Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata
yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah
terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan
pengertian visual. Mata manusia sebagai alat indra penglihatan dapat dipandang
sebagai alat optik yang sangat penting bagi manusia.

Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik :
1. Kornea merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain
dalam mata yang halus dan lunak.
2. Aqueous humor (cairan) yang terdapat di belakang kornea berfungsi untuk
membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata.
3. Lensa terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung
berfungsi membentuk bayangan.
4. Iris (otot berwarna) membentuk celah lingkaran yang disebut pupil.
5. Pupil berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil
diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang
masuk ke dalam mata.
6. Retina (selaput jala) terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai
layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada
retina bersifat : nyata, diperkecil dan terbalik.
7. Bintik buta merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya,
sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas/kelihatan, sebaliknya pada
retina terdapat bintik kuning. Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif,
ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang
berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.
8. Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke permukaan retina.
Oleh sel-sel yang ada di dalam retina, rangsangan cahaya ini dikirimkan ke otak. Oleh
otak diterjemahkan sehingga menjadi kesan melihat. Sinar yang masuk ke dalam mata
akan difokuskan oleh lensa ke retina, kemudian retina memproduksi gambar yang
dikirim oleh nervus optikus ke otak untuk diinterpretasikan. Hal ini mirip seperti kamera
yang membentuk sebuah gambar sehingga gambar bisa dihasilkan.
ANATOMI RETINA
Retina atau selaput jala adalah lapisan terdalam dari ketiga dinding bola mata
yang merupakan membran tipis, halus, tidak berwarna atau bening serta tembus
pandang dan mirip jala dengan nilai metabolisme oksigen yang tinggi dan terdiri atas
saraf sensorik penglihatan dan serat saraf optik. Ketebalan retina kira-kira 0,5 mm.
Area sirkuler kira-kira 6 mm mengelilingi fovea disebut retina sentral yang didominasi
oleh sel-sel kerucut. Sementara diluar area tersebut adalah retina perifer yang
terbentang sampai ke oraserata, 21 mm dari pusat optic disc yang di dominasi oleh sel-
sel batang.








Retina merupakan jaringan saraf mata yang mana berisi dua macam
fotoreseptor, yaitu sel kerucut yang sensitif terhadap warna dan sel batang yang
sensitif terhadap derajat penyinaran dan terhadap intensitas penyinaran yang kecil
(adaptasi gelap). Fotoreseptor ini merupakan antena sistem penglihatan. Fotoreseptor
akan bereaksi terhadap cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi persepsi
penglihatan. Pigmen penglihatan didalam fotoreseptor secara kimiawi aktif
mempengaruhi perubahan energi ini. Pigmen penglihatan termasuk dalam kelas
karotenoid dan terikat pada reseptor molekul-molekul protein. Sel kerucut berisi
pigmen yang beregenerasi secara cepat, yaitu iodopsin dan sianopsin. Sel batang berisi
rhodopsin yang regenerasinya lebih lambat (visual purple).












Retina dibagian luarnya berhubungan erat dengan koroid. Koroid memberi
nutrisi pada retina luar atau sel kerucut dan sel batang. Bagian koroid yang memegang
peranan penting dalam metabolisme retina adalah membrane Bruch dan sel epitel
pigmen yang tidak dapat ditembus cahaya. Pada cahaya terang, kerucut memanjang
kearah badan kaca, yaitu kea rah datangnya sinar. Pada saat bersamaan batang
bergerak ke arah epitel pigmen. Dalam keadaan remang-remang terjadi kebalikan
perilaku motorik retina, batang memanjang kearah datangnya sinar, sedangkan
kerucut bergerak kearah epitel pigmen.

A. EMBRIOLOGI DAN HISTOLOGI RETINA
Secara embriologis retina terbentuk dari vesikel optic, suatu kantong dari otak
depan embrionik. Secara histologis, bagian depan oraserrata yaitu iris dan badan siliar
yang berpigmen maupun yang tidak berpigmen menyatu dengan membrane limitan
eksterna retina serta lapisan epitel pigmen retina. Pada oraserrata, epitel berpigmen
berlanjut menjadi epitel pigmen retina, dan membran dasarnya menjadi membrane
Bruch. Epitel badan siliar yang tidak berpigmen dan pars plana berlanjut di bagian
posterior sebagai retina, membran basalnya menjadi membran limitan interna. Pada
puncak nervus optikus, membrane limitan interna berlanjut menjadi membrane
Elsching. Membrane limitan eksterna bergabung dari ujung epitel pigmen retina
cul-de-sac posterior dari ruang sub retina. Retina melekat pada koroid secara langsung
menjadi ora serrata, dan secara tidak langsung melalui koroid dan badan siliar retina
melekat pada sclera. Lapisan korneosklera melindungi, menggerakan dan menahan
retina pada posisi yang tepat dan menyebabkan objek yang dilihat terfokus pada retina
bagian tengah.
Secara anatomis,retina berbatasan dengan sel pigmen retina dan koroid yang
terdiri atas 10 lapisan:
1. lapisan epitel pigmen
2. lapisan sel-sel batang dan kerucut
3. membrane limitans eksterna
4. lapisan nucleus luar
5. lapisan pleksiform luar
6. lapisan nucleus dalam
7. lapisan pleksiform dalam
8. lapisan sel-sel ganglion
9. lapisan serabut saraf
10. membrane limitans interna

B. PERDARAHAN RETINA
Pembuluh darah retina merupakan cabang arteri oftalmika yaitu arteri retina
sentral. Arteri retina sentral masuk ke dalam retina melalui papil saraf optic yang akan
memberi nutrisi pada retina bagian dalam. Diameter arteri lebih kecil (0,1mm),
warnanya lebih merah, bentuknya lebih lurus-lurus dan merupakan end artery. Arteri
retina mudah dikenali karena refleksnya yang jelas dan tidak ada pulsasi. Diameter
vena lebih besar, warna lebih tua/merah gelap, bentuk lebih berkelok-kelok, dengan
cahaya yang sempit. Pada vena retina sentral terlihat adanya pulsasi di papil optic.
Perbandingan normal diameter arteri dan vena adalah 2 : 3. Pada papil, arteri retina
sentral biasanya muncul di sebelah nasal dari vena retina sentral.
Pada lapisan retina dari 1-4 tidak berisi pembuluh darah dan kapiler sehingga
perdarahannya berasal dari kapiler koroid, sedangkan lapisan 5-10 mendapat
perdarahan dari arteri retina sentral.
Bermacam-macam penyakit berhubungan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam retina dan koroid oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk
mengetahui system peredaran darah yang terkena agar penyakit pada segmen
posterior dapat dikenali lebih dini. Retina mendapat nutrisi dari dua system peredaran
darah yang berlainan, yakni pembuluh darah retina dan pembuluh darah koroid atau
uvea. Keduanya berasal dari arteri oftalmikus yang merupakan cabang pertama dari
arteri karotis interna. Koroid diperdarahi oleh system vena vortex, biasanya terdiri dari
4-7 pembuluh darah besar. Pada kondisi yang patologis seperti myopia tinggi, vena
vortex posterior dapat terlihat memperdarahi tepi dari lempeng optic. Kedua system
peredaran darah retina dan koroid berhubungan dengan sinus kavernosus.
Pengaturan aliran darah melalui koroid sama seperti dalam tubuh pada
umumnya, di bawah pengaruh system saraf otonom. Perangsangan saraf simpatis
akan menurunkan aliran darah koroid dan sebaliknya. Tidak ada bukti mengenai
autoregulasi di dalam koroid. Perubahan tekanan intra okuler (TIO) tidak diakibatkan
oleh perubahan kompensator pada tekanan vaskuler koroid, dan perubahan TIO
mendadak, misalnya jika membuka mata selama operasi, dapat menyebabkan efusi
uvea. Karena tonus otonom mungkin melindungi mata dari peningkatan tekanan darah
sistemik sementara, jika pengaturan saraf terganggu pada hipertensi sistemik, cairan
dapat terdorong melalui sawar epitel pigmen retina masuk ke dalam retina. Dalam hal
ini tidak ada system saraf yang mengatur peredaran darah retina, sehingga peredaran
darah retina hanya bergantung pada autoregulasi local untuk menjaga agar lingkungan
metabolisme tetap konstan.
Sawar darah retina dibentuk oleh pembuluh darah retina dan epitel pigmen
retina. Fungsi sawar ini tergantung dari sambungan erat, yang membatasi pergerakan
interseluler dari seluruh molekul yang mudah larut dalam air sehingga mencegah
molekul tersebut masuk ke dalam retina. Makromolekul dan ion-ion secara pasif tidak
berdifusi ke dalam retina dari peredaran darah, namun berhubungan dengan transport
aktif tertentu ke dalam retina. Membrane Bruch yang terletak diantara koriokapilaris
dan epitel pigmen retina, bertugas hanya sebagai sawar difusi untuk molekul besar.

C. BAGIAN BAGIAN TERPENTING PADA RETINA
a. PUSAT MAKULA (UMBO), umbo menggambarkan pusat dari macula suatu bagian
retina yang menghasilkan ketajaman penglihatan tertinggi. Fotoreseptor utama
dari foveola dan umbo adalah sel kerucut. Jumlah sel kerucut terbanyak
ditemukan dalam umbo yang mempunyai diameter 150-200m,dengan
kepadatan sekitar 385.000 sel kerucut/mm
2
.
b. FOVEOLA, rangkaian sel kerucut pada umbo dikelilingi oleh dasar fovea atau
foveola yang memiliki diameter 350m dan ketebalan 150m. Daerah avaskuler
ini terdiri dari sel kerucut yang padat yang dihubungkan oleh membrane limitan
eksterna. Kebutuhan metabolic yang tinggi dari sel kerucut dipenuhi oleh kontak
langsung dengan epitel pigmen dan juga melalui proses pada glia yang
nucleusnya terletak lebih dekat dengan pembuluh darah perifovea. Pada kondisi
yang patologis, hilangnya refleks foveola mungkin menunjukan gangguan glia
(kerusakan sel saraf akut, pembengkakan) baik primer maupun melalui vitreus
yang melekat erat pada membrane limitan interna yang tipis. Hilangnya refleks
fovea mungkin menunjukkan tarikan atau oedem pada sel-sel glia yang
kemudian akan menarik sel kerucut.
c. FOVEA, fovea yang avaskuler dikelilingi oleh atap pembuluh darah, suatu system
sikuler dari kapiler pembuluh darah. Pembuluh darah ini terletak pada
permukaan lapisan nukleus dalam. Ketebalan membrane limitan interna dan
kekuatan daya ikat vitreus tidak proposional, sehingga ikatan terkuat terletak
pada fovea. Tidak heran jika pusat fovea paling banyak terpengaruh pada
traumatic macular hole akibat tarikan anterior-posterior.
d. PARAFOVEA, parafovea merupakan struktur menyerupai sabuk dengan lebar
0,5mm dan mengelilingi tepi fovea.
e. PERIFOVEA, perifovea mengelilingi parafovea dengan lebar 1,5mm, daerah ini
ditandai dengan beberapa lapisan sel ganglion dan 6 lapis sel bipolar.
f. MAKULA, umbo, foveola, fovea, parafovea, dan perifovea bersama-sama
membentuk macula atau daerah pusat. Terletak dengan jarak 2,5 diameter papil
di bagian temporal papil. Macula bebas pembuluh darah dengan sedikit lebih
berpigmen disbanding daerah retina lainnya. Bagian sentral macula sedikit
tergaung akibat lapisannya yang kurang dan memberi refleks macula bila
disinari. Daerah ini dapat dibedakan dari daerah luarnya dengan
membandingkan lapisan sel ganglionnya. Pada macula, sel ganglion terdiri dari
beberapa lapis, sedangkan pada daerah luarnya hanya terdiri dari satu lapisan.
Bagian retina yang paling bermakna adalah macula lutea (bintik kuning) dan
papil optic (papil, bintik buta, skotoma absolute/fisiologis) yang terdapat disebelah
nasal. Macula lutea adalah daerah retina yang memberikan penglihatan paling tajam,
terletak di sebelah temporal papil saraf optikus, berbentuk lonjong berukuran 1,5mm
2

dengan diameter 1500 mikron, berwarna lebih gelap dibandingkan bagian retina
disekitarnya karena bertambahnya ketabalan retina, adanya pigmen xantofil karotenoid,
granula pigmen melanin (dari sel-sel torak epitel pigmen retina). Di bagian tengah,
macula berpigmen sangat padat dan di tengah-tengah polus posteriornya terdapat
daerah yang berbentuk lonjong dan avaskuler yang disebut fovea sentralis, yang
berupa lekukan bebas batang (kira-kira diameternya 350 mikron). Bagian pusat fovea
yang menggaung disebut foveola.
Macula memiliki dua refleks, yaitu refleks cincin atau refleks tepi terdapat di
pinggir dan refleks fovea atau refleks sentral yang lebih kecil sebesar kepala jarum di
tengah-tengah fovea yang dapat terlihat pada fundus normal yang diperiksa dengan
oftalmoskop. Bagian tengah retina ini terletak tepat pada sumbu penglihatan, hanya
berisi kerucut dan sebagian besar dari 6,5juta kerucut retina memadati tempat yang
sempit ini.
Untuk mencapai kerucut, sinar hanya perlu menembus jaringan tipis yang
terletak di atasnya yang ketebalannya hanya seperlima ketebalan bagian retina yang
lainnya. Tajam penglihatan bagian-bagian retina tergantung konsentrasi kerucut.
Papil saraf optic yaitu tempat dimana saraf optikus menembus sclera, normal
berbentuk bulat, berbatas tegas, pinggirnya agak lebih tinggi dari pada retina
sekitarnya, terletak disebelah nasal dengan diameter 1,5mm 1,75mm. Di bagian
tengahnya terdapat lekukan atau bangunan seperti ,mangkok berwarna agak pucat
(merah muda), besarnya 1/3 diameter papil, yang disebut ekskavasio fisiologis. Dari
bagian ini keluar arteri dan vena sentralis retina yang kemudian bercabang ke temporal
dan ke nasal juga ke atas dan ke bawah. Yang penting adalah perbandingan antara
diameter mangkok dengan papil yaitu disebut juga cups/disc ratio dengan nilai normal
0,3-0,4. Daerah papil saraf optic tidak mengandung sel-sel penglihatan yang sensitive
terhadap cahaya, karena ditempat keluarnya saraf optic tidak ada fotoreseptor lagi.
Pemeriksaan retina yang bisa dilakukan adalah dengan oftalmoskop. Sebelumnya
papil dilebarkan dahulu setelah dilakukan pemeriksaan tonometri. Obat yang biasa
dipakai untuk melebarkan pupil adalah mydriacil. Pemeriksaan dimulai dengan melihat
papil saraf optikus, pembuluh darah retina, macula dan penampakan retina.
Pada fundus normal, warna retina adalah oranye merah, bisa lebih muda atau
lebih gelap tergantung derajat pigmentasi melanin baik dalam koroid maupun epitel
pigmen retina. Pada keadaan anemis retina tampak lebih pucat dan pada perdarahan
retina akan tampak lebih merah.

D. FISIOLOGI DAN PROSES VISUAL PADA RETINA
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima
kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor.
Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan
jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.



Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel
batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen
ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu
yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi
untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada
suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel
batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka
rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen
terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang
disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata
sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan
gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka
terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata
dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan
buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum
proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh
(punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk
ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka
sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik
sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk
menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya
untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang
dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek
yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara
mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis
panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal
dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat,
otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa.
Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi
sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor
bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa
memanjang dan pipih. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda
disebut daya akomodasi Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara
kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.
Epitel pigmen retina, yang merupakan factor metabolic mempunyai akses yang
luas untuk nutrient penting seperti vitamin A dan dapat membuang produk-produk yang
tidak dibutuhkan lagi. Permeabilitas protein yang tinggi dari koriokapilaris
menyebabkan tekanan onkotik yang lebih besar dalam koroid daripada dalam retina.
Perbedaan tekanan osmotic mengakibatkan absorbsi cairan dari ruang ekstraseluler
retina ke dalam koroid, hal ini mungkin merupakan mekanisme untuk menjaga agar
retina tetap melekat pada epitel pigmen retina


BAB II
PEMBAHASAN
ABLASIO RETINA


Ablasio retina merupakan kelainan retina pada mata tenang dengan visus turun
mendadak. Ablasio retina adalah suatu keadaan dimana terjadi pelepasan sensoris
retina (sel batang dan kerucut) dari lapisan pigmen retina / RPE. Penyebab penyakit ini
antara lain karena faktor usia (insidennya meningkat pada usia pertengahan atau lebih
tua), akibat terdapatnya benda padat keras yang masuk ke dalam mata atau bersifat
herediter (biasanya terjadi pada individu yang memiliki riwayat penyakit ini dalam
keluarga). Penyebab lain seperti akibat komplikasi diabetes mellitus serta penyakit
inflamasi, tumor dan trauma. Walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan
penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak.Ablasio retina
merupakan kelainan yang bersifat darurat dan perlu mendapat tindakan segera.
Karena bila tidak ditangani sedini mungkin dapat menyebabkan gangguan penglihatan
atau kebutaan.
Sebagian besar ablasio retina terjadi karena adanya satu atau lebih robekan kecil
atau lubang pada retina, kadang proses penuaan yang normalpun dapat menyebabkan
retina menjadi tipis dan kurang sehat, sehingga cairan yang terletak antara lapisan
epitel pigmen dan lapisan sel batang dan kerucut lambat laun meluas ke bawah dan
selalu mencari tempat terendah. Makin lama cairan yang masuk makin banyak, ablasi
semakin tinggi, retina akan menjadi berlipat-lipat dan akhirnya seluruh retina terlepas,
kecuali pada ora serrata dan papil saraf optik.
Bila disebabkan karena penipisan retina atau penyusutan vitreus yang biasanya
terjadi seiring dengan bertambahnya usia atau akibat pertumbuhan mata abnormal
(penglihatan dekat), trauma dan inflamasi maka vitreus akan terlepas dari retina dan
meninggalkan satu atau lebih lubang di retina. Dikenal 3 macam bentuk ablasio retina :
1. Ablasio retina regmatogenosa
2. Ablasio retina serosa atau eksudatif
3. Ablasio retina akibat traksi

1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Ablasio retina dimana terjadi pemutusan total (suatu regma) di retina sensorik.
Gejala yang biasanya terjadi berupa fotopsia (melihat pijaran api), melihat benda
bergerak, kehilangan lapang pandan g perifer, penglihatan sentral yang tidak jelas serta
metamorfopsia.
Pada funduskopi didapatkan kelainan berupa
Pigmen pada badan kaca (tanda Shaffer)
Retina terangkat berwarna pucat dengan
pembuluh darah diatasnya
Robekan retina berwarna merah
Retina tampak berwarna susu,
berkilauan, dengan lipatan undulasi
retina
2. Ablasio Retina Serosa atau Eksudatif
Ablasio retina yang terjadi akibat terdapatnya timbunan cairan serosa atau
eksudat di bawah retina sensorik. Cairan dapat mengikuti hukum gravitasi yaitu selalu
mengikuti tempat terbawah dari mata.
Keluhan seperti berkurangnya lapang pandang dan metamorfopsia dapat terjadi.
Pada fundus okuli didapatkan kelainan seperti gambaran retina yang halus, tembus
cahaya dan menonjol seperti kubah, biasanya tidak terdapat perdarahan kecuali bila
terjadi vaskulopati retinal.
3. Ablasio Retina Akibat Traksi
Terjadi akibat kontraksi pada korpus vitreus sehingga menarik jaringan
fibrovaskuler proliferatif (jaringan parut) dan retina dibawahnya kearah anterior menuju
dasar korpus vitreus. Penyakit ini terjadi perlahan-lahan dan progresivitasnya
ditentukan oleh proliferasi fibrovaskuler.
Gejala yang terjadi berupa berkurangnya penglihatan sentral dan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan bila tidak diobati.Pada funduskopi diperoleh
gambaran permukaan yang lebih konkaf, halus dan gambaran pita memancar keluar
dari korpus vitreus.

DIAGNOSIS
Subjektif antara lain penderita mengeluh kilatan-kilatan cahaya beberapa hari
atau minggu sebelumnya (fotopsia), melihat tirai yang bergerak ke satu arah, lambat
laun tirai semakin turun dan menutup mata (terjadi ablasi total, persepsi cahaya
menjadi 0). pada beberapa kasus mungkin terjadi tanpa kilatan-kilatan yang nyata tapi
penglihatan seolah bergelombang atau berair atau pada penglihatan pinggir terdapat
bayangan hitam.
Objektif dengan oftalmoskop, didapatkan fundus okuli :
Retina berwarna kehijauan dengan lipatan berwarna putih, tidak bergelombang,
retina yang lepas sedikit berubah warna menjadi abu-abu seperti awan
Gambaran koroid kadang masih terlihat (refleks merah)
Pembuluh darah berwarna lebih gelap, lebih berkelok-kelok, refleks cahaya (-)

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa dibedakan berdasarkan akut dan
kronik. Pada yang akut harus ditangani dalam waktu 24-48 jam dan yang kronik dalam
waktu 1 minggu setelah ditegakkan diagnosis.
Terapi yang dapat diberikan seperti fotokoagulasi laser bila ditemukan robekan-
robekan kecil dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina dan cryopexy yaitu
membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina,
dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina
dengan dinding belakang bola mata. Pilihan lain untuk terapi ablasi retina
regmatogenosa seperti prosedur buckling sclera, retinopexy pneumatic dan tamponade
minyak silicon intraocular.
Ablasio retina akibat traksi dapat diterapi dengan metode tamponade minyak
silicon dan pembedahan vitrektomi persplana. Sedangkan ablasio retina serosa atau
eksudatif penanganannya lebih sederhana dan biasanya membaik spontan dengan
penanganan yang sesuai pada kondisi tertentu.

































DAFRTAR PUSTAKA


1. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2005.
2. Ilyas, S. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : sagung seto, 2001
3. www.bandung eye center.com
4. Vaughan, G Daniel, dkk. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika,
Cetakan I, 2000
































REFERAT
ABLATIO RETINA




Ibnu Zamsa Firmanullah
2004730032

Pembimbing:
Dr. Hj. Hasri Darni Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK STASE MATA
RSI PONDOK KOPI - JAKARTA TIMUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2010

Você também pode gostar