi apendiktomi, hal yang perlu dikaji, yaitu:
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan
b. Eliminasi
Gejala : ketidakmampuan defekasi, flatus diare (kadang kadang)
c. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat, pucat, hipertensi (tanda shock), edema jaringan.
d. Makanan atau cairan
1) Gejala :mual, muntah, haus.
2) Tanda : muntah proyektil, membran mukosa kering, lidah bengkok, turgor kulit
buruk.

e. Nyeri atau kenyamanan
1) Gejala : nyeri abdomen tiba tiba berat, umum atau lokal menyebar ke bahu, terus
menerus oleh gerakan.
2) Tanda : distansi, kaku, nyeri tekan, lutut nyeri, perilaku distraksi, gelisah fokus pada
diri sendiri.


f. Pernapasan
Tanda: takipnea, pernapasan dangkal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan : Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama pada apendisitis, pembentukan abses.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tidak
terjadi infeksi
Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema, dan demam.
Intervensi Rasional
1) Mandiri
a) Awasi tanda vital. Perhatikan
demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatkan
nyeri abdomen.
b) Lakukan pencucian tangan yang
baik dan perawatan luka aseptik.
Berikan perawatan paripurna.
c) Lihat insisi dan balutan. Catat
karakteristik drainase luka/ drein
(bisa dimasukkan), adanya
eritema.

d) Berikan informasi yang tepat, jujur
pada pasien/orang terdekat.


2) Kolaborasi
1) Ambil contoh drainase bila
diindikasikan.

Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis,
abses, peritonitis.


Menurunkan resiko penyebaran bakteri.


Memberikan deteksi dini terjadi proses
infeksi, dan/atau pengawasan
penyembuhan peritonitis yang telah ada
sebelumnya.
Pengetahuan tentang kemajuan situasi
memberikan dukungn emosi, membantu
menurunkan ansietas.


Kultur pewarnaan Gram dan sensitifitas
berguna untuk mengidentifikasikan
organisme penyebab dan pilihan terapi.

2) Berikan antibiotik sesuai indikasi.



3) Bantu irigasi dan drainase bila
diindikasikan
Mungkin diberikan secara profilaktik atau
menurunkan jumlah organisme (pada
infeksi yang telah ada pertumbuhannya
pada rongga abdomen).
Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi
abses terlokalisir.

b. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan volume berhubungan dengan muntah preoperasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam, klien memiliki
keseimbangan cairan yang normal.
Kriteria hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda
vital dan secara individual haluaran.
Intervensi Rasional
1) Mandiri
a) Awasi tekanan darah nadi.


b) Lihat membran mukosa, kaji tugor
kulit dan pengisian kapiler.
c) Awasi masukan dan haluaran, catat
warna urine/ konsentrasi, berat
jenis.
d) Auskultasi bising usus, catat
kelancaran flatus, gerakan usus.
e) Berikan perawatan mulut sering
dengan perhatian khusus pada
perlindungan bibir.

2) Kolaborasi
a) Pertahankan penghisapan
gaster/usus.



b) Berikan cairan IV dan elektrolit

Tanda yang membantu
mengidentifikasikan fluktuasi volume
intravaskuler.
Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan
hidrasi seluler.
Penurunan haluaran urin pekat dengan
peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.
Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan
untuk pemasukan per oral.
Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut
kering dan pecah-pecah



Selang NG biasanya dimasukkan pada
praoperasi dan dipertahankan pada fase
segera pascaoperasi untuk dekompresi
usus, meningkatkan istirahat usus,
mencegah mentah.
Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/
infeksi dengan menghasilkan sejumlah
besar cairan yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah, mengakibatkan
hipovolemia. Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit
c. Diagnosa Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, klien
menyatakan hilangnya nyeri yang dirasakan.
Kriteria hasil : Nyeri menghilang atau terkontrol.

Intervensi Rasional
1) Mandiri
a) Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, berat (skala 0-10).
Sakit dan laporkan perubahan nyeri
dengan tepat.

b) Pertahankan istirahat dengan posisi
semi-fowler.


c) Dorong ambulasi dini.



d) Berikan aktivitas hiburan.



2) Kolaborasi
a) Pertahankan puasa/penghisapan NG
pada awal.

b) Berikan analgesik sesuai indikasi.


c) Berikan kantong es pada abdomen.


Berguna dalam pengawasan keefektifan
obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan
pada kerakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses/peritonitis, memerlukan
upaya evaluasi medik dan intervensi.
Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi
dalam abdomen bawah atau pelvis,
menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi terlentang.
Meningkatkan normalitas fungsi organ,
contoh merangsang peristaltik dan
kelancaran flatus, menurunkan ketidak
nyamanan abdomen.
Fokus perhatian kembali, meningkatkan
relaksasi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.


Menurunkan ketidaknyamanan pada
peristaltik usus dini dan iritasi gaster/
muntah.
Menghilangkan nyeri mempermudah kerja
sama intervensi terapi lain contoh
ambulasi, batuk.
Menghilangkan dan mengurangi nyeri
melalui penghilangan rasa ujung saraf.

d. Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan
kurang mengenal sumber informasi.
Tujuan : Setelah 1 x 24 jam, klien akan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai apendiktomi.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan
berpartisipasi dalam program.
Intervensi Rasional
1) Mandiri
a) Kaji ulang pembatasan aktivitas
pascaoperasi.

b) Anjuran menggunakan laksatif/
pelembek feses ringan bila perlu dan
hindari enema.
c) Diskusikan perawatan insisi,
termasuk mengamati balutan,
pembatasan mandi, dan kembali ke
dokter untuk mengangkat
jahitan/pengikat.
d) Identifikasi gejala yang memerlukan
evaluasi medik, contoh peningkatan
nyeri edema/eritema luka, adanya
drainase, demam.



Memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa
tanpa menimbulkan masalah.
Membantu kembali ke fungsi usus semula
mencegah ngejan saat defekasi

Pemahaman meningkatkan kerja sama
dengan terapi, meningkatkan
penyembuhan


Upaya intervensi menurunkan resiko
komplikasi lambatnya penyembuhan
peritonitis.



3. Evaluasi:
a. Tidak terjadi infeksi.
b. Gangguan rasa nyaman teratasi
c. Rasa nyeri hilang atau berkurang.
d. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.
e. Tidak terjadi penurunan berat badan.
f. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Você também pode gostar