Você está na página 1de 24

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Preeklamsi Merupakan komplikasi kehamilan yang timbul sesudah minggu ke 20 yang
diketahui dengan timbulnya hypertensi, proteinuria dan oedema.
Preeklamsi adalah penyakit primigravida/wanita yang pertama kali hamil dan kalau timbul
pada seorang multigravida/wanita yang sudah beberapa kali hamil biasanya ada factor predisposisi
seperti hypertensi, diabetes/kehamilan ganda.
Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan odem akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (kapita selekta kedokteran,
2007:270)
B. Etiologi
Sebab preeklamsi belum diketahui dengan pasti tapi pada penderita yang meninggal
karena eklamsi terdapat perubahan yang khas, tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah
spasmus arteriole,retensi Na dan air dan coagulasi intravaskuler.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan
tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai yang menyertai eklamsi. Vasospasmus
menyebabkan :
1. Hipertensi
2. Pada otak : sakit kepala, kejang
3. Pada placenta : solution placentae, kematian janin
4. Pada ginjal : oliguri, insufisiensi
5. Pada hati : icterus
6. Pada retina : amourose.



C. Manisfestasi Klinis Pre eklamsi
Pre eklamsi Ringan
a. Tekanan darah sistolik 140-150 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6
jam
b. Tekanan darah diastole 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu. Protein urin 0,3 gm atau lebih dengan
tingkat kualitatif plus 1-2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
Pencegahan pre eklamsi ringan
a. Diet makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak, kurangi garam
apabila berat badan bertambah atau odem.
b. Cukup istirahat
Istirahat cukup pada saat hamil semakuin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan
dalam kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaringkearah punggung janin sehingga aliran
darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan Antenatal
Bila terjadi perubahan perasaan dan perubahan gerak janin dalam rahim segera dating ke tempat
pemeriksaan.

Pre eklamsi Berat
Bila salah satu di antara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat di golongkan
pre eklamsi berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Oliguria, urin kurang dari 400cc/24 jam
c. Proteinuria lebih dari 3gr/liter
d. Keluhan subyektif
Nyeri epigastrium
Gangguan penglihatan
Nyeri Kepala
Edema paru dan sianosis
Gangguan Kesadaran
e. Pemeriksaan
Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
Perdarahan pada retina
Trombosit kurang dari 100.000/mm
Peningkatan tanda dan gejala pre eklamsi berat memberikan petunjuk akan terjadi eklamsi, yang
mempunyai prognosa buruk dengan angka kematian maternal dan janin tinggi.
D. Prognosa
Prognosa tergantung pada terjadinya eklamsi. Dinegara-negara yang sudah maju
kematian karena preeklamsi kurang lebih 0,5 %.
Tapi jika eklamsi terjadi maka prognosa menjadi kurang baik ; kematian pada eklamsi adalah
5%.
Prognosa bagi anak juga berkurang tetapi tergantung pada saatnya preeklamsi menjelma
dan pada beratnya preeklamsi. Kematian perinatal ini sangat diprengaruhi prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklamsi dapat menyebabkan hipertensi yang tetap
terutama kalau preeklamsi berlangsung lama atau dengan perkataan lain kalau gejala-gejala
preeklamsi timbul dini.
Sebaliknya ahli lain menganggap bahwa penderita dengan hipertensi yang tetap sesudah
persalinan sudah menderita hipertensi sebelum hamil.









E. Patofisiologi






















F. Diagnosa
Jika pada seorang yang hamil dan yang sebelum minggu ke 20 sehat, timbul hipertensi,
proteinuria dan oedema maka diagnose pre eklampsia dibuat.
Yang harus di kesampingkan adalah penyakit ginjal misalnya glumeronefritis acuta dan
hipertensi essentin trauma sekecil-kecilnya padalis.
Membedakannya dari hipertensi assentialis kadang-kadang sulit, tapi tanda-tanda yang
menunjuk kea rah hipertensi essentialis adalah :


1. Tekanan darah datas 200 mmHg
2. Pembesaran jantung
3. Multiparitas terutama kalau pasien diatas 30 tahun.
4. Pernah menderita toxaemia pada kehamilan yang lalu.
5. Tidak adanya oedema dan proteinuria.
6. Perdarahan pada retina.

G. Komplikasi
Tergantung derajat preeklampsinya. Yang termasuk komplikasi dari preeclampsia antara
lain :
- Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count)
- Ablasi retina
- KID (koagulasi intravascular diseminata)
- Gagal ginjal
- Perdarahan otak
- Edema paru
- Gagal jantung, hingga syok dan kematian
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi uteroplasental,
misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
H. Pencegahan pre eklamsi
a. Diet makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak, kurangi garam
apabila berat badan bertambah atau odem.

b. Cukup istirahat
Istirahat cukup pada saat hamil semakuin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan
dalam kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaringkearah punggung janin sehingga aliran
darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan Antenatal
Bila terjadi perubahan perasaan dan perubahan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat
pemeriksaan.

I. Diagnosis banding
Kejang, bisa disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsy, tromboemboli, intoksikasi obat,
trauma,hipoglikemia, hipokalsemia, atau alkalosis.
Koma, bias disebabkan epilepsy, sinkop, intoksikasi alcohol atau obat, asidosis, hipoglikemia,
atau azotemia.

J. Penatalaksanaan
Pre eklampsi Ringan
Pastikan usia kehamilan, kematangan serviks, dan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat.
- Anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8 jam malam hari. Bila sukar tidur
diberikan fenobarbital 1-2 x 30 mg, dapat juga diberikan asetosal 1 x 80 mg
- Bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, berat badan meningkat
berlebih (> 1 kg/minggu,selama 2 kali berturur-turut) atau tampat tanda-tanda preeklampsi berat.
Berikan obat anti hipertensi metildopa 3x125 mg (dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal
1.500 mg), nifedipin 3-8 x 5-10 mg atau adalat retard 2-3 x 20 mg, atau pindolol 1-3 x 5 mg
(dosis maksimal 30 mg)
- Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg,
tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berrobat jalan dan anjurkan memeriksakan
diri tiap minggu. Kurangi dosis hingga tercapai dosis optimal. Tekanan darah tidak boleh rendah
dari 120/80 mmHg.
- Tunngu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan janin
terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (3). Pada kehamilan >37
minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan
atau dipercepat dengan bantuan ekstaksi.

Pre eklampsi Berat
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan
normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.
- Berikan MgSO4 dalam infuse dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal
MgSO4 2g intravena dalam 10 menit selanjutnya 2g/jam dalam drip infuse sampai tekanan darah
stabil (140-150/90-100 mmHg). Ini diberikan 24 jam pasca persalinan atau hentikan bila 6 jam
pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun Nampak tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemberian
MgSO4 adalah reflek patella kuat, frekuensi pernapasan > 16 kali per menit, dan diuresis > 100
cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg berat badan/jam). Harus tersedia antidote MgSO4 yaitu
kalsium glukonas 10 % yang dapat diberikan secara intravena dalam 3 menit. Selama pemberian
MgSO4, perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
- Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolic belum turun sampai 20
%, berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hari). Bila tekanan diastolic meningkat
,berikan tambahan sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20 % dalam 6 jam,
kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat
dikombinasi dengan pindolol.
- Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin. Ukur
urin setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 g/jam.
- Dilakukan USG dan kardiotoksogtafi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2
kali/24 jam.
Dilakukan :
Penanganan konservatif bila kehamilan < 35 minggu tanpa dikurangi tanda-tanda impending
eklampsia dan keadaan janin baik. Prinsip terapi serupa dengan yang aktif, hanya tidak dilakukan
terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2 mg intravenadilanjutkan 2 g/jam dalam drip infuse
dekstrosa 5 % 500 ml/6 jam dapat dihentikan bila ibu sudah mencapai peningkatan tekanan
darah, tetapi dianggap gagal dan lakukan terminasi kehamilan.
Penanganan aktif bila kehamilan 35 minggu, ada tanda-tanda impending eklampsia, kegagalan
terapi konservatif, ada tanda gawat janin terhambat, dan sindrom HELLP.
- Bila dari hasil KTG fungsi dinamik janin plasenta baik (relative, cairan amnion cukup, gerak
napas baik, tak ada deselerasi lambat, tak ada pertumbuhan janin terhambat, dan skor > 5),
rencanakan partus pervaginam. Bila kurang baik, sebaiknya lahirkan secara seksio.
- Induksi dapat dilakukan dengan kateter folley, amniotomi, prostaglandin E2, atau infuse
oksitosin. Berikan infuse oksitosin 5 IU dalam 500 ml glukosa 5 % dimulai dengan 4 tetes,
dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2-3 kali/10 menit, maksimum 20 tetes/menit.
Maksudnya agar cairan tidak terlalu banyak sehingga dapat terjadi edema paru.
- Pada kala 2 pasien dapat partus spontan bila tidak perlu meneran terlalu kuat dan tekanan darah
terkendali. Periksa tekanan darah setiap 10 menit. Lakukan tindakan forcep atau vakum bila
persalinan tidak lancer, janin tidak dapat lahir dalam 15 menit, pasien terpaksa meneran kuat,
atau terrdapat indikasi gawat janin.
- Berikan oksitosin 10 IU secara intramuscular saat bayi lahir agar perdarahan minimal. Lahirkan
plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta. Bila perdarahan >
400 ml, segera lakukan kompresi bimanual dan berikan ergometrin 0,1 mg intramuscular.
- Setelah persalinan pemberian infuse tidak boleh lebih dari 60 ml/jam mengingat pasien dapat
makan dan minum serta ada bahaya edema paru. Untuk makanan berikan protein 1-1,5 g/kg BB.
Bila terdapat uremia, protein yang diberikan hanya 0,6 g/kg BB/hari.
- Berikan diuretic bila ada edema paru, payah jantung kongesif, atau edema anasarka, berupa
furosemid 40 mg. lakukan oksigenasi 4-6 l/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi
asidosis. Dengan pemberian nifedipin, oksigen, posisis setengah duduk, dan furosemid bolus,
diharapkan tekanan darah dan beban jantung berkurang. Tapi bila ada tanda payah jantung, dapat
diberikan digitalis. Berikan ventilasi mekanik bila tidak ada perbaikan dalam 6 jam, pCO2 > 70
mmHg dan Pco2 < 60 MMhG.
- Berikanobat antipiretik bila suhu rectal diatas 38,5C dan dibantu kompres dingin atau alcohol.
Antibiotic diberikan atas indikasi. Antinyeri sepertipetidin HCl sebanyak 50-70 mg diberikan
satu kali selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien gelisah atau kesakitan karena
kontraksi rahim.
- Lakukan terminasi kehamilan secara seksio memakai anestesi umum N2O mengingat
keuntungan relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya relative kecil bagi janin. Bila dari hasi lab
tidak ada tanda KID, dapat dilakuka anestesi epidural atau spinal. Anestesi local dilakukan pada
indikasi terminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik.

K. Pemeriksaan penunjang
Urin : protein (proteinuri : 5 gr dlm urin 24 jam atau + 3 atau lebih pada dipstick), reduksi urin,
bilirubin, sedimen urin (albuminuri : +3 atau + 4).
Darah : trombosit (trombositopeni), ureum (nitrogen erua darah/BUN : < 10) , kreatinin, SGOT,
LDH, dan bilirubin.
USG
Klirens kreatinin : 130-180






















ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama : pengkajian ini dilakukan pada saat peasien pertama kali datang, yang dirasakan
oleh pasien.
c. Riwayat keperawatan
Riwayat penyakit yang diderita, pernah tidaknya pasien oleh pasien, penyakit menular atau
kronik, alergi, atau operasi, dan penyakit menahun..
d. Riwayat menstruasi
Menarche, siklus teratur/tidak,banyaknya,warnanya,bau, keluhan, flour albour.
e. Riwayat obstetric
Anak keberapa pada kehamilan sekarang, umur pada saat kehamilan,jenis persalinan,penolong
persalinan,jenis persalinan,komplikasi pada saat nifas,kehamilan anak keberapa.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital :suhu,TD,RR,N
b. System pernafasan
- Hidung : pernafasan cuping hidung, septum nasi
- Bentuk dada : simetris,funnel chest,asimetris,barrel,pigeons chest.
- Keluhan :sesak,batuk,nyeri waktu nafas.
- Irama nafas ;teratur, tidak gteratur
- Suara nafas ; vesikuler, ronchi, wheezing
c. System kardiovaskuler
- Keluhan nyeri dada, irama jantung, CRT, konjungtiva, JVP.
d. System persarafan
Kesadaran :GCS,keluhan pusing, pipil, nyeri.
e. System perkemihan
Keluhan ;disuria,poliuri dll, alat bantu, kandung kencing, produksi urin, intake cairan.

f. System percernaan
TB,BB,mukosa mulut,tenggorokan
- abdomen ;pembesaran hepar,lien,acites,mual,muntah,terpasan NGT,bising usus.
- BAB,diet.
g. System musculoskeletal dan integument
Pergarakan sendi, kelainan ekstremitas, kelainan tulang belakang,fraktur,traksi,kompartemen
sindrom,kulit,akral,turgor,ada luka
h. System endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid,hiperglikemia,hipoglikemia.
i. Personal hygiene
Mandi,keramas,sikat gidi,ganti pakaian,potong kuku.
j. Pemeriksaan obstetric
- Pemeriksaan head to toe
- Pemeriksaan leopord
- Pemeriksaan panggul luar
- Pemeriksaan dalam :pembukaan,penipisan,presentasi,penurunan,ketuban.
- Tafsiran berat janin.

k. Data persalinan
a. Kala 1 (kala pembukaaan)
b. Kala II (Kala pengeluaran)
c. Kala III (Kala pengeluaran )
d. Kala IV (Keadaan 2 jam post partum)
l. Keadaan bayi : jenis kelamin,apgas score,BB/TB, lingkar kepala.
m. Nifas
- Keadan umum ibu : TD, RR,Suhu, Nadi,kontraksi rahim,TFU, Lochea, laktasi, eliminasi,nutrisi.
3. Pengkajian psikososial
- persepsi pasien terhadap penyakitnya
- ekspresi pasien
- reaksi saat interaksi
- gangguan konsep diri.
4. Pengkajian spiritual : kebiasaan beribadah pasien
5. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, ECG,USG, radiologi, Urine lengkap, hematokrit, kreatinin, elektrolit
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan oedema pada paru
2. Gangguan keseimbangan cairan berlebihan sehubungan dengan oedema
3. Potensi kejang sehubungan dengan oedema pada otak
4. Potensial injury sehubungan dengan gangguan penglihatan
5. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan pusing.

Intervensi Keperawatan
Dx 1: Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan oedema pada paru
a. Beri posisi tidur semi fowler
b. Beri oksigen
c. Longgarkan pakaian
d. Observasi vital sign terutama pernafasan
e. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi

Dx 2: Gangguan keseimbangan cairan berlebihan sehubungan dengan oedema
a. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
b. Beri diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5 sampai 7,0 dan diet rendah
garam.
c. Atur istirahat dengan posisi dorsal recumbert kearah kiri karena akan lebih baik dengan
peningkatan aliran plasma ginjal, kecepatan glomerulus dan perfusi placenta. Berbaring
terlentang adalah berbahaya karena menekan vena cava inferior dan aorta serta
mengurangi suplai daerah ke uterus. Posisi terlentang juga menekan arteri rea\nails dan
mengurangi aliran darah ke ginjal.
d. Jaga ekstermitas yang mengalami oedema setinggi di atas jantung bila mungkin.
e. Beri penjelasan pada klien tentang kunjungan klinik satu minggu sekali atau kurang
tergantung pada gejala.
f. Beri penjelasan pada klien tentang tanda-tanda bahaya dan klien dianjurkan untuk
melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi seperti oedema umum, sakit kepala
yang sangat, demam, tremor otot atau kejang.
g. Kaji tingkat kesadaran terus menerus apakah ada perubahan atau tidak.
Dx 3: Potensi kejang sehubungan dengan oedema pada otak
a. Beri penjelasan pada klien tentang tanda-tanda bahaya dan klien dianjurkan untuk
melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi agar tidak terjadi kejang-kejang.
b. Beri penjelasan pada klien tentang kunjungan ke klinik satu minggu sekali atau kurang
tergantung pada gejala agar dapat dideteksi sedini mungkin jangan sampai kejang.
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
d. Beri diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5 sampai 7,0 dan diet rendah
garam.
e. Kolaborasikan dengan dokter untuk menghindari oedema pada otak

Dx 4: Potensial injury sehubungan dengan gangguan penglihatan
a. Beri penjelasan pada klien tentang tanda-tanda bahaya dan klien dianjurkan untuk
melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi agar tidak terjadi gangguan penglihatan.
b. Beri penjelasan pada klien tentang kunjungan ke klinik satu minggu sekali atau kurang
tergantung pada gejala agar dapat dideteksi sedini mungkin jangan sampai terjadi
gangguan penglihatan.
c. Kolaborasikan dengan dokter bila ada tanda-tanda gangguan penglihatan

Dx 5: Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan pusing
a. Menjelaskan penyebab rasa pusing, dengan mengetahui penyebab rasa pusing klien dapat
menerima keadaan yang dialami dan dapat membantu setiap tindakan perawatan.
b. Mengatur posis klien senyaman mungkin agar rasa nyaman dapat terpenuhi dan dapat
mengurangi rasa pusing.
h. Mengatur istirahat dengan posisi dorsal recumbert kearah kiri karena akan lebih baik
dengan peningkatan aliran plasma ginjal, kecepatan glomerulus dan perfusi placenta.
Berbaring terlentang adalah berbahaya karena menekan vena cava inferior dan aorta serta
mengurangi suplai daerah ke uterus. Posisi terlentang juga menekan arteri rea\nails dan
mengurangi aliran darah ke ginjal.
c. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang, kebersihan diri dan lingkungan dapat
menimbulkan rasa nyaman dan aman.
d. Kolaborasikan dengan tim medis dalam memberikan analgetik, golongan bertujuan
menghilangkan ras pusing dan menurunkan tekanan darah.

























ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI BERAT

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2001 Pk.
1.1 Identitas
Klien penanggung jawab :
Nama : Ny. A Tn. Waluyo
Umur : 29 th 31 th
Pendidikan : STM SMA
Agama : Islam Islam
Pekerjaan : Karyawan swasta Karyawan swasta
Alamat : Jemur Wonosari 2/4 Surabaya
1.2 Keluhan Utama :
Keluar ketuban sedangkan umur kehamilan 33/34 minggu. Ditambah lagi dengan hasil
pemeriksaan yang menunjukkan tensinya agak tinggi.
1.3 Riwayat Keperawatan
Klien dikirim oleh bidan dari Puskesmas Wonosari, karena setelah diperiksa ditemukan ketuban
sudah pecah sejak tanggal 12 Juni 2001 Pk. 07.00. Selanjutnya pada pukul 18.50 dirujuk ke IRD
dan dirawat di Ruang Bersalin IRD Lantai II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tindakan yang
sudah didapatkan klien di IRD sejak tanggal 12 Juni Pk. 18.50 berupa pemasangan infus, skkin
test ampicilin, dan ampicilin injeksi 1 gr IV.
1.4 Riwayat Obstetri
Ini merupakan kehamilan ke-2 klien. Kehamilan pertama lahir spontan pada umur kehamilan 9
bulan di bidan dengan BB 3500 gr. Riwayat TT 2 kali. Umur anak pertama 2,5 tahun dan
sekarang dalam kondisi sehat. Umur perkawinan 5 tahun. Riwayat menggunakan kontrasepsi (+)
berupa suntikan selama 1 tahun sejak anak pertama. Menarche umur 13 tahun. Riwayat Disminor
(-), Haid teratur setiap bulan. Lama setiap haid 5-7 hari. Jumlah haid biasa. Riwayat abortus (-).
Riwayat gemeli (-), Riwayat DM (-), Hepatitis (-), Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-), Penyakit
saluran pernafasan (-). HPHT 23 Oktober 2000 , TP : 30 Juli 2001. Pemerisaan kehamilan
dilakukan di bidan sebanyak 5 kali, TT 1 kali. Sejak tanggal 12 Juni Pk. 07.00 klien mengeluh
keluar air ketuban, tetapi tidak dirasakan HIS. Riwayat infeksi saluran kencing (-), Riwayat
kelelahan (-). Riwayat kecemasan (-). Selanjutnya klien memeriksakan diri ke bidan. Bidan
kemudian merujuk klien ke IRD RSUD Dr. Soetomo. Therapi yang sudah diperoleh di IRD sejak
tanggal 12 Juni 2001 yang berhubungan dengan kehamilan ini adalah:
- Ampicilin 1 gr. Injeksi iv
- Dexamethason 16 mg iv
- Oxitocin drip 5 u 4 tts/menit. Pada saat dikaji klien sudah mulai mengeluh mules-mules setiap
3-5 menit.
1.5 Data Kebutuhan Dasar
a. Bernafas
S : Klien merasa agak sesak jika bernafas terutama jika timbul His.
O : RR : 20 X/menit, Wh -/-, Rh -/-, Rales (-), Batuk (-),
b. Makan/minum:
S : Sejak MRS klien tidak ingin makan karena takut dengan kondisinya dan saat ini sering perutnya
sakit. Klien minum hanya 3 gelas (200 cc) sejak kemarin sore.
O : Makanan dan minuman yang disediakan oleh RS tidak dimakan. Mulut tampak kering dan
lambung terdengar suara timpani. Skibala (-). Peristaltik (+). Blader kosong.
c. Eliminasi
S : Klien belum bab sejak kemarin, klien tidak punya keluhan terhadap bak nya. Sejak kemarin klien
Bak sebanyak 4 kali dengan jumlah setiap bak sekitar 350 cc dan warnanya kuning jernih.
O : Skibala (-), Blader kosong. Warna urine kuning jernih.
d. Gerak dan aktivitas
S : Saat ini harus tidur saja sambil menunggu persalinan
O : Kondisi ektremitas baik, kekuatan otot otot intak, tulang-tulang intak. Parese (-).
e. Istirahat dan tidur
S : Sejak kemarin klien tidak bisa tidur nyenyak karena takut dan sekarang perut terasa nyeri.
O : Tampak lemah.
f. Rasa Aman
S : Klien takut jika terjadi sesuatu yang membahayakan bayinya.
O : Adanya ketuban pecah dini (tanggal 12/6/2001 Pk. 07.00. DJJ 12 13 12, UK 33/34 mg. TFU 32
cm T : 140/90 mm hg. Odem (+). Klien tampak iritabel
g. Nyaman
S : Klien mengeluh nyeri pada perut yang tembus ke tulang ekor setiap 3/5 menit.
O : Nyreri berkurang jika punggung digosok-gosok.
h. Spiritual
Klien beragama islam dan taat melakukan sembahyang 5 waktu. Sekarang klien hanya bisa
berdoa.
1.6 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak lemah. Kesadaran Kompos mentis GCS 15
Kepala : taa
Mata : taa ; konjunctiva merah muda.
Telinga : taa
Hidung : taa
Leher : taa, tyroid (n)
Dada : Payudara ; agak tegang, puting menonjol, lunak dan bersih
kolestrum (+). areola bersih. S1S2 (N), Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-
Abdomen : Abdomen membesar tanda kehamilan berupa striae (+), linea alba (+), TFU 32
cm, puki, letak kepala, pada pemeriksaan leopold IV kepala sudah masuk Pap. His (+) setiap 3/5
menit selama 3-5 detik, Djj : 12; 13; 12. Tampak bagian kecil janin menonjol dan teraba sangat
keras. Perut terasa sangat nyeri jika diraba.
Ektremitas : tangan ; kapilari refill (N), kelainan tidak ada
Kaki : odem (+). Paresa (-).
Genital : Bentuk normal, fulsus (+), ketuban (-) jernih, VT ; pembukaan 8
cm , eff : 90 %, dominator , ukuran panggul dalam (N),
Anal : taa
Tanda vital : Sr : 37,5
o
C, N : 88 X/mnt, RR : 20 X/mnt, T : 140/90
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Reduksi urine : (-)
Nst : N





2. Analisa Masalah
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : Klien merasa sesak jika
timbul his. Sudah keluar
air ketuban sejak tanggal
12/6/2001 pk.07.00
O : T 140/90, RR : Sr : 37,5
o
C, N : 88 X/mnt, RR :
Toksemia kehamilan
dan tekanan oleh uterus
terhadap diafragma
Pelepasan Ca tidak
terkontrol
Resiko tinggi terjadi
gawat janin
Resiko terjadi infeksi
skunder pada bayi
20 . Ketuban (-) jernih,
fulsus (+). Djj 12 ; 13 ;
12. Odem pada kaki.
Kejang
Hipoksia
Gawat janin

KPP
Ggn terhadap
perlindungan uterus dan
janin

Infeksi pada uterus

Infeksi pada janin

Distress janin


3. Diagnose Keperawatan
3.1 Resiko tinggi terjadi gawat janin sebagai akibat dari toksemia kehamilan
3.2 Resiko terjadi infeksi skunder pada bayi s.e dari ketuban pecah prematur.
4. Rencana Keperawatan
HARI/TGL/
JAM

DX

TUJUAN

TINDAKAN

RASIONAL
Rabu, 13 Juni
2001-06-17 Pk.
09.00
Resiko tinggi terjadi
gawat janin sebagai
akibat dari toksemia
kehamilan
Setelah dirawat selama 2 jam
tidak terjadi gawat janin
Kriteria : Kontonen (+)
Djj 12;11;12,
His setiap 3-5 menit.
T : 130/80
- Monitor CHPB setiap 2 jam


- Monitor vital sign ibu setiap 2 jam



- Monitor kesadaran setiap 2 jam
- Monitor tanda-tanda kejang

- Kolaborasi monitoring NST
- Untuk menge-tahui jika
terjadi gangguan sirkulasi
yang berakibat timbulnya
distress pd janin.
- Peningkatan tensi merupakan
pretensi dari adanya ancaman
timbulnya kejang yang dapat
mengancam keselamatan ibu
dan janin.
- Penurunan kesadaran
merupakan pertanda dari
hipoksia sebagai akibat dari
spasme yang muncul sebagai
akibat lanjut dari preeklamsi.
- Ancaman distress pd janin
diketahui dari perubahan
gambaran NST yakni
tejadinya peningkatan
prekwensi.
Rabu, 13 Juni
2001-06-17 Pk.
09.00
Resiko terjadi infeksi
skunder pada bayi s.e
dari ketuban pecah
prematur
Setelah dirawat selama 24
jam tidak terjadi infeksi pada
ibu dan janin dengan kriteria:
- Djj 12 : 11; 12
- Sr : < 37,6

- Monitor djj


- Monitor suhu rectal ibu setiap 2 jam

- Kolaborasi pemberian
- Ampicilin 4 X 1gr IV
- Dexametason 2 X 16 mg

- Jika terjadi infeksi
kecendrungan akan timbul
distress yang ditandai dengan
tachikardi.
- Suhu rectal yang lebih dari
37,6 sebagai pertanda
timbulnya infeksi skunder.
-Sebagai propi-laksis untuk
mencegah timbulnya infeksi
pada ibu dan bayi.
-Untuk menjaga daya tahan
dinding sel sehingga dapat
mencegah kerusakan sel bayi
maupun ibu.

5. Implementasi
DX HARI/TGL/JAM TINDAKAN EVALUASI
Resiko tinggi terjadi
gawat janin sebagai
akibat dari toksemia
kehamilan
Rabu, 13 Juni 2001-06-17
Pk. 09.00
09.10
- Memoniitor CHPB
- Monitor vital sign
- Memonitor kesadaran
- Monitor tanda-tanda kejang


- Cont (+), Djj 12 :11 : 12 His setiap 4 menit
lama 3-5 dt, Bundel his (-). GCS : , Kejang (-)

Resiko terjadi infeksi
skunder pada bayi s.e
dari ketuban pecah
prematur
Rabu, 13 Juni 2001-06-17
Pk.

Pk. 09.00
- Memonitor djj
- Memonitor suhu rectal

- Monitor reaksi akibat pemberian
- Ampicilin 4 X 1gr IV
- Dexametason 2 X 16 mg
Djj 12 :11 : 12
S : 37,1
o
C

Reaksi alergi (-)
Evaluasi keperawatan

Nama : Ny A No RM :

Hari/tanggal No. Diagnosa Waktu Perkembangan Paraf
I









II
S : Klien siap untuk melahirkan
O : His (+), djj 12 : 11 : 12,
gerakan janin (+), pembukaan
lengkap
A : Masalah tidak muncul
P : Siapkan partus

S : -

O : -

A : Masalah belum muncul

P : Siapkan partus










Penutup

- Kesimpulan

Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan odem akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklamsi dapat menyebabkan hipertensi yang
tetap terutama kalau preeklamsi berlangsung lama atau dengan perkataan lain kalau gejala-
gejala preeklamsi timbul dini.
Sebaliknya ahli lain menganggap bahwa penderita dengan hipertensi yang tetap
sesudah persalinan sudah menderita hipertensi sebelum hamil.
- Saran
Demikian semoga bermanfaat bagi semua pihak,dan setelah membaca makalah ini dapat
menambah referensi atau pengatahuan lebih banyak tentan kelainan pada ibu hamil dan
semoga dapat lebih sesuai dalam memberikan asuhan keperawatan tentang preklampsia
nantinya.


















Daftar pustaka
Diknakes RI. (1993) Asuhan Kebidanan Pada Perawatan Payudara Dalam Konteks Keluarga,
Depkes RI, Jakarta.
FK-Unpad. (1984) Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung
Hamilton, Persis Mary. (1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (1986) Ilmu Kebidanan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Rustam. (1988) Sinopsis Obstetri, Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. (1999) Kapita selekta kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
Universitas Indonesia




Diposkan oleh thony setyawan di 07.04
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Você também pode gostar