Você está na página 1de 17

SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

6

EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (AndrographisPaniculata) MEMPERBAIKI
KERUSAKAN SEL BETA PANGKREAS MELALUI PENURUNAN GLUKOSA
DARAH, LIPID PEROKSIDASI (MDA), DAN KERUSAKAN SEL (8-Hidroksi-2-
Dioksiguanosin) PADA TIKUS WISTAR HIPERGLIKEMIA
Sri Wahjuni
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
ABSTRAK
Hasil radikal bebas yang setiap saat meningkat merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
hiperglikemia. Hiperglikemia kronik dapat meningkatkan pembentukkan ROS (Reactive Oxygen
Spesies), sehingga terjadi stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
ekstrak daun sambiloto dalam memperbaiki kerusakan sel beta pangkreas pada tikus Wistar
hiperglikemia yang diinduksi aloksan/streptozotozin. Penelitian menggunakan rancangan
therandomized pretest dan posttest control group design. Variabel bebas adalah dosis ekstrak
daun sambiloto, dan variabel tergantungnya kadar glukosa darah, MDA, dan 8-OHdG(8-Hidroksi-
2-Dioksiguanosin) dengan menggunakan 40 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu kelompok kontrol (Po), dantiga kelompok masing-masing P1= pemberian dosis
ekstrak daun sambiloto 1,0 mg/kg bb; P2=pemberian dosis ekstrak daun sambiloto 2,0 mg/kg bb;
dan terakhir P3=pemberian ekstrak daun sambiloto 5,0 mg/kgbb. Semua kontrol diinduksi
aloksan/streptozotozin dosis 120 mg/kg bb untuk memperoleh kondisi hiperglikemia. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan rerata glukosa darah Po= 110,70 mg/dL;P1=139,99 mg/dL; P2
sebesar=128,40 mg/dL; dan P3 =103,68 mg/dL. Perbedaan penurunan rerata glukosa darah P1
dan P2;P1 dan P3 yaitu 11,59 mg/dL dan 36,31 mg/dL perbedaan ini bermakna secara statistik
ditunjukkan nilai p<0.05. Hal serupa juga ditemukan pada penurunan kadar MDA antara P1 dan
P2, serta P2 dan P3 didapatkan 0,23 mikromol/L, dan 0,52 mikromol/L; Juga terjadi penurunan
kerusakkan sel(8-OHdG) antara P1 dan P2;P1dan P3 sebesar 0,49 ng/mL, dan 1,49 ng/mL.
Simpulan penelitian menunjukkan terjadinya perbaikan sel pangkreas pada dosis pemberian
ekstrak daun sambiloto 5,0mg/kg bb dapat memperbaiki kerusakan sel karena ekstrak daun
sambiloto mengandung senyawa antioksidan sebagai antihiperglikemia. Senyawa yang diduga
bersifat antihiperhglikemia adalah asam heksadekanoat; 9,12-asam heksadekadionat; 1,2-asam
benzene dikarboksilat, dan -humulate yang dapat memperbaiki kerusakan sel beta pangkreas,
yang disertai foto histopatology pada masing-masing perlakuan.
Kata Kunci : Ekstrak daun sambilito, Glukosa Darah, MDA,dan 8-OHdG
ABSTRACT
Free Radical Increased production oftentime is one factor causing the onset of hyperglycemia.
Chronic hyperglycemia increases the formation of reactive oxygen species (ROS), causing
oxidative stress. This study aims to determine the effectiveness of sambiloto leaf extractin fixing
the rate of -cell pancreas damage in hyperglycemia rat wistar induced with alloxan/
streptozotozin. The study applying a randomized pre-and posttest control group design with dose
of Andrographis Paniculata extract as independent variables and blood glucose,MDA and 8-OHdG
as dependent variables. A total of 40 Wistar rats were used in this study. Rats were divided into
four groups: one control group and three treatment groups with different doses of sambiloto
leafextract 1,0mg/kg bw/day, 2.0 mg/kg bw/day, and 5.0 mg/kg bw/day. All control treatment
groups have alloxan/streptozotozin induced at a dose of 125 mg/kg bw to obtain hyperglycemia.
The results showed that, intake of sambiloto leaf extract decrease 110.76 mg/dL of blood glucose
in positive control group. For treatment group, on the other hand the decrease obtained were
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

7

139.99 mg /dL in P1; 128.40 mg/dL in P2, and 103.68 mg/dL in P3. The difference in blood glucose
levels mean reduction between P1 and P2, P1 and P3 were 11.59 mg/dL and 36.31 mg/dL,
respectively which were significantly different statistically (p<0.05). Mean levels decrease of MDA
in the positive control group of 0.61 mol/L, each treatment group by 0.98 mol /L for P1, 0.75
mol/L for P2, and 0.46 mol/L for P3. The difference between the decrease in P1 and P2, P1 and
P3 were 0.23 mol/L and 0.52 mol/L which was significant statistically (p<0.05). Decrease in the
average levels of 8-OHdG in the positive control group was 3.63 ng/mL, the treatment of 3.99
ng/mL for P1, 3.49 ng/mL for P2, and 2.50 ng/mL for P3. The difference between the decrease in
P1 and P2, P1 and P3 were 0.49 ng/mL and 1.49 ng/mL, respectively which was significant
statistically (p<0.05). It can be concluded that the administration of sambiloto leaf extract dose of
1,0 mg/kg bw/day, 2.0 mg /kg bw/day, and 5.0 mg /kg bw/day can improve the rate of
destruction of -cells to the pancreas lowers blood glucose levels indications,MDA and 8-OHdG in
rats wistar hyperglycemia. Decrease in mean blood glucose levels,MDA and 8-OHdG best happen
Sambiloto (Andrographis Paniculata)leaf extract dose of 5.0 mg/kg bw/day. The decrease is due
Andrographis Paniculataleaf extracts contain several active compounds used as potential
antioxidant and antihiperglikemia such as hexadecanoic acid, 9.12-hexadecadienoic acid,
hexanedioic acid and 1,2-benzenedicarboxylic acid, alfa-humulene. -humulene through
expenditure-insulin by pancreatic -cells would alter the metabolism of glucose in the cells
increases insulin secretion by pancreatic -cells through mechanism in maintaining a functioning
-cells and -humulene compounds having reactive groups on the structure of the molecule,
resulting in the ability to capture free radicals are also getting stronger, so that the rate of -cell
damage and structural changes of pancreatic -cells tissue histopathology in rats wistar
hyperglycemic patients can be improved.
Keywords: Euchresta horsfieldii lesch benn, blood glucose AGEs, MDA, 8-OHdG, Hyperglycemia

PENDAHULUAN
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar glukosa
darah puasa penderita di atas 110 mg/dl serta glukosa darah 2 jam pp (post prandial) di
atas 140 mg/dl. Hiperglikemia dapat meningkatkan senyawa reactive oxygen species
(ROS) baik melalui proses enzimatik yaitu reaksi oksidasi dan fosforilasi (ox-phos) serta
reaksi ADPH-Oksidase dan melalui proses non-enzimatik dengan cara membentuk gluco
oxidant dan glycation.
Hiperglikemiadisebabkan karena kelainan sekresi insulin, atau gangguan kerja
dari insulin. Keadaan hiperglikemia pada diabetes menyebabkan peningkatan
pembentukan radikal bebas dan penurunan sejumlah anti oksidan dan akhirnya terjadi
peristiwa yang disebut stres oksidatif.Hiperglikemia dapat menginduksi peningkatan
radikal bebas melalui autooksidasi glukosa, pembentukan Advance Glycation End product
(AGEs), dan peningkatan aktivitas jalur polyol (sorbitol).
Bila memperhatikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000
memperkirakan bahwa 177 juta penduduk dunia mengidap diabetes dan jumlah ini akan
meningkat sampai melebihi 300 juta pada tahun 2025. Indonesia tahun 2000 menempati
urutan keempat dalam jajaran negara dengan jumlah penderita diabetes melitus
terbanyak di dunia setelah India (31,7 juta orang), Cina (20,8 juta orang) dan Amerika
Serikat (17,7 juta orang). Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta orang
pada tahun 2030. Pada resistensi insulin berkepanjangan sel pankreas tidak lagi mampu
melakukan kompensasi insulin maka terjadilah hiperglikemia.
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

8

Hiperglikemia dan pelepasan asam lemak bebas yang berlebihan akan menjadi
bahan untuk pembentukkan trigliserida di hati.Adanya proses autooksidasi pada
hiperglikemia dan reaksi glikasi mengakibatkan terjadinya pelepasan elektron. Pelepasan
elektron ini akan memicu pembentukan radikal bebas (RB) khususnya radikal superoksida
(
o
O2), dan hidrogen peroksida (H
2
O
2
o
) dan melalui reaksi Haber-Weis dan Fenton akan
membentuk radikal hidroksil (OH
o
). Bahan-bahan ini dikenal sebagai radikal bebas
oksigen (RBO) yang dapat merusak membran sel, menjadi lipid peroksida dikenal dengan
malondialdehida (MDA).
Stres oksidatif menginduksi peroksidasi membran lipid yang dapat
menimbulkan kerusakan yang akan menyebabkan perubahan terhadap struktur biologis
dari membran, seperti kadar cairan, serta dapat menonaktifkan ikatan membran dengan
reseptor atau enzim yang dapat mengganggu fungsi normal sel. Lebih jauh peroksidasi
lipid memberikan kontribusi serta memperbesar kerusakan sel yang berasal dari produk
hasil peroksidasi. Beberapa di antaranya merupakan zat kimia yang bersifat reaktif yang
dapat mengubah sifat makro molekul
Winarto etal, (2008), melaporkan bahwa salah satu tumbuhan obat tradisional
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat antidiabetes adalah daun sambiloto
(Andrographis Paniculata). Daun sambiloto dimanfaatkan sebagai antidiabetik, karena
secara tradisional telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti : kencing
manis, peradangan(Inflamasi). Berdasarkan analisis uji fitokimia dan analisis GC-MS
menunjukkan bahwa daun sambilotob diketahui mengandung beberapa senyawa kimia,
diantaranya; seskuiterpenoid, asam fenolat dan satu senyawa baru dengan berat
molekul (m/z) 302 yaitu senyawa -humulenetermasuk dalam golongan seskuiterpenoid
yaitu suatu senyawa yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan berfungsi
untuk memproduksi hormon insulin yang berperan menurunkan kadar glukosa dalam
darah. Astuti (2003) pemberian ekstrak daun sambiloto dapat meningkatkan superoksida
dismutase (SOD) dan menurunkan kadar malondialdehid (MDA), sehingga dapat
melindungi sel dari serangan stress oksidatif pada tikus jantan.
Ekstrak daun sambiloto (Andrographis Paniculata)memiliki efek antioksidan yang
cukup baik dengan persentase peredaman di atas 50% yaitu 82, 90%. Hasil ini
membuktikan bahwa ekstrak daun sambiloto berpotensi meningkatkan kapasitas
antioksidan dan menurunkan stres oksidatif. Setelah diperoleh senyawa aktif.Senyawa-
humulene, terdapat beberapa senyawa turunan fenolat juga berfungsi sebagai
antioksidan. Ada dua macam antioksidan yang diketahui, yakni antioksidan enzimatik dan
non enzimatik. Antioksidan enzimatik adalah antioksidan yang dimiliki oleh organisme
misalnya superoksid dismutase (SOD), katalase (CAT), gluthathion peroksidase (GPx).
Sedangkan antioksidan non enzimatik adalah antioksidan yang diperoleh dari luar tubuh
organisme, misalnya vitamin C, vitamin E, beta-karoten.Antioksidan eksogen tersebut
dapat diperoleh langsung dari buah-buahan dan sayuran atau dari pemisahan senyawa
bahan alam tumbuhan tertentu, dilanjutkan uji hiperglikemia menggunakan hewan
percobaan berupa tikus wistar secara in vivo yang diinduksi dengan
aloksan/streptozotozin untuk mengetahui keefektivan penurunan kadar glukosa
darah,MDA dan 8-OHdG.Ekstrak daun sambiloto (Andrographis Paniculata)merupakan
salah satu tumbuhan usada Bali yang secara tradisional digunakan untuk obat kencing
manis, obat asma, obat batuk, alfrodisiakum, dan merangsang muntah akibat keracunan
makanan. Berdasarkan skrining fitokimia dan analisis GC-MS bahwa daun sambiloto
mengandung senyawa -humuleneyang merupakan salah satu bentuk hormon insulin
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

9

yang diproduksi dalam tubuh. Dengan demikian pemberian ekstrak daun
sambiloto(Andrographis Paniculata)diharapkan memperbaiki kerusakan sel- pankreas
melalui penurunan kadar glukosa darah, MDA, dan 8-OHdG bagi penderita hiperglikemia,
dimana -humulene bekerja dengan cara menurunkan kadar glukosa dalam darah atau
sebagai obat diabetes. -humulene adalah bentuk long-acting insulin yang sedikit
berbeda dari bentuk-bentuk lain dari insulin yang bukan buatan manusia, sehingga
antioksidan -humulene dapat melindungi sel dari radikal bebas. Hal ini disebabkan oleh
afinitas -humulene terhadap Fe yang sangat kuat sehingga kemampuan Fe untuk
mengkatalisis proses terbentuknya radikal bebas menjadi berkurang.MengingatDiabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia ditandai dengan peningkatan kadar gula darah secara terus menerus dan
bervariasi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, saraf, jantung dan pembuluh darah.
Pada dasarnya mekanisme diabetes adalah kurangnya produksi insulin (diabetes melitus
tipe 1) atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes melitus tipe 2).
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel -pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya
terjadi gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa ke dalam sel.
Gangguan itu dapat terjadi karena faktor obesitas (kegemukan) atau sebab lain yang
belum diketahui. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon
tepat terhadap insulin. Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap
timbulnya penyakit diabetes melitus adalah faktor genetik, obesitas (kegemukan), pola
makan, infeksi, aktivitas fisik, geografis dan kadar kortikosteroid yang tinggi, kehamilan,
obat-obatan dan racun yang mempengaruhi pembentukan dari insulin.
Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata)merupakan salah satu tumbuhan
usada Bali yang secara tradisional digunakan untuk obat kencing manis, obat kebihan
lemak, obat inflamasi.Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia ditandai dengan peningkatan kadar gula darah secara
terus menerus dan bervariasi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, saraf, jantung dan
pembuluh darah.
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel -pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya
terjadi gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa ke dalam sel.
Gangguan itu dapat terjadi karena faktor obesitas (kegemukan) atau sebab lain yang
belum diketahui. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon
tepat terhadap insulin. Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap
timbulnya penyakit diabetes melitus adalah faktor genetik, obesitas (kegemukan), pola
makan, infeksi, aktivitas fisik, geografis dan kadar kortikosteroid yang tinggi, kehamilan,
obat-obatan dan racun yang mempengaruhi pembentukan dari insulin.Daun Sambiloto
(Andrographis Paniculata)merupakan salah satu tumbuhan usada Bali yang secara
tradisional digunakan untuk obat kencing manis, obat kebihan lemak, obat inflamasi.

SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

10

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan true experimental randomized PrePosttestgroup
design (Gambar 1)





Gambar 1. Bagan Rancangan Penelitian

K = induksi aloksan/streptozotozin
P
1
= induksi aloksanstreptozotozin +Ekstrak daun Sambiloto 1,0 mg/kg bb
P
2
= induksi aloksanstreptozotozin +Ekstrak daun Sambiloto 2,0 mg/kg bb
P
3
= induksi aloksanstreptozotozin +Ekstrak daun Sambiloto 5,0 mg/kg bb











Gambar 2. Skema Kerja Penelitian
P
3
P
2
P
1
O
3
O
2
O
1
K

O
0
TIKUS
WISTAR
HIPERGLIKEMIA
(Glukosa Darah )
ALOKSAN/
Streptozotoz
in
POLYOL
Pathway
HEXOSAMI NE
Pathway
PKC
Pathway
AGEs
Pathway
ROS 8-OHdG

MDA
EKSTRAK DAUN
SAMBILOTO
PRANAJIWA
Glukosa Darah ,MDA
8-OHdG
POPULASI
Tikus
Wistar

Randomisasi
Tikus Wistar

O
K
O
1i
O
2i
O
3i
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

11

Prosedur Kerja dan Waktu Penelitian
Tikus Wistar umur 1 minggu dipisah dari induknya, diadaptasi dulu selama 2
minggu, umur 1,5 bulan tikus Wistar dipilih secara randomisasi, dan dibuatempat
kelompok berisi 10 ekor tikus Wistar (Gambar 1).Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Bersama F.MIPA,dan Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Sedangkananalisis
spektrofotometri GC-MS, pemeriksaan kadar glukosa darah dan MDA dilakukan pada
Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM, UPT Pra Klinik dan Unit Pemeliharaan Hewan
Percobaan, PAU Pangan dan Gizi, serta Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Hewan UGM. Penelitian dilakukan selama delapan (8) bulan, termasuk
analisis data dan penulisan hasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ekstrak daun Sambiloto
Ekstrak kental metanol daun Sambiloto hasil maserasi memberikan rendemen
sebanyak 32,55% berwarna hijau tua. Sementara hasil kapasitas antioksidan terhadap
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazin) menunjukkan bahwa ekstrak daun sambiloto
(Andrographis Paniculata) memiliki persentase peredaman sebesar 63,05% dalam waktu
5 menit dan 82,90% dalam waktu 60 menit. Hal ini berarti bahwa ekstrak metanol daun
Sambiloto dalam waktu 60 menit memiliki kemampuan sebagai penghambat aktivitas
DPPH yang merupakan oksidator kuat dikaitkan dengan kemampuan sebagai anti radikal
bebas (free radical scavenger). Uji ini memiliki korelasi positif terhadap peningkatan
kapasitas antioksidan sebagai akibat stress oksidatif atau ROS (Reactive Oxygen Species).
Djadmiko, (1998) menyatakan bahwa suatu bahan dikatakan aktif sebagai antioksidan bila
persentase peredamannya lebih dari atau sama dengan 50%. Selain itu kemungkinan
disebabkan oleh beberapa senyawa yang bersifat sinergis dalam meredam radikal bebas.
Kapasitas antioksidan pada darah tikus wistar dihitung berdasarkan kemampuan
penangkapan radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dengan reaksi penangkapan.
Prinsip kerja dari reaksi ini adalah elektron (hidrogen) yang dimiliki oleh antioksidan
disumbangkan melalui reaksi redoks atau transfer elektron kepada radikal DPPH yang
merupakan oksidator kuat. Reaksi ini ditunjukkan oleh perubahan warna yang semula
violetmenjadi berwarna ungu kemerahan.Perubahan warna inilah menunjukkan adanya
aktivitas antioksidan yang jumlahnya dapat dihitung berdasarkan analisis
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 20 nm.
Selanjutnya ekstrak aktif antioksidan dilakukan skrening fitokimia untuk
menentukan golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun sambiloto.Hasil uji
fitokimia menunjukkan positif mengandung senyawa golongan terpenoid, alkaloid,
fenolat dan flavonoid dengan intensitas warna yang khas. Pemisahan senyawa aktif
menggunakan analisis GC-MS untuk mengidentifikasi profil senyawa yang telah
dipisahkan oleh kromatografi gas. Hasil analisis GC-MS terhadap ekstrak daun sambiloto
(Andrographis Paniculata) menunjukkan sembilan puncak senyawa yang terdeteksi
dengan waktu retensi (t
R
), luas puncak (%), serta memiliki berat molekul yang berbeda.
Senyawa-senyawa yang terdeteksi pada ekstrak metanol daun sambiloto (Andrographis
Paniculata) dapat disajikan pada Gambar 3. Informasi senyawa secara detail disajikan
pada Tabel 1.

Kontrol Po(induksi dengan
Aloksan/Streptozotozin)
Klp1 P1 (Eks daun
Sambiloto 1.0 mg/kg bb)
Klp 2 P2 (Eks daunSambiloto 2,0
mg/kg bb)
Klp3 P3 (Eks.daun Sambiloto
5,0 mg/kg bb)
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

12


Gambar 3. Kromatogram Ekstrak Metanol daun Sambiloto

Tabel 1. Senyawa-senyawa yang terdeteksi pada ekstrak metanol daun Sambiloto
No
Puncak
Waktu
Retensi
(Menit)
Luas Area
(%)
Rumus Molekul Nama Senyawa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
14.822
15.998
16.495
21.947
23.747
26.539
26.716
27.408
27.891
17.00
17.55
1.67
1.30
3.66
10.06
8.45
38.02
2.30
C
10
H
12
O
2
C
15
H
24

C
15
H
24

C
17
H
34
O
2
C
19
H
34
O
2
C
22
H
42
O
4
C
15
H
24
N
2
O
BM = 302
C
24
H
38
O
4
Eugenol
Trans-Caryophyllene
-humulene
Hexadecanoic acid
9,12-octadecadienoic acid
Hexanedioic acid
Matrine
Senyawa Baru
1,2-benzene dicarboxylic
acid
Keterangan : Hasil analisis spektroskopi GC-MS QP2010S SHIMADZU
Proses ekstraksi dengan pelarut metanol dimaksudkan untuk mendapatkan
semua komponen polar atau mudah larut dalam air dari sampel karena memiliki ikatan O-
H.Menurut Voigt (1995) kemampuan pelarut mengekstrak isi sel dipengaruhi oleh
kemampuannya untuk melonggarkan
kerangka selulosa dinding sel dan melarutkan komponen-komponen aktif isi
sel.Pelarut metanol memiliki kemampuan merusak dinding sel, melarutkan senyawa
bioaktif,serta dapat mempertahankan sifat-sifat kereaktifan suatu senyawa. Sementara
hasil kapasitas antioksidan terhadap DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazin) ekstrak metanol
daun Sambiloto memiliki kapasitas antioksidan yang sangat tinggi dengan persentase
peredaman sebesar 82,90% dalam waktu 60 menit.Hal ini berarti bahwa ekstrak metanol
daun sambiloto dalam menit ke- 60 memiliki kemampuan sebagai penghambat aktivitas
DPPH yang merupakan oksidator kuat dikaitkan dengan kemampuan sebagai anti radikal
bebas (free radical scavenger). Uji ini memiliki korelasi positif terhadap peningkatan
kapasitas antioksidan sebagai akibat stress oksidatif atau ROS (Reactive Oxygen Species).
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

13

Hasil kromatografi pada Gambar 3 di atas memperlihatkan adanya sembilan
puncak (peak) dengan luas puncak (%) dan waktu retensi (t
R
) berturut-turut sebagai
berikut; puncak ke 1 senyawa eugenol (17%) t
R
14,822 menit, ion molekul (M
+
) pada m/z
164 merupakan turunan senyawa fenol, puncak ke 2 senyawa trans-Caryophyllene
(17,55%) t
R
15,998 menit, ion molekul (M
+
) pada m/z 204 dan puncak ke 3 senyawa -
humulene (1,67%) t
R
16,495 menit, ion molekul (M
+
) pada m/z 204 yang keduanya
merupakan turunan dari senyawa seskuiterpen, sedangkan puncak ke 4 senyawa
hexadecanoic acid (1,30%) t
R
21,947 menit, ion molekul (M
+
) pada m/z 270,puncak ke 5
senyawa 9,12-hexadecadienoic acid (3,66%) t
R
23,747 menit, ion molekul (M
+
) pada m/z
294,puncak ke 6 senyawahexanedioic acid (10,06%) t
R
26,539 menit, ion molekul (M
+
)
pada m/z 259 dan puncak ke 9 senyawa 1,2-benzenedicarboxylic acid (2,30%) t
R
27,891
menit, ion molekul (M
+
) pada m/z 390 termasuk turunan asam karboksilat. Senyawa aktif
lainnya yang terdeteksi adalah puncak ke 7 senyawa matrine (8,45%) t
R
26,716 menit, ion
molekul (M
+
) pada m/z 248 merupakan turunan senyawa alkaloid serta terdeteksi satu
senyawa baru pada puncak ke 8 dengan berat molekul 302 (38,02%)t
R
27,408 menit.
Selain itu kemungkinan disebabkan oleh beberapa senyawa yang bersifat sinergis
dalam meredam radikal bebas. Senyawa -humulene merupakan salah satu derivat dari
senyawa golongan seskuiterpen yang berasal dari ekstrak daun sambiloto (Andrographis
Paniculata) berpotensi sebagai antioksidan alami akan melepaskan atom H (hidrogen)
yang terikat dengan atom O (oksigen) pada gugus -OH (hidroksil) sehingga terbentuk
radikal-radikal. Selanjutnya radikal H akan bereaksi dengan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
membentuk 1.1-difenil-2-pikrilhidrazin. Reaksi pembentukkan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
akan menyebabkan peredaman absorbansi DPPH (Djatmiko,1998; Sofia, 2009).
Sejalan dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui efektivitas ekstrak daun
sambiloto (Andrographis Paniculata) untuk mencegah terjadinya kerusakan sel-
pankreas pada tikus hiperglikemia. Uji skrening fitokimia digunakan untuk
mengidentifikasi golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun sambiloto
(Andrographis Paniculata)menggunakan berbagai macam pereaksi pendeteksi. Hasil uji
fitokimia dengan pereaksi Lieberman-Buchard menunjukkan bahwa ekstrak kental
metanol daun sambiloto positif mengandung senyawa golongan terpenoid yang diduga
sebagai senyawa -humulene dan trans-caryophyllene.Uji alkaloid terhadap pereaksi
Meyer menunjukkan adanya endapan putih dan pereaksi Wagner terbentuk endapan
coklat dengan intensitas warna yang khas diduga sebagai senyawa matrine. Ekstrak daun
sambiloto juga mengandung senyawa golongan fenolat terhadap pereaksi FeCl
3
yang
memberikan perubahan warna dari merah jingga menjadi ungu kehitaman yang diduga
senyawa eugenol, serta teridentifikasi senyawa golongan flavonoid dengan pereaksi
wilstater yang memberikan warna merah jingga menjadi kuning bata( Tiwari et al, 2011).
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis spektroskopi GC-MS.
Hasil analisis GC-MS terhadap ekstrak daun sambiloto telah terdeteksi 9
komponen senyawa aktif yang kandungannya di atas 1% luas area yaitu; eugenol (17%)
merupakan golongan senyawa fenol, trans-Caryophyllene (17,55%), dan -humulene
(1,67%) termasuk kedalam golongan senyawa terpenoid, sedangkan Hexadecanoic acid
(1,30%), 9,12-hexadecadienoic acid (3,66%), hexanedioic acid (10,06%) dan 1,2-
benzenedicarboxylic acid (2,30%) merupakan golongan asam karboksilat (fenolat).
Senyawa aktif lainnya yang terdeteksi adalah senyawa matrine (8,45%) merupakan
golongan senyawa alkaloid serta terdeteksi 1 senyawa baru (38,02%) dengan berat
molekul 302.
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

14

Senyawa -humulene yang berasal dari ekstrak daun sambiloto termasuk ke dalam
golongan senyawa seskuiterpen yang berperan sebagai senyawa antioksidan alami
maupun antihiperglikemia (Moss, 2011). Menurut Corey (2002), senyawa -humulene
memiliki kemampuan mereduksi radikal hidroksil (OH) dan merupakan salah satu bentuk
hormon insulin yang diproduksi dalam tubuh yang bekerja dengan cara menurunkan
kadar glukosa dalam darah. Senyawa -humulene juga memiliki gugus reaktif pada
struktur molekul, akibatnya kemampuan untuk menangkap radikal bebas juga semakin
kuat dan dampaknya akan terjadi penurunan kadar 8-OHdG sebagai tanda adanya
kerusakan DNA akibat radikal bebas (Athanasios et al, 2009).

Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Hiperglikemia
Data rerata kadar glukosa darah tikus wistar hiperglikemia baik pre maupun
posttest disajikan pada Tabel 2. Sedangkan profil kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah perlakuan dari beragam dosis ekstrak daun sabiloto (Andrographis Paniculata)
dapat dilihat pada gambar 4.
Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Perlakuan
Pengamatan Kadar Glukosa darah (mg/dL)
Pretest
Rerata SD
Posttest
Rerata SD
Selisih Kadar Glukosa
darah (mg/dL)
Kontrol negatif (K-) dan
positif (K+)
Ekstrak daun sambiloto
dosis 1,0mg
Ekstrak daun sambiloto
dosis2mg
Ekstrak daun sambiloto
dosis 5 mg
219,35 3,06

218,56 3,19

217,43 2,07

217,61 2,77
110,70 2,28

139,99 3,54

128,40 1,71
1
103,68 1,88
108,59
b


79,97
d


89,04
c


113,03
a

Catatan : Selisih nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama,
menunjukkan hasil uji berbeda nyata (p<0,05) uji LSD untuk posstest
Gambar 4. Kadar Glukosa Darah
219.354
218.558
217.426 217.613
110.764
138.586
128.388
103.686
K
a
d
a
r

G
l
u
k
o
s
a

(
m
g
/
d
L
)

Perlakuan
PreTest
PostTest
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

15

Penurunan Kadar Malondialdehid
Data rerata kadar MDA darah tikus wistar hiperglikemia baik pre maupun posttest
disajikan pada Tabel 3. Profil kadar MDA sebelum dan sesudah perlakuan dengan
beragam dosis daun sambiloto disajikan pada Gambar 5.
Tabel 3. Kadar MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Perlakuan
Pengamatan Kadar MDA (mol/L)
Pretest
Rerata SD
Posttest
Rerata SD
Selisih Kadar MDA
(mol/L)
Kontrol negatif (K-) dan Positif
(K+)
Ekstrak daun sambiloto dosis
1,0 mg
Ekstrak daun sambiloto dosis
2,0 mg
Ekstrak daun sambiloto dosis
5,0 mg
2,42 0,13

2,49 0,12

2,47 0,09

2,47 0,09

0,61 0,07

0,98 0,08

0,75 0,08

0,46 0,06

1,808 b

1,533 d

1,750 c

2,011 a

Catatan : Selisih nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama,
menunjukkan hasil uji berbeda nyata (p<0,05) uji LSD untuk posstest

Gambar 5. Profil Kadar MDASebelum dan Sesudah Perlakuan

Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilks dan uji homogenitas dengan
Levenestest bahwa data rerata kadar MDA sebelum dan sesudah pemberian ekstrak
daun sambiloto (Andrographis Paniculata) dari beragam dosis menunjukkan seluruh data
berdistribusi normal dan variannya homogen (p>0,05).
Hasil analisis one way anova dan dilanjutkan dengan uji LSD menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar MDA kelompok kontrol (K+) posttest
dengan kelompok perlakuansetelah pemberian ekstrak daun sambiloto bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol positif (K+), pada pemberian ekstrak dosis 1,0 mg/kg bb/hari
2.418
2.490
2.474
2.466
0.610
0.957
0.724
0.455
M
D
A

(

m
o
l
/
L
)

Perlakuan
PreTest
PostTest
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

16

terjadi penurunan kadar MDA, akan tetapi tidak cukup untuk meredam ROS yang
dihasilkan oleh metabolism tubuh, sehingga ROS dengan cepat bereaksi dengan ikatan
rangkap pada asam-asam lemak membentuk peroksidasi lipid yaitu MDA pada membrane
sel. Hasil penelitian didukung oleh Tjokroprawiro (2005), mendapatkan bahwa penderita
diabetik terjadi berbagai bentukan radikal bebas seperti H
2
O
2
, radikal hidroksil yang
mempermudah terbentuknya lipid peroksida (MDA) pada membrane sel.
Rerata penurunan kadar MDA darah tikus wistar hiperglikemia secara signifikan
sudah terjadi pada pemberian ekstrak dosis 1,0 mg/kg bb/hari, 2,0 mg/kg bb/hari, dan 5,0
mg/kg bb/hari dengan nilai p<0,05. Secara keseluruhan data tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3. Dari Tabel tersebut tampak bahwa penurunan tertinggi kadar MDA darah tikus
wistar hiperglikemia terjadi pada pemberian ekstrak daun sambiloto dosis 5 mg/kg
bb/hari, yaitu sebesar 1,0 mol/L. Hal ini berarti bahwa ekstrak daun sambiloto
mengandung beberapa golonganasam karboksilat seperti Hexadecanoic acid, 9,12-
hexadecadienoic acid, hexanedioic acid dan 1,2-benzenedicarboxylic acid mampu
menurunkan kadar MDA pada darah tikus wistar akibat oksidasi lipid pada asam lemak
tidak jenuh rantai panjang (unsaturated fatty acids). Penurunan kadar MDA pada darah
dapat juga mencegah penurunan fluiditas membran dan kerusakan sel. Hasil penelitian
pada hewan percobaan menunjukkan bahwa mengkonsumsi asam lemak tidak jenuh
menyebabkan penumpukan rantai asam lemak tidak jenuh dalam tubuh yang dapat
menyebabkan peningkatan produk toksik dari sintesis asam lemak tidak jenuh
(peroksidasi lipid) yaitu malondialdehid yang dapat menyebabkan kerusakan membran
sel.Kutlu et al (2009) menyatakan bahwa pemberian aprikot kernel oil yang kaya dengan
asam-asam lemak seperti asam, oleat dan linoleat, serta senyawa-senyawa bioaktif
seperti thiamin. Riboflavin, vitamin C, -tokoferol, sitosterol dan kaempesterol mampu
menurunkan kadar MDA pada tikus jantan galur Wistar.

Penurunan Kadar 8-OHdG Darah Tikus Wistar Hiperglikemia
Data rerata kadar 8-OHdG darah tikus wistar hiperglikemia pre dan posttest
disajikan pada Tabel 4. Profil kadar 8-OHdG sebelum dan sesudah perlakuan beragam
dosis ekstrak daun sambiloto disajikan pada Gambar 6
Tabel 4. Kadar 8-OHdG Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Perlakuan
Pengamatan Kadar 8-OHdG (ng/mL)
Pretest
Rerata SD
Posttest
Rerata SD
Selisih Kadar
8-OHdG (ng/mL)
Kontrol negatif (K-) dan
Positif (K+)
Ekstrak daunsambiloto
dosis 1,0 mg
Ekstrak daun sambiloto
dosis 2 mg
Ekstrak daun sambiloto
dosis 5 mg
6,75 0,46

6,97 0,55

6,92 0,49

6,95 0,58
3,63 0,19

3,99 0,51

3,49 0,47

2,50 0,18
3,119 bc

3,029 c

3,433 b

4,967 a

Catatan : Selisih nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama,
menunjukkan hasil uji berbeda nyata (p<0,05) uji LSD untuk posstest
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

17


Gambar 6. Profil Kadar 8-OHdG Sebelum dan Sesudah Perlakuan
*) Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilks dan uji homogenitas dengan Levenes test memperlihatkan
bahwa data rerata kadar 8-OHdG tikus Wistar sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun sambiloto
dari beragam dosis menunjukkan seluruh data berdistribusi normal dan variannya homogen (p>0,05).

Hasil analisis one way anova dan dilanjutkan dengan uji LSD menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna rerata kadar 8-OHdG kelompok kontrol (K+) posttest
dengan kelompok perlakuan setelah pemberian ekstrak daun sambiloto dosis 1,0 mg/kg
bb, 2,0 mg/kg bb dan 5,0 mg/kg bbdengan nilai p<0,05.
Selanjutnya hasil batas kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa
terjadi penurunan rerata kadar MDA secara bermakna antara kelompok kontrol (K-) pre
dengan kelompok kontrol (K+) posttest, kelompok perlakuan setelah pemberian ekstrak
daun sambiloto dosis 1,0 mg/kg bb pre dengan kelompok perlakuan dosis 1,0 mg/kg bb
posttest, dan kelompok perlakuan dosis 2.0 mg/kg bb pre dengan kelompok perlakuan
dosis 2,0 mg/kg bb posttest (p<0,05) sedangkan pada kelompok perlakuandosis 5,0 mg/kg
bb baik pre maupun posttest juga terjadi penurunan rerata kadar MDA secara bermakna
dengan nilai p<0,05.

Struktur Histopatologi Jaringan Pankreas Tikus Wistar

Pewarnaan Gomori-Nuclear fast red dilakukan untuk melihat secara kualitatif
perubahan struktur jaringan pankreas tikus perlakuan. Pewarnaan ini terdiri dari dua
komponen warna, yaitu Gomori dan Nuclear fast red. Gomori (Aldehyde Funchsine)
merupakan zat warna yang bersifat basa sehingga dapat mewarnai inti sel yang bersifat
asam sedangkan Nuclear fast red adalah zat warna yang bersifat asam sehingga dapat
mewarnai sitoplasma yang bersifat basa.
Perubahan morpologi histopatologi jaringan pankreas tikus wistar dengan
pembesaran 400 kali dan pewarnaan Gomori- Nuclear fast red dari keadaan normal
sampai terjadi kondisi hiperglikemia akibat diinduksi aloksan dosis 125 mg/kg bb dapat
dilihat pada Gambar 7a dan 7b.
6.746
6.970 6.924 6.952
3.627
3.941
3.491
2,50
8
-
O
H
d
G

(
n
g
/
m
l
)

Perlakuan
PreTest
PostTest
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

18


Gambar (7a). Histopat Pankreas Tikus Wistar Normal, (7b). Histopat Pankreas Tikus Wistar K-
(Aloksan) (Pewarnaan Gomori-Nuclear fast red; perbesaran 400x) (Pewarnaan
Gomori-Nuclear fast red; perbesaran 400x)

Pada Gambar 7a menunjukkan bahwa jumlah granula sitoplasma tikus wistar
dalam keadaan normal terlihat masih utuh, tidak nampak adanya gambaran patologis,
serta tidak ditemukan inti sel- dan sel lainnya yang mengalami degenerasi hingga
nekrosis disekitar pulau Langerhans pada pemeriksaan mikroskopis, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dibandingkan kelompok control Negatif dan Kontrol Positif maupun
kelompok perlakuan. Sebaliknya pada Gambar 7b memperlihatkan bahwa sel beta
pankreas yang terdeteksi dengan pewarnaan Gomori-Nuclear fast red ditunjukkan pada
Gambar granula sitoplasma yang berwarna ungu. Hilangnya sejumlah granula sitoplasma
disekitar pulau Langerhans mengakibatkan pecahnya sejumlah inti sel beta (karyoreksis),
mengecilnya inti sel piknosis dan tidak terlihat batas sel yang jelas antara sel beta dan sel
alpa disekitar pulau-pulau Langerhans. Sel beta pankreas tikus wistar mengalami
degenerasi hingga nekrosis akibat diinduksi aloksan dosis 125 mg/kg bb lebih banyak
dibandingkan sel beta pankreas tikus wistar pada kelompok perlakuan. Hal ini disebabkan
karena aloksan secara selektif merusak sel -pankreas melalui pembentukkan spesies
oksigen reaktif yang diawali oleh reduksi aloksan dan dikarakterisasi dengan kadar
glukosa darah yang meningkat (hiperglikemia). Jumlah sel beta disekitar pulau Langerhans
lebih sedikit dibandingkan selbeta tikus wistar dalam keadaan normal.Kepadatan stroma
berkurang pada pulau langerhans, terdapat edema, kongesti, hingga mengalami nekrosis
(kematian sel).


SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

19

Gambar (8a). Histopat Pankreas Tikus Wistar Dosis 1,0 mg/kg bb, (8b) Histopat Pankreas Tikus
Dosis 2,0 mg/kg bb (Pewarnaan Gomori-Nuclear fast red; Perbesaran 400x)
(Pewarnaan Gomori-Nuclear fast red -; Perbesaran 400x)
Pada Gambar 8a di atas telah terjadi perbaikan morpologi histopatologi jaringan
pankreas tikus wistar pada pulau Langerhans akibat pemberian ekstrak daun sambiloto
dosis 1,0 mg/kg bb dibandingkan dengan kelompok Kontrol Negatif, walaupun jumlah sel
-pankreas yang mengalami degenerasi hingga nekrosis agak berkurang. Hal ini berarti
pemberian ekstrak daun sambiloto dosis 1,0 mg/kg bb dapat membantu proses perbaikan
jaringan pankreas yang mengalami kerusakan akibat diinduksi aloksan. Sebaliknya pada
Gambar 8b terlihat bahwa kerja ekstrak daun sambiloto dosis 2,0 mg/kg bb terhadap
perubahan struktur morpologi jaringan pankreas adalah menstimulasi proliferasi sel.
Adanya peningkatan jumlah sel -pankreas berarti sesuai dengan teori bahwa bila sel
mengalami cidera akibat sesuatu rangsangan maka secara potensial mengalami
perubahan yang bersifat reversibel yaitu dapat kembali seperti semula, bila kerusakannya
tidak terlalu parah. Mekanisme perbaikan pankreas akibat pemberian ekstrak daun
sambiloto 2,0 mg/kg bb adalah kemungkinan ekstrak daun sambiloto dosis 2,0 mg/kg bb
memicu bertambahnya produksi insulin lebih besar di bandingkan kelompok perlakuan
dosis 1,0 mg/kg bb sehingga kerusakan sel beta pankreas dapat diperbaiki dengan cepat
dan hampir mendekati normal. Jumlah sel beta pankreas pada pemberian ekstrak daun
sambiloto dosis 2,0 mg/kg bb lebih banyak dibandingkan jumlah sel beta pankreas dosis
1,0 mg/kg bb.


Gambar (9a). Histopat Pankreas Tikus Wistar Dosis 5.0 mg/kg bb, (9b) Histopat Pankreas Tikus
Wistar K+ (Glibenclamide) (Pewarnaan Gomori- Nuclear fast red; Perbesaran 400x)
(Pewarnaan Gomori-Nuclear fast red; Perbesaran 400x)
Pada Gambar 9a tidak nampak adanya sel yang mengalami degenerasi hingga
nekrosis pada jaringan pankreas tikus wistar di sekitar pulau-pulau Langerhans sehingga
menunjukkan batas-batas yang jelas antara sel-beta dengan sel alpa. Demikian juga
jumlah granula sitoplasma pada inti sel beta telah mengalami peningkatan sampai kondisi
mendekati normal sehingga proses perbaikan jaringan pankreas dapat berlangsung
dengan cepat. Sebaliknya pada Gambar 9b terjadi perubahan struktur morpologi jaringan
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

20

pankreas tikus wistar pada pulau-pulau Langerhans akibat pemberian obat antidiabetik
(Glibenclamide) sebagai kontrol positif (K+). Masih terlihat adanya granula sitoplasma dan
batas-batas sel yang jelas antara sel beta dengan sel alpa. Secara kuantitatif jumlah sel-
beta pankreas tikus wistar lebih rendah dibandingkan jumlah sel-beta pankreas akibat
pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis Paniculata) dosis 5,0 mg/kg bb,
sehingga proses perbaikan sel beta pankreas tidak nampak dengan jelas.Pengamatan
terhadap sel- pankreas dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menghitung jumlah sel-
jaringan pankreas tikus wistar pada masing-masing kelompok baik kelompok kontrol
maupun kelompok perlakuan. Sel- yang terdeteksi dengan pewarnaan Gomori-Nuclear
fast red dan pembesaran 400 kali ditunjukkan Gambar sel yang berwarna ungu kebiruan
pada pulau Langerhans sedangkan sel yang lain berwarna merah. Pengamatan terhadap
sel- pankreas dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menghitung jumlah sel-
jaringan pankreas tikus wistar pada masing-masing kelompok baik kelompok kontrol
maupun kelompok perlakuan. Sel- yang terdeteksi dengan pewarnaan Gomori-Nuclear
fast red dan pembesaran 400 kali ditunjukkan Gambar sel yang berwarna ungu kebiruan
pada pulau Langerhans sedangkan sel yang lain berwarna merah. Hasil perhitungan
jumlah sel- padapulau Langerhans jarigan pankreas tikus wistar pada kelompok kontrol
maupun kelompok perlakuan perlima lapang pandang tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata jumlah sel- Pankreas Tikus Wistar dalam pulau Langerhans
Perlakuan Jumlah sel- Pankreas
(Buah)
Rerata SD
Kelompok normal
Kontrol negatif (K-)
Kontrol positif (K+)
Kelompok perlakuan dosis 0,5 mg/kg bb
Kelompok perlakuan dosis 2 mg/kg bb
Kelompok perlakuan dosis 5 mg/kg bb
60, 12 4,98 f
5, 44 1,83 a

32, 84 5,30 d

9, 04 2,13 b

13, 48 4,04 c

41, 52 6,48 e
Catatan : Perbedaan rerata jumlah sel- pankreas yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada
kolom yang sama, menunjukkan hasil uji berbeda nyata (p<0,05)

Selanjutnya data hasil uji normalistas dan homogenitas terhadap jumlah sel-
pankreas tikus wistar di masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun
kelompok perlakuan dosis 1,0 mg/kg bb, 2,0 mg/kg bb dan 5,0 mg/kg bb menunjukkan
bahwa seluruh data berdistribusi normal dan variannya homogen (p>0,05)
Hasil analisis one way anova dan dilanjutkan dengan uji LSD menyatakan bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara jumlah sel- pankreas pada kelompok kontrol
negatif (K-)dengan kelompok perlakuan setelah pemberian ekstrak daun sambiloto
(Andrographis Paniculata) dosis 1,0 mg/kg bb, 2,0 mg/kg bb, dan 5,0 mg/kg bb dengan
nilai p<0,05. Sebaliknya pada kelompok kontrol positif (K+) juga memiliki jumlah sel-
yang berbeda secara bermakna (p<0.05) dengan kelompok perlakuan setelah pemberian
ekstrakdaun Sambiloto dosis 1,0 mg/kg bb, 2,0 mg/kg bb, dan 5,0 mg/kg bb.
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

21



SIMPULAN
Pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis Paniculata) yang dosisnya 5,0
mg/kg bb dapat memperbaiki kerusakan sel-beta pada Gambar 7.5., Dan juga terjadi
penurunan kadar glukosa darah, kadar Malondialdehid, dan kadar 8-OHdG yang sangat
bermakna.

Daftar Pustaka
Athanasios ,V.,Thomais, V., Contantinos, F. 2009.,8-hydroxy-2'-deoxyguanosine (8-OHdG): A
Critical Biomarker of Oxidative Stress and Carcinogenesis, Journal of Environmental Science
and Health, Part C: Environmental Carcinogenesis and Ecotoxicology Reviews volume 27,
Issue 2, p. 120-39.
American Diabetes Assosiation. 2004., Screening for Type2 Diabetes. Diabetes Care, 27. (Suppl 1):
S91-S93.
Aronson, D. 2008. Hyperglycemia and the pathobiology of diabetic complications.Adv. Cardiol. 45:
1-16.
Astuti, S.N. 2003., Uji Pendahuluan Efek Aphrodisiak Ekstrak Biji Pranajiwa Manis (Euchresta
javanica R. Br) pada Tikus Putih jantan Dewasa. (Skripsi), Surabaya; Universitas Widya
Mandala.
Alderman CJJ., Shah S., Foreman JC., Chain BM., Katz DR. 2002., The role of advanced
oxidationprotein products in regulation of dendritic cell function, Free Rad. Biol. Med, 32 :
377-85
Baynes JW., Thorpe SR. 1999.,Role of oxidative stress in diabetic complication a new perspective
on an old paradigm, Diabetes, 48: 1-9
Baynes, J., Dominiczak, M. 2005., Medical Biochemistry, Eds. Mosby London Fifth, Editionm: 243-
46.
Bennet, HP., Knowler, W C. 2005., Definition, Diagnosis, and Classification of Diabetes Mellitus
and Glucose Homeostatis, in: Kahn, CR, Weir, GC, King, GL., Jacobson, AM., Moses, AC.,
Smith, RJ., Joslins Diabetes Mellitus, 14
th
ed, Lippincott Wilkins, Philadelphia, p. 331-38
Bian X., Gao P., Xiong X., Xu H., Qian M., Liu S. 2000., Faktor risiko untuk
pengembangan di abetesmellitus pada wanita dengan riwayat diabetes mellitus
gestasional..Chin Engl J Med 2000; 113: 759.
Bjelakovic G., Dimitrinka Nikolova., Lise Lotte Gluud.,, Rosa G. Simonetti., Christian Gluud. 2007.,
Mortality in randomized trials of antoxidant supplements for Primary and Secondary
Prevention : systematic review and meta-analysis.JAMA 297(8): 842-57. Available from;
(http://dx.doi.org/10.1001/jama.297.8.842).
Cheng KC., Cahill DS., Kasai H., Nishimura S. 2006., 8-Hydroxyguanosine, an abundant form of
oxidative DNA damage, causes G-T and A-C substitutions, J Biol Chem. p. 267: 166-72
Chiou, C.C., Chang, P.Y., Chan, E.C., Wu.T.L., Tsao, K.C., and Wu, J.T. 2003., DNA Damage ELISA kit,
for the detection and quantitation of 8-hydroxy-2-deoxyguanosine in urine, serum, and
saliva samples, Clin. Chem. Acta. 334:87-94.
SEMINAR NASIONAL BIOKIMIA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 22 MEI 2014

22

Corey, E.J. 2002., "Short Syntheses of ()--Araneosene and Humulene Utilizing a Combination of
Four-Component Assembly and Palladium-Mediated Cyclization". Organic Letters 4 (14):
24412443. doi:10.1021/ol026205p. PMID 12098267.
Djatmiko, M.H. 1998., Seminar Nasional Tumbuhan Obat XII, Fakultas farmasi Unair, Surabaya.
Filipponi P, Gregorio F, Cristallini S, Ferrandina C, Nicoletti I, Santeusanio F. 2008., Selective
Impairment of Pancreatic A cell Suppreession by Glucose During Acute Alloxan-Induced
Insulinopenia: in vitro study on isolated perfused rat Pancreas [cited 2009 February 18],
Available from: http://www.ncbi.nih.gov/pubmed/3522213
Harborne, J.B, 1987., Metode Fitokimia, a.b.: Kosasih Padmawinata, Jilid II, ITB, Bandung
Kutlu, T.G., Durmas, B. Ates, and A Erdogan. 2009., Protective Effect of Dietary Apricot Kernel Oil
Suplementation On Cholesterol Levels and Antioxidant Status of Liver in Hypercholesteremic
Rats, Journal of Food, Agriculture and environment 7(3&4): 61-5
Leibler, D.C. 1997., Analysis of Product of Antioxidant Reaction by Mass Spectrometry and
Detection of Endogenous Malondialdehyde-Deoxyguanosine Adduct in Human : Antioxidant
Methodology in vivo and in vitro Concepts, Auroma OI, Cuppett SL (editor), AOAC Press,
USA
Lenzen S. 2009.,The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced Diabetes.
Availablefrom:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18087688?ordinalpos=1&itool=Entre
zsystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed-ResultsPanel.Pubmed-DiscoveryPanel.
Moss, G.P. 2011., Humulene derived sesquiterpenoid biosynthesis. International Union of
Biochemistry and Molecular Biology Enzyme Nomenclature.Cited April 10, 2011. Available
from: http://www.enzyme-database.org/reaction/terp/humul.html
PERKENI. 2012., Konsensus Pengelolaan Diabetes pada Diabetes Melitus tipe 2. PB Perkeni.
Jakarta.
Pocock, S.J. 2008., Clinical Trial a Practical Approach, Chichester-New York, Singapore: Jon Wiley
& Son Ltd
Suastika. 2008., Obesitas Sindrom Metabolik Diabetes Dislipidemia Penyakit Tiroid, Kumpulan
Naskah Ilmiah, Udayana University Press, ISBN : 978-79-8286-56-8
Szkudelski T. 2008. The Mechanisme of Alloxan and Streptozotocin Actin in B cells of the Rat
Pancreas [cited 2009 January 23], Available
from:www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11829314
Tiwari, P., Bimlesh, K., Mandeep, K., Gurpreet, K., Harleen, K.. 2011., Phytochemical screening
and Extraction: A Review, Department of Pharmaceutical Sciences, Lovely School of
Pharmaceutical Sciences, Phagwara, Punjab, India
Tjokroprawiro, A. 1993., Radikal Bebas, Aspek Klinik dan Kemungkinan Aplikasi Terapi, Dalam :
Simposium Oksidan dan Antioksidan, Tjokroprawiro Edt, Persatuan Ahli Penyakit Dalam
Cabang Surabaya, hal. 11-36
Winarto,et.al.,2008. Effek Pemakaian jangka panjang ekstrak daun sambiloto sebagai seretaging
terhadap ketahanan sel bets.,Agricultur IPB Bogor

Você também pode gostar