Você está na página 1de 7

CAHAYA

Gelombang Cahaya
Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia. Karena
itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan
polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang
hampa.
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya polikromatik
adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contoh cahaya polikromatik
adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan
satu panjang gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.

A. Interferensi Cahaya
Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang baru. Interferensi
cahaya bisa terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang bergabung. Jika cahayanya tidak berupa
berkas sinar maka interferensinya sulit diamati. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini:
1. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya harus memiliki
beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama
2. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.

Interferensi Celah Ganda (Interferensi by Two Tight Apertures)
Pada tahun 1804 seorang fisikawan bernama Thomas Young (1773-1829) dapat mendemonstrasikan
interferensi cahaya. Young melewatkan cahaya koheren (sinar-sinarnya sefase dan frekuensi sama)
melalui dua celah sempit yang dikenal dengan celah ganda. Perhatikan Gambar (a), dua berkas cahaya
koheren dilewatkan pada celah ganda kemudian dapat mengenai layar. Pada layar itulah tampak pola
garis-garis terang seperti pada Gambar(b). Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa cahaya
dapat berinterferensi.
Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah tersebut. Berkas cahaya
dari S1 dan S2 yang sampai pada layar terlihat berbeda lintasan sebesar S = d sin . Perbedaan panjang
lintasan inilah yang dapat menimbulkan fase antara dua berkas cahaya tersebut berbeda. Interferensi akan
saling menguatkan jika berkas cahaya sefase dan saling melemahkan jika berlawanan fase. Sefase berarti
berbeda sudut fase = 0, 2, 4, ..... Sedangkan berlawanan fase berarti berbeda sudut fase = , 3,
5, ... . Syarat ini dapat dituliskan dengan beda lintasan seperti persamaan berikut:


Keterangan :
d = jarak antar celah (m),
= sudut yang dibentuk berkas cahaya dengan garis mendatar
m = pola interferensi (orde), garis terang m = 0, 1,2,3,....; garis gelap m = 1,2,3,....
= panjang gelombang cahaya yang berinterferensi (m)
Perhatikan kembali Gambar (a). Untuk sudut kecil ( 12
0
) akan berlaku: sin tg berarti selisih
lintasannya memenuhi hubungan berikut:


Interferensi pada Lapisan Tipis
Kalian tentu pernah main air sabun yang ditiup sehingga terjadi gelembung. Kemudian saat terkena
sinar matahari akan terlihat warna-warni. Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa interferensi
cahaya pada lapisan tipis air sabun. Interferensi ini terjadi pada sinar yang dipantulkan langsung dan sinar
yang dipantulkan setelah dibiaskan. Syarat terjadinya interferensi memenuhi persamaan berikut:

Keterangan :
n = indeks bias lapisan
d = tebal lapisan (m)
= panjang gelombang cahaya (m)
m = 0, 1, 2,3, 4, ......





Gambar 3.2 Jalannya sinar yang mengenai lapisan tipis.

B. Difraksi Cahaya
Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah
yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari
yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon. Atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Difraksi Celah Tunggal
Gambar 3.3 memperlihatkan gelombang cahaya yang datang pada sebuah celah yang sangat sempit.
Pola interferensi pada difraksi celah tunggal ini terlihat adanya garis-garis gelap. Sedangkan pola
terangnya lebar. Terang pusat akan melebar setengah bagian lebih lebar pada kedua sisi. Dari kejadian ini
dapat dituliskan syarat-syarat interferensi sebagai berikut:
Difraksi maksimum : d sin = (m +1/2)
Difraksi minimum : d sin = m
Keterangan :
d = lebar celah (m)
= sudut berkas sinar dengan arah tegak lurus (derajat)
Gambar 3.3 Difraksi celah tunggal = panjang gelombang cahaya (m)
m = 1, 2, 3, 4, ....
Difraksi Celah Ganda (Kisi Difraksi)
Kisi difraksi merupakan piranti untuk menghasilkan spektrum dengan menggunakan difraksi dan
interferensi, yang tersusun oleh celah sejajar dalam jumlah sangat banyak dan memiliki jarak yang sama
(biasanya dalam orde 1.000 per mm). Dengan menggunakan banyak celah, garis-garis terang dan gelap
yang dihasilkan pada layar menjadi lebih tajam. Bila banyaknya garis (celah) per satuan panjang,
misalnya cm adalah N, maka tetapan kisi d adalah:
d = 1 / N
Bila cahaya dilewatkan pada kisi dan diarahkan ke layar, maka pada layar akan terjadi hal-hal berikut ini:
Garis terang (maksimum), bila:
d.sin = n. ; n = 0, 1, 2, ........
Garis gelap (minimum), bila:
d.sin = (n-1/2) ; n = 1, 2, 3, ........
Gambar 3.4 Kisi difraksi
Gambar 3.4 Kisi Difraksi
C. Polarisasi Cahaya
Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar menjadi satu arah getar.
Polarisasi cahaya ini dapat disebabkan oleh beberapa macam diantaranya seperti penjelasan berikut.

1. Pemantulan dan Pembiasan
Cahaya datang dan mengenai batas medium akan mengalami pemantulan dan pembiasan seperti
Gambar 3.5(a). Perubahan sudut datang akan merubah sudut pantul ip dan sudut bias r. Pada suatu saat
sinar pantul dan sinar bias akan saling tegak lurus. Saat terjadi keadaan seperti inilah akan terjadi
pembagian intensitas pada kedua sinar itu, I untuk sinar bias dan I untuk sinar pantul sehingga sinarnya
mengalami polarisasi, lihat Gambar 3.5(b). Pada polarisasi linier ini akan berlaku hubungan-hubungan
seperti di bawah.



Gamar 3.5 Polarisasi pembiasan dan pemantulan


2. Absorbsi Selektif
Absorbsi selektif adalah penyerapan intensitas cahaya karena penyerapan yang terseleksi yaitu
penyerapan komponen-komponen cahaya tertentu. Bahan yang dapat menyerap secara selektif ini
dinamakan polarisator. Perhatikan Gambar 3.6.


Gambar 3.6 Polarisasi Absorbsi Selektif
Cahaya yang terpolarisasi intensitasnya menjadi I= I0. Bagaimana jika cahaya terpolarisasi
tersebut dilewatkan pada bahan polarisator lain dengan membentuk sudut terhadap polarisator pertama?
Secara eksperimen dapat diperoleh hubungan seperti persamaan berikut.


dengan : I0 = Intensitas cahaya awal
I = Intensitas cahaya terpolarisasi
I = Intensitas cahaya setelah melalui dua bahan polarisator
= sudut antara kedua polarisator

Persamaan inilah yang dikenal dengan hukum Mallus



Daftar Pustaka:

Handayani, S. & Ari, D. (2009). Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Matius. (2014). Gelombang Cahaya. http://www.scribd.com/doc/226352705/GELOMBANG-CAHAYA#

Você também pode gostar