Você está na página 1de 3

Anastesi adalah hilangnya rasa atau sensasi di beberapa bagian tubuh yang

disesababkan oleh adanya blokade impuls secara mekanis atau karena pemakaian
obat (Harty dan Ogston, 1995).

Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-tidak, tanpa dan
aesthesos, persepsi, kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh . Obat bius memang
diciptakan dalam berbagai sediaan dan cara kerja. Namun, secara umum obat bius
atau istilah medisnya anestesi ini dibedakan menjadi tiga golongan yaitu anestesi
lokal, regional, dan umum (Joomla, 2008).
A. Anestesi lokal
Adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf
(terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik (Biworo,
2008). Pada anestesi umum, rasa nyeri hilang bersamaan dengan hilangnya
kesadaran penderita. Sedangkan pada anestesi lokal (sering juga diistilahkan
dengan analgesia lokal), kesadaran penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang
bersifat setempat (lokal) (Bachsinar, 1992).
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal.
Misalnya, sulam bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial seperti
sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi berlubang, hingga merawat luka terbuka yang
disertai tindakan penjahitan (Joomla, 2008).
Anestesi lokal bersifat ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya
perlu waktu singkat. Oleh karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu
dipertahankan selama kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih dari
itu, maka akan diperlukan injeksi tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa
rasa nyeri (Joomla, 2008).

B. Anestesi Regional
Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang
pasiennya perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi
yang lebih besar, bila pasien tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi
usus buntu, operasi pada lengan dan tungkai. Caranya dengan menginjeksikan
obat-obatan bius pada bagian utama pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu
saraf utama yang ada di dalam tulang belakang. Sehingga, obat anestesi mampu
menghentikan impuls saraf di area itu.
Sensasi nyeri yang ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu
terhambat dan tak dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak. Dan sifat anestesi
atau efek mati rasa akan lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal. Pada kasus
bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke bawah. Namun, oleh karena tidak
mempengaruhi hingga ke susunan saraf pusat atau otak, maka pasien yang sudah
di anestesi regional masih bisa sadar dan mampu berkomunikasi, walaupun tidak
merasakan nyeri di daerah yang sedang dioperasi (Joomla, 2008).
1. Anastesi Spinal
Anestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi
regional yang disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien. Pasien akan
mengalami mati rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari anestesi ini adalah untuk
memblokir transmisi sinyal saraf. Jenis anestesi ini umumnya digunakan untuk
prosedur pembedahan di pinggul, perut, dan kaki.
2. Anastesi Epidural
Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja mirip
anestesi spinal. Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan
kurang menyakitkan daripada anestesi spinal. Epidural paling cocok digunakan
untuk prosedur pembedahan pada panggul, dada, perut, dan kaki.


C. Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama
narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel (Miharja, 2009). Anestesi
umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan
ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya pada kasus
bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-
lain (Joomla, 2008).
Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri,
menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot.
Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi
jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama
operasi dilakukan (Joomla, 2008).
Untuk menentukan prognosis (Dachlan. 1989) ASA (American Society of
Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status fisik pasien pra
anestesi yang membagi pasien kedalam 5 kelompok atau kategori sebagai berikut:
ASA 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi. ASA 2, yaitu
pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena penyakit bedah
maupun penyakit lainnya. Contohnya pasien batu ureter dengan hipertensi sedang
terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan lekositosis dan febris. ASA 3, yaitu
pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diaktibatkan karena
berbagai penyebab. Contohnya pasien apendisitis perforasi dengan septi semia,
atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia miokardium. ASA 4, yaitu pasien
dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam kehiduannya.
ASA 5, yaitu pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi
atau tidak. Contohnya pasien tua dengan perdarahan basis krani dan syok
hemoragik karena ruptura hepatik. Klasifikasi ASA juga dipakai pada
pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda darurat (E = emergency),
misalnya ASA 1 E atau III E.


Bachsinar, 1993. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates

Você também pode gostar