Você está na página 1de 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stroke
2.1.1. Definisi
Stroke adalah suatu sindrom yang disebabkan putusnya aliran darah ke
suatu area otak akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri otak yang
menyebabkan gangguan fungsi otak yang serius (Guyton dan Hall, 2006).
enurut (World Health Organization) !H", stroke merupakan suatu tanda
klinis yang ter#adi secara mendadak dengan tanda dan ge#ala kehilangan fungsi
otak fokal maupun global yang berlangsung selama 2$ #am atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang #elas selain %askuler
(&artika, 200$).
2.1.2. Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit #antung dan
kanker, dan penyebab utama kecacatan ('skim, 200(). enurut )epartemen
&esehatan *epublik +ndonesia berdasarkan hasil sur%ei kesehatan rumah tangga
(200,) penyebab kematian utama di rumah sakit +ndonesia tahun 200- adalah
stroke dengan #umlah kasus $.6.2 atau $,(,/.
+nsiden serangan stroke pertama sekitar 200 per 000.000 penduduk per
tahun. +nsiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. &onsekuensinya,
dengan semakin pan#angnya angka harapan hidup, termasuk di +ndonesia, akan
semakin banyak pula kasus stroke di#umpai (*ambe, 2006). enurut )epartemen
&esehatan *epublik +ndonesia (200() berdasarkan riset kesehatan dasar
(*+S&1S)'S), pre%alensi stroke di +ndonesia tahun 200, adalah 0,(/ atau
delapan per seribu penduduk.
2aporan dari banyak negara ma#u bah3a mortalitas stroke telah menurun
seiring dengan penurunan insiden dan peningkatan survival. Sebagian besar
penderita stroke selamat dengan sisa defisit neurologik sehingga disabilitas akibat
stroke #uga meningkat (&artika, 200$).
5

2.1.!. "#ktor $isiko


4aktor risiko stroke terbagi men#adi dua, yaitu (5uccurullo, 200$)6
a.7idak dapat dimodifikasi
8sia, insiden stroke meningkat pada usia lebih dari -- tahun dan
meningkat dua kali lipat setiap dekadenya
9enis kelamin, laki:laki lebih banyak daripada perempuan, namun
peningkatan insidennya sama pada usia lebih dari -- tahun
*as, orang afro-americans dua kali lebih berisiko
*i3ayat keluarga yang menderita stroke
b. )apat dimodifikasi
Hipertensi
*i3ayat terkena transient ischemic attack
;enyakit kardio%askuler (congestive heart
failure, coronary artery diseases, ventricle hypertrophy, atrial
fibrillation)
)iabetes mellitus
erokok
Sleep apnea
&onsumsi alkohol
Asymptomatic carotid stenosis
Hiperlipidemia
2.1.%. P#tofisiologi
"tak mendapat darah dari tiga arteri besar di leher yaitu dua arteri karotis
interna kanan dan kiri di sebelah anterior dan arteri basilaris di sebelah posterior.
)ari se#umlah darah yang diperlukan otak (0/ diba3a melalui arteri karotis
interna sedangkan 20/ sisanya diba3a oleh arteri basilaris. &etiganya
bersama:sama membentuk sirkulus !illisi yang merupakan sirkulasi kolateral
(<udiarto, 0..2).
&
=ila ter#adi sumbatan pembuluh darah maka daerah sentral yang diperdarahi
oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark.
Sedangkan di daerah marginal dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel:selnya
belum mati yang dikatakan sebagai daerah penumbra iskemik. )aerah tersebut
bisa membaik dalam beberapa #am secara spontan maupun dengan terapeutik.
7erdapatnya sirkulasi kolateral di daerah sekitarnya disertai mekanisme
kompensasi fokal berupa %asodilatasi memungkinkan beberapa keadaan berikut
(<ulinda, 200.)6
a.;ada sumbatan kecil, ter#adi daerah iskemia yang dalam 3aktu singkat
dapat dikompensasi dengan sirkulasi kolateral dan %asodilatasi lokal.
Ge#ala klinis berupa 7+' yaitu hemiparesis atau amnesia kurang dari 2$
#am.
b. =ila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas. ;enurunan aliran
darah otak regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme kompensasi
masih mampu memulihkan fungsi neurologik dalam 3aktu beberapa hari
sampai dua minggu. &eadaan ini secara klinis disebut *+>).
c.Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang cukup
luas sehingga sirkulasi kolateral dan kompensasi tidak dapat
mengatasinya. )alam keadaan ini timbul ge#ala neurologis yang
berlan#ut.
enurut Smith dkk. (200,), infark serebri fokal ter#adi melalui dua #alur6
a.9alur nekrosis karena kegagalan energi sel
b. 9alur apoptosis
+skemia menyebabkan nekrosis karena berkurangnya suplai glukosa ke
neuron sehingga mitokondria gagal memproduksi energi atau '7;. 7anpa
'7; pompa ion pada membran sel neuron berhenti beker#a dan ter#adi
depolarisasi, menyebabkan peningkatan ion kalsium intrasel dan pelepasan
glutamat berlebihan di post sinaps. Glutamat meningkatkan influks ion
kalsium neuron yang menyebabkan eksitotoksisitas. *adikal bebas
dihasilkan dari degradasi lipid membran dan disfungsi mitokondria, ter#adi
katalisis membran sel dan kerusakan fungsi %ital sel. +skemi yang lebih
'
ringan menyebabkan terbentuknya penumbra yang menyebabkan kematian
sel secara apoptosis dalam 3aktu yang lebih lama, yaitu beberapa hari
sampai minggu. )emam secara dramatis memperburuk iskemi otak, begitu
pula hipeglikemi (glukosa darah lebih dari 00,0 mmol?2 atau 200 mg?dl).
2.1.5. Kl#sifik#si
'da beberapa macam klasifikasi stroke. Salah satu yang sering digunakan
adalah klasifikasi modifikasi arshall, yang membagi stroke atas (*ambe, 2006)6
a. =erdasarkan patologi anatomi dan
penyebabnya
Stroke iskemik
Transient ischemic attack
(7+')
7rombosis serebri
1mboli serebri
Stroke hemoragik
;erdarahan intraserebral
;erdarahan subarakhnoid
b. =erdasarkan stadium?pertimbangan 3aktu
Transient ischemic attack (7+')
eversible ischemic neurologic
deficit (*+>))
Stroke in evolution
!ompleted stroke
c. =erdasarkan sistem pembuluh darah
Sistem karotis
Sistem %ertebro:basiler
=erdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi otak,
=amford dkk. mengemukakan klasifikasi stroke men#adi empat subtipe
(=udiyono, 200-)6
a. Total Anterior !irculation "nfarct (7'5+)
(
b. #artial Anterior !irculation "nfarct (;'5+)
c. #osterior !irculation "nfarct (;"5+)
d. $acunar "nfarct (2'5+)
=erdasarkan etiologi 7"'S7 (The Trial of O% 000,2 in Acute Stroke
Treatment) mengklasifikasikan dalam lima subtipe stroke iskemik
(=udiyono, 200-)6
a. $arge artery atherosclerosis
b& !ardioemboli
c& Small vessel occlusion
d& Stroke of other determined etiology
e& Stroke of undetermined etiology
&alsifikasi ini ditetapkan dengan melihat klinis dan hasil pemeriksaan
laboratoris penun#ang (=udiyono, 200-).
2.1.. Di#gnosis
)iagnosis stroke mencakup diagnosis klinis (sesuai per#alanan penyakit atau
ka3asan pembuluh darah), topis, dan etiologis. )itegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologik serta pemeriksaan penun#ang
(&artika, 200$).
a. 'namnesis
7abel 0. ;erbedaan Stroke Hemoragik dan +nfark
Ge#ala Hemoragik +nfark
"nset atau a3itan
Saat onset
;eringatan ('arning)
>yeri kepala
&e#ang
untah
&esadaran menurun
endadak
Sedang aktif
:
@@@
@
@
@@@
endadak
+stirahat
@

:
:

(Sumber6 &artika, 200$)


8ntuk memudahkan membedakan stroke non hemoragik dengan stroke
hemoragik pada keadaan akut dapat digunakan algoritma stroke Ga#ah ada
1)
berdasarkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks =abinski
(2amsudin, 0..6).
b. ;emeriksaan klinis neurologis
;emeriksaan yang dilakukan berupa status umum termasuk tanda:tanda
%ital, kardio%askuler, dan respirasi, tentukan #uga tingkat kesadaran
penderita. 9ika penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang
ter#adi, tetapi seandainya menurun tentukan skor dengan glasgo' coma
scale (G5S). Semakin dalam penurunan kesadaran semakin buruk prognosis
neurologis maupun kehidupan (<ulinda, 200.). Setelah itu lakukan
pemeriksaan khusus seperti6
;emeriksaan khusus
;enilaian fungsi serebral luhur dengan (ini (ental State
)*amination (S1)
;enilaian gerak?mobilitas, koordinasi, keseimbangan
;enilaian sensasi, %isuospatial
;enilaian mengunyah dan menelan
;enilaian fungsi komunikasi
;enilaian fungsi berkemih dan defekasi
c. ;emeriksaan penun#ang
8ntuk membantu diagnosis etiologis apakah suatu perdarahan atau
infark serta mencari faktor risiko perlu pemeriksaan penun#ang berupa
(&artika, 200$)6
2aboratorium darah dan urine
1lektrokardiogram (1&G) atau
echocardiogram
4oto toraks
;ungsi lumbal
'rteriography
57 Scan
2.1.&. T#t#l#ks#n#
11
a. 7atalaksana medik
7atalaksana medik stroke iskemik (<ulinda, 200.)
7erapi antihipertensi tidak
direkomendasikan pada fase akut, kecuali tekanan darah sistolik
di atas 20 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas 000 mmHg.
9angan diberikan nifedipine sublingual, sebab akan memperburuk
otoregulasi %askuler serebral, dilatasi perifer, refleks takikardi,
dan steal phenomenon vascular beds.
7ekanan darah baru
diturunkan dua sampai tu#uh hari pasca fase akut. 'ntihipertensi
pilihan disingkat dengan '=5) ('51 inhibitor, beta blocker, 5a
antagonist, diuretic).
=atas kadar gula darah yang
aman pada fase akut adalah 000:200 mg/.
;emberian antikoagulan
diindikasikan pada stroke iskemik kardioembolik akut yang tidak
ada perdarahan maupun mass effect, dan untuk pre%ensi sekunder
pada stroke kardioembolik risiko tinggi.
'ntiedema serebri
;encegahan primer maupun
sekunder sangat bermanfaat mengurangi morbiditas maupun
mortalitas.
7atalaksana medik pada stroke hemoragik (&atika,
200$)
en#aga #alan nafas,
katerisasi %esika urinaria, alih baring
7erapi edema
&oreksi abnormalitas
koagulasi
b. *ehabilitasi medik
12
8paya rehabilitasi harus segera diker#akan sedini mungkin apabila
keadaan pasien sudah stabil. 4isioterapi pasif perlu diberikan bahkan saat
pasien masih di ruang intensif yang segera dilan#utkan dengan fisioterapi
aktif bila memungkinkan. 'pabila terdapat gangguan bicara atau menelan,
upaya terapi 3icara bisa diberikan. Setelah pasien bisa ber#alan sendiri,
terapi fisik dan okupasi perlu diberikan, agar pasien bisa kembali mandiri.
;endekatan psikologis terutama berguna untuk memulihkan kepercayaan
diri pasien yang biasanya sangat menurun setelah ter#adinya stroke. &alau
perlu dapat diberikan antidepresi ringan (Sudoyo dkk, 200.).
Sekitar 20/ penderita yang selamat dari stroke mencapai pemulihan
kemandirian fungsional tanpa inter%ensi rehabilitasi medik, sekitar 20/
dengan defisit fungsional yang parah sehingga akan tetap nonambulasi dan
membutuhkan bantuan dalam akti%itas kehidupan sehari:hari dalam
hidupnya, sedangkan sekitar 60/ akan memperoleh manfaat dari inter%ensi
rehabilitasi medik. ;rinsip rehabilitasi medik pada stroke ialah
mengusahakan agar sedapat mungkin pasien tidak bergantung pada orang
lain. 8kuran keberhasilan bukan hanya banyaknya #i3a yang tertolong tetapi
berapa banyak pasien yang dapat kembali berfungsi lagi di masyarakat
(&artika, 200$).
2.2. Stroke *emisfer K#n#n
Hemisfer kanan serebri mengendalikan tubuh bagian kiri dan berfungsi
sebagai faktor integratif dalam fungsi kognisi dan intelektual, serta dominan untuk
aspek tertentu dari atensi dan ke3aspadaan ('nderson, 0..0).
;ada stroke hemisfer kanan defisit yang ter#adi adalah pada sektor
nonbahasa dan lebih banyak pada bidang visuospatial yang akan sangat
mempengaruhi segala macam fungsi yang berkaitan dengan tata ruang dan
komunikasi non%erbal. ;asien stroke hemisfer kanan dengan kelumpuhan kiri
sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi %isuomotor, kehilangan memori
%isual dan ketidakacuhan sisi kiri. 9ika hemisfer kanan terganggu dapat di#umpai
unilateral spatial neglect, gangguan atensi, anosognosia, unilateral motor apraksia
1!
pada sisi kiri, gangguan dalam pertimbangan dan insight, gangguan dalam tingkah
laku dan langkah:langkah dalam suatu akti%itas sehingga penderita ini akan lebih
lambat dalam mempela#ari akti%itas kehidupan sehari:hari daripada penderita
stroke hemisfer kiri. 7idak ada korelasi antara disfungsi visuospatial dengan
besarnya gangguan motor pada ekstremitas kiri (&artika, 200$).
;enderita stroke hemisfer kanan sering mengalami #atuh atau situasi
berbahaya dan sulit bela#ar dari kesalahan yang dilakukannya, memerlukan
penga3asan khusus sekalipun mereka merasa mampu untuk mengemudikan
kendaraan, mengoperasikan mesin dan lain:lain. ;ada umumnya seluruh penderita
stroke hemisfer kanan hendaknya tidak diiAinkan mengendarai kendaraan
bermotor sebelum melalui pemeriksaan khusus untuk defisit visuospatial.
;enanganan penderita ini memerlukan metode khusus dan pembimbing yang
terlatih. )efisit dari kedua daerah hemisfer tersebut akan sangat mempunyai
implikasi yang berbeda:beda khususnya dari sudut pandang rehabilitasinya
(&artika, 200$).
2.!. Stroke *emisfer Kiri
8mumnya disetu#ui bah3a hemisfer kiri mengendalikan bagian kanan tubuh
dan dominan untuk kemampuan komunikasi, sehingga pada stroke hemisfer kiri
umumnya akan di#umpai defisit pada sektor bahasa ('nderson, 0..0).
"tak mengontrol banyak hal yang berlangsung di tubuh kita. &erusakan
otak dapat mempengaruhi pergerakan, perasaan, perilaku, kemampuan
berbicara?berbahasa dan kemampuan berpikir seseorang. Stroke dapat
mengakibatkan gangguan beberapa bagian dari otak, sedangkan bagian otak
lainnya beker#a dengan normal. ;engaruh stroke terhadap seseorang tergantung
pada bagian otak yang terkena stroke, seberapa serius stroke yang ter#adi, usia,
kondisi kesehatan, dan kepribadian penderitanya (*ambe, 2006).
&onsep dominasi serebral menyimpulkan bah3a hemisfer kiri dianggap
lebih dominan dari hemisfer kanan. ;asien dengan kerusakkan hemisfer kiri
menun#ukkan defisit pada lintasan kontrol. )efisit ini terbukti menghambat
kiner#a fungsional (Sainburg dan )uff, 2006). ;ada penderita stroke hemisfer kiri
1%
ter#adi defisit pada sektor bahasa dengan berbagai macam tipe afasia yang akan
mempengaruhi fungsi dan keterampilan dalam komunikasi. &egiatan motorik
membutuhkan perencanaan yang berhubungan dengan hemisfer kiri dan oleh
karena itu pada penderita stroke hemisfer kiri akan mempengaruhi akti%itas
kehidupan sehari:hari pasien ('&S) (Boos dan Balee, 200(). Hasil penelitian
;inAon dkk. (200.), pasien dengan kelemahan anggota gerak kiri menun#ukkan
selisih peningkatan status fungsional yang lebih besar daripada kanan saat keluar
rumah sakit. Stroke hemisfer kiri dilaporkan lebih banyak ter#adi pada pasien
transient ischemic attack dan stroke iskemia, tetapi tidak pada stroke hemoragik
(4oerch dkk, 200-).
2.%. Indeks B#rt+el
7ahun 0.6- ahoney dan =arthel mempublikasikan skala untuk mengukur
akti%itas kehidupan sehari:hari dasar pada pasien dengan disabilitas. )apat
digunakan pada indi%idu dengan stroke, cedera medula spinalis, kondisi
neurologik (misalnya multiple sklerosis), luka bakar, masalah #antung, rheumatoid
artritis, amputasi, dan orang tua. +ndeks barthel dapat diisi dalam 20 menit #ika
dengan obser%asi dan - menit #ika informasi diperoleh secara %erbal dari penderita
(&artika, 200$).
+ndeks =arthel merupakan instrumen untuk menge%aluasi akti%itas
fungsional kehidupan sehari:hari. +ndeks =arthel terdiri dari 00 item mengenai
pera3atan diri (personal care) dan mobilitas (mobility). Setiap item dinilai dari
segi apakah pasien dapat tugas secara mandiri, dengan sedikit bantuan, atau
dengan bantuan sepenuhnya. 7otal skor antara 0 hingga 000, dengan skor 000
mencerminkan le%el tertinggi kemandirian. Skor yang sempurna tidak berarti
bah3a indi%idu mampu hidup sendiri atau melaksanakan akti%itas kehidupan
sehari:hari (misalnya memasak atau membersihkan rumah). Setiap item diberikan
skor 0, -, 00, atau 0- (ahoney dan =arthel, 0..6).
etode skoring untuk indeks =arthel adalah6
15
a.akan
00 C andiri. ;enderita dapat makan sendiri dari piring, baki, atau me#a
#ika seseorang meletakkan makanan dalam #angkauannya. +a harus
memakai alat bantu #ika diperlukan, dan sebagainya. +a harus
menyelesaikan tugas ini dalam 3aktu yang masuk akal.
- C )iperlukan bantuan (saat memotong:motong makanan, dan
sebagainya)
b. 7ransfer dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali
0- C andiri dalam seluruh fase akti%itas ini. ;enderita dapat mendekati
tempat tidurnya dengan kursi roda secara aman, mengunci rem,
menaikkan footrest, bergerak dengan aman ke tempat tidur,
berbaring, duduk di sisi tempat tidur, mengubah posisi di kursi roda
#ika perlu, transfer kembali ke kursi roda dengan aman.
00 C =antuan minimal diperlukan dalam beberapa langkah akti%itas ini
atau penderita perlu diingatkan atau disuper%isi demi keamanan
satu atau lebih bagian dari akti%itas ini.
- C ;enderita dapat duduk di sisi tempat tidur tanpa bantuan orang lain
tetapi membutuhkan bantuan saat keluar dari tempat tidur, atau
harus dibantu saat transfer.
c.Higiene pribadi
- C ;enderita dapat mencuci tangan dan muka, menyisir rambut,
membersihkan gigi, dan bercukur. +a dapat menggunakan berbagai
#enis pisau cukur tetapi harus memasang silet atau memasang
steker alat cukur tanpa bantuan, dan #uga mengeluarkannya dari
laci. ;enderita 3anita harus berias sendiri #ika perlu tetapi tidak
perlu untuk mengepang atau mengatur rambutnya.
d. Toileting
00 C ;enderita dapat masuk dan keluar toilet, melepas pakaian,
mencegah pakaian men#adi kotor, dan menggunakan kertas
toilet?membersihkan diri tanpa bantuan. +a dapat menggunakan
'all bar atau obyek lain yang stabil bilamana perlu. 9ika perlu
1
untuk menggunakan bed pan sebagai pengganti toilet maka ia
harus dapat meletakkan di kursi, mengosongkan, dan
membersihkannya.
- C ;enderita membutuhkan bantuan karena ketidakseimbangan atau
kesulitan dalam pakaian atau menggunakan kertas toilet.
e.andi
- C ;enderita dapat menggunakan bathub, sho'er, atau mandi dengan
spons atau gayung. +a harus dapat melakukan semua langkah yang
mana dilakukan bila tidak ada orang lain yang membantu.
f. =er#alan pada permukaan datar
0- C ;enderita dapat ber#alan paling sedikit -0 yard tanpa bantuan atau
super%isi. +a dapat menggunakan brace atau prostesis dan
menggunakan crutches, tongkat, atau 'alker. +a harus dapat
mengunci dan membuka brace #ika digunakan, mengambil posisi
berdiri, dan duduk.
00 C ;enderita memerlukan bantuan atau super%isi dalam hal:hal diatas
tetapi dapat ber#alan paling sedikit -0 yard dengan bantuan.
engayuh kursi roda
- C 9ika penderita tidak dapat ambulasi tetapi dapat mengayuh kursi
roda secara mandiri, ia harus dapat berputar balik, mengarahkan
kursi ke me#a, tempat tidur, toilet, dan sebagainya. +a harus dapat
mendorong kursi paling sedikit -0 yard (tidak perlu bila penderita
dapat ber#alan).
g. >aik dan turun tangga
00 C ;enderita dapat naik dan turun tangga dengan aman tanpa bantuan
atau super%isi. +a dapat menggunakan pegangan tangan, tongkat
atau crutch #ika diperlukan.
- C +a harus dapat mengangkat tongkat atau crutchesnya saat naik atau
turun tangga. ;enderita membutuhkan bantuan atau super%isi.
h. =erpakaian
1&
00 C ;asien dapat memakai dan melepas seluruh pakaian, mengikat tali
sepatu. 'kti%itas ini meliputi memakai, melepas dan
mengencangkan korset atau brace #ika diperlukan.
- C ;enderita memerlukan bantuan memakai, melepas atau
mengencangkan pakaian. +a harus dapat melakukan paling sedikit
setengah dari tugas ini dan menyelesaikannya dalam 3aktu yang
masuk akal.
i. &ontrol buang air besar
00 C ;enderita dapat mengontrol ='= dan tanpa masalah. +a dapat
menggunakan suppositoria atau enema dan bed pan #ika perlu.
- C ;enderita memerlukan bantuan dalam menggunakan suppositoria
atau enema, dan bed pan.
#. &ontrol buang air kecil
00 C ;enderita dapat mengontrol ='& siang dan malam.
- C ;enderita terkadang mengalami masalah atau tidak dapat menunggu
bed pan atau ke toilet pada 3aktunya atau membutuhkan bantuan
dengan kateter.
Shah dkk. mengusulkan interpretasi skor indeks =arthel 0:20
mengindikasikan ketergantungan total, 20:60 mengindikasikan ketergantungan
berat, 60:.0 mengindikasikan ketergantungan sedang dan .0:.. mengindikasikan
ketergantungan ringan. Granger dkk. mendapatkan bah3a skor 60 merupakan
pivotal score atau batas pasien dari ketergantungan (dengan bantuan) hingga
mandiri. )engan skor lebih atau sama dengan 60 sebagian besar pasien mandiri
untuk pera3atan diri sendiri yang penting seperti makan, transfer tanpa bantuan,
toileting, dan kontrol sphincter, sedangkan diba3ah $0 mengindikasikan
ketergantungan berat (&artika, 200$).
+ndeks =arthel adalah salah satu pengukuran untuk disabilitas yang paling
luas digunakan dalam penelitian klinik dan merupakan skala pengukuran yang
sensitif pada stroke. Hsueh dkk. mendapatkan bah3a indeks =arthel dapat
diterima dan mempunyai karakteristik psikometrik bagi penderita stroke serta
lebih disukai dalam mengukur akti%itas kehidupan sehari:hari pasca stroke
1'
daripada functional independence measure (4+). =eberapa penelitian
menun#ukkan bah3a indeks =arthel sensitif terhadap perubahan 3aktu, sehingga
merupakan prediktor yang signifikan untuk keluaran fungsional rehabilitasi dan
berelasi signifikan dengan pengukuran lainnya pada status penderita
(&artika, 200$).
;atel dkk. (2000) mendapatkan bah3a gangguan motorik, gangguan
sensorik, neglect, afasia dan 3aktu penilaian pada penderita stroke mempengaruhi
hasil indeks =arthel. 2a3rence dkk. (2000) menyatakan bah3a gangguan fungsi
kognitif dan inkontinensia secara independen mempengaruhi keluaran fungsional
yang dinilai dengan indeks =arthel. acciocchi dkk. (0..() membuktikan bah3a
usia, dera#at keparahan a3al stroke dan lokasi lesi mempengaruhi hasil indeks
=arthel. &otila dkk. (dikutip dari acchiocchi) membuktikan bah3a usia lebih
dari 6- tahun memberikan pengaruh negatif terhadap indeks =arthel.
!ade dkk. meneliti bah3a skor pada indeks =arthel mempunyai korelasi
positif dengan status fungsional penderita 6 bulan pasca stroke. Hertanu dkk.
mendapatkan bah3a indeks =arthel merupakan prediktor paling reliabel pada
keluaran fungsional rehabilitasi dalam penelitian penderita stroke selama D0
bulan. +ndeks =arthel #uga berkorelasi signifikan dengan 3aktu pera3atan di
rumah sakit yang lebih singkat pada penderita stroke.
;aolucci dkk. dan &alra dkk. (0..,) mendapatkan bah3a skor indeks
=arthel pada penderita stroke hemisfer kanan dengan unilateral spatial neglect
secara signifikan lebih rendah dibanding tanpa unilateral spatial neglect.
9ehkonen dkk. mendapatkan bah3a visuospatial neglect dan hemiparesis
berhubungan dengan akti%itas fungsional yang buruk yang die%aluasi dengan
indeks =arthel selama 0 tahun.
2.5. Ker#ngk# Teori
Stroke
Stroke Hemisfer &iri Stroke Hemisfer &anan
+ndeks =arthel
1(
Gambar 0. &erangka 7eori
4aktor:faktor yang mempengaruhi indeks =arthel
: 8sia : )era#at kelumpuhan
: )efisit visuospatial : Gangguan kognitif
: Gangguan sensorik : &omorbiditi
: 'fasia : Saat penilaian
: 2okasi lesi : ;erubahan mental?depresi
: +nkontinensia

Você também pode gostar