Você está na página 1de 17

6

B A B I I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Kel uar ga adal ah anggot a r umah t angga yang
sal i ng berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau
perkawinan (WHO, 1969; Mubarak dkk., 2006).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masi ng-masi ng yang merupakan bagi an
dari kel uarga (Friedman,1998; Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu
rumah dal am kedekat an yang konsi st en dan
berhubungan erat.(Heivi,1981, Mubarak dkk, 2006).
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang
terdiri kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suat u t empat di bawah sat u at ap dal am
keadaan sal i ng ketergantungan (Depkes RI, 1998; Mubarak et
al, 2006).
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawatan
professional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan
klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup dan wewenang dan tanggung jawab.
Salah satu praktik keperawatan adalah asuhan keperawatan
keluarga (Suprajitno, 2004).
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau
rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung
diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusi a, dengan menggunakan metodologi proses
6
7


keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan,
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang
serta tanggung jawab keperawatan (Suprajitno, 2004).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkai an
kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan-keperawatan
dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan (Suprajitno, 2004).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada
anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi
tubuh atau yang membutuhkan bantuan/asuhan
keperawatan.
4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan (fisik, psikis
dan sosial) sehingga dapat menunjang peningkatan
kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
misalnya Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu
atau sarana pelayan kesehatan lainnya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.
3. Prinsip Asuhan keperawatan keluarga
a. Bekerjasama secara kolektif dengan keluarga.
8


b. Mulai sesuai dengan kemampuan keluarga.
c. Sesuai NCP dengan tahap perkembangan keluarga.
d. Terima dan akui struktur keluarga.
e. Menekankan pada kemampuan keluarga.
4. Sasaran
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga-keluarga yang rawan kesehatan yaitu keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan atau yang berisiko terhadap
timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota dan keluarga itu sendiri.
5. Persiapan pemberian asuhan keperawatan
a. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan
serta menentukan kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di
rumah, melalui seleksi kasus di Puskesmas sesuai prioritas.
b. Menetapkan jadwal kunjungan
1) Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang
akan dikunjungi.
2) Membuat kesepakatan dengan kel uarga tentang
waktu kunj ungan dan kehadi ran anggota kel uarga
pengambi l keputusan.
c. Menyiapkan perlengkapan lapangan
1) Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/anggota
keluarga) dari rekaman kesehat an kel uarga di
Puskesmas dan pencatatan lain yang ada kaitannya
dengan klien tersebut.
2) Membuat catatan singkat tentang masalah klien dan
keluarga sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga.
3) Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan
lain yang diperlukan.
4) Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi peralatan dan
obat-obatan sederhana.
9


5) Alat bantu penyuluhan.
6. Metodologi proses keperawatan
Metodologi proses keperawatan merupakan metodologi
penyelesaian masalah kesehatan klien secara ilmiah berdasarkan
pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi kesehatan dan
keperawatan meliputi:
a. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahap ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang
keluarga yang dan merupakan l angkah awal
pel aksanaan asuhan keperawatan keluarga (suprajitno,
2004).
1) Metode pengumpulan data
a) Wawancara.
b) Observasi fasilitas dalam rumah.
c) Pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga.
d) Data sekunder (hasil laboratorium, hasil foto rongent, dll).
2) Hal-hal yang dikaji keluarga
a) Data umum
(1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang
terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK,
umur, pendidikan dan status imunisasi dari
masing-masing anggota keluarga serta genogram.
(2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga
beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
(3) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
10


mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
(4) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
(5) Status sosial ekonomi keluarga
Ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggot a kel uar ga l ai nnya,
kebut uhan-kebutuhan yang di kel uarkan ol eh
kel uarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
(6) Aktivitas rekreasi keluarga
Tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi
dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
keluarga.
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan
yang terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
(3) Riwayat keluarga inti
Riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga.
c) Pengkajian lingkungan
(1) Karakteristik rumah
Identifikasi rumah meliputi luas, tipe, jumlah
ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,
11


peletakan perabotan rumah tangga, sarana
pembuangan ai r limbah dan kebutuhan mandi, cuci,
dan kakus (MCK), sarana air bersih, air minum yang
digunakan dan denah rumah.
(2) Karakteristik tetangga
Menjelaskan mengenai karakteristik
tetangga dan komuni t as set empat yang
mel i put i kebi asaan, lingkungan fisik, aturan
penduduk setempat dan budaya yang mempengaruhi
kesehatan.
(3) Mobilitas geografi keluarga
Ditentukan dengan kebiasaan kel uarga
berpindah tempat.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan
keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada.
(5) Sistem pendukung keluarga
Meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas fisik, psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas-fasilitas sosial atau
dukungan masyarakat setempat.
d) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga
Menj el askan mengenai cara berkomuni kasi
antar anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.

12


(3) Struktur peran
Menj el askan peran dari masi ng-masi ng
anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
(4) Nilai dan norma keluarga
Menj el askan mengenai ni l ai norma yang
di anut keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
e) Fungsi keluarga
(1) Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan memiliki keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
(2) Fungsi sosial
Bagaimana hubungan dalam keluarga dan sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau
budaya perilaku.
(3) Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian dan perlindungan terhadap anggota
keluarga yang sakit, pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga,
yaitu:
(a) Mengenal masalah kesehatan.
(b) Mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat.
(c) Merawat anggota keluarga yang sakit.
(d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat.
13


(e) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan
di masyarakat.
(4) Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggot a kel uarga, met ode apa yang
di gunakan kel uarga dal am mengendal i kan
j uml ah anggota keluarga.
(5) Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan
memanfaatkan sumber yang ada di
masyar akat dal am upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
f) Stressor dan koping keluarga
(1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor j angka pendek yai tu yang
memerl ukan penyel esai an dal am waktu 6
bul an dan j angka panjang yaitu yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
(2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
(3) Strategi koping yang digunakan
Strategi kopi ng apa yang di gunakan keluarga
bi la menghadapi permasalahan.
(4) Strategi adaptasi disfungsional
Adaptasi di sfungsi yang di gunakan kel uarga
bi l a menghadapi permasalahan.
g) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan
harapan terhadap petugas kesehatan yang ada.

14


b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Di agnosa keper awat an adal ah per nyat aan yang
dirumuskan data yang terkumpul dan berupa rumusan tentang
respons klien terhadap masalah kesehatan serta faktor
penyebab (etiologi) yang berkontribusi terhadap timbulnya
masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi
keperawatan (Suprajitno, 2004).
Di agnosa keperawatan kel uarga di anal i si s dari hasi l
pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik
yang bersifat aktual, risiko maupun sejahtera di mana
perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya
kel uarga. Komponen di agnosa keperawatan mel i puti :
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, sign atau tanda
(Mubarak, 2006).
1) Tipologi dari diagnosa keperawatan
a) Diagnosa aktual
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai
tanda dan gej al a dari gangguan kesehat an di
mana masal ah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan
cepat.
b) Diagnosis risiko/risiko tinggi
Masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi
dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat.
c) Diagnosis potensial (wellness/sejahtera)
15


Suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebut uhan
kesehat an- nya dan mempunyai sumber
penunj ang kesehat an yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.
2) Contoh perumusan diagnosis keperawatan
a) Contoh diagnosis aktual
(1) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
pada ibu B keluarga bapak Am yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
(2) Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas gerak
pada anak Des kel uarga bapak Rm yang
berhubungan dengan ket i dakmampuan
kel uarga memodi f i kasi (menata) lingkungan yang
aman untuk latihan berjalan anak Des.
b) Contoh diagnosis risiko/risiko tinggi
(1) Risiko terjadinya serangan ulang yang berbahaya
pads lansia Er keluarga bapak Li yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas) yang dekat dengan tempat tinggal
keluarga.
(2) Risiko tinggi konflik antara orang tua dan anak remaja
keluarga bapak Kar yang berhubungan dengan
ket i dakmampuan kel uar ga mengenal
masal ah komunitas yang tepat bagi anak remaja-
nya.
c) Contoh diagnosis potensial (wellnes/sejahtera)
(1)Potensi al peningkatan kesejahteraan ibu Ju
yang sedang hamil keluarga bapak Man.
16


(2)Potensial peningkatan status kesehatan balita
keluarga bapak Kin.
3) Skoring (penilaian) diagnosis keperawatan
Skori ng di l akukan bi l a perawat merumuskan
di agnosi s keperawatan lebih dari satu. Proses skoring
menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan maglaya (1978) yang dikutip oleh Suprajitno (2004).
a) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat.
b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan
dikaitkan dengan bobot.
Skor yang diperoleh X bobot
Skor tertingi
c) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama
dengan jumlah bobot, yaitu 5).
Tabel 1. Skoring (penilaian) diagnosis keperawatan
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2.
Kemungkinan masalah dapat
Diubah

Skala : Mudah 2
Sebagian 1 2
Rendah 0
3. Potensial masalah untuk
Dicegah

Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat, harus
segera ditangani 2
Ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani 1 1
Masalah tidak
Dirasakan 0
17




c. Perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan asuhan keperawatan adalah acuan
tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan
(Suprajitno, 2004).
Rencana keperawat an kel uarga adal ah
merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan
yang telah diidentifikasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan keperawatan keluarga:
1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
2) Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat
dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tuj uan
dan falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila instansi
kesehatan pada daerah tersebut tidak memungkinkan
pemberian pelayanan cuma-cuma maka perawat harus
mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun
perencanaan.
4) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal
ini sesuai dengan pri nsi p bahwa perawat bekerj a
bersama keluarga bukan untuk keluarga.
5) Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis,
selain berguna untuk perawat j uga berguna untuk
anggota ti m kesehatan lainnya khususnya dalam
mengingat perencanaan yang telah disusun dan dapat
membantu dalam mengevaluasi perkembangan masalah
18


keluarga.

Langkah-l angkah dal am mengembangkan
rencana keperawatan keluarga:
1) Menentukan sasaran atau global
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya dan
harus ditentukan bersama keluarga.
2) Menentukan tujuan atau objektif
Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, realistik dan ada batasan waktu.
3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan.
Dal am keperawatan kesehatan kel uarga ti ndakan
yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan.
4) Menentukan kriteria dan standar kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan
untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar
menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk
membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan
tindakan keperawatan telah tercapai.
d. Tahapan pelaksanaan keperawatan keluarga
Pel aksanaan merupakan bagi an akti f dal am asuhan
keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana
di mana tindakan tersebut berbagai upaya memenuhi
kebutuhan dasar klien (Suprajitno, 2004).
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga di mana perawat mendapatkan
19


kesempatan untuk membangki t kan mi nat kel uarga untuk
mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan
memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, juga mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat dengan cara: mengidentifikasi
konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan
tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara: mendemonstrasikan cara
perawatan, menggunakan al at dan f asi l i tas yang ada
di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu kel uarga untuk menemukan cara
bagai mana membuat lingkungan menjadi sehat dengan
cara: menemukan sumber - sumber yang dapat
di gunakan kel uar ga dan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada dengan cara: mengenalkan fasilitas
kesehatan yang ada di l i ngkungan kel uar ga dan
membant u kel uarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada.
Faktor penyulit dari keluarga yang dapat
menghambat minat keluarga untuk bekerjasama melakukan
tindakan kesehatan :
1) Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau
20


mendapatkan informasi tetapi keliru.
2) Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap,
sehingga mereka melihat masalah hanya sebagian.
3) Keliru tidak dapat mengaitkan antara informasi yang diterima
dengan situasi yang dihadapi.
4) Keluarga tidak mau menghadapi situasi.
5) Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari
keluarga atau sosial.
6) Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku.
7) Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran
atau tujuan upaya keperawatan.
8) Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.
Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat pula
diakibatkan oleh faktor-faktor yang berasal dari petugas, antara
lain :
1) Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan
atau petugas kaku dan kurang fleksibel.
2) Petugas kurang memberikan penghargaan atau
perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya.
3) Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau
menggunakan bermacam-macam teknik dalam
mengatasi masalah yang rumit.
e. Tahap evaluasi
Evaluasi, merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawat an yang berguna, apakah t uj uan dari
t i ndakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain (Suprajitno, 2004).
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,
dilakukan penelitian untuk mel ihat keberhasilannya. Bila
tidak/ belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.

21




1) Macam-macam evaluasi
a) Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam
kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan
yang telah dikerjakan. Evaluasi kuantitatif sering
dipakai dalam kesehatan karena lebih mudah dikerjakan
bila dibandingkan dengan evaluasi kualitatif. Pada
evaluasi kuantitatif jumlah kegiatan dianggap dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Contoh: jumlah
keluarga yang dibina.
b) Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang
dapat difokuskan pada salah satu dari 3 dimensi
yang saling terkait, yaitu:
(1) Struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan
tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan.
Dalam upaya keperawatan ini menyangkut
antara lain:
(a) Kecakapan atau kualifikasi perawat
(b) Minat atau dorongan
(c) Waktu atau tenaga yang dipakai
(d) Macam dan banyaknya peralatan yang dipakai.
(e) Dana yang tersedia.
(2) Proses
Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu
22


penyuluhan kesehatan yang diberikan lansia
dengan masalah nutrisi.
(3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugas kesehatan-nya.
2) Luasnya evaluasi
Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian
tujuan dengan memperhatikan keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
a) Efisiensi atau ketepatgunaan
Evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya yang
digunakan. Misalnya uang, waktu, tenaga atau bahan.
b) Appropriateness atau kecocokan
Evaluasi ini dikaitkan dengan kesesuaian antara
tindakan keperawat an yang di l akukan dengan
perti mbangan profesional.
c) Adequaoy atau kecukupan
Eval uasi i ni di kai tkan dengan kel engkapan
ti ndakan keperawatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan.

Você também pode gostar