PENGANGGARAN BIDANG KESEHATAN DI KOTA SOLOK TAHUN 2007-2010
Oleh :
Meldayeni
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk menunjang pembangunan nasional, yang diarahkan untuk menciptakan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pentingnya peran kesehatan dalam pembangunan suatu negara dan daerah menghendaki pembangunan bidang kesehatan dilakukan secara terencana, terarah, komprehensif dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa konsistensi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok selama tahun 2007-2010, pencapaian derajat kesehatan masyarakat serta kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsistensi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok. Analisis konsistensi antara perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok dilakukan dengan membuat matrik konsolidasi perencanaan dan penganggaran (MKPP) program-kegiatan bidang kesehatan. Pencapaian derajat kesehatan masyarakat berdasarkan indikator kinerja bidang kesehatan dalam dokumen RPJMD Kota Solok Tahun 2006-2011 dan Indikator Indonesia Sehat berdasarkan Kepmenkes Nomor 202/Menkes/SK/VIII/2003 dalam mewujudkan Solok Sehat Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun masih terdapat ada program dan kegiatan yang tidak konsisten, namun secara umum antar dokumen telah menunjukkan tingkat konsistensi cukup baik. Konsisten untuk anggaran bidang kesehatan antara PPAS dengan APBD di Kota Solok cukup baik dengan tingkat deviasi anggaran yang terjadi sangat kecil yaitu berkisar <10%. Untuk pencapaian derajat kesehatan masyarakat di Kota Solok 90% dari semua indikator kesehatan telah melebihi target yang ditetapkan Artinya untuk bidang kesehatan Pemerintah Kota Solok benar-benar memfokuskan pelaksanaan program dan kegiatannya untuk pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
2
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu hal yang menjadi komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Kesehatan sebagai hak asasi manusia sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Ini berarti suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi (Menkes, 2006). Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk menunjang pembangunan nasional, yang diarahkan untuk menciptakan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Di Kota Solok pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu misi Pemerintah Daerah dan menjadi prioritas agenda pembangunan dalam dokumen perencanaan baik itu dalam dokumen perencanaan tahunan maupun dokumen perencanaan jangka menengah. Hal ini sehubungan dengan keinginan dari Pemerintah Kota untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mewujudkan Kota Solok Sehat 2010 sebagai pencapaian tujuan Indonesia Sehat. Dalam rangka mendukung program Pemerintah Kota Solok dalam bidang kesehatan tersebut diperlukan optimalisasi penyelenggaraan dalam perencanaan dan penganggaran. Pentingnya peranan perencanaan pembangunan menjadi bagian yang tak terhindarkan sebagai suatu kebutuhan untuk menyusun rancangan kebijakan, program dan kegiatan yang secara konsisten menuju pada cita-cita yang disepakati bersama. Sementara itu perencanaan pembangunan bidang kesehatan dalam bentuk program, kebijakan maupun kegiatan akan tinggal sebagai dokumen yang sia-sia jika tidak dikaitkan dengan penganggarannya, ini disebabkan arena anggaran merupakan bagian yang sangat penting untuk 3
merealisasikan rencana dan target-target pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun di sisi lain, keterbatasan anggaran semakin menuntut adanya perencanaan yang matang agar pemanfaatan sumber daya yang tersedia benar- benar dilakukan secara efektif dan efisien (Mulyati, 2010). Permasalahan yang sering muncul adalah dokumen perencanaan belum sepenuhnya digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana kegiatan tahunan, sehingga antara program dan kegiatan yang direncanakan tidak konsisten dengan program dan kegiatan yang dianggarkan. Program dan kegiatan yang direncanakan idealnya sama dengan program dan kegiatan yang dianggarkan. Namun beberapa hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa pada sebagian besar pemerintah daerah selama ini dalam penyusunan anggaran mengabaikan dokumen perencanaan yang ada, sehingga tidak tercapainya sasaran pembangunan.
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana konsistensi antara perencanaan dengan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok serta alasan yang menjadi penyebab apabila terjadi ketidakkonsistenan. b. Bagaimana pencapaian derajat kesehatan masyarakat di Kota Solok. c. Kebijakan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsistensi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan sehingga tercapai sasaran dan tujuan yang diinginkan.
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Menganalisis konsistensi antara perencanaan dengan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok serta sebab-sebab apabila terjadi ketidakkonsistenan. 4
b. Menganalisis pencapaian derajat kesehatan masyarakat di Kota Solok. c. Menyusun implikasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsistensi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan dalam pencapaian sasaran dan tujuan.
D. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan penelitian, diantaranya: a. Penelitian ini ditujukan pada perencanaan dan penganggaran dalam 4 (lima) Tahun Anggaran yaitu Tahun Anggaran 2007-2010. Tahun Anggaran 2007 merupakan tahun pertama Pemerintah Kota Solok mengimplementasikan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. b. Program dan kegiatan yang menjadi objek penelitian adalah mengenai program dan kegiatan untuk bidang kesehatan di Kota Solok. c. Dokumen KUA, PPAS dan APBD yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen setelah dilakukannya perubahan karena program dan kegiatan dalam dokumen tersebut yang dilaksanakan setiap tahunnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. d. Analisis pencapaian derajat kesehatan berdasarkan sasaran bidang kesehatan dalam RPJMD Kota Solok Tahun 2006-2011 dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan Indikator derajat kesehatan untuk Kota Solok Sehat 2010 berdasarkan Indonesia Sehat 2010. e. Sasaran bidang kesehatan dalam RPJMD Pemerintah Kota Solok Tahun 2006-2011 dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Solok adalah Usia Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Prevalensi Gizi Kurang Anak Balita. f. Indikator derajat kesehatan berdasarkan Indonesia Sehat 2010, terdiri atas Mortalitas, morbiditas dan status gizi.
5
II. Tinjauan Literatur
A. Perencanaan Pembangunan Konsep dasar perencanaan adalah rasionalitas, ialah cara berpikir ilmiah dalam menyelesaikan problem dengan cara sistematis dan menyediakan berbagai alternatif solusi guna memperoleh tujuan yang diinginkan. Menurut Syafrizal (2009: 15) perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Menurut Jhingan (2000), perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan Perencana Pusat, tujuan tersebut untuk mencapai sasaran sosial, politik atau lainnya. Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama dari manajemen pembangunan yang mutlak diperlukan mengingat kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan pembangunan yang lebih baik dirumuskan kegiatan pembangunan yang lebih efisien dan efektif dengan hasil yang optimal dalam pemanfaatan sumber daya yang ada (Pelengkap Buku Pegangan, 2007, Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah Departemen Keuangan Republik Indonesia). Untuk mewujudkan perencanaan yang sinergis dan harmonis, maka dalam penyusunannya diperlukan proses : a. Pendekatan politik. Hal ini dikarenakan rakyat dipandang memilih Presiden/Kepala Daerah berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan sehingga perencanaan pembangunan merupakan penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). 6
b. Pendekatan teknokratik. Yaitu bahwa perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk hal tersebut. c. Pendekatan partisipatif. Yaitu bahwa perencanaan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa saling memiliki. d. Pendekatan atas-bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan ini dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa dan Kelurahan. Dengan mempedomani proses perencanaan yang sinergis dan nantinya akan melahirkan dokumen perencanaan pembangunan ditingkat daerah. Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (3) menyatakan definisi dari sistem perencanaan pembangunan nasional sebagai berikut : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Adapun ruang lingkup perencanaan pembangunan meliputi : a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah c. Rencana Kerja Perangkat Daerah d. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Rentra-SKPD) e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
B. Konsep Anggaran Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu 7
anggaran. Menurut Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah 3, Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistimatis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Dalam penganggaran terdapat prinsip-prinsip yang melekat (Deputi IV BPKP), yaitu : 1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. 2) Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggarannya dalam APBD/perubahan APBD. 3) Keadilan anggaran Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat. 4) Efisiensi dan efektifitas anggaran Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat 8
dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat. 5) Disusun dengan pendekatan kinerja APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait. Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di era otonomi daerah adalah sebagai berikut: 1. Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik. 2. Anggaran Daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah (work better and cost less). 3. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran. 4. Anggaran Daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance oriented) untuk seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan. 5. Anggaran Daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang terkait. 6. Anggaran Daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para pelaksananya untuk memaksimalkan pengelolaan dananya dengan memperhatikan prinsip value for money.
C. Keterkaitan antara Perencanaan dan Penganggaran Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintah, karena berkaitan dengan tujuan dari pemerintah itu sendiri untuk mensejahterakan rakyatnya. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi, oleh karenanya output dari 9
perencanaan adalah penganggaran. Perencanaan merupakan panduan strategis dalam mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses penyusunan anggaran harus memperhatikan beberapa aspek yaitu : (1) kesesuaian atau keterkaitan antara belanja yang dikeluarkan dengan isu strategis, tujuan, sasaran dan prioritas pembangunan yang disepakati, penganggaran dikaitkan dengan tujuan dan sasaran strategis; (2) terdapat tujuan dan program yang jelas; (3) terdapat standar pelayanan yang jelas; (4) terdapat indikator kinerja yang disepakati untuk mengukur kinerja program/kegiatan. Gambar 2.1. Alur Perencanaan dan Penganggaran
Sumber: UU Nomor 25 Tahun 2004 dan UU Nomor 17 Tahun 2003
D. Konsep Peningkatan Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang 10
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam Pasal 3 Undang-Undang ini disebutkan pula bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia. 2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat. 3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat. Peningkatan kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kualitas manusia. Menurut Elfindri (2003), kesehatan sebagai modal dimana investasi kesehatan bermakna secara mikro untuk meningkatkan nilai stok manusia, berupa ketahan fisik dan intelejensia, serta investasi kesehatan dapat mengurangi penyusutan nilai stok manusia. Perbaikan kesehatan yang terus- menerus akan menuju pada suatu keadaan yang sehat. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat.
11
III. Metodologi Penelitian
A. Kerangka Analisis Gambar 3.1. Kerangka Analisis Tahap I
Tahap II
Tahap III
Program dan Kegiatan Bidang Kesehatan dalam Dokumen Perencanaan Program, Kegiatan dan Alokasi Dana Bidang Kesehatan dalam Dokumen Anggaran Analisis Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan Analisis pencapaian derajat kesehatan masyarakat Menyusun implikasi kebijakan untuk meningkatkan konsistensi dalam pencapaian sasaran dan tujuan Konsisten Tidak Konsisten, sebab-sebab terjadinya ketidakkonsistenan
12
B. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang dikeluarkan oleh dinas/instansi terkait yang ada di Kota Solok, berupa Buku Kota Solok dalam Angka, Profil Kesehatan Kota Solok, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Solok. Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara dengan pejabat yang terkait dalam proses penyusunan perencanaan dan penganggaran, dan SKPD yang mengurus bidang kesehatan di Kota Solok.
C. Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Disamping itu, metode penelitian komparatif juga digunakan dalam penelitian ini yaitu mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya fenomena tertentu. Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian telah selesai berlangsung. 1) Analisis konsistensi antara perencanaan dan penganggaran untuk bidang kesehatan Analisis dilakukan dengan mengevaluasi program dan kegiatan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran berupa RPJMD, RKPD, KUA, PPAS dan APBD disusun dengan membuat matrik konsolidasi perencanaan dan penganggaran (MKPP) program-kegiatan bidang kesehatan. Penyusunan Matrik Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran program-kegiatan dilakukan dengan integrasi antara dua dokumen, yakni: a. Integrasi RPJMD dengan RKPD 13
b. Integrasi RKPD dengan KUA c. Integrasi KUA dengan PPAS d. Integrasi RKPD dengan APBD e. Integrasi PPAS dengan APBD Pengelompokkan konsistensi untuk dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 3.1. Pengelompokkan Konsistensi Program dan Kegiatan
No. Program/Kegiatan Pengelompokkan Konsistensi Dokumen A Dokumen B 1. Ada Ada Konsisten 2. Ada Tidak ada Tidak Konsisten 3. Tidak ada Ada Tidak Konsisten Selanjutnya untuk menentukan tingkat konsistensi secara keseluruhan dari dokumen tersebut dilakukan melalui teknik persentase yaitu : Tingkat konsistensi (%) Program = Jumlah Program yang konsisten x 100% Total Program Tingkat konsistensi (%) Kegiatan = Jumlah Kegiatan yang konsisten x 100% Total Kegiatan Untuk mengatahui penyebab program dan kegiatan yang tidak konsisten, dilakukan wawancara mendalam (indept interview). Untuk program dan kegiatan yang telah konsistensi secara nomenklatur, seterusnya dilihat konsistensi berdasarkan deviasi anggaran. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut : Gambar 3.2. Flowchart Analisis Konsistensi Dokumen PPAS dengan APBD
PPAS NOMENKLATUR SINKRON APBD Konsisten Deviasi Anggaran PPAS dengan APBD Tidak Konsisten Faktor Penyebab 14
Selanjutnya untuk mengetahui jumlah dan persentase (%) deviasi anggaran untuk program dan kegiatan yang telah konsistensi secara nomenklatur disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2. Deviasi Anggaran Kegiatan Bidang Kesehatan di dalam PPAS dan APBD di Kota Solok No Program /Kegiatan yang Konsisten PPAS APBD Deviasi Anggaran (Rp) (Rp) (Rp) % 1.
2.
3.
4.
5. Dst. Total 2). Analisis Pencapaian Derajat Kesehatan Masyarakat di Kota Solok Untuk menganalisis pencapaian derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menganalisis kondisi pencapaian derajat kesehatan masyarakat berdasarkan sasaran bidang kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang terdapat dalam Dokumen Perencanaan Jangka Menengah Kota Solok Tahun 2006-2011 dan indikator derajat kesehatan untuk Kota Solok Sehat 2010 berdasarkan Indonesia Sehat 2010, dengan cara membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 3). Menyusun Implikasi Kebijakan untuk Peningkatan Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Berdasarkan hasil dari temuan tingkat konsistensi dan penyebab terjadinya ketidakkonsistenan serta pencapaian indikator-indikator kesehatan, disusun implikasi kebijakan untuk peningkatan konsistensi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok.
15
V. Hasil Analisis dan Pembahasan
A. Analisis Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan Kota Solok Tahun 2007-2010 Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) dimaksud untuk merumuskan pilihan-pilihan strategi, kebijakan dan program yang akan diambil dalam rangka mencapai sasaran dan target yang ingin dicapai. Sasaran dan target tersebut dapat dicapai jika dalam penyusunan anggaran berpedoman kepada RPJMD yang telah disusun, karena dalam RPJMD terdapat program yang diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Analisis konsistensi antara perencanaan dan penganggaran dilakukan dengan membandingkan antara program dan kegiatan dalam dokumen RPJMD, RKPD, KUA, PPAS dan APBD dalam bidang kesehatan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Perkembangan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 5.1.Perkembangan Konsistensi Antara Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Tahun 2007-2010 (Persentase)
Konsistensi 2007 2008 2009 2010 Konsisten Tidak Konsisten Konsisten Tidak Konsisten Konsisten Tidak Konsisten Konsisten Tidak Konsisten RPJMD dengan RKPD (Program) 44,44 55,56 100 - 100 - 88,23 11,77
RKPD dengan KUA (Kegiatan) 26,47 73,53 90,9 9,01 89,36 10,64 97,67 2,33 RKPD dengan APBD (Kegiatan) 26,47 73,53 90,9 9,01 89,36 10,64 97,67 2,33 KUA dengan PPAS (Kegiatan) 100 - 100 - 100 - 100 - PPAS dengan APBD (Kegiatan) 100 - 100 - 100 - 100 - Sumber : Hasil analisis Dari Tabel diatas dapat dilihat konsistensi antara perencanaan dan penganggaran di Kota Solok selama tahun 2007-2010. Dari hasil tersebut masih diperoleh ketidakkonsistenan setiap tahunnya, hal ini disebabkan karena : 16
a. RKPD Tahun 2007 masih berpedoman kepada RPJMD Pemerintah Daerah Kota Solok Periode Kepala Daerah sebelumnya untuk program transisi kepala daerah, karena ketika penyusunan RKPD ini RPJMD tahun 2006- 2011 untuk Kepala Daerah terpilih belum selesai dibuat dan disahkan (disahkan tanggal 21 Maret 2006). b. Tahun Anggaran 2007 merupakan tahun pertama Pemerintah Kota Solok mengimplementasikan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sedangkan RKPD tahun 2007 ditetapkan dengan Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun 2006 dan disusun masih berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dan Perda Nomor 1 Tahun 2003. Sehingga pada tahun 2007 RKPD yang telah dibuat belum mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (ditetapkan tanggal 15 Mei 2006), sedangkan penyusunan KUA telah berdasarkan kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. c. Adanya Dana Alokasi Khusus yang diterima dari Pemerintah Pusat yang digunakan untuk peningkatan sarana dan prasarana kesehatan Kota Solok petunjuk teknis penggunaan dana tersebut baru diketahui setelah dokumen perencanaan selesai disusun, untuk itu Pemerintah Kota Solok harus memprioritaskan kegiatan tersebut dan menyediakan dana pendamping / penunjang untuk kegiatan ini. Untuk membiayai kegiatan ini maka kegiatan yang telah direncanakan dalam RKPD tidak jadi dianggarkan karena anggaran yang ada terbatas dan kegiatan tersebut tidak masuk dalam prioritas d. Adanya program yang sebelumnya tidak ada dalam RPJMD dan Program tersebut direncanakan dalam RKPD berdasarkan hasil musrenbang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah untuk program yang akan dilakukan dan merupakan kebutuhan masyarakat (tahun 2010) e. Adanya kegiatan yang mempunyai sasaran yang sama, sehingga tidak perlu dianggarkan kembali (tahun 2010).
17
Gambar 4.1. Konsistensi antara dokumen perencanaan dan penganggaran tahun 2007-2010 (Persentase)
Dapat disimpulkan bahwa secara umum untuk bidang kesehatan di Kota Solok selama tahun 2007-2010 untuk program dan kegiatan antara dokumen- dokumen perencanaan dan penganggaran menunjukkan adanya keterkaitan dan konsistensi yang cukup baik. Kegiatan yang telah konsistensi secara nomenklatur antara PPAS dengan APBD bidang Kesehatan di Kota Solok, seterusnya dilihat berdasarkan deviasi anggaran. Deviasi ini untuk melihat seberapa besar jumlah anggaran dalam APBD berpedoman terhadap jumlah anggaran yang telah ditetapkan dalam PPAS. Tabel 4.2. Jumlah Kegiatan Bidang Kesehatan di Kota Solok Berdasarkan Deviasi Anggaran Tahun Tingkat Deviasi Total Kegiatan Jumlah deviasi anggaran (Rp) <10% 10%- 20% 20%- 30% >30% 2007 1 0 0 0 34 20.000 2008 1 0 0 0 43 1.432.000 2009 6 1 0 0 40 (337.957.400) 2010 1 0 1 0 40 510.868.500 Sumber : Hasil analisis Pada tabel diatas dapat dilihat jumlah kegiatan (%) berdasarkan tingkat deviasi anggaran. Selama tahun 2007-2010 tingkat deviasi anggaran yang terjadi antara PPAS dengan APBD sangat kecil yaitu berkisar <10% dan hanya terjadi 18
pada 1 kegiatan tahun 2007, 2008 dan 2010, dan 6 kegiatan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 10-20% pada satu kegiatan dan 2010 ditemukan tingkat deviasi 20- 30% pada satu kegiatan. Deviasi anggaran ini disebabkan adanya penambahan atau pengurangan anggaran yang telah ditetapkan dalam PPAS untuk menjalankan program dan kegiatan yang direalisasikan dalam APBD. Pengurangan anggaran ini dalam rangka efisiensi anggaran, adanya kesalahan membuat rincian dalam perhitungan anggaran oleh SKPD. Penambahan anggaran dalam rangka percepatan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Namun secara umum tingkat konsisten anggaran untuk bidang kesehatan di Kota Solok cukup baik.
B. Pencapaian Derajat Kesehatan Masyarakat di Kota Solok. Capaian ini berdasarkan sasaran bidang kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang terdapat dalam Dokumen Perencanaan Jangka Menengah Kota Solok Tahun 2006-2011 dan capaian indikator derajat kesehatan untuk Kota Solok Sehat 2010 berdasarkan Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Hasil capaian ini akan dikaitkan dengan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran dalam bidang kesehatan ini. Hal ini dilakukan untuk melihat implikasi konsistensi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan terhadap capaian derajat kesehatan masyarakat di Kota Solok.
Tabel 4.3. Capaian Sasaran Bidang Kesehatan Kota Solok Berdasarkan Dokumen RPJMD 2006-2011 Sasaran Bidang Kesehatan CAPAIAN Target MDGs 2007 2008 2009 2010 2015 1. Meningkatnya Usia Harapan Hidup dari 68,9 tahun 2005 menjadi 71,6 69,23 69,34 69,31 69,34 - 2. Menurunnya Angka Kematian Bayi per- 1000 kelahiran hidup 18 17,85 10,1 13,2 23 3. Menurunnya Angka Kematian Ibu Melahirkan per-1000 kelahiran hidup 88,41 81,17 0 0 102 per 100.000 4. Menurunnya Angka Prevalensi Gizi Kurang Anak Balita (Persentase) 2,7 46 3,43 2,3 3,15 Sumber : Buku Profil Kesehatan Kota Solok Tahun 2008-2011 19
RPJM Kota Solok tahun 2006-2011 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kerja Pemerintah Daerah. Visi Pemerintah Daerah Kota Solok sebagai harapan, gambaran atau cita-cita yang ingin diwujudkan kedepan, diaplikasikan kedalam misi, strategi dan arah kebijakan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah tahun 2006 2011 bidang kesehatan merupakan prioritas pembangunan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adanya peningkatan derajat kesehatan menunjukkan terjadinya perbaikan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Berarti konsistensi antara program dan kegiatan yang direncanakan dalam dokumen perencanaan dan telah dilaksanakan dengan anggaran yang tersedia dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD Pemerintah Kota Solok Tahun 2006-2011 untuk bidang kesehatan menampakkan hasilnya terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan .
Tabel 4.4. Capaian Indikator derajat kesehatan dalam rangka Kota Solok Sehat 2010 berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010 INDIKATOR TARGET 2010 CAPAIAN 2007 2008 2009 2010 Mortalitas: 1. Angka Kematian Bayi per-1000 kelahiran hidup 40 18 17,85 10,1 13,2 2. Angka Kematian Balita per-1000 kelahiran hidup 58 0,3 1,6 11,7 10,39 3. Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 kelahiran hidup 150 0,7 0 0 0 4. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir 67,9 69,23 69,34 69,31 69,34 Morbiditas : 5. Angka Kematian Malaria per-1.000 penduduk 5 0 0 0 0 6. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ 85 26 26 27 26 6. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 tahun per-100.000 anak 0,9 0 19,81 5 0 7. Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 penduduk 2 14 18,59 23,13 11,79 Status Gizi : 8. Persentase Balita dengan gizi buruk 15 1,2 3,87 4,87 3,9 9. Persentase kecamatan bebas rawan gizi 20 100 100 100 100 Sumber : Buku Profil Kesehatan Kota Solok Tahun 2008-2011 20
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari seluruh Indikator derajat Kesehatan (10 indikator) hanya 1 indikator yaitu Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 penduduk yang belum dicapai oleh Kota Solok untuk mewujudkan Kota Solok Sehat 2010, sedangkan indikator lainnya telah melebihi target yang ditetapkan untuk Indonesia Sehat 2010. Kota Solok Sehat 2010 telah menunjukkan keberhasilannya karena 90% indikator derajat kesehatan telah tercapai. Konsistensi antara perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan berdampak terhadap peningkatan pencapaian indikator derajat kesehatan untuk Kota Solok Sehat 2010.
21
IV. Penutup
A. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut: 1. Konsistensi antara perencanaan dan penganggaran untuk bidang kesehatan di Kota Solok tahun 2007-2010, berdasarkan analisis konsistensi antar dokumen dengan menggunakan Matrik Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran dapat disimpulkan bahwa antar dokumen telah menunjukkan tingkat konsistensinya yang cukup baik. Artinya untuk bidang kesehatan Pemerintah Kota Solok benar-benar memfokuskan pelaksanaan program dan kegiatannya untuk pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 2. Dalam penelitian masih terdapat ada program dan kegiatan yang tidak konsisten. Ketidakkonsistenan setiap tahunnya disebabkan karena : (a) Lambatnya penyelesaian dan pengesahan RPJMD tahun 2006-2011, (b) Keluarnya peraturan baru dalam pengelolaan keuangan yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, (c) Adanya Dana Alokasi Khusus yang diterima dari Pemerintah Pusat yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan didaerah, (d) Adanya program baru yang merupakan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, (e) Adanya kegiatan dengan tujuan dan sasaran yang sama. 3. Selama tahun 2007-2010 tingkat deviasi anggaran yang terjadi antara PPAS dengan APBD sangat kecil yaitu berkisar <10% dan hanya terjadi pada 1 kegiatan tahun 2007, 2008 dan 2010, dan 6 kegiatan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 ditemukan tingkat deviasi 10-20% dan 2010 tingkat deviasi 22,87% pada satu kegiatan. Secara umum tingkat konsisten anggaran untuk bidang kesehatan di Kota Solok cukup baik. 4. Pencapaian untuk derajat kesehatan masyarakat di Kota Solok yang merupakan sasaran untuk bidang kesehatan yang tertuang dalam RPJMD Kota Solok Tahun 2006-2011, adanya peningkatan derajat kesehatan 22
menunjukkan terjadinya perbaikan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Berarti konsistensi antara program dan kegiatan yang direncanakan dalam dokumen perencanaan dan telah dilaksanakan dengan anggaran yang tersedia dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD Pemerintah Kota Solok Tahun 2006-2011 untuk bidang kesehatan menampakkan hasilnya terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan . 5. Pencapaian Kota Solok Sehat 2010 untuk indikator derajat kesehatan menunjukkan 90% indikator derajat kesehatan telah tercapai. Konsistensi antara perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan berdampak terhadap peningkatan pencapaian indikator derajat kesehatan untuk Kota Solok Sehat 2010.
B. Rekomendasi Terhadap beberapa persoalan yang ditemukan dari hasil penelitian, untuk meningkatkan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran,bidang kesehatan di Kota Solok maka dapat direkomendasikan: mempercepat dalam membuat dan menyelesaikan dokumen perencanaan lima tahunan RPJMD Pemerintah Kota Solok setelah terpilihnya Walikota dan Wakil Walikota, peningkatan intensitas informasi dan komunikasi dengan pemerintah yang lebih tinggi, meningkatkan SDM perencana dalam membuat setiap kegiatan yang diajukan dan meningkatkan pengetahuan aparatur yang terkait dalam penyusunan anggaran.
23
Daftar Pustaka
Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi daerah , BPFE,Yogyakarta
A.W Widjaja, 1995, Titik Berat Otonomi pada Daerah Tingkat II, Manajemen PT.Grafindo Persada, Jakarta
-----------------, 2004, Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi, Penerbit Pt.Grafindo Persada, Jakarta
Bunglin, Buehan, 2005, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Bratakusumah dan Riyadi, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Menggali Potensi dalam mewujudkan Otonomi Daerah, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/kota, Jakarta
Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah 3, 2005, Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis kinerja, Jakarta
Eprienti, Lelis, 2006, Analisis Tingkat Konsistensi Program dalam Restrada dan APBD Kota Sawahlunto, Tesis Perencanaan Pembangunan, Universitas Andalas
Elfindri, 2001, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit Universitas Andalas, Padang
---------,2003, Ekonomi Layanan Kesehatan, Penerbit Universitas Andalas, Padang
---------, 2008, Strategi Sukses Membangun Daerah, Penerbit Gorga Media
Institute For Civil Strengthening (ICS), 2009, Apbd 2008 Tidak Memenuhi Kelayakan, Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil Papua
Jhingan, M.L, 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kunarj, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, UI Press, Jakarta
24
Kuncoro, Mudrajat, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Penerbit Erlangga, Jakarta
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta
------------, 2002,Otonomi Daerah sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah, Jurnal Ekonomi Rakyat (Artikel-Th.1-Nomor 4- Juni 2002)
Mulianto, dkk, 2004. Penelitian optimalisasi Kemampuan Daerah Kabupaten/kota dalam Melaksanakan Otonomi Daerah, Balitbang Prov. Jawa Tengah
Mulyati, S.Endang, 2010, Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Bdang Pendidikan di Kota Padang Panjang Tahun 2007-2009, Tesis Perencanaan dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia
Musgrave, Richard dan Peggi, 1991. Keuangan Negara dan Daerah, Jakarta, Erlangga.
Nazir, Moh, 2003, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
25
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Miniman Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/MENKES/KES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota
Pemerintah Daerah Kota Solok, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Pemerintah Daerah Kota Solok periode 2006-2011, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Solok, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Solok Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Solok, Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kota Solok Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Solok, PPAS Kota Solok Tahun 2007-2010, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Solok, Perubahan APBD Kota Solok Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Solok, Kota Solok Dalam Angka Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Solok, Profil Kota Kesehatan Kota Solok Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2011, Dinas Kesehatan.
Pemerintah Daerah Kota Solok, Profil Kota Solok Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
26
Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik : Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta
Syafrizal, 2009, Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, Penerbit Baduose Media, Padang
Sinaga, Murbanto, 2004, Realita Perencanaan dan Anggaran, Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara
Suwandi, Made, 2002, Konsepsi Dasar Otonomi Daerah Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta
Suyatno, Ukuran-Ukuran dalam Kesehatan dan Epidemiologi, Universitas Diponegoro
Usodo, G.Wisnu, 2008, Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran di Kabupaten Temanggung Kasus : Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, Tesis Perencanaan Pembangunan, Universitas Andalas
Utama, Surya, 2004, Upaya Menghadapi Masalah Kesehatan di Masa Depan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara