Você está na página 1de 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH
UJI VIGOR BENIH



NAMA :Hendra pangaribuan
NPM :E1J012075
Co-Ass : Riduan Hutabarat




Program Studi Agroekoteknologi
Jurusan Budidaya pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Pengujian mutu benih,yang meliputi pengujian mutu fisik,genetis dan
fisiologis,merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman dilapangan.Di dalam setiap
pengujian,standar tolak ukur untuk mutu kualitas benih memiliki berbeda-beda .Karena itu
,Komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan korelasi dengan nilai
pertanamanbenih dilapangan harus dievaluasi dalam pengujian.
Pengujian benih dapat dilakukan mengikuti aturan ISTA (Internasional Seed Testing
Association) atau AOSA (Association Official Seed Analysis) dengan beberapa
penyesuaian.Penyesuaian tersebut antara lain penyederhanaan prosedur pengujian benih,yang
salah satunya ialah pengujian mutu fisiologis benih.Pengujian mutu fisiologis benih dapat
dilakukan melalui uji viabilitas dan vigor benih.Uji viabilitas benih meliputi pengukuran daya
kecambah dan kadar air benih.Sedang uji vigor benih meliputi uji pengusangan dipercepat
dan uji daya hantar listrik.Pengujian-pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sampel
benih yang mewakili lot (kumpulan)benih.
Uji pengusangan dipercepat merupakan salah satu uji daya simpan benih.Uji ini
tergolong dalam metode uji uji vigor benih dengan lingkungan sub optimum,tetapi
lingkungan tersebut diberikan sebelum benih dikecambahkan.Uji ini bermanfaat untuk
menduga berapa lam lagi benih dapat disimpan sehingga sangat berguna bagi
produsen,pedagang,atau penyalur benih.
Lingkungan Sub-optimum yang diberikan kepada benih dianggap sebagai suatu cara
simulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran benih dalam
penyimpanan.Mengngngat liungkungan simpan yang lazim adalah delam suhu kamar dengan
komponen lingkungan simpan utama berupa suhu dan kelembapan nisbi atmosfer,maka
metode pengujian pengusangan dipercepat merupakan metode uji simulasi yang lebih sesuai.
Muncul lapang (field emergence) yang jelek dari benih yang ditanam antar lain
disebabkan oleh vigor benih yang jelek.Jika dilihat lebih dekat lagi,benih yang unggul
muncul dilapang kadang-kadang dijumpai serangan cendawan ,hal ini bisa terjadi karena
benih yang jelek membocorkan bahan-bahan (*electrolyte) yang dikandungnya ketika
imbibisi berlangsung . Dengan demikian benih,benih yang bermutu rendah akan
mengeluarkan senyawa-senyawa seperti gula,asam amino,dan bahan-bahan lain lebih banyak
dari pada benih yang bermutu tinggi.pengukuran konduktivitas listrik benih dilatarbelakangi
oleh fenomena diatas.
Metode uji konduktivitas listik benih telah disarankan oleh ISTA dan AOSA sebagai
salah satu metode uji vigor dan telah di terapkan dengan hasil yang memuaskan pada benih
kapri.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari uji vigor benih ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan pengujian
vigor benih dengan metode uji pengusangan dipercepat dan uji daya hantar istrik.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan
lingkungan yang sub optimal. (Sutopo, 1984). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan
vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang
vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor
fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
ketahanan terhadap serangan penyakit danwarna kotiledon dalam efeknya terhadap
Tetrazolium Test.(Kartasapoetra,1986).
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada
kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada
keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat
menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan
serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya (Sajad, 1993).
Semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam
pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang
viabilitas, masing-masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisioogi
ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman
normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih
melampui suatu periode simpan yang lama . (Mugnisjah, 1990)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi
fenotipis kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai
landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor
benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu
ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih untuk tumbuh secara
spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara
maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama
periode pengisian dan pemasakan biji (Sajad, 1993).
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari
benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang
tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit,
cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji
vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit.
Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman.
Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan
berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis,
mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984) Bahwa keadaan lingkungan di lapangan itu sangat
penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan
kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang
menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh benihdapat pula menjadi petunjuk
perbedaan kekuatan tumbuh. (Harjadi, 1979) Kemunduran suatu benih dapat diterangkan
sebagai turunnya kualitas atau viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor dan
jeleknya pertumbuhan tanaman serta produksinya. Di mana kejadian tersebut merupakan
suatu proses yang tak dapat balik dari kualitas suatu benih. Benih yang memiliki vigor rendah
akan berakibat terjadinya kemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin
sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih
menurun, kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah
kecambah abnormal .
Faktor yang mempengaruhi vigoritas benih
Faktor Genetik
Faktor yang mempengaruhi mutu benih antara lain faktor genetik, lingkungan dan
status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik merupakan faktor bawaan yang
berkaitan dengan komposisi genetika benih. Setiap varietas memiliki identitas genetika yang
berbeda. Sebagai contoh, mutu daya simpan benih kedelai lebih rendah dibandingkan dengan
mutu daya simpan benih jagung, hal ini diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih.
Benih hibrida lebih vigor dibandingkan dengan benih non hibrida. Contoh : Benih jagung
hibrida menghasilkan tanaman yang lebih vigor dibandingkan jagung non hibrida
Kondisi Lingkungan Tumbuh dan ruang simpan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi
dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih.

Kematangan Benih
Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti
tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor
awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia,
struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih(Wirawan dan Sri, 2002). Kualitas maksimal
suatu benih tercapai saat mencapai Matang Fisiologis. Pada saat Matang Fisiologis akumulasi
bahan kering (dry matter) dan bahan kimia yang terlibat dalam perkecambahan sudah
mencapai maksimal. Panen sebelum atau sesudah matang fisologis kualitasnya lebih
rendahdibandingkan saat matang fisiologis.
Kadar air benih
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih.
Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih
akan berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim. Kadar air yang rendah dapat meminimalisir
proses aktibvasi enzim ( perombakan cadangan makanan). Bagi benih ortodok kadar air
terlalu rendah menyebabkan cracking ( retak) sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air
terlalu rendah menyebabkan gangguan fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih
berbeda-beda.
Proses Pengolahan Benih
Pengolahan yang baik tidak menyebabkan kerusakan pada benih. Pengolahan yang
tidak baik menyebabkan benih memar, cracking atau pecah, case hardening (pengerasan kulit
benih). Perontokan dan pengeringan merupakan tahap pengolahan yang paling berpengaruh
terhadap kualitas benih
Jenis Kemasan
Jenis kemasan yang baik dapat mempertahankan kadar air dan vigor benih, selain itu
kemasan yang baik juga dapat menghindari benih dari benturan, serangan hama dan penyakit.
Contoh kemasan yang baik antara lain : kaleng, aluminium foil, plastik tebal, kertas semen
dilapisi aspal dll.
Persyaratan Uji Vigor
1. Tidak mahal
2. Hasil uji cepat
3. Sederhana (mudah dilakukan)
4. Objektif
5. Dapat diulang sesuai standar baku
6. Berkorelasi positif di lapangan
Macam-macam Tipe Uji Vigor
1. Indeks Vigor
2. Uji Kerikil Bata (Brick Test)/ Uji Daya Muncul/ Uji Tanam Dalam
3. Klasifikasi Vigor Kecambah (Seedling Classification Test)
4. Laju Kecepatan Pertumbuhan Kecambah (Seedling Growth Rate)
5. Uji Penuaan Dipercepat (Accelerated Aging Test)
6. Uji Daya Hantar Listrik (Conductivity Test)
7. Uji Tetrazolium (Tetrazolium Test)
8. Uji Lingkungan Stres (Stress Environment Test) ( stress penyakit, suhu dingin dsb)
Penentuan macam uji vigor benih
1. Tergantung jenis komoditi, kaitannya dengan tipe kecambah ( epigeal atau hipogeal)
2. Setidaknya dilakukan tiga macam uji vigor, sehingga hasil pengujian saling
melengkapi.
3. Penentuan macam uji vigor bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
4. Ada konsistensi hasil dari setiap hasil pengujian vigor benih.













BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Bahan :
1. Benih jagung,padi,kacang hijau,dan kacang merah
2. Kertas merang (Media perkecambahan)
3. Air bebas ion (Aquadest)
Alat :
1. Nampan (Tempat perkecambahan)
2. Kotak penderaan
3. Rak penderaan dan air
4. Gelas piala,gelas ukur,pengaduk
5. Oven (inkubator),timbangan
6. Electrical Conductivity meter (EC meter)

3.2 Cara Kerja
a) Uji penderaan benih
1) Menyaipkan benih masing masing 100 butir benih jagung,200 butir benih padi,
200 butirbenih kacang hijau,dan 200 butir benih kacang ,merah
2) Menemoatkan benih pada rak yang berisi air,kemudiam menutupkotak penderaan
tersebut dengan penutupnya
3) Memasukkan kotak penderaan yang berisi benih yang akan di uji kedam oven
dengan suhu 42
0
C,dan membiarkan selama 0,3,dan 6 hari
4) Mengecambahkan benih dengan metode antar kertas,setelah metode penderaan
sudah selesai
5) Menghitung kecambah normakl yang muncul pada umur 4 dan 7 HST untuk
jagung,kacangg merah,kacang hijau serta 7 dan 14 HST untuk padi
6) Membuang kecambah normal pada hitungan pertama maupun benih yang busuk
dan kecambah yang mati
7) Menghitung persentasi kecambah norma;l pada pengamatan terakhir sebagai daya
kecambah (DB) benih.
DB =


X 100%
b) Uji daya hantar listrik
1) Mengambil masing- masing 50 butir padi,jagung,kacang hijau,dan kacang
merah
2) Membagi masing- masing benih menjadi 2 bagian yang sama,sehingga tiap
benih berjumlah 25 butir
3) Menimbang tiap benih yang telah dibagi menjadi 25 butir.
4) Menempatkan 25 butir benih pada gelas erlemeyer bervolume 20 ml
5) Menambahkan 75 ml aquadest kedalam gelas erlemenyer
6) Menempatkan gelas erlemenyer dalam ruang pada suhu kamar selama 24 jam
7) Menginkubasi benih yang di gelas erlemeyer ,kemudian mengambil benih dan
membuangnya
8) Mengukur daya hantar listrik (DHL) air rendaman dengan EC meter
9) Menyiapkan 75 ml air aquadest tanpa benih sebagai kontrol,dan melakukan
pengukuran
10) Sebelum dan sesudah pengukuran,Menmbersihkan/mencuci elektroda dengan
aquadest dan mengeringkannya dengan kertas tissue
11) Meghitung DHL rendaman dengan menggunakan rumus
DHL =

}
Dengan
A1 = Hasil pengukuran DHL air rendaman benih dikurangi hasil pengukuran DHL aquades
pada setiap bagian.
=( X1 Y1 )
A2 = ( X2 Y2 )
X1 = Berat 25 benih bagian 1
X2 = berat 25 benih bagian 2






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Penderaan benih
NO Benih

Benih yang tumbuh Rata-rata
Hari ke 5 Hari ke 7
Kacang merah 14 5 9,5
Kacang hijau 29 44 36,5
3 Jagung 23 9 16
Padi 0 2 1

Perhitungan:
DB =


X 100%
Hari ke 5
1.kacang merah = DB =


X 100%
=

X 100%
= 56%
2.Kacang hijau = DB =


X 100%
=

X 100%
= 58%
3.Jagung = DB =


X 100%
=

X 100%
= 92%

4.Padi = DB =


X 100%
=

X 100%
= 0%

Hari ke 7
1.kacang merah = DB =


X 100%
=

X 100%
= 20%
2.Kacang hijau = DB =


X 100%
=

X 100%
= 88%
3.Jagung = DB =


X 100%
=

X 100%
= 18%

4.Padi = DB =


X 100%
=

X 100%
= 4%


Uji daya hantar listrik
Benih Ulangan Rata-rata
1 2 3 4
Jagung 534 561 692 616 600,75
Kacang hijau 1199 1148 1331 1685 1340,75
Padi 458 419 406 476 439,75
Kacang
merah
6,68 5,91 7,56 7,68 6,95

Perhitungan
DHL =

}
Jagung
DHL =

}
=

}
=


{ }
=


=7,71
Kacanh hijau
DHL =

}
=

}
=


{ }
=


= 16,39
Padi
DHL =

}
=

}
=


{ }
=


= 5,7
Kacang merah
DHL =

}
=

}
=


{ }
=


= 0,56
4.1 Pembahasan
Perendaman kertas merang dalam larutan garam ini memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan kecambah jagung ,Kacang merah,kacang hijau dan padi yang diuji. Hal ini
dikarenakan adanya kadar mineral garam yang berlebihan dan menghambat proses
perkecambahan.
Keadaan ini juga merupakan cekaman bagi benih tersebut, yaitu cekaman garam
karena adanya perubahan keadaan lingkungan yang memberikan pengaruh negatif terhadap
benih dan benih tersebut harus mengeluarkan energi ekstra untuk melawan faktor cekaman
tersebut agar bisa berkecambah. Selain itu, vigor benih juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu umur benih, tingkat kemasakan benih, susunan genetic, jumlah kerusakan,
jumlah organisme penyakit yang ada, perlakuan benih, tipe panen, keadaan lingkungan
sebelum panen, dan keadaan lingkungan setelah panen. Sebelum benih diedarkan ke
masyarakat diperlukan analisis benih dengan membawa benih ke laboratorium untuk
mengetahui kekeuatan benih dan daya kecambah benih sehingga benih dapat diedarkan dan
dimanfaatkan oleh petani. Analisis laboratorium bertujuan untuk mengetahui mutu benih
yang akan dipasarkan sehingga tidak terjadi kecurangan. Mutu benih diuji untuk mengetahui
daya kecambah benih yang akan dijual sehingga dapat diketahui masa simpan yang baik
untuk benih. Komponen analisis laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendukung
produksi benih adalah pengujian kemurnian benih, pengujian kadar air, pengujian viabilitas
dan vigor dan laju pertumbuhan. Pengujian kemurnian benih menggunakan contoh benih
yang diambil dari pasar atau produsen yang akan disertifikasi dengan melakukan pemisahan
seperti a) Contoh primer adalah benih yang diambil dari satu titik pengambilan dalam suatu
kelompok. b) Contoh campuran adalah semua contoh primer yang dijadikan satu dan
dicampurkan dalam suatu tempat. c) Contoh kirim adalah contoh benih dari seluruh atau
sebagian benih campuran yang jumlahnya sesuai dengan ketentuan, yaitu 1000 gram untuk
benih kacang kacangan dan padi serta 100 gram untuk benih benih yang berukuran kecil. d)
Contoh uji/contoh kerja adalah contoh benih yang diambil secara langsung untuk pengujian
mutu benih di laboratorium. Pengujian sangat penting dilakukan untuk memberikan
keuntungan pada petani sehingga mendapatkan produksi yang tinggi. Pengujian
dilaboratorium perlu dilakukan untuk semua benih yang akan beredar sehingga benih yang
digunakan bukan benih untuk konsumsi sehingga hasilnya tidak maksimal.
Mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih, yang menunjukkan
kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan. Mutu benih adalah sejumlah atribut
dan kerakter benih yang ditunjukkan secara individual atau kelompok. Kualitas atau mutu
benih dapat dibagi atas 4 bagian besar, yaitu:
a. Mutu fisik benih
Mutu fisik benih ini berkaitan dengan kondisi fisik benih secara visual, seperti warna, ukuran,
bentuk, bobot dan tekstur permukaan kulit benih. Tolak ukur yang dijadikan kriteria adalah
keseragaman. Sifat-sifat lain yang diamati adalah tingkat keutuhan benih (tolak ukur; tingkat
kerusakan benih), tingkat kelembaban benih (tolok ukur; kadar air benih), dan tingkat
kontaminasi benda lain (tolok ukur; kemurnian mekanis benih).


b. Mutu fisiologis benih
Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih, yang di dalamnya
terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi benih. Parameter yang biasa
digunakan untuk mengetahui mutu fisiologis benih ini adalah viabilitas benih serta vigor
benih. Tolak ukur viabilitas benih yaitu Daya Berkecambah (DB) dan Potensi Tumbuh
Maksimum (PTM), sedangkan tolak ukur vigor benih yaitu Daya Simpan Benih dan
Kekuatan Tumbuh Benih (KecepatanTumbuh Benih).
c. Mutu genetik benih
Mutu benih secara genetik ini berkaitan dengan susunan kromosom dan DNA benih serta
jenis protein yang ada dalam benih, dengan tolak ukur kemurnian genetis benih. Selain itu,
tolak ukur lain adalah kemurnian mekanis benih yaitu persentase kontaminasi jenis atau
varietas lain.
d. Mutu pathologis benih
Tolak ukur dari mutu pathologis benih yang biasa digunakan adalah status kesehatan benih.
Hal-hal yang diamati untuk mengetahui status kesehatan benih ini adalah keberadaan
serangan pathogen, jenis pathogen, dan tingkat serangan pathogen.
Kualitas benih sangat berkaitan dengan kemurnian benih karena dari kualitas benih
yang baik akan menghasilkan kemurnian benih yang tinggi. Pengujian kemurnian diperlukan
sebagai upaya untuk mengetahui seberapa besar benih yang sebenarnya tanpa
mempertimbangkan komponen lain selain benih. Kemurnian sangat diperlukan untuk
menduga berapa berat benih yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah bibit tertentu.
Kemurnian benih merupakan presentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam
suatu contoh benih. Kemurnian benih memerlukan kualitas benih yang terbaik dengan daya
kecambah yang mencapai > 80%. Daya kecambah yang tinggi sangat dibutuhkan untuk
menentukan kualitas dari benih tersebut. Kemurnian dan kualitas benih perlu diketahui untuk
menunjang satu sama lain sehingga dapat dihasilkan produksi yang maksimal.
Dalam pemilihan benih dalam pengujian kemurnian dan mutu benih secara mekanik
diperlukan contoh uji. Untuk mendapatkan contoh uji yang seragam maka harus diaduk
terlebih dahulu di dalam suatu alat pengaduk (mixer) setelah itu diacak. Ada beberapa metode
pengacakan salah satunya digunakan suatu alat yaitu Boerner. Alat Boerner biasa juga
disebut denga Boerner conical divider atau alat pembagi. Cara kerja alat ini cukup sederhana
namun sangat membantu dalam proses pengujian mutu benih. Prinsip kerja alat boerner
adalah dengan membagi antara benih yang baik dengan contoh benih yang kurang potensial
untuk dikembangkan. Tentunya untuk menggunakan alat boerner ini harus menyediakan
contoh dari benih yang bisa dikategorikan serupa dan juga telah memenuhi bebereapa
persyaratan. Alat Boerner sangat bermanfaat dalam pengujian kemurnian benih karena
langsung memisahkan antara benih baik dengan benih yang kurang baik sehingga
pekerjaannya menjadi mudah dan lebih cepat. Sehingga pemanfaatan alat ini banyak
dilakukan untuk memisahkan antar ukuran benih sehingga lebih seragam.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada akhir pengamatan yaitu setelah hari ke tujuh
daya kecambah benih menurundibawah batas normal daya kecambah benih yang diharapkan
sehingga masih belum dapat digunakan untuk bahan tanam. Dari hasil pada benih normal
yaitu benih jagung ulangan 1 92% sedangkan ulangan 2 18% hal ini dapat disebabkan karena
perawatan yang kurang pada ulanagan dua yaitu pemberian air yang kurang karena air sangat
dibutuhkan benih untuk berkecambah. Pada benih padi ulangan 1 0 % dan ulangan 2 4%,
perbedaan sangat nyata terlihat jika dibandingkan dengan benih jagung, hal ini dapat terjadi
karena benih yang digunakan memiliki kualitas benih yang kurang baik. Benih akan
berkecambah dengan baik pada kisaran air yang tersedia jika air dalam kertas merang tidak
memenuhi kebutuhan benih akan terjadi perebutan air pada masing-masing benih karena
benih yang ditanam berjumlah 25 benih dalam 1 lembar kertas merang. Perkembangan benih
tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80% sampai 90%
dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55%. Media yang terlalu basah
juga tidak baik karena dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
busuknya benih karena cendawan atau bakteri karena itu perlu diperhatikan saat melakukan
penambahan air pada media.
Dari hasil presentase diatas dapat dilihat bahwa benih yang diuji coba masih belum
memenuhi syarat dari daya kecambah benih yang seharusnya lebih dari atau sama dengan
80%, akan tetapi benih yang dikecambahkan masih dibawah 80% sehingga masih belum bisa
digunakan sebagai bahan tanam. Apalagi benih kedelai sangat tidak mungkin digunakan
untuk bahan tanam karena daya kecambah benihnya dibawah 50% yang menyatakan bahwa
benih tersebut mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga tidak dapat digunakan untuk
bahan tanam apalagi dipasarkan kepada petani. Benih yang akan dipasarkan harus
mempunyai daya kecambah diatas 80% agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal
sehingga memberikan keuntungan bagi petani yang menggunakan benih tersebut. Benih yang
daya kecambahnya dibawah 80% terutama dibawah 50% sebaiknya jangan dipasarkan atau
digunakan karena hasil yang akan diterima tidak maksimal dan keuntungannya tidak
maksimal.

















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Benih pada umumnya membutuhkan banyak energi untuk berkecambah. Jika
keadaan lingkungannya sub-optimum maka benih harus mengeluarkan energi tambahan
untuk dapat berkecambah dengan normal. Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
daya berkecambah benih. Seperti pada praktikum yang kami lakukan, pemberian kadar garam
dengan intensitas tertentu sangat mempengaruhi perkecambahan benih.
1. vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
keadaan lingkungan yang sub optimal.
2. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan.
3. UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji
dengan cara menanam benih di antara lembar substrat lalu digulung.

5.2 Saran
Pada praktikum ini hasil yang diperoleh masih kurang dari yang diharapkan karena
benih yang digunakan memiliki daya kecambah yang rendah sebaiknya digunakan benih
yang memiliki daya kecambah yang baik agar dapat menghasilkan data yang lebih maksimal.













DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Vigor Benih Kedelai.Dikutip dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
Sutopo, lita . 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Grafindo Persada.
Syhida.2010.Viabilitas dan vigor benih.http://id.scribd.com/doc/40347094/as-Dan-Vigor-
Benih
http://id.scribd.com/doc/94029144/BAB-II-Tinjauan-Pustaka

Você também pode gostar