Você está na página 1de 7

TUGAS GEOTERMAL

MANIFESTASI PANAS BUMI DI PERMUKAAN





Oleh:
Kelompok D 2

Pandu Adi Cahya 270110110060
Beta Kurniawahidayati 270110110078
M Tressna Gandapradana 270110110079
Rainier Siahaan 270110110099
Satrio Budi Pratama 270110110100
Ade Surya Akbar 270110110116
Rahmat Fadhilul Afif 270110110137
Bimo Bhirawa 270110110140

Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2014
Pendahuluan
Geothermal, secara bahasa terbentuk dari dua kata yaitu geo yang berarti bumi dan
thermal yang berarti panasi. Geothermal dapat dimaknai sebagai energi panas yang terbentuk
secara alami dibawah permukaan bumi. Sebuah sumber geothermal dapat didefinisikan sebagai
reservoar di dalam bumi yang dapat menghasilkan panas yang bernilai ekonomis.
Sebuah area yang berpotensi mengandung sumberdaya panasbumi sering kali dicirikan
dengan adanya manifestasi permukaan seperti mata air panas, kubangan lumpur panas, geyser
dan sebagainya. Adanya manifestasi permukaan ini disebabkan oleh transfer panas pada batuan
di bawah permukaan bumi ke atas permukaan. Selain itu fluida panas bumi yang berbentuk air
dan gas dapat keluar ke permukaan bumi melalui rekahan atau reatakan pada batuan.
Manifestasi Panasbumi di Permukaan
1. Warm Ground (Tanah Hangat)
Salah satu pertanda adanya potensi geothermal di suatu area adalah tanah hangat
(warm ground). Tanah hangat ditandai dengan temperatur sebuah area tanah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan temperature tanah di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena
suhu yang lebih tinggi pada batuan bawah permukaan berpindah secara konduksi menuju
batuan yang ada di atas permukaan.
Wilayah bumi berdasarkan temperatur tanahnya dibagi menjadi dua yaitu
kasawasan non thermal dan kawasan thermal. Kawasan non thermal memiliki gradien
temperatur berkisar 10-40C/km. Kawasan thermal terbagi menjadi dua, yaitu kawasan
semi thermal dengan gradient temperature 70-80C/km dan kawasan hiperthermal dengan
gradient temperature yang sangat tinggi sehingga sering dinyatakan dalam C/cm

2. Hot Steaming Ground (Tanah Beruap)
Hot steaming ground adalah hasil dari konduksi panas bawah tanah yang
menyebabkan terciptanya uap panas yang keluar dari bawah tanah. Uap panas naik ke
sekitar permukaan tetapi tidak benar-benar habis. Uap mengembun dan menguras pergi
tanpa dilepaskan ke atmosfer. Lapisan tipis dari uap mengembun dibawah kondisi udara
lembab. Jika udara kering, maka tidak ada uap yang diamati. Uap panas yang keluar dari
bawah tanah ini dapat menjadi indikasi bahwa keadaan bawah permukaan daerah tersebut
sangat panas dan terdapat akifer sumber air tanah yang dapat dimanfaatkan dalam
eksplorasi energi panas bumi.

3. Hydrothermal Eruption (Letusan Hidrotermal)
Letusan hidrothermal adalah erupsi uap yang membawa tephra atau material kecil
yang merupakan karakter sifat periodik dari banyak area fumarol. Letusan ini membuat
kawah kecil berukuran kurang dari 1000 meter dan dikelilingi oleh endapan silica sinter,
travertine dan lapisan breksi. Letusan hydrothermal terjadi di area dimana tekanan uap
dari fluida geothermal melewati tekanan didih hidrostatik. Letusan ini terdapat pada titik
dimana peningkatan konveksi dari fluida geothermal terhambat oleh lapisan relatif
impermeable yang disebut caprock. Fenomena erupsi hidrothermal merupakan indicator
kuat dari reservoir hydrothermal aktif. Contoh letusan hydrothermal antara lain:
Waiotapu (New Zealand), Rotarua ( New Zealand), Kawah Kamojang (Indonesia),
Yangbajing (Tibet)

4. Geothermal Seepages (Rembesan Panas Bumi)
Rembesan panas bumi merupakan salah satu manifestasi permukaan dari sistem
geothermal. Rembesan panas bumi berupa air panas maupun uap air yang keluar ke
permukaan bumi, yang melewati rekahan-rekahan batuan yang ada di atasnya. Sistem
yang bekerja pada rembesan panas bumi ini hampir sama dengan mata air panas, namun
yang membedakan dari kedua manifestasi tersebut adalah dari debit fluida panas yang
dikeluarkannya. Rembesan panas bumi ini juga hampir setipe dengan fumarol, karena
bentuk fluida yang dikeluarkan juga hampir sama. Rembesan bisa masuk ke sungai atau
ke danau. Sebuah sungai rembesan bisa diidentifikasi dengan membedakan konstituen
tidak reaktif di atas dan di bawah rembesan keluar. Dapat bercampur di atas maupun
dibawah aliran sungai.

5. Hot Pools (Kolam Panas)
Kolam panas terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang disebabkan
oleh perpindahan panas dari permukaan air ke atmosfer. Kolam panas terbagi menjadi
tiga, yaitu calm pools, boiling pools, dan ebullient pools. Temperature pada calm pools
umumnya berada di bawah titik didih sehingga kecepatan aliran air pada kolam ini kecil
sekali. Pada boiling pools temperature air merupakan titik didihnya, hal ini menyebabkan
sering kali terjadi semburan air. Boiling pools juga sering diklasifikasikan sebagai mata
air panas. Ebullient pools merupakan kolam panas dengan air yang bergejolak disebabkan
oleh letupan-letupan kuat yang muncul tidak beraturan. Letupan-letupan ini disebabkan
karena terlepasnya uap panas dari dalam air. Letupan-letupan yang lebih kecil dapat
disebabkan oleh adanya non-condensible gas seperti CO
2


6. Hot Springs (Mata Air Panas)
Mata air panas juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya
panasbumi di bawah permukaan. Mata air panas merupakan mata air yang sumber airnya
berasal dari air tanah yang memiliki suhu yang tinggi akibat pemanasan secara
geothermal, dimana adanya aliran air tanah yang bersuhu tinggi muncul ke permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan.


Gambar 1. Kaitan Mata Air Panas sebagai Manifestasi Permukaan dari Geothermal

Bentuk dari mata air panas yang berada di permukaan juga memiliki berbagai macam
jenis. Mata air panas yang muncul di kawasan gunungapi sering mengalami pemanasan
oleh magma, yang menyembur ke permukaan bumi karena adanya tekanan uap di bawah
permukaan, yang sering kita sebut sebagai Geyser.
Sifat kimia air dari mata air panas seringkali digunakan untuk mengetahui jenis
reservoir di bawah permukaan. Mata air panas yang bersifat asam merupakan manifestasi
permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi uap, sementara mata air panas yang
bersifat netral merupakan manifestasi permukaan untuk sistem panasbumi yang
didominasi air.
Pemanfaatan mata air panas sangat bervariasi. Selain dalam ekplorasi energi
sumberdaya panasbumi, mata air panas juga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
manusia. Salah satu contohnya yaitu dengan adanya pemanfaatan mata air panas sebagai
sumber air pemandian air panas sebagai bagian dari pemanfaatan dari segi pariwisata.
Uap air yang dihasilkan dari mata air panas juga dapat dimanfaatkan sebagai penggerak
mesin turbin pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dari segi kesehatan, uap air dari
mata air panas juga sering dimanfaatkan sebagai spa.

7. Fumalores
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam)
atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam) dengan kecepatan
tinggi. Tingginya kecepatan dari fumarole sendiri seringkali menimbulkan suara bising.
Fumarole memiliki kandungan gas yang beraneka ragam. Apabila uap tersebut
mengandung gas H2S maka manifestasi permukaan tersebut disebut solfatar, sedangkan
fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi umumnya disebut
soffioni.
Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim
dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap umumnya tidak lebih dari
100C. Fumarole jenis ini sering disebut fumarole basah (wet fumarole). Pada daerah
dimana terdapat sistim dominasi uap selain wet fumarole juga terdapat istilah dry
fumarole, yaitu fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi sekitar 100-150C.
Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam.

8. Batuan Alterasi
Alterasi hidrothermal ialah sebuah proses yang terjadi akibat adanya reaksi
antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal ini sangat
bergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan, jenis
batuan asal, komposisi fluida (hususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne, 1984).
Alterasi dapat menghasilkan mineral bijih beserta mineral penyerta (gangue
mineral). Namun, tidak semua batuan yang mengalami alterasi hidrotermal dapat
mengalami mineralisasi bijih. Tipe alterasi tertentu biasanya akan menunjukan suatu
zona kumpulan mineral tertentu akibat ubahan oleh larutan hidrotermal yang melewati
batuan sampingnya (Guilbert dan Park, 1986, Evans, 1993).
Sekumpulan mineral ubahan tersebut terbentuk bersamaan pada kondisi
keseimbangan yang sama (aqulibrium assemblage). Mineral-mineral baru yang
terbentuk, diendapkan mengisi rekahan-rekahan halus atau dengan proses penggantian
(replacement). Mineral-mineral baru ini dikenal sebagai mineral sekunder (Anonim,
1996).

9. Mud Pools (Kolam Lumpur)
Mud pools merupakan bagian dari mata air panas asam atau fumarole dengan air
yang terbatas. Mud pools terbentuk ketika uap dan gas muncul dibawah kolam air hujan.
Gas-gas tersebut bereaksi dengan batu untuk memproduksi tanah liat, yang membuat
campuran lumpur di kolam. Ini biasanya membentuk genangan lumpur yang mendidih.
Asam dan mikroorganisme mengurai sekeliling batu menjadi lempung dan lumpur.
Lumpur pada mudpot membentuk sifat yang kental dan sering mendidih, maka dari itu
sering disemprotkan dari mudpot tersebut. Lalu membentuk semacam gunung lumpur
mini, bisa mencapai ketinggian 3-5 meter. Meskipun mudpots sering disebut "gunung
lumpur". gunung lumpur yang sebenarnya sangat berbeda di alam. Lumpur mudpot yang
umumnya putih warna keabu-abuan, tapi kadang-kadang diwarnai dengan kemerahan
atau bintik-bintik merah muda dari senyawa besi. Bentuk Mudpots dalam geotermal area
dengan temperatur tinggi, dimana air dengan suplai pendek. Sedikit air yang naik ke
permukaan di tempat dimana tanah kaya akan debu vulkanik, clay (lempung) dan partikel
halus lainnya. Ketebalan dari lumpur biasanya berubah sepanjang musiman tabel air.

Daftar Pustaka
Adibuyung, Kristanto. 2013. Indahnya Sumber Air Panas Sipohon Sumatera Utara.
http://www.yukpegi.com/indonesia/sumatera-utara/indahnya-sumber-air-panas-
sipoholon-sumatera-utara/
Anonim. 2011. Story: Hot springs, mud pools and geysers. http://www.teara.govt.nz/en/hot-springs
mud-pools-and-geysers
Evans, A,M., Ore geology and Industrial Minerals, Blackwell scientific publication.
Guilbert, G.M & Park, C.F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman and Company,
New York
Nenny Miryani Saptadji. 2001. Teknik Panas Bumi, Diktat Kuliah Prodi Teknik Perminyakan
ITB. Bandung

Você também pode gostar