Você está na página 1de 12

2.

1 Bahan Pengemas Produk Cookies


Proses pengemasan yang sesuai diharapkan mampu melindungi produk pangan
sesuai dengan umur simpannya . Ada beberapa bahan pengemas yang telah di kenal di
kalangan konsumen dan produsen yang dapat melindungi produk pangan dari kerusakan
biologi, fisik, dan kimia untuk memperpanjang umur simpan suatu produk tersebut. Bahan
kemasan yang dapat diaplikasikan pada produk cookies adalah bahan kemasan berbahan
kertas, plastik, gelas, aluminium foil atau gabungan dua atau lebih bahan kemas tersebut.
Nilai jual pada produk cooies adalah pada kerenyahan cookies, dan tampilan pada
cookies. Sehingga di pilih plastik sebagai pengemas primer pada cookies. Plastik
merupakan bahan kemasan yang mampu mempertahankan kadar air dan kerenyahan
cookies. Selain itu, plastik yang sifatnya transparan, membuat tampilan cookies dapat
terlihat oleh konsumen, dan dapat menjadi daya tarik konsumen untuk membeli produk
cookies.
Plastik yang di pakai adalah jenis plastik OPP (oriented polystyrene) dikenal juga
dengan plastik kaca yang mempunyai sifat kaku,jernih,tidak berbau . Banyak industri yang
memakainya dan dapat mudah kita temukan packaging plastik OPP / plastik kaca buat
pembungkus cookies. Biasanya memakai jenis pelastik OPP tanpa lem/non seal dan lebih
tebal daripada Plastik OPP yang memakai lem. Plastik OPP tanpa lem ada juga yang
berbentuk kantong dengan sisi las polos tapi juga ada yang las jahit/gassete edge sehingga
lebih kuat tidak mudah pecah/robek sisinya.
2.2 Sifat perlindungan dan Interaksi Pengemas dengan Produk
Plastik memiliki sifat yang transparan, tidak mudah pecah, tidak mudah robek, dan
tidak mudah bolong. Hal ini sangat cocok untuk produk cookies, karena dapat
mempertahankan kerenyahan dan umur simpan.
Jenis pengemas plastik OPP dapat di jadikan pengemas untuk cookies karena
permeabilitas terhadap udara, tidak dapat menyebabkan penyimpangan warna produk, tidak
bereaksi sehingga tidak merusak bahan maupun citarasanya, tidak mudah teroksidasi atau
bocor, tahan panas, mudah dikerjakan dan harganya murah. Yang juga tidak boleh
dilupakan adalah kesempurnaan proses pengemasan dan kesesuaian bahan kemasan yang
dipakai. Selain dapat di disain kemasan yang kreatif dan menarik, jenis OPP ini dapat
menjaga mutu produk akhir selama masa pemasaran sampai dikomsumsi pelanggan.
Meskipun cookies tidak terlalu sensitif terhadap mikroorganisma karena kandungan
gulanya yang tinggi, namun tetap diperlukan pemakaian bahan kemasan yang sesuai
khususnya untuk memproteksi dari kondisi udara sekitar, agar tidak terlalu mudah menyerap
ataupun kehilangan kandungan air. Hal ini mencegah perubahan tekstur yang ekstrim
karena pengaruh lingkungan.

2.3 Desain dan Label Kemasan
Penampilan yang baik dari kemasan dapat meningkatkan penjualan dari produk yang
dikemas. Promosi dari produk sangat erat kaitannya dengan perilaku saingan dan perilaku
konsumen. Banyak metode promosi yang dapat dilakukan seperti promosi melalui media
massa, papan di jalanan, dan ini terutama dilakukan apabila produsen ingin
memperkenalkan produk barunya. Untuk promosi setelah produk tersebut dikenal oleh
konsumen, maka pengemasan produk memegang peranan yang penting (Fellows, 2000).
Berdasarkan pengamatan, banyak konsumen memilih satu jenis produk setelah
melihat kemasannya. Hal ini dapat terjadi jika kemasan tersebut memberikan informasi yang
cukup bagi calon pembeli, serta mempunyai desain yang menarik pembeli. Desain kemasan
yang menarik, biasanya diperoleh setelah melalui penelitian yang cukup panjang mengenai
selera konsumen, yang kemudian diterjemahkan dalam desain grafis cetakan.

2.3.1 Bentuk dan Ukuran Kemesan
Berikut dibawah ini adalah desain, bentuk dan ukuran kemasan dari produk Snack
Food berupa cookies :














Pada kemasan diatas terdapat desain kemasan bagian depan produk dan desain
kemasan bagian belakang produk. Dengan ukuran kemasan 15cm x 2.5cm x 7cm. Pada
desain kemasan bagian belakang terdapat informasi yang harus tercantum pada sebuah
kemasan produk olahan pangan, yaitu komposisi produk, nama dan alamat tempat produksi,
tanggal produksi dan tanggal baik digunakan sebelum, dan nomer telpon layanan pelanggan
yang bisa dihubungi. Dan pada kemasan bagian depan terdapat informasi berupa nama
produk, logo perusahaan, logo halal, dan nomer ijin produk dari BPOM.

2.3.2 Warna, Tulisan dan Gambar
Warna kemasan merupakan hal pertama yang dilihat konsumen (eye catching) dan
mungkin mempunyai pengaruh yang terbesar untuk menarik konsumen. Pengaruh utama
dari warna adalah menciptakan reaksi psikologis dan fisiologis tertentu, yang dapat
digunakan sebagai daya tarik dari desain kemasan.
Sehubungan dengan kesan fisilogis atau psikologis maka ada dua 2 golongan warna
yang dikenal, yaitu (Syarief, 1989) :
1. Warna panas (merah, jingga, kuning), dihubungkan dengan sifat spontan, meriah,
terbuka, bergerak dan menggelisahkan), warna panas disebut extroverted colour.
2. Warna dingin (hijau, biru dan ungu), dihubungkan dengan sifat tertutup, sejuk,
santai, penuh pertimbangan, sehingga disebut introverted colour.
Kesan psikologis dan fisilogis dari masing-masing warna antara lain adalah :
Biru : dingin, martabat tinggi
Merah : berani, semangat, panas
Purple : keemasan, kekayaan
Oranye : kehangatan, energik
Hijau : alami, tenang
Putih : suci, bersih
Kuning : kehangatan
Coklat : manis, bermanfaat
Pink : lembut, kewanitaan
Warna juga berhubungan erat dengan rasa pada makanan, seperti :
1. Merah dapat berarti pedas atau mungkin rasa manis
2. Kuning menunjukkan rasa asam
3. Biru dan putih umumnya menunjukkan rasa asin
4. Hitam diartikan pahit

Warna kemasan pada produk kami terdapat warna putih, cokelat, biru dan hijau.
Warna-warna yang kami gunakan menunjukan bahwa produk kami memiliki banyak manfaat
bagi para konsumen, karena mengandung serat yang tinggi sehingga baik untuk sistem
pencernaan dalam tubuh. Kemudian pada produk cookies ini, kami menggunakan bahan
dasar berasal dari sorghum dan tepung bekatul, sehingga kami menggunakan warna hijau
dengan perpaduan warna cokelat pada kemasan produk yang mengesankan dari bahan
dasar produk kami.
Tulisan nama produk SOBEK COOKIES pada kemasan kami menggunakan huruf
besar. Hal ini berfungsi kepada para konsumen agar memudahkan untuk mengingat nama
dari produk kami. Huruf besar atau huruf kapital memudahkan untuk dibaca daripada huruf
kecil, dan huruf yang ditulis renggang lebih mudah dibaca daripada huruf yang ditulis rapat.
Penggunaan huruf-huruf untuk memberi informasi pada label kemasan hendaknya cukup
jelas. Kata-kata dan kalimatnya harus singkat agar mudah dipahami. Bentuk huruf dan
tipografi tidak saja berfungsi sebagai media komunikasi, tapi juga merupakan dekorasi
kemasan. Oleh karena itu huruf-huruf yang digunakan harus serasi (Syarief, 1989).
Gambar pada kemasan produk kami terdapat gambar cookies, tanaman sorghum
dan tepung bekatul. Hal ini dikarenakan agar memudahkan bagi para konsumen untuk
dapat menerima informasi lebih cepat, bahwa produk kami berupa cookies yang berasal dari
sorghum dan tepung bekatul. Gambar dan simbol dapat menarik perhatian dan
mengarahkan perhatian pembeli agar mengingatnya selama mungkin. Disertai penggunaan
bahasa yang umum yang dengan cepat dapat dimengerti oleh setiap orang. Ilustrasi
kemasan biasanya merupakan hal pertama yang diingat konsumen sebelum membaca
tulisannya. Suatu ilustrasi yang baik harus (Syarief, 1989) :
Berfungsi lebih dari sekedar menggambarkan produk atau menghiasi kemasan
Menimbulkan daya tarik dan minat, sehingga akan lebih cepat dan efektif
daripada pesan tertulis.
Sesuai dengan keyakinan dan selera pemakai
Mengikuti perkembangan dan perubahan sejalan dengan perubahan minat dan
cara hidup target kelompok konsumen.
Tidak berlebihan atau kurang sesuai karena akan membingungkan konsumen.

2.3.3 Kelengkapan label sesuai aturan yang berlaku
Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang
tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun, pada wadah
atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung semua
keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur atau
lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari (Fellows, 2000).
Tujuan pelabelan pada kemasan adalah :
Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan
Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal
dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen , terutama yang kasat mata
atau yang tidak diketahui secara fisik
Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk
yang optimum
Sarana periklanan bagi konsumen
Memberi rasa aman bagi konsumen.

Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen. Pada label
kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang-kurangnya dicantumkan hal-
hal berikut (Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan) :
a. Nama produk
Disamping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan.
Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan
dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa
Inggris atau bahasa Indonesia.
b. Daftar bahan yang digunakan
Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang
digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang
terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah
untuk komposisi yang diketahui secara umum atau makanan dengan luas
permukaan tidak lebih dari 100cm2, maka ingradien tidak perlu dicantumkan.
c. Berat Bersih atau Isi Bersih
Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat dinyatakan
dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume. Untuk
makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat.
Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas.
d. Nama dan Alamat Pihak yang Memproduksi atau Memasukkan Pangan Ke
Dalam Wilayah Indonesia
Label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik
pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan
kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum
dalam buku telepon.
e. Tanggal, Bulan, dan Tahun Kedaluwarsa.
Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai :
- Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat
dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati
- Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi
kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba)
setelah tanggal yang tercantum terlewati.

Petunjuk atau cara penggunaan juga diperlukan untuk makanan yang perlu
penanganan khusus sebelum digunakan, sedangkan petunjuk penyimpanan diperlukan
untuk makanan yang memerlukan cara penyimpanan khusus, misalnya harus disimpan
pada suhu dingin atau suhu beku.
Nilai gizi harus dicantumkan bagi makanan dengan nilai gizi yang difortifikasi,
makanan diet atau makanan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Informasi gizi
yang harus dicantumkan meliputi : energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral atau
komponen lain. Untuk makanan lain boleh tidak dicantumkan.
Tulisan atau pernyataan khusus harus dicantumkan untuk produk-produk berikut :
- Susu kental manis, harus mencantumkan tulisan : Perhatikan, Tidak cocok
untuk bayi
- Makanan yang mengandung bahan yang berasal dari babi harus ditulis :
MENGANDUNG BABI
- Minuman dan makanan yang mengandung susu
- Makanan bayi
2.3 Metode Pengemasan
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan
merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat
memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang
dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan
yang dikemas / dibungkusnya. Metode atau teknik pengemasan suatu produk harus sesuai
dengan karakteristik produk yang akan dikemasnya.
Makanan kering termasuk cookies pada umumnya mengalami kerusakan apabila
menyerap uap air berlebihan. Kerusakan akibat air ini cukup kompleks karena dapat
melibatkan berbagai jenis reaksi kerusakan yang sensitif terhadap perubahan Aw.
Kerusakan produk cookies sering dihubungkan dengan kerusakan tekstur. Cookies memiliki
kadar air dan Aw yang rendah sehingga teksturnya renyah. Kerenyahan cookies akan
menurun dengan meningkatnya Aw dan kadar air produk. Peningkatan Aw terjadi
disebabkan oleh kegiatan air yang melarutkan dan melunakkan matrik pati atau protein yang
terkandung pada sebagian besar produk pangan.
Selain itu juga dapat terjadi kerusakan yang disebabkan adanya oksigen, yaitu terjadi
oksidasi lipid dari asam lemak tidak jenuh yang menyebabkan bau tengik. Adanya oksigen
bebas di bawah pengaruh sinar ultraviolet atau katalis logam pada suhu tinggi dapat secara
langsung mengoksidasi asam lemak tidak jenuh. Cahaya dapat mempercepat reaksi
oksidasi dan berpengaruh terhadap akselerator pada oksidasi konstituen tidak jenuh dalam
lemak. Oleh karena itu di dalam pengemasan produk cookies diperlukan metode pengemas
vakum sehingga cookies tidak kontak langsung dengan udara yang akan menyebabkan
ketengikan, serta membutuhkan bahan pengemas yang memiliki sifat permeabilitas
terhadap uap air yang rendah.
2.3.1 Alat Pengemas
Vacuum packaging atau mesin pengemas hampa udara, mesin ini memiliki fungsi
untuk mengemas suatu produk dengan hampa udara, dengan tujuan pengawetan produk
(Forwardo, 2007). Prinsip kerja mesin ini adalah mengemas produk pada disertai dengan
penyedotan (pemvakuman) uap air dari produk yang dikemas tersebut sehingga tanpa gas
oksigen pada kemasan. Prinsip dari pengemasan vakum adalah dengan menghilangkan
oksigen pada kemasan agar bakteri tidak dapat tumbuh, namun ada jenis bakteri (botulism)
penyebab penyakit yang lebih suka lingkungan oksigen rendah dan tumbuh dengan sangat
baik dalam makanan yang telah dikemas vakum. Kondisi vakum dapat menghilangkan
oksigen atmosfer, mencegah kerusakan makanan dengan membatasi pertumbuhan bakteri
aerobik atau jamur, dan mencegah penguapan komponen volatile. Vacuum packaging ini
biasanya digunakan untuk penyimpanan jangka panjang dari makanan kering seperti
cookies, sereal, kacang-kacangan, sembuh daging, keju, ikan asap, kopi, dan keripik
kentang (keripik). Mesin ini berfungsi sebagai pengepak kedap udara menggunakan tenaga
listrik. Pengoperasian alat ini sangatlah mudah & cepat, serta kekuatan vacuum & panas
sealnya dapat diatur sesuai kebutuhan dengan penunjuk digital




2.3.2 Metode Pengemas
Bahan-bahan dasar dalam pembuatan cookies pada umumnya adalah tepung,
shortening, telur, dan gula. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur untuk selanjutnya
dilakukan tahapan pembuatan cookies. Tahapan pembuatan cookies pada umumnya adalah
pembentukan krim, pembentukan adonan, pencetakan, pemanggangan, pendinginan, dan
pengemasan. Agar semua bahan tercampur merata dalam adonan maka mentega dibuat
krim terlebih dahulu bersama gula dan telur. Selanjutnya krim dicampur hingga homogen
dengan tepung dan bahan lainnya. Setelah homogen, adonan dicetak. Tahap akhir
pembuatan cookies adalah pembakaran. Suhu pembakaran bergantung pada jenis bahan
yang dibuat. Pada umumnya, pembakaran dilakukan pada suhu kurang lebih 180
o
C selama
15-20 menit.
Setelah produk cookies keluar dari proses pembakaran, kemudian dilakukan
pendinginan pada cookies sebelum dilakukan proses pengemasan. Proses pengemasan
dilakukan menggunakan mesin vacuum packaging dengan bahan pengemas berupa plastik
polipropilen (PP).
Prinsip kerja mesin ini adalah mengemas produk pada disertai dengan penyedotan
(pemvakuman) uap air dari produk yang dikemas tersebut sehingga tanpa gas oksigen pada
kemasan. Mesin pengemas vakum ini adalah peralatan yang bisa digunakan semi otomatis
untuk mengemas produk secara vakum (tanpa udara, udaranya dihilangkan). Dengan
pengemasan secara vakum, maka produk yang dikemas akan aman dari oksidasi,
kerusakan biologis, dan bisa lebih bertahan lama.
Pengemasan dengan metode vakum, cara kerjanya adalah dengan menekan tombol
ON pada alat, program diaktifkan untuk pengaturan, gas diatur sesuai permintaan, vakum
dan seal diatur, tombol Reprog ditekan, tutup pengemas dibuka. Selanjutnya pengemas
yang telah diisi bahan makanan (cookies) dimasukkan ke dalam vacuum sealer. Ujung
terbuka pengemas diletakkan tepat pada bagian sealer. Selanjutnya, penutup vacuum
sealer diturunkan hingga rapat, ditunggu sampai proses sealing selesai, penutup alat dibuka
lalu ditekan tombol power pada posisi OFF.
2.4 Kondisi Ruang Penyimpanan Produk
Penyimpanan adalah masa kue kering selesai diproduksi hingga diterima konsumen.
Selama masa ini, kue harus dalam kualitas baik. Ciri-ciri kue kering mengalami penurunan
kualitas, seperti aroma tengik, tidak renyah, lembap, timbul bercak hitam dan tumbuh
kapang atau jamur. Faktor yang mempengaruhi umur simpan produk dibagi dua yaitu
intrinsic dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi aktivitas air, pH dan total asam, ketersediaan
oksigen, nutrisi, mikroflora alami, dan penggunaan pengawet. Sedangkan factor ekstrinsik
terjadi selama proses produksi, penyimpanan dan distribusi makanan terdiri dari
pengendalian suhu, kelembaban relative, paparan cahaya, mikroba di lingkungan dan
komposisi udara dalam kemasan.
Kue kering paling tepat dinikmati 'fresh from the oven'. Rasanya masih renyah dan
aromanya harum. Namun dengan kepadatan aktivitas masyarakat menyebabkan kue kering
bias disimpan lama dengan karakteristik yang masih sama seperti awal. Dalam
mempertahankan mutu dari kue kering yang paling berpengaruh yaitu factor ekstrinsik yaitu
kondisi ruangan yang dibutuhkan untuk penyimpanan.
Kondisi yang diperlukan untuk penyimpanan kue kering harus ditempatkan di
ruangan yang sejuk dan kering dengan suhu dibawah 30C. Ruangan yang lembap dan
panas mempercepat pertumbuhan mikroba pembusuk dan jamur. Kebersihan harus dijaga
disekitar ruangan. Kemasan jangan sampai diletakkan di atas lantai. Penyimpanan
menerapkan system first in first out (FIFO), yaitu produk yang terlebih dahulu disimpan
harus keluar terlebih dahulu.
Untuk makanan kering yang disimpan dalam suhu kamar, maka ruang penyimpanan
harus diatur sebagai berikut:
1. Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan
langit-langit, maksudnya adalah:
- untuk sirkulasi udara agar udara segar dapat segera masuk keseluruh ruangan
- mencegah kemungkinan tempat persembunyian tikus
- untuk memudahkan pembersihan lantai
- untuk mempermudah dilakukan stok opname
2. Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur dengan
jenis kue lainnya

2.5 Teknik Penyimpanan
Ada beragam jenis kue kering. Ada yang lembut, mudah retak karena banyak
mengandung lemak. Ada juga yang renyah, agak keras. Saat dikeluarkan dari oven ada
yang enak dinikmati hangat tetapi ada juga yang harus didiamkan beberapa saat hingga
mengeras baru bisa dimakan. Untuk jenis kue kering yang lembut sebaiknya disimpan
terpisah dengan yang renyah. Karena kue akan mudah hancur.
Untuk jenis kue yang lembut sebaiknya ditaruh dalam wadah kedap udara, pada tiap
susunan kue dilapisi dengan selembar plastic yang dapat berguna untuk menyerap air atau
lemak dari kue maupun dari lingkungan. Jika tak ada wadah kedap udara, dimasukkan
kantung plastik, diikat rapat dan dimasukkan ke dalam wadah bertutup.
Untuk jenis yang renyah, cara meyimpannya lebih mudah yaitu ditaruh dalam stoples
bertutup rapat. Selain itu ditaruh selembar tissue yang dilipat di bagian bawah stoples agar
kue tetap kering.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Penyimpanan makanan kering:
a. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
b. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
c. Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai dan 60 cm dari langit-langit
d. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
e. Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (first in first out)
artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu. Dan
LIFO (last in first out) artinya makanan yang terakhir masuk ke storage keluar
terlebih dahulu.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penyimpanan kue kering :
- Disimpan di wadah tertutup. Agar teksturnya tetap renyah, dipastikan wadah kue
tertutup rapat. Hal ini berguna untuk mencegah udara dari luar masuk ke dalam
stoples dan membuat tekstur kue kering jadi lembek.
- Diusahakan tutup stoples mudah dilepas. Tutup stoples yang dilengkapi dengan karet
bisa menjaga kerenyahan kue kering. Tutupnya juga mudah dibuka dan bisa mengatur
kelembaban udara di dalam stoples. Tekstur kue kering juga tetap segar dan renyah
saat dimakan.
- Menggunakan kertas lilin untuk alas stoples. Kertas lilin juga bisa dijadikan alas
stoples. Jenis kertas ini dapat menjaga kelembaban kue kering dan mencegahnya
menempel satu sama lainnya. Selain itu, remahan kue yang ada dipermukaan stoples
mudah dibersihkan.
- Kue disimpan berdasarkan jenisnya. Tiap jenis kue memiliki tingkat kerenyahan yang
berbeda. Sebaiknya simpan berdasarkan jenisnya dalam stoples kedap udara yang
berbeda. Cara ini juga bisa mempertahankan aroma dan rasa pada kue kering.
- Untuk jenis penyimpanan dalam waktu lama hingga berbulan-bulan, dapat disimpan
dalam freezer. Kue kering yang sudah tertata rapi di dalam stoples kedap udara bisa
disimpan dalam freezer. Cara penyimpanan ini juga bisa mempertahankan rasa dan
aroma kue. Bahkan kue kering tetap awet dan segar hingga enam bulan lamanya.



























DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Definisi Kue Kering. http://library.binus.ac.id/. Diakses tanggal 5 Mei
2014 pukul 11.42.
Anonymous. 2012.Cookies. http://repository.usu.ac.id/. Diakses tanggal 5 Mei 2014 pukul
11.42.
Bogasari. 2012. Menjaga Kerenyahan Kue Kering Hingga Natal. http://m.bogasari.com/.
Diakses tanggal 5 Mei 2014 pukul 18.25.
Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet dan wootton, 1985. Food Science. Penerjemah hari
purnomo dan adiono dalam ilmu pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Diah, O. 2013. Menyimpan Kue Tetap Renyah. http://food.detik.com/. Diakses tanggal 5 Mei
2014 pukul 19.18.
Fellows, P.J. 2000. Food Processing Technology. Principles and Practice. 2nd Ed.
Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, England.
HafizullahAhmad. 2008. Polipropilena. http://ahmadhafizullahritonga.blog.usu.ac.id. Akses
tanggal 4 Mei 2014. Malang.
Manley D. 2000. Technology of Biscuits, Crackers, and Cookies 3rd Edition. Woodhead
PublishingLimited. Cambridge.
Nur, Shofia. 2011. Pengemasan Produk Sayuran Dengan Bahan Kemas Plastik Pada
Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin. UGM. Yogyakarta.
Robertson GL. 2010. Food Packaging and Shelf Life: A Pratical Guide. CRC Press. Florida.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Winneke, O. 2010. Menyimpan Kue Kering. http://food.detik.com. Diakses tanggal 5 Mei
2014 pukul 18.24.

Você também pode gostar