Você está na página 1de 36

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rokok
2.1.1. Definisi
Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan
rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (Sitepoe, 2000).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
2.1.2. Jenis Rokok
Menurut Sitepoe (1997), jenis rokok berdasarkan bahan baku dibagi tiga jenis:
1. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau,cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis (Bustan, 2000) :
1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
2.1.3. Kandungan Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama
dengan komponen lainya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok
yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel 15%
(Sianturi, 2003).
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin
dan karbonmonoksida (CO). Selain itu dalam sebatang rokok juga mengandung
bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracun (David, 2003). Berikut daftar bahan
kimia yang terdapat dalam asap rokok dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 2.1. Daftar Bahan Kimia yang terdapat dalam Asap Rokok yang
Dihisap

No Bagian Partikel Bagian Gas
1
2
3
4
5
Tar
Indol
Nikotin
Karbolzol
Kresol
Karbonmonoksida
Ammoniak
Asam hydrocyanat
Nitrogen oksida
Formaldehid

Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Catatan:
Keseluruhan bersifat karsinogen
dan iritan serta bersifat toksik
yang lain.
Catatan:
Keseluruhan zat ini bersifat karsinogen,
mengiritasi, racun bulu getar alat
pernafasan, dan bersifat racun yang lain.
Sumber :Sitepoe, 1997
1. Nikotin
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang bersifat adiktif yang
dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan
ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. J umlah nikotin yang dihisap
dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang
rokok, dalamnya isapan dan menggunakan filter rokok atau tidak.
2. Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan
keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi
sedikit dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas
karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor
maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat
merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm
(parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam
darah sejumlah 2%16% (Sitepoe, 1997).
Universitas Sumatera Utara
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air
diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker).
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik.
Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel
paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada
jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari
beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap,
tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3 mg-40 mg per
batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24 mg-45 mg. sedangkan bagi
rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5 mg-15 mg. walaupun
rokok diberi filter efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru ketika pada
saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok
yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, 1997).
4. Timah Hitam (Pb)
Merupakan partikel asap rokok timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang
rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap
dalam satu hari menghasilkan 10 mikrogram. Sementara ambang batas timah hitam
yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikrogram per hari. Bisa dibayangkan bila
Universitas Sumatera Utara
perokok berat menghisap rerata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat
berbahaya ini masuk kedalam tubuh (Sitepoe, 1997).
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang
ada pada ammoniak sehingga jika masuk sedikitpun kedalam peredaran darah akan
mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
2.1.4. Efek Merokok
Rokok merupakan faktor risiko penyakit paru obstruktif menahun yang utama.
Asap rokok dapat menganggu aktifitas saluran pernapasan dan mengakibatkan
hipertrofi kelenjar mukosa. Mekanisme kerusakan paru akibat merokok melalui dua
tahap yaitu peradangan yang disertai kerusakan pada matriks ekstra sel dan
menghambat proses perbaikan matriks ekstra sel. Mekanisme kerusakan paru akibat
rokok adalah melalui radikal bebas yang dikeluarkan oleh asap rokok (Amin, 1996).
Asap rokok juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan terhadap perokok
pasif yaitu orang yang berada berdekatan dengan perokok yang turut menghisap asap
rokok ( Sidestream smoke). Seorang perempuan yang mempunyai suami menghisap
rokok mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kanker paru berbanding
dengan perempuan yang tidak mempunyai suami yang merokok (Taufik, 2000).
Rokok bisa mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan megeriput
terutama didaerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang di jumpai di
dalam rokok yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan didaerah
Universitas Sumatera Utara
terbuka misalnya pada wajah. Bagi mereka yang berkulit putih, kulit menjadi pucat,
kecoklatan, mengeriput terutama dibagian pipi dengan adanya penebalan diantara
bagian yang mengeriput (Sitepoe, 2000).
Faktor yang mempengaruhi tinggi risiko terkena kanker paru-paru adalah usia
perokok, usia perokok itu mulai merokok dan jumlah rokok yang dihisap dalam sati
hari. Risiko terkena kanker paru meningkat 3,62 kali lipat dengan peningkatan usia
perokok sebanyak 10 tahun. Risiko terkena kanker paru meningkat 2,82 kali lipat
dengan peningkatan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari. Risiko terkena kanker
paru menurun 0,332 kali lipat dengan peningkatan usia sebanyak 10 tahun perokok
mulai merokok (Situmeang, 2001).
Sekitar 85% penderita penyakit paru-paru yang bersifat kronis dan obstruktif
misalnya bronchitis dan emfisema ini adalah perokok. Gejala yang ditimbulkan pada
penyakit paru dan obstruktif berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernafasan.
Apabila diadakan uji fungsi paru maka pada perokok, fungsi parunya lebih jelek
dibandingkan dengan bukan perokok ( Sitepoe, 2000).
Pada wanita hamil yang perokok akan terjadi efek pada janin dalam
kandungannya. Merokok pada wanita hamil memberi risiko yang tinggi untuk
terjadinya keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir dan kematian
mendadak pada bayi (Sitepoe, 2000).
Menurut Chanoine (dalam Sitepoe, 2000) mengatakan bahwa wanita hamil
perokok juga akan mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual
anak-anak yang akan bertumbuh. Merokok bisa mengurangi peluang seseorang untuk
Universitas Sumatera Utara
memiliki anak. Fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan
dibandingkan dengan bukan perokok. Wanita perokok akan mengalami masa
menopause lebih cepat dibandingkan wanita yang tidak merokok.
Menurut Sitepoe (2000), rokok juga bisa menjadi penyebab polusi udara
dalam ruangan. Asap rokok menjadi penyebab paling dominan dalam polusi ruangan
tertutup. Rokok memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat. Gangguan
akut dari polusi ruangan dengan rokok adalah bau yang kurang menyenangkan serta
menyebabkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Bau polusi rokok akan
mempengaruhi rasa tidak enak badan. Bagi penderita asma, polusi ruangan akan
memicu terjadinya asma.
2.1.5. Dampak Merokok terhadap Kesehatan
Menurut WHO, kebiasaan merokok telah terbukti menimbulkan 25 jenis
penyakit pada berbagai organ tubuh seperti penyakit jantung koroner, kanker paru-
paru, bronchitis kronnis, emfisima, penyakit pembuluh darah, perdarahan pembuluh
darah otak sampai kelainan kehamilan serta janin yang dikandung oleh ibu yang
merokok. Dari sejumlah penyakit itu kematian terbesar perokok disebabkan oleh
kanker paru dan bronchitis kronik. Kebiasan merokok pun merupakan penyebab
kematian 10% penduduk dunia.
2.1.5.1. Bahaya Rokok pada Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan merupakan saluran tempat udara masuk dan keluar selama
proses pernapasan. Saluran pernapasan manusia terdiri dari rongga hidung, faring
Universitas Sumatera Utara
(tekak), laring (pangkal tenggorokan). Trakea (tenggorokan). Bronkiolus dan
alveolus.
a. Kanker Paru-paru
Kanker merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel yang tidak normal
dan memiliki ciri yang khas. Kanker yang sudah menyebar dan tidak terkontrol lagi
biasanya dapat menyebabkan kematian hampir 30% dari seluruh kematian di dunia
diakibatkan oleh kanker. Berdasarkan penelitian dalam beberapa dekade menunjukan
bahwa penyebab utama kanker paru-paru adalah asap rokok. Zat-zat karsinogen
(pemicu kanker) yang terkandung pada rokok adalah vinyl chloride, benzu--pyrenes,
dan nitroso-nor-nokotin.
b. Bronchitis adalah peradangan atau iritasi pada bronkus.
c. Emfisema
Emfisema merupakan kerusakan pada paru-paru yang umumnya dialami oleh
orang berusia diatas 50 tahun, penyakit ini disebabkan oleh rusaknya dinding alveolus
menjadi menggelembung. Hal ini menyebabkan pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida antara alveolus dan kapiler darah menjadi terhambat sehingga
penderita sulit bernafas.
2.1.5.2. Bahaya Rokok pada Jantung dan Pembuluh Darah
a. J antung Koroner
J antung adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai pemompa darah. J antung
terbentuk dari serabut-serabut otot khusus dan dilengkapi dengan jaringan saraf
yang secara teratur dan otomatis memberikan perangsangan berdenyut bagi otot
Universitas Sumatera Utara
jantung. Dengan semakin tua dan memburuknya kondisi alat-alat tubuh karena
berbagai faktor seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol yang meningkat
dalam darah maka pembuluh darah akan menyempit dan tersumbat seperti
sumbatan karet pada sebuah pipa aliran darah tidak akan sampai keotot-otot
jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen.
Kelainan inilah yang disebut jantung korener. Menyempitnya pembuluh arteri
koroner secara tiba-tiba dapat menyebabkan penderita merasakan nyeri dada
bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
b. Ateriosklerosis (penyumbatan pembuluh darah). Merokok merupakan penyebab
utama timbulnya penyakit ateriosklerosis yaitu menebal dan mengarahnya
pembuluh darah.
2.1.5.3. Bahaya Rokok pada Saluran Pencernaan
Terjadi keseimbangan didalam lambung karena pengeluaran asam yang jika
pengeluarannya berlebihan dapat mengganggu organ pencernaan tersebut. Rokok
meningkatkan asam lambung yang mengakibatkan lambung terluka atau yang disebut
tukak lambung. Perokok akan berisiko menderita gangguan ini dua kali lebih tinggi
dari yang bukan perokok (Sitepoe, 1997).
2.1.5.4. Bahaya Rokok pada Otak
Akibat proses ateriosklerosis yakni terjadinya penyempitan dan penyumpatan
aliran darah diseluruh bagian tubuh termasuk penyumpatan darah ke otak yang dapat
merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Kelainan inilah yang disebut
struk. Resiko terjadinya struk bagi perokok dua kali lipat lebih besar dari non
Universitas Sumatera Utara
perokok. Adapun perokok berat beresiko empat kali terkena struk dari pada non
perokok.
2.1.5.5. Bahaya Rokok pada Kulit
Rokok dan kanker kulit tidak dapat terpisahkan. Hal ini merupakan temuan
dari para peneliti belanda. Para perokok memiliki kemungkinan 3,3 kali lebih besar
mengidap karsinoma sel skuamosa dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Karsinoma sel skuamosa adalah kanker yang berasal dari lapisan tengah epidermis
(lapisan bagian atas kulit). Menghisap 21 batang rokok atau lebih per hari dapat
meningkatkan resiko penyakit tersebut 4 kali lipat. Para mantan perokok memiliki
kemungkinan 1,9 kali lebih besar untuk menderita karsinoma sel skuamosa
dibandingkan mereka yang bukan perokok. Mereka yang menghisap 1-10 batang
rokok per hari mengalami peningkatan resiko 2,4 kali sedangkan menghisap 11-20
batang rokok per hari meningkatkan resiko tersebut hingga 3 kali lipat.
2.1.5.6. Bahaya Rokok pada Kesehatan Reproduksi
Seseorang yang merokok selama bertahun-tahun darahnya akan tercemar oleh
nekotin yang melalui pembuluh darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk ke
organ reproduksi. Pada pria racun nikotin akan berpengaruh terhadap
spermatogenesis atau proses pembentukan sperma pria.
Gangguan kesehatan reproduksi pada wanita yang disebabkan oleh kebiasan
merokok beda dengan pria. Gangguan pada wanita yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi bermacam-macam bentuknya mulai dari gangguan menstruasi, menopause
dini, sulit untuk hamil dan gangguan kehamilan. Nikotin dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
gangguan pematangangan pada sel telur sehingga pada wanita yang sering terkena
asap rokok sulit terjadi kehamilan (Bustan, 2000).
2.1.6. Kategori Perokok
a. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak
merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polusi bagi manusia dan
lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada
perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif, lima kali lebih
banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar
dan nikotin (Wardoyo, 1996).
b. Perokok Aktif
Menurut Bustan (2000), rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari
hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
2.1.7. Jumlah Rokok yang Dihisap
Menurut Bustan (2000), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan
batang, bungkus, pak per hari. J enis rokok dapat dibagi atas tiga (3) kelompok yaitu:
1. Perokok Ringan apabila merokok kurang dari 10 batang rokok per hari.
2. Perokok Sedang jika menghisap 10-20 batang rokok per hari.
3. Perokok Berat jika menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Lama Menghisap Rokok
Menurut (Bustan, 2000), lamanya seseorang merokok dapat diklasifikasikan
menjadi kurang dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk
berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda
usia merokok akan semakin besar pengaruhnya.
Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja merokok sigaret dapat
berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah
berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Resiko kematian bertambah sehubungan
dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini (Smet, 1994).
Merokok sebatang sehari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan
menambah detak jantung 5-20 kali per menit (Sitepoe, 1997).
Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dampak
rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun
dibutuhkan waktu 10-20 tahun tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker
paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan
(Sitepoe, 1997).
Menurut Bustan (2000), lama menghisap rokok dikategorikan :
1. Menghisap rokok <10 tahun.
2. Menghisap rokok >10 tahun.
2.1.9. Cara Menghisap Rokok
Menurut Bustan (2000), cara menghisap rokok dapat dibadakan menjadi:
1. Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal)
Universitas Sumatera Utara
2. Ditelan sampai ke dalam mulut (di mulut saja)
3. Ditelan sampai di kerongkongan (isapan dalam)
Rokok yang dihisap dapat meningkatkan tekanan darah. Namun rokok akan
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh
besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini disebabkan karena gas
CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah kramp
sehingga tekanan darah naik.

2.2. Haemoglobin (Hb)
2.2.1. Definisi
Haemoglobin terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut heme dan
protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul haemoglobin dalam setiap sel darah
merah (Corwin, 2000).
Haemoglobin adalah merupakan zat protein yang ditemukan dal sel darah
merah (SDM), yang memberi warna merah pada darah. Haemoglobin terdiri dari zat
besi yang merupakan pembawa oksigen, kadar haemoglobin yang tinggi atau
abnormal terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dari dehidrasi (kehilangan
cairan), kadar haemoglobin yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah klinis
(Corwin, 2000).
2.2.2. Jenis- Jenis Haemoglobin
Haemoglobin terdiri dari beberapa macam yaitu (Bustan, 2000) :
Universitas Sumatera Utara
1. Oksihaemoglobin
Oksihaemoglobin merupakan haemoglobin tanpa oksigen (haemoglobin
tereduksi) yang mempunyai warna ungu muda, haemoglobin teroksigenasi penuh,
dengan tiap pasangan hame + globulin membawa dua atom oksigen, berwarna
kuning merah. Simbol untuk oksihaemoglobin adalah Hbo8, tetapi Hbo2 adalah
konfensionl.
2. Karboksihaemoglobin
Karboksihaemoglobin merupakan karbonmonoksida yang terikat ke haemoglobin
200 kali lebih besar dari oksigen. Sehingga adanya karbonmonoksida (karena
banyak menghisap rokok), maka lebih mungkin terbentuk karboksihaemoglobin.
Karboksihaemoglobin berwarna merah ceri terutama didalam larutan encer.
3. Haemoglobin terglikosilasi
Haemoglobin terglikosilasi merupakan haemoglobin yang diikat keglukosa untuk
membentuk dirifat yang stabil bagi kehidupan eritrosit.
4. Mioglobin
Mioglobin merupakan haemoglobin yang disederhanakan, terdapat di otot rangka
dan jantung, di tempat mioglobin dapat bekerja sebagai reservoir oksigen yang
sedikit dan dilepaskan setelah atau Crush injury atau iskemia. Karena berat
molekulnya rendah, ia cepat dibersihkan dari plasma dan terdapat sebagai
mioglobinuria, yang merupakan indeks kerusakan sel otot yang sensitive juga dari
gerak badan yang hebat.

Universitas Sumatera Utara
5. Haptoglobin
Haptoglobin merupakan globulin spesifik yang mengikat haemoglobin pada
globin. Berfungsi untuk mangkonserfasi besi setelah hemolisa intrafakuler, ia
mengikat haemoglobin sekitar 1,25g/l plasma dan hanya konsertrasi itu ada
haemoglobin bebas yang hilang kedalam urin atau terikat kohaemopeksin.
6. Haemopeksin
Haemopeksin merupakan glikoprotein yang terikat dengan sisa haemoglobin.
Konsentrasinya di dalam plasma normal sekitar 0,5 g/l.
2.2.3. Faktor yang Memengaruhi Kadar Haemoglobin
Kadar haemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi haemoglobin yang
optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal, meliputi (Bustan, 2000) :
1. Makanan atau Gizi
Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang dimakan
digunakan untuk menyusun terbentuknya haemoglobin yaitu Fe (zat besi) protein.
2. Fungsi J antung dan Paru
J antung berfunsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat
haemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai pembentukan
energy. Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen dari udara luar yang
kemudian disuplai ke aliran darah dengan adanya ikatan antara haemoglobin dan
paru mempengaruhi kerja jantung yang optimal.


Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi Organ-organ Tubuh Lain
Misalnya fungsi hepar dan ginjl yang membantu dalam proses pembentukan
eritrosit dan haemoglobin.
4. Merokok
Menurut Giam, dkk (1993), merokok mengurangi kelembabaan haemoglobin
membawa oksigen dari darah. J uga pengaliran darah ke organ-organ vital dan
jaringan-jaringan (seperti jantung, otak dan otot) akan berkurang. Secara
timbulnya stress terhadap organ-organ vital seperti jantung.
5. Penyakit yang menyertai
Penyakit yang diderita membutuhkan lebih banyak zat gizi dan oksigen untuk
pembentukan energy guna penyembuhan penyakit yang diderita.
2.2.4. Kadar Haemoglobin Normal
Menurut (Corbett, 2000) kadar haemoglobin adalah:
1. Pria : 13 - 18 g/100 ml
2. Wanita : 12 - 16 g/100 ml

2.3. Karbonmonoksida (CO)
2.3.1 Definisi
Karbonmonoksida adalah gas tidak berwarna,tidak berasa, tidak berbau, tidak
menyebabkan iritasi, mudah terbakar dan merupakan gas beracun. Sifat yang sulit
untuk dideteksi ini menjadikan karbon monoksida dikenal sebagai silent killer.
Dampak yang paling sering karena karbon monoksida biasanya pada pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
terkena paparan karbonmonoksida ditempat kerja. Konsentrsi tinggi karbon
monoksida dalam darah seseorang dalam hitungan menit dapat menyebabkan distress
pernapasan dan kematian (Lingyun, 2005).
Sejumlah kecil gas karbon monoksida (CO) dibentuk didalam tubuh sebagai
produk sampingan dari degradasi hemoglobin. Lingkungan merupakan sumber utama
karbon monoksida termasuk knalpot mobil, asap rokok dan bahan bakar fosil. Gas
yang mengandung CO salah satunya yaitu berasal dari gas buangan dari mesin yang
menggunakan bensin yang mengandung 6% dari gas CO atau lebih (Lingyun, 2005).
Laporan WHO (1999) menyatakan paling tidak 90% dari CO di udara
perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Sumber kontribusi terbesar karbon
monoksida adalah dari kendaraan bermotor yang diperkirakan sekitar 50%.
Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan mendekati 60 juta ton per
tahun.
Menurut Ganong (2008), karbonmonoksida merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau, yang diproduksi oleh segala proses pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau pembakaran di
bawah tekanan dan temperatur tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin. Asap rokok
mengandung sekitar 400 ppm gas monoksida sehingga menjadi sumber polusi CO
bagi perokok aktif dan pasif. Karbon monoksida memiliki dampak buruk terhadap
kesehatan karena CO dapat menggeser oksigen yang terikat pada hemoglobin dan
mengikat Hb menjadi karbon monoksida seperti pada reaksi berikut:
HbO2 + CO ------> HbCO + O2
Universitas Sumatera Utara
Hal ini disebabkan karena afinitas CO terhadap Hb kira-kira 210 kali lebih
kuat daripada afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini menyebabkan berkurangnya
kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh. Gas CO dalam dosis
rendah menimbulkan efek atau gangguan pada penderitaan penyakit paru, jantung
ataupun perokok yang sebagian dari hemoglobin sudak terikat oleh CO.
Karbonmonoksida (CO) yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan
keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok sedikit demi sedikit,
dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas CO
mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit, lebih
kuat dibandingkan oksigen sehingga setiap ada asap tembakau disamping kadar
oksigen udara yang sudah berkurang ditambah lagi eritrosit akan semakin kekurangan
oksigen karena yang diangkut adalah CO. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6%
pada saat merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah
400 ppm sudah dapat meningkatkan kadar karboksihemoglobin dalam darah sejumlah
2-16% (Anggraeni, 2009).
2.3.2. Keracunan Karbonmonoksida
Racun adalah suatu zat yang berasal dari alam maupun buatan yang bekerja
pada tubuh baik secara kimiawi dan faali yang dalam dosis toksis dapat menyebabkan
suatu penyakit dalam tubuh serta dapat menyebabkan kematian (IAPA, 2008).
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam tubuh manusia, racun dibagi menjadi
yang bekerja local dan sistemik. Racun yang bekerja lokal dapat bersifat korosif,
iritasi atau anestetik. Racun yang bekerja sistemik biasanya mempunyai afinitas
Universitas Sumatera Utara
terhadap salah satu system contohnya barbiturate, alkohol, digitalis, asam oksalat,
dan karbonmonoksida. Adapun racun yang bekerja lokal maupun sistemuk misalnya
arsen, asam karbol dan garam Pb (Lingyun, 2005).
Satuan konsentrasi CO diudara adalah ppm atau parts per million. Untuk
mengukur kadar CO tersebut digunakan gas analyzer dengan satuan persen volume,
dimana 1 ppm setara dengan 10
-4
CO dapat terbentuk secara alamiah tetapi sumber utamanya adalah dari
kegiatan manusia. Karbonmonoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan,
oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam
(Lingyun, 2005).
%. Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak
sempurna diluar tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil (kurang dari 0,5
%) dari katabolisme normal cincin protoporfirin hemoglobin di dalam tubuh dan
tidak toksik bagi tubuh (Anggraeni, 2009).
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi jumlah CO dari sumber
buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal
dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya
berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari
industri dan pembakaran sampah domestic (Smart, 2001).
Berdasarkan laporan WHO (1992), dinyatakan paling tidak 90% dari CO
diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga
mengandung CO sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap
Universitas Sumatera Utara
rokok yang sedang dihisapnya. Sumber lain CO adalah gas arang batu yang
mengandung kurang lebih 5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas,
kompor gas, dan cerobong asap yang bekerja tidak baik.
Menurut WHO (1999), gejala toksisitas atau keracunan ringan meliputi sakit
kepala dan mual-mual pada konsertrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah
667 ppm dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi
karboksihemoglobin (HbCO). Karboksihemoglobin cukup stabil namun perubahan
ini bisa reversible atau dapat kembali keadaan awal. Karboksihemoglobin tidaklah
efektif dalam menghantarkan oksigen di dalam system sirkulasi atau transportasi
darah. Karena itu beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Sebagai akibatnya paparan pada tingkat ini dapat membahayakan jiwa.
Menurut Organisasi Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Amerika Serikat membatasi paparan gas karbon monokksida ditempat kerja maksimal
sebesar 50 ppm. Mekanisme bagaimana karbonmonoksida mengakibatkan efek
keracunan belum sepenuhnya dimengerti. Kebanyakan pengobatan akibat keracunan
gas karbon monoksida adalah memberikan 100% oksigen atau terapi oksigen
heperbarik. Walaupun pengobatan ini masih kontroversial. Keracunan karbon
monoksida domestik dapat dicegah dengan menggunakan gas detektor yang ada
sensor untuk mendeteksi gas ini, bisa juga alat khusus detektor karbon monoksida
baik yang dipasang secara tetap maupun yang portable.


Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Toksikokinetika CO
CO diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara
reversible, membentuk karboksihemoglobin (HbCO). Selebihnya mengikat diri
dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskular lain, seperti cytochrome
coxidase dan cytochrome P-450. Afinitas CO terhadap protein heme bervariasi 30
sampai 500 kali afinitas oksigen tergantung pada protein heme tersebut. Untuk
hemoglobin, afinitas CO 208-245 kali afinitas oksigen (Smart, 2001).
CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Ikatan Hb dengan CO bersifat
reversibel dan setelah Hb dilepaskan oleh CO, sel darh merah tidak mengalami
kerusakan. Absorbsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara
lingkungan (ambient air), kadar HbCO sebelum pemaparan (kadar HbCO inisial),
lamanya pemaparan dan ventilasi paru. Bila orang yang telah mengabsorbsi CO
dipindahkan ke udara bersih dan berada dalam keadaan istirahat, maka kadar HbCO
semula akan berkurang 50% dalam waktu 4,5 jam. Dalam waktu 6-8 jam darahnya
tidak mengandung HbCO lagi. Inhalasi oksigen mempercepat ekskresi CO sehingga
dalam waktu 30 menit kadar HbCO telah berkurang setengahnya dari kadar semula.
Umumnya kadar HbCO akan berkurang 8-10% tiap jamnya. Hal ini penting untuk
dapat mengerti mengapa kadar HbCO dalam darah korban rendah atau negative pada
saat diperiksa sedangkan korban menunjukkan gejala dan atau kelainan histopatologis
yang lazim ditemukan pada keracunan CO akut (Alviventiasari, 2012).


Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Toksikodinamika CO
CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan CO bersaing dengan oksigen dalam
mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase (sitokroma
a3) dan sitokrom P-450, peroksidase dan katalase. Yang terpenting adalah reaksi CO
dengan Hb dan sitokrom a3. Dengan diikatnya Hb menjadi HbCO mengakibatkan Hb
menjadi in aktif sehingga kemampuan darah berkurang untuk mengangkut oksigen.
Selain itu adanya HbCO dalam darah akan menghambat disosiasi Oxi-Hb. Dengan
demikian jaringan akan mengalami hipoksia. Reaksi CO dengan sitokrom a3 yang
merupakan link yang penting dalam sistem enzim pernafasan sel dan mengakibatkan
hipoksia jaringan.
2.3.5. Tanda dan Gejala Keracunan CO
Umumnya jalur keterpajanan gas karbonmonoksida adalah melalui jalan
pernapasan atau terhirup/inhalasi (inhalation). Gas ini dikelompokkan sebagai bahan
kimia asfiksia (asphyxiate). Gas tersebut mengakibatkan racun dengan cara meracuni
hemoglobin (Hb) darah. Hb berfungsi mengikat darah dalam bentuk HbO. Setelah
CO mengikat haemoglobin darah terbentuk ikatan : HbCO maka otomatis oksigen
akan terusir. Dengan mekanisme ini tubuh mengalami kekurangan oksigen dan gejala
asfiksia atau kekurangan oksigen akan terjadi. Sebab afinitas atau sifat pengikatan
/daya lengket karbonmonoksida ke hemoglobin darah dibandingkan dengan oksigen
jauh lebih besar sebanyak 200-3000 kali lipat. Dalam jumlah sedikit pun gas karbon
monoksida jika terhirup dalam waktu tertentu dapat menyebabkan gejala racun
terhadap tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Berikut gejala keracunan CO :
1. Gejala Akut-Waktu Singkat
Gas karbonmonoksida adalah gas beracun. Gejalanya dapat terjadi perlahan-
lahan dan kerap terjadi secara mendadak cepat. Ini bergantung dari konsentrasi dan
lama paparan. Indikasinya bibir dan kuku jari akan berubah menjadi agak merah. Ini
suatu tanda adanya paparan yang melampaui batas yang bisa diterima oleh tubuh.
Orang yang terpapar mengalami gejala sakit kepala, pernapasan jadi pendek dan
dangkal, pusing, mendesah dan mual. Pada konsentrasi yang tinggi bisa saja terjadi
pingsan atau tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat kematian. Gejalanya juga
bisa berupa penglihatan terganggu dan kehilangan ingatan.
2. Gejala Kronik Gejala J angka Panjang
Kajian klinis menunjukan adanya hubungan antara paparan gas karbon
monoksida untuk pekerjaan tertentu seperti petugas pemadam kebakaran, pekerja
proyek/ foundry dan kejadian meningkatnya penyakit jantung. Gas karbon monoksida
adalah gas toksin reproduksi. Kajian klinis secara inhalasi terhadap tikus (hamil)
menunjukkan dampak negatif. Melibatkan konsentrasi sekitar 65 ppm/24 jam maka
akan menunjukkan gejala atau efek negatif terhadap sistem reproduksi.
Organ tubuh yang diracuni adalah sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem
kardiovaskular, sistem saraf pusat dan sistem reproduksi. Paparan (Exposure) dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Alviventiasari, 2012) :


Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Efek Keterpaparan Gas Karbonmonoksida
Konsentrasi
Rerata
8 Jam
(ppm)
Konsentrasi
HbCO
Didalam
Darah (%)

Gejala
25 50 2,5 - 5 Tidak ada gejala
50 100 5 - 10 Aliran darah meningkat, sakit kepala ringan
100 - 250 10 - 20 Tegang daerah dahi, sakit kepala, penglihatan agak
terganggu
250 450 20 - 30 Sakit kepala sedang, berdenyut-denyut, dahi
(throbbing temple), wajah merah dan mual
450 650 30 - 40 Sakit kepala berat, vertigo, mual, muntah, lemas,
mudah terganggu, pingsan pada saat bekerja
650 1000 40 - 50 Seperti diatas, lebih berat, mudah pingsan dan jatuh
1000 1500 50 - 60 Koma, hipotensi, kadang disertai kejang, pernafasan
Cheyne- Stokes
1500 2500 60 - 70 Koma dengan kejang, penekanan pernapasan dan
fungsi jantung, mungkin terjadi kematian.
2500 - 4000


70 - 80 Denyut nadi lemah, pernapasan lambat, gagal
hemodinamik, kematian.
Sumber : Alviventiasari, 2012
2.3.6. Sumber Karbonmonoksida
Karbonmonoksida dapat terjadi diberbagai lingkungan baik secara alamiah
ataupun buatan, berikut sumber/tempat karbonmoksida dalam konsentrasi ppm :
Tabel 2.3. Konsentrasi dan Sumber Karbonmonoksida
No Konsentrasi Sumber atau Tempat
1 0,1 ppm Kadar latar atmosfer diukur secara MOPITT.
2 0,5 5 ppm Kadar rerata di rumah.
3 5 15 ppm Kadar dekat kompor gas.
4 100 200 ppm Daerah pusat kota.
5 5.000 ppm Cerbong asap rumah dari pembakaran kayu.
6 7.000 ppm Gas knalpot mobil yang tidak diencerkan.
7 30.000 ppm Asap rokok yang tidak diencerkan.
Sumber : Wikipedia, 2012
Universitas Sumatera Utara
2.4. Karakteristik Responden
2.4.1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
2.4.2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
2.4.3. Pekerjaan
J enis pekerjaan berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan
yaitu adanya faktor-faktor lingkungan yang dapat langsung menimbulkan kesakitan
seperti bahan kimia, situasi pekerjaan yang penuh dengan stress, ada tidaknya gerak
badan dalam pekerjaan, karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit
maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.

2.5. Perilaku Merokok
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama atau resultan antara berbagai faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang berperilaku, maka terjadi proses yang berurutan yakni :
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam dari mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption yakni subjek tidak berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulasi.
Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut bersifat
langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap). Untuk
memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat
pasif atau tanpa tindakan (Notoatmodjo, 2003).
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang dihadapi di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat
non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala
budidaya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap
situasi dan suatu rangsangan dari luar.
2.5.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Wahit (2006), Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau
pengamatan terhadap suatu objek. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu
yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
Universitas Sumatera Utara
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan. Contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi ( Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.



Universitas Sumatera Utara
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Untuk memperoleh pengetahuan manusia melakukan tiga cara yaitu melalui
pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini
akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan
aturan yang dijadikan pedomannya. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui
pendidikan formal atau resmi (sekolah) maupun dari pendidikan non formal (tidak
resmi).
2.5.2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau objek. Menurut Notoadmodjo (2007), sikap terdiri dari
berbagai tingkatan yakni :
1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
Universitas Sumatera Utara
2. Merespon (Responding) adalah memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap.
3. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk merespon (secara positif
maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat
berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek, melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). Sikap bukanlah suatu benda,
ini adalah proses suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan objek tetapi
semua faktor yang hadir dalam setiap situasi (Ahmadi, 1991).
Menurut Newcomb, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek. Allport (1954) didalam Notoatmodjo (2003),
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang
disertai kencenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek. Ciri-ciri sikap adalah:
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan
orang itu dlam hubungan dengan objeknya.
Sikap ini membedakan dengan sifat-sifat biogenesis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah
senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.
4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang
membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.
5. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Dalam sikap positif
kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan.
Sedangkan sikap yang negatif terdapat kecenderungan untuk menghindari,
Universitas Sumatera Utara
membenci, tidak menyukai objek tertentu (Purwanto, 1999). Sikap dapat pula
dibedakan atas:
1. Sikap positif
Sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima, mengakui,
menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku diman individu
itu berada.
2. Sikap negatif
Sikap yang menunjukan atau yang memperlihatkan penolakan atau tidak
menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Fungsi sikap:
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
2. Sebagai alat pengukur tingkah laku.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman.
4. Sebagai pernyataan kepribadian.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
Universitas Sumatera Utara
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal
ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman
orang lain.
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
2.5.3. Tindakan (Practise)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tindakan terdiri dari 4 tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat
memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
2. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator tindakan tingkat dua. Misalnya seorang ibu
dapat memasak sayur dengan benar mulai dari cara mencuci dan memotongnya,
lama memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara
3. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga. Misalnya seorang ibu sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-
umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adaptasi (Adaptation) yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.6. Landasan Teori
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku
kesehatan seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai factor predisposisi disamping factor
pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan factor pendukung yaitu sikap dan
perilaku petugas kesehatan. Lingkungan fisik sangat mempengaruhi kesehatan
manusia yaitu perilaku merokok dapat menyebabkan Karboksihaemoglobin.




Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber
Penularan
Media
Manusia
Dampak
Kesehatan
Rokok

Kadar CO



Perilaku







Sakit/Sehat



Universitas Sumatera Utara
Sumber : Modifikasi Achmadi, 2010
Dengan mengacu pada gambar skematik tersebut diatas maka simpul-simpul
dalam penelitian ini yang berhubungan dengan Karboksihaemoglobin sebagai
berikut:
a. Simpul 1, yaitu sumber penularan penyakit adalah perokok aktif.
b. Simpul 2, yaitu media transmisi penyakit adalah kadar CO
c. Simpul 3, yaitu perilaku merokok
d. Simpul 4,yaitu kejadian penyakit atau gangguan dari hasil hubungan interaktif
manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan
kesehatan manusia, yaitu sakit atau sehat (Achmadi, 2010).























Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen











Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian








Perilaku Merokok :
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
- J enis Rokok
- Lama Merokok
- J umlah Rokok yang Dihisap
- Cara Menghisap Rokok
Karboksihemoglobin
(HbCO)
Karakteristik Perokok
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
Kadar CO Ambien
Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar