Você está na página 1de 56

Islam, Manuskrip, dan Tatar Sunda

Oleh Nashih Nashrullah



nashihn@redaksi.republika.co.id



Untuk kesekian kalinya, dalam studi sejarah Islam Nusantara, peran manuskrip atau naskah
Islam klasik lokal sangat berarti. Manuskrip menjadi bukti empiris yang menguatkan
beragam hipotesa sejarah di lapangan. Tentu ada banyak data lain, seperti warisan berbentuk
fisik bangunan, masjid, makam, atau lainnya, tetapi tetap saja manuskrip lebih unggul.
Hanya saja, kondisi naskah-naskah kuno itu sering kali jauh memprihatinkan ketimbang
bangunan-bangunan itu sendiri.

Menelusuri sejarah penyebaran Islam di Tanah Pasundan juga tak bisa terlepas dari referensi
berupa naskah-naskah Sunda kuno tersebut. Hadi S Ekadjati dalam "Pengetahuan Geografi
Masyarakat Sunda Berdasarkan Manuskrip Sunda Kuno dan Catatan Perjalanan Orang
Portugis" menjelaskan, secara garis besar, deretan naskah Sunda Kuno itu terbagi menjadi
tiga kategori yakni naskah dari masa kuno, masa peralihan, dan masa baru. Dari ketiga
naskah itu yang memiliki keterkaitan langsung dengan penyebaran Islam adalah naskah-
naskah pada masa peralihan.

Manuskrip Sunda Peralihan yang berasal dari masa mulai datangnya pengaruh agama dan
kebudayaan Islam pada abad ke-17 dan ditulis pada kertas daluang dengan menggunakan
aksara Carakan (Jawa), Arab, Pegon serta bahasa Jawa, Arab, dan Sunda hingga mulai
ditinggalkannya penggunaan kertas, aksara dan bahasa tersebut menjelang pertengahan abad
ke-19, kecuali aksara Pegon dan bahasa Sunda dalam jumlah sedikit.

Oleh Aditya Gunawan dalam tulisannya yang bertajuk "Naskah- Naskah Islam Sunda Kuna",
manuskrip masa peralihan disebut sebagai bahan penting untuk menyimpulkan bahwa telah
terjadi akulturasi budaya Islam dan Sunda kuno. Ia menyebutkan dari puluhan naskah Sunda
Kuna yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI (PNRI), terdapat beberapa di antaranya
berisi teks-teks keislaman yang, meski jumlahnya tidak banyak, penting untuk dikaji. Teks
"Carita Waruga Guru" (CWG) yang diumumkan oleh C.M. Pleyte (1913) adalah salah satu
contohnya.

Dalam sejumlah detail, kita menemukan istilah Arab yang mulai memperkaya bahasa Sunda
Kuna dalam teks, seperti istilah kitab yang menggantikan istilah apus.

Pola penyebaran Islam di Tanah Sunda selaras dengan Islamisasi yang berlaku di Jawa secara
keseluruhan. Pendekatan yang digunakan ialah cara-cara damai dan persuasif. Kebudayaan
dan keyakinan pra-Islam, seperti Sunda Wiwitan, dikikis secara perlahan. Dan, tanpa ada
faktor pemaksaan.

Dadan Wildan dalam "Perjumpaan Islam dengan Tradisi Sunda" membuktikan, Islamisasi
yang gencar di Tanah Pasundan ketika itu, tidak memaksakan komunitas Baduy Desa
Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Mereka tetap bertahan dengan ajaran
warisan leluhurnya, yakni Sunda Wiwitan.

Meski demikian, ia juga sepakat bahwa pendekatan akulturasi budaya sangat kental dalam
proses awal dakwah Islam di Jawa Barat. Ini, antara lain, misalnya, tampak dari penamaan
bulan. Nama-nama bulan itu dalam tradisi Sunda sebagian mengadaptasi sistem penamaan
dalam kalender Hijriyah. Sura untuk Muharram, Sapar atau Shafar, Mulud (Rabiul Awwal),
Silih/Sawal Mulud (Rabiul Akhir), Jumadil Awal (Jumadil Awwal), Jumadil Akhir (Jumadil
Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya'ban), Puasa (Ramadan), Sawal (Syawal), Kapit/Hapit
(Zulkaidah), dan Rayagung/Raya Agung (Zulhijah).

Masih menurut Dadan, mengutip Bekki (1975) dalam "Socio Cultural Changes in a
Traditional Javanese Village", sikap dan karakter keterbukaan yang ditunjukkan oleh
masyarakat Jawa pada umumnya, pada dasarnya dilatarbelakangi oleh watak dasar mereka
yang lentur terhadap agama luar. Meski animisme telah mengakar kuat sepanjang peradaban
nusantara, hal itu tidak membuat mereka antipati terhadap keyakinan baru. Dan,
kecenderungan yang berlaku, keyakinan anyar yang datang belakangan itu, dibuat sedemikian
rupa, agar khas dan sesuai dengan "selera" lokal.

Islamisasi dengan pola "adaptasi" ini, juga terlihat jelas dari penggunaan media seni sebagai
alat efektif menyampaikan dakwah, terlebih pada zaman itu, keberadaan dai tak seramai
sekarang. Musik atau ritual keagamaan menjadi jurus jitu untuk mendekatkan mereka dengan
Islam. Dan, faktanya pola ini berhasil.

Islamisasi Tanah Pasundan, yang terungkap dari berbagai bukti sejarah, terutama manuskrip,
membuka mata kita semua akan universalitas Islam. Risalah samawi ini dapat masuk dan
menjadi bagian tak terlepaskan dari kehidupan masyarakat setempat. Berdasarkan manuskrip
itu pula, wawasan kita akan terbuka, bahwa Islam nusantara kaya akan sejarah, tradisi, dan
warisan intelektual yang berharga.


PAINAN, JEJAK KOLONIALISME

Reportase oleh Angga Indrawan
Fotografer : Suherdi Riki
Editor : Nina Chairani


Pesisir Selatan dulu dikenal sebagai surganya emas dari Asia Tenggara. Tak heran
kawasan ini jadi incaran bangsa penjajah.

Kota Painan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Belum ada kamus toponimi yang paling
relevan mendeteksi asal-usul namanya. `Paman Google' bahkan `Mas Wikipedia' pun seolah
menyerah mengurainya secara ilmiah. Hanya ada sejarah tutur dari masyarakat setempat.
Sebuah tutur yang juga masih sangat perlu dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Sebagian bilang berasal dari kata paik nian (pahit sekali), berkaitan dengan kenangan hidup
masa-masa leluhur dulu. Tapi, sebagian lainnya membantah, bahkan cenderung marah. Kata
mereka kota ini tak selalu terasa pahit kehidupannya. Painan justru dianggap memiliki
banyak karunia indah yang dikirim Tuhan melalui pesona alamnya. Tanahnya berkah,
masyarakatnya hidup dalam damai.

Painan di 80 kilometer selatan Kota Padang. Kota yang kami sambangi pekan lalu itu usianya
baru 66 tahun. Usianya dihitung saat kabupaten induknya, Pesisir Selatan, menjadi kabupaten
tersendiri pada 1948.

Enam puluh enam tahun lalu pada saat bersamaan Kerinci juga menjadi kabupaten sendiri di
bawah Provinsi Jambi. Tolok ukur pengusiaan yang juga masih penuh perdebatan. Sebabnya,
banyak alasan lain yang membuatnya bisa lebih tua, lima kali, bahkan 10 kali lipat dari
usianya sekarang.

"Painan telah ada sejak abad ke-16," ujar sejarawan Minangkabau Yulizal Yunus. Kalimat
yang membangkitkan gairah untuk menelusuri bukti sejarah Painan sebagai kota tertua.
Sebab, akademisi dari IAIN Imam Bonjol itu meyakinkan, sesungguhnya Painan merekam
sejarah kepedihan pada era kolonial. Sebuah daerah yang menjadi pintu gerbang masuknya
kolonialisme Belanda di tanah Sumatra. Bahkan, dalam satu momen perlawanan masyarakat
pesisir pada abad ke-17, dari Painanlah Belanda terpukul mundur, yang kemudian beberapa
pemukimnya berdiaspora membentuk permukiman-permukiman baru di sepenjuru Sumatera
Barat.

"Hingga permukiman Belanda di Kota Padang sekalipun, berawal dari sini," ujar peneliti
yang juga telah menelurkan ratusan buku tentang sejarah Minang tersebut.

Sisa imperialisme

Perbincangan hangat yang masih terus terngiang. Tapi, kemudian apa yang ditemukan dari
kota ini. Sangat sedikit. Pesisir Selatan mengalami banyak perubahan bentuk. Kemajuan
kotanya jujur banyak diakui kalah saing dengan wilayah berpeninggalan kolonialisme lain
yang lebih masyhur seperti Padang, Bukittinggi, Solok, hingga Sawahlunto. Painan seperti
sebuah kota lama tapi baru, seperti usianya yang tetap diperingati 66 tahun yang lalu.

Sejarah paling autentik dalam perjalanan kolonialisme di Pesisir Selatan terjadi pada abad ke-
17, tepatnya pada 1621. Pada tahun-tahun itulah Sumatera Barat dilirik, membuat gairah
Hindia Belanda terhadap keseluruhan Sumatra makin besar. Pesisir Selatan dulu dikenal
sebagai surganya emas dari Asia Tenggara. Zuid beneden landen, tanah dataran rendah di
wilayah selatan, menjadi magnet besar bangsa Eropa tak terkecuali Portugis di dalamnya.
Surga emas berada di Salido, tempat keramat yang kemudian tak luput juga kami sambangi.

Catatan sejarah lain terjadi pada 1661. Saat itu Belanda melalui VOC mencengkeramkan
kuasanya sehingga membangun dermaga pengangkutan emas yang kini sisanya dapat
ditengok di Pulau Cingkuak, lima menit melaju dengan kapal mesin dari Pantai Carocok,
Painan. Jadilah pada abad-abad suram itu masyarakat pribumi tak ubahnya jadi budak di
negerinya sendiri.

Pada saat Belanda datang, Pesisir Selatan masih merupakan wilayah yang dikuasai beberapa
kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu dikenal dengan nama Bandar Sepuluh. Pesisir Selatan
juga memiliki kerajaan besar yang bernama kerajaan Inderapura, sebuah kerajaan Islam
Melayu yang berdiri dari keruntuhan Kerajaan Teluk Air Pura pada 1100-1911 Masehi.

Tak ayal kemudian Pesisir Selatan sebenarnya menjadi arena peperangan besar terhadap
upaya Belanda yang berusaha mencuri kekayaan alam di Sumatra. Sebuah sejarah yang
pelan-pelan telah terkubur, terhapus dari ingatan generasi penerus. Pesisir Selatan pernah
menjadi panggung perang terbesar. "Dikenal di kalangan sejarawan dengan nama perang
seabad (1663-1711)," kata Yulizal menegaskan.







































Menengok Puing Kerajaan Inderapura


Kerajaan Inderapura, salah satu kerajaan terbesar pada rentang abad ke-9 hingga 20 di
Sumatera Barat, berada di Muaro Sakai, Inderapura. Jaraknya sekitar 160 kilometer ke
selatan Kota Painan. Wilayahnya dominan dalam suasana pesisir. Perjalanan yang agak
membosankan selama enam jam perjalanan darat dari kota Painan. Namun, kesan bosan bisa
saja terbunuh. Sebab, tentunya akan ada sisa kebesaran yang akan kami temui di sana.

Hanya saja, gairah yang kemudian meluntur melihat sisa peninggalan yang ada. Sebuah
kerajaan yang telah berserakan. Sisa-sisa peninggalan yang tersisa hanya bekas istana sang
raja, yang kini hanya tersisa bagian anak tangganya. Bagian dapur dari istana, kini dijadikan
rumah kediaman para mereka yang diakui sebagai keturunannya. Tak jauh dari kompleks
istana terdapat beberapa kompleks pemakaman raja-raja Inderapura.

Bahkan, begitu amat yakin jika saja kami berkunjung tanpa didampingi Armaini, kepala
bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Pessel, butuh waktu lebih lama lagi untuk meyakinkan
bahwa ada peninggalan besar di desa yang masuk dalam Kecamatan Pancung Soal tersebut.
Kompleks istana raja kini hanya tanah lapang yang becek, banjir, dan tak menyisakan apa
pun kemegahannya.

"Akses dan jarak yang jauh juga menjadi kendala kami dalam upaya pemeliharaan," jujur
diakui Armaini, kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan.

Di halaman kompleks kerajaan terdapat sebuah meriam yang dikurung dalam kurungan
batang kayu. Posisinya berada di samping tangga naik berbahan semen, namun dengan
bangunan intinya yang sudah raib. Ada beberapa puti di sana. Puti merupakan gelar bagi
perempuan-perempuan yang diakui sebagai keturunan kerajaan Inderapura. Ada Puti Herlina,
Puti Rina, Puti Warnidah, Puti Rini yang menerima kedatangan saya.

"Inilah kerajaan Inderapura," nada ironi diucap Puti Rina, salah satu puti di sana. Menurut
dia, kondisi seperti ini terjadi memang ketidakmampuan mereka secara finansial, dan
jarangnya lokasi ini mendapat perhatian pemerintah setempat.

Tak ada lagi cerita tentang gagah nya kerajaan Inderapura yang mencapai puncak
keemasannya pada pemula abad ke-16. Sebab, pada era itulah berdasarkan catatan sejarah,
kerajaan ini berkembang maju seiring penaklukan Malaka atas Portugis. Arus perdagangan
yang awalnya dari Selat Malaka beralih melalui pantai barat Sumatra yang membuat
kemudahan akses Inderapura menjual komoditas unggulannya berupa lada dan emas. Hingga
pada abad ke-16, Inderapura makin berjaya dengan perkawinan keturunannya dengan putri
kerajaan Aceh.

Inderapura berdiri di atas keruntuhan Kerajaan lama Inderapura yakni periode Kerajaan
Teluk Air Pura abad IX SM - XII M (80 SM - 1100 M). Kerajaan Inderapura Lama didirikan
anak cucu leluhur Iskandar Zulkarnain (356-324 SM, putra Pilipeaus raja ke-2 Masedonia,
382-336 SM). Dalam beberapa tutur, raja diraja yang dimaksud adalah Alexander Agung.
"Ini yang kemudian membuat tambo Inderapura sepanjang 10 meter, terpanjang di Asia
Tenggara," kata Depati Marjohan, salah satu semando keluarga keturunan kerajaan
Inderapura.

Tambo merupakan bentangan silsilah keturunan kerajaan. Semando sendiri merupakan
menantu, yang dalam adat kebiasaan masyarakat setempat dipercaya menjadi juru bicara
sebuah keluarga.





































Berebut Massa Ormas

Andi Mohammad Ikhbal



Figur dan kualitas pasangan capres-cawapres dinilai sangat menentukan.

JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah resmi menetapkan dua pasangan calon
presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sebagai peserta pada Pemilihan Umum
Presiden (Pilpres) 2014, Sabtu (31/5). Kedua pasangan itu adalah Joko Widodo-Jusuf Kalla
(Jokowi-JK) dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta).

Pasangan Jokowi-JK diusung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP),
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Hati Nurani
Rakyat (Hanura), serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Sedangkan,
pasangan Prabowo- Hatta diusung oleh koalisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra),
Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB).

Saat ini, masing-masing capres-cawapres tersebut terus bergerilya mencari dukungan dari
berbagai elemen masyarakat, termasuk organisasi masyarakat (ormas) Islam. Mulai dari
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Hidayatullah, Persatuan
Islam (Persis), dan lainnya.

Organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyah menegaskan membebaskan anggotanya memilih pasangan
calon presiden. "Kami membuka peluang sebebas-bebasnya bagi warga Al-Irsyad untuk
memilih," kata Ketua Umum Al-Irsyad KH Abdullah Djaidi Mubarak saat bersilaturahim ke
Republika, Jumat (30/5).

Menurut pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago, dukungan
ormas itu sangat penting bagi pasangan capres-cawapres. "Tinggal figur kandidat yang akan
menentukan," ujar dia.

"Dukungan itu pasti akan mendongkrak perolehan suara mereka dalam pilpres pada 9 Juli
2014," kata Agus Sutisna, pengamat sosial ekonomi dari Banten.

Seperti diketahui, Nahdlatul Ulama (NU) yang menegaskan dirinya tidak akan berpolitik dan
tetap pada khitah-nya sebagai ormas keagamaan. Namun, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siroj mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Muhammadiyah, sebagai mana disampaikan
ketua umumnya, Din Syamsuddin, juga tak akan berpihak pada pasangan capres-cawapres
tertentu. Namun, lanjut Din, anggota masyarakat dari lembaga persyarikatan itu diberi
kebebasan memilih pasangan manapun.

Pada Sabtu (31/5), Relawan Matahari Indonesia (RMI) mengklaim bahwa organisasi otonom
Muhammadiyah mendukung pasangan Jokowi-JK. "Jokowi-JK ini mampu merealisasikan
harapan Indonesia yang lebih baik. Mereka berdua dianggap sesuai dengan kriteria calon
pemimpin yang diputuskan Muhammadiyah," kata Izzul Muslimin, kooordinator RMI.

Namun, pernyataan Izzul ini dibantah aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM).
Wakil Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah Abdul Rahman Syahputra menegaskan, ortom
Muhammadiyah, termasuk AMM, tak berpihak ke manapun. "Itu tidak benar (mendukung
Jokowi-JK). Jangan pecah belah Muhammadiyah," ujar Rahman.

Ketua Majelis Pertimbangan PAN Amien Rais menyatakan, mayoritas anggota
Muhammadiyah mendukung Prabowo-Hatta. Sedangkan, mantan ketua umum PAN Sutrisno
Bachir mendukung pasangan Jokowi-JK.

Rebutan dukungan ormas Islam ini juga terjadi di NU. Gerakan Pemuda (GP) Ansor--banom
NU--terang-terangan mendukung pasangan Jokowi-JK. Ketua Umum PP Muslimat NU
Khofifah Indar Parawansa juga ditarik menjadi tim pemenangan Jokowi-JK.

Beri dukungan

Selain berebut dukungan dari massa ormas Islam, pasangan capres-cawapres yang akan
berkompetisi pada 9 Juli, juga berebut massa dari elemen masyarakat lainnya, mulai dari
buruh, artis, pedagang, atlet, dan lainnya.

Pada Selasa (27/5), pasangan tim Prabowo-Hatta meminta dukungan dari Front Pembela
Islam (FPI). Sedangkan, pada Sabtu (31/5), pasangan Jokowi-JK mendapat dukungan dari
Relawan Dahlan Iskan.

Sebelumnya, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) menyatakan dukungannya ke Jokowi-
JK. Front Buruh Indonesia Raya diklaim mendukung pasangan Prabowo-Hatta. (ahmad
islamy jamil/ c30/ indah wulandari/antara, ed: syahruddin el-fikri)














Penyelenggaraan Haji 2014 Harus Lebih Baik

Syahruddin El-Fikri, Andi M Ikhbal



JAKARTA --Menyusul mundurnya Suryadharma Ali (SDA) sebagai menteri agama karena
ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Anggito
Abimanyu dari posisi direktur jenderal (dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama (Kemenag), kualitas penyelenggaraan haji 2014 ini diharapkan bisa
semakin lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Demikian disampaikan Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia Ade Marfuddin, Ketua PP
Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, dan Ketua Umum Gerakan Perempuan Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia Welya Safitri, Sabtu (31/5).

Menurut Ade, status tersangka yang disandang SDA saat ini disebabkan karena sistem
penyelenggaraan ibadah haji yang kurang baik. Dan pola itu, kata dia, terus berjalan dari dulu
hingga sekarang ini. "Sejak 1949 hingga 2013, sistemnya tetap sama saja. Kalau pun ada
perbaikan, lebih pada penggunaan sistem teknologi informasi (TI) dan setoran biaya haji ke
bank," kata Ade.

Staf pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu menambahkan,
perbaikan lainnya adalah transportasi dan pemondokan. Sayangnya, kata dia, hal itu tidak
diimbangi dengan perbaikan pada sistem penyelenggaraannya.

"Kalau Kemenag berfungsi sebagai regulator dan operatornya diserahkan ke badan khusus,
tentu hasilnya akan berbeda," ungkapnya.

Ade menegaskan, Kemenag seharusnya khusus sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang
keagamaan, mulai dari pendidikan madrasah, pembinaan akhlak, hingga tentang kerukunan
umat beragama. "Bukan tidak percaya, tapi sebaiknya Kemenag tidak mengurusi masalah
keuangan," paparnya.

Hal senada juga disampaikan Welya Safitri. Menurutnya, perombakan sistem
penyelenggaraan haji sangat diperlukan agar tidak terulang kasus serupa. Untuk itu, ia
menyarankan perlunya optimalisasi peran badan pengawas haji.

"Badan pengawas tidak cukup hanya menelusuri setelah ada kasus, tetapi bagaimana agar
tidak muncul kasus di dalam penyelenggaraan ibadah haji," kata dia.

Hal ini, papar Welya, sangat mendesak dilakukan agar kepercayaan masyarakat kepada
Kemenag tidak memudar akibat pejabatnya terjerat dalam masalah hukum.

Khofifah Indar Parawansa meminta siapa pun pihak yang berwenang dalam
menyelenggarakan ibadah haji, termasuk para pemimpin, untuk bertanggung jawab atas
amanah yang diberikan. "Jangan merusak amanah," terangnya.

Secara terpisah, dirjen PHU Kemenag yang baru, Abdul Jamil, menyatakan sangat
mengapresiasi berbagai usulan masyarakat untuk mendorong perbaikan penyelenggaraan haji
di masa mendatang. Saat ini, kata Jamil, pihaknya akan berfokus pada persiapan pelaksanaan
haji 2014.

"September nanti, jamaah sudah berangkat. Perbaikan akan terus dilakukan sambil berjalan,
dan terpenting saat ini bagaimana pelaksanaan ibadah haji 2014 berjalan baik," kata dia
kepada Republika, Sabtu (31/5).

Mantan rektor IAIN Walisongo Semarang itu menambahkan, secara umum, penyelenggaraan
haji sudah siap, mulai dari pemondokan, katering, hingga soal transportasi. "Soal pelunasan
BPIH, kami segera menyiapkan peraturan menteri agama (PMA) agar jamaah bisa melakukan
pelunasan," ujar Jamil. (c64)































ICW: Kasus Anas Bukan Dimensi Politik

Dugaan benar tidaknya penerimaan suap oleh Anas harus ditelusuri.



JAKARTA -- Indonesia Corruption Watch menilai kasus yang membelit Anas Urbaningrum
adalah konstruksi suap dan gratifikasi, bukan dimensi politik.

Koordinator Divisi Investigasi Indonesian Corruption Watch (ICW) Tama S Langkun kepada
Republika, Sabtu (31/5), mengatakan, dakwaan jaksa penuntut umum (JPU) KPK terhadap
mantan politisi Partai Demokrat itu dinilai belum bisa dicampuradukkan dengan kasus ini.
"Ini sebetulnya belum bisa dicampur-campur karena itu dimensi politik," katanya.

Pada Jumat (30/5), saat membacakan dakwan, jaksa penuntut umum dari KPK, Yudi
Kristiadi, menuding korupsi Anas bertujuan menghimpun dana sebagai langkah persiapan
maju menjadi presiden Republik Indonesia.

Tama menuturkan, variabel pertama mengenai bukti benar atau tidaknya penerimaan suap itu
yang perlu ditelusuri. Sementara, capres itu variabel lain. Mestinya yang ditekankan adalah
apakah dalam penerimaan suap ini Anas sebagai penyelenggara atau tidak. "Setelah itu maka
masuk fase berikutnya," ungkapnya.

Menurutnya, sesudah pembuktian di level penerimaan (suap) dan kemudian bergerak
melakukan sesuatu, maka baru masuk pada tahap pencucian uang. Ia menuturkan,
penelusuran terhadap variabel pencucian uang harus lebih ekstra. "Tantangannya akan lebih
menarik karena soal penerimaan suap itu sudah terbantu oleh sidang sebelumnya," ujarnya.

Tama mengatakan, jika ternyata pihak yang diuntungkan bukan hanya personal, dalam hal ini
terdakwa, me lainkan ada keterlibatan pihak lain semisal partai yang pernah ia pimpin, maka
itu bisa menjadi objek yang dijerat. "Itu menjadi pertaruhan," ungkapnya.

Namun, menurutnya, boleh saja JPU menyampaikan dakwaannya terhadap Anas terkait
modal maju (Anas) sebagai capres di pilpres. "Itu mungkin bagian dari keterangan. Itu boleh-
boleh saja, yang penting dibuktikan itu penerimaan (suapnya)," ungkapnya.

Ia mengatakan, sejauh ini pembuktian bukan hal yang mudah. Namun, KPK mempunyai
pertimbangan yang kuat dan cukup membawa kasus dugaan gratifikasi dan tindak pidana
pencucian uang dengan terdakwa Anas ke persidangan. "Ini bukti KPK punya informasi yang
cukup," katanya.

Tama pun menambahkan dalam perkara kasus Hambalang, disebut perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam kasus Hambalang. Akan tetapi, tidak ada sanksi yang diberikan kepada
perusahaan- perusahaan tersebut. Menurutnya, dalam UU pidana korupsi dan pencucian uang
terdapat hukuman bagi korporasi yang terlibat. "Namun, itu tidak ada sekarang (sanksi),"
katanya.

Menanggapi dakwaan tersebut, Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul menyikapinya
secara santai. Menurutnya, bukan rahasia lagi jika Anas ingin mencalonkan diri sebagai
capres pada 2014. Sejumlah survei menempatkan Anas unggul sebagai capres. "(Nyapres) itu
perlu duit. Mungkin dia mengumpulkan duit dengan proyek yang ditangani," ujar Ruhut
Sitompul kepada Republika.

Ia menuturkan, tanpa penyelidikan dan penyidikan pun, bukan rahasia lagi jika Anas ingin
mencalonkan diri sebagai capres. "Tanpa penyelidikan pun sudah menjadi rahasia umum
Anas ingin mencalonkan (diri)," ungkapnya.

Menurutnya, terkait dakwaan JPU KPK itu, jaksa Tipikor di dalam menyiapkan dan
melakukan pembacaaan dakwaan itu tidak main-main. Artinya, mereka pasti sudah
mengumpulkan bukti dari penyelidikan dan penyidikan. Selain itu, belum pernah ada yang
bebas murni dalam Pengadilan Tipikor. Menurutnya, meski pengacaranya Superman
sekalipun, belum ada yang bebas murni. Sebab, menurutnya, dakwaan jaksa itu benar. (c75,
ed: nashih nashrullah)




























Melawan Terorisme Secara Humanis



JUDUL: Darurat Terorisme: Kebijakan Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi
PENULIS: Agus SB
PENERBIT: Daulatpress
CETAKAN: Cetakan I, April 2014
TEBAL: xiii 328 halaman

Rentetan aksi teror yang telah terjadi di Indonesia membuat terorisme menjadi kata yang
akrab di kalangan masyarakat. Betapa tidak, sejak Bom Bali I mengguncang, aksi terorisme
bagaikan bom waktu yang setiap saat bisa terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Dalam buku Darurat Terorisme ini, terorisme diibaratkan seperti ular beracun yang
mematikan meski bentuknya kecil. Gerakannya kerap tak terduga. "Binatang melata ini bila
menerkam mangsanya melakukan taktik klandestin dan nyaris tak terdengar. Tiba-tiba
mangsanya terkapar," ujar Agus SB, sang penulis. Ya, seperti itu pula aksi terorisme.
Meskipun kecil, ia menebar racun yang membahayakan.

Dalam bukunya, Agus SB yang juga menjabat sebagai Deputi bidang Pencegahan,
Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT menyebut, "Darurat terorisme telah
memperhadapkan masyarakat saat ini." Agus menegaskan, terorisme itu tidak stigmatisasi,
bisa berlaku pada semua pihak.

Selama ini, penanggulangan terorisme di Indonesia bertumpu pada law enforcement.
Namun, pendekatan hukum secara koersif belum sepenuhnya ampuh melenyapkan terorisme
di Tanah Air. Yang terjadi, aksi terorisme malah terus terjadi secara berulang-ulang.

Bahkan, kata Agus, pendekatan koersif seringkali memicu pertentangan di tengah masyarakat
bahkan memunculkan rasa dendam yang tinggi terhadap aparat penegak hukum. Menurut
Agus, pendekatan seperti itu belum mam pu menyentuh akar permasalahan, yaitu
menyebarnya ideologi terorisme di tengah masyarakat.

Lalu muncullah sebuah pemikiran untuk menghadapi terorisme secara lebih humanis.
Kebijakan pun lebih diarahkan pada soft power. Tindakan pencegahan, perlindungan, dan
deradikalisasi lebih diutamakan dibandingkan penindakan. Pendekatan ini dilakukan secara
simpatik, tepat sasaran, dan dapat diterima masyarakat.

Langkah ini diharapkan mampu mencegah ideologi yang mendorong aksi terorisme tak
semakin jauh mempengaruhi masyarakat dan mengancam keutuhan dan kedaulatan NKRI.
"Dalam konteks inilah, dimensi pencegahan terorisme memainkan peran penting dalam upaya
mencegah berkembangnya paham terorisme di tengah masyarakat dan tidak terulang
kembalinya aksi terorisme," papar Agus SB dalam kata pengantarnya.
Dalam bukunya, Agus menegaskan bahwa sudah seharusnya masyarakat tak memandang
upaya penanggulangan terorisme adalah perang terhadap agama tertentu. Menurutnya,
masyarakat justru perlu memahami bahwa terorisme adalah paham kekerasan yang tak terkait
dengan ajaran agama manapun di muka bumi ini.

"Sehingga, terorisme harus dilawan secara bersama-sama agar kerukunan dan kedamaian
antaranak bangsa tetap terjaga," ungkap Agus.

Buku ini juga membahas secara tuntas strategi deradikalisasi, terutama pada kelompok
masyarakat yang telah terpapar ideologi radikal terorisme. Buku ini sangat penting untuk
dibaca siapa pun yang menginginkan Indonesia bebas dari aksi terorisme yang meresahkan
dan merugikan masyarakat. (heri ruslan)
































Prabowo dan Jokowi Sependapat Konversi BBM ke Gas

Andi Mohammad Ikhbal



JAKARTA -- Para pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, baik Joko Widodo
(Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) maupun Prabowo-Hatta Rajasa, sepakat untuk menyerukan
program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas.

Tim sukses Jokowi-JK bidang energi, Darmawan Prasojo, mengatakan, pihaknya akan
mengurangi subsidi BBM untuk orang kaya. Artinya, tak tertutup kemungkinan pihaknya
akan menaikkan harga BBM dengan syarat menyediakan bahan bakar yang lebih murah dan
prorakyat.

"Hal terpenting adalah menyediakan energi yang cukup sehingga kalau harga BBM naik, tak
menjadi masalah. Sebab, ada sumber energi yang lebih murah dan dapat menggantikan
kebutuhan tersebut," kata Darmawan dalam diskusi "Visi Energi Prabowo Vs Jokowi", di
Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (31/5).

Dia menambahkan, energi murah itu yakni menyediakan energi baru terbarukan ataupun
melakukan konversi dari BBM ke gas. Menurut dia, persoalan energi adalah hal yang
kompleks karena kerap kali dipengaruhi kepentingan golongan. "Solusi atas kebijakan ini
hanya bisa diselesaikan oleh pemimpin yang memiliki sikap jujur serta mampu menjalankan
amanah rakyat," ujar dia.

Tim sukses Prabowo-Hatta bidang kebijakan dan program, Drajad Wibowo, mengatakan,
upaya menaikkan harga BBM sama saja menyiksa rakyat kecil. Mereka lebih setuju untuk
tidak mengambil langkah untuk menaikkan harga selama lima tahun ke depan. Hal tersebut
dilakukan untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan.

Kalaupun harus mengurangi subsidi BBM, maka hal itu hanya berlaku terhadap orang-orang
kaya. Kemudian menutupnya melalui mekanisme pajak serta cukai sehingga sistem energi
lebih tepat sasaran.

Menurut dia, kebijakan subsidi BBM ini kerap kali dinikmati masyarakat menengah ke atas.
Nanti, penarikan pajak dan cukai akan lebih berfokus pada orang yang dianggap mampu agar
dapat menolong rakyat miskin. Itulah alasan reformasi perpajakan menjadi prioritas yang
harus dibenahi.

"Caranya dengan penyisiran, integrasi teknologi, inovasi tarif, dan pengembalian fokus Ditjen
Pajak. Mau tidak mau, pembenahan perpajakan menjadi kunci," kata Drajad. Namun, ia
sejalan dengan kubu Jokowi-JK, yaitu proses konversi BBM ke gas perlu dilakukan.

Ketua Pengkajian Energi Universitas Indonesia Iwa Garniwa menilai, visi-misi yang
disampaikan kedua pasangan capres dan cawapres, seperti kaset lama yang terus-menerus
diputar ulang. Ia menyatakan, konversi BBM ke gas adalah program lama yang sudah mulai
dijalankan sejak periode Presiden SBY. (ed: nina chairani)













































Nomor Urut Capres-Cawapres Diundi Hari Ini

Ira Sasmita



Mulai Ahad (1/6) ini Joko Widodo ju ga akan resmi nonaktif sebagai gu bernur DKI
Jakarta.

JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melakukan pengundian nomor urut
calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) hari ini (1/6). Kemarin, KPU
telah menetapkan pasangan capres dan cawapres peserta pemilu presiden yang akan
dilaksanakan 9 Juli 2014.

`'Kami tetapkan, kita mempunyai dua pasangan capres dan cawapres, yaitu pasangan calon Ir
H Joko Widodo yang berpasangan dengan Drs HM Jusuf Kalla, dan pasangan calon lain
adalah calon presiden H Prabowo Subianto yang berpasangan dengan HM Hatta Rajasa,'' kata
Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay saat menggelar jumpa pers di kantor KPU, Jakarta.

Penetapan tersebut dituangkan dalam Keputusan KPU nomor 453/KPTS/- KPU/2014 tentang
penetapan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Pemilu 2014. Keputusan
diambil setelah rapat pleno tertutup berdasarkan hasil verifikasi dokumen dan pemenuhan
persyaratan pencalonan presiden dan wapres.

Dikawal 93 personel

Dengan ditetapkannya secara resmi pasangan capres dan cawapres tersebut, Hadar
melanjutkan, KPU telah berkoordinasi dengan Kepolisian Republik Indonesia. Sejak
ditetapkan sebagai pasangan capres, keduanya mendapatkan fasilitas pengamanan dan
pengawalan yang melekat.

"Masing-masing tidak kurang dikawal oleh 93 pengawal. Jadi, totalnya ada 372 personel
kepolisian yang mengawal, dibagi menjadi tiga shift," jelas Hadar.

Penetapan pasangan capres dan cawapres telah melalui rangkaian cukup panjang sejak Ahad
(18/5). KPU menerima pendaftaran dari dua pasangan bakal capres dan cawapres, Senin
(19/5). Kedua pasangan itu juga telah mengikuti pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, pada Kamis (22/5) dan Jumat
(23/5). Kedua pasangan dinyatakan lolos tes kesehatan. Mereka juga telah melengkapi 26
jenis dokumen persyaratan pencalonan dan dokumen calon yang harus dipenuhi gabungan
parpol pendukung dan individu pasangan calon pada Selasa (27/5). Termasuk menyerahkan
dokumen Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Mulai nonaktif
Mulai Ahad (1/6) ini Joko Widodo juga akan resmi nonaktif sebagai gubernur DKI Jakarta.
"Sesuai Peraturan Pemerin tah Nomor 29 Tahun 2014, keppres (keputusan presiden)
penonaktifan itu akan terbit sehari setelah ditetapkan (sebagai capres)," kata Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi, kemarin siang.

Mendagri menjelaskan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Sekretariat Negara mengenai
persiapan penerbitan keppres pemberhentian sementara Joko Widodo sebagai kepala daerah.
"Kami sudah mempersiapkan dan mengoordinasikan dengan Setneg," katanya.

Mekanisme penonaktifan Jokowi resmi dimulai ketika KPU menetapkannya secara sah
sebagai calon peserta pemilu presiden dan wakil presiden. "Untuk menjadi nonaktif tentu ada
tanggapan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanggapan itu setelah yang
bersangkutan (Jokowi) dinyatakan lolos sebagai calon presiden oleh KPU," jelas mantan
gubernur Sumatera Barat itu.

Setelah ditetapkan sebagai peserta pilpres, Jokowi kembali mengajukan izin ke pada Presiden
untuk dinonaktifkan sebagai gubernur DKI Jakarta.

"Baru kemudian terbit SK (surat keputusan) nonaktif dari Presiden. Jadi, kemarin yang
disampaikan itu baru izin saja, tetapi implikasi izin terkait kapan nonaktifnya itu akan ada
suratnya lagi," katanya. (antara, ed: nina chairani)


























JK dan Hatta Saling Akrab

Andi Mohammad Ikhbal



JAKARTA -- Kedua calon wakil presiden (cawapres) Jusuf Kalla (JK) dan Hatta Rajasa
duduk bersebelahan seusai menjadi saksi akad nikah Wakil Ketua Umum MUI Maruf Amin.
Mereka terlihat akrab dan saling bersenda gurau satu sama lain.

JK dan Hatta tampil seragam, sama-sama mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam. Bila
biasanya hanya Hatta yang mengenakan peci hitam bersama Prabowo, kali ini JK pun
mengenakan penutup kepala yang sama.

Ketua Umum MUI sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan,
hal ini merupakan momentum yang jarang terjadi, yaitu kedua cawapres hadir dalam satu
pertemuan dan menunda acaranya masing-masing.

"Ini menjadi sebuah deklarasi koalisi permanen. Maksud saya antara kedua pengantin, bukan
perkawinan politis," kata Din yang kemudian diikuti tawa yang menggelegar di ruangan
masjid, Sabtu (31/5).

Sebelumnya, cawapres JK dan Hatta Rajasa bertemu di Masjid Sunda Kelapa, Menteng,
Jakarta. Keduanya menjadi saksi akad nikah Wakil Ketua MUI Maruf Amin dengan calon
istrinya, Wuri Estu Handayani.

JK dan Hatta berjalan berdampingan mengawal Maruf Amin menuju meja akad yang terletak
di dalam masjid. Keduanya kemudian saling duduk berhadapan di sudut meja, di antara
pengantin dan penghulu yang berada di tengah-tengahnya.

Selain JK dan Hatta, pernikahan tersebut juga dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Din
Syamsuddin bersama istri. Akad nikah berlangsung sekitar pukul 10.00 WIB. Tidak banyak
pejabat yang hadir dalam acara tersebut.

Maruf Amin (71 tahun) sejak Oktober 2013 silam telah menduda. Istrinya, Huriyah Maruf
Amin, meninggal dunia pada Senin (21/10) di Rumah Sakit Premier, Jatinegara, dalam usia
67 tahun. Pengantin perempuannya, Wuri (39), merupakan janda dengan dua anak yang
suaminya telah meninggal dunia. Dalam kesehariannya, ia berprofesi sebagai perawat di
sebuah rumah sakit kedokteran gigi di Jakarta.

Suasana cair antara dua cawapres itu mau tak mau menarik perhatian. Sebab, dalam beberapa
pekan ini kedua pasangan capres dan cawapres Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta dihadapkan
pada suasana yang panas yang menyelusup di masyarakat. Apalagi ditingkahi adanya
kampanye hitam.

Harus dideklarasikan

Pengamat berpendapat, kedua pasangan calon presiden-calon wakil presiden harus
mendeklarasikan antikampanye hitam. "Menjelang pemilu presiden, Jokowi dan Prabowo
harus secepatnya mendeklarasikan prinsip antikampanye hitam, yang selama ini kampanye
hitam membodohi calon pemilih," kata pengamat politik dari Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) `Veteran' Yogyakarta, Nikolaus Loy, Sabtu (31/5).

Menurut Nikolaus, fenomena kampanye hitam memiliki dampak signifikan menjerumuskan
pemilih. "Lebih-lebih pada kalangan pemilih kurang terdidik," katanya.

Selain itu, kata dia, kampanye hitam mudah dipercaya masyarakat Indonesia. Sebab, pada
dasarnya "budaya gosip" atau membicarakan orang secara tidak terbuka menguat di kalangan
masyarakat menengah. "Kalau pengaruhnya pada kelas menengah terdidik tidak terlalu
besar," katanya.

Ia menjelaskan, saling serang pendukung melalui kampanye hitam paling gencar dilakukan di
media sosial, seperti Facebook maupun Twitter. Hal itu kurang bisa tersentuh oleh Bawaslu.
"Pelaku kampanye hitam sering mendramatisasi fitnah dengan bukti data, yang seolah-olah
membuat pernyataan tentang capres tertentu benar adanya," katanya.

Oleh sebab itu, menurut dia, cara paling efektif untuk membersihkan pemilu presiden dari
kampanye hitam adalah dilakukan sendiri oleh kedua pasangan capres-cawapres. (antara,
ed:nina chairani)




















Palestina Segera Rekonsiliasi

Ani Nursalikah



YERUSALEM -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta Perdana Menteri Rami
Hamdallah membentuk pemerintahan rekonsiliasi nasional. Keputusan untuk membentuk
pemerintahan baru adalah hasil dari pakta kesatuan yang dicapai bulan lalu antara Organisasi
Pembebasan Palestina yang didominasi oleh faksi Fatah dan Hamas.

Para pejabat Palestina mengatakan, pemerintah baru itu terdiri dari profesional yang
independen secara politis. Anggotanya akan diumumkan dalam beberapa hari.

"Surat ini menunjuk Rami Hamdallah untuk membentuk pemerintahan transisi yang baru.
Saya doakan dia sukses," kata Abbas, Kamis, seperti dikutip dari New York Times, Jumat
(30/5).

Sebuah pemerintahan konsensus Palestina juga bisa menjadi sumber ketegangan baru antara
Israel dan pemerintahan Obama karena perbedaan sikap bagaimana berurusan dengan
pemerintahan baru itu.

"Kami berpikir dengan merangkul Hamas, Abbas telah meningkatkan tingkat kerentanan dan
bahaya. Kami prihatin Hamas akan memanfaatkan perjanjian untuk memperkuat posisinya di
Tepi Barat," kata seorang pejabat Pemerintah Israel yang tidak mau disebut namanya.

Juru bicara Hamas di Gaza Sami Abu Zuhri mengatakan perlu beberapa hari untuk
menyelesaikan bentuk pemerintah. Pejabat lainnya mengatakan, ada perbedaan pendapat
mengenai satu atau dua jabatan menteri.

Perdana Menteri Palestina di Gaza Ismail Haniyah mengatakan, perbedaan pendapat dalam
pembentukan pemerintahan bersama adalah sesuatu yang wajar. Dua poin krusial yang
menjadi perdebatan adalah jabatan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum.
Abbas menginginkan pembubaran kementerian hukum yang mengurusi para tahanan
Palestina, sementara Hamas ingin mempertahankannya.

"Ka mi tidak ingin melemahkan perlawanan para tahanan yang sudah melakukan aksi mogok
makan," ujar Haniyah.

Ia berharap akan segera tercapai kesepakatan dengan Ramallah sehingga mengakhiri tujuh
tahun pemisahan pemerintahan di Tepi Barat dan Gaza.

Uni Eropa yang memberikan bantuan besar bagi Palestina mengatakan akan mendukung
pemerintah baru yang terdiri dari berbagai tokoh. Uni Eropa akan melanjutkan bantuan
keuangan langsung asalkan pemerintah menjunjung tinggi prinsip-prinsip antikekerasan,
menerima kewajiban dari perjanjian sebelumnya, dan mengakui Israel.

Abbas telah mengatakan bawa pemerintah akan mematuhi. Namun, itu saja tidak cukup bagi
Israel. Negara itu ingin diakui pula oleh Hamas.

Pejabat senior AS membantah telah mengundang Hamdallah ke Amerika Serikat (AS).
Pejabat itu juga menyatakan AS belum menyatakan kebijakan yang jelas. (ed: hafidz
muftisany)








































Kemenangan Sisi Diprotes

Ani Nursalikah



Dugaan kecurangan pemilu dilaporkan ke komite pemilihan.

KAIRO -- Protes mulai bermunculan di berbagai kota di Mesir menyusul hasil penghitungan
sementara pemilihan presiden. Hasil sementara, mantan panglima militer Abdul Fattah al-Sisi
menang mutlak dari rivalnya, Hamdeen Sabahi. Hasil penghitungan awal pemilihan presiden
menyatakan Sisi memperoleh 96 persen suara. Sementara, politisi sayap kiri Hamdeen Sabahi
hanya mendapatkan tiga persen suara.

Demonstran turun ke jalan di Kairo, Bani Suef dan Fayoum, dengan membawa poster dan
foto presiden terguling Muhammad Mursi. Mereka menyerukan penolakan terhadap Sisi.
Ikhwanul Muslimin sudah menyerukan boikot pemilu yang digelar Senin (26/5). Kelompok
sekuler juga menyatakan protes karena transisi yang penuh kekerasan sejak digulingkannya
Muhammad Mursi.

Dalam pernyataannya, Jumat (30/5), Sabahi mengatakan telah mengajukan keberatan secara
hukum kepada komite pemilihan umum. Dia melaporkan adanya pelanggaran, yakni
kampanye yang berlangsung di dalam tempat pemungutan suara oleh pendukung Sisi.
Dia juga mengimbau panitia untuk membatalkan semua suara yang diberikan pada hari ketiga
pemungutan suara.

Pihak berwenang memutuskan pada saat terakhir untuk melakukan perpanjangan pemungutan
hingga hari ketiga. Pengamat luar negeri memandang tindakan perpanjangan hari
pencoblosan itu sangat berisiko dan mencederai integritas pemilu. Meskipun secara hukum
perpanjangan masa pencoblosan diperbolehkan.

Meski Sisi menang, pemungutan suara tidak cukup untuk melegitimasi pemerintahan baru
karena jumlah pemilih yang rendah. Sebuah tim pemantau dari Uni Eropa mengatakan,
pemilihan presiden di Mesir berlangsung sesuai koridor hukum. Namun, tim menyayangkan
kurangnya partisipasi pemilih.

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters menyatakan tingkat partisipasi yang rendah. Banyak
warga Mesir lebih memilih berada dalam rumah dengan alasan apatisme politik dan tidak
setuju militer berkuasa.

Lawan Sisi mengatakan, Mesir telah kembali ke pemerintahan otokratis sejak ia
menggulingkan Mursi. Lebih dari 1.400 orang tewas dalam bentrokan di jalanan dan ribuan
orang lainnya dipenjara dalam tindakan represif terhadap Ikhwanul Muslimin dan kelompok
lainnya.
Pemilihan presiden Mesir dikritik oleh lembaga pemantau AS, Democracy International.
Lembaga tersebut mengatakan lingkungan politik yang represif membuat pemilihan presiden
yang benar-benar demokratis tidak mungkin dilakukan.

Presiden sementara Adly Mansour yang diangkat oleh Sisi Juli lalu mengatakan jumlah
pemilih sebesar 46 persen menunjukkan hasil yang cukup melegitimasi. Abdul Fattah al-Sisi
berkeras Mesir tidak akan mundur lagi. Sisi mengeluarkan pernyataan setelah
kemenangannya dikhawatirkan akan mengembalikan membawa Mesir ke era Mubarak.

"Kami tahu ada beberapa orang yang takut kembali ke masa lalu. Itu tidak akan terjadi,"
ujarnya.

Mantan menteri pertahanan itu menyebut dia akan melayani rakyat Mesir melalui tindakan,
bukan sebatas kata-kata. "Rakyat memiliki keinginan dan mereka butuh orang yang bekerja,"
paparnya.

Upaya pembersihan pengaruh Ikhwanul Muslimin saat pemerintahan Mursi juga terus
dilakukan. Pemerintahan sementara Mesir membatalkan 52 amnesti yang dikeluarkan Mursi
selama menjabat. Pembatalan ini untuk orang-orang yang de kat dengan kelompok Ikhwanul
Muslimin. Kantor berita MENA melaporkan, di antara yang dibatalkan amnestinya adalah
seorang ulama asal Arab Saudi. (reuters, ed: hafidz muftisany)


























Empoli Promosi ke Seri A


EMPOLI -- Empoli memastikan tiket promosi ke Seri A Italia setelah mengalahkan Pescara,
2-0, pada Sabtu (31/5) WIB. Empoli mengakhiri penantian enam tahun untuk kembali
bertarung dalam kompetisi tertinggi Italia.

Empoli memastikan finis di posisi kedua Seri B dengan 72 poin. Tim berjuluk Azzurri itu
akan mendampingi Palermo yang lebih dulu memastikan tiket promosi.

Stadion Carlo Castellani harus menunggu hingga menit ke-70 untuk bernapas lega. Sebuah
gol bunuh diri dari winger Pescara, Federico di Francesco, memberikan keunggulan yang
diincar tuan rumah. Di Francesco gagal menghalau bola di depan gawang dengan kaki kiri.
Bola justru mengenai kaki kanannya dan berganti arah menuju gawang sendiri.

Tendangan Francesco Tavano empat menit berselang berbuah gol dan memastikan
kemenangan Empoli. Ketika wasit meniup peluit panjang, seluruh fans sontak bergemuruh
merayakan keberhasilan itu.

Dengan hasil itu, Empoli akan menggantikan posisi yang ditinggalkan Catania, Bologna, dan
Livorno yang terdegradasi dari Seri A. Walhasil, Empoli akan kembali merasakan bermain di
kasta teratas Italia, menghadapi tim sekelas Juventus, AC Milan, dan Inter Milan.

Di sisi lain, Latina yang berharap Empoli tersandung justru bermain imbang 0-0 melawan
Spezia. Latina yang mengincar posisi Empoli untuk meraih tiket langsung menuju Seri A
harus puas finis di posisi ketiga dengan 68 poin. Latina harus bertarung dalam turnamen play-
off bersama enam tim lain.

Perebutan tiket play-off memberikan banyak drama. Cesena yang lebih dulu memastikan tiket
play-off berhasil finis di urutan keempat dengan 66 poin. Modena dan Crotone berhasil
mengamankan tiket play-off dengan sama-sama bermain imbang 0-0. Modena dan Crotone
mengamankan posisi lima dan enam dengan raihan poin 64 untuk Modena dan 63 untuk
Crotone.

Bari yang memulai laga dari posisi kesembilan membutuhkan kemenangan dan setidaknya
satu tim di atas mereka tergelincir untuk menembus delapan besar. Kemenangan 4-1 atas
Novara ditambah kegagalan Siena dan Spezia membuat publik San Nicola, Bari, berpesta.
Siena yang kalah 2-0 lawan Varese harus tersingkir dari zona play-off. Hasil imbang Spezia
lawan Latina sudah cukup untuk memperpanjang asa mereka maju ke Seri A.

Pertandingan pertama play-off akan dimulai pada Selasa (3/6) melibatkan empat tim. Modena
akan melawan Spezia sedangkan Crotone akan melawan Bari. (c71, ed: abdullah sammy)


Momentum Bosnia

Reja Irfa Widodo



ST LOUIS -- Penyerang Manchester City, Edin Dzeko, kembali membuktikan kontribusi
maksimalnya buat Bosnia-Herzegovina. Dua gol mantan top skorer Bundesliga itu
mengantarkan Bosnia-Herzegovina menaklukkan kontestan Piala Dunia 2014 lainnya, Pantai
Gading, dalam sebuah laga uji coba di Stadion Edward Jones Dome, Saint Louis, Amerika
Serikat, Sabtu (31/5) dini hari WIB.

Penyerang yang mencetak 10 gol pada babak itu mampu memanfaatkan kesalahanpaham
antara kiper Slyvain Gbohou dengan salah satu bek Pantai Gading pada menit ke-15. Dzeko
sukses menambah keunggulan timnya pada menit ke-57 usai memanfaatkan assist dari
Miralem Pjanic.

Kemenangan ini pun menjadi modal berharga buat tim debutan pada kancah Piala Dunia
tersebut. Maklum, kemenangan ini mengakhiri torehan tidak pernah menang Bosnia-
Herzegovina dalam dua laga terakhir mereka. Tidak hanya itu, kemenangan atas Pantai
Gading ini seolah menjadi obat kekecewaan lantaran Bosnia-Herzegovina sempat menelan
kekalahan 0-2 dari Argentina di tempat yang sama, enam bulan silam.

"Saya senang dengan cara kami terlibat pada pertandingan kontra Pantai Gading. Terakhir
kali kami bermain di sini, kami menelan kekecewaan dan kekecewaan itu bukan karena hasil
yang kami raih, tapi karena cara bermain kami. Kini, kami benar-benar terlibat dalam
permainan," ujar pelatih Bosnia-Herzegovina, Safet Susic, seperti dikutip StlToday, Sabtu
(31/5).

Dengan modal kemenangan atas tim dengan peringkat terbaik di antara semua kontestan asal
Afrika di Brasil 2014 ini, Bosnia-Herzegovina pun bakal langsung menatap ke persiapan
mereka selanjutnya, menghadapi Meksiko, tengah pekan depan. Laga menghadapi Tricolore
akan menjadi persiapan terakhir tim asal Teluk Balkan itu sebelum berlaga untuk pertama
kalinya di kancah Piala Dunia, kontra Argentina, 15 Juni mendatang.

"Pantai Gading telah menunjukkan mereka adalah tim yang kuat dengan tempo permainan
yang cukup tinggi. Laga itu adalah tes yang bagus buat kami. Tapi, kami harus bisa
memastikan, kami benar-benar siap untuk Piala Dunia nanti dengan meraih kemenangan pada
semua laga uji coba," kata kiper Bosnia-Herzegovina, Asmir Begovic, di Associated Press.

Sementara, buat Pantai Gading, hasil ini menjadi pukulan berat buat pelatih Pantai Gading,
Sabri Lamouchi. Berniat memberikan kesempatan pada para pemain muda, pelatih asal
Aljazair itu justru melihat kegagalan timnya meraih hasil positif. Keputusannya untuk
memasukkan Didier Drogba pada menit ke-63 pun dianggap sia-sia. Gol tendangan bebas
Drogba pada menit ke-91 tidak cukup buat Pantai Gading untuk bisa terhindar dari malu.
Keputusan Lamouchi itu pun dikritik oleh Drogba. "Seharusnya pelatih harus bisa melihat ke
semua kemungkinan pilihan pemain," ungkap Drogba. (ed: abdullah sammy)















































MOMENTUM BRASIL

Oleh Satria Kartika Yudha



Juara menjadi harga mati buat timnas Brasil

Brasil tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014. Pesta
sepak bola paling ber gengsi ini merupakan momentum bagi Negeri Samba untuk meraih
kembali kejayaan sebagai negara juara di lapangan hijau.

Satu gelar bergengsi sudah diraih dengan menggondol Piala Konfederasi 2013 yang juga
dihelat di kampung sendiri. Tetapi, itu belum cukup untuk membayar sejumlah kegagalan
Brasil dalam empat tahun terakhir.

Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, langkah Brasil terhenti di perempat final. Brasil harus
angkat kaki dengan kekalahan tipis 1-2 atas Belanda. Kekalahan ini sangat menyakitkan
karena Brasil sebenarnya sudah unggul 1-0 lewat gol cepat Robinho pada menit ke-10.
Namun, Belanda secara trengginas membalikkan kedudukan melalui gol Wesley Sneijder
pada menit ke-53 dan ke-68. Kegagalan itu mengulangi capaian pada Piala Dunia 2006 yang
juga terhenti pada perempat final.

Penderitaan A Seleccao tak berhenti sampai di situ. Alih-alih ingin menebus kegagalan pada
ajang Copa America 2011, Brasil yang berstatus sebagai juara bertahan pun lagi-lagi gagal
bersinar. Brasil terdepak dari perempat final oleh Paraguay lewat drama adu penalti.
Ironisnya, semua pemain Brasil kala itu tidak ada yang berhasil mencetak gol lewat babak
adu tos tersebut. Sebuah pengalaman yang sangat memilukan.

Kutukan pun seolah hinggap. Di Olimpiade London 2012, tim muda Brasil yang berisikan
para bintang muda seperti Ney mar da Silva harus mengakui keunggulan Meksiko di partai
final dengan skor tipis 1-2. Sejumlah pengalaman pahit tersebut baru terbayar di Piala
Konfederasi 2013.

Kini, Brasil ingin menyempurnakan prestasi dengan menjadi juara dunia. Menjadi kampiun
tentu hal wajib bagi Brasil. Tekanan luar biasa pun dirasakan mengingat banyaknya
gelombang protes atas pelaksanaan ajang empat tahunan ini yang menyedot banyak anggaran
pemerintah.

Pelatih Brasil Luis Felipe Scolari sangat yakin anak-anak asuhnya bisa menjadikan tekanan
sebagai motivasi untuk menuju tangga juara. "Kami sudah siap. Segalanya berjalan di jalur
yang benar," tegas Scolari, seperti dilansir laman resmi FIFA, bulan lalu.

Scolari mengakui, pasukannya memikul beban luar biasa karena berstatus sebagai tuan
rumah. Setiap warga Brasil, ujar Scolari, menuntut Neymar cs untuk menjadi juara. Hal yang
sama ketika Brasil menjadi tuan rumah pada 1950. "Bedanya, saat itu Brasil tidak melakukan
persiapan maksimal sehingga gagal menjadi juara," jelas dia.

Tidak ada yang salah dengan rasa kepercayaan diri Scolari. Selepas menjuarai Piala
Konfederasi 2013, Brasil tampil gemilang. Dalam delapan kali uji coba, Brasil hanya kalah
sekali. Yakni saat ditumbangkan Swiss dengan skor tipis 0-1 pada 14 Agustus 2013. Namun,
tujuh pertandingan sisanya berakhir dengan kemenangan.

Dari tujuh kemenangan itu, yang membuat Scolari bisa lebih tenang adalah karena, faktanya
lini pertahanan Brasil cukup tangguh. Buktinya, Brasil mampu meraih lima kemenangan
cleansheet melawan Australia (6-0), Korea Selatan (2-0), Zambia (2-0), Honduras (6-0), dan
Afrika Selatan (5-0).

Tanpa ingin memandang remeh lawan, Scolari dengan penuh keyakinan mengatakan bisa
mengatasi perjuangan di fase Grup A tempat bercokol Kroasia, Meksiko, dan Kamerun.
"Mungkin kami akan bertemu Argentina di final," kata dia.

Scolari pun tak lupa membahas salah satu senjata andalannya, Neymar, yang gagal bersinar
bersama Barcelona musim ini. Ia mengatakan, Neymar tidak bisa mengeluarkan kemampuan
terbaiknya karena gaya permainan Barcelona sangat jauh berbeda dengan Brasil. "Neymar
tidak memiliki banyak ruang gerak di Barcelona. Sedangkan bersama kami, seluruh rekan-
rekannya tahu bagaimana untuk mendukung Neymar. Piala Dunia kali ini akan jadi milik
Neymar," kata dia menambahkan.

Neymar pun sudah mengungkapkan misi besarnya di Piala Dunia kali ini. Dia mengaku
sangat ingin membawa Brasil kembali mengalahkan Spanyol seperti mereka lakukan pada
partai final Piala Konfederasi 2013. "Kekuatan Spanyol tak perlu diragukan lagi karena
mereka adalah juara bertahan. Namun, kami siap mewujudkan mimpi kami sebagai juara
dunia," kata Neymar, dilansir Times of India.

Yang terpenting, ujar Neymar, Brasil harus bisa bermain dengan determinasi tinggi seperti
saat Piala Konfederasi 2013. Brasil harus kembali mengeluarkan kemampuan untuk
melakukan pressing sejak di barisan pertahanan lawan. (ed: abdullah sammy)


SKUAT BRASIL

Kiper
Julio Cesar (Toronto FC )
Jefferson (Botafogo)
Victor (Atletico Mineiro)

Bek
Dante (Bayern Munich)
David Luiz (Chelsea)
Henrique (Napoli)
Thiago Silva (PSG)
Daniel Alves (Barcelona)
Maicon (Roma)
Marcelo (Real Madrid)
Maxwell (PSG)

Gelandang
Fernandinho (Manchester City)
Hernanes (Inter Milan)
Luiz Gustavo (Wolfsburg)
Oscar (Chelsea)
Paulinho (Tottenham)
Ramires (Chelsea)
Willian (Chelsea)

Penyerang
Bernard (Shakhtar Donetsk)
Fred (Fluminense)
Hulk (Zenit St Petersburg)
Jo (Atletico Mineiro),
Neymar (Barcelona).



















Prospek Besar Neymar

Oleh Abdullah Sammy



Rasanya Brasil tak akan pernah kehabisan bakat dari lapangan hijau. Bintang-bintang sepak
bola Tim Samba seakan menunggu waktu dan giliran untuk muncul ke permukaan.

Pada Piala Dunia 2014, memang sudah bukan jadi eranya Ronaldinho.Sebab, tongkat estafet
kini telah beralih kepada seorang Neymar. Dialah kini yang jadi bukti nyata kualitas sepak
bola Brasil. Teknik, inteligensia, serta ketajaman Neymar jadi bukti bahwa sepak bola Brasil
tetap menjadi salah satu yang terbaik di muka bumi.

Di Piala Dunia yang akan berlangsung di rumah sendiri, Neymar pun siap unjuk gigi. Neymar
dinilai memiliki prospek besar untuk tampil sebagai bintang dalam turnamen terakbar di jagat
raya ini. Selain akan tampil di depan publik sendiri, performa timnas Brasil juga semakin
menjanjikan. Apalagi, mereka berstatus peraih Piala Konfederasi FIFA 2013 dengan
menundukkan timnas Spanyol, 3-0, pada babak final.

Penyerang Barcelona tersebut juga meraih Golden Ball dalam ajang itu. Tidak mengherankan
jika Neymar akan menjadi pemain kunci di bawah asuhan Luiz Felipe Scolari.

Mengemban beban berat untuk mengantar skuat Samba meraih trofi Piala Dunia keenam
kalinya, mantan pemain Santos itu siap memikul tanggung jawab itu. Menurut dia, bertanding
di negara sendiri akan memberikan gairah luar biasa untuknya. Atmosfer itu juga diyakininya
akan berimbas positif kepada rekan-rekannya yang pasti tidak ingin mengecewakan rakyat
Brasil.

"Setiap tim akan ke Brasil, akan berada di sana untuk menang, dan itu akan menjadi Piala
Dunia sengit untuk diperebutkan," ujar pemain berusia 22 tahun itu kepada FIFA.com, belum
lama ini. "Semua tim sedang mempersiapkan diri dengan sangat baik, tapi saya yakin kami
memiliki peluang bagus untuk mencapai final dan menjadi juara."

Neymar tidak asal sesumbar. Soliditas Oscar dan kawan-kawan semakin padu. Merujuk pada
laga terakhir, mereka sanggup mengempaskan Afrika Selatan dengan skor 5-0. Eks pemain
Santos itu menjadi bintang kemenangan dengan melesakkan hattrick.

Melihat penampilan impresifnya, Neymar optimistis mampu memimpin timnya meraih hasil
maksimal di Piala Dunia ke-20 itu. Dia juga termotivasi untuk membuat pencapaian besar di
Piala Dunia kedua yang dihelat di negerinya. Hal itu sekaligus untuk memupus kenangan
buruk di final Piala Dunia 1950 saat timnas Brasil dikalahkan Uruguay, 1-2.

NEYMAR DA SILVA SANTOS JNIOR

Tanggal Lahir : 5 Februari 1992 (22 tahun)
Tinggi : 175 sentimeter
Posisi : Penyerang
Riwayat Karier:
19992003 : Portuguesa Santista
20032013 : Santos
2013Kini : Barcelona
Bersama Timnas
2010Kini : Brasil
(47 kali main, 30 gol)

Faktor +
- Skill komplet
- Produktif bersama Brasil
- Bermain di hadapan pendukung

Faktor -
- Faktor nonteknis akibat polemik transfernya ke Barcelona
- Menanggung beban berat sebagai andalan
- Kurang produktif pada musim ini bersama Barcelona

























Islam Bersemi di Tatar Sunda

Oleh Fuji Pratiwi



Periode Wali Songo jadi masa keemasan Islam di tanah Sunda.

Tanah Sunda yang kini Jawa Barat menjadi bagian penting sejarah Nusantara dengan
pelabuhan-pelabuhannya di pantai utara. Jawa Barat juga memiliki kerajaan besar yang
sejajar dengan Majapahit, Kerajaan Pajajaran. Islam masuk dan bersatu dengan kehidupan
masyarakat mengganti kepercayaan Sang Hyang sehingga masyarakat Sunda saat ini identik
dengan Islam.

Tiar Anwar Bachtiar dalam artikelnya, "Islamisasi Tatar Sunda: Perspektif Sejarah dan
Kebudayaan", menulis jika membicarakan Islam di Tatar Sunda, wilayah yang dimaksud
adalah wilayah yang saat ini menjadi Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
Pengaruh historiografi kolonial membuat sejarah penyebaran Islam di wilayah Sunda selalu
dibenturkan dengan adat istiadat.

Islamisasi di wilayah Sunda lebih merupakan proses pendekatan budaya. Jika terjadi perang,
misalnya, antara Kerajaan Banten dan Kerajaan Sunda, Tiar memandang karena kepentingan
politik dibanding mempertahankan budaya. Masyarakat Sunda sendiri memeluk Islam dengan
wajar tanpa kekerasan.

Mengutip Nina Herlina dkk dalam "Sejarah Tatar Sunda", Tiar menyebut orang Islam
pertama di wilayah Sunda adalah Haji Purwa atau Bratalegawa. Ia merupakan putra kedua
Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh
kala itu. Ia memilih menjadi saudagar yang berdagang lintas negara. Melalui pernikahan
dengan seorang Muslimah, ia lalu menjadi Muslim dan digelari Haji Baharudin.

Kota-kota pelabuhan, seperti Cirebon, Banten, dan Sunda Kalapa, menjadi bagian penting
masuknya Islam pada masa Kerajaan Sunda. Ketiganya menjadi akses interaksi perdagangan
dengan berbagai negara, termasuk Cina, Arab, dan India.

Dalam "Penyebaran Islam di Jawa Barat", Mumuh Muchsin Z menulis dari sumber lokal
diketahui orang yang pertama memeluk Islam di wilayah Sunda adalah Haji Purwa pada 1337
M. Haji Purwa adalah putra Kuda Lalean. Ia masuk Islam melalui interaksi dengan pedagang
Arab. Saat pulang ke Kerajaan Galuh (wilayah Ciamis sekarang), ia berupaya mengajak
adiknya untuk masuk Islam. Namun, tidak berhasil. Ia lalu memilih menetap di Cirebon. Haji
Purwa itu identik dengan Syekh Maulana Saifuddin.

Mumuh mengemukakan, Haji Purwa menjadi orang Islam pertama yang menetap di Cirebon
yang saat itu dipimpin Juru Labuan Ki Gendeng Kasmaya. Ki Gendeng Kasmaya lalu
digantikan Ki Gendeng Sedangkasih, lalu Ki Gendeng Tapa.

Selain Haji Purwa, orang Islam juga masuk melalui para ulama dari Campa yang sudah lebih
dulu disentuh Islam pada abad ke-11. Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, disebut
Dukuh Pasambangan didatangi guru-guru Islam, salah satunya dari Campa, Syekh
Hasanuddin, putra Syekh Yusuf Sidik. Syekh Hasanuddin mendirikan pondok di Quro,
Karawang.

Juru Labuan Cirebon kala itu, Ki Gendeng Tapa, mengirim anaknya, Nyi Subang Larang,
untuk mempelajari Islam kepada Syekh Quro. Pada 1422 M, Nyi Subang Larang dinikahi dan
menjadi salah satu istri Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Kala itu, Cirebon menjadi wilayah di
bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.

Nyi Subang Larang dan Prabu Siliwangi memiliki anak, Pangeran Walangsungsang, Nyai
Lara Santang, dan Pangeran Kean Santang. Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara
Santang sempat berguru pada Ki Gendeng Jumajan Jati.

Ki Gendeng Jumajan Jati menerima utusan Raja Parsi, Syekh Datuk Kahfi atau Syekh
Nurjati, di Pasambangan. Ia diterima dengan baik oleh Ki Gendeng Jumajan Jati. Syekh
Datuk Kahfi lalu diperbolehkan mendirikan pondok di Bukit Amparan Jati. Ki Gendeng
Jumajan Jati meminta Walangsungsang (Cakrabuana) bersama istrinya, Edang Ayu, serta
adiknya, Lara Santang, untuk berguru pada Syekh Datuk Kahfi. Walangsungsang lalu digelari
Samdullah.

Atas petunjuk gurunya, mereka membuka sebuah wilayah yang awalnya tegal alang-alang
pesisir yang lalu menjadi desa yang dikepalai seorang kuwu. Desa ini dinamakan Caruban
atau Caruban Larang. Para pedagang di Muara Jari dan Dukuh Pasambangan kemudian
pindah ke Pelabuhan Caruban.

Pada 1513 M, Islam dikabarkan sudah meluas hingga ke Indramayu. Laksamana Cheng Ho
yang juga seorang Muslim, juga sempat singgah di kota berpenduduk Islam di Cirebon pada
abad ke-15 atau 16 M. Mengutip penjabaran Carita Purwaka Caruban Nagari (Sejarah Mula
Jadi Cirebon) pada 1972 oleh Atja, Mumuh menuliskan Syekh Datuk Kahfi menyarankan
Walangsungsang dan Lara Santang untuk berhaji. Di Tanah Suci, Lara Santang menikah
dengan Sultan Mahmud atau Syarif Abdullah. Nyai Lara Santang mendapat gelar Syarifah
Mudaim. Dari pernikahan mereka lahir Syarif Hidayat pada 1448 M. Syarif Hidayat kelak
menjadi salah satu wali dari Wali Songo.

Rute Islam menyebar ke sekeliling ibu kota Kerajaan Sunda yang ketika itu berpusat di Kota
Pakuan (kini Bogor). Pada 1579 M, barulah pasukan Kerajaan Banten masuk dan
menaklukkan Pakuan dari arah barat.

Secara garis besar, akademisi Universitas Padjadjaran Edi S Ekadjati dalam "Penyebaran
Agama Islam di Jawa Barat" memetakan penyebaran Islam di Jawa Barat ke dalam enam
rute:
- Cirebon - Kuningan - Talaga - Ciamis.
- Cirebon - Kadipaten - Majalengka - Darmaraja - Garut.
- Cirebon - Sumedang - Bandung.
- Cirebon - Talaga - Sagalaherang - Cianjur.
- Banten - Jakarta - Bogor - Sukabumi.
- Banten - Banten Selatan - Bogor - Sukabumi. (ed: nashih nashrullah)




































Kontribusi Wali Songo

Oleh Fuji Pratiwi



Penyebaran Islam di tanah Sunda berkembang pesat pada masa Wali Songo. Sunan
Ampel di Ampel Denta (Gresik) mampu menyebarkan Islam hingga ke wilayah Banten.

Kembali ke tanah kelahiran ibunya di wilayah Sunda, Syarif Hidayat sempat mengunjungi
Banten dan mendapati wilayah Banten sudah diwarnai Islam yang disebarkan Sunan Ampel.
Ia lalu menemui Sunan Ampel. Syarif Hidayat lalu ditugaskan menjadi guru agama Islam di
tanah ibunya di Bukit Sembung (Cirebon). Syarif Hidayat tiba di Cirebon pada 1470 M dan
digelari Maulana Jati atau Syekh Jati.

Hansiswany Kamarga dalam "Bercermin pada Sejarah Banten Tempo Dulu"
mengungkapkan, penyebaran Islam di tanah Sunda juga dimotori Fatahillah atau Faletehan
atau Fadhilah Khan yang lahir pada 1490 M di Pasai. Ia adalah putra Maulana Makhdar
Ibrahim, berasal dari Gujarat yang bermukim di Basem, Pasai, sebagai guru agama Islam.

Ketika Faletehan pergi ke Makkah pada 1521 M, Pasai diduduki Portugis. Dua-tiga tahun
mendalami Islam di Makkah, Faletehan bermaksud pulang ke Pasai. Mendengar Pasai
dikuasai Portugis, ia mengalihkan perjalanan ke Demak dan bertemu Sultan Trenggana pada
1524 M.

Dari Sultan Demak, Faletehan mendapat tugas untuk melanjutkan dakwah di Banten. Pada
1527 M, Faletehan memimpin pasukan Demak dan Cirebon ke Pelabuhan Sunda Kalapa
untuk menghentikan armada Portugis yang mengadakan perjanjian pendirian benteng di
sepanjang Sungai Ciliwung pada 1522 M. Sultan Cirebon memberinya kehormatan menjadi
bupati Sunda Kalapa atau Jayakarta pada 1527 M-1552 M dan mewakili Syarif Hidayat
memimpin Cirebon hingga 1570 M. (ed: nashih nashrullah)












Menyemai Dakwah di Tatar Sunda


Islamisasi Tatar Sunda atau wilayah Jawa Barat saat ini membuktikan universalitas Islam itu
sendiri. Kehadiran Islam ikut mewarnai peradaban Nusantara dan meninggalkan warisan
sejarah yang sangat berharga.

HIPOTESA
- Islam datang ke Sunda bersamaan dengan kehadiran Islam di Jawa
- Puncak keberhasilan dakwah pada masa Wali Songo, tokoh wali di Cirebon dan Banten
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
- Sunan Gunung Jati bukan penyebar Islam pertama
- Beberapa nama yang diyakini menjadi pendakwah Islam di tanah Sunda:

*Bratalegawa putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang
Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh. Ia menikah dengan Farhana binti Muhammad,
Muslimah dari Gujarat. Peristiwa ini terjadi pada abad ke-14 M Syekh Nurjati. Ulama asal
Persia ini datang sekira abad ke-14 bersama 12 muridnya. Ia menetap di Muarajati (Cirebon)

*Pangeran Walang Sungsang atau Ki Samadullah, Ki Cakrabumi, atau Syekh Abdul Iman. Ia
adalah anak penguasa Pajajaran Prabu Siliwangi dari istrinya, Nyai Subang Larang Syekh
Quro. Ulama asal Vietnam (Campa) ini pernah berlabuh bersama Laksamana Cheng Ho. Ia
berdomisili di Karawang dan menikah dengan Ratna Sondari, putri penguasa Karawang
(1416 atau sekira abad ke-15 M)

*Syekh Datuk Kahpi yang bermukim di Pasambangan, Bukit Amparan Jati dekat Pelabuhan
Muarajati, sebelah utara Kota Cirebon.

FAKTA
- Islam masuk ke Tanah Sunda dengan cara damai. Budaya Islam dan lokal saling
berakulturasi sehingga masyarakat lokal terbuka menerima Islam
- Islam dan budaya Sunda menolak tradisi lama, seperti Sunda Wiwitan atau memunculkan
agama baru, semisal agama Djawa Sunda.

Fase-fase Islamisasi

- Abad ke-7 hingga abad ke-11 Kontak yang intens antara pedagang, pelaut, dan musafir dari
berbagai belahan dunia, seperti Cina, Arab, India, Asia Tenggara, Persia, dan penduduk
Sunda. Ini merupakan cikal bakal penting masuknya Islam di tanah Sunda.

-Abad ke-11 Kontak langsung masyarakat dengan pedagang Muslim. Tidak terkecuali
mereka yang tinggal di Tatar Sunda, meliputi wilayah pesisir, seperti Banten (termasuk
Jakarta) dan Cirebon.

-Abad ke-11 hingga abad ke-13 Tumbuhnya komunitas Islam di Nusantara, baik di wilayah
pesisir maupun pedalaman. Di wilayah pesisir utara Jawa Barat, Islam tumbuh subur di
Cirebon, Karawang, dan sekitarnya.

-Abad ke-15 Penyebaran Islam semakin kuat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Di
antaranya, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, dan Kerajaan Islam Sumedang Larang.










































Berjaya dengan Akulturasi Budaya

Oleh Fuji Pratiwi



Pengaruh kerajaan Islam di Jabar meluas hingga ke luar Jawa.

Penyebaran Islam di Tatar Sunda berjalan dengan cara-cara damai. Pendekatan budaya kental
mewarnai persinggungan Islam dengan tradisi dan keyakinan lokal yang telah mengakar kuat
di masyarakat. Pengajaran akidah, ibadah, dan akhlak disampaikan bertahap melalui berbagai
jalan dan akulturasi kebudayaan.

Mumuh Muhsin Z dalam makalahnya "Penyebaran Islam di Jawa Barat", mengungkapkan
Islam masuk ke wilayah Sunda secara damai melalui perkawinan, perdagangan, budaya, juga
politik.

Kerajaan Demak, Cirebon, dan Banten menjadi tumpuan penting penyebaran Islam ke
wilayah Sunda sebelum akhirnya memasuki pusat Kerajaan Pajajaran di Pakuan pada 1579
M.

Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran Islam lebih tertata melalui pondok pesantren.
Jawa Barat bahkan menjadi salah satu wilayah dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di
Indonesia. Pondok pesantren tua yang ada di Jawa Barat pun hampir selalu memiliki kaitan
intelektual dengan Cirebon dan Banten.

Selain melalui jalur pendidikan, Islam di Tatar Sunda diperkenalkan pula melalui kesenian,
seperti seni bela diri. Herliswanny dalam "Apresiasi Generasi Muda terhadap Pencak Silat di
Daerah Jawa Barat" mengungkapkan, pencak silat juga dijadikan media penyebaran Islam.
Gerakan-gerakan yang dilatih pun sarat pesan tentang penghambaan terhadap Allah SWT.

Aliran pencak silat tertua di Jawa Barat, Cimande, disebarkan pertama kali oleh seorang guru
agama, Kahir, di wilayah Cogreg, Bogor, pada 1760 M. Murid-murid Kahir lalu
menyebarkan silat Cimande ke berbagai wilayah. Selain Cimande, ada pula tiga aliran silat
lainnya yang dikenal di Jawa Barat, yakni Cikalong, Sera, dan Syahbandar.

Tepak Salancar Cimande bahkan diadaptasi dari gerakan wudhu dan shalat. Orang-orang
yang akan mendalami silat Cimande juga disyaratkan bisa membaca bismillah, shalawat, dan
syahadat. Karena dibutuhkan sebagai alat bela diri, jalan ini berhasil menarik banyak
masyarakat Sunda memeluk Islam.

Silat Sunda lazim diiringi tetabuhan kendang sebagai unsur seni. Kempul merupakan alat
tabuh yang pertama dipukul yang tujuannya mengumpulkan orang. Tiupan pamelet
diharapkan menimbulkan rasa senang saat berkumpul. Suara gong juga maksudnya adalah
agung atau mengagungkan Yang Kuasa.

Nurul Fitri menulis dalam makalahnya yang berjudul, "Tari Topeng Cirebon Kesenian yang
Diislamkan", tari Topeng juga dimanfaatkan sebagai media penyebaran Islam. Lima topeng
yang digunakan, yaitu panji, samba, rumyang, tumenggung, dan klana, menjadi simbol
tahapan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa. Topeng yang ditampilkan
menyampaikan berbagai nilai seperti kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta, dan amarah yang
lazim muncul dalam tiap tahap hidup manusia.

Begitu pula dengan lukisan kaca khas Cirebon. Motif Megamendung, misalnya, yang
bergambar gunung-gunung berawan. Motif ini menyiratkan perjalanan orang arif. Awalnya
orang itu dalam keadaan bodoh sekali, lalu belajar sampai pintar. Lalu, ia turun lagi ke bawah
seperti orang bodoh, padahal sudah pintar. Ini sebenarnya merupakan pelajaran tentang
tawadhu. (ed: nashih nashrullah)





























Kuat Berkat Kekuasaan

Oleh Fuji Pratiwi


Islam semakin kuat di wilayah Jawa Barat seiring berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Pemerintah ketika itu berkontribusi besar menjadikan Islam sebagai ruh berbangsa dan
bernegara.

Pada masa kepemimpinan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), Kerajaan Pajajaran
berhasil meluaskan kekuasaannya dengan memiliki tiga wilayah otonom, yakni Singapura
atau Mertasinga yang dikepalai oleh Mangkubumi Singapura (Tasikmalaya), Pesambangan
(pantai Cirebon) yang dikepalai oleh Ki Ageng Jumajan Jati, dan Japura (Jepara) yang
dikepalai oleh Ki Ageng Japura.

Mumuh Muhsin Z dalam "Terbentuknya Keresidenan Priangan" menulis runtuhnya Kerajaan
Pajajaran pada abad ke-16 memunculkan Kerajaan Cirebon dan Banten sebagai kerajaan
Islam. Kerajaan Cirebon menjadi pusat penyebaran Islam setelah Sunan Gunung Jati menjadi
pimpinan Wali Songo.

Sunan Gunung Jati melakukan perjalanan ke berbagai wilayah untuk menyebarkan Islam. Ia
juga yang berhasil mengembangkan Islam di wilayah-wilayah otonom di bawah
kepemimpinan Kerajaan Sunda, seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa, dan
Banten.

M Yahya Harun dalam "Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII" mengungkapkan
Banten yang disebut sebagai Wahanten Girang dalam naskah Carita Parahiyangan awalnya
adalah daerah otonom di bawah kekuasaan Pajajaran. Pengaruh Demak dan Cirebon pada
abad ke-16 membuat Banten menjadi wilayah Islam.

Mumuh Muhsin Z dalam "Kerajaan Sumedanglarang" menulis Kerajaan Banten berulang kali
mencoba menaklukkan Pajajaran selama puluhan tahun, tapi belum berhasil. Namun, seperti
Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten juga memasukkan ajaran Islam ke kerajaan-kerajaan
kecil di wilayah kekuasaan Pajajaran, temasuk Kerajaan Sumedanglarang.

Masjid Merah Panjunan dan Masjid Sang Cipta Rasa menjadi salah satu peninggalan
Kerajaan Cirebon yang masih ada. Kompleks Dalem Pakungwati juga menjadi bukti
kecintaan Walasungsang (Cakrabuana) terhadap anak perempuannya, Pakungwati.

Hansiswany Kamarga dalam "Bercermin pada Sejarah Banten Tempo Dulu" menulis pada
1527, Faletehan atau Fatahillah berhasil menghentikan upaya intervensi Portugis yang
menjalin kerja sama dengan Pajajaran. Kerajaan Banten bekerja sama dengan Demak dan
Cirebon, Kerajaan Banten berhasil menaklukan Kerajaan Sunda terakhir, Pajajaran.
Banten di puncak kejayaannya saat Sultan Ageng Tirtayasa bertakhta pada 1651 M-1682 M.
Pengaruh Banten meluas hingga ke Lampung kala itu. Kompleks Masjid Agung dan Masjid
Koja jadi salah satu bukti penyebaran Islam di Banten. (ed: nashih nashrullah)















































Islamisasi Tatar Sunda Lebih Progresif



Pola penyebaran Islam di Tatar Sunda lebih progresif dibandingkan dengan Islamisasi tanah
Jawa secara umum. Menurut Ketua Program Studi Pascasarjana Universitas Indonesia Dr
Hanief Saha Ghafur, hal itu antara lain karena pengaruh Hindu-Buddha tidak begitu kuat di
kawasan ini.

"Penerimaan masyarakat Sunda terhadap Islam lebih berakar dan leading," katanya kepada
wartawan Republika Nashih Nashrullah.

Berikut petikan perbincangannya:.

Seperti apa pola penyebaran Islam di Jawa Barat?
Begini, Islam di Jawa secara umum sebetulnya lebih bertemunya sebuah kebudayan
transnasional, dalam hal ini Islam, berpapasan dengan tradisi lokal Sunda, Jawa, dan
beberapa unsur lokal lainnya. Ada semacam kategorisasi yang kuat, bahwa daerah dengan
pengaruh Hindu-Buddha di sana, sebelum kedatangan Islam, maka Islam harus bergulat keras
dengan tradisi lokal. Jika ditelusuri, tradisi Hindu-Buddha itu begitu kuat di Jawa Tengah,
tidak di Sunda atau di Jawa Timur, misalnya. Di Sunda, ada Priangan yang menjadi pusat
kebudayaan Sunda. Di luar wilayah ini disebut dengan berdikan atau kawasan yang jauh dari
peradaban.

Nah, sekarang apa kaitannya dengan persebaran Islam? Bahwa jika di kawasan tersebut
Hindu atau Buddha kuat, Islam juga memiliki pergulatan cukup kuat untuk meyakinkan
agama tersebut pada masyarakat di kawasan itu, karena memang tidak bisa serta-merta
mereka akan menerima Islam. Terjadilah akulturasi dan enkulturasi budaya. Saling terjadi
simbiosis antara kebudayaan Sunda dan Islam, begitu juga sebaliknya.

Jadi karakter Islamisasi di Jabar lebih progresif?
Benar. Bagi daerah berdikan, Islam itu cepat tetapi juga lebih puritan ketimbang daerah dari
kawasan Hindu-Buddha. Islam memang bermula dari Jawa Tengah sebetulnya, tetapi akibat
pengaruh kuat keyakinan pra-Islam pergulatan Islam pun juga tak kalah keras, bahkan
cenderung lambat. Wajar bila di kawasan Jawa Tengah muncul sinkretisme, berbeda dengan
wilayah Jabar, meskipun ada tetapi itu sedikit.

Penerimaan masyarakat Sunda terhadap Islam lebih berakar dan leading dibanding budaya
Sunda itu sendiri. Norma, etika, dan aturan Islam begitu cepat diserap. Persis seperti pola
sebaran Islam di kawasan yang tak terpengaruh kuat Hindu-Buddha di seluruh nusantara.
Pantas bila di Sumatera Barat, Islam begitu kuat.

Apakah kondisi di atas berdampak pada karakter Islam di Jawa Barat?
Jelas berpengaruh. Islam itu masuk dari kawasan utara Jawa, termasuk Jawa Barat, lalu
melakukan penetrasi ke daerah selatan, Cirebon, sampai ke Batavia. Penetrasi nya secara
damai ke selatan.

Islam di kawasan utara adalah Islam kota. Islam kosmopolitan, Islam kaum pedagang,
masyarakat yang mobilitasnya tinggi, karakteristik entrepreneur, yang kemudian bergerak
dari satu pulau, kota ke kota, wilayah ke wilayah, jadi orangnya egaliter; Islam orang kota,
Islam pasar, Islam pedagang.

Pemandangan itu perlahan berubah saat kolonial datang. Maka orang-orang di kawasan ini
diusir oleh Belanda karena kota pelabuhan ini dikuasai mereka. Mereka didorong masuk ke
selatan, mereka bergeser dari kaum pedagang, kemudian menjadi mata pencariannya sebagai
petani, tidak pedagang lagi. Kultur petani itu kan beda. Kaum petani cenderung statis, tunggu
musim, cukup menanam, ini berpengaruh pada kultur Islam. Islam di Jawa Islam desa, bukan
Islam pedagang.

Sejauh mana kontribusi kerajaan Islam dalam Islamisasi Tatar Sunda?
Kerajaan Islam di Jabar berkontribusi besar dalam Islamisasi Tatar Sunda. Ini terbukti
misalnya dari hubungan pernikahan antara keluarga kesultanan dengan para ulama. Misalnya
di Banten ada Sultan Hasanuddin, di Cirebon ada Sunan Gunung Jati, di Batavia ada
Fatahillah, dan Banten ada Kiai Nawawi.



























Riwayat Beduk

Oleh Tjak S Parlan



Entah sejak kapan, suara beduk tidak lagi menarik di kota itu. Dulu, ketika kota itu masih
peka menangkap suara-suara, suara beduk memiliki daya pikat tersendiri bagi banyak orang.
Namun sekarang, kota itu lebih mudah meredam suara-suara dari masa silam.

Matsani termenung di beranda surau. Tangannya yang kisut menopang dagunya, seolah dagu
itu sarat dengan beban dari janggut putihnya yang rimbun. Matanya memandang ke depan
surau, suwung. Di tempat lain, suara-suara lebih ramai: sayup-sayup televisi di rumah
tetangga, deru kendaraan di jalanan.

Halaman surau itu tak seluas dulu lagi. Semakin menyempit dari waktu ke waktu oleh rumah-
rumah yang berdiri di sekitarnya. Dulu, di halaman itu sekelompok anak-anak sering
bermain-main sambil menghafal surah-surah pendek. Mereka akan berhenti bermain setelah
maghrib tiba. Lalu seperti biasanya, mereka akan berlomba menabuh beduk, sesaat sebelum
Matsani mengumandangkan azan Maghrib.

Selepas Maghrib, anak-anak itu akan mengaji. Ketika waktu shalat Isya' tiba, sebelum azan
dikumandangkan, anak-anak itu akan berebutan lagi untuk menabuh beduk.

Matsani bangkit dari duduknya. Ia melongok ke dalam. Jam dinding tua berbunyi tik-tak,
menunjukkan waktu maghrib masih cukup lama. Matsani duduk kembali. Matanya beralih ke
beranda sisi kiri di mana sebuah beduk telentang tenang ditopang kedua penyangganya yang
berbentuk silang.

Benda itu berdebu. Ia menyadari sudah begitu lama benda itu berdebu, tapi pada saat itulah ia
benar-benar tergerak untuk membersihkannya. Diambilnya sapu yang teronggok begitu saja
di pojok beranda. Seperti hari-hari sebelumnya, selepas shalat Ashar ia sudah menyapu lantai
itu. Tapi, selalu saja ada yang terlewat.

Seingatnya, ia tak pernah menyentuh beduk itu lagi. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali
melihat anak-anak kecil berebutan membunyikan benda itu. Malam Lebaran tahun kemarin,
ia hanya melihatnya sekilas di perempatan depan kantor wali kota pada sebuah pawai takbir
keliling. Itu pun beduk yang lain.

Matsani meraih beduk itu dengan sapu di tangannya. Setiap kali ia menggerakkan sapu, debu
beterbangan ke wajahnya, membuatnya terbatuk-batuk. Sesekali ia menepis punggung beduk
itu. Sawang-sawang yang berjuntaian di antara tiang penyangganya berjatuhan. Remah-
remah kayu trembesi berguguran dari bagiannya yang keropos. Terang saja, sekoloni rayap
telah bertahun-tahun menggerogotinya.

Dulu, ketika anak-anak masih mengaji di surau itu, bibir beduk itu selalu tampak licin. Setiap
waktu shalat tiba, sebelum azan berkumandang, beduk itu selalu menggemakan tanda
panggilan. Ada bermacam-macam jenis ketukan yang dihafal luar kepala oleh anak-anak di
tempat itu. Beberapa bunyi ketukan beduk akan berbeda di tiap-tiap waktu shalat.

Namun, yang paling diingat Matsani adalah bunyi beduk kematian. Biasanya jika ada warga
yang meninggal, orang-orang akan memberitahunya dan ia akan memberikan kabar dengan
menabuh beduk di surau sebanyak sembilan kali ketukan.

Beduk kematian selalu menebarkan aura kesedihan yang mencekam bagi siapa pun yang
mendengarnya. Pernah suatu kali, Guru Mashuri tergopoh-gopoh menemuinya mengabarkan
berita duka.
"Tolong, Pak Mat," ujar Guru Mashuri. "Pak Alim tutup usia. Tolong kabarkan kepada
warga."

Matsani yang sedang menyapu lantai surau terperanjat dibuatnya. "Inallillahi... kapan, Pak?
Pak Alim yang ... yang saudagar sapi itu? Inallilahi ....\"

"Benar, Pak Mat. Memangnya Pak Alim yang mana lagi?"

Antara tidak percaya dan sedih Matsani meletakkan sapunya. Ia meraih tongkat penabuh
yang tergantung di tiang penyangga beduk itu dan mulai menabuh sebanyak sembilan kali.
"Dung dung dung, dung dung dung, dung dung dung ...."

Matsani masih tak percaya, bahkan setelah gema beduk itu mengambang di udara. Pak Alim,
adalah Muslim keturunan Tionghoa yang cukup dihormati warga. Sehari-harinya ia berjualan
daging di pasar. Pak Alim pulalah yang menyumbangkan beduk di surau itu.

Siang sebelum meninggal, Pak Alim sempat shalat Zhuhur berjamaah di surau itu
bersamanya. "Tumben, Pak. Kok, tidak ke pasar hari ini," tegur Matsani setelah turun dari
masjid siang itu.

"Iya, Pak Mat. Tidak tahu kenapa, tiba- tiba saya ingin istirahat dulu hari ini," jawab Pak
Alim. "Ngomong-ngomong, saya tadi kok tidak mendengar suara beduk, ya?"

"Ah, bapak ini ada-ada saja. Tadi saya yang menabuhnya, kok."

"Oh...," ujar Pak Alim, seperti orang linglung.

Sejak itu, setiap ada warga yang meninggal, Matsani sering teringat Pak Alim. Terutama
ketika ia sendiri yang harus mengabarkan berita duka itu ke warga sekitar. Namun sekarang,
semuanya sudah digantikan oleh speaker tua cempreng yang termangu sepanjang waktu di
puncak kubah surau itu.

Matsani masih termangu di depan beduk tua itu. Entah sejak kapan, suara beduk tidak lagi
menarik perhatian di kota itu.

Ia kembali teringat ketika kota itu masih peka menangkap suara-suara, suara beduk memiliki
daya pikat tersendiri bagi banyak orang. Kabar gembira saat datangnya hari kemenangan,
bahkan kabar duka saat datangnya kematian, selalu disuarakan lewat beduk tua di surau itu.
Namun sekarang, kota tempat tinggalnya itu lebih mudah meredam suara-suara dari masa
silam.

Matsani kembali melongok ke dalam. Bunyi tik tak jam dinding tua menunjukkan waktu
maghrib tidak lama lagi. Itu artinya dirinya harus mulai bersiap-siap. Ia akan berwudhu,
menyalakan mesin pengeras suara, dan mengumandangkan azan. Suaranya yang renta akan
terdengar semakin renta melalui speaker tua cempreng yang termangu-mangu sepanjang
waktu di puncak kubah surau itu.

Setelah itu sepi kembali, tak ada lagi anak-anak yang menyenandungkan puji-pujian sembari
menunggu imam shalat datang. Guru Mashuri, guru mengaji yang telah lama ditinggalkan
murid-muridnya, akan datang sendirian. Mungkin akan disusul satu-dua orang tua lainnya
seperti biasanya.

Matsani memandang ke depan surau, suwung. Di tempat lain, suara-suara lebih ramai; sayup-
sayup televisi di rumah tetangga, deru kendaraan di jalanan. Entah sejak kapan, ia sering
mendengar orang-orang di sekitarnya berujar bahwa kota itu lebih maju dari waktu ke waktu.

Anak-anak kecil belajar mengaji di sekolah-sekolah pendidikan usia dini. Beberapa orang tua
mereka akan membekalinya dengan buku iqra, lalu mengajarinya sendiri di rumah sekali
waktu. Beberapa lagi yang lebih beruntung akan mengundang seorang guru dari jauh yang
akan mengajari mereka `Cara Cepat Belajar Membaca Alquran'. Jadi, tak ada lagi yang perlu
menemui Guru Mashuri yang sudah rabun untuk belajar mengaji di surau itu. Anak-anak juga
tak perlu lagi berebutan menabuh beduk, sesaat sebelum dirinya mengumandangkan azan
seperti yang akan dilakukannya sebentar lagi.

Matsani mengencangkan kain sarungnya yang longgar. Ia berjalan ke luar, memakai sandal
jepit bututnya, lantas menuju ke tempat mengambil wudhu. Namun, langkahnya tertahan oleh
suara seseorang. "Pak Mat, tolong sebentar, Pak..." ujar Ramdani, anak sulung Guru Mashuri.

"Begini, Pak .... tolong kabarkan berita ini kepada warga...."

"Ada kabar apa, Dani. Pengumuman apalagi?" tanggap Matsani.

"Begini, Pak Mat. Bapak ... Bapak telah tutup usia, Pak." ujar Ramdani dengan suara
gemetar.

Sontak, Matsani termangu di tempatnya berdiri. Ia mencari-cari kebenaran sekenanya di
wajah Ramdani. Benarkah guru yang baik itu sudah meninggal, batinnya. "Maksudmu, Guru
Mashuri. Bapakmu?" tanya Matsani kemudian.

"Benar, Pak..."

"Inallillahi..."

Matsani tahu, Guru Mashuri sudah cukup renta seperti dirinya. Matsani juga tahu, beberapa
tahun lalu Guru Mashuri pernah mengalami beberapa kali serangan jantung. Namun
belakangan, kondisinya benar-benar sudah membaik. Bahkan, Guru Mashuri-lah yang
mengimami shalat Zhuhur siang tadi.

Tanpa menghiraukan Ramdani yang masih di hadapannya, Matsani melangkah gontai ke
beranda surau. Seperti tak sadar, ia meraih tongkat penabuh yang tergantung di tiang
penyangga beduk itu dan mulai menabuh sebanyak sembilan kali.

"Dung dung dung, dung dung dung, dung dung dung ..."

( )

Mataram, 11 Oktober 2013



Tjak S. Parlan lahir di Banyuwangi, 10 November 1975. Sudah belasan tahun tinggal di
Mataram, NTB. Menulis puisi dan cerpen, antara lain, dimuat Republika, Jurnal Nasional,
Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Bali Post, Sagang, Padang Ekspres, Sumut Pos, Metro Riau
Pos, Lampung Post, Suara Madura, Tabloid Cempaka, Koran Merapi, Suara NTB, dan lain-
lain. Juga dalam beberapa buku bunga rampai.

Diundang menghadiri Temu Sastrawan Indonesia IV (Ternate, Oktober 2011) serta Jambi
International Poetry Gathering (Desember 2012). Aktif di Departemen Desain dan Publikasi,
Komunitas Akar pohon, Mataram, Nusa Tenggara Barat.








KH ANWAR MUSADDAD

Sang Alim Pencetus UIN Bandung

Oleh Amri Amrullah



Tokoh yang terkenal zuhud ini adalah akademisi yang cinta pada dunia pesantren.

Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung tidak terlepas dari KH
Anwar Musaddad. Sosok yang diberkahi umur panjang hingga 91 tahun ini merupakan nama
yang paling berjasa bagi berdirinya kampus yang semula adalah institut agama Islam negeri
(IAIN) itu. Ia pendiri sekaligus didaulat sebagai rektor pertama.

Kiai Anwar, begitu akrab disapa, dikenal sebagai alim yang sederhana, zuhud, dan tawadu.
Tokoh kelahiran Garut, 3 April 1909, itu merupakan alim yang berdedikasi tinggi dalam
mengembangkan lembaga akademis, namun tetap berdiri di atas tradisi pesantren.

Ia menempuh pendidikan di HIS (Hollandsche Indische School), setingkat SD pada zaman
Belanda, MULO (setingkat SMP) Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di
Sukabumi. Setelah menamatkan pendidikan menengah di sekolah Katolik tersebut, ia belajar
di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, selama dua tahun. Pada 1930, ia melanjutkan studi
ke Makkah dan belajar di Madrasah al-Falah selama 11 tahun. Ia kembali ke Tanah Air
menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda.

Pada masa penjajahan Jepang, Kiai Anwar diangkat menjadi kepala Kantor Urusan Agama
(Shumubu) dan ketua Masyumi untuk daerah Priangan. Pada masa revolusi, ia bergabung
dalam Hizbullah dan memimpin pasukan bersama pengasuh Pesantren Cipari, KH Yusuf
Tauziri.

Pada 1953, Kiai Anwar mulai bertugas di Yogyakarta menjadi tenaga pengajar di Fakultas
Ushuluddin Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang juga baru didirikan
Kementerian Agama RI di Yogyakarta pada 1952. Dari sinilah, ia banyak menimba ilmu dan
pengalaman sebagai modal pendirian UIN Bandung, kelak.

Kiai Anwar diangkat menjadi guru besar ilmu teologi dan menjadi dekan Fakultas
Ushuluddin periode 1962-1967. Pada 1967, ia ditugaskan merintis pendirian IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung dan menjabat rektor pertama IAIN Sunan Gunung Djati hingga 1974.
Selain dikenal sebagai akademisi, sosok yang piawai di perbandingan agama itu juga aktif
berorganisasi.

Kiprah penulis buku Kristologi yang bertajuk Kedudukan Injil Barnabas Menurut Pandangan
Islam terbitan Penerbit Albaramain pada 1981 itu aktif di Nahdlatul Ulama (NU) sejak 1954.
Ia tercatat sebagai pengurus Partai NU pada 1954-1956 sebagai A'wan Syuriyah bersama
sejumlah tokoh, di antaranya, KH Ruchiyat (Tasikmalaya), KH Djamhari (Banten), KH
Machrus Ali (Kediri), dan Syekh Musthafa Chusain Mandailing (Sumatera Utara). Saat itu,
Rais Akbar PBNU adalah KH A Wahab Hasbullah.

Pada periode kepengurusan NU berikutnya, 1956-1959, ia masih di A'wan Syuriah, tetapi
sekaligus sebagai ketua Ma'arif. Jabatan terakhirnya sebagai struktural di NU sebagai
Mustasyar pada periode 1989- 1994 setelah sebelumnya menjabat Wakil Rais `Am PBNU
periode 1979- 1984.

Pada 1976, ia memutuskan berkiprah di tanah kelahirannya, Garut. Kiprahnya di dunia
pendidikan tak pernah surut. Ia mendirikan Pesantren al-Musaddadiyah dengan lembaga
pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kiai Anwar Musaddad wafat pada 19
Rabiutsani 1422/2000 dan dimakamkan di Kompleks Pondok Pesantren Musaddadiyah,
Garut, Jawa Barat. (ed: nashih nashrullah)

































KETIKA RAJA MENGUTAMAKAN TUHANNYA

Oleh Nashih Nashrullah



Kisah ini mengingatkan akan makna kezuhudan.

Entah apa yang mendasari Ibnu Quddamah, al-Maqdisi mengisahkan kisah berikut dalam
bukunya, at-Tawwabin. Bisa jadi, yang hendak digarisbawahi ialah keberanian seorang
pemimpin yang terbiasa hidup bergelimang harta untuk meninggalkan dunianya tersebut,
demi fokus beribadah dan menghamba sekalipun dalam kisah berikut bertokohkan seorang
Nasrani.

Beberapa abad, sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, banyak dinasti yang eksis di jazirah
Arab. Salah satunya adalah Dinasti Lakhmid. Sebuah kerajaan yang didirikan oleh Amru,
pemuda dari Bani Lakhm, pada 266 M. Dinasti Arab Kristen itu berpusat di Hirah, barat
Sungai Furat. Kisah kehebatan dinasti ini, antara lain, ditunjukkan dengan berdirinya al-
Kharnaq, benteng megah dan kokoh di pusat pemerintahan mereka, Hirah.

Dari sekian penguasa Lakhmid yang diabadikan sejarah ialah al-Nu'man I bin Imru' al-Qais.
Sosok yang dijuluki ini menjadi penguasa dinasti itu selama 390-418 M. Meski hanya 18
tahun berkuasa, ia berhasil menorehkan prestasi. Di antara karya terbesarnya ialah
membangun istana Khawarnaq dan Sadir. Kekuasaan yang ada di genggaman tidak
membuatnya gelap mata. Ia dikenal sebagai pemimpin yang bijak, merakyat, dan kerap
meminta petuah kepada para bijak.

Suatu ketika, ia memutuskan untuk berjalan-jalan berkeliling mengawasi Khawarnaq. Sejauh
mata memandang, ia tampak puas dengan apa yang telah dibangunnya. Ia pun berkelakar di
hadapan banyak orang. "Tahukah kalian, apakah ada orang yang diberi keistimewaan
sepertiku?" Hadirin menjawab bahwa ada seseorang, ia terkenal bijak dan tidak pernah
berbicara sepatah kata pun.

Merasa penasaran, akhirnya al-Nu'man mendatangi sosok yang dimaksud itu. Sang Raja pun
bertanya kepada sang bijak itu, mengapa ia mengunci lisannya dan tidak mau berkomentar
apa pun. Akhirnya, si bijak angkat bicara. "Jika Anda izinkan, aku akan segera berbicara,"
kata dia. Izin akhirnya diberikan oleh sang Raja.

Si bijak berkata, "Bagaimana pendapat Anda, apakah segalanya yang Anda miliki sekarang
adalah murni kepunyaanmu dan tidak akan sirna atau milik orang lain sebelum Anda yang
lantas sirna dan beralih ke tangan Anda? Begitu seterusnya, akan hilang dari Anda?"

"Tidak, justru kepunyaan orang sebelumku, berlalu dan berpindah menjadi milikku, dan
seterusnya akan hilang dariku," jawab al-Nu'man.

"Lantas, mengapa Anda bahagia dengan sesuatu yang akan musnah dari Anda suatu saat dan
hanya menjadi peninggalan sekelumit, padahal Anda banyak berharap dan bangga atasnya
sepanjang masa?" kata si bijak yang diiringi dengan tangisan menderu al-Nu'man.

"Apa solusinya?" tanya sang Raja.

"Hanya ada dua pilihan, Anda tetap bertahan dengan kekayaan ini dan berusaha taat kepada
Tuhanmu atau Anda tinggalkan sama sekali dan berangkat ke gunung, menyepi dari manusia,
Anda menetap sendirian menyembah Tuhan hingga ajal menjemput," kata si bijak
memaparkan.

"Jika aku melakukannya, apa pahala buatku?" tanya sang Raja.

"Bila Anda tempuh jalur itu, Anda berhak atas kehidupan yang tak pernah mati, masa muda
yang tak akan tua, kesehatan abadi, dan kerajaan baru yang tak bisa runtuh," ungkap si bijak.

"Wahai orang bijak, berarti apa yang aku lihat bakal fana dan sirna?" ujar al- Nu'man. Si
bijak membenarkan dan segala apa yang dimiliki sekarang tidak pernah kekal.

"Kalau begitu, apa faedahnya jika fana? Demi Tuhan, aku akan mencari kehidupan yang
kekal," tutur al-Nu'man. Ia pun akhirnya memutuskan menanggalkan posisinya sebagai raja.
Ia tinggalkan gemerlap duniawi yang selama ini mewarnai hidupnya. Ia keluar dari istana saat
berusia 29 tahun, mengenakan baju dari wol kasar, dan pergi menuju gunung untuk fokus
menyembah Tuhan. Ia ditemani oleh si bijak.

Kisah ini segera menyebar dengan cepat di tengah-tengah masyarakat. Sebagian mencibir,
tapi tak sedikit yang mendukung keputusan mulia itu. Guna mengisi kekosongan tampuk
kepemimpinan, ia digantikan oleh putra mahkotanya, yaitu al-Mundhir. Al-Nu'man dan sang
bijak mengabdikan diri seumur hidup untuk mendapatkan keridhaan Tuhan.
















Uzbekistan Pusaran Kejayaan Islam yang Dirindukan

Oleh Fuji Pratiwi



Uzbekistan tanah kelahiran para cendekiawan Muslim andal.

Menjadi bagian penting penghubung peradaban Cina dan Romawi, Jalur Sutra, Turkestan
atau yang kini dikenal Uzbekistan, telah melewati berbagai milenium. Negeri pecahan Uni
Soviet ini melewati pasang surut kepemimpinan.

Kallie Szczepanski dalam Uzbekistan: Fact and History mengungkapkan Islam mulai
mewarnai Uzbekistan pada abad ketujuh dan delapan. Meski sempat ditolak mayoritas
penganut Zoroaster dan Buddha, bekas wilayah jajahan Persia ini akhirnya terbuka menerima
Islam.

Pada abad kesembilan, Imperium Samanid memperluas kekuasaannya hingga ke Lembah
Sungai Zarafshan (Samarkand dan Bukhara). Perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi menemukan masanya.

Genghis Khan memanfaatkan kejatuhan Imperium Samanid untuk merebut kekuasaan.
Uzbekistan pun dikendalikan Imperium Mongol pada 1220 M. Genghis Khan memberangus
infrastruktur dan membantai Muslim. Pada masa itu pula terjadi migrasi besar bangsa
nomaden Turk dari wilayah utara.

Di bawah kepemimpinan penguasa Mongol-Turki, Timur Leng pada (1336- 1405) masuk ke
Uzbekistan dan menjadikan Samarkand sebagai ibu kota. Pengaruh ilmu pengetahuan dan
teknologi di Uzbekistan menyebar hingga ke Mediterania, India utara (wilayah kekuasaan
Dinasti Moghul), dan Eropa kala itu sampai abad 19. Hingga akhirnya, Uzbekistan
dimerahkan komunisme pada 1917 dan mengalihkan pemerintahan ke Tashkent.

Rosemary Pennington dalam artikelnya, "Islam in Uzbekistan", di laman muslimvoice.org
menulis, 90 persen populasi Uzbekistan adalah Muslim Sunni. Meski ajaran Sunni ini tak
bisa dipraktikkan secara bebas selama berada di bawah Soviet (1917-1991). Ajaran Islam
yang pernah berjaya di tanah Turkistan ini tak lagi bebas ditunjukkan. Sebelum merdeka,
masjid-masjid dijadikan gudang, perpustakaan, pabrik, dan perkantoran. Hanya sedikit yang
dibuka untuk umum.

Lepas dari cengkeraman komunitas pada 1991 dan saat Presiden Islam Karimov terpilih
sebagai ketua Partai Komunis Uzbekistan dan memenangi pemilihan umum, kebijakan
Presiden Islam Karimov mempersempit gerak umat Islam. Umat Islam belum sepenuhnya
juga merdeka melaksanakan ajarannya sekalipun jumlah masjid bertambah.

Selama Ramadhan, pelajar yang berpuasa dipaksa menaati sistem sekolah untuk tetap makan
pada siang hari. Para orang tua juga diancam hukuman berat jika tertangkap membawa anak-
anak remaja mereka ke masjid. Apalagi, bertetangga dengan Afghanistan, tampaknya
menimbulkan ketakutan pemerintah atas menularnya radikalisme di kalangan umat Islam.
Masjid dan imam harus terdata jika ingin menjalankan kegiatan terbuka.

Lumbung ilmuwan Lembaga penelitian The Foundation for Science Technology and
Civilisation (FSTC) di laman muslimheritage.com menulis, kota-kota di Turkestan
(Uzbekistan), terutama Samarkand dan Bukhara, pernah menjadi tanah lahir dan pusat studi
para ilmuwan Islam, seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Umar Khayam, dan Imam Bukhari, sebelum
serbuan bangsa Mongol. Pasukan Islam pimpinan Ubaid bin Ziyad berhasil membawa Islam
ke Bukhara pada 674 M.

Imam Bukhari lahir di Bukhara pada 810 M. Ia mulai belajar menghafal hadis saat berusia 10
tahun. Enam tahun kemudian, ia pergi ke Makkah untuk berhaji sekaligus berguru kepada
para syekh di Tanah Suci itu. Lebih dari 16 tahun ia mengembara mencari ilmu. Lima tahun
di antaranya berada di Basra, Irak. Karya monumentalnya ialah al-Jami' as- Shahih yang
berisi 2.760 hadis dengan keautentikan tinggi.

Ibnu Sina lahir di dekat Kota Bukhara pada 980 M. Keluarganya lalu pindah ke Bukhara tak
lama setelah adiknya lahir. Di sana, ia berlajar aneka ilmu pengetahuan, seperti sastra,
geometri, dan astronomi. Di usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai belajar ilmu kedokteran dari
seorang tabib Nuh al-Qamari yang juga merupakan tabib pemimpin Kota Bukhara, Mansur
Samani. Ibnu Sina banyak menghabiskan waktunya di masjid sebelum pulang ke rumah
untuk kembali belajar secara autodidak.

Magnum opus-nya adalah Qanun Fi at-Thib yang menjadi rujukan penting ilmu kedokteran
di Eropa.

Ilay Ileri dalam artikelnya, "Ali Al-Qushji and His Contributions to Mathematics and
Astronomy" menulis astronom, seperti Ali al-Qushji, lahir dan besar di Samarkand. Ia
menyelesaikan pendidikannya di Samarkand dan Kirman. Setelah dididik oleh ilmuwan hebat
pada masanya, Kadizade-i Rumi, Ali al-Qushji menjadi asisten sekaligus rekan kerja Raja
Ulugh Beg (1394-1449 M).

Setelah Kadizade-i Rumi wafat, al- Qushji ditunjuk sebagai direktur Observatorium
Samarkand sebagai apresiasi dari Ulugh Beg atas kegigihan al-Qushji mempelajari
astronomi. Pada periode itu, Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan yang penting
selama setengah abad pada abad ke-15. Observatorium ini menjadi penghubung Islam dengan
Eropa dalam perkembangan ilmu astronomi. (ed: nashih nashrullah)

Você também pode gostar