Você está na página 1de 66

AS-SUNNAH/

AL-HADITS
()
ULUMUL HADITS
ilmu-ilmu tentang hadis.

PEMBAGIAN ILMU HADIS
Ilmu Hadis Riwayah = mempelajari cara
periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan
atau pembukuan hadis Nabi SAW.
Objek kajian = hadis Nabi SAW dari segi
periwayatan dan pemeliharaannya:
Cara periwayatannya.
Cara pemeliharaan,
Ilmu Hadis Djrayah
Mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal
ihwal sanad, matan, cara menerima dan
menyampaikan hadis, sifat rawi, dan lain-lain.
Sasarannya = sanad dan matan dengan segala
persoalan yang terkandung di dalamnya.
Pokok bahasan;
1. Ittisal as-sanad (persambungan sanad).
2. Siqah as-sanad = sifat adl (adil), dabit (cermat dan
kuat), dan siqah (terpercaya).
3. Syadz
4. illah.
Pengertian al-Hadits
al-Hadts (jamaknya: al-Ahdits) = baru;
dekat; belum lama terjadi, berita/khabar,
cerita, komunikasi, percakapan (bahasa)
Segala perbuatan, perkataan, sifat, dan
keizinan/ketetapan Nabi Muhammad
SAW.
Pengertian as-Sunnah
Jalan tuntunan baik yang terpuji
maupun yang tercela (bahasa).
= al-hadits
BATASAN
HADITS / SUNNAH
Mulai terjadi pada masa kenabian
(al-Nubuwwah),

Pembagian al-Sunnah
1.Sunnah Qauliyah ( )= UCAPAN
Nabi
Contohnya: Nabi bersabda:

(
)
Rasulullah saw. bersabda: Di antara (tanda)
kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan
yang tidak bermanfaat baginya (HR. al-Turmudzi)
Sunnah Filiyah ( ),
= perbuatan yang dilakukan oleh Nabi saw.
Misalnya, praktek shalat Nabi, seperti pernah
disabdakan:

( )
Shalatlah, seperti kalian melihat aku shalat
(Muttafaq Alaih)
Sunnah Taqririyah ( )
= Perbuatan dan ucapan para sahabat yang
dialakukan di hadapan atau sepengetahuan
Nabi saw, tetapi mendiamkannya = bentuk
persetujuan.
Contohnya:
- Seorang memakan daging dhab di depan
Nabi, Nabi mengetahuinya, tetapi Nabi
tidak melarangnya.
- Nabi membiarkan para wanita datang ke
lapangan untuk melaksanakan shalat Id.
Diamnya Nabi saw= persetujuannya.
ATSAR,
SHAHABAT,
TABIIN, DAN
TABI TABIIN










































































tsar, Shahabat, Tabiin, dan
Tabi Tabiin
ATSAR
Pengertian
Bekas (bahasa).
Perkataan dan perbuatan para sahabat
(Istilah).
Khabar
Semua berita, baik yang berasal dari nabi,
Sahabat, atau Tabiin.
Shahabat
Pengertian dan batasan
Shahabi, jamaknya: Shahabat).
Orang yang menemani (bahasa).
Orang Islam yang hidup semasa Nabi,
beriman kepadanya, pernah bertemu
dengan Nabi, dan meninggalnya tetap
dalam keadaan Muslim (Istilah).
dan Tabi
Tabiin
Pengikut, atau orang yang berjalan
sesudahnya (Bahasa).
Orang yang pernah bertemu dengan
sahabat Nabi Muhammad saw dalam
keadaan beriman dan meninggal
dalam keadaan Muslim.
Sebagian ulama menambahkan,
mereka tidak sekadar bertemu,
tetapi juga menemani sahabat

Para Shahabat Pengumpul Hadits

7 orang (al-Sabah al-Mukatstsirn),
Ab Hurairah w. 57 H.(, meriwayatkan hadits 5.374
buah hadits.
Abdullh ibn Umar )w. 73 H.(, meriwayatkan hadits
2.630 buah hadits.
Anas bin Mlik )w. 93. H.(, meriwayatkan sebanyak
2.286 buah hadits.
isyah, Ummul Mukminn (w. 57 H.), meriwayatkan
sebanyak 2.210 buah hadits.
Jbir bin Abdillh )w. 74 H.(, meriwayatkan sebanyak
1.540 buah hadits.
Ab Sad al-Khudri 9w. 74 H.), meriwayatkan
sebanyak 1.170 buah hadits.
Abdullh ibn Abbs )w, 68 H.(, meriwayatkan
sebanyak 1.160 buah hadits.
Unsur-unsur dalam Penyampaian
Hadits
Sanad,
Matn,
Rwi,
Mukharrij
Sanad
Sanad (jamak: asnd) = sandaran (bahasa)
Jalan yang bersambung sampai kepada matn,
rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan
menyampaikannya (istilah).
Dalam berbagai penggunaannya, kadang-kadang
dipakai istilah Thariq (jalan) dan wajh (arah, sisi).
Sanad dimulai dari rawi awal dan berakhir pada
orang sebelum Nabi (Sahabat).
Dalam rangkaian suatu hadits, sanad merupakan
rentetan orang yang disebutkan sebelum teks
hadits.
Matn
Tengah jalan, punggung bumi, atau bumi yang
keras dan tinggi (bahasa).
Isi atau materi hadits (istilah).
Mukharrij
Mukharrij (yang mengeluarkan hadits)
atau mudawwin (pencatat hadits).
Imam al-Bukhri, Muslim, Ab Dwd,
dll adalah rwi, mukharrij atau
mudawwin.
Rwi
Rwi sebelum Imam al-Bukhri,
misalnya, disebut awal sanad, dan
Sahabat yang meriwayatkan hadits
tersebut disebut akhir sanad.

Contoh Sanad, Matan, dan
Mukharrij
Sanad dan Rawi
Imam Muslim berkata: Muhammad ibn Ubaid al-
Ghubari telah menceritakan kepadaku, ia
berkata: Ab Awnah telah berkata kepadaku,
ia berkata: Abu Hushain telah berkata
kepadaku, ia berkata: Abu Shlih telah berkata
kepadaku, ia berkata: Abu Hurairah telah
berkata kepadaku, ia berkata: Nabi berkata:
Matan Hadis


(Barang siapa yang mendustakanku
dengan sengaja, siap-siaplah masuk
neraka
Hadits Qudsi
Hadits Qudsi = hadits Rabbni = Hadits
Ilhi
Hadits yang berupa perkataan
disandarkan Rasulullah kepada Allah
SWT.
Lafazh hadits qudsi berasal dari Nabi
dan maknanya dari Allah, Allah
sampaikan kepada Nabi melalui ilham
atau mimpi, atau jalan lain.
Ciri Hadits Qudsi
1.

atau

= Allah berkata:
.....
2.

= Rasulullah saw bersabda,


berdasarkan yang diterima dari
Tuhannya.
3. Dan kata-kata lain yang semakna
dengan itu.

Contoh:

). ( (

Nabi bersabda, Allah Taala berfirman, Aku telah
menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang
shaleh sesuatu yang tidak pernah dilihat mata,
tak pernah didengar telingan, tak pernah tersirat
di hati seorang manusia. Karena itu, bacalah,
jika kau kehendaki, maka tak seorang pun yang
mengetahui sesuatu yang menyejukkan mata
memandangnya, yang disembunyikan bagi
mereka, sebagaimana balasan atas yang mereka
kerjakan).(Muttafaq Alaih)
Sejarah Singkat Perkembangan al-Hadits
1. Perkembangan Hadits:Masa wahyu dan
pembentukan hukum (pada zaman Nabi (13 SH -11
H).
2. Masa pembatasan riwayat (masa Khulafaur
Rasyidin (12 - 40 JH.).
3. Masa pencarian hadits (masa generasi Tabiin dan
sahabat-sahabat muda: 40- akhir abad I H.).
4. Masa pembukuan hadits (permulaan abad ke-II
H.).
5. Masa penyaringan dan seleksi ketat ( awal abad III
sampai akhir abad ke III H.).
6. Masa penyusunan kitab-kitab koleksi (awal abad
IV- jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H).
7. Masa pembuatan kitab-kitab syarah (penjelasan)
hadits, kitab-kitab takhrij, dan penyusunan koleksi
yang lebih umum (656 H dan seterusnya).
Penulisan Hadis
Penulisan dan Kodifikasi Hadits
Sejak masa Nabi sudah ditulis, sifatnya sangat
khusus dan terbatas.
Secara resmi ditulis dan dikodifikasikan oleh
Imam al-Zuhri (50-124 H) pada masa khalifah
Umar ibn Abdul Aziz, (99 -101 H).
Tujuan pengkodifikasian tersebut = menghindari
masuknya hadits-hadits palsu.
Kitab-kitab Hadits
Kutubus Sittah:
al-Bukhari
Muslim
Abu Dawud
an-Nasai
at-Tirmidzi
Ibnu Majah

Kitab Shahih al-Bukhari
Disusun oleh Muhammad bin Isma`il Abu
Abdillah al-Jufi al-Bukhari. Lahir di Bukhara
(194-256 H/ 810-879 M). Kitab ini berisi 7.275
buah hadits, menempati peringkat teratas
dalam kesahihahannya.
Kitab ini mendapatkan perhatian yang sangat
besar dari para ulama hadits. Mereka
menyusun dan membuat kitab syarah
(penjelasan) bagi semua hadits yang dimuat
dalam kitab tersebut, tidak kurang dari 82 kitab
syarah dibuat oleh para ulama.
Kitab Shahih Muslim
Disusun oleh Muslim bin al-Hajjaj Abdul
Husain al-Qusyairi al-Nisaburi. Lahir di
Nisabur (204-261 H/819 - 875 M).
Berhasil mengumpulkan 300.000 hadis.
Kitab ini berisi 4.000 buah hadits shahih,
menempati peringkat kedua sesudah
shahih Bukhari.
Muttafaq Alaih
Kedua kitab shahih ini (Bukhari
dan Muslim) dikenal dengan
sebutan shahihain (dua shahih).

Kitab Sunan Abu Dawud
Disusun oleh Abu Daud Sulaiman bin al-
Asyats al-Azdi Al-Sijistani (202-275 H/
817 - 888 M).
Jumlah hadits dalam sunan Abu Dawud
menurut satu pendapat = 4.800 hadits
sahih, hasan, dan dhaif.
Kitab Sunan an-Nasai
Disusun oleh Abu Abdul Rahman
Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Bahar
bin Sinan al-Nasai, (215- 303 H),
Berisi = 5.761 hadits sahih, hasan,
dan dhaif.
Kitab Sunan at-
Tirmidzi
Disusun oleh Imam al-Tirmidzi/ Al-
Turmudzi. (209 - 279 H.),
Berisi 3.956 hadits shahih, hasan,
dan dhaif
Sunan Ibnu Majah
Disusun oleh Imam Ibnu Majah
(209 -303 H.),
Berisi 4.341 hadits shahih, hasan,
dan dhaif
Perkembangan Ilmu Hadits
Ilmu yang membahasa tentang hadits
= Ilmu Mushthalah Hadits terbagi atas:
1. Ilmu Hadits riwyatan = membahas
tentang materi hadits itu sendiri.
2. Ilmu hadits diryatan = membahas
segi diterima atau tidaknya suatu
hadits.
Berbagai Cabang Ilmu Hadits
1. Ilmu Rijlul Hadts = membahas tokoh-tokoh yang berperan dalam
periwayatan hadits.
2. Ilmu Jarh wa Tadil = membahas tentang jujur dan tidaknya
pembawa-pembawa hadits.
3. Ilmu Tashif wa Tahrif = membahas tentang hadits-hadits yang
berubah titik atau bentuknya.
4. Ilmu Ilalil Hadits = membahas tentang cacat-cacat (aib) yang
tidak nampak dalam suatu hadits yang dapat menjatuhkan kualitas
hadits.
5. Ilmu Gharibil Hadits = membahas kalimat-kalimat yang sukar
dalam hadits.
6. Ilmu Asbbil Wurudil Hadits = membahas tentang sebab timbulnya
suatu hadits.
7. Ilmu Talfqil Hadts = membahas tentang cara mengumpulkan
hadits-hadits yang nampaknya bertentangan.
8. dan lain-lain.
Seleksi Hadits
Maqbul, dapat diterima sebagai
pedoman, mencakup hadits shahih dan
hasan.
Mardud, tidak dapat diterima sebagai
pedoman, mencakup hadits dlaif maudlu`
Syarat Matan
Suatu hadits dapat dinilai baik apabila
materi hadits:
Tidak bertentangan dengan al-Quran
atau hadits lain yang lebih kuat,
Tidak bertentangan dengan realita,
Tidak bertentangan dengan fakta
sejarah,
Tidak pula bertentangan dengan
prinsip-prinsip pokok ajaran Islam.
Syarat Sanad
yakni persambungan antara pembawa dan
penerima hadits.
Syarat diterimanya sanad:
Apabila antara pembawa dan penerima hadits
benar-benar bertemu/berguru.
Apabila ada suatu kaitan pembawa dan
penerima hadits diragukan, maka hadits itu
tidak dapat dimasukkan dalam kelompok
hadits maqbul.
Syarat Rawi
Orang-orang yang meriwayatkan atau
mengeluarkan/pembawa hadits).

Syarat dapat diterimanya:
Adil, = Islam,baligh, jujur, tidak pernah berdusta,
atau membiasakan dosa.
Hafizh = kuat hafalannya atau mempunyai
catatan pribadi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
PEMBAGIAN HADITS
Segi Kuantitas Rawinya:
Mutawatir,
Hadits yang diriwayatkan oleh orang
banyak yang tidak terhitung jumlahnya
karena banyaknya, menurut logika tidak
mungkin mereka sepakat dusta.
Masyhur
Perawi lapis pertamanya beberapa
orang sahabat atau lapis keduanya
beberapa orang tabiin, sesudah itu
tersebar luas diriwayatkan oleh orang
banyak yang tak dapat disangka
mereka sepakat dusta
Ahad
Hadits yang diriwayatkan oleh
seorang atau lebih, tetapi tidak
cukup persyaratannya hingga
menjadi peringkat masyhur.
Segi Kualitas Hadits
Shahih
Hasan,
Dlaif,
Maudlu
Hadits Shahih
hadits yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh orang yang adil dan
kuat ingatannya,
tidak terdapat keganjilan (Syadz)
dan tidak ada cacat (illat)
Hadits Hasan
Hadits yang memenuhi persyaratan
hadits shahih, hanya saja hafalan
perawinya kurang baik
Hadits Dlaif
hadits yang tidak memenuhi persyaratan
hadits shahih dan hasan.
Misalnya:
perawinya dipandang sebagai orang
yang bukan adil,
terkenal sering berdusta,
tidak terang keadaannya,
dan tidak pula banyak riwayatnya,
atau terdapat cacat dan keganjilan.
Hadits Maudlu
Hadits palsu = hadits yang dibuat oleh
seseorang dan dikatakan sebagai kata
atau perbuatan Nabi.
Hadits maudhu = hakikatnya bukan
hadits, maka tidak diperbolehkan
menukilnya.
Jika mengutipnya, harus diterangkan
kepalsuannya.
Perbedaan al-Quran dan al-Hadits
1. Proses penyampaiannya, seluruh ayat
al-Quran: disampaikan melalui
perantara Malaikat Jibril, dan tidak
demikian pada al-Sunnah
2. Isi dan redaksi al-Quran seluruhnya
dari Allah, sedangkan hadits Nabi: isi
dari Allah dan redaksi dari Nabi.
3. Nilai kebenaran al-Quran = qathi (absolut),
al-Hadits = zhanni (hipokretis), kecuali hadits
mutawatir.
4. Seluruh ayat al-Quran mesti dijadikan sebagai
pedoman hidup, tetapi tidak semua hadits
dapat dijadikan sebagai pedoman hidup.
Sebab:
Ada sunnah yang tasyri ada pula yang ghairu
tasyri.
Ada hadits yang shahih, dlaif, maudlu(palsu).
5. Al-Quran autentik lafazh dan maknanya
berasal dari Allah, sedangkan hadits
tidak seluruhnya autentik.
6. Proses penyampaian Al-Quran secara
mutawatir, sedangkan hadits ada yang
mutawatir, dan kebanyakan tidak.
7. Apabila al-Quran berbicara soal-soal
akidah atau yang ghaib maka setiap
muslim wajib mengimaninya. Tetapi
apabila diterangkan oleh Hadits tidak
seluruhnya dapat diimani.
Fungsi Al-Sunnah
terhadap Al-Quran
Sebagai penjelas dan penjabar, merinci
hal-hal global dalam al-Quran. Misalnya,
jumlah rakaat, cara-cara, maupun
waktunya, maka diterangkan dalam
hadits:

( )
Shalatlah, sebagaimana kamu melihatku
shalat
Memberikan pembatasan ayat-ayat yang
mutlak, arti khusus ayat-ayat yang umum,
yang pelik (rumit).
Asbb al-Wurd
Latar belakang historis timbulnya hadits-
hadits Rasulullah saw
Keadaan-keadaan dan hal ihwal yang
menjadi sebab datangnya hadis dari Nabi
saw.
Teksnya terdapat dalam hadits langsung.

Você também pode gostar