Você está na página 1de 16

APA YANG KAMU PELAJARI

Komponen Faktor Biotik dan Abiotik


Pengeloaan Faktor Lingkungan Biotik dan Abiotik
Lingkungan tanaman merupakan gabungan dari berbagai macam unsur yang dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu unsur penyusun lingkungan diatas tanah dan
lingkungan dalam tanah. Bagian unsur ini khususnya yang terdapat dalam tanah dapat
dikendalikan sedang unsur yang terdapat diatas tanah pada umumnya sulit untuk
dikendalikan. Unsur-unsur penyusun tersebut sering terdapat dalam kuantitas yang
bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain sehingga lingkungan merupakan sumber
potensial sebagai penyebab keragaman tanaman dilapangan.
Faktor cahaya matahari. Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan
cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-
kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
Tiap tanaman membutuhkan suhu dan sinar matahari yang optimal untuk proses
fotosintes. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman terbakar dan mati kering.
Suhu tinggi dan lembab akan menyebabkan tanaman menjadi kuluban .
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibedakan menjadi dua yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik terdiri dari
tanah, air, udara, kelembaban udara, angin, cahaya matahari dan suhu,
sedangkan faktor biotik terdiri dari organisme-organisme hidup di luar lingkungan abiotik
yaitu manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Suhu merupakan faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan
tanaman akan baik pada suhu antara 15
o
C sampai 40
o
C. Suhu akan mengaktifkan proses
fisik dan kimia pada tanaman. Energi panas akan menggiatkan reaksi biokimia pada
tanaman atau reaksi fisiologis dikontrol oleh selang suhu tertentu.
Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari,
kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman dan kandungan lengas
tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting yaitu bukaan stomata, laju
transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Suhu dapat
mempengaruhi tiga fungsi fisiologi tanaman yaitu pertumbuhan dan perkembangan,
asimilasi dan pernafasan. Suhu minimum adalah suhu terendah yang dibawahnya
pertumbuhan, asimilasi dan pernafasan menjadi lambat bahkan terhenti. Suhu yang rendah
akan mengakibatkan absorpsi air dan unsur hara terganggu karena transpirasi meningkat.
Suhu minimum, optimum dan maksimum dapat diketahui dalam ruang yang tak terkendali
sehingga dapat mempermudah dalam penyesuaian terhadap keadaan iklim disuatu tempat.
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme yang terbentuk dari proses
pelapukan. Tanah menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tumbuhan untuk
pertumbuhan. Tanah akan memberikan tanggapan yang baik pada tanaman apabila
pengolahan tanah baik disertai dengan pemberian pupuk yang cukup. Pengolahan tanah
adalah memanipulasi mekanik tanah terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah
yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah membuat aerasi dalam
tanah menjadi lebih baik sehingga pertukaran CO
2
dan O
2
pada daerah perakaran dapat
lancar.
Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan
kehidupan dan produksi tanaman, termasuk dalam perkecambahan,pembentukan umbi dan
bulb, pembungaan dan perbandingan kelamin pada bunga. Cahaya mempengaruhi
perkecambahaan dan pembungaan dengan pengaruhnya terhadap fitokrom. Pengaruh
cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4
0,7 milimikron). Pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya dan
lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme,
dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem
pigmen spesifik Faktor kelembaban/kelembapan udara yaitu kadar air dalam udara dapat
mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup organisme. Air dibutuhkan tumbuhan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan
penyebaran biji. Air mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai daya pelarut unsur-unsur
yang diambil oleh tanaman, mempertinggi reaktivitas persenyawaan yang
sederhana/kompleks, berperan dalam proses fotosintesis, penyangga tekanan di dalam sel
yang penting dalam aktivitas sel tersebut, mengabsorbsi temperatur dengan baik/mengatur
temperatur di dalam tanaman, menciptakan situasi temperatur yang konstan. Air
merupakan substrat fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari jumlah air total digunakan oleh
tumbuhan untuk fotosintesis. Transpirasi meliputi 99% dari seluruh air yang digunakan
oleh tumbuhan, kira-kira 1% digunakan untuk embasahi tubuh, mempertahankan tekanan
turgor dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan.
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air antara lain
sebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam foto sintesis, menjaga turgiditas sel dan
kelembapan. Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsure hara dan
menjaga suhu tanah. Tanaman ,menyerap unsur hara dari media tempat hidupnya, yaitu
dari tanah ataupun dari air. Unsur hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu
tanaman baik atau tidaknya tumbuhan berkembangbiak.
Hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tanaman tetapi karena sifatnya
yang esensial dan banyak berperan dalam proses enzimatik maka keberadaannya sangat
berpengaruh pada proses metabolisme. Pada pembentukan metabolit sekunder antara lain
alkaloid, unsur hara mikro berperan besar pada proses enzimatik yaitu sebagai aktivator
atau gugus redox seperti Fe, Zn, Mn, dan Cu . Pemupukan yang berlebihan juga dapat
menyebabkan penyerapan unsur-unsur lain terhambat sehingga dapat mengakibatkan
kekahatan antara lain kahat unsur mikro.

Keyterm in Agroecosystem Analysis
Dalam istlah kunci di analisis agroekosistem terdapat beberapa istillah teknis yaitu
sistem, definisi sistem, tingkat susunan (hierarchy), ekologi, agroekosistem, wlayah
agroekologi, analisis agroekosistem, sifat sistem, produktivitas, stabilitas, sustainabilitas
atau keberlanjutan dan equitabilitas atau pemerataan. Empat faktor utama yang digunkan
untuk menganalisis perilaku dan kinerja dari agroekosistem adalah produktivitas,
stabilitas, sustainibilitas dan equitabilitas. Produktivitas menjelaskan tentang tingkat
produksi dari agroekosistem ditunjukkkan dari hasil dan laba bersih per hektar atau
orang/jam. Stabilitas menunjukkan tingkat atau derajat dimana produktivitas tetap konstan
terlepas dari fluktuasi skala kecil seperti iklim, kondisi ekonomi dan pasar atau tingkat
varibilitas dari tahun ke tahun atau temapt ke tempat dalam sistem ekologi. Sustainabilitas
atau keberlajutan menunjukkan kemampuan sistem untuk mempertahankan atau
meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang atau untuk mempertahankan
produktivitasnya ketika mengalami stress (misal meningkatnya salinitas tanah) atau
gangguan yang besar (misalnya kekeringan). Sementara itu, equitabilitas menunjukkan
distribusi manfaat atau keuntungan dari sistem di antara penduduk lokal. Sistem yang lebih
adil dan lebih merata adalah produk pertanian, jasa, dan sumber daya ain yang dimiliki
oleh penduduk.
Konsepsi biologi pertumbuhan mengacu pada morfogenesis yang dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan bentuk pada suatu individu
2. Perkembangan/differensiasi
Perkembangan merupakan suatu proses berkebangnya suatu fungsi bagian pada
individu.

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses kehidupan tanaman pada habitatnya
yang menghasilkan pertambahan ukuran maupun bentuk.
Lingkungan tumbuh tanaman merupakan gabungan dari beberapa komponen
(faktor-faktor) abiotik dimana tanpa faktor-faktor abiotik tersebut, maka suatu tanaman
tidak akan mampu tumbuh secara optimal.

Faktor-faktor abiotik tersebut berupa:
1. Oksigen (O
2
)
2. Karbondioksida (CO
2
)
3. Tanah
4. Air
5. Suhu

KOMPONEN FAKTOR BIOTIK PERTUMBUHAN TANAMAN
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Makhluk hidup seperti manusia dan hewan tumbuhan memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam persebaran tumbuhan. Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya dapat melakukan persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota
merupakan jenis hutan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama
manusia. Manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan
melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
manusia berpengaruhi terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Contohnya: daerah
hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan
penebangan, reboisasi,atau pemupukan.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.
Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur
memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga
mempengaruhi kehidupan faunanya. Hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran
tumbuhan flora. Contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai
membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah
untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Pengaruh
faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada patogen yang bertahan hidup dan
berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar tanaman, juga mempunyai
kemampuan menyebabkan penyakit dan biasanya pathogen dalam bentuk bentuk
organisme yang masih hidup. Penyebab penyakit yang tergolong ke dalam pathogen ini
adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk menimbulkan
penyakit bagi tanaman. Dimana yang tergolong dalam organisme ini misalnya: jamur,
virus, bakteri, nematoda, mikoplasma dan riketsa.
FASE PERTUMBUHAN
Fase Pertumbuhan atau Phenological event adalah tahap-tahap pertumbuhan dalam
hubungannya dengan lingkungan. Secara umum Fase Pertumbuhan terdiri dari 3 fase yakni
1. Fase Pertumbuhan Awal (initial phase) yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat
dan organ organ tanaman yang belum berfungsi.
2. Fase Eksponential, yang ditandai dengan pertumbuhan cepat dan organ organ tanaman
telah melaksanakan fungsinya. Dan yang terakhir yaitu
3. Fase konstan dimana pertumbuhan konstan dan mulai memasuki masa generatif
Fase pertumbuhan tanaman semusim biasanya hanya berlangsung satu siklus.
Dimulai dari berkecambah sampai memasuki fase generative, berbunga, menghasilkan
buah dan biji, lalu mati. Contohnya pada tanaman kentang, terdapat 5 Fase Pertumbuhan.
Fase perumbuhan pertama yaitu Perkembangan tunas, tunas berkembang dari umbi batang
dan tumbuh ke atas permukaan tanah, akar mulai berkembang. Fase kedua yakni
pertumbuhan vegetatif, pada fase ini daun dan batang mulai terbentuk, akar dan stolon
mulai berkembang di dalam tanah. Tanaman mulai melakukan fotosintesis. Pada Fase
ketiga, Inisiasi Umbi Batang, Tuber terbentuk pada ujung stolon tetapi belum membesar.
Lalu pada Fase keempat, sel-sel pada tuber mulai membesar dengan akumulasi air, nutrisi
dan karbohidrat. Pada fase terakhir, Maturation, batang mulai menguning dan daun
berguguran.
Pola pertumbuhan tanaman tahunan
Phenological event adalah studi tetang peristiwa siklus periodik tanaman dan
bagaimana siklus ini dipengaruhi oleh variasi musiman dan interannual iklim dan
prinsipnya berhubungan dengan tanggal kejadian pertama dari peristiwa biologis dalam
siklus tahunan mereka seperti tumbuh daun, berbunga dan pematangan dari tanaman
pertanian. Setiap tanaman memiliki phenological event berbeda-beda sesuai dengan fase
pertumbuhannya dan sangat dipengaruhi oleh suhu.
Tanaman tahunan adalah kelompok tanaman yang memiliki siklus hidup yang
melampaui 2 tahun. Dibagi menjadi 2 yaitu
Tanaman keras herba memiliki tunas yang mati untuk tanah masing-masing jatuh.
Sistem akar yang bertahan musim dingin, dan menyediakan energi untuk
pertumbuhan baru tunas di musim semi. Contoh : Asparagus, stroberi, artichoke,
dan bawang.
Tanaman keras berkayu memiliki atas yang tetap melalui musim dingin. Dalam
pertumbuhan tunas musim semi resume dari tunas laten atau adventif. Pohon dan
semak-semak adalah tanaman keras berkayu. Pohon dan semak daunnya akan
gugur pada musim gugur. Tanaman yang daunnya bertahan sepanjang tahun ini
disebut evergreen. Tanaman hijau menumpahkan beberapa daun setiap tahun dan
berlangsung 1-3 tahun sebelum mengugurkan daunnya.

POLA TANAM
Suatu usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur pola pertanaman yang
berinteraksi dengan sumber daya lahan serta teknologi budidaya tanaman yang dilakukan.
Pola tanam merupakan susunan tata letak dan tata urutan tanam, pada sebidang lahan
selama periode tertentu yang di dalamnya juga dilakukan pengolahan tanah dan bera.
Dalam menentukan pola tanam yang akan digunakan harus memperhatikan tiga aspek,
yaitu:
1. Kondisi fisik/lingkungan
Kondisi fisik ini dapat diamati dari keadaan iklim (radiasi, hujan, dan
temperature) maupun tanah (tingkat kesuburan tanah dan kemiringan topografi,
dll). Sebelum memilih pola tanam yang diinginkan harus disesuaikan dengan
keadaan lingkungan. Seperti suatu area dengan kondisi topografi curam, tidak
diperbolehkan menggunakan pola tanam monokultur dengan komoditas tanaman
semusim. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan pencucian unsure
hara dari area yang tinggi ke rendah, karena tidak tanaman semusim tidak mampu
menopang tekanan erosi dari atas. Sehingga dalam menentukan pola tanam harus
melihat keadaan lingkungan yang mendukung apa tidak.
Perbedaan pada kondisi fisik yang paling utama dalam pemilihan pola tanam
yaitu temperature. Karena indicator yang sama dalam agroekosistem adalah
temperature dan factor temperature ini ditentukan oleh:

a. Jauh dekatnya suatu daerah dengan garis katulistiwa.
b. Tinggi suatu tempat.
2. Factor manusia
Faktor manusia adalah factor pertama yang menentukan pola tanam yang
akan digunakan. Karena manusia yang berpikir menghasilkan buah pikiran yang
akan dilakukan dan buah pikiran ini dipengaruhi oleh keadaan keadaan social,
ekonomi dan keadaan politik. Factor social ini meliputi kebudayaan, dan agama,
semisal suatu petani yang telah terbiasa menggunakan pola tanam monokultur
untuk diubah menggunakan pola tanam polikultur sulit. Meskipun telah
dijelaskan pola tanam monokultur tingkat serangan hama dan penyakit tinggi dan
kemungkinan gagal panen jika terserang hama juga tinggi. Akan tetapi karena
sudah menjadi budaya, maka penerimaannya akan lebih sulit. Kecuali dengan
pendekatan-pendekatan tertentu. Kedaan ekonomi ini dapat dilihat dari tingkat
harga suatu komoditas di pasar dan permintaan pasar yang ada. Seorang
penguaha yang memiliki modal tinggi dengan melihat keadaan pasar dan tingkat
harga komoditas yang tinggi akan menggunakan pola tanam monokultur karena
potensi kuantitas panen tinggi. Meskipun tingkat serangan hama dan penyakit
tinggi, karena memiliki modal yang tinggi juga mampu membeli pestisida atau
varietas yang tahan dan unggul. Factor manusia juga dapat dilihat dari aspek
politik, hal ini tidak jauh berbeda yang semata untuk mencari keuntungan.
3. Karekteristik produksi
Pemilihan pola tanam ini digunakan untuk menghasilkan produksi yang
subsistence atau komersial. Jika seorang memproduksi tanaman untuk
mengedepankan subsistence (untuk kebutuhah sendiri) maka akan memilih pola
tanam multiple cropping. Karena pola tanam ini akan menghasilkan tanaman
yang beragam meskipun yang dihasilkan tidak banyak jika dibandingkan dengan
pola tanam monokultur. Akan tetapi jika produksi mengedepankan pada
komersial akan memilih pola tanam monokultur. Sebab pola tanam monokultur
hasil yang didapat banyak meskipun banyak perawatan atau perlakuan yang
diberikan.
Pola tanam merupakan subsistem dari budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya
tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam misalnya
pola tanam tunggal jagung, atau pola tanam tumpangsari antara jagung dan padi gogo.
Menerapkan suatu pola tanam harus mempertimbangkan berbagai aspek, dan yang paling
penting diantaranya ialah sifat tanaman. Contohnya, mempertimbangkan panjang akar dan
puncak penyerapan unsur hara dari masing-masing tanaman yang dibudidayakan dalam
suatu tumpangsari agar tidak terjadi kompetisi dalam perebutan hara. Contoh perimbangan
lain ketika akan menerapkan suatu pola tanam tumpangsari ialah perbedaan tinggi tanaman
ketika tumbuh juga menjadi pertimbangan tersendiri ketika akan menerapkan suatu pola
tanam. Umur panen tanaman juga menjadi pertimbangan lagi dan yang terakhir,
pertimbangan dari segi ekonomi, laba, margin biaya juga menjadi pertimbangan tersendiri
Bentuk pola tanam ada dua yang sebenarnya telah dijelaskan pada bagian di atas, yaitu:
1. Pola tanam tunggal/monokultur
Pola monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman secara terus-menerus
pada sebidang lahan. Contoh tanaman yang biasanya menggunakan pola
tanam monokultur adalah jagung, atau tebu, dll. Pada penggunaan pola tanam
monokultur terdapat dampak positif maupun dampak negative. Pola tanam
monokultur mempunyai kelebihan antara lain
a. kemudahan dalam hal pembuatan, pengelolaan, pemanenan dan
pengawasannya.
b. Dalam luasan yang sama akan diperoleh volume hasil yang lebih banyak,
kualitas yang lebih baik dan seragam dibandingkan dengan pola tanam
penanaman campuran atau tumpang sari.
Sedangkan dampak negative dari pola tanam monokultur yaitu:
a. Apabila terjadi serangan hama dan penyakit penyebarannya lebih mudah
dan meluas.
b. Tidak ada diversifikasi produk untuk pendapatan alternative.
c. Kurang fleksibel terhadap perubahan harga pasar.
d. Karena kebutuhan haranya sama, maka persaingan antar tanaman untuk
mendapatkan hara pada pola tanam monokultur lebih tinggi dibandingkan
dengan pola campuran.

(a) (b)
Gambar contoh pola tanam monokultur, (a) monokultur tanaman jagung (b)
monokultur tanaman cabai.
2. Pola tanam ganda/multiple cropping

Squential cropping
Squential cropping (tanam bergiliran), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih
secara berurutan pada tanah yang sama dalam waktu satu tahun. Dimana setiap musim
tanam, petani hanya mengelola satu jenis tanaman. Pola tanam beruntun merupakan salah
satu cara pemanfaatan lahan pertanian yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil.
Dengan sistem ini diharapkan akan diperoleh hasil persatuan luas lahan lebih tinggi dengan
waktu sesingkat mungkin serta dapat dilaksanakan petani dengan lebih mudah. Dalam
keadaan ekonomi petani yang masih rendah, petani cenderung untuk menghindari resiko
kegagalan sebanyak mungkin. Oleh karena itu, pola tanam beruntun adalah salah satu cara
tanam yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan tersebut, karena jika
panen salah satu tanaman gagal dapat diimbangi dengan panen tanaman berikutnya.
Apabila usahatani pola tanam beruntun berhasil, maka petani dapat mengurangi biaya
produksi perjenis tanaman dan dapat menambah pendapatan petani
Intercropping
Bentuk pola tanam ada dua, yaitu pola tanam tunggal dan pola tanam ganda. Untuk
selanjutnya bentuk pola tanam ganda dibagi lagi menjadi pola tanam beruntun dan pola
tanam tumpangsari atau intercropping.
Pola tanam intercropping merupakan pola tanam dengan sistem penanaman dua
jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secra bersama-sama dalam sebidang lahan yang
sama. Contohnya yaitu penanaman jagung dengan kedelai yang dilakukan oleh petani
pada sepetak lahan mereka di waktu yang sama. Tujuan dari polatanam tumpang sari
adalah untuk memanfaatkanfaktor produksi yang dimiliki petani secara
optimal(diantaranya keterbatasan : lahan, tenaga kerja,modal kerja), pemakaian pupuk dan
pestisida lebihefisien, mengurangi erosi, konservasi lahan,stabilitas biologi tanah dan
mendapatkan produksitotal yang lebih besar dibandingkan penanamansecara monokultur.
Pola tanam tumpangsari/intercropping dibagi lagi menjadi dua, yaitu pola tanam
campuran/mixed cropping dan ola tanam berbaris/row cropping. Pola tanam campuran
adalah penanaman dua jenis tanaman secara bersama-sama pada lahan yang sama tanpa
adanya pengaturan jarak tanam maupun pengelolaan secara intensif. Sedangkan pola tanam
berbaris yaitu penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara bersamaan, dimana terdapat
satu baris tanaman lain yang teratur letak dan jaraknya diantara pertanaman yang ada. Jadi
poa tanam berbaris terlihat lebiih indah dalam penampilannya. Selain itu, pola tanam
berbaris juga mudah untuk pemeliharaan dan pemanenannya. Contoh poa tanam berbaris
yaitu bagian border ditanami pohon pisang, dan komoditas utamanya kubis dengan diberi
tanaman sela jagung dengan pola tanam berbaris

Alasan Multiple Cropping
Terdapat beberapa alasan kenapa petani memilih pola tanam ganda, yaitu sebagai
berikut.
1. Alasan lingkungan fisik, antara lain memaksimalkan ketersediaan cahaya,
mengurangi erosi dan memiliki kestabilan hasil yang lebih tinggi daripada pola
monokultur walaupun lingkungan berubah-ubah.
2. Alasan sosial ekonomi, yaitu memberikan hasil yang beragam dalam suatu luasan
lahan sehingga mampu memeberikan kecukupan untuk kebutuhan makan serta
mampu untuk dijual apabila hasil berlebih sehingga mampu menambah pendapatan
petani.



KESIMPULAN
1. Febrina Dwi Hapsari / 125040201111093
Dalam agroekosistem yang memenuhi keempat komponen (productivity,
stability, sustainability, dan equitability) maka perlu dilakukan pengelolaan yang
tepat terkait dengan indikator agroekosistem yang meliputi aspek tanaman, pola
pertumbuhan tanaman, biodiversitas tumbuhan dan pola tanam dipandang dari
aspek ekonomi.
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor
internal dan eksteral tanaman. Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetik
atau hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal meliputi faktor
biotik (makhluk hidup) dan abiotik (lingkungan).
Jadi, pertumbuhan tanaman akan maksimal apabila kedua faktor internal
maupun eksternal dapat saling mendukung sedangkan pola tanam hanyalah
rekayasa dalam aspek ruang yang dilakukan manusia guna menyesuaikan dengan
keadaan tanaman terhadap faktor-faktor khususnya faktor eksternal yang
menopangnya.

2. Fikriyah Nuril Fiddin / 125040201111018
Dalam Agroekosistem sangat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor abiotik
dan faktor biotik yang dianalisis dengan TIK dan TUK. TUK merupakan kriteria
dalam skala hamparan sedangkan TIK dilihat dari segi ekonomi. Dari faktor abiotik
yang paling berpengaruh dalam agroekosistem dan tidak sama antara satu wilayah
dengan wilayah lain yaitu suhu tertinggi dan suhu terendah. Karena suhu dapat
memepengaruhi baik buruknya kualitas produksi dari suatu agroekosistem, seperti
suhu siang hari tinggi dan malam hari rendah akan menyebabkan buah menjadi
lebih bagus dan manis. Dalam agroekosistem kunci analisisnya adalah produksi,
stabilitas, sustainabel dan equitabilitas.
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses kehidupan tanaman pada
habitatnya yang menghasilkan pertambuhan ukuran maupun bentuk. Pertumbuhan
tanaman ini uga dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Pertumbuhan tanaman
tergambarkan kedalam pola pertumbuhan tanaman yang terbagi menjadi fase
vegetatif dan fase generatif. Pola pertumbuha tanaman akan membatu dalam
menentukan strategi pemeliharaan tanman yang efektif. Pola pertumbuhan tanaman
yang disebut juga phenological event yang merupakan faktor pertumbuhan tanaman
dengan lingkungan yang mempengaruhi terutama suhu. Pola pertumbuhan tanaman
ini akan menentukan bagaimana cara budidaya dilakukan seperti penentuan pola
tanam. Bentuk pola tanam bermacam-macam yaitu, pola tanam tunggal
(monokultur), pola tanam ganda ( multiple cropping) yang terbagi atas pola tanam
beruntun dan tumpang sari.

3. Gusminanda Oktavia Narendri / 125040207111001
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses kehidupan tanaman pada
habitatnya yang menghasilkan pertambahan ukuran maupun bentuk. Pola
pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi fase vegetatif dan fase generative, yang
dibagi lagi menjadi pola pertumbuhan awal (initial phase), fase pertumbuhan cepat
(eksponential phase), dan fase konstan. Dengan mengetahui pola pertumbuhan
tanaman, maka seseorang dapat mengetahui strategi pemeliharaan tanaman yang
tepat dan efektif. Pola tanam (cropping system) merupakan suatu usaha penanaman
pada sebidang lahan dengan mengatur pola pertanaman (cropping pattern) yang
berinteraksi dengan sumber daya lahan serta teknologi budidaya tanaman yang
dilakukan. Pola pertanaman (cropping pattern) merupakan susunan tata letak dan
tata urutan tanam, pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk
didalamnya pengolahan tanah dan bera. Bentuk pola tanam dibedakan menjadi pola
tanam monokultur dan pola tanam ganda (multiple cropping). Pola tanam ganda
masih dibedakan lagi menjadi pola tanam beruntun (sequential cropping) dan pola
tanam tumpangsari (intercropping). Pola tanam beruntun dibedakan menjadi double
cropping, triple cropping, dan quadruple cropping.
Ratoon cropping adalah penanaman dilakukan dengan jalan pemangkasan
secara kepras sampai dengan pangkal batang dan selanjutnya tunas-tunas baru akan
tumbuh kemudian dan dibiarkan tumbuh sampai panen berikutnya dan dapat
diulang beberapa kali.

4. Nur Alfiyana W.A / 125040201111233
Untuk dapat me-manajemen agroekosistem dengan baik dan benar, maka
komponen agroekosistem berupa faktor biotik dan abiotik penyusun agroekosistem
juga harus mampu dikelola dengan baik. Terdapat 4 komponen dalam menilai suatu
agroekosistem, 4 komponen tersebut antara lain: produktivitas (jumlah produksi),
stabilitas (konsistensi dalam produksi), Sustainabilitas (keberlanjutan
agroekosistem dan produksinya) serta equitabilitas (kemerataan keuntungan untuk
warga lokal). Equitability ini merupakan komponen penilaian agroekosistem yang
sangat penting dalam kaitannya dengan kondisi social masyarakat. Equitability
yang rendah berarti terdapat kesenjangan social. Kriminalitas merupakan salah satu
ciri dari kesenjangan sosial dan kemiskinan, dapat kita lihat sekarang ini, tawuran,
pencurian, perampokan dan kegiatan kriminal lainnya merajalela.
Pertanian merupakan dasar dari pengembangan suatu Negara. Negara yang
miskin adalah Negara yang belum mampu mengelola sektor pertaniannya dengan
baik. Padahal, Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia saja mengakui bahwa
Pertanian adalah sektor penting, terbukti dengan tindakan pemilik Microsoft ini
saat menginvestasikan sejumlah besar uangnya untuk bidang Pertanian.
Komponen Agroekosistem terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Dimana
dalam hal ini faktor biotik merupakan faktor dari tumbuhan itu sendiri. Faktor
abiotik dalam hal ini adalah faktor iklim, berupa air, tanah dan udara. Tanaman
memiliki syarat kesesuaian sendiri untuk tiap jenis tanaman. Jika salah satu
komponen tidak sesuai maka tanaman akan mengalami stress dan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan penurunan produksi.
Sebagai suatu organisme, tumbuhan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, yakni perubahan bentuk secara perlahan-lahan dalam struktur
organism dan atau bagian-bagian lainnya. Setiap tumbuhan memiliki pola
pertumbuhan masing-masing. Pola pertumbuhan atau Phenological Event adalah
fase pertumbuhan dalam hubngannya dengan lingkungan. Pola pertumbuhan antara
tanaman semusim dan tanaman tahunan memiliki perbedaan. Perbedaan pola
pertumbuhan ini dapat kita manfaatkan untuk pengaplikasian pola tanam yang
berbeda. Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur pola pertanaman(cropping pattern) yang berinteraksi dengan sumber daya
lahan serta teknologi budidaya tanaman yang dilakukan. Pola tanam sendiri ada dua
yakni Monokultur dan Polikultur. Monokultur merupakan pola tanam yang
menanam satu jenis tanaman pada suatu lahan, sementara Polikultur merupakan
pola tanam dimana dalam satu luasan lahan terdapat lebih dari satu jenis tanaman.
Polikultur sendiri dibagi menjadi 2, yakni Sequential Cropping dan Intercropping.
Sequential cropping adalah pola tanam dimana Pada sebidang lahan ditanam dua
jenis tanaman atau lebih pada satu tahun tanam dengan cara jenis tanaman yang
lain ditanam setelah jenis tanaman sebelumnya dipanen,demikian dilakukan secara
beruntun. Sementara Intercropping adalah pola tanam dimana terjadi Penanaman
dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bersama sama dalam sebidang
lahan yang sama.
Pemilihan pola tanam ini didasarkan pada kondisi fisik (iklim dan tanah),
faktor manusia (sosial dan ekonomi) serta karakter produksi.

5. Siti Muamaroh / 125040200111041
Pada perkuliahan management Agroekosistem aspek Budidaya Pertanian
yang kedua dapat disimpulkan bahwa dalam memproduksi tanaman harus
memperhatikan dua factor yaitu factor abiotik dan factor biotic. Faktor abiotik yang
disusun oleh keadaan cultural, lingkungan tanah, cuaca, political dan religious ini
yang akan memberikan dampak dalam factor biotic yang meliputi organism,
ekosistem dll. Dalam menentukan tanaman harus mengetahui syarat tumbuh
sehingga fase tumbuh dari tanaman dapat dipahami. Selain itu, dalam melakukan
pertanian harus memahami jenis pola tanam yang akan dipilih. Karena hal ini akan
mempengaruhi hasil produksi tanaman. Secara sederhananya pola tanaman ada dua
yaitu monokultur dan multiple kultur. Namun, dalam penerapan pola kultur
biasanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, seperti kebiasaan yang
sudah ada, dan politik.
pada pemilihan tanaman yang telah disesuaikan dengan syarat pertumbuhan
tanaman, mengetahui pola pertumbuhan tanaman dan pola tanam yang sudah tetap
untuk memenuhi 5 system properties manajemen agroekosistem (produktivitas,
stabilitas, sustainability, equitabity, dan autonomi) akan lebih mudah tercapai.
Seharusnya pertanian atau setiap petani yang berada di Indonesia harus sudah
mampu menerapkan hal ini sehingga Indonesia akan menjadi Negara yang mandiri
akan kebutuhan pangan.
Di masa kedepan, pangan merupakan kebutuhan yang paling utama pada
suatu Negara bukan industrinya. Sehingga dengan mempelajari ini mampu
menyadarkan bahwa masuk pertanian yang menguasai aspek factor biotic, factor
abiotik, pola pertumbuhan tanaman dan pola tanam menjadikan bangga. Karena
dengan hal ini mampu memberikan makan terhadap orang lain dan tetap
memperhatikan aspek lingkungan atau alam. Jadi mempelajari tentang pertanian itu
adalah benar.
6. Maria Adelina (125040201111216)
Dalam pengelolaan faktor-faktor lingkungan biotis dan abiotis dikenal istilah
TUK dan TIK. TUK adalah kriteria dalam skala hamparan sedangkan TIK dilihat
dari aspek ekonomi. Dalam analisis agroekosistem ada beberapa komponen yaitu
politik, ekonomi, budaya, religous, faktor tanah dan yang paling mempengaruhi
adalah faktor cuaca terutama suhu dan curah hujan. Dalam pengelolaan
agroekosistem hendaknya semakin ke atas maka semakin tidak diolah untuk tujuan
konservasi lahan. Urutan dari bawah ke atas adalah padi (sawah), tanaman annual,
agroferstri, dan yang paling atas adalah vegetasi alami (hutan). Dalam istilah kunci
di analisis agroekosistem terdapat empat sifat utama yang digunakan untuk analisis
yaitu produktivitas, stabilitas, sustainabilitas dan equitabilitas. Konsepsi biologi
pertumbuhan mengacu kepada pengertian morfogenesis yang mengarah kepada
beberapa konsep yakni terjadi pertumbuhan (pertmabahan ukuran) dan
diferensiasi/perkembangan (perkembangan fungsi akar dan daun) serta perubahan
bentuk. Faktor abiotik lingkungan tumbuh tanaman meliputi oksigen, cahaya
matahari, karbondioksida, iklim, air dan tanah. Efek stres pada pembentukkan buah
beragam antara tanaman satu dengan yang lainnya. Contohnya pepaya pada musim
kemarau akan mengalami stress air sehingga menyebabkan daun bisa tetap tumbuh
tetapi tidak mampu berbunga karenanya bagian atas tidak ada buahnya. Stress
akibat hama penyakit dapat meningkatkan kehilangan hasil. Komponen faktor
biotik dapat digambarkan dengan piramida atau rantai makanan. Terbagi menjadi
dua bagian utama yaitu heterotrof dan autotrof (tanaman).

Você também pode gostar