Você está na página 1de 8

Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013

639
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK KELOMPOK PENERIMA BANTUAN
PEMERINTAH DAN KELOMPOK MANDIRI PADA KELOMPOK TERNAK SAPI POTONG DI
KABUPATEN PURBALINGGA

(COMPARATIVE ANALYSIS AN INCOME BEEF CATTLE FARMERS GROUPS WHO RECEIVE
GOVERNMENT AID RELATIVE TO THOSE (FARMERS) WHO DONATE RECEIVE GOVERNMENT AID
(SELF-SUPPORT) IN PURBALINGGA)

Hesti Esa Setiani, Syarifuddin Nur, dan Oentoeng Edy Djatmiko
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
hestiesa73@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian berjudul Analisis Perbandingan Pendapatan Peternak Kelompok Penerima Bantuan
Pemerintah dan Kelompok Mandiri pada Kelompok Ternak Sapi Potong di Kabupaten Purbalingga
dilaksanakan mulai tanggal 8 Maret 2013 sampai 28 Maret 2013. Penelitian dilakukan dengan
metode survei yaitu dengan mewawancarai peternak sapi potong didaerah terpilih. Daerah-
daerah yang terpilih di pilih menggunakan purpposive sampling yaitu dengan memilih lokasi yang
mempunyai ternak sapi potong dan memiliki dua kelompok peternak sapi (kelompok mandiri dan
kelompok penerima bantuan pemerintah). Responden terpilih sebesar 49 peternak dari masing-
masing kelompok dan dipilih secara acak (simple random sampling). Hasil penelitian menunjukan
bahwa rata-rata pendapatan usaha ternak sapi potong kelompok mandiri sebesar Rp.
1.613.204,00 sedangkan pada kelompok penerima bantuan sebesar Rp. 2.646.731,00. Usaha
ternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga dari kelompok mandiri dan kelompok penerima
bantuan pemerintah terdapat perbedaan pendapatan yang sangat nyata (P<0.01). Hasil analisis
regresi diperoleh persamaanY = -1120919.41 + 124995.41X
1
+ 49870.02 X
2
+ 1220999.07 X
3.
Koefisien determinasi diperoleh sebesar 63.10 persen. Tingkat pendidikan, dan lama beternak
berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan (P>0.05) sedangkan jumlah ternak yang dimiliki
berpengaruh terhadap jumlah pendapatan (P<0.05).

Kata kunci : pendapatan, kelompok mandiri, kelompok penerima bantuan pemerintah.

ABSTRACT
A study entitled Comparative Analysis An Income Beef Cattle Farmers Groups Who
Receive Government Aid Relative To Those (Farmers) Who Donate Receive Government Aid (Self-
Support) in Purbalingga. The research was conducted from March 8th, 2013 to March 28th, 2013.
The study was conducted by survey method by interviewing selected area of cattle ranchs. The
selected were taken select purposive sampling method, to choose location, that had beef cattle,
and had two groups (self-help groups and groups receiving government aid. The respondents were
selected, consisted of 49 farmers from each group and were randomly selected (simple random
sampling). The results showed that the mean of income beef cattle business of self-help groups
Rp. 1.613.204,00 and the cattle business income of beneficiary groups Rp. 2.646.731,00. The
income of beef cattle business of self-help groups differed significantly (P <0.01) from the cattle
business income of beneficiary groups. The result of regression analysis showed that equation
Y= -1120919.41 + 124995.41X
1
+ 49870.02 X
2
+ 1220999.07 X
3.
. The coefficient of determination
had 63.10 percent. The level of education and length of farminghad no effect on the income
(P>0.05), approximately the number of livestock owned had income effect (P<0.05).

Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
640
Keyword :Income, Beef Cattle Farmers GroupsWho Receive Government Aid Relative, Those
(Farmers) Who Donate Receive Goverment Aid (Self-Support).

PENDAHULUAN
Pembangunan peternakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan
pangan dan gizi, bahan baku industri, lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan.Usaha
pemeliharaan ternak oleh petani sebagian besar masih merupakan sambilan sehingga teknologi
pemeliharaan yang diterapkan masih sangat sederhana. Sapi merupakan ternak berpotensi
ekonomi yang tinggi karena mudah beradaptasi dengan lingkungan geografis, mudah dipelihara
dan sanggup mencerna makanan sederhana (Damayanti, 2010).
Populasi sapi potong di Kabupaten Purbalingga dalam beberapa tahun juga mengalami
kenaikan. Data Dinas Peternakan dan Perikanan (2011) menunjukan jumlah populasi sapi potong
di Kabupaten Purbalingga sebanyak 15.926 ekor. Populasi tersebut disumbang oleh peternak
kelompok mandiri dan kelompok penerima bantuan pemerintah. Tiap wilayah di kabupaten
Purbalingga mendapat kesempatan mendapat bantuan dari pemerintah. Sedangkan untuk para
peternak dari kelompok mandiri, modal usaha yang mereka keluarkan berasal dari modal sendiri
tanpa mendapat bantuan dari pemerintah. Sapi yang kedua kelompok tersebut budidayakan
kebanyakan jenis sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi-sapi tersebut dipelihara serta digemukan
kurang lebih 6 bulan. Pendapatan yang dirasakan oleh para peternak pada usaha ternak sapi
mereka memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka. Semakin tinggi pendapatan mereka
maka semakin baik kondisi perekonomiannya. Harapannya dengan adanya kelompok dapat
membantu para peternak dalam usaha mereka. Pendapatan yang diperoleh peternak dari kedua
kelompok tersebut berbeda sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama pemeliharaan.

METODE
Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di tiga Kecamatan di Kabupaten Purbalingga yang meliputi
Kecamatan Kutasari, Kecamatan Mrebet, dan Kecamatan Kemangkon.

Materi Penelitian
Peternak sapi potong yang tergabung dalam kelompok mandiri dan kelompok penerima
bantuan pemerintah di Kabupaten Purbalingga.

Metode Penelitian
Metode penelitan menggunakan metode survei. Penetapan sampel wilayah menggunakan
purposive sampling sedangkan untuk penetapan responden atau peternak dilakukan dengan
simple random sampling yatu dengan mengambil responden secara acak dari total responden
yang tercatat, yang tersaji pada Tabel 1.





Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
641
Tabel 1.jumlah responden peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:

No
Nama Keca-
matan
Nama Desa Jumlah peternak Jumlah responden
Kelompok
Mandiri
Kelompok
penerima
bantuan
Kelom-
pok
Mandiri
Kelompok
penerima
bantuan
1 Kemang-
kon
Kedungbenda 40 16 12 16
2 Kutasari Kutasari 69 15 18 15
3 Mrebet Mangunegara 74 18

19 18

Jumlah total 183 49 49 49
ANALISIS DATA
Pendapatan
Analisis pendapatan yaitu analisis yang dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan
usaha ternak sapi potong dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Moleong, 2004) :

I = TR TC

Keterangan :
I = income (pendapatan )
TR = total revenue (penghasilan)
TC = total cost ( biaya yang dikeluarkan )
Uji t- dua sampel independent
Metode yang digunakan untuk membandingkan 2 kelompok (pendapatan kelompok
mandiri dan pendapatan kelompok penerima bantuan).
- -
X
1
X
2
t hitung = ------------ (Kurniawan, 2008)
Sx
1
x
2

Keterangan :
_
X
1
= rata-rata kelompok 1

_
X
2
= rata-rata kelompok 2

Sx
1
x
2
= standard error kedua kelompok

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sapi potong
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara pendidikan,
jumlah ternak yang dipelihara, lama beternak dengan jumlah pendapatan. Dengan rumus:

= +
1
X
1
+
2
X
2
+
3
X
3
(Soegiyono, 2008)

Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
642
Keterangan :
Y = pendapatan
a = konstanta
b1,b2 = koefisien regresi
X
1
= jumlah kepemilikan sapi
X
2
= lama beternak
X
3
= tingkat pendidikan peternak

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dan terikat menggunakan
rumus koefisien determinasi.
R
2
= JK regresi x 100%
JK residu
Keterangan :
R
2
= Koefisien determinasi
JK regresi = Jumlah kuadrat regresi
JK residu = Jumlah kuadrat residu

Menguji pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap pendapatan usaha ternak sapi
potongdigunakan uji F sebagai berikut :
F. Hitung :
R2 /(k1)
(1R2 )/(nk)
(Sudjana, 2002)
Keterangan :
K = banyaknya variabel
N = banyaknya sampel
R
2
= koefisien determinasi

Menguji masing-masing koefisien untuk mengetahui tingkat signifikasinya menggunakan
uji t statistik yaitu :
t hitung =


(Sudjana, 2002)


keterangan :
t. hitung = nilai t hitung
bi = koefisien regresi
Sbi = kesalahan baku regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Penduduk
Penduduk Kabupaten Purbalingga hasil registrasi tahun 2011 berjumlah 863.391 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 428.887 jiwa dan perempuan 434.504 jiwa. Jumlah rumah tangga
berjumlah 217.448 dan rata-rata anggota per rumah tangga 4 orang. Total penduduk di Kabupaten
Purbalingga terdiri dari usia 0-14 tahun sebesar 27,28 persen, dan 15 tahun keatas sebesar 72,72
persen. Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011 jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang
merupakan angkatan kerja sebanyak 70.5 persen, sedangkan yang bukan angkatan kerja sebanyak
Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
643
29.5 persen. Penduduk yang bekerja sebanyak 95.45 persen terdiri laki-laki dan 93.13 persen
perempuan. (Badan Pusat Statistik Purbalingga, 2011).

Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan peternak merupakan lama pendidikan formal terakhir yang telah
ditempuh oleh peternak. Dari data yang diperoleh tingkat pendidikan peternak sapi potong di
Kabupaten Purbalingga tergolong rendah, sebagian besar hanya berpendidikan Sekolah Dasar
(SD).Tabel tingkat pendidikan peternak tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Potong di Kabupaten Purbalingga
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak / Lulus SD 50 51,02
2 Tidak / Lulus SMP 33 33,67
3 Tidak / Lulus SMA 13 13,26
4 S1 2 2,04
Total 98 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian besar peternak (51,02 persen)
hanya berpendidikan Sekolah Dasar (6 tahun). Keadaan tersebut menyebabkan pola pikir peternak
dalam meniru dan menerima teknologi peternakan cenderung kurang karena pengetahuan dan
ketrampilan yang terbatas. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Mulyadi (2003), bahwa pendidikan
adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan sehingga tingkat
pendidikan yang semakin tinggi akan membawa pengaruh positif terhadap produktivitas dan akan
berdampak pada tingginya pendapatan yang akan diperoleh.
Lama Beternak
Lama beternak adalah waktu yang ditempuh/digunakan peternak untuk memelihara ternak
sapi potong selama satu tahun. Lama beternak responden di Kabupaten Purbalingga bisa dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Lama Beternak Sapi Potong ( Tahun ) di Kabupaten Purbalingga
No Lama Beternak
( Tahun )
Jumlah
(Orang )
Persentase
( % )
1. 1 5 29 29,59
2. 6 10 32 32,65
3. 11 15 16 16,33
4. 16 20 7 7,14
5. 21 25 6 6,12
6. 26 30 10 10,20
Jumlah 98 100,00
Sumber : Data Primer Diolah ( 2013 )
Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
644
Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukan bahwa lama beternak responden sebagian besar
antara 6 10 tahun (32,65 persen). Lama beternak merupakan faktor yang amat menentukan
keberhasilan dari suatu usaha, dengan lamanya beternak peternak akan memperoleh
pengetahuan yang berharga untuk memperoleh usaha dimasa yang akan datang. ( Iskandar, 2011).
Wibowo (2006) juga menyatakan bahwa semakin lama waktu yang ditempuh peternak dalam
usaha sapi potongnya maka tingkat ketrampilan dan pengetahuan peternak dalam menerapkan
teknologi akan semakin mudah dan cepat.

Jumlah Ternak yang Dimiliki
Jumlah ternak yang dimiliki merupakan faktor yang sangat penting artinya bagi usaha
peternakan yang dijalankan, selain mempengaruhi produksi banyaknya jumlah ternak yang
dipelihara juga mempengaruhi pendapatan. Jumlah ternak yang dimiliki para responden bisa
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Ternak Sapi Potong di Kabupaten Purbalingga
No Jumlah Ternak
( ST )
Jumlah
( Orang )
Persentase
( % )
1. 0,75 1,75 45 45,92
2. 1,76 2,50 30 30,61
3. 2,56 3,25 15 15,31
4. > 3,26 8 8,16
Jumlah 98 100,00
Sumber : Data Primer Diolah ( 2013 )

Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar peternak mempunyai
jumlah ternak antara 0,75 1,75 ST sebesar 45,92 persen, jumlah ternak 1,76 2,50 ST sebesar
30,61 persen, jumlah ternak 2,56 - 3,25 ST sebesar 15,31 persen sedangkan jumlah ternak
terendah pada >3,26 ST sebesar 8,16 persen. Jumlah ternak yang dimiliki sangat penting artinya
bagi usaha peternakan yang dijalankan karena mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.Sugeng
(2000) menyatakan bahwa semakin banyak sapi potong yang dipelihara semakin banyak
pendapatan yang diperoleh.

Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong Kelompok Mandiri dan Kelompok Penerima
Bantuan
Pendapatan usaha ternak sapi potong pada kelompok mandiri maupun kelompok
penerima bantuan pemerintah didapatkan setelah dilakukan perhituangan dari data yang
diperoleh saat survei. Dari data tersebut didapatkan rata-rata pendapatan dari kelompok mandiri
sebesar Rp 1.613.204,00 sedangkan rata-rata pendapatan pada kelompok penerima bantuan Rp
2.646.731,00.
Perbedaan jumlah pendapatan antara peternak kelompok mandiri dan penerima bantuan
dapat diketahui nyata atau tidaknya dengan uji t. Data rinci uji t menunjukan bahwa pendapatan
usaha sapi potong kelompok mandiri berbeda sangat nyata terhadap (P<0,05) pendapatan usaha
ternak sapi potong kelompok penerima bantuan, terbukti t hitung lebih besar dari t tabel 0,05
diperoleh t hitung sebesar 2,458 dan t tabel sebesar 1,660. Sehingga dapat disimpulkan ada
Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
645
perbedaan antara pendapatan kelompok mandiri dan kelompok penerima bantuan.Hal ini
disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan oleh kelompok penerima bantuan cenderung
lebih kecil daripada usaha ternak sapi potong pada kelompok mandiri.
Pengaruh Variabel Tingkat Pendidikan, Lama Beternak, dan Jumlah Ternak yang Dimiliki
Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong
Tabel 5. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan peternak
Coefficients Standard Error t Stat P-value
Intercept -1120919.413 1014341.018 1.10507156 0.271949087
tingkat pendidikan 124995.412 290286.445 0.430593349 0.667739422
lama beternak 49870.022 36768.341 1.356330488 0.178208838
jumlah ternak yang dimiliki 1220999.077 207675.333 5.879364956 6.10519E-08
R
2
0,6310
F sign 2.018
Fhit 54.167

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = -1120919.413 +
124995.412(X
1
) + 49870.022(X
2
) + 1220999.077(X
3
). Hasil analisis menunjukan bahwa nilai
koefisien determinasi (R
2
) sebesar 0,6310. Hal tersebut menunjukan bahwa variansi variabel
terikat (pendapatan) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (tingkat pendidikan, lama beternak dan
jumlah ternak yang dimiliki) sebesar 63,10 persen. Selebihnya 36,90 persen dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan Tabel 5 F hit (54.167) lebih besar dari pada F sign (2.018), berarti bahwa
variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel
terikat (pendapatan) pada tingkat kepercayaan 95 persen (p<0.05).
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan yang diperoleh
peternak terbukti dari hasil analisis menunjukan bahwa t hitung(0.430) < t tabel (1.960) pada
tingkat kepercayaan 95,00 persen. Hal ini dikarenakan usaha sapi potong yang dijalankan hanya
bersifat sampingan dan peternak lebih cenderung mengandalkan ilmu yang diwariskan secara
turun temurun sehingga tidak memerlukan pendidikan yang tinggi.
Lama Beternak
Lama beternak berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan yang diperoleh peternak
terbukti dari hasil analisis menunjukan bahwa t hitung (1.356) < t tabel (1.960) pada tingkat
kepercayaan 95,00 persen. Hal ini disebabkan lamanya usaha peternakan yang dijalankan,
umumnya diperoleh dari orang tua secara turun temurun sehingga lama beternak tidak
memberikan sumbangan nyata bagi pendapatan peternak.
Jumlah Ternak yang Dimiliki
Jumlah ternak yang dimilikiberpengaruh secara nyata terhadap pendapatan yang diperoleh
peternak terbukti dari hasil analisis menunjukan bahwa t hitung (5.879) > t tabel (1,960) pada
tingkat kepercayaan 95,00 persen. Koefisien regresi 1220999.077menunjukan bahwa setiap
Hesti Esa Setiani dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 639 - 646, Juli 2013
646
penambahan satu ekor ternak sapi potong maka akan menambah pendapatan peternak sebesar
Rp. 1.220.999,077. Artinya, semakin banyak ternak sapi potong yang dimiliki peternakakan
mempertinggi pendapatan yang diterima. Krisna dan Mansur (2006) menyatakan bahwa semakin
tinggi skala usaha yang dijalankan dan dimiliki maka akan semakin besar penerimaan yang akan
diterima serta juga dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata pendapatan usaha ternak sapi potong kelompok mandiri sebesar Rp.1.613.204,00
sedangkan pada kelompok penerima bantuan sebesar Rp.2.646.731,00.
2. Usaha ternak sapi potong kelompok mandiri dan kelompok penerima bantuan pemerintah di
Kabupaten Purbalingga terdapat perbedaan pendapatan yang sangat nyata.
3. Tingkat pendidikan, dan lama beternak berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan
sedangkan jumlah ternak yang dimiliki berpengaruh nyata terhadap jumlah pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Purbalingga dalam Angka. Kabupaten Purbalingga.
Damayanti, M. Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Keluarga. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Dinas Peternakan dan Perikanan Purbalingga. 2011. Data Jumlah Ternak. Laporan tahun 2011.
Iskandar, I. 2011. Analisis Program Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Lima Puluh
Kota Sumatera Barat.Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang.
Krisna, R.dan E. Manshur.2006.Tingkat Pemilikan Sapi (Skala Usaha) Peternakan dan
Hubungannya dengan Keuntungan Usahatani Ternak Pada Kelompok Tani Ternak Sapi
Perah Di Desa Tajur Halang.Bogor, .61-64.
Kurniawan, D. 2008. Uji t 2-Sampel Independen.Statistic Computing Austria.http ://www.R-
project.org diakses tanggal 29 Januari 2013.
Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 60.
Soegiyono.2008. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.Alfabeta. Bandung.
Sudjana.2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Untuk Para Peneliti.Tarsito. Bandung.
Sugeng.2000. Sapi Potong Cetakan ke-7. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wibowo, S.A dan Haryadi, F. 2006. Faktor Karakteristik Peternak Yang Mempengaruhi Sikap
Terhadap Program Kredit Sapi Potong di Kelompok Peternak Andiniharjo Kabupaten Sleman
Yogyakarta.Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Media peternakan Vol.29 : 3.

Você também pode gostar