Você está na página 1de 3

II.

ANALISIS KASUS

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada pasien ini,
didapatkan bahwa kelainan pada pasien ini adalah kemungkinan disebabkan
karena adanya iskemik pada otak sebelah kanan dan kiri.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien pasien mengalami kelemahan pada
lengan dan tungkai kanan secara tiba-tiba 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien ditemukan keluarganya dalam posisi duduk lemas di kamar mandi.
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tidak mengalami pingsan. Adanya
kesemutan pada lengan dan tungkai, dan keluhan nyeri kepala sebelum serangan
tidak dikeluhkan oleh pasien. Adanya muntah disangkal. Menurut keluarga
pasien, pasien juga menjadi tidak dapat berbicara sejak serangan ini. Adanya
bicara pelo sebelum serangan disangkal. Adanya kesulitan menelan disangkal.
Kurang lebih 3 bulan sebelum masuk rumah sakit keluarga pasien mengaku
bahwa pasien pernah mengeluh lemas pada lengan dan tungkai kiri. Keluhan
tersebut dirasakan mendadak dan ketika pasien sedang duduk. Lalu keluarga
membawa pasien ke bidan. Tekanan darah pasien diperiksa dengan hasil tekanan
sistol 190 mmHg dan diberi obat darah tinggi. Setelah 10 hari lengan dan tungkai
dirasa membaik.

Berdasarkan anamnesis ini pasien dapat didiagnosis stroke non hemoragik. Ini
dapat ditentukan dengan menggunakan 3 macam cara, yaitu algoritma gajah
mada, skor siriraj dan skor djunaedi, yang masing-masing menunjukan bahwa
pasien ini mengalami stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik ini dapat
disebabkan karena (1) keadaan pembuluh darah yang dapat menyempit akibat
aterosklerosis atau tersumbat oleh trombus atau embolus, (2) keadaan darah,
dimana viskositas darah yang meningkat dan hematokrit yang meningkat
13

menyebabkan aliran darah ke orak lebih lambat, anemia yang berat menyebabkan
oksigenisasi orak menurun, (3) kelainan jantung sehingga menurunya curah
jantung serta lepasnya embolus yang menimbulkan iskemia otak.

Pada pasien didapatkan adanya faktor resiko untuk terkena stroke, yaitu hipertensi
yang tidak terkontrol. Faktor resiko untuk stroke itu sendiri dibedakan menjadi 2
macam, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, ras,
hereditas) dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi (hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, obesitas, hiperkolesterolemia, merokok, alkohol).

Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya stroke. Hipertensi
meningkatkan resiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Semakin tinggi
tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan pada
dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan/
perdarahan otak.

Berdasarkan pemeriksaaan fisik yang disesuaikan dengan anamnesis, didapatkan
bahwa pasien mengalami kelemahan pada tungkai dan lengan kanan, dengan
pemeriksaan pada kekuatan otot lengan dan tungkai kanan bernilai 0 (lengan atau
tungkai tidak dapat digerakkan sama sekali). Sedangkan pada lengan dan tungkai
kiri didapatkan nilai kekuatan ototnya sebesar 4 (lengan atau tungkai dapat
menahan tahanan ringan).

Pemeriksaan ini menandakan bahwa kemungkinan adanya lesi pada otak kanan
dan otak kiri pasien, dimana lesi pada otak kiri lebih besar sehingga
mengakibatkan lengan dan tungkai kanan pasien tidak bisa bergerak. Sedangkan
lesi pada otak kanan yang tidak sebesar lesi pada otak kiri. Ketidakmampuan
pasien dalam berbicara menandakan bahwa kemungkinan lesi tersebut mengenai
area bicara motorik Broca dan/atau area sensorik Wernicke.

Pada pemeriksaan CT scan didapatkan (1) Hematom dengan perifokal edem di
thalamus kiri, (2) Hematom ventrikel lateral kiri dan cornu posterior ventrikel
14

lateral kanan, (3) Infark cerebri (suspek lama) kapsula eksterna kanan, korona
radiata kiri, (4) Suspek mikro angiopati periventrikel lateralis bilateral. Ini
menunjukan bahwa adanya perdarahan di otak. Hasil CT scan ini tidak
menunjukkan hasil yang sama dengan hasil skoring siriraj, djunaedi maupun
algoritma gajah mada. Hal ini bisa terjadi, yang salah satunya bisa disebabkan
karena anamnesis yang dilakukan kurang lengkap.

Untuk tatalaksana pada pasien ini adalah
1. Nonmedikamentosa
Diet rendah garam
Fisioterapi
2. Medikamentosa
IVFD RL gtt xx
ACE Inhibitor (Capropril) 3 x 12,5 mg
Raboransia (Vitamin B 19) 3 x 1
Diuretik (Furosemid) 40 mg/hari
Antibiotik (Ceftriaxone) 1 gr/12 jam

Você também pode gostar