Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
dan m adalah bilangan bulat positif. Matriks ini hanya terdiri dari bilangan +1 dan -1,
dimana +1 merepresentasikan 0 dan -1 merepresentasikan 1. Adapun contoh matriks
hadamard untuk n= 2 seperti persamaan 2.1 berikut [3]:
2
=
+1 +1
+1 1
=
0 0
0 1
..................................................(2.1)
Sedangkan matriks hadamard untuk n= 4 seperti persamaan 2.2 [3]:
4
=
2
2
2
2
=
0 0
0 1
0 0
0 1
0 0
0 1
1 1
1 0
........................................(2.2)
Sehingga dapat diketahui bentuk umum dari matriks Hadamard adalah [3]:
2
=
2
2
2
2
...........................................................(2.3)
13
Dalam sistem CDMA, kode walsh digunakan untuk memisahkan kanal yang
digunakan oleh pelanggan. Setiap pelanggan menggunakan kode walsh yang berbeda
yang saling orthogonal.
2.6. Kontrol Daya
Kontrol daya / power control merupakan hal yang sangat penting pada sistem
CDMA karena semua pelanggan menggunakan frekuensi yang sama pada saat yang
bersamaan. Kontrol daya penting agar seorang pelanggan tidak memancarkan daya yang
sangat tinggi yang akan menyebabkan melemahnya daya pelanggan yang lain. Ini yang
disebut dengan near-far problem.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan mekanisme dimana User
Equipment (UE) dapat mengatur daya pancarnya (menaikkan atau menurunkan)
sehingga semua transmisi dari pelanggan dalam suatu sel yang ditangani oleh base
station memiliki level daya yang sama.
Kontrol daya tidak hanya untuk mengatasi masalah near-far akan tetapi juga
diperlukan untuk mengatasi Raleigh fading, yang menyebabkan sinyal yang diterima
mengalami dropped beberapa db akibat dari propagasi multi path. Oleh karena itu,
kontrol daya digunakan pada uplink dan downlink. Di samping itu kontrol daya pada arah
forward dan reverse link akan memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. Kapasitas sistem ditingkatkan atau di optimalkan.
b. Penggunaan catu daya menjadi lebih lama.
c. Efek jalur ganda radio dapat dikompensasi dengan baik.
d. Quality of Service (QoS) pada berbagai kecepatan bit terjaga.
2.6.1. Open loop power control
Base station mem-broadcast daya pancar menggunakan CPICH, kemudian
terminal menggunakan informasi tersebut untuk mengestimasi kebutuhan daya pancar
uplink berdasarkan daya sinyal terima, sehingga diperoleh kesamaan daya antara level
daya sinyal kirim dan terima. Akibatnya open loop power control hanya memberikan nilai
estimasi kasar dari daya ideal yang seharusnya digunakan terminal. Dengan alasan
tersebut, open loop power control hanya digunakan ketika UE melakukan inisialisasi
akses, seperti yang terlihat pada Gambar 2.6:
Gambar 2.6 Algoritma Open Loop Power Control
14
2.6.2. Closed loop power control
Base station mengukur SI R (Signal to Interference Ratio) yang diterima dan
membandingkannya dengan nilai SIR target. Kemudian base station memerintahkan UE
untuk menaikkan daya pancar apabila nilai SIR terlalu rendah atau menurunkan daya
pancar apabila nilai SIR terlalu tinggi.
Closed loop power control disebut juga fast loop power control yang beroperasi
dengan kecepatan 1500 kali per detik (1,5 Khz) untuk setiap UE. Kecepatan ini cukup
cepat mengatasi perubahan path loss dan pengaruh Rayleigh fading untuk semua kondisi
kecuali apabila UE bergerak dengan kecepatan tinggi, seperti terlihat pada Gambar 2.7:
Gambar 2.7 Algoritma Closed Loop Power Control
2.7. Standar CDMA IS2000
Standar IS2000 merupakan sistem CDMA generasi 3G sebagai kelanjutan dari
generasi IS95 yang merupakan sistem digital generasi 2G. Sistem CDMA generasi 3G
selain IS2000 , masih terdapat standar CDMA lain yeng menggunakan teknik berbeda,
antara lain TD-SCDMA dan TD-CDMA.
Karena standar IS2000 merupakan kelanjutan dari standar IS95 maka bersifat
kompatibel. Ke belakang, artinya standar IS2000 dirancang untuk mencakup standar
yang sudah ada yaitu IS95. Dengan demikian yang dilakukan adalah meningkatkan unjuk
kerja sistem yang ada bukan mengubahnya secara keseluruhan. Peningkatan dilakukan
terhadap komponen stasiun pengendali, misalnya BTS (Base Station Transceiver) dengan
elemen kanal ragam banyak (multimode channel elemen card), BSC (Base Station
Controller) dengan kemampuan IP dan jaringan server paket data atau PDSN (Packet
Data Serving Network), dapat menggunakan pembawa lebih dari satu selain yang dipakai
IS95 (1,25 MHz), vocoder dan kode walsh 256/128 sehingga memungkinkan kecepatan
data lebih tinggi dan lebih banyak suara atau informasi yang daat dikonversikan.
Disamping itu sistem IS2000 juga mendukung hubungan ke sistem GSM (Global System
for Mobile communication).
2.8. Evolusi Teknologi Selular CDMA 2000 1X
Teknologi CDMA 2000 1X yang ada saat ini sebagian besar adalah CDMA 2000 1X
IS-2000 Rev. Pengembangan CDMA 2000 selanjutnya adalah CDMA 2000 1X EVDO (IS-
856 Rev.0) yang menitikberatkan kecepatan data hingga mencapai 2,4 Mbps, dengan
memisahkan kanal layanan suara dengan kanal layanan data. Pengembangan teknologi
CDMA 2000 khususnya CDMA 2000 1X terus berlanjut mulai munculnya standar IS-2000
15
Rev.0, Rev.A, Rev.B sampai pada tahun 2000 muncul CDMA 2000 1X EVDV yaitu IS-2000
Rev.C dan Rev.D. dengan layanan suara circuit-switched real time dan paket data dengan
kecepatan mencapai 3,09 Mbps dalam sinyal pembawa RF yang sama.
Memasuki tahun 2006 muncul enhanced EVDO sebagai lanjutan dari CDMA 2000
1X bahkan tahun 2007 mengalami pengembangan IS-856 Rev.A dengan kemampuan 3,1
Mbps downlink, 1,8 Mbps uplink, VoIP, Push to Chat, IMM, low delay gaming. Rencana
pengembangan lanjut dari EVDO adalah Multi Carrier EVDO dengan kemampuan further
increase broadband data. Sistem modular yang dapat ditingkatkan kapasitasnya sampai
15 carriers (1,25 MHz), kecepatan data maksimum dengan mudah dapat ditingkatkan
secara linier dengan bandwidth (46 Mbps Forward Link / 27 Mbps Revers Link in 20 MHz
BW), no loss in spectral efficiency dan Backward & Forward yang kompatibel dengan
jaringan yang sudah ada sebelumnya.
Secara garis besar gambaran layanan yang dapat diberikan oleh masing-masing
tahap evolusi dan pemetaan berdasarkan kecepatan data dan real time layanan seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2.8:
Gambar 2.8 Kemampuan Layanan Masing-masing Tahap Evolusi CDMA
Secara umum evolusi teknologi CDMA seperti yang terlihat pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Evolusi CDMA
2004 2005 2006 2007 2008 2009
CDMA 2000 1X
IS-2000
Rev. 0
IS-2000 Rev. A
1X EVDV
IS-2000 Rev. C/ D
CDMA 2000 1X EVDO Enhanced EVDO
IS-856 Rev. 0 Rev. A
Multi Carrier
EVDO
16
Kebutuhan layanan pita lebar (broadband) IP based, menunjukkan
pengembangan yang cukup menjanjikan. Mengantisipasi peluang tersebut maka perlu
disiapkan strategi untuk menghadapi pergeseran tren kebutuhan layanan dari TDM ke IP
based. Infrastruktur teknologi CDMA 2000 1X EVDO merupakan teknologi terbaru saat ini
yang dapat mendukung layanan IP Based untuk memberikan layanan pita lebar (layanan
triple play). EVDO dapat menggunakan infrastruktur CDMA 2000 1X untuk memberikan
layanan data kecepatan tinggi dengan penambahan modul dan upgrade software pada
bagian BSC dan BTS. Kecepatan data rate pada EVDO dapat dikembangkan 3,1 Mbps
(IS-856 Rev.A).
2.9. CDMA 2000 1X EVDO
CDMA 2000 1X EVDO merupakan evolusi dari CDMA 2000 dapat dilihat dari Tabel
2.2 dibawah ini, dengan air interface yang optimazed untuk pengiriman data wireless
berkecepatan tinggi (contoh: internet) ke terminal mobile dan fixed. 1X EVDO juga
menggunakan bandwidth 1,25 MHz per carrier.
Teknologi CDMA 2000 1X EVDO yang juga dikenal dengan High Data Rate (HDR),
adalah sebuah solusi untuk transmisi paket data pada jaringan wireless dengan
performansi yang tinggi dan juga cost yang efektif. Teknologi ini menawarkan wireless
internet technology dengan data rate yang tinggi dan kapasitas yang besar. 1X EVDO
merupakan teknologi yang backward compatible dengan jaringan CDMA sebelumnya
dengan memberikan layanan baik yang bersifat mobile wireless maupun fixed wireless.
Tabel 2.2 Standar Evolusi CDMA 2000 1X EVDO
CDMA 2000 1X CDMA 2000 1X EVDO CDMA 2000 1x EVDO
1. Meningkatkan
kapasitas suara
2. Data paket dengan
single carrier mencapai
307,2 kbps
3. Rel. 0 : Nov 1999
4. Rel. A : J une 2000
5. Rel. B : April 2002
1. Optimized, berkecepatan
data tinggi
2. Data paket dengan
single carrier mencapai
2,4 Mbps
3. Ver. 2.0 : Oct 2000
4. Ver. 3.0 : Oct 2001
5. Ver. 4.0 : Oct 2002
1. Layanan suara dan data
2. Backward compatibility
dengan layanan 1X
3. Layanan paket data
mencapai 3,1 Mbps
4. Rel. C : May 2002
Rev. A Rel. D
1. Rel. A : Feb 2004
2. Hybird Operation
Enhancement
3. Multi RPL Packet
Application (QOS)
4. Layanan forward data
paket mencapai 3,1
Mbps
5. Reverse Link
Enhancement (Max
1.288Mbps)
1. Rel. D : Dec 2003
2. Reverse Link
Enhancement higher
peak rate (Max
1.2Mbps)
3. BC/MC on F-BSCH
17
Dapat dilihat dari Tabel 2.3 perbandingan feature antara CDMA 2000 1X dengan
CDMA 2000 1X EVDO sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perbandingan Feature 2000 1X dengan EVDO
Feature I tem CDMA 2000 1X (1,25M) EVDO (1,25M)
Service Suara dan data Data only
Transfer rate
IS95 < 14,4 kbps
1X < 153,6 kbps / 307,2 kbps
FL < 2,4 Mbps / 3.1 Mbps
RL < 153,6 kbps / 1,8 Mbps
Core Network Berdasarkan pada ANSI -41 Berdasarkan pada IP wireless
Division
multiplex
CDM untuk keduanya
Forward : CDM + TDM
Reverse : CDM
Handoffs
Hard Handoff dan Soft Handoff
dalam FR, RL
VHO dalam FL
Soft Handoff dalam RL
Power control
dan
Rate control
Fast Power Control dalam FL, RL
Tidak rate control
Rate Control + Power Control
dalam FL
Rate Control dalam RL
2.9.1. Arsitektur jaringan CDMA 2000 1X EVDO
1X EVDO merupakan evolusi dari CDMA 2000 1X, sehingga untuk melakukan
migrasinya, konfigurasi jaringan CDMA harus kompatibel terutama pada BTS. BTS
bertanggung jawab dalam alokasi resource, daya dan kode walsh untuk pemakaian
pelanggan. BTS juga memiliki peralatan fisik radio yang digunakan untuk mengirim dan
menerima sinyal. Selain itu BTS mengontrol interface antara sistem jaringan dengan
pelanggan dan beberapa aspek lainnya yang sering dikaitkan secara langsung pada
performansi jaringan.
Gambar 2.9 Arsitektur J aringan CDMA 2000 1X EVDO
18
J aringan inti layanan paket data pada 1X EVDO seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9 sebagai berikut:
a. User terminal atau Mobile Station (MS)
MS dilengkapi dengan sebuah smartcard yang dikenal dengan Subscriber Identity
Module (SIM) yang berisi nomor identifikasi pelanggan. MS dapat berupa fixed dan
portable/handheld terminal.
b. Radio Access Network (RAN), terdiri dari :
Base Transceiver Station (BTS)
BTS yang bertanggung jawab untuk mengalokasikan daya digunakan oleh
pelanggan serta berfungsi sebagai antarmuka yang menghubungkan jaringan
CDMA 2000 1X EVDO dengan perangkat pelanggan. BTS terdiri dari perangkat
radio yang digunakan untuk mengirimkan dan menerima sinyal CDMA.
Base Station Controller (BSC)
BSC yang bertanggung jawab untuk mengontrol semua BTS yang berada di
dalam daerah cakupannya serta mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN
atau sebaliknya serta trafik dari BTS ke MSC atau sebaliknya.
Packet Data Serving Network (PDSN)
PDSN merupakan komponen yang paling penting dalam layanan data paket.
PDSN berfungsi untuk mendukung layanan data paket di antaranya adalah:
1. Menyediakan, menjaga dan menyampaikan point to point protocol (PPP)
ke pelanggan.
2. Mendukung layanan dengan mobile IP dan jaringan IP.
3. Membina parameter layanan untuk MS dari AAA server.
4. Menentukan paket dari dan ke jaringan eksternal data paket.
5. Mengumpulkan data pelanggan yang memakai layanan untuk disampaikan
ke AAA server.
6. Menyediakan alamat IP ke pelanggan.
c. Circuit Core Network (CCN), terdiri dari:
Mobile Switching Center (MSC)
MSC diletakkan dipusat jaringan mobile communication dan juga berhubungan
dengan jaringan lain seperti PSTN, PLMN.
Home Location Register (HLR)
HLR merupakan tempat yang berisi informasi pelanggan yang digabungkan
dengan pengantar layanan paket data. Informasi dari HLR diperoleh dari Visitor
Location Register (VLR) pada jaringan bersangkutan setelah proses registrasi
berhasil dijalani.
Visitor Location Register (VLR)
VLR secara sementara menyimpan dan mengontrol semua informasi dari Mobile
Station (MS) yang berada pada area kontrol. Ketika pelanggan melakukan
panggilan maka VLR mengirimkan semua informasi yang berhubungan dari
MSC.
Short Message Service Center (SMSC)
Bertanggung jawab dalam penyampaian, penyimpanan dan pengajuan suatu
pesan singkat.
Intelligent Short Message Service Center (ISMSC)
Merupakan gateway untuk menyelenggarakan interworking dengan jaringan
PSTN dan GSM.
19
d. Packet Core Network (PCN), terdiri dari:
Authentication, Authorization and Accounting (AAA)
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, AAA berhubungan dengan PDSN
melalui jaringan IP dan memiliki fungsi authentifikasi, autorisasi dan akutansi.
Server AAA menggunakan protokol Remote Access Dial In User Service
(RADIUS) untuk melayani fungsi keabsahan pemakaian jaringan paket data.
AAA server juga digunakan oleh PDSN untuk berhubungan dengan jaringan
suara dari HLR dan VLR. Fungsi pokok server AAA adalah:
1. Fungsi authentication yang berkaitan dengan koneksi PPP IP komunikasi
bergerak.
2. Fungsi authorization yang berkaitan dengan segi manajemen, keamanan
dan pelayanan.
3. Fungsi accounting.
Home Agent (HA)
HA melakukan berbagai tugas antara lain menelusuri lokasi Mobile station (MS)
bila berpindah dari suatu daerah paket ke daerah lain. Pada saat menelusuri
lokasi alat komunikasi bergerak, HA akan memastikan apakah paket data telah
diteruskan ke MS tersebut.
Router
Router berfungsi untuk merutekan sesi data paket antara MS dengan PDSN.
Selama adanya sesi data paket, router akan menjaga kondisi terhubung antara
RAN (Radio Access Network) dengan MS, memastikan link yang konsisten untuk
data paket, menyediakan buffer bagi paket yang berasal dari PDSN ketika tidak
tersedia sumber daya link dan menyampaikan data paket antar MS dengan
PDSN. Pada umumnya router dilengkapi firewall (perangkat lunak pengaman)
untuk memastikan segi keamanan bila jaringan terkoneksi untuk aplikasi data.
Firewall
Firewall berfungsi untuk mengamankan bila jaringan terkoneksi untuk aplikasi
data terhadap akses dari luar.
2.9.2. Struktur Kanal CDMA 2000 1X EVDO
Struktur kanal CDMA 2000 1X EVDO seperti terlihat pada Gambar 2.10 terdiri
atas kanal forward dan kanal reverse. Kanal forward memberikan layanan daya maksimal
setiap saat kepada pelanggan, yang dikirimkan oleh Base Transceiver Station (BTS) dan
kemudian akan diterima oleh terminal akses Mobile Station (MS). Pada kanal reverse
dilakukan pengaturan data rate control untuk pengiriman kearah forward. Hal ini
dilakukan karena pada sistem CDMA 2000 1X EVDO, Access Terminal (AT) yang
menentukan besar data rate yang akan diterima dengan catatan Access Network (AN)
mampu menyediakannya.
20
Gambar 2.10 Struktur Kanal 1X EVDO
2.9.2.1. Kanal Forward
Pada kanal forward terdapat beberapa kanal seperti kanal pilot, medium access,
traffic dan control, dimana pada kanal medium access terdapat dua kanal yaitu reverse
activity dan reverse power control channel. Pada forward link CDMA 2000 1X EVDO
memiliki fitur yang berbeda dengan CDMA 2000 1X, diantaranya adalah:
a. Forward link pada 1X EVDO menggunakan multiplexing TDM berbeda dengan CDMA
2000 1X yang menggunakan CDM, seperti terlihat pada Gambar 2.11:
Gambar 2.11 CDMA Forward Voice dan Data Transmisi EVDO
b. Power yang full diberikan pada pelanggan, tidak menggunakan power control seperti
pada CDMA 2000 1X.
c. Modulasi yang digunakan pada EVDO adalah QPSK, S-PSK dan 16-QAM.
d. Pada EVDO setiap pelanggan diberikan period of time dimana hanya data yang
dipancarkan dengan full power pada forward link. Hal ini akan mengurangi batas
pemancaran power yang tidak terpakai.
e. Data rate bervariasi dari 38,4 kbps hingga 3,1 Mbps yang menyesuaikan dengan
perubahan kondisi kanal seperti pada Tabel 2.4.
21
Tabel 2.4 1X EVDO Forward Link
Data
Rate
(kbps)
Modulation
Type
Bits per
Encoder
Packet
Code
Rate
Encoder
Packet
Duration (ms)
Number of
Slots Used
per Packet
38,4 QPSK 1024 1/5 26,67 16
76,8 QPSK 1024 1/5 13,33 8
153,6 QPSK 1024 1/5 6,67 4
307,2 QPSK 1024 1/5 3,33 2
307,2 QPSK 2048 1/3 6,67 4
614,4 QPSK 1024 1/3 1,67 1
614,4 QPSK 2048 1/3 3,33 2
921,6 8PSK 3072 1/3 3,33 2
1228,8 QPSK 2048 1/3 1,67 1
1228,8 16QAM 4096 1/3 3,33 2
1843,2 8PSK 3072 1/3 1,67 1
2457,6 16QAM 4096 1/3 1,67 1
1536,0 16QAM 5120 1/3 3,33 2
3072,0 16QAM 5120 1/3 1,67 1
1X EVDO forward link menawarkan sejumlah data rate yang berbeda. Data rate
akan menyesuaikan dengan melihat kondisi kanal jaringan secara khusus. Modulasi QPSK
digunakan untuk data rate 38,4 kbps hingga 1228,8 kbps dengan pengecualian pada
921,6 kbps dan 1843,2 kbps dan modulasi 16 QAM untuk 1228,8 kbps dan 2457,6 kbps.
Gambar 2.12 Struktur Kanal Forward 1X EVDO
Pada control channel digunakan untuk sistem parameter broadcast dan layanan
negosiasi selama proses call setup. Pilot channel digunakan untuk membantu dalam hal
penerimaan, soft handoff, estimasi kanal dan prediksi jarak terjauh serta untuk seleksi
kecepatan. Kanal reverse activity digunakan untuk reverse link overload dan rate control
untuk menunjukkan besar interferensi pada suatu sektor. Kanal reverse power control
digunakan untuk kecepatan kontrol daya pada reverse link. Kanal trafik digunakan untuk
mengirim data pada suatu multiple user.
22
2.9.2.2. Kanal Reverse
Struktur kanal reverse 1X EVDO terdiri atas ukuran tetap paket layer fisik (16
slot, durasi 26,67 ms). Tiap slot hanya merupakan dari unit waktu. Reverse link berbeda
dari forward link pada physical layer, yang memililki skema modulasi variabel dalam 1,67
ms unit waktu. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.6:
Tabel 2.5 1X EVDO Reverse Link
Feature I tem Physical Layer Parameter
Data Rates (kbps) 9.6 19.2 38.4 76.8 153.6
Modulation Type BPSk BPSk BPSk BPSk BPSk
Bits per Encoder Packet 256 512 1024 2048 4096
Code Rate 1/4
Encoder Packet Duration (ms) 26.67 26.67 26.67 26.67 26.67
Number of Slots 16 16 16 16 16
1X EVDO menggunakan pilot yang dimodulasi secara koheren pada arah reverse.
Mekanisme kontrol daya dan soft handoff didukung pada hubungan reverse. Terminal
akses 1X EVDO bisa mengirim kecepatan dari 9,6 kbps hingga 153,6 kbps pada reverse
link. Kanal reverse 1X EVDO terdiri atas access channel dan traffic channel. access
channel terdiri dari piot channel, Medium Access Control (MAC) channel,
acknowledgement (ACK) channel dan data channel. Trafik kanal MAC mengandung kanal
Reverse Rate Indicator (RRI) dan kanal Data Rate Control (DRC).
Kanal akses digunakan oleh terminal akses untuk memulai komunikasi dengan
jaringan akses atau kepada respon terhadap terminal akses agar informasi
dilangsungkan. Kanal akses terdiri atas kanal pilot dan kanal data. Saat proses preamble
transmission, hanya kanal pilot yang ditransmisikan. Selama dilakukannya pengiriman
paket data oleh kanal akses, kedua kanal pilot dan kanal data dikirimkan bersamaan
juga.
Kanal trafik reverse link digunakan oleh terminal akses untuk mengirim trafik
user specific atau sinyal informasi pada jaringan akses. Kanal trafik terdiri atas kanal
pilot, kanal MAC, kanal ACK, dan kanal data. Kanal MAC mengandung kanal DRC dan
kanal RRI. Kanal ACK digunakan oleh terminal akses untuk memberitahukan kepada
jaringan akses apakah paket data yang telah dikirimkan pada kanal trafik forward link
telah diterima atau tidak, seperti yang terlihat pada Gambar 2.13:
Gambar 2.13 Struktur Kanal Reverse 1X EVDO
23
2.9.3. 1X EVDO Signalling
Berikut ini merupakan struktur layer protocol pada CDMA 2000 1X EVDO terdiri atas:
a. Physical Layer : menyediakan struktur kanal, frekuensi, daya keluaran, modulasi
dan spesifikasi encoding untuk kanal forward dan reverse.
b. MAC Layer : layer Medium Access Control mendefinisikan sejumlah prosedur
yang digunakan saat menerima dan mengirimkan melalui layer
fisik.
c. Security Layer : menyediakan proses layanan autentikasi dan enkripsi.
d. Connection Layer : menyediakan layanan pembentukan hubungan air link dan
maintenance.
e. Session Layer : menyediakan protokol negosiasi, protokol konfigurasi dan
session state maintenance service.
f. Stream Layer : menyediakan proses multiplexing pada aplikasi stream dengan
jelas.
g. Application Layer : menyediakan Default Signalling Application untuk mengangkut
informasi protokol 1X EVDO dan Default Packet Application
untuk mengangkut data pelanggan.
Secara lengkap struktur protokol 1X EVDO seperti terlihat pada Gambar 2.14 :
Gambar 2.14 Struktur Protokol Layer pada 1x EVDO
24
2.9.4. Mekanisme Pengiriman Data Paket Kecepatan Tinggi CDMA
2000 1X EVDO
Sistem CDMA menggunakan 2 kelompok yang berbeda dalam melayani data,
yaitu sirkuit saklar (circuit switched) dan sirkuit paket (packet switched). Cara kerja
sirkuit saklar data sama dengan pelayanan terhadap panggilan suara, sedangkan untuk
paket data menggunakan PDSN sebagai antarmuka untuk jaringan transpor data udara
dengan jaringan transpor tetap. PDSN menghubungi Base Station (BS) melalui Packet
Control Function (PCF). Sistem CDMA mempunyai 3 kondisi pelayanan paket data,
sebagai berikut:
a. Active/conneted, dimana terdapat kanal trafik fisik antara unit pelanggan dan BS.
Dan paket data dikirim atau diterima dalam bentuk dua arah.
b. Dormant, dimana tidak terdapat kanal trafik fisik, tetapi PPP yang menghubungkan
antara unit pelanggan dan PDSN.
c. Null/I nactive, baik kanal trafik maupun PPP penghubung tidak dibangun atau tidak
dipertahankan keberadaannya.
Gambar 2.15 Kondisi Paket Data
Proses pengiriman paket data kecepatan tinggi berbasiskan teknologi selular
CDMA 2000 1X EVDO, Access Terminal (AT) mewakili MS dan Access Network (AN)
mewakili BS. Berikut ini merupakan mekanisme pengiriman data yang berawal dari PDSN
server ke AT, seperti yang terlihat pada Gambar 2.16 berikut ini:
PDSN mengirimkan paket data ke PCF.
PCF mengirimkan A9 BS service request message ke AN untuk melakukan request
pelayanan paket dan memulai
9
.
N merespon dengan A9 BS service respon. PCF menghentikan timer
9
service
respon message dan memulai timer
_
.
Pada kanal kontrol, AN mengirimkan page message ke AT.
AT memulai prosedur pembentukan hubungan (connection establishment) dengan
AN.
Setelah kanal trafik terbentuk, AN mengirimkan A9 setup A8 message ke PCF melalui
data ready indicator yang di set menjadi I untuk membentuk A8 connection dan
memulai timer
8
. Ketika pCF menerima A9 setup A8 message, maka timer
_
akan dihentikan.
PCF menerima A9 connect A8 message ke AN. Pada saat menerima A9 connect A8
message, maka timer
8
akan dihentikan.
Hubungan telah terbentuk dan paket data dapat saling dikirim antara AT dan PDSN.
25
Gambar 2.16 Mekanisme Pengiriman Data Paket dari PDSN menuju AT
2.10. Trafik
2.10.1. Pengertian trafik
Lalu lintas adalah perpindahan suatu objek dari satu tempat ke tempat yang lain
secara random. Pengaturan lalu lintas harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
a. Besar/banyaknya perpindahan objek.
b. Arah/destinasi perpindahan objek.
c. Waktu pemindahan.
d. Sarana yang digunakan untuk mengatur lalu lintas.
Dalam lalu lintas telekomunikasi maka objeknya adalah pembicaraan, data (informasi).
J ika satu jalur sudah terpakai untuk mengalirkan satu pembicaraan, maka jalur
itu tidak dapat digunakan untuk menyalurkan pembicaraan lain. J ika pembicaraan sudah
selesai barulah jalur tersebut dapat dipakai untuk yang lain.
Volume lalu lintas ini akan menentukan ukuran sentral telepon. Intensitas lalu
lintas berubah-ubah dari satu waktu ke waktu, hari ke hari dan bulan ke bulan. Oleh
sebab itu, dikenal jam sibuk hari sibuk dan bulan sibuk. Kesibukan ber beda-beda untuk
setiap tempat. Sebab itu untuk jumlah telepon yang sama, maka kapasitas sentral
telepon yang dibutuhkan tidak sama.
Secara umum trafik dapat di artikan sebagai perpindahan informasi dari satu
tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik
telekomunikasi diukur dengan satuan waktu, sedangkan nilai trafik dari suatu kanal
adalah lamanya waktu pendudukan pada kanal tersebut. Salah satu tujuan perhitungan
trafik adalah untuk mengetahui unjuk kerja jaringan (Network Performance) dan mutu
pelayanan jaringan telekomunikasi (Quality of Service)
2.10.2. Macam-macam Trafik
Terdapat tiga macam trafik yaitu:
a. Offered traffic (A) adalah trafik yang ditawarkan atau yang mau masuk ke jaringan.
b. Carried traffic (Y) adalah trafik yang dimuat atau yang mendapatkan saluran.
26
c. Lost traffic (R) adalah trafik yang hilang atau yang tidak mendapat saluran.
Selanjutnya ketiga trafik tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.17:
G= elemen gandeng (switching network)
Gambar 2.17 Macam-macam Trafik
Yang tak tersalur pada saluran telekomunikasi dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara sebagai berikut:
a. Dibuang saja (loss call)
b. Ditunda dan baru disambungkan jika jalur sudah kosong (sistem antrian). Waktu
tunggu harus ditentukan misalkan beberapa mili sekon. J ika dalam waktu tunggu
tersebut juga tidak ada jalur yang kosong maka call tersebut akan dibuang.
c. Dalam antrian ini maka yang berlaku adalah FI FO (First In First Out) atau LIFO (Last
In First Out), dapat pula dilakukan secara random tidak usah antri.
2.10.3. Besaran Trafik
Volume trafik didefinisikan sebagai jumlah total waktu pendudukan.
Intensitas trafik didefinisikan sebagai jumlah total waktu pendudukan dalam suatu selang
pengamatan tertentu (per satuan waktu).
Volume trafik dapat ditulis dengan persamaan 2.4 [4]:
= ()
=
=0
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
Dimana : T = periode waktu pengamatan
J (t) = jumlah kanal yang diduduki saat t
Satuan Trafik
1 Erlang = 1 TU (Traffic Unit)
= 36 CCS (Cent Call Seconds)
= 36 HCS (Hunderd Call Seconds)
= 36 UC (Unit Calls)
= 36 EBHC (Equated Busy Hour Call)
Untuk menggambarkan ukuran kesibukan digunakan istilah Erlang. Yang
dimaksud dengan satu erlang adalah satu jam waktu untuk berhubungan terjadi dalam
selang waktu satu jam. Besaran yang dipakai untuk menyatakan besar lalu lintas
telekomunikasi (A Erlang) adalah banyak dan lamanya pembicaraan, dapat ditulis dengan
persamaan 2.5 [4]:
A = C x T ...........................................................................(2.5)
27
Dimana :
A = besarnya lalu lintas (satuan Erlang)
C = banyak pembicaraan yang disalurkan dalam satu satuan waktu (jam) dengan
satuannya adalah call/jam
T = rata-rata lamanya pendudukan jalur oleh satu pembicaraan disebut juga holding time
dengan satuannya adalah jam
Rumus diatas jika ditinjau dari satuan menjadi persamaan 2.6 [4]:
Erlang = (Call/jam) x J am....................................................(2.6)
2.10.4. Parameter Performansi Trafik
Parameter - parameter ini digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan yang
terjadi pada jaringan. Parameter-parameter tersebut antara lain:
a. Slot Occupancy Ratio
Occupancy sebuah sistem adalah perbandingan penggunaan kanal terhadap
kapasitas kanal itu sendiri. Pada sistem CDMA EVDO Slot Occupancy Ratio diperoleh
melalui beberapa persamaan, adapun persamaan 2.7 merupakan perbandingan
trafik dengan desain trafik [4]:
R =
(2.7)
Dimana :
R = Perbandingan trafik dengan desain
A = Total trafik yang terpakai (Mbps)
N = Desain kapasitas trafik BTS (Mbps)
Dari persamaan 2.7 maka dapat diketahui DO masing-masing sektor yang dapat
dituliskan melalui persamaan 2.8 [5]:
DO= 10.000 (2.8)
Atau dapat dituliskan juga:
DO =
10.000
(2.9)
Dimana:
DO = Data Optimized
Setelah diketahui DO masing-masing sektor pada BTS maka dapat diperoleh DO
Average dengan persamaan 2.10 [5]:
=
0 + 1+ . . +
(2.10)
Dimana:
0,01 (2.11)
Dimana:
SOR = Slot Occupancy Ratio (%)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.15)
karena nilai throughput akan berbeda-beda untuk panjang paket dan nilai header-
nya, maka untuk paket data dengan panjang x, persamaan diatas dapat diubah
menjadi persamaan 2.16 [3]:
=
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.16)
dengan:
= throughput (bps)
X = panjang paket data yang diterima (bit)
=
0 + 1+ . . +
=
6520 + 5739 + 166
3
= 4141,67
Maka DO average BTS kantor camat ciledug pada tanggal 1 Oktober 2013 pukul
0:00 sebesar 4141,67
b. Slot Occupancy Ratio
Perbandingan antara utilisasi trafik paket data dengan desain kapasitas kanal paket
data tersebut, seperti persamaan (2.11):
[%] =
0,01
= 4141,67 0,01 = 41,42 %
Maka nilai Slot Occupancy Ratio BTS Kantor Camat Ciledug pada tanggal 1 Oktober
2013 pukul 0:00 sebesar 41,42 %
Dari perhitungan di atas dapat diketahui nilai Slot Occupancy Ratio pada tanggal
1 Oktober 2013 pukul 0:00, maka selanjutnya bisa dilakukan perhitungan Slot Occupancy
Ratio pada tanggal yang sama namun jam yang berbeda, seperti yang terlihat pada
Tabel 4.2 di atas. Dari tabel tersebut dapat di lihat besaran Slot Occupancy Ratio tiap
jamnya. Nilai terbesar pada Slot Occupancy Ratio menunjukkan bahwa BTS mengalami
kondisi tersibuk pada tanggal tersebut. Waktu tersibuk yang dialami oleh BTS Kantor
Camat Ciledug pada tanggal 1 Oktober 2013 adalah pukul 20:00 seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 4.2:
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan DO tanggal 1 Oktober 2013
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
0
:
0
0
1
:
0
0
2
:
0
0
3
:
0
0
4
:
0
0
5
:
0
0
6
:
0
0
7
:
0
0
8
:
0
0
9
:
0
0
1
0
:
0
0
1
1
:
0
0
1
2
:
0
0
1
3
:
0
0
1
4
:
0
0
1
5
:
0
0
1
6
:
0
0
1
7
:
0
0
1
8
:
0
0
1
9
:
0
0
2
0
:
0
0
2
1
:
0
0
2
2
:
0
0
2
3
:
0
0
D
O
A
v
e
r
a
g
e
Jam
Grafik Perbandingan DO pada BTS Kantor Camat Ciledug
Tgl 1 Oktober 2013
DO Sector 0 DO Sector 1 DO Sector 2 DO Average
48
Setelah mengetahui kondisi tersibuk pada tanggal 1 Oktober 2013, maka
selanjutnya proses perhitungan DO average dan Slot Occupancy Ratio bisa dilakukan
kembali untuk hari-hari berikutnya hingga tanggal 30 Oktober 2013. Dari perhitungan
Slot Occupancy Ratio tertinggi tiap hari hasilnya dapat dijadikan menjadi satu tabel
performansi Slot Occupancy Ratio bulanan dalam hal ini periode 1 30 Oktober 2013
untuk mengetahui waktu BTS mengalami kepadatan trafik. Terlihat Tabel 4.3 yang
merupakan tabel trafik BTS tersibuk setiap harinya.
Tabel 4.3 Performansi Slot Occupancy Ratio Periode 1-30 Oktober 2013
Tanggal Hari DO Sector 0 DO Sector 1 DO Sector 2 DO Average SOR
01/10/2013 20:00 Selasa 5909 8451 8210,5 7523,50 75,24
02/10/2013 21:00 Rabu 7206 8322,5 5453 6993,83 69,94
03/10/2013 19:00 Kamis 4953,5 7475 3924 5450,83 54,51
04/10/2013 23:00 J umat 9129 3876 4917 5974,00 59,74
05/10/2013 11:00 Sabtu 8345,5 6881,5 3528 6251,67 62,52
06/10/2013 22:00 Minggu 8157 6120 5801,5 6692,83 66,93
07/10/2013 20:00 Senin 7973,5 9138,5 7237 8116,33 81,16
08/10/2013 0:00 Selasa 6649,5 8679 6950,5 7426,33 74,26
09/10/2013 21:00 Rabu 7328,5 9057,5 4030,5 6805,50 68,06
10/10/2013 23:00 Kamis 6892 8137 8220,5 7749,83 77,50
11/10/2013 22:00 J umat 6276,5 9058 8197,5 7844,00 78,44
12/10/2013 13:00 Sabtu 7628,5 9162 2361,5 6384,00 63,84
13/10/2013 15:00 Minggu 8719 5901 8205,5 7608,50 76,09
14/10/2013 23:00 Senin 8655 7464 4144 6754,33 67,54
15/10/2013 19:00 Selasa 8131 7897,5 7843,5 7957,33 79,57
16/10/2013 1:00 Rabu 9226,5 7879,5 6560,5 7888,83 78,89
17/10/2013 22:00 Kamis 7593 7969,5 7161,5 7574,67 75,75
18/10/2013 20:00 J umat 8532,5 8574 6227,5 7778,00 77,78
19/10/2013 23:00 Sabtu 8932,5 6441,5 6658 7344,00 73,44
20/10/2013 16:00 Minggu 5823,5 8716,5 7824,5 7454,83 74,55
21/10/2013 20:00 Senin 8468 5210,5 6904,5 6861,00 68,61
22/10/2013 19:00 Selasa 7052,5 9128 8197,5 8126,00 81,26
23/10/2013 15:00 Rabu 6786 6476,5 7739 7000,50 70,01
24/10/2013 18:00 Kamis 6769,5 5501,5 4904 5725,00 57,25
25/10/2013 15:00 J umat 3626 8083 2826 4845,00 48,45
26/10/2013 21:00 Sabtu 5442 4476 4304,5 4740,83 47,41
27/10/2013 7:00 Minggu 7171,5 6898 2664 5577,83 55,78
28/10/2013 11:00 Senin 3962,5 5912 6347,5 5407,33 54,07
29/10/2013 22:00 Selasa 6991,5 7994,5 1383,5 5456,50 54,57
30/10/2013 19:00 Rabu 5364,5 6537 4187,5 5363,00 53,63
Tabel 4.3 menunjukkan jam tersibuk yang dialami oleh BTS Kantor Camat
Ciledug setiap harinya selama periode 1 Oktober 2013 hingga 30 Oktober 2013. Data
49
pada tabel tersebut di peroleh berdasarkan nilai Slot Occupancy Ratio tertinggi dari setiap
harinya (detail terdapat pada lampiran). Dari tabel di atas dapat diperoleh tabel
frekuensinya, seperti terlihat pada Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Frekuensi Slot Occupancy Ratio Berdasarkan J am
(a) Senin J umat, (b) Sabtu Minggu
(a) (b)
J am Frekuensi
J am Frekuensi
00:00 1
07:00 1
01:00 1
11:00 1
11:00 1
13:00 1
15:00 2
15:00 1
18:00 1
16:00 1
19:00 4
21:00 1
20:00 4
22:00 1
21:00 2
23:00 1
22:00 3
23:00 3
Dari Tabel 4.4 dapat terlihat rata-rata waktu BTS mengalami kondisi sibuk untuk
hari Senin sampai hari J umat berada pada jam 19.00-23.59 dan selama hari Sabtu
hingga hari Minggu terjadi hampir di sepanjang hari mulai dari pagi jam 07:00 hingga
malam jam 23:00. Maka berdasarkan informasi pada Tabel 4.4 tersebut akan dilakukan
pengetesan secara langsung di lapangan saat BTS sedang mengalami kondisi sibuk.
4.2. Analisa Performansi Berdasarkan Pengetesan Langsung di
Lapangan
Berdasarkan data dari hasil analisa parameter monitoring selama periode 1 30
Oktober 2013 maka dapat diketahui waktu BTS dalam keadaan sibuk dan BTS tidak
dalam keadaan sibuk. Dari hasil tersebut, dapat dilakukan pengetesan langsung
dilapangan untuk mengetahui throughput yang diterima oleh pelanggan. Pengetesan di
lakukan pada area layanan BTS Kantor Camat Ciledug dan dilakukan dua tahap, yaitu:
a. Pengetesan tahap pertama:
Saat BTS dalam keadaan sibuk
Saat BTS dalam keadaan tidak sibuk
b. Pengetesan tahap kedua:
Saat BTS dalam keadaan sibuk
Saat BTS dalam keadaan tidak sibuk
Pengetesan tahap pertama dilakukan dengan menggunakan software network
monitor yaitu NetWorx yang di install pada laptop tempat dilakukannya pengetesan dan
selama pengetesan tersebut dilakukan juga tracing LMT PDSN dan subscriber throughput
dari backroom Telkom Flexi. Pengetesan tahap kedua dilakukan dengan menggunakan
software drive test NEMO yang juga di install pada laptop untuk melakukan pengetesan
di lapangan. Pengetesan kedua ini merupakan pengetesan yang direkomendasikan oleh
Telkom Flexi untuk mengetahui throughput yang diterima oleh pelanggan.
50
4.2.1. Perlengkapan Hardware dan Software
Untuk melakukan analisa performansi berdasarkan pengetesan langsung di
lapangan perlu disiapkan perangkat hardware dan software pendukung kegiatan
tersebut. Untuk perangkat hardware yang dibutuhkan berupa satu buah laptop dan satu
buah modem yang telah support EVDO, dalam hal ini modem tersebut support untuk
EVDO Rev A karena BTS tempat dilakukannya pengambilan data ini merupakan BTS
EVDO Rev A. Selain laptop dan modem tersebut, dibutuhkan juga software NetWorx
yang berguna untuk melakukan capture throughput yang didapatkan selama
dilakukannya pengetesan tahap pertama dan software NEMO untuk melakukan
pengetesan tahap kedua sesuai rekomendasi dari Telkom Flexi.
Pada pengetesan tahap pertama juga dibantu oleh backroom Telkom Flexi untuk
melakukan tracing LMT PDSN dan subscriber throughput. Adapun hardware dan software
yang dibutuhkan untuk melakukan tracing LMT PDSN dan throughput adalah sama
seperti ketika melakukan analisa performansi berdasarkan NMS. yang membedakan
hanya menambahkan instalasi software LMT untuk melakukan proses tracing LMT PDSN
dan throughput tersebut.
4.2.2. Pengetesan Tahap Pertama
Analisa parameter performansi layanan data EVDO secara langsung di lapangan
pada tahap pertama dilakukan sebanyak dua kali yaitu ketika BTS dalam keadaan sibuk
dan ketika BTS dalam keadaan tidak sibuk. Adapun alur dari proses pengetesan tahap
pertama ini dapat dijelaskan secara singkat seperti Gambar 4.3:
Gambar 4.3 Diagram Analisa Pengetesan Tahap Pertama Secara Langsung di Lapangan
Pengetesan dilakukan dengan pengambilan data (download) di website
kambing.ui.ac.id untuk mengetahui throughput yang didapat. Pemilihan pengambilan
data pada website tersebut dikarenakan lokasi server tersebut berada di I ndonesia
sehingga akses menuju server tersebut dipastikan melalui jalur lokal, seperti terlihat pada
Gambar 4.4:
51
Gambar 4.4 Hasil Traceroute Menuju Server kambing.ui.ac.id
Pada Gambar 4.4 terlihat jalur menuju server kambing.ui.ac.id melalui Open IXP
lalu menuju ke server tujuan. Open IXP merupakan salah satu internet exchange yang
berada di Indonesia dan merupakan tempat untuk bertukar data.
4.2.2.1. Pengetesan Saat Kondisi BTS Sibuk
Pengetesan dilakukan pada tanggal 12 November 2013 pukul 22:50 hingga 23:00
dimana pada waktu tersebut merupakan rentang waktu pada saat BTS dalam keadaan
sibuk berdasarkan hasil dari analisa monitoring. Pengetesan dilapangan ini dilakukan
dengan menggunakan laptop dan modem EVDO Telkom Flexi. Pertama dilakukan koneksi
layanan data EVDO yang dimonitor dengan melakukan tracing LMT PDSN dari Telkom
Flexi. Terlihat hasil tracing LMT PDSN saat memulai koneksi pada Gambar 4.5:
Gambar 4.5 Tracing LMT PDSN Saat Memulai Koneksi Pada J am Sibuk
Terlihat pada Gambar 4.5, sequence 1 - 5 merupakan respon message ketika
akan membangun sebuah koneksi hingga pada sequence 21 - 24 terjadi proses
autentikasi terhadap username dan password dengan status berhasil sehingga bisa
52
melakukan koneksi layanan data EVDO. Selanjutnya dilakukan percobaan pemutusan
koneksi layanan data EVDO Telkom Flexi. Terlihat pada Gambar 4.6 hasil tracing LMT
PDSN ketika terjadi pemutusan koneksi layanan data EVDO:
Gambar 4.6 Tracing LMT PDSN Saat Memutus Koneksi Pada J am Sibuk
Pada Gambar 4.6 terlihat sequence 44 hingga terakhir merupakan respon
message ketika melakukan pemutusan koneksi layanan data EVDO. Tracing LMT PDSN
diatas dilakukan untuk mengetahui respon message dari awal terbentuknya koneksi
hingga koneksi berakhir. Setelah melakukan uji coba koneksi layanan data EVDO maka
selanjutnya melakukan pengetesan throughput dengan melakukan pengambilan data dari
server kambing.ui.ac.id sebesar 10 MB. Dengan menggunakan bantuan software network
monitoring yaitu NetWorx pada laptop tempat dilakukannya pengetesan maka dapat
diketahui kecepatan data yang didapat ketika dilakukan pengambilan data pada server
tersebut. Parameter yang dapat diketahui dari software tersebut yaitu kecepatan akses
data Incoming atau Download, kecepatan akses data Outgoing atau Upload dan Total
keseluruhan akses data Seperti terlihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 merupakan kecepatan akses data yang diperoleh ketika
menggunakan layanan data EVDO Telkom Flexi dengan rata-rata kecepatan yang di
dapat berada disekitar 305 kbps dengan maksmimal kecepatan data yang diperoleh
sebesar 705 kbps pada saat BTS dalam keadaan sibuk dengan besar data yang di
download 10,8 MBps selama 4 menit 57 detik.
53
Gambar 4.7 Hasil Download Data Saat BTS Sibuk Tahap Pertama
Terlihat Gambar 4.8 yang merupakan grafik bandwidth kecepatan akses data
yang diperoleh selama dilakukannya pengetesan dari software NetWorx.
Gambar 4.8 Grafik Bandwidth Pengetesan Tahap Pertama J am Sibuk
Bersamaan dengan dilakukannya pengetesan throughput tersebut dilakukan juga
tracing subscriber throughput dari backroom Telkom Flexi. Tracing subscriber throughput
dari backroom Telkom Flexi dilakukan untuk mengetahui throughput yang diterima oleh
pelanggan. Dari hasil tracing subscriber throughput Flexi dapat diketahui besarnya data
yang diperoleh selama dilakukan pengetesan seperti pada Gambar 4.9
54
Gambar 4.9 Tracing Subscriber Throughput Saat J am Sibuk
Dari Gambar 4.9 yang merupakan hasil tracing subscriber throughput dari
backroom Telkom Flexi terlihat bahwa kecepatan maksimal yang di dapat selama
dilakukannya pengetesan throughput sebesar 740 kbps. Kecepatan maksimal tersebut
besarnya sama dengan kecepatan yang diperoleh berdasarkan software network
monitoring NetWorx namun terdapat perbedaan pada grafik yang berhasil di capture.
Dari Gambar 4.8 maksimal trafik yang berhasil di dapat 600 kbps tidak mencapai 732
kbps akan tetapi pada Gambar 4.9 trafik yang didapat maksimal sebesar 740 kbps. Hal ini
terjadi karena tidak adanya pengaturan skala berdasarkan waktu pada grafik software
NetWorx dalam melakukan pengambilan data dan melakukan capture trafik.
Dari pengetesan di atas dapat dilakukan perhitungan parameter throughput.
Diketahui dari hasil pengetesan di atas bahwa total data yang di download sebesar 10,8
MB dengan waktu download selama 4 menit 57 detik. Maka dari parameter tersebut
dapat dilakukan perhitungan throughput sebagai berikut:
Panjang paket data yang diterima () = 10,8 MB
= 10,8 x 8 = 86,4 Mb = 86400 Kb
Total waktu untuk menerima paket data (
) = 4 menit 57 detik
(
= =
86400
297
= 290,9
Maka throughput yang di dapat ketika dilakukannya pengetesan secara langsung
saat jam sibuk adalah sebesar 290,9 kbps. Nilai throughput tersebut memiliki nilai yang
hampir sama dengan hasil pengetesan dengan menggunakan software network
monitoring NetWorx dimana hasil dari software tersebut diperoleh throughput sebesar
305 kbps.
55
Bersamaan dengan dilakukannya pengetesan tersebut, dilakukan juga
pengambilan data monitoring dari server M2000 Huawei untuk mengetahui parameter
Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio
(CDR) selama dilakukan pengetesan di atas. Berikut parameter parameter monitoring
dari server M2000 Huawei seperti pada Tabel 4.5:
Tabel 4.5 Parameter Dasar SOR, CSR dan CDR Tes Tahap Pertama BTS Sibuk
Parameter Parameter
Connection Success 639 Connection Release HHO 0
Connection Request 694 DO Average Sector 0 2853,5
Connection Release RF 6 DO Average Sector 1 1669,5
Connection Release Others 1 DO Average Sector 2 7946,5
Data pada Tabel 4.5 merupakan data monitoring BTS Site Kantor Camat Ciledug
selama satu jam yaitu sejak 22:00 23:00. Pada jam tersebut merupakan waktu dimana
pengetesan tahap pertama dilakukan ketika BTS sedang dalam keadaan sibuk. Dari
parameter diatas dapat dilakukan perhitungan Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection
Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio (CDR) seperti berikut ini:
a. Slot Occupancy Ratio
Perbandingan antara utilisasi trafik paket data dengan desain kapasitas kanal paket
data tersebut dengan persamaan (2.11) sebagai berikut:
[%] =
0,01
Sebelum melakukan perhitungan SOR, maka dilakukan penghitungan DO Average
terlebih dahulu sesuai persamaan (2.10):
=
0 + 1+ . . +
Dari data pada Tabel 4.5 diketahui nilai:
DO Sektor 0 = 2853,5
DO Sektor 1 = 1669,5
DO Sektor 2 = 7946,5
Maka dari data tersebut dapat diketahui nilai DO Average:
=
2853,5 + 1669,5 + 7946,5
3
= 4156,5
Setelah diperoleh nilai DO Average maka dapat diketahui nilai Slot Occupancy Ratio:
= 4156,5 0,01 = 41,56 %
Maka nilai Slot Occupancy Ratio pada tanggal 12 November 2013 pukul 22:00
sebesar 41,56 %
b. Connection Success Ratio (CSR)
Perbandingan antara jumlah koneksi yang sukses dengan total permintaan
sambungan koneksi dan dapat dituliskan sesuai persamaan (2.12):
CSR [%] =
Successfull Connetion Time
Connection Request
100
56
Dimana dari Tabel 4.5 diatas dapat diketahui nilai:
Successfull Connection Time = 639
Connection Request = 694
Sehingga dapat diketahui nilai CSR:
CSR =
639
694
100 = 92,07 %
Maka nilai Connection Success Ratio pada tanggal 12 November 2013 pukul 22:00
sebesar 92,07 %
c. Connection Drop Ratio (CDR)
Perbandingan antara jumlah koneksi yang terputus akibat dari RF Lost, Hard
Handover serta penyebab lainnya berbanding dengan banyaknya koneksi yang
sukses seperti persamaan (2.13) dibawah:
CDR [%] =
(RF ) + (HHO) + ()
100
Dari Tabel 4.5 diatas diperoleh nilai:
Connection Release RF Lost = 6
Connection Release HHO = 0
Connection Release Others = 1
Connection Success = 639
Maka dapat diketahui nilai CDR:
CDR =
6 + 0 + 1
639
100 = 1,1 %
Maka nilai Connection Drop Ratio pada tanggal 12 November 2013 pukul 22:00
sebesar 1,1 %
4.2.2.2. Pengetesan Saat Kondisi BTS Tidak Sibuk
Pengetesan dilakukan pada tanggal 17 November 2013 pukul 17:00 hingga 17:20
dimana pada waktu tersebut merupakan rentang waktu pada saat BTS dalam keadaan
tidak sibuk berdasarkan hasil dari analisa monitoring. Pengetesan dilapangan ini sama
seperti pengetesan saat BTS sedang dalam keadaan sibuk yaitu dengan menggunakan
laptop dan modem EVDO Telkom Flexi. Pertama dilakukan pengetesan koneksi layanan
data EVDO Telkom Flexi yang dimonitor dengan melakukan tracing LMT PDSN dari
Telkom Flexi. Terlihat hasil tracing LMT PDSN saat memulai koneksi pada Gambar 4.10.
Terlihat pada Gambar 4.10, pada sequence 1 - 5 merupakan respon message
pertama kali ketika akan membangun sebuah koneksi hingga pada sequence 22 - 25
terjadi proses autentikasi terhadap username dan password dengan status Chap
authenticate success yang berarti bahwa proses Challenge Handshake Autentication
Protocol berhasil sehingga bisa melakukan koneksi layanan data EVDO Telkom Flexi.
57
Gambar 4.10 Tracing LMT PDSN Saat Memulai Koneksi Pada J am Tidak Sibuk
Selanjutnya dilakukan percobaan pemutusan koneksi layanan data EVDO Telkom
Flexi. Terlihat pada Gambar 4.11 hasil tracing LMT PDSN ketika terjadi pemutusan
koneksi layanan data EVDO.
Gambar 4.11 Tracing LMT PDSN Saat Memutus Koneksi Pada J am Tidak Sibuk
Pada Gambar 4.11 terlihat sequence 7613 hingga 7626 merupakan respon
message ketika melakukan pemutusan koneksi layanan data EVDO dan berhasil
memtuskan koneksi layanan data EVDO Telkom Flexi. Setelah melakukan uji coba
koneksi layanan data EVDO maka selanjutnya melakukan pengetesan throughput dengan
melakukan pengambilan data yang sama seperti pada pengetesan saat BTS sibuk dari
server kambing.ui.ac.id sebesar 7 MB. Pada Gambar 4.12 dapat diketahui hasil
pengetesan throughput pada saat BTS tidak dalam kondisi tidak sibuk.
58
Gambar 4.12 Hasil Download Data Saat BTS Tidak Sibuk Tahap Pertama
Dari Gambar 4.12 terlihat kecepatan akses data yang diperoleh ketika
menggunakan layanan data EVDO Telkom Flexi saat BTS dalam kondisi tidak sibuk rata-
rata berada disekitar 709 kbps dengan besar data yang di download 7,01 MB selama 1
menit 23 detik. Terlihat grafik bandwidth dari software NetWorx selama dilakukannya
pengetesan seperti pada Gambar 4.13:
Gambar 4.13 Grafik Bandwidth Pengetesan Tahap Pertama J am Tidak Sibuk
Pada Gambar 4.13, garis merah menandakan bahwa grafik tersebut merupakan
grafik saat dilakukannya pengetesan secara langsung dengan melakukan pengambilan
data pada server kambing.ui.ac.id saat BTS tidak dalam kondisi sibuk. Bersamaan dengan
dilakukannya pengetesan throughput tersebut dilakukan juga tracing subscriber
59
throughput dari backroom Telkom Flexi. Tracing subscriber throughput dari backroom
Telkom Flexi dilakukan untuk mengetahui throughput yang diterima oleh pelanggan. Dari
hasil tracing subscriber throughput Flexi dapat diketahui besarnya data yang diperoleh
selama dilakukan pengetesan seperti pada Gambar 4.14:
Gambar 4.14 Tracing Subscriber Throughput Saat J am Tidak Sibuk
Dari Gambar 4.14 diatas terlihat bahwa kecepatan maksimal yang di dapat
selama dilakukannya pengetesan throughput sebesar 1,5 Mbps. Kecepatan maksimal
tersebut nilainya hampir sama dengan kecepatan yang diperoleh berdasarkan software
network monitoring NetWorx yaitu 1,45 Mbps. Dari pengetesan di atas dapat dilakukan
perhitungan parameter throughput.
Diketahui dari hasil pengetesan di atas bahwa total data yang di download
sebesar 7,01 MB dengan kecepatan transfer data rata-rata 709 kbps. Maka dari
parameter tersebut dapat dilakukan perhitungan throughput sebagai berikut:
Panjang paket data yang diterima () = 7,01 MB
= 7,01 x 8 = 56,08 Mb = 56080 Kb
Total waktu untuk menerima paket data (
) = 1 menit 23 detik
(
) = (1 x 60) + 23 = 83 detik
Maka dari data di atas dapat dihitung throughput yang diterima ketika dilakukan
pengetesan secara langsung saat jam tidak sibuk sesuai persamaan (2.16):
=
= =
56080
83
= 675,66
60
Maka throughput yang di dapat ketika dilakukannya pengetesan secara langsung
saat jam tidak sibuk adalah sebesar 675,66 kbps. Nilai throughput hasil perhitungan
tersebut memiliki nilai yang hampir sama dengan hasil pengetesan dengan menggunakan
software network monitoring NetWorx dimana hasil dari software tersebut diperoleh
throughput sebesar 709 kbps.
Bersamaan dengan dilakukannya pengetesan tersebut, dilakukan juga
pengambilan data monitoring dari server M2000 Huawei untuk mengetahui parameter
Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio
(CDR) selama dilakukan pengetesan di atas. Berikut parameter parameter monitoring
dari server M2000 Huawei seperti pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Parameter Dasar SOR, CSR dan CDR Tes Tahap Pertama BTS Tidak Sibuk
Parameter Parameter
Connection Success 575 Connection Release HHO 0
Connection Request 619 DO Average Sector 0 2242
Connection Release RF 3 DO Average Sector 1 5727
Connection Release Others 7 DO Average Sector 2 4212
Data pada Tabel 4.6 merupakan data monitoring BTS Site Kantor Camat Ciledug
selama satu jam yaitu sejak 17:00 18:00. Pada jam tersebut merupakan waktu dimana
pengetesan tahap pertama dilakukan ketika BTS sedang dalam keadaan tidak sibuk. Dari
parameter diatas dapat dilakukan perhitungan Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection
Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio (CDR) seperti berikut ini:
a. Slot Occupancy Ratio
Dari data pada Tabel 4.6 diketahui nilai:
DO Sektor 0 = 2242
DO Sektor 1 = 5727
DO Sektor 2 = 4212
Maka dari data tersebut dapat diketahui nilai DO Average sesuai persamaan (2.10):
=
2242 + 5727 + 4212
3
= 4060,33
Setelah diperoleh nilai DO Average maka dapat diketahui nilai Slot Occupancy Ratio
sesuai persamaan (2.11):
= 4060,33 0,01 = 40,6 %
Maka nilai Slot Occupancy Ratio pada tanggal 17 November 2013 pukul 17:00
sebesar 40,6 %
b. Connection Success Ratio (CSR)
Dimana dari Tabel 4.6 diatas dapat diketahui nilai:
Successfull Connection Time = 575
Connection Request = 619
Sehingga dapat diketahui nilai CSR sesuai persamaan (2.12):
CSR =
575
619
100 = 92,89 %
Maka nilai Connection Success Ratio pada tanggal 17 November 2013 pukul 17:00
sebesar 92,89 %
61
c. Connection Drop Ratio (CDR)
Dari Tabel 4.6 diatas diperoleh nilai:
Connection Release RF Lost = 3
Connection Release HHO = 0
Connection Release Others = 7
Connection Success = 575
Maka dapat diketahui nilai CDR sesuai persamaan (2.13):
CDR =
3 + 0 + 7
575
100 = 1,74 %
Maka nilai Connection Drop Ratio pada tanggal 17 November 2013 pukul 17:00
sebesar 1,74 %
4.2.3. Pengetesan Tahap Kedua
Setelah dilakukan analisa parameter performansi layanan data EVDO secara
langsung di lapangan pada tahap pertama diatas maka selanjutnya dilakukan analisa
parameter EVDO tahap kedua yaitu pengetesan dengan menggunakan software NEMO
sesuai dengan pengetesan throughput yang direkomendasikan oleh Telkom Flexi. Pada
pengetesan tahap kedua ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu ketika BTS dalam keadaan
sibuk dan ketika BTS dalam keadaan tidak sibuk. Adapun alur dari proses pengetesan
tahap kedua ini dapat dijelaskan secara singkat seperti Gambar 4.15:
Gambar 4.15 Diagram Analisa Pengetesan Tahap Kedua Secara Langsung di Lapangan
Pengetesan dilakukan dengan pengambilan data (download) pada server FTP
Telkom Flexi dengan IP 222.124.198.172 untuk mengetahui throughput yang didapat.
Pemilihan pengambilan data pada server FTP Telkom Flexi tersebut dikarenakan lokasi
server tersebut berada di Indonesia sehingga akses menuju server tersebut dipastikan
melalui jalur lokal dan Telkom Flexi bisa memastikan bahwa ketika dilakukan pengetesan
throughput dengan melakukan download pada server tersebut koneksi menuju ke server
selama pengetesan akan tetap normal karena server tersebut berada pada pengawasan
Telkom Flexi. seperti terlihat pada Gambar 4.16 hasil trace route ke IP 222.124.198.172.
62
Gambar 4.16 Hasil Traceroute Menuju Server Telkom Flexi 222.124.198.172
Dari Gambar 4.16 terlihat bahwa hasil trace route menuju IP 222.124.198.172
masih berada dalam satu jaringan (Network Telkom Flexi) sehingga ketika mengakses IP
publik tersebut tidak melalui Internet Exchange.
4.2.3.1. Pengetesan Saat Kondisi BTS Sibuk
Pengetesan dilakukan pada tanggal 20 November 2013 pukul 22:54 hingga 23:00
dimana pada waktu tersebut merupakan rentang waktu pada saat BTS dalam keadaan
sibuk berdasarkan hasil dari analisa monitoring. Pengetesan dilapangan ini dilakukan
dengan menggunakan laptop dan modem EVDO Telkom Flexi serta software NEMO.
Software NEMO merupakan software yang direkomendasikan oleh Telkom Flexi untuk
melakukan pengetesan throughput. Seperti terlihat hasil pengukuran throughput layanan
data EVDO Telkom Flexi pada Gambar 4.17:
Gambar 4.17 Hasil Pengukuran Throughput Saat BTS Sibuk Menggunakan NEMO
63
Dari Gambar 4.17 terlihat waktu pengetesan dimulai pukul 22:54:35 dan berakhir
pada pukul 22:59:06 dengan hasil download data sebesar 9998440 bytes. Maka dari hasil
diatas dapat dilakukan analisa parameter throughput sebagai berikut:
Panjang paket data yang diterima () = 9998440 Byte
= 9998440 x 8 = 79987520 bit = 79987,5 Kb
Total waktu untuk menerima paket data (
) = 4 menit 31 detik
(
= =
79987,5
271
= 295,16
Maka throughput yang di dapat ketika dilakukannya pengetesan secara langsung saat
jam sibuk dengan menggunakan software NEMO adalah sebesar 295,16 kbps.
Bersamaan dengan dilakukannya pengetesan tersebut, dilakukan juga
pengambilan data monitoring dari server M2000 Huawei untuk mengetahui parameter
Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio
(CDR) selama dilakukan pengetesan di atas. Berikut parameter parameter monitoring
dari server M2000 Huawei seperti pada Tabel 4.7:
Tabel 4.7 Parameter Dasar SOR, CSR dan CDR Tes Tahap Kedua BTS Sibuk
Parameter
Parameter
Connection Success
759
Connection Release HHO
0
Connection Request 778 DO Average Sector 0 6429,5
Connection Release RF 2 DO Average Sector 1 5324,5
Connection Release Others 0 DO Average Sector 2 1771,5
Data pada Tabel 4.7 merupakan data monitoring BTS Site Kantor Camat Ciledug
selama satu jam yaitu sejak 22:00 23:00. Pada jam tersebut merupakan waktu dimana
pengetesan tahap kedua dilakukan ketika BTS sedang dalam keadaan sibuk. Dari
parameter diatas dapat dilakukan perhitungan Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection
Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio (CDR) seperti berikut ini:
a. Slot Occupancy Ratio
Dari data pada Tabel 4.7 diketahui nilai:
DO Sektor 0 = 6429,5
DO Sektor 1 = 5324,5
DO Sektor 2 = 1771,5
Maka dari data tersebut dapat diketahui nilai DO Average sesuai persamaan (2.10):
=
6429,5 + 5324,5 + 1771,5
3
= 4508,5
Setelah diperoleh nilai DO Average maka dapat diketahui nilai Slot Occupancy Ratio
sesuai persamaan (2.11):
64
= 4508,5 0,01 = 45,08 %
Maka nilai Slot Occupancy Ratio pada tanggal 20 November 2013 pukul 22:00
sebesar 45,08 %
b. Connection Success Ratio (CSR)
Dimana dari Tabel 4.7 diatas dapat diketahui nilai:
Successfull Connection Time = 759
Connect2ion Request = 778
Sehingga dapat diketahui nilai CSR sesuai persamaan (2.12):
CSR =
759
778
100 = 97,56 %
Maka nilai Connection Success Ratio pada tanggal 20 November 2013 pukul 22:00
sebesar 97,56 %
c. Connection Drop Ratio (CDR)
Dari Tabel 4.7 diatas diperoleh nilai:
Connection Release RF Lost = 2
Connection Release HHO = 0
Connection Release Others = 0
Connection Success = 759
Maka dapat diketahui nilai CDR sesuai persamaan (2.13):
CDR =
2 + 0 + 0
759
100 = 0,26 %
Maka nilai Connection Drop Ratio pada tanggal 20 November 2013 pukul 22:00
sebesar 0,26 %
4.2.3.2. Pengetesan Saat Kondisi BTS Tidak Sibuk
Pengetesan dilakukan pada tanggal 20 November 2013 pukul 13:10 hingga 13:16
dimana pada waktu tersebut merupakan rentang waktu pada saat BTS dalam keadaan
tidak sibuk berdasarkan hasil dari analisa monitoring. Pengetesan dilapangan ini sama
seperti pengetesan saat BTS sedang dalam keadaan sibuk yaitu dengan menggunakan
laptop dan modem EVDO Telkom Flexi serta software NEMO. Seperti terlihat hasil
pengukuran throughput layanan data EVDO Telkom Flexi dengan menggunakan software
NEMO pada Gambar 4.18.
Dari Gambar 4.18 dapat terlihat teknologi paket layanan data yang digunakan
adalah EVDO Rev A dengan lama waktu pengetesan dimulai pukul 13:10:57 dan berakhir
pada pukul 13:15:57 dan hasil download data yang diperoleh selama pengetesan sebesar
22452688 bytes.
65
Gambar 4.18 Hasil Pengukuran Throughput Saat BTS Tidak Sibuk Menggunakan NEMO
Maka dari hasil pengetesan sesuai Gambar 4.18 dapat dilakukan analisa parameter
throughput sebagai berikut:
Panjang paket data yang diterima () = 22452688 Byte
= 22452688 x 8 = 179621504 bit = 179621,5 Kb
Total waktu untuk menerima paket data (
) = 5 menit
(
= =
179621,5
300
= 598,74
Maka throughput yang di dapat ketika dilakukannya pengetesan secara langsung saat
jam tidak sibuk dengan menggunakan software NEMO adalah sebesar 598,74 kbps.
Bersamaan dengan dilakukannya pengetesan tersebut, dilakukan juga
pengambilan data monitoring dari server M2000 Huawei untuk mengetahui parameter
Slot Occupancy Ratio (SOR), Connection Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio
(CDR) selama dilakukan pengetesan di atas. Berikut parameter parameter monitoring
dari server M2000 Huawei seperti pada Tabel 4.8.
Data pada Tabel 4.8 merupakan data monitoring BTS Site Kantor Camat Ciledug
selama satu jam yaitu sejak 13:00 14:00. Pada jam tersebut merupakan waktu dimana
pengetesan tahap kedua dilakukan ketika BTS sedang dalam keadaan tidak sibuk.
66
Tabel 4.8 Parameter Dasar SOR, CSR dan CDR Tes Tahap Kedua BTS Tidak Sibuk
Parameter
Parameter
Connection Success 344 Connection Release HHO 0
Connection Request 351 DO Average Sector 0 5506
Connection Release RF 6 DO Average Sector 1 1496,5
Connection Release Others 1 DO Average Sector 2 1835,5
Dari parameter pada Tabel 4.8 dapat dilakukan perhitungan Slot Occupancy
Ratio (SOR), Connection Success Ratio (CSR) dan Connection Drop Ratio (CDR) :
a. Slot Occupancy Ratio
Dari data pada Tabel 4.8 diketahui nilai:
DO Sektor 0 = 5506
DO Sektor 1 = 1496,5
DO Sektor 2 = 1835,5
Maka dari data tersebut dapat diketahui nilai DO Average sesuai persamaan (2.10):
=
5506 + 1496,5 + 1835,5
3
= 2946
Setelah diperoleh nilai DO Average maka dapat diketahui nilai Slot Occupancy Ratio
sesuai persamaan (2.11):
= 2946 0,01 = 29,46 %
Maka nilai Slot Occupancy Ratio pada tanggal 20 November 2013 pukul 13:00
sebesar 29,46 %
b. Connection Success Ratio (CSR)
Dimana dari Tabel 4.8 diatas dapat diketahui nilai:
Successfull Connection Time = 344
Connection Request = 351
Sehingga dapat diketahui nilai CSR sesuai persamaan (2.12):
CSR =
344
351
100 = 98 %
Maka nilai Connection Success Ratio pada tanggal 20 November 2013 pukul 13:00
sebesar 98 %
c. Connection Drop Ratio (CDR)
Dari Tabel 4.8 diatas diperoleh nilai:
Connection Release RF Lost = 6
Connection Release HHO = 0
Connection Release Others = 1
Connection Success = 344
Maka dapat diketahui nilai CDR sesuai persamaan (2.13):
CDR =
6 + 0 + 1
344
100 = 2,03 %
Maka nilai Connection Drop Ratio pada tanggal 20 November 2013 pukul 13:00
sebesar 2,03
67
4.3. Key Performance I ndicator (KPI)
Key Performance Indicator merupakan nilai acuan yang digunakan untuk
melakukan evaluasi dan analisa performansi BTS, sehingga dapat diketahui baik
buruknya kinerja dari perangkat BTS. Parameter Key performance Indicator BTS yang
digunakan oleh Telkom Flexi Operation and Maintenance Wireless Regional 4
J abodetabek Banten Divisi Telkom Barat, ditunjukkan pada Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Key Performance Indicator BTS
Parameter Persentase
Slot Occupancy Ratio (SOR) < 70%
Connection Success Ratio (CSR) > 96 %
Connection Drop Ratio (CDR) < 3 %
Dari hasil pengetesan pada tahap pertama dan kedua ketika BTS sedang Sibuk
dan Tidak Sibuk maka dilakukan analisa terhadap nilai parameter yang di dapat pada
pengetesan tersebut sehingga bisa diketahui performansi BTS Kantor Camat Ciledug.
Berikut perbandingan hasil pengetesan dengan nilai KPI yang di terapkan pada Telkom
Flexi:
Tabel 4.10 Perbandingan KPI Hasil Pengetesan Tahap Pertama dan Kedua BTS Sibuk
Parameter Tahap Pertama Tahap Kedua Nilai KPI
Slot Occupancy Ratio (SOR) 41,56 % 45,08 % < 70%
Connection Success Ratio (CSR) 92,07 % 97,56 % > 96 %
Connection Drop Ratio (CDR) 1,1 % 0,26 % < 3 %
Tabel 4.11 Perbandingan KPI Hasil Pengetesan Tahap Pertama dan Kedua BTS Tidak
Sibuk
Parameter Tahap Pertama Tahap Kedua Nilai KPI
Slot Occupancy Ratio (SOR) 40,6 % 29,46 % < 70%
Connection Success Ratio (CSR) 92,89 % 98 % > 96 %
Connection Drop Ratio (CDR) 1,74 % 2,03 % < 3 %
Terlihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11 diatas bahwa hasil pengetesan tahap
pertama dan tahap kedua untuk parameter Slot Occupancy Ratio dan Connection Drop
Ratio terlihat hasil yang diperoleh masih masuk ke dalam range nilai KPI yang ditentukan
oleh Telkom Flexi. Hal tersebut menandakan bahwa performansi BTS Kantor Camat
Ciledug untuk parameter Slot Occupancy Ratio dan Connection Drop Ratio baik.
Pada pengetesan tahap pertama untuk parameter Connection Success Ratio Pada
Tanggal 12 November 2013 jam 22:00 22:59 saat BTS sibuk dan pengetesan tahap
pertama tanggal 17 November 2013 jam 17:00 17:59 saat BTS tidak sibuk hasil yang
diperoleh berada diluar range nilai KPI yang telah ditentukan oleh Telkom Flexi. Hal itu
menandakan bahwa performansi BTS Kantor Camat Ciledug untuk parameter Connection
Success Ratio pada pengetesan tahap pertama tanggal 12 dan 17 November 2013 tidak
baik. Nilai parameter Connection Success Ratio yang berada diluar range nilai KPI yang
telah ditentukan oleh Telkom Flexi harus ditelusuri penyebabnya pada BTS Kantor Camat
Ciledug dengan melakukan pengecekan alarm pada sisi BTS tersebut. Terlihat alarm pada
BTS Kantor Camat Ciledug pada waktu dilakukan pengetesan langsung dilapangan seperti
pada Tabel 4.12.
68
Tabel 4.12 Alarm BTS Kantor Camat Ciledug
Name Generation Time Recover Time Level
E1/T1 AI S 12/11/2013 22:03 12/11/2013 22:03 Major
CPU Occupation Rate Too High 12/11/2013 22:04 12/11/2013 22:05 Major
E1/T1 AI S 12/11/2013 22:11 12/11/2013 22:12 Major
E1/T1 AI S 12/11/2013 22:19 12/11/2013 22:19 Major
E1/T1 AI S 12/11/2013 22:34 12/11/2013 22:34 Major
CPU Occupation Rate Too High 12/11/2013 22:50 12/11/2013 22:51 Major
CPU Occupation Rate Too High 17/11/2013 17:10 17/11/2013 17:11 Major
E1/T1 AI S 17/11/2013 17:26 17/11/2013 17:27 Major
CPU Occupation Rate Too High 17/11/2013 17:41 17/11/2013 17:41 Major
E1/T1 AI S 17/11/2013 17:57 17/11/2013 17:58 Major
E1/T1 AI S 17/11/2013 17:59 17/11/2013 17:59 Major
Terlihat dari Tabel 4.12 bahwa penyebab terjadinya kegagalan koneksi layanan
EVDO telkom flexi karena adanya alarm E1/T1 AI S dan CPU Occupation Rate Too High
pada site BTS Kantor Camat Ciledug. E1/T1 AI S alarm merupakan alarm dimana BTS
tidak bisa melakukan komunikasi melalui jalur E1/T1 sementara CPU Occupation Rate
Too High alarm merupakan alarm yang timbul akibat proses pada CPU BTS yang terlalu
tinggi. Kedua alarm inilah yang mempengaruhi performansi layanan data EVDO Telkom
Flexi ketika dilakukannya pengetesan tahap pertama dan mempengaruhi nilai parameter
Connection Success Ratio sehingga menyebabkan banyaknya pelanggan yang mengalami
kegagalan dalam melakukan permintaan sambungan layanan data EVDO Telkom Flexi.
Untuk parameter Connection Success Ratio pada pengetesan tahap kedua yang
dilakukan tanggal 20 November 2013 terlihat hasil yang diperoleh masuk kedalam range
nilai KPI yang telah ditentukan oleh Telkom Flexi, hal ini menandakan bahwa performansi
BTS Kantor Camat Ciledug untuk parameter Connection Success Ratio baik. Hasil
parameter Connection Success Ratio pada pengetesan tahap kedua yang telah membaik
tersebut diperoleh karena telah dilakukan perbaikan terhadap alarm yang muncul pada
BTS Kantor Camat Ciledug sehingga performansi yang diperoleh kembali baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa performansi layanan data EVDO Telkom Flexi Studi
Kasus Pada BTS Kantor Camat Ciledug dapat diambil kesimpulan:
1. Diketahui jam sibuk yang dialami BTS Kantor Camat Ciledug selama hari Senin
J umat terjadi pada jam 19:00 23:59 berdasarkan pada analisa monitoring
periode 1 - 30 Oktober 2013.
2. Selama hari Sabtu Minggu jam sibuk yang dialami BTS Kantor Camat Ciledug
terjadi hampir sepanjang hari mulai dari pagi jam 07:00 hingga malam hari jam
23:59 berdasarkan data pada analisa monitoring periode 1 - 30 Oktober 2013.
3. Hasil parameter Slot Occupancy Ratio tertinggi per hari selama analisa
monitoring periode 1 - 30 Oktober 2013 terdapat 14 kali berada di atas nilai KPI
yang disyaratkan oleh Telkom Flexi, hal tersebut menandakan bahwa tingkat
pemakaian BTS Telkom Flexi Site Kantor Camat Ciledug tinggi pada bulan
Oktober 2013.
4. Pada kondisi BTS sibuk, rata-rata throughput yang diterima pelanggan sebesar
290 kbps hingga 296 kbps berdasarkan pada hasil pengetesan tahap pertama
dan tahap kedua.
5. Rata-rata throughput yang diterima pelanggan ketika BTS dalam keadaan tidak
sibuk berdasarkan hasil pengetesan tahap pertama dan tahap kedua sebesar
598,74 kbps hingga 675,66 kbps.
6. Nilai parameter Slot Occupancy Ratio dan Connection Drop Ratio pada
pengetesan tahap pertama dan kedua saat BTS sibuk maupun tidak sibuk berada
dalam range nilai KPI yang telah ditentukan Telkom Flexi, hal ini menandakan
bahwa performansi layanan akses data EVDO baik.
7. Nilai parameter Connection Success Ratio pada pengetesan tahap pertama yang
melewati batas nilai KPI yang telah ditentukan oleh Telkom Flexi disebabkan
karena adanya alarm pada BTS yang mempengaruhi performansi layanan data
EVDO.
8. Nilai parameter Connection Success Ratio pada pengetesan tahap kedua telah
berada dalam range nilai KPI yang telah ditentukan Telkom Flexi, hal ini
menandakan bahwa performansi layanan akses data EVDO baik.
9. Tingginya nilai parameter Connection Success Ratio tidak menjamin nilai
parameter Connection Drop Ratio rendah karena nilai Connection Drop Ratio
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain Connection Release RF Lost,
Connection Release HHO dan Connection Release Others.
10. Hasil capture grafik dengan hasil capture trafik pada software NetWorx terdapat
perbedaan yang disebabkan karena tidak adanya pengaturan skala waktu pada
grafik software NetWorx.
11. Berdasarkan hasil monitoring selama periode 1 30 Oktober 2013 serta
pengetesan tahap pertama dan kedua pada saat BTS berada dalam kondisi sibuk
dan tidak sibuk dengan memperhatikan parameter Slot Occupancy Ratio,
Connection Success Ratio, Connection Drop Ratio dan Throughput maka
diperoleh hasil bahwa layanan data EVDO Telkom Flexi memiliki kualitas yang
baik.
70
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan analisa performansi layanan data EVDO
Telkom Flexi Studi Kasus Pada BTS Kantor Camat Ciledug yang telah dilakukan dalam
penulisan tugas akhir ini antara lain:
1. Proses pengetesan secara langsung dilapangan oleh tim dari Telkom Flexi bisa
menggunakan metode pengetesan tahap pertama yaitu dengan menggunakan
aplikasi network monitor (dalam hal ini menggunakan software NetWorx) pada
laptop dan dilakukan tracing subscriber throughput pada backroom Telkom Flexi. Hal
ini dilakukan untuk menghindari adanya ketiadaan tim yang mampu mengoperasikan
software NEMO atau ketiadaan laptop yang sudah terinstall software NEMO untuk
melakukan pengetesan tersebut.
2. J ika pelanggan gagal melakukan koneksi layanan data EVDO Telkom Flexi,
pelanggan bisa melakukan pengecekan sendiri untuk memastikan penyebab
terjadinya kegagalan koneksi tersebut. Adapun pengecekan yang bisa dilakukan
meliputi:
- Memastikan bahwa telah melakukan registrasi layanan data EVDO Telkom Flexi.
- Melakukan pengecekan pulsa ketika tidak dapat melakukan registrasi atau
memperpanjang layanan data EVDO Telkom Flexi.
- Memastikan bahwa telah melakukan seting username dan password serta seting
APN dan Network pada handset untuk melakukan koneksi layanan data EVDO
Telkom Flexi.
Hal ini dilakukan untuk menghindari antrian ketika melakukan laporan pada
customer service Telkom Flexi dan antrian untuk dilakukan penanganan gangguan
dikarenakan dibutuhkannya pengecekan dari sisi backroom Telkom Flexi satu
persatu untuk setiap gangguan yang terjadi pada pelanggan.
Daftar Acuan
[1] J aya, Haston Purnama. Analisa Penerapan Sistem CDMA 2000 1X EVDO Pada
Teknologi 3G Dalam Hal Kecepatan Akses Data, Skripsi, Program Studi Teknik
Elektro FT. Universitas Budi Luhur, J akarta, 2008
[2] Putri, Hasanah dan Astuti, Rina Pudji. Analisa Performansi Layanan EVDO di Area
Boundary Pada Frekuensi 1900 MHz, EECCIS J ournal, 2012, 1-6
[3] Usman, Uke Kurniawan, 2010. Sistem Komunikasi Seluler CDMA 2000 1X,
Informatika, Bandung
[4] Usman, Uke Kurniawan, 2010. Pengantar Ilmu Telekomunikasi, Informatika,
Bandung
[5] PT. Huawei Technology Co Ltd, 2011. EVDO Knowledge Share. PT Huawei Tech
Investment, J akarta
[6] Gustiawan, Fahrial. iBTS Sebagai Aplikasi Monitoring BTS Pada Divisi Telkom Flexi
J akarta Berbasis SMS Gateway, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro FT. Universitas
Budi Luhur, J akarta, 2011
Daftar Pustaka
Baxter, Scott and Nortel, 2007. 1X EVDO Rev. A Networks
Gustiawan, Fahrial. iBTS Sebagai Aplikasi Monitoring BTS Pada Divisi Telkom Flexi J akarta
Berbasis SMS Gateway, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro FT. Universitas Budi
Luhur, J akarta, 2011
J aya, Haston Purnama. Analisa Penerapan Sistem CDMA 2000 1X EVDO Pada Teknologi
3G Dalam Hal Kecepatan Akses Data, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro FT.
Universitas Budi Luhur, J akarta, 2008
Muis, Saludin, 2010. Sistem CDMA Berdasarkan Standar CDMA IS95, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Munadi, Rendy, 2009. Teknik Switching, Informatika, Bandung
PT. Huawei Technology Co Ltd, 2011. EVDO Knowledge Share. PT Huawei Tech
Investment, J akarta
Putri, Hasanah dan Astuti, Rina Pudji. Analisa Performansi Layanan EVDO di Area
Boundary Pada Frekuensi 1900 MHz, EECCIS J ournal, 2012, 1-6
Raman, BV, 2009. CDMA / EVDO / LTE I nteroperability and Migration Plans, CDG,
Colombo
Santoso, Gatot, 2004. Sistem Selular CDMA, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sofana, Iwan, 2012. Cisco CCNA & J aringan Komputer, Informatika, Bandung
Usman, Uke Kurniawan, 2010. Sistem Komunikasi Seluler CDMA 2000 1X, I nformatika,
Bandung
Usman, Uke Kurniawan, dkk., 2012. Fundamental Teknologi Seluler LTE, Informatika,
Bandung
Usman, Uke Kurniawan, 2010. Pengantar Ilmu Telekomunikasi, Informatika, Bandung
Wibisono, Gunawan, dan Hantoro, Gunadi Dwi, 2008. MOBI LE BROADBAND Tren
Teknologi Wireless Saat Ini dan Masa Datang, I nformatika, Bandung
Wibisono, Gunawan, dkk., 2008. Konsep Teknologi Seluler, Informatika, Bandung