Você está na página 1de 34

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KAPABILITAS ANGGOTA DPRD DALAM PENGAWASAN
KEUANGAN DAERAH (APBD)

INDAH MUSTIKA DEWI
WARSITO KAWEDAR, S.E., M.Si., Akt.

ABSTRACT

This study aims to examine the influence of personal background,
political background, budgeting knowledge members of DPRD and
understanding members of DPRD on Rules, Policies and Procedures towards the
capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). This
research is motivated by the fact that individual background will effect to
individual behavior on political activity.
Independent variables in this research are personal background, political
background, budgeting knowledge members of DPRD and understanding
member of DPRD on Rules, Policies and Procedures. Dependent variable are the
capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). The data in
this research consist of primary data that taken from questionaires distributed
directly to respondents. The collected are from 102 respondents that members of
DPRD at ex Semarang Residence. Hipothesis of this study are examine by using
Multiple Linear Regression.
The result of this study indicaed thats, first, personal background
political have positive and not significant influence toward the capability
members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p value = 0,104
and coefficient regression are = 0,199. Second, political background have
negative and not significant influence towards the capability members of DPRD
on region financial oversight (APBD) with p value = 0,349 and coefficien
regression are = -0,084. Third, budgeting knowledge members of DPRD have
positive and significant influence toward the capability members of DPRD on
regional financial oversight (APBD) with p value = 0,000 and coefficient
regression are = 0,531. Fourth, understanding members of DPRD on Rules,
Policies and Procedures have positive and significant influence toward the
capability members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p
value = 0,000 and coefficient regression are = 0,039.

Keywords : Personal background, political background, budgeting knowledge,
understanding members of DPRD on Rules, Policies and
Procedures, the role of DPRD, and region financial oversight
(APBD).



2

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejak dikeluarkannya peraturan tentang otonomi daerah yaitu Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, maka kekuasaan atau tanggung jawab yang dibebankan kepada
pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya secara maksimal menjadi lebih
besar. Salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi adalah masalah keuangan dan anggaran daerah (APBD). Oleh
karena itu, diperlukan peranan anggota DPRD yang sangat besar untuk
mengontrol kebijakan keuangan daerah (APBD) yang ekonomis, efisien, efektif,
transparan dan akuntabel.
Namun demikian, pada kenyataannya tuntutan tersebut juga harus
dihadapkan pada kondisi faktual bahwa sebagian besar anggota DPRD periode ini
didominasi oleh wajah baru, yang dipilih dan diangkat dari partai-partai
pemenang pemilu yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang
berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. Sehingga ketika mereka dipilih menjadi
anggota dewan, keterbatasan pengetahuan dan pengalaman ini akan menjadi
kendala dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Hal ini memerlukan waktu yang
relatif lebih banyak untuk mendalami dan memahami tugas serta wewenangnya
dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat.
Kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam pengawasan
keuangan daerah mungkin terjadi karena kelemahan sistem politiknya ataupun


3

individu sebagai pelaku politik. Secara aktual kegiatan politik dilakukan oleh
individu, sedangkan perilaku lembaga politik pada dasarnya berpedoman pada
perilaku individu dengan pola tertentu.
Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga dalam hal ini
DPRD yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu
yang secara aktual mengendalikan lembaga yaitu para anggota dewan. Penelitian
Winarna dan Murni (2007) yang meneliti pengaruh personal background dan
political background terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
menunjukkan bahwa hanya tingkat pendidikan, partai politik, dan komisi yang
berpengaruh signifikan. Indriani dan Baswir (2003) meneliti pengaruh
pengetahuan dan RPPs terhadap peranan DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah. Hasil penelitiannnya menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh
terhadap peranan DPRD dapam pengawasan keuangan daerah.

TELAAH PUSTAKA
Teori Peran
Dasar perlunya peran anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
yang ditujukan kepada pemerintah daerah dijelaskan dalam lingkup
behavioralisme yaitu teori peran. Definisi peran menurut Ralph Linton (1936)
adalah sebagai aspek dinamis dari suatu status, bahwa setiap status dalam
masyarakat memiliki peran yang melekat dan setiap peran melekat pada status.
Sementara Raplh Linton (1936) mendefinisikan status sebagai kumpulan hak dan
kewajiban, selanjutnya status dilihat sebagai posisi dan peran sebagai


4

serangkaian hak dan kewajiban yang di harapkan. Sedangkan Siegel dan Helena
(1989) mendefinisikan peran secara sederhana sebagai bagian-bagian yang orang
bermain dalam interaksi mereka dengan orang lain. Peran membedakan perilaku
orang yang menduduki posisi-posisi organisasi tertentu dan berfungsi untuk
menyatukan kelompok dengan menyediakan untuk spesialisasi dan koordinasi
fungsi.
Teori peran fokus pada perspektif perilaku dengan menjelaskan interaksi
sosial sebagai perilaku yang terkait dengan posisi sosial tertentu. Teori peran
menawarkan potensi untuk mempelajari manusia sebagai makhluk hidup,
makhluk rasional, dan untuk mendapatkan kontrol terhadap keberadaan sosial
(Biddle, 1979) dalam (Broderick, 1998). Sedangkan Arfan dan Ishak (2008), teori
peran menjelaskan bahwa peran dapat digambarkan secara sederhana sebagai
bagian dari orang yang berinteraksi satu sama lain. Teori peran berasal dari teori
penetrasi sosial (Altman dan Taylor, 1973); pendekatan interaksi sosial untuk
sosiologis pemikiran (Goffman, 1959, 1967; Simmel, 1908/1950) dan elemen
teori pertukaran sosial (Homans, 1961; Kelley dan Thibaut, 1978) menekankan
fokusnya pada interaktivitas dalam pola pertukaran sosial (Broderick, 1998).

Keuangan Daerah
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan umum
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah sebagai berikut:
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat


5

dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. Menurut
Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.

Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan adalah segala kegiatan dan tindakan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana dan tujuan serta
rencana yang telah ditetapkan (Baswir, 1999) dalam (Indriani dan Baswir, 2003).
Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat,
mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik
secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen,
tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis (Fanindita, 2010).
Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 (tentang tata cara
pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah) pasal 1 Ayat 6 menyebutkan
bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan yang berlaku. Selanjutnya juga disebutkan bahwa pengawasan


6

penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri atas pengawasan fungsional,
pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.
Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD (pengawasan legislatif) bisa
dilakukan secara preventif dan represif, serta secara langsung maupun tidak
langsung. Tujuan pengawasan APBD adalah untuk: 1) menjaga agar anggaran
yang disusun benar-benar dapat dijalankan, 2) menjaga agar pelaksanaan APBD
sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan 3) menjaga agar hasil
pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan (Alamsyah, 1997)
dalam Robinson (2006).

Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)
Kapabilitas adalah kapasitas individu untuk menggunakan sumber daya
yang dimilikinya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir
yang diinginkan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kapabilitas DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah/APBD adalah kapasitas yang dimiliki oleh
anggota dewan dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan pengawasan terhadap
penggunaan APBD dengan kuantitas dan kualitas yang terukur yang didasarkan
atas kompetensi, pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki oleh
anggota dewan tersebut.

Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan landasan teori di atas dapat disusun kerangka pemikiran
teoritis dapat dilihat pada gambar 1.


7

Hipotesis Penelitian
Pengaruh Personal Background terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)
Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat
pada seorang individu. Dalam penelitian ini personal background yang dimaksud
adalah personal background dari anggota DPRD periode 2009-2014 yaitu latar
belakang diri dari anggota dewan yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, bidang pendidikan, pengalaman pekerjaan anggota dewan, dan
pegalaman organisasi. Semakin anggota DPRD memiliki personal background
yang tinggi maka pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya juga semakin
maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Winarna dan Murni (2007) menemukan
bukti empiris bahwa personal background tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Dari uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah:
H
1
: Personal background berpengaruh positif terhadap kapabilitas
anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

Pengaruh Political Background terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)
Political background merupakan latar belakang dari pengalaman
seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu
saja tidak lepas dari partai politik. Setiap lembaga (DPRD) memiliki political


8

background seperti individu yang ada didalamnya. Seorang anggota dewan harus
mempunyai latar belakang politik yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai
anggota dewan. Personal background meliputi pengalaman DPRD, pengalaman
politik, komisi, partai, ideologi partai, jabatan di DPRD, jabatan di Partai, dan
jumlah partai yang pernah ddikuti. Semakin seorang anggota DPRD memiliki
political background yang lebih baik maka pengawasan terhadap pelaksanaan
keuangan daerah (APBD) akan semakin berkualitas dan baik.
Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Witono dan Baswir
(2003) menyatakan bahwa political background berpengaruh terhadap kapabilitas
anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dari uraian di atas
maka hipotesis yang diajukan adalah:
H
2
: Political background berpengaruh positif terhadap kapabilitas
anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

Pengaruh Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran terhadap
Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)
Pengetahuan merupakan persepsi responden tentang anggaran
(RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan, dan
kebocoran anggaran. Sedangkan Nur dan Bambang (1999) dalam Winarna dan
Murni (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil
dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir yang menjadi dasar manusia
dalam bersikap dan bertindak. Pengalaman dan pengetahuan yang tinggi akan
sangat membantu seseorang dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya


9

sesuai dengan kedudukan anggota DPRD Sebagai wakil rakyat. Semakin luas
pengetahuan anggota dewan tentang anggaran maka semakin besar kapabilitas
anggota dewan tersebut dalam melakukan pengawasan keuangan daerah.
Yudoyono (2000) menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan
hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif
serta menempatkan kedudukannya secara proposional jika setiap anggota
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan
pemerintah, kebijakan publik. Pengetahuan DPRD tentang anggaran dapat
meningkatkan kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H
3
: Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh
positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD).

Pengaruh Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Prosedur, dan
Kebijakan terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan
Keuangan Daerah (APBD)
Peraturan digunakan untuk menjelaskan tindakan apa saja yang boleh
dilakukan atau tidak. Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk
menjcapai tujuan. Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan. Peraturan, kebijakan dan prosedur ini
berfungsi sebagai pedoman anggota DPRD dalam melakukan pengawasan
keuangan daerah (APBD) agar berjalan secara efektif sehingga memastikan


10

apakah pelaksanaan keuangan daerah (APBD) telah sesuai dengan tujuan dan
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. Semakin paham anggota dewan
terhadap peraturan, prosedur, dan kebijakan tentang keuangan daerah (APBD)
maka anggota DPRD tersebut akan semakin kapabel dalam melakukan
pengawasan keuangan daerah (APBD).
Namun demikian, jumlah peraturan, prosedur dan kebijakan yang
berlebihan dapat berpengaruh terhadap disfungsionalisasi individu dan organisasi,
serta membunuh inisiatif individu, mengeliminasi perilaku risk-taking,
mengurangi kepuasan kerja serta memicu sisnisme dan persaingan. Indriani dan
Baswir (2003) juga membuktikan bahwa peraturan, prosedur dan kebijakan
(RPPs) tidak berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD). Semakin banyak peraturan, prosedur, dan
kebijakan yang ada, maka akan memberikan kecenderungan pada anggota dewan
untuk lebih banyak lagi melanggar peraturan, prosedur, dan kebijakan tersebut.
Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H
4
: Pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, prosedur dan
kebijakan berpengaruh positf terhadap kapabilitas anggota DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti
(Sekaran, 2003). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah


11

Pengawasan keuangan daerah (APBD). Pengawasan yang dimaksud adalah
pengawasan terhadap anggaran yang mengacu pada tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh pihak di luar eksekutif dalam hal ini adalah DPRD untuk
mengawasi pengelolaan keuangan daerah (APBD). Pengawasan anggaran diukur
dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Sopanah (2003).
Variabel ini menggunakan 9 item pernyataan yang menanyakan aktivitas
pengawasan yang dilakukan oleh setiap anggota DPRD pada setiap tahapan
APBD. Pengukuran variabel dengan skala likert 1 sampai dengan 5, yaitu: 1=
tidak pernah; 2= jarang; 3= kadang-kadang; 4= sering; dan 5= selalu. Jawaban
item pernyataan tersebut memiliki nilai kisaran 9 45.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik pengaruh positif maupun negatif. Variabel independen (X) yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Personal Background (X
1
)
Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat pada
seorang individu. Variabel personal Background meliputi beberapa dimensi,
yaitu: jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, bidang pendidikan, latar
belakang pekerjaan, pengalaman organisasi. Dimensi tersebut didasarkan
pada penelitian yang dikembangkan oleh Winarna dan Murni (2007).
Variabel ini diukur dengan skala nominal.
2. Political Background (X
2
)
Political background merupakan latar belakang dari pengalaman seseorang
dalam berkecimpung di dunia politik. Variabel ini meliputi beberapa dimensi,


12

yaitu: pengalaman politik, pengalaman di DPRD, latar belakang partai politik,
latar belakang ideologi partai politik, asal komisi, jabatan di partai politik,
jabatan di DPRD, dan jumlah partai politik yang pernah diikuti. Dimensi
tersebut didasarkan pada penelitian yang dikembangkan oleh Winarna dan
Murni (2007). Variabel ini diukur dengan skala nominal.
3. Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran (X
3
)
Pengetahuan angota DPRD tentang anggaran merupakan persepsi responden
tentang anggaran (RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau
kegagalan, dan kebocoran anggaran. Instrumen pengukuran pengetahuan
anggaran dilakukan dengan menanyakan pengetahuan dan pemahaman
anggota DPRD tentang RAPBD/APBD dalam konteks anggaran yang
berbasis kinerja. Variabel ini diukur dengan menggunakan 10 item
pernyataan yang dikembangkan oleh Sopanah (2003). Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala likert dengan rentang nilai antara 1 sampai 5
(tidak pernah-sangat sering). Jawaban item pernyataan tersebut memiliki
nilai kisaran 10-50.
4. Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan, dan Prosedur
(X
4
).
Peraturan menjelaskan tindakan apa saja yang boleh dilakukan atau tidak.
Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan. Variabel ini diukur dengan menanyakan tingkat
pemahaman anggota DPRD tentang peraturan dan perundang-undangan yang


13

berlaku. Pernyataan ini dikembangkan oleh penulis dengan mengacu pada
Peraturan dan Undang-Undang tentang pengawasan, serta
mempertimbangkan fungsi pengawasan pada setiap tahapan APBD yakni
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap pelaporan.
Variabel ini menggunakan 15 item pernyataan yang diukur dengan
menggunakan skala likert dengan rentang nilai antara 1 sampai 5 (tidak
pernah-sangat sering). Masing-masing item pernyataan terdiri dari lima
peraturan dan Undang-Undang sehingga jawaban item pernyataan tersebut
memiliki nilai kisaran 75-375. Peraturan dan Undang-Undang tersebut terdiri
dari:
a. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
b. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
c. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007


14

tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten/Kota
Se-Eks Karesidenan Semarang dan Se-Eks Karesidenan Pati. Dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
dimana umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Oleh karena
itu, sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD
periode 2009-2014 di 4 Kabupaten dan Kota Se-Eks Karesidenan Semarang,
meliputi Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kota
Semarang serta 1 Kabupaten Se-Eks Karesidenan Pati yaitu DPRD Kabupaten
Kudus.
Metode penyebaran kuesioner adalah Personally Administered
Questionaires, yaitu penggunaan kuesioner yang disampaikan dan dikumpulkan
oleh peneliti dengan menemui responden secara langsung, sehingga peneliti dapat
memberikan penjelasan seperlunya kepada responden mengenai hal-hal yang
belum dimengerti oleh responden. Selain itu juga, penyebaran kuasioner juga di
tinggal di kantor DPRD. Hal ini disebabkan karena kesibukan anggota DPRD
pada akhir tahun sehingga kurang terdapat kesulitan untuk ditunggu secara
langsung.



15

Metode Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah kemudian dianalisis
dengan alat statistik sebagai berikut:
Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum dan minimum. (Ghozali, 2007). Statistik deskriptif
menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel.
Uji Kualitas Data
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen dalam
kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh dengan
uji validitas dan reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah
jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan memiliki
tingkat kestabilan yang tinggi dari waktu ke waktu atau tidak. Uji validitas
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Ghozali,
2007).
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan menggunakan
regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh
dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007).
Pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Goodness of Fit


16

Model. Uji Goodness of Fit Model digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi
regresi sampel dalam menaksirkan nilai aktual. Secara statistik, terdapat tiga cara
untuk mengukur goodness of fit, yaitu dari nilai koefisien determinasi, nilai
statistik F dan nilai statistik t.
Model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
Y =
0
+
1
X
1
+
2
X
2
+
3
X
3
+
4
X
4
+ e
Keterangan :
Y = Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)
X
1
= Personal Background
X
2
= Political Background
X
3
= Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran
X
4
= Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan dan
Prosedur tentang keuangan Daerah (APBD)
= Koefisien regresi
e = error

HASIL DAN ANALISIS
Deskripsi Sampel Penelitian
Jumlah anggota DPRD yang menjadi sampel berasal dari empat DPRD
Kabupaten/Kota se-Eks Karesidenan Semarang dan 1 DPRD Kabupaten/Kota se-
Eks Karesidenan Pati. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner
berdasarkan wilayahnya disajikan pada tabel 1.



17

Demografi Responden Penelitian
Data demografi responden menyajikan beberapa informasi umum
mengenai kondisi responden yang didasarkan pada dimensi personal background
dan political background dan disajikan pada tabel 2.

Analisis Data
Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu variabel
penelitian. Alat yang digunakan untuk melihat gambaran atau deskripsi variabel
penelitian adalah nilai teoritis, nilai akhir (rata-rata, minimum, maksimum), sum
dan standard deviasi yang tersaji pada tabel 3. Sedangkan penentuan rentang
kategori skor variabel dapat dilihat pada tabel 4.
Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data ini dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas
dan uji validitas terhadap item-item pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat koefisien
cronbachs alpha. Hasil uji reliabilitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai
Cronbachs Alpha yang dimiliki oleh variabel pengetahuan tentang anggaran
(0,863), pemahaman DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur (0,966),
serta pengawasan keuangan daerah (APBD) (0,867) lebih besar dari 0,60. Hal ini
berarti variabel pengatahuan tentang anggaran, pemahaman DPRD terhadap
peraturan, kebijakan dan prosedur, serta pengawasan keuangan daerah (APBD)
memiliki reliabilitas yang tinggi.


18

Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Correlation Pearson. Correlation Pearson pada tabel 6 menunjukkan bahwa
korelasi yang terbentuk antara masing-masing item pernyataan dengan skor total
seluruh pernyataan dalam masing-masing variabel memiliki nilai signifikansi di
bawah 0,05 (5%), hal ini berarti setiap item pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner adalah valid.

Uji Hipotesis
Ringkasan hasil regresi untuk pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel
7. Tabel 7 menunjukkan bahwa besarnya nilai adjusted R
2
sebesar 0,588 yang
berarti 58,8% variasi kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen personal
background, political background, pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran
dan pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur.
Sedangkan sisanya 41,2% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model regresi.
Pada tabel 7 besarnya nilai F hitung adalah 37,071 dengan nilai
signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen mempengaruhi
kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda, maka dapat disusun
persamaan sebagai berikut:
Y = 0,496 + 0,199 X
1
0,084 X
2
+

0,531 X
3
+ 0,039 X
4
+ e



19

Pengujian Hipotesis Pertama
H
1
= Personal background berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Variabel personal background menunjukkan koefisien positif sebesar
0,199. Besarnya nilai t hitung dari variabel personal background adalah 1,639
dengan nilai signifikansi 0,104. Karena nilai signifikasnsi lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa H
0
diterima. Dengan demikian variabel personal
background berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Berdasarkan nilai t hitung dari ketujuh item personal background yang
dimasukkan ke dalam model regresi terlihat bahwa jenis kelamin, usia, agama,
tingkat pendidikan dan bidang pendidikan tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi untuk jenis kelamin (0,404), usia (0,338), agama (0,322),
tingkat pendidikan (0,983) dan bidang pendidikan (0,197) dan kelimanya jauh di
atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kapabilitas DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD) dipengaruhi oleh pekerjaan sebelum
menjadi anggota DPRD dan pengalaman organisasi yaitu masing-masing dengan
probabilitas signifikansi 0,031 dan 0,039.
Pengujian Hipotesis Kedua
H
2
= Political background berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Variabel political background menunjukkan koefisien negatif sebesar
0,084. Besarnya nilai t hitung dari variabel political background adalah -0,941


20

dengan nilai signifikansi 0,349. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa H
0
diterima. Dengan demikian variabel political
background berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas
anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Berdasarkan nilai t hitung dari kedelapan item political background yang
dimasukkan ke dalam model regresi terlihat bahwa pengalaman politik,
pengalaman di DPRD, ideologi partai, komisi, jabatan di partai, jabatan di
DPRD, dan jumlah partai yang pernah diikuti tidak berpengaruh signifikan. Hal
ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk pengalaman politik (0,387),
pengalaman di DPRD (0,757), ideologi partai (0,067), komisi (0,784), jabatan di
partai (0,621), jabatan di DPRD (0,215), dan jumlah partai yang pernah diikuti
(0,214) dan ketujuhnya jauh di atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kapabilitas DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) dipengaruhi oleh
partai anggota DPRD berasal yaitu dengan probabilitas signifikansi 0,036.
Pengujian Hipotesis Ketiga
H
3
= Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh positif
terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).
Nilai koefisien variabel pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran
sebesar 0,531 dan memiliki pengaruh positif. Hasil pengujian parsial diperoleh
nilai t hitung sebesar 7,153 dengan signifikansi 0,000. Karena nilai signifikans
lebih kecil dari 5% berarti hipotesis ketiga yang menyatakan pengetahuan anggota


21

DPRD tentang anggaran berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) berhasil menolak H
0
.
Pengujian Hipotesis Keempat
H
4
= Pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur
berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD).
Nilai koefisien variabel pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan,
kebijakan dan prosedur yang berlaku sebesar 0,039 dan memiliki pengaruh positif.
Hasil pengujian parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3,794 dengan signifikansi
0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% berarti hipotesis keempat yang
menyatakan pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan
prosedur berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD) berhasil menolak H
0
.

Interpretasi Hasil
Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H
1
)
Hasil pengujian H
1
menunjukkan bahwa personal background
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Hal tersebut mungkin dikarenakan
anggota DPRD memiliki personal background yang hampir sama, yaitu terlihat
dari responden yang sebagian besar memiliki latar belakang wiraswasta sehingga
kurang memahami pengawasan keuangan daerah (APBD). Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kemampuannya tentang pengelolaan dan pengawasan keuangan


22

daerah demi meningkatkan kapabilitas dan kualifikasi yang optimal diperlukan
pelatihan dan seminar. Semakin besar pendidikan, pengalaman dan keahlian
seseorang maka orang tersebut semakin berkualitas dalam menjalankan tugasnya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Winarna dan Murni (2007)
yang menyatakan bahwa personal background secara umum tidak berpengaruh
signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H
2
)
Hasil pengujian H
2
menunjukkan bahwa political background berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD). Hal ini disebabkan karena sebagian besar
anggota DPRD yang menjadi sampel memiliki political background yang hampir
sama yaitu terlihat dari pengalaman di politik, pengalaman di DPRD, jabatan di
partai, jabatan di DPRD, serta jumlah partai yang pernah diikuti. Hal ini juga
sama dengan hasil penelitian Winarna dan Murni (2007) yaitu mayoritas
responden memiliki pengalaman di DPRD selama 1 periode dan bernaung di
partai yang berideologi nasionalis.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Winarna dan Murni (2007)
yang menyatakan political background secara umum tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Witono dan
Baswir (2003) yang menyatakan bahwa political background berpengaruh
terhadap kapabilitas DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).



23

Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H
3
)
Hasil pengujian H
3
menunjukkan bahwa pengetahuan anggota DPRD
tentang anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kapabilitas anggota
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran maka kapabilitas
anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) yang dilakukan akan
semakin meningkat. Pengetahuan dewan yang dimaksud adalah meliputi
pengetahuan pada saat penyusunan, deteksi terhadap kebocoran dan pemborosan
serta identifikasi terhadap kebocoran dan pemborosan APBD.
Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Indriani dan Baswir (2003), Sopanah dan Mardiasmo (2003), Werimon
(2005), Robinson (2006), Corynata (2007), Winarna dan Murni (2007) yang
menyatakan bahwa pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh secara
signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh Dewan.

Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H
4
)
Hasil pengujian H
4
menunjukkan bahwa pemahaman anggota DPRD
terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Hal ini menunjukkan bahwa anggota DPRD menyadari arti pentingnya peraturan
dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota DPRD khususnya dalam
pengawasan keuangan daerah. Peraturan, prosedur dan kebijakan ini berfungsi
sebagai pedoman untuk memastikan apakah pelaksanaan keuangan daerah
(APBD) telah sesuai dengan tujuan dan peraturan perundang-undangan yang


24

ditetapkan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pemahaman anggota DPRD
terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur maka kapabilitas anggota DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) yang dilakukan akan semakin
meningkat.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Indriani dan Baswir (2003)
yang menyatakan bahwa peraturan, prosedur dan kebijakan (RPPs) tidak
berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD) yang berarti bahwa semakin banyak peraturan, prosedur, dan
kebijakan yang ada, maka akan memberikan kecenderungan pada anggota dewan
untuk lebih banyak lagi melanggar peraturan, prosedur, dan kebijakan tersebut.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu pengawasan keuangan daerah. Namun secara
individu hanya pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran dan pemahaman
anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur yang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Sedangkan
personal background berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Serta
political background berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).



25

Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya:
1. Penyebaran kuesioner untuk DPRD Kota Semarang dan Kabupaten
Semarang tidak dapat dilakukan ke semua anggota DPRD. Hal ini
disebabkan kesibukan anggota DPRD dan keterbatasan waktu penelitian.
2. Adanya variabel-variabel lainnya yang diduga berpengaruh terhadap
pengawasan anggaran namun belum tercakup dalam penelitian ini.
3. Masih terbatasnya populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini,
sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan.

Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan keterbatasan yang ada, maka
terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan variabel-variabel
lain seperti partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik,
akuntabilitas, motivasi, komitmen politik, psychology dewan, pengambilan
keputusan, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, serta peran lembaga-
lembaga pengawas dan pemeriksa lainnya.
2. Penelitian selanjutnya dapat memperluas populasi dan sampel yang lebih
luas untuk anggota DPRD Propinsi atau bahkan DPRD Pusat sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan.




26

DAFTAR PUSTAKA

Broderick, Anne J. 1998. Role theory, role management and service
performance, dalam jurnal The Journal of Services Marketing, Vol. 12
No. 5 1998, pp. 348-361. MCB University Press, 0887-6045.

Corynata, Isma. 2007. Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi
Kebijakan Publik sebagai Pemoderating Hubungan Pengetahuan Dewan
tentang Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD), dalam
Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli. Makassar: Universitas
Hasanudin.

Fanindita, Fanina, 2010. Rekruitmen Politik terhadap Perempuan dalam Partai
Politik dan Parlemen, Suatu Studi terhadap DPRD Tingkat I Periode 2004-
2009 di Sumatera Utara, Tesis S2 Program Studi Magister Sains
Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Edisi 2. Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.

Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2008. Akuntansi Keperilakuan, Cetakan
Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.

Indriani, Rini dan Revrisond Baswir. 2003. The Effect of Knowledge, and Rules,
Procedures and Policies (RPPs) on Role of Local Legislature in Local
Financial Control (A Case Study of Regency and Municipal Legislatures
in Bengkulu Province), dalam jurnal Sosiohumanika. Vol. 16A. No. 1.
Januari. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Laksono, Agung. 2009. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pasca
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dalam jurnal Majelis. Vol. 1 No.1. Agustus.

Mardiasmo, 2001, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja
Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Andi.
Yogyakarta.

Nurhayati, 2008. Pengawasan DPRD terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Padang Panjang


27

Tahun 2006. Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Program
Pascasarjana Universitas Andalas.


Robinson. 2006. Pengaruh Kualitas Anggaran terhadap Efektivitas Pengawasan
Anggaran: Pengetahuan tentang Anggaran Sebagai Variabel Moderating
(Studi Empiris pada DPRD Kabupaten & Kota Se-Propinsi Bengkulu).
Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.

Roseptalia, Rima. 2006. Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran
terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Variabel Moderator
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik. Skripsi S1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Sari, Irmala. 2010. Pengaruh personal background dan political background serta
Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Kinerja DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah/APBD (Studi Empiris pada DPRD Kota
Padang). Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business : Skill Bulding Approach.
Third Edition. New York. John Wiley & Sons Inc.

Siegel, Gary and Helene Ramanauskas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting.
United States of America. South-Western Publishing Co.

Sopanah, dan Mardiasmo. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan
Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan antara Pengetahuan
Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah, dalam
Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal 1160-1173. 16-17 Oktober.
Surabaya.

Sopanah. 2005. Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan
Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan
Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD), dalam Jurnal
Logos. Vol. 3. No. 1. Juli. Malang: Universitas Widya Gama.

Syahruddin, dan Taifur Werry Darta. 2002. Peran DPRD Untuk Mencapai Tujuan
Desentralisasi dan Perspektif Daerah Tentang Pelaksanaan Desentralisasi
(The Role Of The Regional Assembly In Achieving The Objective Of
Decentralization and Regional Perspectives In The Implementation Of
Decentralization). Faculty of Economics Pusat Studi Kependudukan,
Universitas Andalas, Regional University Research, On Decentralization
in Indonesia, Project 497-0357 / 204-000, ECG, USAID/Indonesia, Center


28

for Institutional Reform and the Informal Sector (IRIS) University of
Maryland at College Park.

Turner, Ralph H. 2001. Handbook of Sociological Theory Handbooks of
Sociology and Social Research, Part III, 233-254. Diakses tanggal 30
Maret 2011, dari www.SpingerLink.com

Werimon, Simson. 2005. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi
Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang
Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris
Di Provinsi Papua). Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Werimon, Simson dan Imam Ghozali dan Mohamad Nazir. 2007. Pengaruh
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap
Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris Di Provinsi
Papua), dalam Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli. Makassar:
Universitas Hasanudin.

Wibowo, Sri Muktiani, 2007. Dampak APBD terhadap Perkembangan Ekonomi
Lokal, dalam Konfrensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan Sektor
Publik Pertama, 25-26 April. Surabaya.

Winarna, Jaka dan Sri Murni. 2007. Pengaruh Personal Background, Political
Background dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Peran
DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Di Karesidenan
Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006), dalam
Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli. Makassar: Universitas
Hasanudin.

Witono, Banu dan Revrisond Baswir. 2003. An Analysis on Influence of Personal
Background and Political Culture on Regional Parliaments Role in
Regional Financial Oversight, dalam jurnal Sosiohumanika. Vol. 16A.
No. 3. September. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah
Mada.

Yudoyono, Bambang. 2000. Optimalisasi Peran DPRD dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
http://www.bangda.depdagri.go.id/jurnal/jendela/jendela3.htm. Diakses
tanggal 7 Oktober 2010.




29

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)











Tabel 1
Ringkasan Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Berdasarkan Wilayah

N
o
Kabupaten
/Kota
Kuesioner
yang
disebar
Kuesioner
yang tidak
Kembali
Kuesioner
yang
Kembali
Kuesioner
yang
diolah
Tingkat
Pengemba
lian (%)
Data
yang
Digunak
an (%)
1 Kota
Semarang
20 7 13 13 65 65
2 Kabupaten
Semarang
35 12 23 12 66 34
3 Kabupaten
Kendal
50 6 44 25 88 50
4 Kabupaten
Demak
50 20 30 18 60 36
5 Kabupaten
Kudus
45 9 36 34 80 75
Jumlah 200 54 146 102 73 51
Sumber : Data Primer yang diolah,2011
H
4

H
1

H
2

H
3

Variabel Dependen

Variabel Independen

Pengawasan
Keuangan Daerah
(APBD)
Pengetahuan Anggota DPRD
tentang Anggaran
Pemahaman Anggota DPRD
terhadap Peraturan, Kebijakan dan
Prosedur

Personal Background
Political Background



30


Tabel 2
Ringkasan Demografi Responden Penelitian

Keterangan Jumlah
Persentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 80 78,4
Perempuan 22 21,6
Usia
20-29 tahun 10 9,8
30-39 tahun 32 31,4
40-49 tahun 38 37,3
50 tahun ke atas 22 21,6
Agama
Islam 98 96
Kristen Protestan 2 2
Katolik 2 2
Hindu 0 0
Budha 0 0
Tingkat
Pendidikan
SMA/SMK 16 15,7
DIII 11 10,8
S1 70 68,6
S2 5 4,9
Latar
Belakang
Pendidikan
Ilmu Ekonomi 24 23,5
Ilmu Hukum 16 15,7
Ilmu Sosial 21 20,6
Ilmu Nonsosial 11 10,8
Ilmu Agama 11 10,8
Ilmu Lainnya 19 18,6
Latar
Belakang
Pekerjaan
Karyawan Swasta 8 7,8
Wiraswasta 83 81,4
PNS 11 10,8
Pengalaman
Organisasi
Akademisi 6 5,9
LSM 10 9,8
Non-LSM 4 3,9
Organisasi Masyarakat 9 8,8
Organisasi Politik 66 64,7
Lainnya 7 6,9
Pengalaman
Politik
1-10 tahun 64 62,7
11-20 tahun 27 26,5
21-30 tahun 9 8,8
>30 tahun 2 2,0
Pengalaman
di DPRD
1 Periode 76 74,5
2 Periode 16 15,7
3 Periode 7 6,9
>3 Periode 3 2,9



31

Partai
Golkar 16 15,7
PDIP 16 15,7
PPP 7 6,9
PKB 13 12,7
PAN 6 5,9
Demokrat 12 11,8
Partai Lainnya 32 31,4
Ideologi
Partai
Nasionalis 47 46,1
Nasionalis Agama 19 18,6
Agama 24 23,5
Demokratis 12 11,8
Komisi
A 18 17,6
B 25 24,6
C 29 28,4
D 27 26,5
Unsur Pimpinan 3 2,9
Jabatan di
Partai
Ketua Partai 13 12,7
Wakil Ketua Partai 26 25,5
Anggota 63 62,8
Jabatan di
DPRD
Ketua DPRD 1 1,0
Wakil Ketua DPRD 2 1,9
Ketua Komisi 9 8,8
Wakil Ketua Komisi 6 5,9
Anggota DPRD 84 82,4
Jumlah Partai
yang Pernah
Diikuti
1 Partai 83 82,4
2 Partai 17 16,7
3 Partai 0 0
>3 Partai 2 1,9
Sumber: Data primer yang diolah, 2011

Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel
Rentang Teoritis Hasil Akhir
Sum SD Kategori
min Max mean min Max mean
PA
10 50 30 20 50 43,31
4.418
5,038
Tinggi
RPPs 75 375 225 150 375 331,85 33.849 36,599 Tinggi
PKD 9 45 27 25 45 38,63 3.940 4,933 Tinggi
N 102
Sumber : Data Primer yang diolah, 2011




32

Tabel 4
Rentang Kategori Skor Variabel

Variabel
Rentang Kategori
Rendah Sedang Tinggi
Pengetahuan Anggota DPRD tentang
Anggaran
10-23,33 13,34-36,66 36,67-50
Pemahaman Anggota DPRD terhadap
Peraturan, Kebijakan, dan Prosedur
75-175 176-275 276-375
Pengawasan Keuangan Daerah
(APBD)
9-21 22-33 34-45

Tabel 5
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Cronbachs Alpa Keterangan
1 Pengetahuan tentang Anggaran 0,863 Reliabel
2 Pemahaman DPRD terhadap
Peraturan, Kebijakan dan Prosedur
0,966 Reliabel
3 Pengawasan Keuangan Daerah 0,867 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah, 2011




33

Tabel 6
Ringkasan Hasil Uji Validitas

No. Variabel Pernyataan
Correlation
Pearson
Signifikansi Keterangan
1 Pengetahuan Anggota
DPRD tentang
Anggaran (X
3
)
(X
31
) 0,801 0,000 Valid
(X
32
) 0,725 0,000 Valid
(X
33
) 0,501 0,000 Valid
(X
34
) 0,762 0,000 Valid
(X
35
) 0,650 0,000 Valid
(X
36
) 0,708 0,000 Valid
(X
37
) 0,648 0,000 Valid
(X
38
) 0,700 0,000 Valid
(X
39
) 0,550 0,000 Valid
(X
310
) 0,638 0,000 Valid
2 Pemahaman Anggota
DPRD terhadap
Peraturan, Kebijakan
dan Prosedur
(X
41
) 0,822 0,000 Valid
(X
42
) 0,811 0,000 Valid
(X
43
) 0,840 0,000 Valid
(X
44
) 0,755 0,000 Valid
(X
45
) 0,797 0,000 Valid
(X
46
) 0,832 0,000 Valid
(X
47
) 0,838 0,000 Valid
(X
48
) 0,832 0,000 Valid
(X
49
) 0,880 0,000 Valid
(X
410
) 0,772 0,000 Valid
(X
411
) 0,833 0,000 Valid
(X
412
) 0,897 0,000 Valid
(X
413
) 0,853 0,000 Valid
(X
414
) 0,876 0,000 Valid
(X
415
) 0,693 0,000 Valid
3 Pengawasan
Keuangan Daerah
(APBD)
(Y
1
) 0,785 0,000 Valid
(Y
2
) 0,543 0,000 Valid
(Y
3
) 0,683 0,000 Valid
(Y
4
) 0,732 0,000 Valid
(Y
5
) 0,696 0,000 Valid
(Y
6
) 0,640 0,000 Valid
(Y
7
) 0,703 0,000 Valid
(Y
8
) 0,738 0,000 Valid
(Y
9
) 0,736 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2011




34

Tabel 7
Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Keterangan Nilai
Unstand.
Coefficients
t Sig. t
Adj R
2
0,588
F hitung 37,071
Sig. F hitung 0,000
Konstanta 0,496
Personal Background 0,199 1,639 0,104
Political Background -0,084 -0,941 0,349
PA 0,531 7,153 0,000
RPPs 0,039 3,794 0,000
Jenis Kelamin 0,997 0,838 0,404
Usia 0,515 0,962 0,338
Agama 1,579 0,994 0,322
Tingkat Pendidikan 0,013 0,021 0,983
Bidang Pendidikan 0,351 1,300 0,197
Pekerjaan 2,439 2,190 0,031
Pengalaman Organisasi 0,760 4,361 0,039
Pengalaman Politik 0,577 0,870 0,387
Pengalaman DPRD 0,206 0,311 0,757
Partai -0,444 -2,130 0,036
Ideologi Partai -0,829 -1,855 0,067
Komisi -0,120 -0,275 0,784
Jabatan di Partai -0,342 -0,496 0,621
Jabatan di DPRD 0,696 1,248 0,215
Partai yang pernah diikuti 1,126 1,250 0,214
Sumber: Data primer yang diolah, 2011

Você também pode gostar