Você está na página 1de 17

1.

ANGKA DO TB
Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan lebih
kurang 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai. Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih
tetapi positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan kelima (satu bulan
sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan. Drop out merupakan masalah
dalam penanggulangan TB Paru dan salah satu penyebab terjadinya kegagalan
pengobatan yang berpotensi meningkatkan penyebaran dan resistensi terhadap OAT
(obat anti tuberkulosis).Apabila seseorang telah menderita resistensi obat maka biaya
pengobatan yang dikeluarkan akan lebih besar dan waktu pengobatan akan lebih lama.

a. Dunia
WHO telah melaporkan bahwa lebih dari 30 juta pasien dengan TB telah diobati dengan
strategi DOTS lima elemen, menghasilkan tingkat kesembuhan> 80% dan tingkat default
<10%
b. Asia
Tidak ada data yang menunjukaan secara pasti angka defaut untuk penyakit TB
namun diperkirakan angka dfaut untuk negara negara berkambang adalah 2-5 %
dari penderita yang melakukan pengobatan.

c. Asia tenggara
Data menunjukkan angka defaut untuk kasus TB untuk asia tenggara adalah
sebanyak 5% dari keseluruhan pederita TB.

d. Indonesia
Angka drop out pengobatan TB Paru Indonesia pada tahun 2008 yaitu 4% dan
tahun 2009 yaitu 4,1%
e. Jawa Tengah
Tidak ada data yang jelas menunjukkan angka drop out penyakit TB namun target
dari kebijakan pemerintah adalah sebesar 5% dari kasus.
Dari hasil penemuan jumlah penderita Tuberculosis paru yang drop out di
seluruh Kabupaten Demak pada tahun 2004 - 2005 sebesar 629 jumlah kasus ,
dari jumlah diatas diketahui bahwa puskesmas Karang Tengah merupakan
peringkat kedua dari 26 puskesmas se-Kabupaten Demak, jumlah kasus sebanyak
30 orang dibandingkan dengan pukesmas yang lain.
Angka drop out penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
Salatiga tahun 2006 dan 2007 sebesar 18% dan 13% sedangkan pada tahun 2008
sebesar 19%.

f. Semarang
Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2003, menunjukkan
penemuan tuberkulosis paru dengan Baksil Tahan Asam (BTA) positif sebanyak
15,62 % dari 1626 spesimen suspek tuberkulosis paru, dengan angka konversi
76,09%, angka kesembuhan masih 79,75%, dan ditemukan pula putus berobat
sebanyak 16%, serta penderita lalai berobat sebanyak 21% (4)

2. ANGKA TB ANAK
Menurut Wahyu (2008), bayi dan anak-anak lebih rentan terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis penyebab penyakit tuberkulosis, antara lain disebabkan karena sistem
imunitas yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita
tuberkulosis di sekitarnya, kurangnya kesadaran orang tua untuk segera melakukan
vaksinasi BCG pada bayi baru lahir serta buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi
dan anak di Indonesia.

a. Dunia
Dari 9 juta kasus TB tahunan, sekitar 1 juta (11%) terjadi pada anak
(di bawah 15 tahun). Dari kasus ini kecil, 75% terjadi setiap tahun di 22 negara
beban tinggiyang bersama-sama account untuk 80% dari kasus insiden
diperkirakan di dunia. Di negara-negara di seluruh dunia,Persentase melaporkan
semua kasus TB yang terjadi pada anak-anak bervariasi dari 3% menjadi lebih
dari 25% (1)

b. Asia
Data dari American Lung Assosiation kasus TB pada anak-anak adalah sebesar
5.8 per 100,000 kasus. (3)
c. Asia tenggara
Asia Tenggara adalah rumah bagi sepertiga dari beban global
tuberkulosis (TB), dengan perkiraan 5 juta kasus dan kejadian tahunan dari 3 juta
kasus TB. Prevalensi kasus TB pada anak-anak di Asia Tenggara berkisar antara
3,3-5,5 % (2)
d. Indonesia
Laporan WHO pada tahun 2008 menyebutkan Indonesia menduduki peringkat
ketiga dalam jumlah kasus baru TB (0,5 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta
kasus) dan Cina (1,1 juta kasus). Di Indonesia terdapat tiga juta penduduk dengan
tersangka TB dan 220.000 dengan sputum BTA positif (2,4 per 1000 penduduk).2
Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun 5%-6% dari seluruh kasus TB.
Kelompok usia terbanyak 12-60 bulan (42,9%), sedangkan 16,5% bayi kurang
dari 12 bulan (6)

e. Jawa Tengah
Data dari Departeman Kesehatan pada tahun 2010 proporsi penderita tuberkulosis
anak di Jawa Tengah adalah 13,3%. (7)

f. Semarang
Penemuan suspek tahun 2011 sebanyak 15.001 orang mengalami peningkatan bila
dibanding tahun 2010. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak 989
orang (61%), mengalami peningkatan 110 kasus (8 %) bila dibandingkan tahun
2010 (53%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 356 kasus (13 %), menurun 2%
bila dibandingkan dengan penemuan TB anak di tahun 2010 ( 15%) . (5)

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2006. Guidance for national tuberculosis programmes on the management of
tuberculosis in children.
http://whqlibdoc.who.int/hq/2006/WHO_HTM_TB_2006.371_eng.pdf
2. NCBI. 2011. Contact Investigation of Children Exposed to Tuberculosis in South East
Asia: A Systematic Review
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3235894/pdf/JTM2012-301808.pdf
3. ALA. 2013. Tuberculosis in Children Fact Sheet. http://www.lung.org/lung-
disease/tuberculosis/tuberculosis-in-children-fact.html
4. Widjanarko, Bagoes. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Pengawas
Menelan Obat (PMO) Dalam Pengawasan Penderita Tuberkulosis Paru Di Kota
Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 1 / Januari 2006.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/2811/2497
5. DINKES Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang 2012.
http://dinkeskotasemarang.files.wordpress.com/2012/07/profil-kesehatan-kota-
semarang-2011.pdf
6. Dominggus Nicodemus Lokollo, Dwi Wastoro, Lisyani Suromo. Perbedaan Kadar
Feritin Serum Pada Anak dengan dan Bukan Tuberkulosos Paru. Sari Pediatri, Vol.
11, No. 5, Februari 2010 http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-5-5.pdf
7. Oktaviani, Dini. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis dengan Status
Gizi Anak Penderita Tuberkulosis Paru.
http://eprints.undip.ac.id/32598/1/396_Dini_Oktaviani_G2C007023.pdf



1. ANGKA DO
a. Dunia

b. Asia
c. Asia Tenggara
d. Indonesia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34590/4/Chapter%20I.pdf



e. Jawa Tengah
f. Semarang
Widjanarko, Bagoes. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik
Pengawas Menelan Obat (PMO) Dalam Pengawasan Penderita Tuberkulosis
Paru Di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 1 /
Januari 2006.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/2811/2497




2. ANGKA TB ANAK
a. Dunia
WHO. 2006. Guidance for national tuberculosis programmes on the management
of tuberculosis in children.
http://whqlibdoc.who.int/hq/2006/WHO_HTM_TB_2006.371_eng.pdf



b. Asia
ALA. 2013. Tuberculosis in Children Fact Sheet. http://www.lung.org/lung-
disease/tuberculosis/tuberculosis-in-children-fact.html



c. Asia Tenggara
NCBI. 2011. Contact Investigation of Children Exposed to Tuberculosis in South
East Asia: A Systematic Review
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3235894/pdf/JTM2012-301808.pdf


d. Indonesia
Dominggus Nicodemus Lokollo, Dwi Wastoro, Lisyani Suromo. Perbedaan
Kadar Feritin Serum Pada Anak dengan dan Bukan Tuberkulosos Paru. Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-5-
5.pdf



e. Jawa Tengah
Oktaviani, Dini. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis dengan
Status Gizi Anak Penderita Tuberkulosis Paru.
http://eprints.undip.ac.id/32598/1/396_Dini_Oktaviani_G2C007023.pdf



f. Semarang
DINKES Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang 2012.
http://dinkeskotasemarang.files.wordpress.com/2012/07/profil-kesehatan-kota-
semarang-2011.pdf

Você também pode gostar