Você está na página 1de 11

Annelida (Cacing tanah)

Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok
cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan
Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripo-blastik yang sudah memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana (Bawa, 1993).
Ciri tubuh
Ukuran dan bentuk tubuh Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3
m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk
tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin. Annelida memiliki
segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya
terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf
di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa
(Bawa, 1993).
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan
sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan
otot memanjang (longitudinal).Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari
mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki
pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya
mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang
melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh (Budiarti, 1992).
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan
faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,
nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal nefridium ) merupaka organ ekskresi
yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor
merupa-kanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ
ekskresi tiap segmen tubuhnya. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada
sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat
annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian
hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup diberbagai tempat dengan
membuat liang sendiri (Khoeruddin, 2000).
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun
ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ
seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang
terpisah pada individu lain (gonokoris) (Budiarti, 1992).
Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak),
Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku)
merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi
daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia
(tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia
adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga
dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium
memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh
Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang
berwarna cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens,
Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing
wawo) (Khoeruddin, 2000).
2. Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku)
yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki
parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh
Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah
antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah
Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia
(Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di
dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat
menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing
ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan
berprotein tinggi bagi hewan ternak (Khoeruddin, 2000).
3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak
memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea
bervariasi dari 1 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior
yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang
digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah
hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah
vertebrata dan ptermasuk manusia (Budiarti, 1992).
Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan
Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti
siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik
(penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya
gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan
darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah
sebanyak mungkin (Bawa, 1993).
Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-
150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk
gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang
termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung (Khoeruddin, 2000).
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat
menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.Penelitian
yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah
memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Telah ditemukan bahwa
cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein (Khoeruddin,
2000).

A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp. (Budiarti, 1992).
B. Habitat Cacing Tanah
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu
dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit
asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup
tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC
(Putra, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah:
1. Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena
sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan
bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang
kurang dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan
dan akhirnya mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa
karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas
bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan
tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan
atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat
dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH
antara 6,0 sampai 7,2 (Putra, 1999).

2. Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah
penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum
berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk
menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan
tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi
akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun
kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan
memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok (Putra,
1999).
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi
normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk
menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah,
berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi
atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang
pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah
mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit.
Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah
adalah antara 15% sampai 30% (Putra, 1999).

3. Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-
proses fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan
metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang
hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah
setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik antara
15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan
yang cukup dan kelembaban yang optimal (Putra, 1999).

C. Ciri Morfologi
Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya
terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna
merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing
merah, cacing koot dan cacing kalung (Kimball, 1998).
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu
segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah,
sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling
berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam
pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.Ototnya terdiri dari
otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Kimball, 1998).
D. Struktur anatomi dan fisiologis
Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh
enzim - enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan
cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing
tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana
yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui
anus (Kimball, 1998).
Sistem peredaran darah
Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah
punggung, pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta
berfungsi sebagai jantung. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup.
Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang
melingkari esopagus berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Sistem saraf
annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada
anterior (Wiryono, 2006).
Sistem ekskresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor. Nefridia ( tunggal nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari
saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori
permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap
segmen tubuhnya (Wiryono, 2006).
Sistem gerak
Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ
sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan
lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan,
otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar
tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan (Wiryono, 2006).
Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan
memendek. Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah
mengembang dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini
menimbulkan gaya gerak kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi
sebetulnya tidak demikian, cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan
otot yang melingkar dan memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing
tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari
tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan
setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus (Sayuti,
1999).
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta,
fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila
seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan
karen daya lekat seta. Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar
lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh
tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada
daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk
memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam
lubang (Sayuti, 1999).
Sistem pencernaan makanan
Untuk dapat menghancurkan makananya berupa zat - zat sisa organisme cacing tanah
memiliki sistem pencernaan makanan yang terdiri atas Rongga mulut yang terdapat
pada segmen ke 1,2. Pharynk yang terdapat pada segmen 3-4, esofagus pada segmen
5-7, perut/gizart/ventrikulus pada segmen 8-9, intestium yang dimulai berasal dari
sebelah belakang perut sampai ke anus, dan yang terakhir terdapat pada segmen yang
paling belakang.
Sistem reproduksi
Organ reproduksi betina pada cacing tanah terdapat ovarium sebanyak 2 pasang yang
terdapat pada segmen ke 10,dan 11 berwarna kekuning- kuningan, oviduct sebanyak
1 pasang yang terdapat di sebelah posterior opvrarium, dan lubang pengeluarannya
terdapat pada segm,en ke 13, selanjutnya receptakulum seminalis yang berpasangan
yang terdapat pada segmen 4/5.5/6,7/8 yang bentuknya bulat pipih agak kecoklatan.
Sedangkan organ reproduksi jantannya terdiri atas vesica seminalis yang terletak pada
segmen ke 16,17,18,19 yang berwarna kekuningan dan terdapat testes yang barada
pada vesica seminalis. Clitellum adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset)
tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi
lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon ini. Selama
periode kekeringan, beberapa spesies cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual
sekunder untuk sementara, seperti hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik,
clitellum akan terbentuk kembali. Clitellum juga bisa menghilang pada usia tua.
Sistem pernafasan
Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab
sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat
dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin dalam
darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering, cacing
tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya matahari
langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka kering. Cacing
tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak mampu
menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Sistem gerak pada cacing tanah
Cacing tanah bergerak dengan dinding badan bagian bawah. Dinding badan bagian
bawah tubuh cacing terdiri atas 2 lapisan otot, yaitu :
1. stratum cirsulare yaitu lapisan otot sebelah luar
2. stratum longitudinale yaitu lapisan otot sebelah dalam.
Jika musculi ini berkontraksi akan menimbulkan gerakan menggelombang dari cacing
tanah itu sehingga bergerak . dinding intestium uga mempunyai lapisan otot yaitu
stratum longitudinale. Jika otot ini berkontraksi akan menimbulkan gerak peristaltik
yang dapat mendorong makana dalam trucus digentivus dan mendorong keluar sisa-
sisa pencernaan .
Siklus Hidup Cacing Tanah
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500
ekor cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga
100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar
sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.
Cacing tanah adalah hewan hermafrodit (organ kelamin jantan & betina di dalam satu
individu). Meskipun hermafrodit, cacing tanah tidak bisa melakukan reproduksi
sendirian karena tidak bisa menyatukan organ kelamin jantan dan organ kelamin
betina mereka sendiri. Cacing tanah akan aktif untuk bereproduksi pada keadaan
hangat dan lembab.
Proses perkawinan pada cacing tanah
Cacing tanah dewasa dapat kawin kira-kira sekali setiap 10 hari, dan dari perkawinan
itu, dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong dapat
menampung hingga 10 telur, namun biasanya hanya 4 cacing muda yang akan
menetas.
Tabel. Pembagian kelas dari Filum Annelida

Kelas Polychaeta
(memiliki banyak seta
Kelas Oligochaeta
(memiliki sedikit seta)
Kelas Hirudinae
(tidak memiliki seta)
Kepala terdiri atas
prostomium dan
peristomium
Segmen memiliki
parapodia (kaki
dengan seta banyak).
Alat pencernaan
(mulut, faring,
oesofagus, usus, dan
anus).Terdapat selom
dan nefridium (untuk
ekskresi).
Peredaran darah
terdiri dari pembuluh
dorsal, ventral dan
lateral.
Contoh-contohnya:
Arenicola, Eunice
viridis (palolo), dapat
dimakan.
Lysidice oele (wawo),
dapat dimakan.
Nereis virens (cacing
pasir).
Odontocilic (cacing
api)
Kepala dengan prostomium
dan peristomium,
Tubuh silindris panjang,
bersegmen-segmen. ]
Segmen 14-16 membengkak
disebut klitelum, berfungsi
membentuk lendirn
pelindung
telur.
Dinding tubuh terdiri dari
epidermis yang diselaputi
kutikula, , otot melingkar,
dan
otot memanjang.
Segmen tubuh dipisahkan
oleh
septum (sekat), Eksresinya
dengan nefridium.
Respirasi secara difusi
melalui
permukaan kulit.
Alat pencernaan
(peristomium,
farings, oesofagus, crop,
gizzard, usus, anus).
Habitatnya didalam tanah
Tubuh pipih, tidak
ada seta dan
parapodia.
Mempunyai alat
hisap. Respirasi
secara difusi.
Ekskresi dengan 17
pasang nefridium.
Gonad bersifat
hermaprodit.
Makanan berupa
cacing, larva
serangga,
invertebrate, dan
darah vertebrata.
Contoh-contohnya:
Acanthobdella sp
(parasit ikan
salem).
Haemodipsa
zeylanice (pacet,
darat).
Hirudo medicinalis
(lintah, air).
Hirudinaria javanica
(lintah kuning).
yang
lembab.
Contoh-contohnya:
Lumbricus terestis (cacing
tanah).
Perichaeta musica (cacing
tanah).
Phertima sp (cacing tanah).
Tubifex (bioindikator, di
selokan).



E. Jenis-Jenis Cacing Tanah
Ada sekitar 4500 spesies cacing di dunia, sekitar 2700 di antaranya adalah spesies
cacing tanah. Ada dua tipe spesies cacing tanah berdasarkan perilaku hidupnya, yaitu
earthmovers dan composters (pembuat kompos).
Earthmovers adalah spesies soliter (penyendiri) yang hidup di dalam tanah
dengan membuat terowongan berongga di dalam tanah (rongga-rongga ini akan
terisi udara dan oksigen yang baik untuk akar tanaman). Mereka hidup dari
memakan bakteri, fungi, dan algae pada tanah dan memberikan nutrisi melalui
kotoran mereka ke tanah pada level akar yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Sedangkan Composters adalah spesies yang hidup secara massal dalam
tumpukan organik di permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi bakteri, fungi,
dan algae yang ada pada dedaunan mati dan bahan organik lainnya dan
mengubahnya menjadi humus.
Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida, Lumbricus
rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae, Eisenia
andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau (Eisenia foetida) dan cacing merah
(Rubellus lumbricus) merupakan cacing tanah jenis Composters.
Cacing harimau memiliki garis-garis merah dan kuning pada tubuhnya dan lebih
sering menggeliat (meronta) keras ketika berada di tangan manusia.



Cacing tanah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Cacing epigeik
Cacing epigeik adalah cacing yang hidup pada bahan organic yang sedang
membusuk, pada permukaan tanah. Aktif dipermukaan tanah, berwarna gelap,
pemyamaran efektif, tidak membuat lubang, kotaoran tidak tampak jelas dan
tidak mencerna tanah.
Cacing endogeik
Cacing endogeik adalah cacing yang jarang muncul ke permukan tanah.
Beberapa cacing endogeik menghni rhizosfir, daerah yang dekat dengan akar
tanaman, tempat di mana cacing tersebut makan tanah yang diperkaya dengan
akar tanaman yang membusuk, bateri dan jamur. Hidup di dalam tanah dekat
permukaan,membuat lubang yang dalam dan kadang meluas.kotoran berada di
dalam lubang, tidak berwarna, tanpa penyamaran dan mencerna tanah.
Cacing anesik
Cacing anesik adalah cacing yang biasanya lebih besar yang membangun
lubang-lubang permanen dalam tanah dan muncul di permukaan tanah hanya
untuk menarik seresah yang berupa daun-daunan atau bahan organic lain ke
dalam lubangnya. Mencerna sebagian tanah, warna sedang pada bagian
punggung, penyamaran rendah dan kotoran berada di permukaan tanah atau
terselip di antara seresah. Cacing anesik aktif bergerak dari permkaan tanah ke
bawah permukaan tanah. Sehingga dapat mempengaruhi struktur dan
konduktifitas hidrolik tanah.
Selain yang disebut di atas, terdapat pula cacing dengan jenis:
Coprophagic, yaitu cacing yang hidup di pupuk kandang
Arboricolous, yaitu cacing yang hidup dalam suspense tanah pada hutan tropic
basah.
Gambar Organ Tubuh Cacing Tanah

Bagian mulut cacing disebut juga prostomium. Funsi dari prostomium adalah untuk
makan dan menghancurkan seresah. Bagian atas cacing atau disebut sebagai
peristomium adalah bagian ujung depan cacing sampai batas lambung cacing. Fungsi
dari peristomium adalah untuk membuat lubang pada tanah. Bagian cacing yang
menebal disebut clitellum. Clitellum adalah batas bagian depan dengan bagian
belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk memperbesar lubang
tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur
cacing. Bagian belakang cacing yang dekat dengan anus disebut periproct. Periproct
berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta
atau bulu-bulu kecil yang membantu pergerakan cacing dalam tanah.

Kesimpulan
1) Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen dan dalam tubuhnya dapat dijumpai
adanya sistem pencernaan, sirkulasi, reproduksi, ekskresi, saraf, pernafasan yang
cukup kompleks.
2) Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, dan banyak senyawa
organiknya dengan pH 6-7,2, kelembabab 15% - 30% serta suhu 15oC-25oC.
3) Prilaku yang umum dijumpai pada cacing tanah adalah prilaku makan, prilaku
kawin, pergerakan, prilaku membuang kotoran serta prilaku melindungi diri dari
pemangsa/predator.

Você também pode gostar