Você está na página 1de 10

1

Alin Eliyani adalah mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi Program Sarjana
Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
2
Muhardjito adalah Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
3
Mudjihartono adalah Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

1
PENGARUH MODEL LEARNI NG CYCLE 7E-STAD
TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA
KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG

Alin Eliyani
1

Muhardjito
2

Mudjihartono
3
E-mail: alineliyani@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145


ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sikap ilmiah
kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD lebih tinggi
daripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional dan mengetahui apakah
prestasi belajar fisika kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle
7E-STAD lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional.
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sikap ilmiah kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model
Learning Cycle 7E-STAD lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara konven-
sional. Hal ini dibuktikan dari uji anova satu jalur diperoleh nilai Fhitung (5,30) lebih
besar dari Ftabel (4,00) pada taraf signifikansi 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji
Tukey HSD diperoleh nilai Tukey HSD hitung > Tukey HSD tabel yaitu 3,26 > 2,83
pada taraf signifikansi 0,05. Untuk prestasi belajar diperoleh bahwa prestasi belajar
fisika siswa yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD lebih tinggi da-
ripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional. Hal ini dibuktikan dari uji
anova satu jalur diperoleh nilai Fhitung (14,61) lebih besar dari Ftabel (4,00) pada taraf
signifikansi 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD diperoleh nilai Tuk-
ey HSD hitung > Tukey HSD tabel yaitu 5,41 > 2,83 pada taraf signifikansi 0,05.
Kata kunci: model Learning Cycle 7E-STAD, sikap ilmiah, prestasi belajar fisika

ABSTRACT: This research aims to determine whether the scientific attitude of the
group of students who studied with the Learning Cycle 7E-STAD model is higher
than the group of students who learned in a conventional way and (2) to determine
whether the physics learning achievement from a group student who are learning
physics with Learning Cycle 7E-STAD model is higher than the group of students
who was studying conventionally. This research is considered as a quasi experiment.
The result findings of the study showed that the scientific attitude of the group of
students who learnt by using the Learning Cycle 7E-STAD model is higher than
those who learnt by using conventional model. The evidence can be seen from the
anova test which Fscore (5,30) is greater than Ftable (4,00) at 0,05 significance level.
Then, it followed by the Tukey HSD test which shown that the Tukey HSD test >
Tukey HSD table at the 3,26 > 2,83 at 0,05 significance level. Meanwhile, the phys-
ics learning achievement for group of students who learnt with Learning Cycle 7E-
STAD model is higher than those who learnt by using conventional model. It is
proven from the anova test point score which obtained Fscore (14,61) is greater than
Ftable (4,00) at 0,05 significance level. Then followed by the Tukey HSD test score
which obtained Tukey HSD test > Tukey HSD table at 5,41 > 2,83 at 0,05 signifi-
cance level.
Keywords: Learning Cycle 7E-STAD model, scientific attitude, physics learning
achievement

Salah satu standar kompetensi lulusan mata pelajaran fisika yang tertuang
dalam peraturan menteri pendidikan nasional tahun 2006 adalah mengembangkan
2



pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas, 2006). Hal ini menuntut
aktivitas siswa yang lebih selama mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas siswa
ini adalah dalam upaya untuk memahami konsep-konsep fisika yang ada karena
konsep fisika berasal dari gejala-gejala yang terjadi di alam dan untuk
memahaminya, akan terasa sulit jika siswa hanya mendengarkan dari penjelasan
guru saja. Oleh karena itu, siswa harus mengalami proses dalam menemukan
konsep tersebut. Penemuan konsep siswa ini seperti dengan melakukan percobaan
di kelas atau di laboratorium, diskusi, dan berlatih memecahkan masalah untuk
menguatkan konsep baru yang telah siswa dapatkan. Aktivitas tersebut
diupayakan dalam rangka memupuk sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, sikap
jujur, sikap tanggung jawab, sikap terbuka, dan sikap kerjasama.
Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, guru jarang membuat siswa
duduk berkelompok untuk berdiskusi dan melakukan praktikum fisika. Jika
praktikum tersebut dilakukan, biasanya dilakukan setelah semua materi dalam
satu bab diberikan. Pada saat melakukan praktikum tersebut banyak siswa yang
suka mengganggu praktikum kelompok lain. Selain itu, siswa yang aktif
menjawab pertanyaan guru, mengungkapkan pendapat, dan siswa yang bertanya
hanya satu sampai tiga orang saja sehingga siswa yang lain terlihat pasif. Guru
selalu memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk menambah nilai ulangan
harian siswa yang belum mencapai KKM yaitu 75. Namun, siswa sering terlambat
mengumpulkan tugas tersebut. Jika guru tidak menyuruh siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang ada di modul maka siswa tidak ada yang
mengerjakannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa seperti rasa
ingin tahu, tanggung jawab, keterbukaan, dan kerjasama antar siswa masih terlihat
kurang dan perlu untuk ditingkatkan.
Nilai ulangan harian siswa kelas X SMA Negeri 10 Malang semester 1 dan
semester 2 materi alat-alat optik berdasarkan hasil wawancara dan data observasi,
rata-rata masih banyak yang berada di bawah nilai KKM yaitu 75. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap ilmiah dan prestasi belajar fisika siswa kelas X SMA
Negeri 10 Malang terlihat masih kurang.
Model pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas siswa dalam belajar
agar dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa adalah Learning
Cycle 7E. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa
untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan
sebelumnya, melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa
keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
eksperimen, demonstrasi, dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, model pembelajaran Learning Cycle memiliki kelemahan.
Kelemahan tersebut menurut Eisenkraf (2003) adalah jika pelaksanaan
pembelajaran dengan Learning Cycle tidak efektif dapat menimbulkan tidak
sistematisnya pengetahuan yang dibangun pada siswa. Ketidaksistematisan ini
menimbulkan tidak efektifnya dalam penyampaian pengetahuan kepada siswa
yang akhirnya berdampak kurang pahamnya siswa terhadap konsep yang telah
diajarkan. Untuk menutup kelemahan Learning Cycle 7E tersebut model
pembelajaran STAD bisa digunakan sebagai solusinya.
3



STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan efektif menurut Slavin
(1991:350). Model pembelajarn STAD menekankan adanya kerjasama siswa
dengan kelompoknya sehingga siswa menjadi lebih aktif. STAD merupakan
model pembelajaran kooperatif yang secara efektif meningkatkan pemahaman
siswa dengan saling bertukar pikiran untuk menyampaikan pendapat dan
pemahaman masing-masing. Dengan adanya penghargaan/pengakuan kelompok
terbaik, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menguasai materi ajar
agar dapat menyumbang, mendukung, dan membantu satu sama lain dalam
kelompok sehingga setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari materi dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok
sehingga kerjasama dan keterbukaan akan semakin terjalin dengan baik.
Kelebihan dari model pembelajaran STAD adalah melatih siswa dalam
mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif. Selain
itu, peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator,
mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010).
Berdasarkan karakteristik Learning Cycle dan STAD maka keduanya
memungkinkan untuk digunakan bersama-sama karena langkah pembelajarannya
dapat saling mengisi. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD dimasukkan
ke dalam fase-fase Learning Cycle dari fase engagement hingga fase elaboration.
Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila
mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman sebaya.
Dengan penggabungan kedua model pembelajaran tersebut dan berdasarkan
karakteristik masing-masing maka model Learning Cycle-STAD memungkinkan
berpengaruh terhadap sikap ilmiah dan prestasi belajar fisika siswa.
Gabungan model pembelajaran Learning Cycle-STAD pernah diteliti
sebelumnya oleh Setyowati (2011) pada materi minyak bumi yang menunjukkan
bahwa kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Learning Cycle-STAD lebih tinggi daripada siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle.
Model Learning Cycle 7E-STAD dalam penelitian ini adalah gabungan
dua model pembelajaran yang dilakukan dengan cara memasukkan tahapan dalam
model pembelajaran STAD ke dalam tahapan Learning Cycle 7E yang digunakan
untuk membelajarkan materi suhu dan kalor dengan tahapan elicit, engage-teach,
explore-team study, explain-team study, elaboration-team study, evaluation-team
study, extend-test, dan team recognition.
Triandis mendefenisikan sikap sebagai An attitude ia an idea charged
with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social
situation sedangkan sikap ilmiah adalah kecenderungan individu untuk bertindak
atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
langkah-langkah ilmiah (Bahrul, 2007).
Harlen mengungkapkan bahwa ada 9 aspek sikap ilmiah. Macam-macam
aspek sikap ilmiah tersebut adalah (1) sikap ingin tahu, (2) sikap ingin mendapat
sesuatu yang baru, (3) sikap kerja sama, (4) sikap tidak putus asa, (5) sikap tidak
berprasangka, (6) sikap jujur, (7) sikap bertanggung jawab, (8) sikap berfikir
bebas, dan (9) sikap kedisiplinan diri (Fakhruddin, 2010:19). Brotowidjoyo
mengungkapkan bahwa orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki
tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuh macam sikap ilmiah tersebut adalah (1) sikap
4



ingin tah, (2) sikap kritis, (3) sikap terbuka, (4) sikap objektif, (5) sikap rela
menghargai karya orang lain, (6) sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
(7) sikap menjangkau ke depan (Arifin, 2003:4). Indikator sikap ilmiah yang
diamati dalam penelitian ini adalah tanggung jawab, sikap ingin tahu, jujur, sikap
terbuka, dan kerjasama.
Rumusan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah sikap
ilmiah kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional dan (2)
apakah prestasi belajar fisika kelompok siswa yang belajar dengan model
Learning Cycle 7E-STAD lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar
secara konvensional.

METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian rancangan penelitian
eksperimen semu. Desain rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pretest-Postest Control Group Design. Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara random.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 10 Ma-
lang sedangkan sampel adalah kelas X-6 (kelas eksperimen yaitu siswa belajar
dengan model Learning Cycle 7E-STAD) dan kelas X-5 (kelas kontrol yaitu siswa
yang belajar secara konvensional). Sampel dipilih secara random. Uji homogeni-
tas dengan uji kesamaan varians digunakan untuk menunjukkan bahwa subjek
penelitian dalam keadaan homogen dan uji normalitas dengan liliefors untuk
menunjukkan bahwa subjek penelitian dalam keadaan terdistribusi normal.
Data penelitian dikumpulkan dengan observasi dan pretest-posttest. Ob-
servasi digunakan untuk memperoleh data sikap ilmiah siswa. Pretest-posttest
digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar fisika.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji anova satu jalur untuk
mengetahui perbedaan sikap ilmiah dan prestasi belajar fisika siswa antara kelas
Learning Cycle 7E-STAD dan kelas konvensional. Uji selanjutnya dilakukan
dengan menggunakan uji Tukey HSD untuk mengetahui pengaruh model Learning
Cycle 7E-STAD terhadap sikap ilmiah dan prestasi belajar fisika.

HASIL
Hasil analisis penelitian yang dibahas adalah sikap ilmiah dan prestasi
belajar fisika siswa.
Deskripsi data sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2
berikut.
Tabel 1. Deskripsi Data Sikap Ilmiah Awal Siswa
Statistik Data Observasi Awal
Kelas LC 7E-STAD Kelas Konvensional
N 32 32
_
X
75 75,813
Sd 6,565 6,317
Sd
2
43,097 39,899


5



Tabel 2. Deskripsi Data Sikap Ilmiah Akhir Siswa
Statistik Data Observasi Awal
Kelas LC 7E-STAD Kelas Konvensional
N 32 32
_
X
82,988 78,913
Sd 7,912 6,120
Sd
2
62,604 37,695
Hasil uji homogenitas dan uji normalitas data sikap ilmiah siswa dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah Akhir Siswa
Kelas Sd
2
Fhit Ftabel
Sikap Ilmiah Akhir Siswa LC 7E-STAD 62,604 1,66 1,84
Konvensioanal 37,695
Derajat kebebasan pembilang (dk) = 32-1 dan derajat kebebasan penyebut
(dk) = 32-1 dengan 05 , 0 diperoleh Ftabel = 1,84. Dari perhitungan diperoleh
84 , 1 66 , 1
tabel hitung
F F , maka dapat disimpulkan bahwa data sikap ilmiah akhir
siswa berasal dari sampel yang homogen.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Sikap Ilmiah Akhir Siswa
Kelas Lhitung Ltabel
Kesimpulan
Sikap Ilmiah Akhir Siswa LC 7E-STAD 0,132 0,157 Normal
Konvensioanal 0,105 0,157 Normal
Pada = 0,05 diperoleh Lhitung < Ltabel sehingga sikap ilmiah akhir ke-
lompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD dan secara
konvensional terdistribusi normal.
Hasil uji anova satu jalur terhadap sikap ilmiah siswa pada kelas Learning
Cycle 7E-STAD dan kelas konvensioanal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Anova Satu Jalur terhadap Sikap Ilmiah Akhir Siswa pada
Kelas Learning Cycle 7E-STAD dan Kelas Konvensional
Sumber variasi JK db MK F0 Ftabel
Kelompok (K) 265,69 1 265,69 5,30 4,00
Dalam (d) 3109,25 62 50,15
Total (T) 3374,94 63
Hasil uji Anava satu jalur pada Tabel 5 menunjukkan nilai F0 sebesar 5,30
pada taraf signifikasi 0,05. Nilai F0 (5,30) > Ftabel (4,00) maka harga F0 yang
diperoleh signifikan yang berarti ada perbedaan nilai rata-rata sikap ilmiah siswa
antara Learning Cycle 7E-STAD dan kelas konvensional.
Untuk mengetahui pengaruh model Lerning Cycle 7E-STAD terhadap
sikap ilmiah siswa dan kelas mana yang lebih tinggi nilainya antara kelas
Learning Cycle 7E-STAD dan kelas konvensional, maka dilanjutkan dengan
menggunakan uji Tukey HSD.
Tabel 6. Uji Tukey HSD Sikap Ilmiah Akhir Siswa
Tukey HSD hitung df numerator df denominator Tukey HSD tabel
3,26 2 62 2,83
6



Dari Tabel 4.9 diperoleh nilai Tukey HSD hitung > Tukey HSD tabel yaitu
3,26 > 2,83. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Lerning Cycle
7E-STAD terhadap sikap ilmiah akhir siswa. Jika dilihat dari nilai rata-rata sikap
ilmiah antara kedua kelas tersebut, nilai rata-rata sikap ilmiah siswa kelas Lerning
Cycle 7E-STAD (82,988) lebih tinggi daripada kelas konvensional (78,913). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga sikap
ilmiah siswa kelas X di SMA Negeri 10 Malang yang belajar dengan model
Lerning Cycle 7E-STAD lebih tinggi daripada yang belajar secara konvensional.

Prestasi Belajar Fisika
Deskripsi data prestasi belajar fisika siswa dapat dilihat pada Tabel 7 dan
Tabel 8 berikut.
Tabel 7. Deskripsi Data Pretest Prestasi Belajar Fisika Siswa
Statistik Data Observasi Awal
Kelas LC 7E-STAD Kelas Konvensioanal
N 32 32
_
X
34,094 35,75
Sd 10,855 8,926
Sd
2
117,830 79,677

Tabel 8. Deskripsi Data Posttest Prestasi Belajar Fisika Siswa
Statistik Data Observasi Awal
Kelas LC 7E-STAD Kelas Konvensioanal
N 32 32
_
X
74,50 62,31
Sd 11,528 14,45
Sd
2
132,903 208,802
Hasil uji homogenitas dan uji normalitas data posttest prestasi belajar fisi-
ka siswa dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 berikut.
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Posttest Prestasi Belajar Fisika Siswa
Kelas Sd
2
Fhit Ftabel
Sikap Ilmiah Awal Siswa LC 7E-STAD 132,90 0,64 1,84
Konvensioanal 208,80
Derajat kebebasan pembilang (dk) = 32-1 dan derajat kebebasan penyebut
(dk) = 32-1 dengan 05 , 0 diperoleh Ftabel = 1,84. Dari perhitungan diperoleh
84 , 1 64 , 0
tabel hitung
F F , maka dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar
fisika siswa berasal dari sampel yang homogen.
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Posttest Prestasi Belajar Fisika Siswa
Kelas Lhitung Ltabel
Kesimpulan
Prestasi Belajar
Fisika
LC 7E-STAD 0,096 0,157 Normal
Konvensioanal 0,105 0,157 Normal
7



Pada = 0,05 diperoleh Lhitung < Ltabel sehingga data pretest prestasi bela-
jar fisika kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD
dan secara konvensional terdistribusi normal.
Hasil uji Anava satu jalur terhadap prestasi belajar fisika siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Hasil Uji Anava Satu Jalur terhadap Posttest Prestasi Belajar Fisika Siswa
pada Kelas Learning Cycle 7E-STAD dan Kelas Konvensional
Sumber variasi JK db MK F0 Ftabel
Kelompok (K) 2475,06 1 2475,06 14,61 4,00
Dalam (d) 10502,87 62 169,40
Total (T) 313556 63
Hasil uji Anava satu jalur pada Tabel 11 menunjukkan nilai F0 sebesar
5,30 dengan taraf signifikasi 0,05. Nilai F0 > Ftabel maka harga F0 yang diperoleh
signifikan yang berarti ada perbedaan nilai rata-rata prestasi belajar fisika siswa
antara kelas Learning Cycle 7E-STAD dan kelas konvensional.
Untuk mengetahui pengaruh model Lerning Cycle 7E-STAD terhadap
prestasi belajar fisika siswa dan kelas mana yang lebih tinggi nilai prestasi belajar
fisika antara kelas Learning Cycle 7E-STAD dan kelas konvensional, maka
dilanjutkan dengan menggunakan uji Tukey HSD. Ringkasan uji Tukey HSD di-
tunjukkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Ringkasan Uji Tukey HSD Posttest Prestasi Belajar Fisika Siswa
Tukey HSD hitung df numerator df denominator Tukey HSD tabel
5,40676 2 62 2,83
Dari Tabel 12 diperoleh nilai Tukey HSD hitung < Tukey HSD tabel yaitu
5,41 > 2,83. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Lerning Cycle
7E-STAD terhadap prestasi belajar fisika kelompok siswa. Jika dilihat dari nilai
rata-rata prestasi belajar fisika kelompok siswa antara kedua kelas tersebut, nilai
rata-rata prestasi belajar fisika siswa kelas Lerning Cycle 7E-STAD (74,50) lebih
tinggi daripada kelas konvensional (62,31). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga prestasi belajar fisika siswa kelas X di
SMA Negeri 10 Malang yang belajar dengan model Lerning Cycle 7E-STAD
lebih tinggi daripada yang belajar secara konvensional.

PEMBAHASAN

Pengaruh Model Learning Cycle 7E-STAD terhadap Sikap Ilmiah Siswa Ke-
las X SMA Negeri 10 Malang
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dipaparkan dapat dikemukakan
bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap ilmiah siswa antara yang belajar
dengan model Learning Cycle 7E-STAD dan siswa yang belajar secara konven-
sional. Hal ini dibuktikan dari uji anova satu jalur diperoleh nilai Fhitung (5,30)
lebih besar dari Ftabel (4,00) pada taraf signifikansi 0,05. Pengaruh yang ditunjuk-
kan oleh model Learning Cycle 7E-STAD terhadap sikap ilmiah siswa terlihat
jelas dari hasil uji Tukey HSD yaitu nilai Tukey HSD hitung > Tukey HSD tabel
yaitu 3,26 > 2,83 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
8



rata-rata sikap ilmiah kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle
7E-STAD lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional.
Tingginya sikap ilmiah siswa kelas Learning Cycle 7E-STAD
dibandingkan dengan kelas konvensional disebabkan karena siswa yang belajar
dengan model Learning Cycle 7E-STAD, siswa lebih sering belajar secara
berkelompok dan malakukan praktikum. Guru lebih banyak memberikan
kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah mereka sendiri sehingga menuntut
kerjasama yang lebih agar dapat memahami materi dengan baik dan setiap siswa
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya masing-masing. Kerjasama
dalam kegiatan praktikum dan diskusi yang dilakukan secara sistematis memu-
dahkan siswa dalam belajar. Kerjasama antarsiswa membuat siswa meningkatkan
sikap keterbukaan dan dengan praktikum keingintahuan siswa menjadi meningkat.
Selain itu, adanya game antar kelompok yang memotivasi siswa untuk lebih ber-
tanggung jawab, kerjasama dan jujur untuk membuat kelompoknya menjadi yang
terbaik.

Pengaruh Model Learning Cycle 7E-STAD terhadap Prestasi Belajar Fisika
Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Malang
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dipaparkan dapat dikemukakan
bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest prestasi belajar fisika siswa anta-
ra yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD dengan siswa yang bela-
jar secara konvensional. Hal ini dibuktikan dari uji anova satu jalur diperoleh nilai
Fhitung (14,61) lebih besar dari Ftabel (4,00) pada taraf signifikansi 0,05. Pengaruh
yang ditunjukkan oleh model Learning Cycle 7E-STAD terhadap prestasi belajar
fisika siswa terlihat jelas dari hasil uji Tukey HSD yaitu nilai Tukey HSD hitung >
Tukey HSD tabel yaitu 5,41 > 2,83 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjuk-
kan bahwa nilai rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang belajar dengan model
Learning Cycle 7E-STAD lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara konven-
sional.
Dalam upaya menambah pemahaman konsep, khususnya pada materi suhu
dan kalor tidak cukup hanya dengan metode ceramah. Pembelajaran akan lebih
bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara langsung
dan aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang terlibat dari lingkungan
dengan bimbingan guru.
Tingginya prestasi belajar fisika kelas Learning Cycle 7E-STAD
dibandingkan dengan kelas konvensional disebabkan beberapa faktor, antara lain:
(1) dalam pembelajaran model Learning Cycle 7E-STAD siswa lebih sering
belajar secara kelompok dan guru lebih banyak memberikan kesempatan pada
siswa untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan bekerjasama dengan
kelompok masing-masing, (2) kegiatan siswa dalam pembelajaran model Learn-
ing Cycle 7E-STAD sangat bervariasi mulai dari kerja kelompok, praktikum di
laboratorium, study pustaka, kuis, game, dan diskusi membuat siswa semangat
dan tidak jenuh mengikuti pelajaran, (3) setiap siswa bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya untuk menjadi kelompok super dan mendapatkan
penghargaan dari guru. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk sal-
ing bertukar pendapat dan bertanya jika ada yang belum dimengerti sehingga tid-
ak ada siswa yang tidak bisa atau belum mengerti pada setiap kelompok, (4)
9



adanya pembatasan waktu dalam setiap tahapan kegiatan membuat siswa disiplin
terhadap waktu dan berusaha memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya.
Pada kelas konvensional siswa berkelompok ketika melakukan kegiatan
praktikum dan mendiskusikan hasil praktikum saja. Dalam mengerjakan soal-soal
latihan, siswa lebih sering mengerjakan secara individu atau dengan teman
sebangku. Siswa kurang berusaha untuk memahami dan berlatih mengerjakan soal
latihan karena tidak ada game dalam proses pembelajaran sehingga membuat
siswa kurang termotivasi. Tidak ada game berarti tidak ada kelompok super kare-
na tidak ada persaingan antar kelompok dalam proses pembelajaran. Siswa juga
tidak mempunyai tanggung jawab untuk membuat anggota kelompoknya memiliki
pemahaman konsep yang sama dan mencapai tujuan yang sama. Hal ini membuat
sikap kerjasama, sikap keterbukaan, dan sikap tanggung jawab tidak bisa berkem-
bang dengan baik bila dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model
Learning Cycle 7E-STAD.
Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Setyowati (2011) pada
materi minyak bumi yang menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran dan
prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran Learning Cycle-
STAD lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Learn-
ing Cycle. Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan model pembelajaran Learn-
ing Cycle dengan model pembelajaran STAD telah terbukti dapat memperbaiki
prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Dengan demikian, penggabungan kedua
model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pros-
es pembelajaran.
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang mungkin dapat
menyebabkan siswa hanya mencapai prestasi yang rendah, yaitu: (1) siswa masih
belum terbiasa dengan pembelajaran yang baru, sehingga siswa hanya duduk dan
diam di kelas sambil mendengarkan dan mencatat keterangan yang diberikan oleh
guru atau dari temannya. Usaha yang dilakukan untuk merubah sikap siswa yang
seperti ini adalah dengan mengelompokkan siswa tersebut dengan siswa yang ak-
tif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa dapat termotivasi. Selain itu, guru
menunjuk siswa tersebut menjadi ketua kelompok agar mempunyai tanggung ja-
wab yang lebih dan menjadi lebih aktif. (2) Terbatasnya waktu pembelajaran yang
mengakibatkan pembelajaran model Learning Cycle 7E-STAD kurang optimal
khususnya pada tahap Explore-team study. Usaha yang dilakukan untuk me-
maksimalkan proses pembelajaran adalah dengan mengevaluasi kegiatan pem-
belajaran setiap pertemuan dan mengatur waktu dengan sebaik mungkin agar
tahapan-tahapan pembelajaran dapat tercapai. (3) Ada beberapa siswa yang
kurang suka mencatat sehingga saat guru memberikan tugas yang akan
dikerjakan, siswa ini tidak memiliki catatan dan berakibat tugas kurang optimal.
Usaha yang dilakukan untuk merubah sikap siswa seperti ini adalah dengan
mengumpulkan catatan siswa pada akhir pembelajaran.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan yaitu: (1) sikap
ilmiah kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle 7E-STAD
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional dan (2)
10



prestasi belajar fisika kelompok siswa yang belajar dengan model Learning Cycle
7E-STAD lebih tinggi daripada kelompok siswa yang belajar secara konvensional.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti penyarankan kepada peneliti lain
dalam melakukan penelitian serupa agar mengoptimalkan usaha dalam mengatasi
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu mengelompok-
kan siswa yang kurang aktif dengan siswa yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran agar siswa dapat termotivasi, guru menunjuk siswa menjadi ketua
kelompok agar mempunyai tanggung jawab yang lebih dan menjadi lebih aktif,
mengevaluasi ke-giatan pembelajaran setiap pertemuan dan mengatur waktu
dengan sebaik mung-kin agar tahapan-tahapan pembelajaran dapat tercapai, dan
mengumpulkan catat-an siswa pada akhir pembelajaran agar siswa mempunyai
catatan untuk belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Z. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Bahrul. 2007. Sikap Ilmiah, (Online),
(http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/), diakses 6
Maret 2013.
Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 (Standar
kompetensi Kelulusan), (Online),
(http://www.4shared.com/get/OQAqOYVK/kurikulum_tingkat_satuan_pe
ndi.html;jsessionid=2D32CE34AF57689AF9E86001ADEEE477.dc322),
diakses 18 Oktober 2012.
Eisenkraf, A. 2003. Expanding the 5E model: The Sciences Teacher 70(6).56-59,
(Online), (http://its-about-time.com/html/ap/eisenkraftts.pdf), diakses 3
September 2012.
Fakhruddin. 2010. Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Fisika dengan Penggunaan
Media Komputer Melalui Model Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas
X3 SMA Negeri I Bangkinang Barat. Jurnal Geliga Sains, (Online), 4 (1):
18-22, (http://ejournal.unri.ac.id), diakses 21 April 2013.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Setyowati, P.A. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Learning
Cycle-STAD terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 9 pada
Materi Minyak Bumi Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM.
Slavin, R. 1991. Educational Psychology Third Edition. United State of America:
Simon & Schuster, Inc.

Você também pode gostar