Você está na página 1de 12

Anggaran Negara

A. Pengertian dan Lingkungan Anggaran


a. Pengertian Anggaran
State Budget menurut buku John F.Due, Government Finance and Economic
Analysis (dalam Sugijanto et al.,1995).
A budget, in the general sense of term, is a financial plan for a specific period of
time. A government budget therefore, is a statement of proposed expenditures and
expeted revenues for coming period, together with data of actual expenditures and
revenues for current and past period.
Menurut the National Committee on Government Accounting (NGGA):
A Budget is a plan of financial operation embodying an estimated of proposed
expenditures for a given period of time and the proposed means of financing them.
Anggaran Negara dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti luas(Sugijato, et
al.1995):
Anggaran Negara dalam arti sempit: meliputi rencana pengeluaran dan
penerimaan dalam satu tahun anggaran.
Anggaran Negara dalam arti luas: meliputi jangka waktu (proses) Anggaran:
sejak direncanakan, dilaksanakan, dan akhirnya dipertanggungjawabkan.
Sementara itu menurut UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara,disebutkan
sebagai berikut: Presiden selaku Kepala Pemerintah memegang kekeuasaan
pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan
selanjutnya dikuasakan kepada pemerintah keuangan, selaku pengelolafiskal dan
wakil pemerintah dalam kepemilikan kekeyaan Negara yang dipisahkan. Keuangan
Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubungan denganpelaksaaan hak dan kewajiban tersebut.
Sehingga pengertian anggaran atau APBN menurut UU No. 17/2003 sebagai
berikut:
Angggaran pendapatan dan belanja Negara selajutnya disebut APBN adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
dan anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewn Perwakilan
Rakyat Daerah.
b. Lingkungan Anggaran
Sistem anggaran Negara menurut Sugijanto et,al., (1995), terdiri dari unsur-unsur;
Unsur Pertama, kebutuhan dan kepentingan rakyat banyak, sesuai tujuanperjuangan
bangsa.
Unsure Kedua, sistem pemerintahan Negara yang erat berkaitan dengan anggaran
Negara:
Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Presiden
Kabinet/Menteri Negara
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
Unsur Ketiga:
Sistem Administrasi Negara yang sangat erat kaitanya dengan sistem pemerintah
MPR : menentukan GBHN
Presiden/Mandataris MPR :menyusun PELITA dan RAPBN Tahunan
DPR :terima RAPBN, menetapkan UU-APBN
BPK :memeriksa pelaksanaan APBN oleh
pemerintah.
Menurut UU No. 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional,
antara lain disebutkan:
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa dalam rangka mencapai tujuan Negara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kestuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara Negara dan masyarakat di tingkat pusat daerah.
UU tahun 1945 yang merupakan landasan konstitusional penyelenggara Negara,
dalam waktu relatif singkat (1999-2002) telah mengalami 4 (empat) kali perubahan,
dengan berlakunya amandemen UUD 1945 tersebut telah terjadi perubahan dalam
pengelolaaan pembangunan, yaitu:
1. Penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan APBN
2. Ditiadakannya garis-garis besar haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman
penyusunan rencana pembangunan nasional
3. Diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintah dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Fungsi anggaran adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola Negara untuk periode yang
akan datang.
2. Alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan pemerintah.
3. Alat pengawas terhadap kemampuan pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah.
Sesuai UU No. 17/2003, lingkungan yang berhubungan dengan APBN (pasal 13, 14,
dan 15) adalah:
1. Pemerintahan Pusat
2. DPR
3. BPK
Pemerintahan Pusat, yang dimaksud disini meliputi:
1. Presiden sebagai kepala pemerintahan yang memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan Negara
2. Menteri keuangan, selaku pengelola fiscal dan pemegang fungsi Bendahara
Umum Negara (BUN)
3. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran/selaku barang
kementerian negara/lembaga.
B. Klasifikasi Anggaran
Pembagian anggaran yang utama, (Sugijanto et al.,1995) sebelumnya adanya
undangundang baru (UU no. 18/2003) berdasarkan:
1. Objek, menurut jenis penerimaan dan pengeluaran
Penerimaan, antara lain Pendapatan Pajak Penghasilan, Pendapatan Bea Cukai, dan
sebagainya dibuat rinciannya.
Prngeluaran, seperti Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan sebagainya dibuat
rinciannya.
2. Organisasi, terbagi Departement/Lembaga, unit organisasi (Eselon I) dan sebaginya.
3. Fungsi, seperti Pengairan, Perhubungan, Pendididkan, dan sebgainya, terbagi dalam
sektor, sub-sektor.
4. Sifat/karakter, seperti Pengeluaran, Operasioanal, Belanja, Modal, Pembayaran
Utang, dan sebagainya.
5. APBN, Pendapatan Rutin/ pembangunan dan Belanja Rutin/Pembangunan.
Berdasarkan undang-undang APBN yang disyahkan Legislatif, pembagiannya
adalah:
a. Anggaran Pendapatan, berdasarkan objek (jenis penerimaan)
b. Anggaran Belanja, berdasarkan atas fungsi (sektor dan sub-sektor)
UU-APBN, yang disyahkan Legislatif, dipertanggungjawabkan oleh:
a. Presiden kepada DPR, berdasarkan fungsi (sektor, sub-sektor)
b. Menteri kepada Presiden, berdasrkan objek (mata anggran)
Ketentuan tentang anggaran ini diatur lebih lanjut dalam PP no. 20/2004 tentang
Rencana Kerja pemerintah dan PP no. 21/2004 tentang rencana kerka dan anggran
kementerian Negara/lembaga.
1. Klasifikasi berdasarkan organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disusun berdasrkan susunan kementerian
Negara/ lembaga dalma cabinet sebagi pengguna anggran dan belum bersifat
permanen dan dalam prosesnya akan berubah-ubah, maka rincian berdasrkan
organisasi akan disesuaikan dengan penyusunan kementerian Negara/lembag
pemerintahan pusat yang ada.
2. Klasifikasi berdasarkan fungsi
Klasifikasi belanja berdasarkan fungsi disusun berdasrkan fungsi-fungsi pemerintah.
Fungsi pemerintah sudah diatur dalam penjelasan UU no.17/2003 pasal 11 ayat (5)
antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan,ketertiban, dan keamanan,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum kesehatan, pariwisata,
budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan social. Fungsi-fungsi ini telah diatur
lebih lanjut dalam PP no.21/2004
3. Kasifikasi berdasarkan jenis belanja(ekonomi)
Klasifikasi belanja berdasarkan jenis belanja akan sangat berbedadengan rincian
sebelumnya, dimana klasifikasi ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga dan subsidi, hibah,bantuan social dan belanja lain-lain, dimana
klasifikasi ini diatur dalam PPNo 21/2004. Dengan perubahan ini maka secara
otomatis tidak ada lagi pemisahan antara belanja rutin dan belanja pebangunan.
4. Klasifkasi berdasrkan program dan kegiatan
Program adalah penjabaran kebijakan kementerian Negara/lembaga dalam bentuk
upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dalam menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan kementerian
Negara/lembaga.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagian dari pencapaian sasaran terukur dalam suatu program.
Klasifikasi menurut program dan kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri
Perencanaaan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Keuangan bedasrkan usaha
Menteri/Pimpinan Lembaga.
5. Kalsifikasi pos-pos neraca
Pos-pos aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap,
dana cadangan, dan aset lainnya. Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Ekuitas diklasifikasikan menjadi
ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan.
6. Klasifikasi arus kas
Arus kas diklasifikasikan menjadi arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari
aktivitas investasi, arus kas dai aktivitas pebiyaan, dan arus kas dari aktivitas non
anggaran.
Sementara itu mengenai daftarmode Mata Anggran Penerimaan(MAP) dan daftar
kode Mata Anggaran Pengeluaran(MAK) diatur dalam peraturan menterin keuangan
republic Indonesia nomer 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar(BPS),
contoh klasifikasi rinciannya untuk perkiran Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Arus Kas adalah dengan kode digit sampai 6(enam) digit.
Perkiraan Akuntansi Untuk Neraca, LRA, dan LAK:
1 ASET
11 Aset Lancar
12 Investasi Jangka Panjang
13 Aset Tetap
14 Dana Cadangan
15 Aset Lain-lain
2 KEWAJIBAN
21 Kewajiban Jangka Pendek
22 Kewajiban Jangka Panjang
3 EKUITAS
31 Ekuitas Dana Lancar
32 Ekuitas Dana Investasi
33 Ekuitas Dana Cadangan
4 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
41 Penerimaan Perpajakan
42 Penerimaan Negara Bukan Pajak
43 Penerimaan Hibah
5 BELANJA NEGARA
51 Belanja Pegawai
52 Belanja Barang
53 Belanja Modal
54 Belanja Pembayaran Modal
55 Belanja Subsidi
56 Belanja Hibah
57 Belanja Bantuan Sosial
58 Belanja Lain-lain
6 BELANJA UNTUK DAERAH
61 Belanja Dana Perimbangan
62 Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
7 PEMBIYAAN
71 Penerimaan Pembiyaan
72 Pengeluaran Pembiyaan
8 NON ANGGARAN(untuk ALK)
81 Penerimaan Non Anggaran
82 Pengeluaran Non Anggaran
Contoh : Bagan Perkiraan Standar Lengkap, 6(enam) digit
4 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
41 Pendapatan Perpajakan
411 Pendapatan Pajak Dalam Negeri
4111 Pendapatan Pajak Penghasilan
41111 Pendapatan PPH Migas
411111 Pendapatan PPH Minyak Bumi
42 Penerimaan Negara Bukan Pajak
421 Penerimaan SDA
4211 Pendapatan Minyak Bumi
42111 Pendapatan Minyak Bumi
421111 Pendapatan Minyak Bumi
5 BELANJA
51 Belanja Pegawai
511 Belanja Gaji dan Tunjangan
5111 Belanja gaji dan Tunjangan PNS
51111 Belanja Gaji Pokok PNS
52 Belanja Barang
521 Belanja Barang.
5211 Belanja Barang Operasional..
52111 Belanja Inventaris Kantor
53 Belanja Modal
531 Belanja Modal Tanah
5311 Belanja Modal Tanah
53111 Belanja Modal Tanah
531111 Belanja Modal Tanah
C. Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
Beberapa prinsip penyusunan anggaran:
a. Keterbukaan, rakyat diikut sertakan dalam pembahasan/pengesahan APBN(DPR)
b. Perioditas, meliputi periode tertentu, mulai januari s/d 31 Desember)
c. Pembebanan anggran pengeluaran dan menguntungkan anggran penerimaan
d. Fleksibelitas, harus dapat menampung setiap perubahan, melalui:
1) RUU tambahan dan perubahan APBN (RUU-TPAPBN)
2) Pos pengeluaran tak tersangka, melalui keputusan pemerintah
3) Pos-pos gabungan atau pos prinsip, untuk menampung pelampauan kredit
anggaran tapi tak boleh dilampaui penggunaannya, tidak perlu keputusan
pemerintah.
e. Prealable, pengajuan dan pengsahan anggaran mendahului pelaksanaan anggran
f. Kecermatan, anggaran harus diperkiraan dengan teliti, hindari pemborosan/kesalahan
g. Kelengkapan dan universalitas, semua pengeluaran lengkap dimuat, dan terlihat
besarnya penerimaan untuk membiayai pengeluaran
h. Komprehensif, anggaran disusun untuk semua kegiatan keungan pemerintah
i. Terinci, diklasifikasikan dalam kelompok, sesuai azaz kuantitatif, yaitu pengeluaran
masing-masing kelompok tidak boleh melebihi anggarannya, dan azaz kuantitatif,
yaitu penerimaan/pengeluaran harus digunakan untuk tujuan yang telah ditentukan
dan dibukukan pada mata anggaran yang telah ditetapkan.
Basis ankuntansi anggaran dapat menggunakan berikut ini (sugijanto, et al., 1995):
a. Basis kewajiban (obligation/commitment accounting), saat pesanan/kontrak ditanda
tangani, basis ini hanya untuk pengeluaran.
b. Basis kas, dilakukan untuk mencatat pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan
basis kas, diakui apabila sudah diterima atau dibayar melalui kas umum Negara atau
kas umum daerah.
c. Basis akrual, diberlakukan untuk mencatat aset, kewajiban dan ekuitas. Dengan basis
akrual, maka aset, kewajiban dan ekuitas diakui bila telah terjadi transaksi atau
kejadian terhadap akun-akun tersebut, tanpa harus menunggu penerimaan atau
pembayaran kas dilakukan.
Menurut UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, akuntansi yang
digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintahan Pusat/Daerah sesuai
dengan standar Akuntansi Pemerintah.
D. Ancangan Penyusunan Anggaran
Beberapa ancangan dalam penyusunan anggaran (Sugijanto, et al., 1995):
a. Lines-item Budgeting atau Pendekatan Tradisional, penyusunan anggaran jenis ini
berdasarkan perpos/item untuk setiap jenis pengeluaran atau penerimaan
b. Program Budgeting, penyusunan anggran berdasarkan program tugas pekerjaan,
untuk evektifitasnya.
c. Performance budgeting, tekanan pada pengukuran hasil pekerjaan/kinerja, untuk
efeisiensinya, dari pada jumlah pengeluaran.
d. Planning, Programming and Budgeting System (PPBS), dan Zera Budgeting
menghubungkan 3 unsur:
1) Perencanaan hasil-hasil yang diinginkan
2) Pemrograman kegiatan fisik untuk mencapai hasil yang diinginkan
3) Penganggaran atau alokasi dana yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
dituju
4) Zero Base Budgeting
E. Siklus/Daur Anggaran
Daur anggran merupakan suatu proses anggaran yang terus-menerus, dimulai
penyusunan anggaran sampai pada pemerintahan RI dikelompokan dalam 5 tahap
(Sugijanti, et al., 1995):
1. Penyusunan dan pengajuan RUU-APBN oleh pemerintah kepada DPR
2. Pembahansan dan pengesahan RUU-APBN dan penetapan UU-APBN oleh DPR
3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keungan Negara oleh pemerintah
4. Pemeriksaan pelaksanaa anggran akuntansi dan laporan keuangan oleh BPK
5. Pembahasan dan persetujuan Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan
penetapan UU-Laporan pertanggungjawaban Apbn oleh DPR

Você também pode gostar