Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap perusahaan diharuskan membuat laporan keuangan guna mencatat semua
aktifitas, melaporkan perubahan posisi keuangan, serta menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Laporan keuangan dibuat umtuk
memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan. Para pengguna
laporan keuangan tentunya mempunyai kepentingan masing-masing atas laporan
keuangan tersebut. Bagaimana para laporan keuangan yakin dengan laporan keuangan
tersebut relevan dan tidak ada kecurangan. Jawabannya adalah dengan menggunkana
jasa auditor.
Auditor bertugas untuk memeriksa laporan keuangan dengan menggunakan
bukti-bukti yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan opini dari hasil pemeriksaan
laporan keuangan. Opini ini lah yang digunakan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan telah dibuat “apa adanya”.
Selain itu, auditor juga dapat memberikan pengalaman mereka kepada
perusahaan (klien) seputar isi laporan keuangan klien. Pengetahuan dan pengalaman
dari auditor dapat dalam bentuk informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan bagi klien. Auditor harus mempertanggungjawabkan
informasi yang telah diberikan, oleh karena itu pengalaman dibutuhkan dalam hal
tersebut.
Dalam penelitian sebelumnya (Steven E. Kaplan, Edward F. O’Donnell, dan
Barbara M. Arel, 2008) menemukan hasil bahwa pengalaman dari auditor dan
informasi manajemen yang baik berpengaruh terhadap penilaian auditor akan
kehandalan dari pengendalian internal.
Pada Mei 2009, Joseph Callaghan, Mohinder Parkash, dan Rajeev
Singhal melanjutkan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya
yang dilakukan oleh Sharma (2001), dan Sharma dan Sidhu (2001)
yang mencari hubungan antara opini audit going concern dan biaya
non audit yang dibayarkan oleh auditor dengan kebangkrutan

1
perusahaan di Australia. Joseph Callaghan, Mohinder Parkash, dan
Rajeev Singhal mengambil 92 sampel perusahaan di Australia.
Penelitian menemukan hubungan negatif antara kemungkinan dari
sebuat opini audit going concern dan biaya nonaudit yang
dibayarkan kepada auditor atas kebangkrutan perusahaan di
Australia.
Hasil penelitian dari Dahlia Robinson (2008) adalah konsisten
dengan kualitas audit dari informasi yang berlebihan, penelitian
menghasilkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat biaya
pelayanan pajak dan kemungkinan dari kebenaran opini audit going
concern sebelum pengajuan kebangkrutan.
Oleh karena itu, pengalaman yang dimiliki auditor sangat berpengaruh terhadap
keakuratan informasi yang diberikan. Informasi yang akurat dapat memberikan
keputusan yang tepat bagi manajemen. Selain itu, informasi juga harus diberikan tepat
pada waktunya. Keakuratan informasi dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam melanjutkan usahanya atau biasa disebut dengan going concern.
Dalam akuntansi, going concern telah menjadi postulat akuntansi. Sebagai
postulat, going concern menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi
untuk melaksanakan proyek, komitmen dan aktivitas, yang sedang berjalan.
Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan,
terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan
perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan
meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga. Going
concern mengasumsikan bahwa perusahan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam
masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang. Jadi laporan keuangan
menyediakan pandangan sementara atas situasi keuangan perusahaan dan hanya
merupakan bagian dari seri laporan yang berkelanjutan.
Maka dengan latar belakang diatas, judul penelitian penulis adalah “Pengaruh
Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi dan Going Concern”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan keakuratan
informasi yang diberikan auditor?

2
2. Apakah terdapat pengaruh antara keakuratan informasi yang diberikan auditor
dengan going concern?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor mempengaruhi
keakuratan informasi yang diberikan oleh auditor sebagai pengambilan
keputusan pihak manajemen perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah keakuratan informasi yang diberikan auditor
mempengaruhi going concern suatu perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini diaharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca
(khususnya perusahaan) akan pentingnya pengalaman yang dimiliki oleh
auditor.
2. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang Kantor
Akuntan Publik yang memiliki Auditor yang berpengalaman.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian
pembaca di bidang pengauditan.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terutama penerapan teori selama studi.

3
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Kerangka Teoritis


1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam,
sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Definisi auditing
pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi audit yang berasal dari
ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam karangan Abdul Halim,
(2001,hal 1) yang mendefinisikan auditing sebagai :

“Suatu proses sitematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukit audit


secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”

Pemeriksaan (audit) keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan (UU


RI Nomor 15 Tahun 2004). Pemeriksaan (audit) adalah proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan professional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan keandalan informasi menganai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Laporan keuangan adalah meliputi Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan
keuangan perusahaan negara/daerah dan badan lainnya.

Selain definisi diatas, American Accounting Association Commite on basic


Auditing Concept dalam Bambang Hartati, (1990, hal 23) mengemukakan definisi
auditing sebagai berikut :

4
“Auditing adalah suatu proses yang tersistematika untuk mendapatkan dan
menilai bukti-bukti secara obyektif yang berkaitan dengan pernyataan-
pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
memperoleh tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan”

Menurut Mulyadi :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara


obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan
pernyataantersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasill-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan”.

Sedangkan menurut Miller dan Bailey, (2001, hal 3) sebagai berikut :

“An audit metdhodical review and objective examination of an item, including


the verification of specific information as determined by the auditor or as
established by general practice. Generally, the purpose of an audit is to express
an opinion on or reach a conclusion about what was audited”

Menurut Alvin A, Arens dan James K. Loebbeche dalam Abdul Halim (2001, hal 1)
adalah sebagai berikut:

“Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan
independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai
informasi yang terukur dalam suatu entitas (satuan) usaha untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang
telah ditetapkan”

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada empat elemen
fundamental dalam auditing :
a. Dilakukan oleh seseorang yang independen
b. Bukti yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama menjalankan
tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit
c. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan

5
legislatif, anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan PABU (Prinsip
akuntansi berterima umum)
d. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan yang
diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan.

2. Jenis-jenis Audit
Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan
keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.
a. Audit laporan keuangan (financial statement audit). Audit laporan
keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap
laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti
kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.
b. Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk
menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan
undang-undang tertentu. Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit
kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia
mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur
pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit
internal, karena oleh pegawai perusahaan.
c. Audit operasional (operational audit). Audit operasional merupakan
penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor
diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang
komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

3. Tipe-tipe Auditor
Tipe-tipe auditor yang umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok,
yaitu:
a. Auditor Intern

6
Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di dalam perusahaan
(perusahaan negara atau perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah:
• Menentukan auditor kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan telah
dipatuhi atau tidak
• Baik tidaknya dalam penjagaan asset perusahaan
• Menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan perusahaan
• Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian perusahaan
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintahan merupakan auditor professional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan untuk pemerintah.
c. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya
kepadanya masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan para pemakaian informasi
keuangan, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh
kliennya Auditor independen dalam prakteknya harus memenuhi persyaratan
pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus lulus dari
sarjana akuntansi falkultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah
mendapat gelar akuntan dari panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan,
dan mendapat izin praktek dari Mentri Keuangan. Auditor independen mempunyai
tanggungjawab utama untuk melaksanakan fungsi pengauditan terhadap laporan
keuangan perusahaan yang diterbitkan tanpa memihak kepada kliennya. Auditor
independen bekerja dan memperoleh honorium dari kliennya yang dapat berupa fee
perjam kerja.

4. Pengertian Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada
suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai
penelitian. Marinus, Wray (1997) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman

7
dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan
atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang
dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya
dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam risetnya menunjukkan
bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan
keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan
tersebut (seperti Ashton, 1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton
(1991) sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu
untuk dapat belajar.

Menurut Knoers & Haditno (1999), pengertian pengalaman adalah :

“Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku
yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.”

Dian Indri Purnamasari, (2005) memberikan kesimpulan bahwa :

”Seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2).
Memahami kesalahan dan 3) Mencari penyebab munculnya kesalahan.
Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam
pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu
tugas.”

Taylor dan Tood (1995) berpendapat bahwa :

“Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci,


lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman.“

Sedangkan menurut Abriyani Puspaningsih (2004) :

“Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah


dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk
melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja
seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola
berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.”

8
Pendapat Payama J Simanjutak (2005), tentang pengalaman adalah :

“Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja.


Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil
dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak
macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya
dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja.”

Seperti dikatakan Boner & Walker (1994) :

“Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal


sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka
memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani
pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi
seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior
kepada auditor pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk
pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program
pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami
proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang
akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan
mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun
dengan bertambahnya pengalaman auditor.”

5. Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman,
atau instruksi. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada
konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti,
pengetahuan, negentropy, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan
mental.

Pengantar Sistem Manajemen dalam James A O’Brien (2005, halaman 38)


mengemukakan definisi informasi sebagai berikut :

“Informasi merupakan data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan
berguna bagi pemakai akhir tertentu”

Menurut Krismiaji (2002:15), informasi adalah data yang twelah di organisasi


dan telah memiliki kegunaan dan manfaat. Informasi dapat diberikan kepada pemakai

9
eksternal dan pemakai internal. Informasi yang diberikan kepada pihak eksternal
dapat berup informasi wajib (mandatory information), yaitu informasi yang
disyaratkan oleh pemerintah. Contohnya laporan yang berisi tentang pajak
penghasilan dan pajak yang terhutang. Informasi lainnya adalah informasi essensial
(essential information), yaitu informasi yang tercantum dalam order pembelian dan
faktur penjualan.

Wilkinson (1993:3) mendefinisikan data dan informasi sebagai :

“Data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka
merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sedangkan informasi terdiri
dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemrosesan.
Idealnya informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk
mencapat sasaran.”

Menurut Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1), informasi adalah data yang
berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang
tepat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi
merupakan data yang telah diatur dan diolah agar dapat lebih memiliki arti atau
makna untuk dijadikan dasar suatu pengambilan keputusan.

6. Going Concern
Dalam akuntansi, going concern mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
terus berfungsi sebagai badan usaha

“A term for a company that has the resources needed in order to continue to
operate. If a company is not a going concern, it means the company has gone
bankrupt.” (http://dictionary.reference.com)

Leonard Dkk (1998) menyatakan ketika kondisi keuangan suatu perusahaan


dalam audit tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit dengan laporan
keuangan perusahaan. Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan adalah
apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Menurut PSAK No. 01 (Revisi 1998) penyajian laporan keuangan mengenai


kelangsungan usaha paragraf 17-18 menyatakan bahwa :

10
“Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha.
Apabila laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha maka kenyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta alasan mengapa
asumsi kelangsungan usaha pelaporan tidak dapat digunakan. Manajemen
bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi apakah asumsi
kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan
keuangan. Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha
dapat digunakan, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan yang
relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca tingkat
pertimbangan tergantung pada kasus demi kasus. Apabila perusahaan selama ini
menghasilkan laba dan mempunyai akses kesumber pembiayaan maka asumsi
kelangsungan usaha mungkin dapat disimpulkan tanpa melalui analisis rinci.
Dalam kasus lain, manajemen perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi
profitabilitas masa kini maupun masa yang akan dating, jadwal pembayaran
hutang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat
menyimpulkan bajwa asumsi kelangsungan usaha dapat digunakan dalam PSAK
No. 30. Going concern dapat dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan,
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan,
biasanya, informasi yang signifikan dianggap berlawanan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva pada pihak luar melalui
bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar
dan kegiatan serupa yan lain.”

Petronela (2004) menyatakan kajian atas going concern dapat dilakukan dengan
melihat kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas, likuiditas
ataupun respon investor terhadap perusahaan. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut
atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang
going concern. Dengan demikian, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori
bangkrut oleh model keputusan tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam
opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu entitas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa audit report dengan modifikasi
mengenai going concern, perusahaan yang “sehat” memperoleh opini unqualified.
Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.

2.2 Peneliti Terdahulu


Dalam penelitian sebelumnya (Steven E. Kaplan, Edward F. O’Donnell, dan
Barbara M. Arel, 2008) menemukan hasil bahwa pengalaman dari auditor dan

11
informasi manajemen yang baik berpengaruh terhadap penilaian auditor akan
kehandalan dari pengendalian internal.
Pada Mei 2009, Joseph Callaghan, Mohinder Parkash, dan Rajeev
Singhal melanjutkan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya
yang dilakukan oleh Sharma (2001), dan Sharma dan Sidhu (2001)
yang menemukan hubungan negatif antara kemungkinan dari
sebuat opini audit going concern dan biaya nonaudit yang
dibayarkan kepada auditor atas kebangkrutan perusahaan Australia.
Hasil penelitian dari Dahlia Robinson (2008) adalah konsisten
dengan kualitas audit dari informasi yang berlebihan, penelitian
menghasilkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat biaya
pelayanan pajak dan kemungkinan dari kebenaran opini audit going
concern sebelum pengajuan kebangkrutan.

2.3 Model Penelitian


Berdasarkan beberapa teori di atas, variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini di gambarkan melalui bagan di bawah ini.

Pengalaman Keakuratan
Going Concern
Auditor Informasi

Keterangan :
Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan keakuratan informasi
yang diberikan oleh auditor?

Apakah terdapat pengaruh antara keakuratan informasi yang diberikan oleh auditor
dengan going concern suatu perusahaan?

2.4 Pengembangan Hipotesis


Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu dan tinjauan teoritis yang sudah ada,
maka penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut :

12
H1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap Keakuratan Informasi yang
diberikan auditor.
H2 : Keakuratan informasi yang diberikan auditor berpengaruh terhadap going
concern suatu perusahaan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini, sifat data berupa kualitatif, yaitu data non numerik yang
dikuantitatifkan untuk tujuan penelitian tertentu. Sedangkan, penulis menggunakan
data primer untuk pengambilan data ini. Data primer adalah data yang berasal dari
sumber asli, dikumpulkan khusus untuk keperluan riset. Kelebihan data primer: data
sesuai keinginan peneliti. Kelemahan data primer: pengumpulan data lebih mahal,
lama, tidak praktis dibanding data sekunder.
Penulis akan mengadakan penelitian dengan menggunakan metode Analisis
Studi Kasus. Metode ini meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal
yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Dengan menggunakan
metode ini, penulis akan melakukan survey kepada beberapa auditor dan perusahaan
untuk mendapatkan hasil dari penelitian.

4.2 Variabel dan Skala Pengukuran Penelitian


Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen,
variabel dependen, dan variabel intervening. Berikut ini adalah jenis variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat,
entah secara positif atau negatif. Variabel independen disini adalah pengalaman
auditor.
2. Variabel Dependen

13
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang menjadi perhatian utama
peneliti. Varians variabel terikat ditentukan oleh variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi.
Variabel dependen disini adalah going concern suatu perusahaan.

3. Variabel Intervening
Variabel Intervening (penghubung) adalah variabel yang kedudukannya berada
diantara variabel bebas dan variabel terikat atau dengan kata lain variabel yang
menjadi perantara untuk melihat hubungan tidak langsung (indirect effect) antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel intervening disini adalah keakuratan
informasi yang diberikan oleh auditor.
Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Nominal. Skala nominal adalah
skala pengukuran variabel yang paling rendah tingkatannya. Nilai pada variabel hanya
berupa kategori/label saja atau dengan kata lain nilai pada variabel tidak dapat
dibandingkan.

4.3 Definisi Operasional dan Variabel


1. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada
suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
2. Keakuratan Informasi
Informasi sangat berguna bagi para pemakainya, sesuai dengan kebutuhan
mereka masing-masing. Informasi digunakan untuk pengambilan keputusan, apabila
informasi tidak akurat maka keputusan yang diambil akan salah dan tidak sesuai
dengan tujuan.
3. Going Concern
Dalam Akuntansi, going concern dapat diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan tidak ada maksud untuk melakukan
likuidasi dalam beberapa kurun waktu.

4.4 Tekhnik Pengumpulan Data

14
1. Pemilihan Sampel
Populasi adalah seluruh subyek atau data dengan karakteristik tertentu yang
akan diteliti. Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau elemen dari
populasi yang memiliki karakteristik yang sama. Data yang digunakan adalah data
sekunder dimana data diperoleh dari pihak lain, berasal dari sumber internal /
eksternal organisasi. Kelebihan: lebih cepat, lebih murah dibandingkan data primer.
Kelemahan: tergantung pada ketersediaan data yang mungkin tidak memenuhi
kebutuhan peneliti atau data tidak relevan lagi. Populasi di dalam penelitian ini adalah
Kantor Akuntan Publik dan perusahaan yang tidak bermaksud untuk melakukan
likuidasi.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara metode nonrandom sampling atau
nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang
sama untuk dijadikan sampel. Sedangkan tekhnik pengumpulan sample menggunakan
metode purposive sampling. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud
atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya. Tujuan dari tehnik pengambilan sampel ini adalah agar
diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan
penelitian. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut :
1. Auditor telah bekerja menjadi auditor selama lebih dari 18 bulan.
2. Auditor bekerja di KAP Big 5 di Indonesia.
3. Perusahaan yang tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi dalam jangka
waktu 3 tahun ke depan.
4. Perusahaan yang menggunakan jasa audit Big 5 di Indonesia.
Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti memperoleh 78 auditor
berpengalaman yang bekerja di KAP Big 5 di Indonesia dan 25 perusahaan yang
menggunakan jasa KAP tersebut.

4.5 Metode Analisis


Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan dua penelitian. Yang pertama,
peneliti akan meneliti apakah terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan
ketepatan informasi yang akan diberikan auditor kepada perusahaan yang digunakan

15
untuk pengambilan keputusan yang tepat bagi perusahaan. Peneliti akan menyebarkan
kuesioner ke sampel yang telah dipilih secara acak. Dari hasil kuesioner tersebut,
penulis akan menganalisis apakah terdapat pengaruh antara kedua variabel tersebut.
Yang kedua, peneliti akan meyebarkan kuesioner kepada perusahaan yang
dipilih sebagai sampel. Kuesioner ini berisikan apakah informasi yang diberikan oleh
auditor memiliki pengaruh bagi keberlangsungan usaha perusahaan dan pengambilan
keputusan bagi perusahaan.
Karena peneliti menggunakan kuesioner sebagai media untuk mengumpulkan
data, maka peneliti menggunakan metode deskriptif sebagai tekhnik pengumpulan
data. Tujuan metode ini adalah membantu memecahkan masalah yang terjadi pada
masa sekarang serta berpusat pada masalah yang actual. Metode deskriptif bersifat
memperjelas setiap langkah penelitian dengan terperinci. Winarno Surakhmad
(1998:140) berpendpat bahwa metode deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang,
pada masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula di susun, dijelaskan dan dianalisa (karena
itu metode ini sering disebut metode analitik).
Syarat melakukan analisis dengan metode deskriptif :
1. Peneliti harus memiliki sifat represif (selalu mencari bukan menguji).
2. Peneliti harus memiliki kekuatan integratif (kekuatan untuk memadukan
informasi yg diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran).

16

Você também pode gostar