Você está na página 1de 26

ASET TETAP

OLEH
AGUNG ANDRE PUTRA PAKEKONG
9214 - 13 - 155
DEFINISI ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode.

Menurut definisi tersebut, suatu aset tergolong sebagai aset tetap jika dia
memiliki tiga karakteristik secara simultan, yaitu :

Pertama, memiliki wujud fisik seperti tanah, bangunan, dan perlatan.
Kedua, digunakan untuk (i) memproduksi atau menyediakan barang/jasa,
(ii) disewakan kepada pihak lain, atau (iii) untuk tujuan
administratif.
Ketiga, memiliki umur manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
JENIS JENIS ASET TETAP
Berikut ada beberapa jenis aset tetap pada berbagai perusahaan :
A. Perusahaan Jasa :
1) Aset tetap yang masa manfaatnya tak terbatas. Contohnya : Tanah
2) Aset tetap yang masa manfaatnya terbatas. Contohnya : Mesin,
Gedung dan Kendaraan.
B. Perusahaan Dagang :
1) Aset tetap yang masa manfaatnya tak terbatas. Contohnya : Tanah
2) Aset tetap yang masa manfaatnya terbatas. Contohnya : Mesin,
Gedung dan Kendaraan.
C. Perusahaan Manufaktur :
1) Aset tetap yang masa manfaatnya tak terbatas. Contohnya : Tanah
2) Aset tetap yang masa manfaatnya terbatas. Contohnya : Mesin
Produksi, Gedung Pabrik dan Kendaraan.
CARA CARA PEROLEHAN ASET TETAP
Berikut beberapa cara perolehan aset tetap :
1. Pembelian tunai
2. Pembayaran tangguhan (jangka panjang)
3. Pembelian gabungan
4. Sumbangan dari pemerintah
5. Dibangun sendiri
6. Pengeluaran saham biasa
7. Pertukaran antar aset

METODE PENYUSUTAN ASET TETAP
Berikut beberapa Metode penyusutan aset tetap :
1. Metode garis lurus
2. Metode jumlah output produktif
3. Metode akselerasi (jumlah digit tahun)

Contoh Transaksi beserta Jurnal dari Cara Perolehan Aset Tetap
1) Cara perolehan dari Pembelian Tunai :
Dalam pembelian tunai, harga perolehan aset tetap adalah harga faktur
bersih setelah di kurangi potongan tunai. Potongan tunai dari harga faktur
harus di kurangkan terlepas apakah potongan itu dimanfaatkan atau
tidak. Potongan tunai yang tidak dimanfaatkan diperlakukan sebagai rugi
atau biaya bunga.
Contoh :
Pada tanggal 1 April PT. ANTO membeli sebuah mesin produksi dengan
harga faktur Rp.8.000.000 dengan syarat 2/10, n/30 yang akan
digunakan untuk kegiatan produksi.
Harga Perolehan Mesin Produksi
Harga Faktur Rp.8.000.000
(-) Potongan Tunai Rp.8.000.000 x 2% Rp. 400.000
Harga Bersih Rp.7.600.000
Jurnal untuk mencatat pembelian :


April 1 Mesin
Kas
7.600.000
7.600.000
Seandainya harga mesin dibayar pada 15 April (diluar masa potongan),
maka jurnal yang diperlukan adalah :








2) Cara perolehan dari Pembayaran Tangguhan (jangka panjang)
Pembelian kredit (pembayaran tangguhan) jangka panjang pada
umumnya melibatkan bunga. Bunga dapat ditetapkan secara eksplisit
maupun implisit. Baik eksplisit maupun implisit, bunga tidak dapat
dimasukkan sebagai unsur biaya perolehan karena ia bukan pengorbanan
untuk memperoleh aset tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan
dana pihak lain.

April 1


15
Mesin
Utang usaha
(mencatat pembelian mesin)
Utang usaha
Rugi-Pot. Tunai Tidak
diambil
Kas
5.800.000


5.800.000
200.000

5.800.000




6.000.000
a) Bunga Eksplisit
Dalam pembelian kredit, bunga eksplisit adalah bunga yang ditetapkan
dengan terus terang.
Contoh :
Tanggal 1 April 2011 PT. AFNI membeli sebuah mesin untuk kegiatan
produksi dengan harga faktur Rp.8.250.000 , uang muka Rp.4.950.000.
Sisanya akan dibayar dua kali tiap 31 Desember dengan jumlah masing-
masing Rp.1.650.000 ditambah bunga 15% dari saldo pokok pinjaman.
Jurnal yang diperlukan :

April
2011



Des
2011
1




31
Mesin
Kas
Utang usaha
(mencatat pembelian mesin
dengan uang muka)
Utang usaha
Beban bunga
Kas
8.250.000




1.650.000
495.000

4.950.000
3.300.000




2.145.000
Perhitungan bunga untuk 31 Desember 2011 :
Saldo pokok pinjaman Rp.3.300.000
Bunga 15% x Rp.3.300.000 Rp. 495.000





Perhitungan bunga untuk 31 Desember 2012 :
Saldo pokok pinjaman awal Rp.3.300.000
(-) Angsuran awal Rp.1.650.000
Saldo setelah angsuran pertama Rp.1.650.000
Bunga 15% x Rp.1.650.000 Rp. 247.500
b) Bunga Implisit
Terkadang penjual menetapkan harga faktur dengan jumlah yang sudah
memperhitungkan bunga didalamnya, tetapi tidak dinyatakan berapa
persen bunganya. Dalam hal demikian kita harus mencari dahulu tingkat
bunga yang ditetapkan tidak terus terang.

Des
2012
31 Utang usaha
Beban bunga
Kas
1.650.000
247.500


1.897.500
Contoh :
1 April 2011 PT. AFNI membeli sebuah mesin dengan harga faktur
Rp.10.000.000 dengan syarat sebagai berikut. Uang muka Rp.6.000.000.
Sisanya dibayar dua kali selama 2 tahun tiap 31 Desember dengan
angsuran yang sama yaitu Rp.2.366.792,45. Dalam angsuran sudah
terhitung bunga.
Untuk mencari harga perolehan mesin kita harus menghitung nilai tunai
dari semua pembayaran. Nilai tunai hanya dapat dicari kalau kita sudah
mengetahui tingkat bunga implisit. Anggaplah bahwa tingkat bunga yang
wajar adalah 12% setahun. Dengan informasi ini, maka harga perolehan
mesin adalah sebagai berikut.

6.000.000 2.366.792,45 2.366.792,45
Nilai Tunai = + +
( 1 + 0,12 ) (1+ 0,12) (1 + 0,12)

= 6.000.000 + 2.113.207,55 + 1.886.792,45
= 6.000.000 + 4.000.000
= 10.000.000
Jadi kos perolehan mesin adalah Rp. 10.000.000. jurnal untuk mencatat
pembelian ini adalah sebagai berikut.





Adapun jurnal- jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran angsurannya
adalah sebagai berikut.




Perhitungan
Jumlah Angsuran Tahunan Rp.2.366.792,45
(-) Biaya Bunga 12% x Rp. 4.000.000 480.000,00

Pokok Angsuran I Rp.1.886.792,45
Jan
2011

1

Mesin Giling
kas
Utang Pembelian Mesin
( mencatat pembelian mesin )

10.000.000


6.000.000
4.000.000

Des
2011

31

Utang pembelian mesin
Biaya Bunga
Kas

1.886.792,45
480.000,00



2.366.792,45





Perhitungan
Saldo utang Awal Rp. 4.000.000,00
Pokok Angsuran I 1.886.792,45 (-)

Saldo Utang Setelah Angsuran I 2.113.207,55

Jumlah Angsuran Tahunan Rp. 2.366.792,45
Biaya Bunga 12% x Rp2.113.207,55 = 253.584,90 (-)

Pokok Angsuran II 2.113.207,55






Des
2012

31

Utang pembelian Mesin
Biaya Bunga
Kas

2.113.207,55
253.584,90



2.366.792,45
3) Cara perolehan dari Pembelian Gabungan
Dalam dunia bisnis dapat terjadi pembelian pelbagai aset tetap dengan
sistem gabungan. Harga masing-masing aset tetap ditentukan
berdasarkan metode harga pasar relatif. Jika di dalam pembelian
gabungan terdapat tanah, maka haga pasar tanah seandainya amat
andal ditetapkan lebih dahulu sebagai harga perolehan tanah. Sisanya
dialokasikan ke jenis aset lainnya.
Contoh :
Tanggal 1 April 2011 PT. AFNI membeli tanah, mesin dan peralatan
dengan harga total Rp.20.000.000. Pada saat pembelian tidak diketahui
harga pasar masing-masing jenis aset tetap tersebut. Setelah dilakukan
penelitian pada 15 April, diketahui bahwa harga psar tanah adalah
Rp.13.000.000; mesin Rp.10.500.000 dan peralatan Rp.1.500.000.
Anggaplah harga pasar tanah sangat andal.
Dengan data diatas, harga gabungan dialokasikan terlebih dahulu ke
tanah Rp.13.000.000. Sisanya Rp.7.000.000 dialokasikan sebagai
berikut.

Jenis Harga pasar % Perhitungan Alokasi
Mesin
Peralatan
10.500.000
1.500.000
87,5%
12,5%
87,5% x 7.000.000
12,5% x 7.000.000
6.125.000
875.000
12.000.000 100% 7.000.000
Jurnal pembelian gabungan sebelum diketahui harga pasar relatifnya adalah
sebagai berikut :





Setelah alokasi harga perolehan diketahui pada 15 April, maka jurnalnya
adalah :

April
2011
1 Tanah, Mesin, dan Peralatan
Kas
(mencatat pembelian aste tetap
dengan harga gabungan)
20.000.000
20.000.000
April
2011
15 Tanah
Mesin
Peralatan
Tanah, Mesin, dan Peralatan
13.000.000
6.125.000
875.000



20.000.000
4) Cara perolehan dari Sumbangan
Aset tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya dari pemerintah
atau lembaga lain. Meskipun untuk memperoleh sumbangan ini tidak ada
pengorbanan, akuntansi akan memncatatnya karena akuntansi
merupakan alat pertanggungjawaban.
Contoh :
Tanggal 25 April 2011 PT. AFNI menerima sumbangan dari pemerintah
daerah berupa tanah. Nilai wajar tanah di lokasi setempat adalah
Rp.80.000.000.
Jurnal yang diperlukan adalah :

April 25 Tanah
Modal Berasal dari Sumbangan
(mencatat tanah dari sumbangan)
80.000.000
80.000.000
5) Cara perolehan dari Dibangun Sendiri
Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri oleh perusahaan (tidak
dibeli dari pihak luar) meliputi (i) Biaya bahan bangunan yang dipakai,
(ii) Upah tenaga kerja langsung, dan (iii) biaya-biaya lain seperti
pemakaian listrik dan depresiasi aset tetap perusahaan yang digunakan
untuk membangun. Kadang-kadang untuk membiayai pembangunan aset
tetap digunakan dana dari pinjaman. Bunga yang menjadi tanggungan
perusahaan atas penggunaan dana dari pinjamandapat dimasukkan
sebagai unsur biaya perolehan. Namun, besarnya bunga yang
dimasukkan sebagai unsur biaya perolehan hanyalah bunga selama masa
konstruksi. Jika setelah masa konstruksi pinjaman belum lunas, maka
biaya bunganya dibebankan sebagai biaya periodik di laporan laba rugi
dalam kelompok biaya di luar usaha.
Jumlah pengorbanan untuk membangun aset boleh jadi lebih kecil
ketimbang jumlah harga apabila aset itu dibeli dari luar. Penghematan
yang diperoleh karena membangun sendiri tidak boleh diakui sebagai
untung. Jadi, biaya aset yang dibangun sendiri adalah jumlah
pengorbanan sesungguhnya, dengan syarat maksimum sebesar harga
dari luar atau nilai wajarnya.

6) Cara perolehan dari Pengeluaran Saham Biasa
Agar aset tetap dapat diperoleh dengan mengeluarkan saham biasa.
Biaya perolehan aset tetap adalah sebesar nilai wajar aset tetap atau
nilai wajar saham biasa, mana yang lebih dapat ditentukan pada saat
terjadi pertukaran. Kalau saham perusahaan aktif diperdagangkaan di
bursa efek, maka nilai wajar saham menjadi patokan harga perolehan
aset tetap. Sebaliknya jika saham perusahaan tidak aktif di bursa efek,
maka nilai wajar aset tetap mungkin lebih mudah dapat ditentukan.
Dengan nilai wajar manapun yang dipakai, apabila ada selisih antara nilai
wajar dan nilai nominal saham, maka selisihnya merupakan agio atau
disagio modal sahamnya. Agio diakui apabila nilai wajar lebih besar dari
pada nilai nominalnya dan disagio diakui apabila nilai wajar lebih kecil.
Contoh :
Tanggal 15 April 2011 PT. AFNI mengeluarkan 50.000 lembar saham
untuk memperoleh sebuah mesin. Nominal saham perlembar Rp.1.000.
Saham perusahaan tersebut aktif diperdagangkan di bursa efek. Pada
saat pengeluaran saham, kurs saham adalah 120. Nilai wajar mesin tidak
ditentukan.
Harga perolehan mesin adalah nilai wajar saham, yaitu Rp. 60.000.000
(50.000 x 1.000 x 120%). Jurnalnya sebagai berikut :

April
2011
15 Mesin
Modal Saham Biasa
Agio Modal Saham Biasa
(mencatat pemerolehan mesin
dengan mengeluarkan 50.000
lembar saham biasa)
60.000.000
50.000.000
10.000.000
7) Cara perolehan dari Pertukaran Antar Aset
- Pertukaran memiliki Substansi Komersial
Jika pertukaran memiliki substansi komersial, maka biaya perolehan aset
tetap baru adalah nilai wajarnya. Untung (rugi) pertukaran diakui dan diukur
sebesar selisih antara nilai wajar aset lama dan nilai bukunya.
Contoh :
Pada 2 April 2011 PT. AFNI memiliki mesin dengan biaya perolehan ketika
dahulu dibeli sebesar Rp.8.000.000; sudah di susut sampai dengan tanggal
pertukaran Rp.7.200.000 . Mesin ini ditukar dengan mesin baru yang nilai
wajarnya Rp.3.000.000. Dalam pertukaran ini, PT. AFNI masih harus tombok
dengan menyerahkan uang tunai Rp.2.600.000 pertukaran ini memiliki
substansi komersial.
Biaya perolehan mesin baru adalah sebesar nilai wajarnya, yakni
Rp.3.000.000. Jumlah tombok Rp.2.600.000 menunjukkan bahwa mesin lama
dihargai Rp.400.000 (Rp.3.000.000 - Rp.2.600.000). Adapun untung (rugi)
pertukaran di hitung sbb :

Mesin lama dihargai Rp. 400.000
(-) nilai buku mesin lama (8.000.0007.200.000) Rp. 800.000
Rugi pertukara mesin Rp. 400.000
Jurnal untuk mencatat pertukaran mesin tersebut adalah :





- Pertukaran Tidak Memiliki Substansi Komersial
Jika pertukaran tidak memiliki substansi komersial atau tak satu pun nilai
wajar aset yang dipertukarkan dapat diukur secara andal, maka biaya
perolehan aset tetap baru adalah nilai buku aset tetap lama yang
diserahkan.
Contoh :
Tanggal 2 April 2011 PT. AFNI memiliki mesin dengan biaya perolehan
ketika dahulu dibeli sebesar Rp.8.000.000; sudah disusut sampai dengan
tanggal pertukaran Rp.7.500.000. Mesin ini ditukar dengan mesin bekas
perusahaan lain. Pertukaran ini tidak memiliki substansi komersial. Nilai
wajar kedua mesin juga tidak diketahui.
Biaya perolehan mesin baru adalah nilai buku mesin lama, yakni :
Rp.500.000 (8.000.000 7.500.000).
April
2011
2 Mesin (baru)
Akm. Penyusutan mesin (lama)
Rugi pertukaran mesin
Mesin (lama)
Kas
3.000.000
7.200.000
400.000



8.000.000
2.600.000
Jurnal yang diperlukan adalah :

April
2011
2 Mesin (baru)
Akm. Penyusutan mesin (lama)
Mesin (lama)
500.000
7.500.000


8.000.000
Contoh transaksi dari Metode Penyusutan Aset Tetap
1) Metode Garis Lurus
Metode garis lurus menetapkan beban penyusutan untuk masing-masing
periode dengan jumlah yang sama dan menggunakan rumus sbb :

Penyusutan Per periode/tahun =

Contoh :
Sebuah mesin Fotocopy menunjukkan bahwa biaya perolehannya
Rp.45.000.000. Umur manfaat 5 tahun dan nilai residu Rp.5.000.000.

Penyusutan Per Tahun =

= Rp. 8.000.000

Jadi penyusutan mesin fotocopy pertahun adalah Rp.8.000.000.

Biaya Perolehan Nilai Residu
Umur Manfaat
Rp. 45.000.000 Rp. 5.000.000
5
Penyusutan Dengan Metode Garis Lurus











Seluruh penyusutan selama umur manfaat 5 tahun adalah Rp. 40.000.000
sebesar depreciable cost. Pada akhir tahun ke-5, nilai residu mesin fotocopy
sebesar Rp.5.000.000. Jumlah penyusutan tiap-tiap periode sama sebesar
Rp. 8.000.000.
Tahun Penyusutan Akm. penyusutan Nilai Tercatat
Akhir Tahun

0
1
2
3
4
5
-
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
-
8.000.000
16.000.000
24.000.000
32.000.000
40.000.000
45.000.000
37.000.000
29.000.000
21.000.000
13.000.000
5.000.000
40.000.000
2) Metode Jumlah Unit Produksi (Metode Jumlah output produktif)
Metode jumlah unit produksi hanya digunakan untuk aset tetap, tetapi tidak
digunakan untuk properti investasi. Metode ini mendasarkan pada teori bahwa aset
tetap diperoleh untuk jasa yang disediakannya dalam bentuk hasil produksi. Metode
ini membutuhkan suatu taksiran total satuan hasil dari aset tetap. Penyusutan untuk
setiap satuan hasil dihitung dengan cara membagi jumlah tersusutkan dengan
taksiran total jumlah unit produksi yang dapat dihasilkan oleh aset tetap.
Penyusutan untuk masing-masing periode berfluktuasi sesuai dengan jumlah satuan
hasil yang dihasilkan oleh aset tersebut.
Contoh :
Sebuah mesin biaya perolehannya Rp.45.000.000. Nilai residu ditaksir
Rp.5.000.000. Selama usia penggunaannya ditaksir dapat menghasilkan 100.000
unit produk. Jumlah produk pada tahun pertama adalah 20.000 unit produksi.

Tarif penyusutan per unit =

=

= Rp. 400
Penyusutan mesin pada tahun pertama adalah Rp 8.000.000 (20.000 unit x Rp.400)

Biaya Perolehan Nilai residu
Taksiran Total Jumlah Unit produksi
Rp. 45.000.000 Rp. 5.000.000
100.000
3) Metode Akselerasi
- Metode Jumlah Digit Tahun
Prosedur untuk menghitung penyusutan masing-masing tahun menurut
metode jumlah digit tahun adalah sbb :
1) Masing-masing tahun diberi digit yang bobotnya sebesar sisa umur
manfaat pada tahun yang bersangkutan. Mis, untuk aset tetap yang
umur manfaatnya 5 tahun, tahun pertama diberi digit 5 karena sisa
umur tahun pertama adalah 5 tahun. Tahun kedua diberi digit 4 karena
sisa umur pada tahun kedua adalah 4 tahun. Begitu seterusnya. Digit-
digit ini disebut digit tahun.
2) Jumlahkan digit-digit tahun untuk aset yang umurnya 5 tahun :

5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15

3) Penyusutan masing-masing tahun adalah dengan mengalikan
depreciable cost dengan angka pecahan. Angka pecahan untuk suatu
tahun tertentu adalah pembilangnyadigit tahun yang bersangkutan dan
penyebutnya jumlah digit-tahun. Mis. Tahun pertama, aset dengan umur
manfaat 5 tahun angka pecahannya adalah 5/15, untuk tahun kedua
adalah 4/15. begitu seterusnya


Contoh :
Sebuah mesin dengan biaya perolehannya adalah Rp.35.000.000 dengan
umur manfaat 5 tahun dan nilai residu Rp.5.000.000.

Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data diatas dihitung sbb :
Jumlah yang disusutkan =
Rp. 35.000.000 Rp. 5.000.000 = Rp. 30.000.000

Tahun Sisa
Umur
Perhitungan
Penyusutan
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku
Akhir Tahun
0
1
2
3
4
5
-
5
4
3
2
1
-
5/15 x 30.000.000
4/15 x 30.000.000
3/15 x 30.000.000
2/15 x 30.000.000
1/15 x 30.000.000
-
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
-
10.000.000
18.000.000
24.000.000
28.000.000
30.000.000
35.000.000
25.000.000
17.000.000
11.000.000
7.000.000
5.000.000
15/15 x 30.000.000 30.000.000
SELESAI ...

Você também pode gostar