Você está na página 1de 11

1

HAK DAN KEWAJIBAN


PASIEN DAN PERAWAT GIGI

UUD 1945 yang telah diamandemen, secara jelas dalam pasal 28 H menyebutkan,
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan yang layak. Dan terkait
hak-hak pasien sendiri sudah diatur diantaranya dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, sebagian juga diatur dalam UU Perlindungan Konsumen, UU No. 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No.
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Selain itu hak-hak pasien juga diangkat dalam Surat Edaran Direktorat Jendral
Pelayanan Medis Depkes RI No YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban
Pasien, Dokter dan RS; serta Deklarasi Muktamar IDI mengenai Hak dan Kewajiban
pasien dan Dokter. Sementara untuk kewajiban pasien diatur dalam UU Praktik
Kedokteran dan UU Perlindungan Konsumen.

Hak Pasien memang harus diatur dalam rangka melindungi kepentingan pasien yang
seringkali tidak berdaya. Demikian juga hak tenaga medis diperlukan untuk melindungi
kemandirian profesi. Sementara kewajiban tenaga medis diatur untuk mempertahankan
keluhuran profesi dan melindungi masyarakat.



I. PENGERTIAN-PENGERTIAN

Hak :
Kekuasaan / kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.

Kewajiban :
Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu
badan hukum

Pasien :
Penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun
sakit

Perawat :
Seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Hak Pasien :
Hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien.

2
II. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

A. HAK PASIEN
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan
dokter yang merawat.
8. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :

Penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan.
Kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk
mengatasinya.
Alternatif terapi lainnya.
Prognosanva.
Perkiraan biaya pengobatan.

1. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
2. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
3. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
4. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
5. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
6. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya.
7. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.


3
B. KEWAJIBAN PASIEN

1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit/dokter.
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

C. Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang

Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan
beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,
hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas
kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual.
Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak
pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak
atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.
Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap
orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan,
lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan bertanggungjawab,
dan informasi tentang data kesehatan dirinya.

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali
tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs,
kepentngan ybs, kepentingan masyarakat).
Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan
penyelamatan nyawa atau cegah cacat).
Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada
pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:
Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.
Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

4
Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
Menolak tindakan medis.
Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan:
Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.
Isi rekam medis merupakan milik pasien.
Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan rekam medis.
Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa
atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak
untuk itu.

Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009)
menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit.
Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional.
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi;
Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
(second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar rumah sakit.
Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan.
Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

5
Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya.
Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:
Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.
Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.
Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada pesan implisit terkait
hal itu, diantaranya:
Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus
selalu memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun
sesudah tindakan (preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif).
Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali
keadaan darurat yang tak bisa ditunda).
Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.


6
III. Hak Dan Kewajiban Perawat Gigi

A. Hak Perawat
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari
praktik keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban. Dua hal
dasar yang harus dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi dengan
apa yang semestinya didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal.
Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai
standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak
perawat yang mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum serta menyangkut
aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah. Hal
ini seperti dipaparkan pada materi sebelumnya sedang dipertimbangkan oleh berbagai
pihak, baik dari PPNI, Organisasi profesi kesehatan yang lain, lembaga legislatif serta
elemen pemerintahan lain yang berkepentingan.
Selain mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat berhak untuk
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya agar
mencapai tujuan keperawatan yang maksimal. Jadi kepada klien dan keluarga yang
berada dalam lingkup keperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien
kepada salah satu profesi kesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses
segala informasi mengenai kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan
klien tidak lain adalah perawat itu sendiri.
Hak perawat yang lain yaitu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan
otonomi profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya
yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan
dimana profesi lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi ini. Bagaimana dengan
beberapa jenis kompetensi profesi yang keilmuannya hampir sama dengan
keperawatan? hal ini tentunya ada perimbangan sendiri mengenai kompleksitas alur
kerjasama antara perawat dan bidang profesi lainnya.
Perawat berhak untuk dapat memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi,
dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan. Penulis
sangat berterima kasih sekali kepada pemerintah dan masyarakat atas penghargaan
yang diberikan, yaitu berupa kerja sama yang baik dari masyarakat dan sertifikat resmi
dari pusat DEPKES RI Litbangkes sebagai perawat pelaksana saat bertugas di
DACILGALTAS (Daerah Terpencil, tertinggal, rawan konflik dan bencana alam serta
tidak diminati). Hanya saja penulis hingga saat ini masih bingung, selain sebagai
pajangan dirumah kira-kira sertifikat tersebut bisa digunakan untuk apa ya?

7
Layaknya pegawai pemerintahan lainnya (Pegawai Negeri Sipil) perawat juga
berhak memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya. Di Indonesia biasanya kita kenal dengan Asuransi Kesehatan (ASKES). Bagi
pegawai negeri sipil (PNS) berhak memiliki ASKES tersebut tak terkecuali perawat
yang
berstasus PNS, sebagai jaminan kesehatan selama menjalani masa tugas hingga
masa pensiun nantinya. Kalau dilihat dari hak perawat yang telah di tetapkan ini
sepertinya belum berjalan dengan optimal. Sebenarnya hak mendapatkan perlindungan
terhadap resiko kerja ini bukan hanya untuk PNS saja, tetapi untuk semua perawat yang
sedang dalam masa tugasnya, misalnya saja yang berada dirumah sakit atau klinik dan
balai perawatan swasta. Semestinya perawat tetap mendapatkan jaminan kesehatan
baik itu dalam lingkungan pemerintahan maupun swasta, namun pada kenyataannya
belum terpenuhi terutama di lingkungan swasta. Hal ini juga tergantung kebijakan dan
ketentuan yang diberlakukan oleh manajemen yang memanfaatkan tenaga perawat
tersebut.
Satu hal lagi yang sering terabaikan, yaitu mengenai hak perawat untuk
menerima imbalan jasa profesi yang proporsional sesuai dengan ketentuan/peraturan
yang berlaku. Penulis berharap agar teman-teman sejawat juga dapat
mendiskusikannya disini, karena dari sekian banyak perawat yang bekerja belum
tentu mendapatkan imbalan yang sesuai dengan ilmu yang diaplikasikan terhadap
masyarakat. Akan tetapi jika untuk menyampaikan keluhan dengan maksud
memprotes atau sejenisnya bukan disini tempatnya. Disini kita hanya mendiskusikan
bagaimana mengambil langkah ke depan, sehingga tidak terjadi lagi hal yang tidak
menyenangkan.
Hak-Hak Perawat :
1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang
3. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi.
4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas terhadap
pelayanannya.
5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang
keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien dan atau
keluarganya.
7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya.
8. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit

8
9. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh klien/pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.
10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan
tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan
kode etik profesi.
11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya
sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang
profesinya.

B. Kewajiban Perawat
Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiban untuk
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek
keperawatan, kode etik, dan SOP serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar
profesi, standar praktek dan kode etik tersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan
merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan. Perawat yang
melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan atau tindakan. Hal ini juga
tergantung situasi, jika lingkungan kita juga tidak memungkinkan maka kita sebagai
perawat dapat menerangkan alasan yang tepat.
Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien
dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien
yang berada dalam asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib
menghormati hak- hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan
dan peraturan yang berlaku.
Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam
konteks ini memang agak membingungkan, saya hanya bisa menjelaskan seperti ini,
pelaksanaan gawat darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat
dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat
serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang
jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan
seluruh kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan
jiwa klien.
Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan

9
profesionalsme. Beberapa faktor-faktor yang membuat kita malas mengembangkan
ilmu keperawata banyak sekali. Contoh kecil saja ketika sudah bekerja, mungkin akan
berfikir bahwa ilmu pengetahuan kita akan bertambah seiring dengan pengalaman yang
didapatkan dilapangan, untuk itu kita harus dapat membagi fokus kita antara belajar
dan bekerja sehingga orientasi kerja juga tidak terganggu dan ilmu kita bertambah
banyak. Bahkan ada yang hanya mengejar pangkat atau golongan sehingga yang dituju
adalh jenjang pendidikan yang kadang-kadang tidak sesuai, misalkan yang seharusnya
dari DIII keperawatan lanjut ke S1 Keperawatan tetapi beralih kejurusan lain, sekolah
murah asal naik pangkat, menurut saya hal ini hanya menyemakkan ruang kerja saja
yang berisi
orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan yang seharusnya mereka
miliki. Namun disisi lain, untuk mencapai jenjang pendidikan yang tinggi di bidang
keperawatan membutuhkan biaya yang super tinggi pula, sehingga mereka yang
mengejar pangkat tadi merasa tidak seimbang dengan apa yang akan mereka dapatkan
kelak.
Jadi apa yang dimaksud disini adalah bahwa untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan tentang keperawatan bukan hanya di bangku kuliah saja, akan tetapi bisa
melalui internet seperti yang anda lakukan sekarang ini, serta disisi lain kita juga perlu
mengejar jenjang pendidikan karena semua itu tidak kalah pentingnya.

Kewajiban Perawat Meliputi :

1. Perawat gigi wajib memiliki :
a. Surat Ijin Perawat ( SIP ) ; sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia.
b. Surat Ijin Kerja ( SIK ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada
perawat untuk melakukan praktek keperawatan di sarana kesehatan
c. Surat Ijin Praktek Perawat ( SIPP ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk menjalankan praktek perawat perorangan / kelompok.
2. Perawat gigi wajib menghormati hak-hak pasien.
3. Perawat gigi wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
4. Perawat gigi menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
nundangan yang berlaku
5. Perawat gigi wajib memberikan informasi kepadapasien / keluarga yang
sesuai bbatas kewenangan perawat
6. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat
sesuai dengan kondisi pasien baik secara tertulis maupun secara lisan

10
7. Mencatat semua tindakan keperawatan ( dokumentasi asuhan keperawatan )
secara akurat sesuai peraturan & SOP yang berlaku
8. Mematuhi standar profesi & kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan
praktik profesi keperawatan
9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan Iptek keperawatan
& kesehatan
10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien sesuai
batas kewenangan & SOP
11. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Mentaati semua peraturan perundang-undangan
12. Mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh SIK ulang & SIPP Menjaga hubungan kerja yang baik antara
sesama perawat maupun dengan anggota tim kesehatan lain.



11
Sumber:
Eki Kusmiadi. 2011. Hak dan Kewajiban Pasien dan Tenaga Kesehatan. (Online). Tersedia:
http://www.edikusmiadi.com/2011/12/hak-kewajiban-pasien-dan-tenaga.html. 6 Juni 2014
Rahmat. 2014. Hak dan Kewajiban Pasien. (Online). Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/49064880/hak-dan-kewajiban-pasien 6 Juni 2014.
Rahmat. 2014. Hak dan Kewajiban Perawat. (Online). Tersedi:
http://www.scribd.com/doc/14774794/Hak-Dan-Kewajiban-Perawat 6 Juni 2014.
Pudentiana. 2011. Etika Profesi Perawat Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Você também pode gostar