Você está na página 1de 7

Analisis Situasi Sekolah dalam Pengembangan KTSP

A. Rasional
Kurikulum Tingkat Sekolah (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing sekolah. KTSP ini dikembangkan sesuai dengan tuntutan
otonomi pendidikan. Pengembangan KTSP oleh sekolah sesuai dengan situasi dan konteks yang
dimilikinya. Akan tetapi, sekolah tetap harus mengacu pada lingkup standar nasional pendidikan
yang ada, sesuai dengan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Keleluasaan sekolah dalam mengembangkan KTSP tentu harus diikuti dengan analasis
situasi sekolah untuk mencapai lingkup standar nasional pendidikan yang sudah ditetapkan, di
antaranya Standar Isi (SI)dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dalam Permendiknas no 23 tahun 2006. Hasil analisis tersebut merupakan dasar
pijakan untuk menentukan kedalaman dan keluasan target-target yang ditetapkan, budaya yang
akan dibangun, tujuan yang ingin dicapai, serta isi dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan bermutu di sekolah tersebut. Pencapaian tujuan pendidikan bermutu tersebut sesuai
dengan UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 pasal 5, yaitu Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Penyusunan dan pengembangan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan
sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya
sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka
waktu sebelum tahun pelajaran baru (BSNP, 2006: 33). Tahap kegiatan penyusunan KTSP
secara garis besar meliputi: analisis sekolah, penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi,
serta finalisasi, pemantapan dan penilaian (cf. BSNP, 2006: 33).
B. Tujuan
Tujuan Analisis Situasi Sekolah adalah (1) memperoleh gambaran nyata kondisi sekolah dan
(2) memperoleh gambaran nyata situasi sekolah
C. Analisis Konteks
Analisis konteks dalam pelaksanaan penyusunan KTSP berwujud evaluasi diri (self
evaluation) terhadap sekolah. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats ). Dalam hal ini dapat diterapkan kajian
lingkungan internal untuk memahami strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan,
serta kajian lingkungan eksternal untuk mengungkap opportunities atau peluang dan threats
atau tantangan. Adapun analisis konteks melalui SWOT terdiri atas hal-hal sebagai berikut (cf.
BSNP, 2006: 32):
1. Visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Identifikasi SI dan SKL
3. Kajian internal atau kondisi sekolah (kekuatan dan kelemahan) yang meliputi: (1) peserta
didik, (2) pendidik dan tenaga kependidikan, (3) sarana dan prasarana, (4) biaya, (5)
program-program
4. Kajian eksternal atau situasi sekolah (peluang dan tantangan) yang dilihat dari masyarakat
dan lingkungan sekolah yang meliputi: (a) komite sekolah, (b) dewan pendidikan, (c) dinas
pendidikan, (d) asosiasi profesi, (e) dunia industri dan dunia kerja, (f) sumber daya alam dan
sosial budaya.

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing
1. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah akan sangat berperan bagi pengembangan sekolah
di masa depan. Visi dan misi saling berkaitan. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan)
tentang sekoah yang diinginkan di masa jauh ke depan.
Misi (mission) ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan (yang
merupakan tuntutan tugas dari luar) dan keinginan dari dalam (yang antara lain berkaitan
dengan visi ke masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini. Misi sebuah sekolah perlu
mempertimbangkan misi induknya (dinas pendidikan kabupaten/kota). Misi diperjelas dan
dijabarkan dengan tujuan sekolah (goals).
Tujuan sekolah seharusnya tidak betentangan dengan visi dan misi sekolah yang sudah
ditetapkan. Perumusan tujuan harus nyata dan terukur.
Deskripsi visi, misi, tujuan seharusnya (1) tidak bertentangan dengan visi, misi, tujuan dinas
pendidikan dan koheren dengan renstra depdiknas, (2) mencerminkan dengan jelas kebutuhan
lokal dan nasional atau bahkan internasional berkaitan dengan kemampuan lulusan, (3) jelas bagi
pihak-pihak yang berminat, ketercapaian tujuan dapat diamati, ditunjukkan dan dapat diuji secara
objektif, dipersepsi sebagai sesuatu yang berharga oleh seluruh pihak yang berminat, realistis,
(4) secara tersurat ada prioritas menghasilkan peserta didik yang bermutu.
2. Identifikasi SI dan SKL
Para pendidik di sekolah perlu melakukan identifikasi SI dan SKL. Identifikasi dapat
dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: membaca secara saksama, memahami, mengkaji,
dan membedah SI dan SKL. Hal itu perlu dilakukan supaya penerapan SI dan SKL di sekolah
dan terutama dalam pembelajaran benar-benar baik.
3. Situasi Internal atau Kondisi Sekolah
a. Peserta Didik
Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dilihat dari input awal dan
saat pembelajaran. Analisi ini meliputi rata-rata kemampuan akademik peserta didik, minat, dan
bakat peserta didik. Jadi, analisis peserta didik meliputi analisis kemampuan akademik dan
nonakademik.
b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dimaksudkan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sekolah. Analisis ini perlu
dilakukan agar KTSP yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan sekolah dan
dapat dilaksanakan secara maksimal. Dalam melakukan identifikasi, setidaknya perlu diperoleh
informasi mengenai: jumlah pendidik dan rinciannya, kelayakan fisik dan mental pendidik, latar
belakang pendidikan dan/atau sertifat keahlian, kompetensi pendidik (pedagogik, kepribadian,
profesional, sosial), rata-rata beban mengajar pendidik, rasio pendidik dan peserta didik, minat
pendidik dalam pengembangan profesi, jumlah tenaga kependidikan dan rinciannya, kelayakan
fisik dan mental tenaga kependidikan, jenis keahlian, latar belakang tenaga kependidikan, dan
minat tenaga kependidikan dalam pengembangan profesi.
c. Sarana dan Prasarana
Analisis atas sarana yang dimiliki oleh sekolah meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.(SNP pasal 42
ayat 1).
Perabot di antaranya meliputi meja, kursi, papan tulis yang ada di setiap kelas. Peralatan
meliputi peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium
komputer, dan peralatan pembelajaran lain (cf. SNP pasal 43). Media pendidikan di antaranya
alat peraga, OHP, LCD, slide, gambar yang mendukung ketercapaian pembelajaran. Yang
termasuk dalam buku dan sumber belajar di antaranya adalah bahan cetakan baik jurnal, buku
teks, maupun referensi; lingkungan; media cetak maupun elektronik; narasumber. Adapun bahan
habis pakai meliputi bahan-bahan yang digunakan dalam praktik pembelajaran. Analisis terhadap
kekuatan dan kelemahan semua sarana itu meliputi kepemilikan, kelayakan, jumlah, dan kondisi
sarana yang ada.
Analisis atas prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan sekolah, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (SNP pasal 42 ayat 2). Analisis terhadap kekuatan
dan kelemahan prasarana di sekolah meliputi keberadaannya, rasio banyaknya, kelayakannya,
dan kebersihannya.
d. Biaya
Analisis biaya sesuai dengan pasal 62 tentang standar pembiayaan dalam SNP.
Pembiayaan pendidikan terdiri atasbiaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya
investasi sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya
operasi sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Analisis terhadap pembiayaan di sekolah mengarah pada kelemahan dan kekuatan
pembiayaan di sekolah tersebut terhadap pengembangan dan pelaksanaan KTSP
e. Program-program
KTSP disusun oleh sekolah untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan program-
program meliputi: program pendidikan (antara lain: pemilihan mata pelajaran muatan nasional
dan muatan lokal, pemilihan kegiatan pengembangan diri, penentuan pendidikan kecakapan
hidup, penentuan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global), program pembelajaran,
program remedial, dan program pengayaan.
Ada atau tidaknya program, keterlaksanaan, serta kesesuaian program dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di sekolah/ daerah merupakan analisis yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan KTSP.

4. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Sekolah
a. Komite Sekolah
Komite sekolah/madrasah merupakan pihak yang ikut berlibat dalam penyusunan KTSP di
samping narasumber dan pihak lain yang terkait. Adapun tim penyusun KTSP terdiri atas
pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
Pada tahap akhir, komite sekolah juga harus memberikan pertimbangan terhadap
penyusunan KTSP. Dalam BSNP (2006: 5) disebutkan, pengembangan KTSP mengacu pada SI
dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta
memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, dalam SNP Pasal 51 ayat 2 dinyatakan
bahwa pengambilan keputusan pada sekolah dasar dan menengah di bidang nonakademik
dilakukan oleh komite sekolah yang dihadiri oleh kepala sekolah. Selain itu, komite sekolah juga
memutuskan pedoman struktur organisasi sekolah dan biaya operasional sekolah. Komite
sekolah juga memberikan masukan tentang tata tertib sekolah, yang minimal meliputi tata tertib
pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana. Pimpinan sekolah dan komite sekolah juga melakukan pemantauan untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sekolah. Adapun pelaksanaan pengelolaan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala sekolah
kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. Berdasarkan hal-hal itulah, analisis
terhadap peluang dan tantangan dari pihak komite sekolah/madrasah perlu dilakukan untuk
mengembangkan KTSP.
b. Dewan Pendidikan
Dewan Pendidikaan beranggotakan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. Dalam
penyusunan KTSP, dewan pendidikan berperan sebagai lembaga yang dapat ikut memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan KTSP. Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap kepedulian dewan
pendidikan perlu dilakukan untuk semakin memantapkan pengembangan KTSP.
c. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan kabupaten/kota bertugas melakukan koordinasi dan supervisi terhadap
pengembangan KTSP SMP. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman
pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah. Dalam hal ini, dinas Pendidikan setempat dapat
memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri atas para pendidik
berpengalaman di bidangnya. Analisis terhadap peluang dan tantangan yang ada di dinas
pendidikan perlu dilakukan guna pengembangan KTSP.
d. Asosiasi Profesi
Ada beberapa asosiasi profesi secara umum yang ikut mendukung profesionalisme pendidik.
Akan tetapi, secara lebih khusus, asosiasi profesi untuk para pendidik/guru mata pelajaran di
SMP terwujud dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang meliputi MGMP sekolah,
kabupaten/kota, dan provinsi. MGMP dapat berperan pula sebagai tim yang menyusun silabus
mata pelajaran tertentu. Keberadaan tim ini akan sangat membantu pengembangan KTSP.
Peluang dan tantangan atas keberadaan MGMP perlu dianalisis untuk pengembangan KTSP.
e. Dunia Industri dan Dunia Kerja
Salah satu prinsip pengembangan KTSP adalah relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan (BSNP, 2006).
Selain itu, KTSP disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah dunia
industri dan dunia kerja serta perkembangan ipteks. Dalam KTSP, rencana kegiatan
pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Dalam hal ini, dunia indsutri di sekitar sekolah
dapat diberdayakan untuk menunjang program pendidikan sekolah yang bersangkutan. Contoh:
di dekat sekolah ada industri kerajinan, peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan untuk
mencapai kompetensi dasar sesuai konteks industri kerajinan tersebut. Berdasarkan hal-hal
itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan dunia industri dan dunia kerja di lingkungan
sekolah perlu dilakukan untuk pengembangan KTSP.
f. Sumber Daya Alam dan Sosial Budaya
KTSP disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah keragaman potensi
dan karakteristik daerah dan lingkungan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan
gender. Pada dasarnya, setiap daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, KTSP harus memuat
keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan daerah. Sumber daya alam yang ada di lingkungan serta aspek sosial budaya
yang berlaku di tempat sekolah tersebut berada, dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi
pelaksanaan penyusunan KTSP.
Sekolah yang berada di daerah pantai, dapat memanfaatkan aspek kelautan sebagai
peluang dan tantangan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidik dapat
mengajarkan dan mengajak peserta didik menanam bakau untuk menahan abrasi pantai. Ini
merupakan salah satu contoh pembelajaran untuk memahami alam sekitar dan sekaligus
mengatasi tantangan alam.
Selain itu, KTSP harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan
apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari
budaya dari daerah dan bangsa lain. Agar peluang dan tantangan yang tersedia di alam sekitar
dan ada di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dapat dimanfaatkan secara maksimal
serta dapat memberikan nilai tambah bagi perkembangan peserta didik, diperlukan upaya
identifikasi dengan memperhatikan berbagai hal, antara lain: keterjangkauan jarak, waktu, dan
biaya; kesesuaian dengan visi, misi, dan tujuan sekolah; ketersediaan dan kemampuan SDM
dalam mengelola sekolah; kebermanfaatan aspek sosial budaya bagi peserta didik di masa kini
dan yang akan datang. Pada sisi lain, KTSP juga harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan
yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan gender.
Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan sumber daya alam dan
sosial budaya lingkungan sekolah perlu dilakukan untuk mengembangkan KTSP.
D. Pengembangan Instrumen
Analisis terhadap situasi sekolah dilakukan dengan menggunakan instrumen analisis.
Instrumen yang digunakan bisa menggunakan model check list ataupun skala. Satuan pendidikan
harus menyiapkan instrumen tersebut sebagai panduan pengambilan data.
Contoh Instrumen model check list
Dunia Industri/kerajinan
No Aspek yang Dianalisis Ya Tidak
1. Keberadaan dunia industri

2. Kebermaknaan dunia industri dalam pengembangan
kompetensi

3. Kelayakan dunia industri sebagai sumber belajar

4. Kedekatan jarak letak dunia industri dengan sekolah

5. Hubungan baik dunia industri dengan pihak sekolah

E. Analisis Instrumen
Data yang telah diperoleh dianalisis. Hasil analisis tersebut diklasifikasi atas peluang atau
tantangan yang akan menjadi kesimpulan pengambilan keputusan
Contoh
No Jawaban Ya Jawaban Tidak Keterangan
1. Semua aspek

Peluang
2. 1, 2, 3, dan 4 5 Tantangan
3. 1, 2, dan 3 4 dan 5 Tantangan
4.

Semua aspek Bukan peluang
5.

1, 2, dan 3 Bukan peluang
F. Pemanfaatan Hasil Instrumen
Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh , satuan pendidikan mengembangkan
program yang terkait dalam pengembangan KTSP.
Contoh pemanfaatan
1. Bila kesimpulan dunia industri/kerajinan menjadi peluang, satuan pendidikan dapat
memutuskan bahwa dunia industri/kerajinan menjadi alternatif acuan kompetensi untuk
dikembangkan dalam mata pelajaran muatan lokal atau sebagai sumber belajar dalam
pendidikan berbasis keunggulan lokal.
2. Bila kesimpulan dunia industri/kerajinan menjadi tantangan, satuan pendidikan dapat
memutuskan bahwa dunia industri/kerajinan menjadi acuan kompetensi untuk dikembangkan
dalam mata pelajaran muatan lokal atau sebagai sumber belajar dalam pendidikan berbasis
keunggulan lokal, tetapi dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Jarak dunia
industri/kerajinan jauh, tentu tantangan satuan pendidikan untuk menyediakan biaya
transportasi ke tempat dunia usaha/industri tersebut. Selain itu, satuan pendidikan mempunyai
tantangan untuk membina hubungan baik dengan dunia industri tersebut.
G. Penutup
Pada prinsipnya, KTSP untuk pendidikan dasar dikembangkan oleh setiap sekolah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.
Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah.
Dalam pengembangan KTSP ini, analisis situasi sekolah sangat perlu dilakukan sehingga
KTSP yang dikembangkan benar-benar didasarkan pada kondisi dan situasi sekolah (di samping
didasarkan pula pada prinsip-prinsip pengembangan KTSP). KTSP yang dikembangkan
berdasarkan analisis situasi sekolah diharapkan akan benar-benar mencerminkan upaya
peningkatan kondisi internal yang ada di sekolah yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program lainnya. Di samping itu, KTSP
yang baik harus dikembangkan atas dasar analisis peluang dan tantangan situasi eksternal yang
berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar, yang meliputi: komite sekolah, dewan
pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam
dan sosial budaya.

Você também pode gostar