Você está na página 1de 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Profesor
Soehartati Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian
meningkat. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012 menyebutkan,
prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal data sebelumnya
menyebutkan prevalensinya 1 banding 1.000 orang.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker
Internasional (UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita
kanker sebesar 300 persen di seluruh dunia pada tahun 2030. Jumlah tersebut 70
persennya berada di negara berkembang seperti Indonesia. Kenaikan prevalensi
kanker di Indonesia menjadi masalah bagi pengobatan. Soehartati mengatakan, pusat
pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani 15 persen pasien kanker.
"Padahal, angka itu saat pasien kanker di Indonesia masih diprediksi 1 banding
1.000," ungkap profesor di bidang radiasi onkologi ini.
Menurut Soehartati, Indonesia perlu menambah pusat pengobatan kanker
dengan lokasi yang merata. "Pusat pengobatan kanker di Indonesia masih 22 rumah
sakit negeri, dan 2 rumah sakit swasta. Itu pun letaknya tidak merata. Selain jumlah,
perlu juga diperhatikan jaraknya," cetusnya.
Namun yang lebih penting, lanjut Soehartati, masyarakat perlu meningkatkan
kewaspadaan untuk mengantisipasi keadaan tersebut. Menurutnya, mewaspadai risiko
kanker dengan memulai pola hidup sehat merupakan yang utama. "Sekitar 43 persen
dari kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan 30% dari kanker dapat
terdeteksi," jelasnya.

2

B. Rumusan Masalah
Sebagai mahasiswa/i keperawatan, kami ingin mengetahui seluk beluk dari
definisi karsinoma tulang, penyebab karsinoma tulang, tanda-tanda adanya penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatannya, serta asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit karsinoma tulang.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa/i keperawatan mengetahui dan memahami penyakit
karsinoma tulang yang merupakan gangguan pada sistem muskuloskeletal.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui definisi dari penyakit karsinoma tulang
Mengetahui sebab adanya penyakit (etiologi) penyakit karsinoma tulang
Menganalisis tanda-tanda terjadinya penyakit (manifestasi klinis)
Memahami dengan jelas perjalanan penyakit (patofisiologi)
Mengetahui dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit karsinoma tulang









3

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Karsinoma (keganasan) tulang adalah pertumbuhan sel baru yang bersifat
ganas dan abnormal pada tulang primer, tulang rawan, jaringan ikat, dan sum-sum
tulang. Karsinoma tulang disebut juga dengan neoplasma tulang atau tumor tulang.
Kanker tulang adalah penyakit yang relatif langka di mana sel-sel kanker
tumbuh di jaringan tulang. Kanker terjadi ketika sel-sel dalam tubuh membelah tanpa
kontrol atau perintah. Biasanya, sel-sel membelah dengan cara diatur. Jika sel-sel
terus membelah tak terkendali ketika sel-sel baru tidak dibutuhkan, massa bentuk
jaringan, disebut suatu pertumbuhan atau tumor. Kanker merujuk pada tumor ganas,
yang dapat menyerang jaringan terdekat dan menyebar ke bagian lain dari tubuh
(George, 2005).
B. Etiologi
Penyebab dari karsinoma tulang tidak diketahui secara pasti. Para ahli
kesehatan menyatakan bahwa kemungkinan penyebab karsinoma (keganasan) tulang
yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, dan infeksi.
C. Klasifikasi dan gejalanya
Tumor maligna primer meliputi: sarkoma osteogenik, osteosarkoma parosteal,
kondrosarkoma, juksta kondrosarkoma kortikal, osteoklastoma, sarkoma ewing,
retikulo-sarkoma tulang, mieloma multipel.
a. Sarkoma osteogenik
Nama ini dipergunakan bukan karena tumor membentuk tulang, tetapi tumor
ini pembentukannya berasal dari osteoblastik sel-sel mesenkim primitif. Sarkoma
osteogenik merupakan tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan (48,8%)
diluar mieloma multipel. Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar
secara cepat pada periosteum dan jaringan ikat diluarnya.
4

Sarkoma osteogenik terutama ditemukan pada usia 10-20 tahun dan lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita. Nyeri merupakan gejala utama yang pertama
muncul yang bersifat konstan dan bertambah hebat pada malam hari. Tumor ini
sering ditemukan di daerah metafisis tulang panjang terutama pada femur distal dan
tibia proksimal dan dapat pula ditemukan pada radius distal dan humerus proksimal.
Pemeriksaan radiologi. Gambaran radiologis yang dapat ditemukan bergantung pada
kelainan yang terjadi :
1. Pada tipe osteolitik, proses destruksi yang lebih menonjol
2. Pada tipe osteoblastik, pembentukan tulang yang lebih menonjol
3. Pada tipe campuran, terdapat proses osteolitik dan osteoblastik yang seimbang
Pertumbuhan tulang yang cepat mengakibatkan destruksi tulang dan
periosteum dan dari reaksi periosteal tersebut hanya sisanya yaitu pada bagian tepi
yang masih terlihat yang memberikan gambaran radiologis yang khas sebagai suatu
sudut segitaga, yaitu sudut codman. Selain itu, ditemukan adanya bagian korteks yang
terputus dan tumor menembus kejaringan sekitarnya dan membentuk garis-garis
pembentukan tulang yang radial kearah luar yang berasal dari korteks dan dikenal
sebagai sunburst appearance. Sering kali diperlukan pemeriksaan radiologi lainnya
seperti CT-scan atau MRI. Pemeriksaan foto toraks selain dilakukan sebagai prosedur
rutin juga untuk follow-up adanya metastasis pada paru-paru.
b. Osteosarkoma parosteal
Osteosarkoma parosteal disebut juga sebagai sarkoma osteogenik juksta
kortikal, tetapi dengan sifat dan gejala klinis yang berbeda dengan sarkoma
osteogenik. Gambaran klinis osteosarkoma parosteal biasanya ditemukan pada usia
10-50 tahun dengan prognosis yang lebih limfatik histiotik dari pada limfoma
maligna kelenjer limfe. Kelainan itu sulit dibedakan secara histologis dengan sarkoma
ewing kecuali dengan pewarnaan glikogen yang hasilnya positif pada sarkoma ewing
dan negatif pada retikulo-sarkoma. Osteosarkoma parosteal terutama ditemukan pada
metafisis femur bagian distal dan bagian belakang femur (50%) dan dapat pula
ditemukan pada tulang humerus dan tibia.

5

c. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri atas kondrosit
anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini
paling sering menyerang pria berusia di atas 35 tahun. Gejala yang paling sering
adalah massa tanpa nyeri yang berlangsung lama.
Contoh. Lesi perifer sering kali tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu
untuk jangka waktu yang lama dan hanya berupa pembesaran yang dapat diraba dan
hampir tidak menimbulkan gangguan. Akan tetapi, mungkin akan disusul dengan
suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif. Tempat-tempat yang sering ditumbuhi
tumor ini adalah pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu, dan tulang kraniofasial.
Perkembangan kondrosarkoma sangat lambat. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang
bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan. Lokasi kondrosarkoma
terutama pada daerah panggulm bahum dan lutut.
d. Juksta kondrosarkoma kortikal
Juksta kondrosarkoma Kortikal merupakan suatu tumor ganas yang ditandai
dengan pembentukan tulang rawan yang berasal dari bagian luar permukaan tulang,
mulai dari tulang rawan di bawah periosteum. Prognosis tumor ini lebih baik
dibandingkan dengan jenis kondrosarkoma sentral dan harus dibedakan dari
kondrosarkoma sekunder akibat perubahan keganasan dari osteokondroma. Pada foto
Rontgen lesi terlihat radiolusen dengan bintik-bintik kalsifikasi. Lokasi juksta
kondrosarkoma kortikal tertama pada femur distal, tibia proksimal, serta humerus
proksimal, tumor ekstraoseus biasanya mengadakan invasi ke korteks dan kemudian
kruta pembengkakan tedalam medulla. Perkembangan tumor ini sangat cepat.
e. Osteoklastoma
Osteoklastoma (Giant Cell Tumor = tumor sel raksasa) merupkan tumor
tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi ganas dan
agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai tumor ganas. Tumor sel raksasa
menempati urutan kedua (17,5%) dari seluruh tumor ganas tulang, terutama
ditemukan pada usia 20-40 tahun dan jarang sekali ditemukan di bawah usia 20
tahun, dan lebih sering ditemukanpada wanita daripada pria.
6

Keluhan utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama
pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada sendi.
Mungkin juga klien datang berobat dengan gejala fraktur (10%). Sifat khas tumor
raksasa adalah adanya stroma vaskuler dan seluler yang terdiri atas sel-sel berbentuk
oval yang mengandung sejumlah nucleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel
raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel
ini mengandung sejumlah nucleus yang vesicular dan menyerupai sel-sel stroma.
Walaupun tumor ini biasanya dianggap jinak, tetapi tetap memiliki berbagai derajat
keganasan, bergantung pada sifat sarkomatosa dan stromanya. Pada jenis yang ganas,
tumor ini menjadi anaplastik dengan daerah nekrosis dan perdarahan.
Lokasi. Tempat-tempat yang biasa diserang oleh tumor ini adalah ujuung-
ujung tulang panjang, terutama lutut dan ujung bawah radius. Osteoklastoma
terutama ditemukan pada daerah epifisis tulang panjang (75%), khususnya daerah
lutut yaitu derah tibia proksimal, femur distal, humerus proksimal, dan radius distal.
Sisanya dapat ditemukan padadaerah pelvis dan sacrum.
f. Sarkoma ewing
Sarkoma ewing adalah tumor ganas yang berasal dari sumsum tulang dengan
frekuansi sebanyak 5% dari seluruh tumor ganas tulang dan merupakan jenis tumor
tulang yang sangat ganas. Tumor ini paling sering terlihat pada anak-anak usia
belasan (10-20) tahun dan lebih sering terjadi ada pria daripada wanita, dan tempat
yang paling sering adalah korpus tulang panjang. Penampilan secara kasarnya adalah
berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak
korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan
tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk
gambaran serupa kulit bawang. Lokasi. Sarkoma Ewing terutama terdapat pada
daerah diafisis dan metafisis tulang panjang seperti femur, tibia, humerus, dan fibula
atau pada tulang pipih seperti pelvis dan skapula.

7

g. Retikulo-sarkoma tulang
Retikulo-sarkoma tulang dapat terjadi pada setiap usia, tetapi terutama pada
usia di atas 20 tahun (30-40 tahun). Gejala yang paling menonjol adalah nyeri serta
fraktur patologis. Lokasi retikulo-sarkoma terutama pada tulang panjang.
Pemeriksaan radiologi, pada foto rontgen terlihat bintik-bintik destruksi tulang
biasanya pada daerah sumsum tulang, dengan pemeriksaan radio-isotop ditemukan
adanya lesi multipel. Retikulo-sarkoma merupakan tumor ganas limfoid dengan
struktur histologist yang bervariasi. Sel-selnya terdiri atas sel bulat pleomorf dengan
batas sitoplasma yang jelas. Jaringan stoma kadang-kadang mengandung serabut
retikulidan terletak secara uniform di antara sel-sel tumor. Gambaran patologis
retikulo-sarkoma tulang umumnya seperti pada retikulo-sarkoma histiositik dan jenis
campuran yaitu jenis limfatik holistic dari limfoma maligna pada kelenjar limfe.
h. Mieloma multipel
Mieloma multipel merupakan tumor ganas tulang yang sering digunakan yaitu
17% dari seluruh tumor ganas organ tubuh serta menempati peringkat ketiga dari
tumor ganas tulang. Ditemukan terutama pada usia 40-70 tahun, jarang dibawah 30
tahun, dan lebih sering ditemukan pada pria daripaada wanita dengan perbandingan
2:1. Mieloma multiple terjadi akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma. Gejala yang
paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi nyeri sering kali pada tulang iga,
tulanng belakang, dan sakit pinggang yang kadang-kadang disertai nyeri radikular
serta kelemahan anggota gerak.
Gejala umum seperti anemia, kakeksia, anoreksia, muntah, gangguan psikis,
dan perubahan tingkat kesadaran juga dapat ditemukan. Klien sering datang dengan
fraktur patologis terutama pada vertebra karena proses destruksi yang hebat. Dapat
terabalesi tulang, terutama pada tulang tengkorak dan klavikula. Lesi-lesi pada tulang
punggung dapat menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang menjepit saraf
spinal. Lokasi. Tumor ini berasal dari sumsum tulang dan menyebar ke tulang yang
lain. Lokasi yang paling sering terkena adalah tulang belakang, panggul, iga, dan
tengkorak.

8

D. Path way






Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya tumor
dan keganasan pada sistem muskuloskeletal:
genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis
dan infeksi

Pertumbuhan baru sel-sek tulang dan jaringan lunak

Berdiferensiasi menjadi beberapa sel osteoklas,
kondroblas, fibroblas, dan mieloblas

Bersifat osteogenik, kondrogenik, atau
mieologenik

Bersifat ganas atau kanker
(sel kecil/oat cell)
Kurang kohesif
Pertumbuhan cepat
Pola tidak teratur
Tidak berkapsul

Peningkatan proliferasi sel,
neurovaskularisasi, pertumbuhan jaringan,
pembengkakan, dan kerapuhan tulang.

Ekspansi tumor
yang cepat dan
penekanan ke
jaringan sekitarnya,
perdarahan, atau
degenerasi

Metabolisme

1. Nyeri
3. Risiko tinggi
ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Kebutuhan energi

Kelemahan dan
perasaan mudah
lelah

4. Risiko tinggi trauma

5. Kerusakan integritas kulit

Penurunan
kemampuan
pergerakan
2. Hambatan
mobilitas fisik

9

E. Pemeriksaan diagnostik
Pada foto Rontgen, densitas tulang terlihat berkurang akibat mieloma multipel
dengan daerah osteolitik yang bulat dan rarefaksi pada sumsum tulang. Gambaran ini
dapat berbentuk lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentuknya bervariasi
serta daerah radiolusen yang berbatas tegas.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah radioterapi dan kemoterapi yang akan
mengurangi gejala nyeri dan dapat memperpanjang usia klien. Bila terdapat fraktur
patologis, dilakukan fiksasi internal dan rongga yang terjadi diisi dengan semen
metilmetakrilat.












10

BAB III
Proses Keperawatan Klien dengan Keganasan (Carcinoma)
pada Sistem Muskuloskeletal
A. Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat psikososial
b. Pemeriksaan fisik
breathing
inspeksi : apabila tidak melibatkan sistem pernapasan, biasanya akan
ditemukan kesimetrisan rongga dada normal, klien tidak sesak napas,
tidak menggunakan otot bantu pernapasan. Apabila melibatkan sistem
pernapasan seperti adanya tumor paru dan keganasan pada paru atau
terjadi fraktur patologis pada tulang belakang, akan ada kelainan pada
pengkajian inspeksi rongga dada.
palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
perkusi : suara resonan pada seluruh lapang paru
auskultasi : suara napas hilang atau melemah pada sisi yang sakit,
biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
blood pengisian kapiler kurang dari satu detik, sering ditemukan keringat
dingin dan pusing. Klien tumor dan keganasan sistem muskuloskeletal
sering mengalami anemia yang berhubungan dengan proses peningkatan
neurovaskularisasi dan peningkatan kebutuhan darah untuk pembentukan
jaringan baru.
11



brain kesadaran biasanya compos mentis, pada kasus yang lebih parah,
klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. Bila terdapat gangguan
neurologis pada klien, pemeriksaan neurologis perlu dilakukan secara
cermat untuk menentukan apakah gangguan ini timbul karena penekanan
tumor pada saraf tertantu.
Kepala dan wajah : dilihat adanya sianosis
Mata : sclera bisanya tidak iktetik, konjungtiva anemis
Leher : biasanya JVP dalam batas normal
bladder produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan.
bowel pada kasus tumor dan keganasan, tidak ada gangguan eliminasi.
Walaupun demikian, perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feses. Pada eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan
jumlah urin. Klien biasanya mengalami mual, nyeri lambung, yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan.
bone pada pengkajian biasanya ditemukan tanda dan keluhan seperti :
Nyeri. Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali
mendorong klien meminta pertolongan pada perawat dan dokter. Nyeri
merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri
menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan
jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi.
Keterbatasan pergerakan, biasanya semakin bertambah berat secara
perlahan dengan bertambahnya nyeri dan makin besarnya
benjolan/pembengkakan. Menilai kemampuan klien dalam melakukan
pergerakan, penting untuk menentukan rencana asuhan pemenuhan
aktivitas dan menghindari resiko cedera karena keterbatasan aktivitas
12

Pembesaran jaringan. Klien mungkin menunjukkan salah satu bagian
tubuhnya secara perlahan membesar. Memeriksa letak pembesaran,
jumlah benjolan/pembesaran jaringan dan berapa diameter ukuran dari
benjolan/pembesaran jaringan tersebut. Melakukan palpasi, penting
untuk mengetahui perbedaan pada pergerakan benjolan. Apabila
benolan dapat bergerak biasanya tumor jinak, bila tidak bergerak
biasanya merupakan tumor ganas dengan metastasis yang sudah luas.
Kelemahan fisik biasanya terjadi pada klien dengan keganasan pada
tulang, karena berkaitan dengan peningkatan metabolisme yang
digunakan oleh sel-sel tumor untuk melakukan proliferasi.
Tanda-tanda peradangan, biasanya pada klien dengan kegansanan
jaringan lunak biasanya terdapat lesi sampai ulkus pada kulit sekitar
jaringan yang mengalami pembengkakan atau benjolan.
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan
kebutuhan yang berlebihan.
4. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan keterbatasan dan kelemahan
ketahanan fisik, penurunan kemampuan pergerakan.
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan peningkatan kerusakan
pembuluh darah kapiler dan trauma jaringan lunak.


13

C. Rencana dan Implementasi
Sasaran utama klien dapat mencakup:
1. Pemulihan nyeri serta gangguan rasa nyaman
2. Pemenuhan nutrisi yang adekuat dan seimbang antara asupan dan kebutuhan
nutrisi yang tinggi
3. Penurunan resiko cedera agar tidak terjadi fraktur patologis
4. Meningkatkan pertumbuhan integritas kulit
5. Pemulihan keadaan mudah lelah
D. Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien tumor dan keganasan
pada sistem musculoskeletal
1. Neri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan
2. Terpenuhnya nutrisi yang adekuat
3. Dapat dihindarinya resiko cedera agar tidak terjadi fraktur patologis
4. Meningkatkan pertumbuhan integritas kulit
5. Tingkat keletihan berkurang









14

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keganasan adalah pertumbuhan sel baru yang bersifat ganas dan abnormal
pada tulang primer, tulang rawan, jaringan ikat, dan sum-sum tulang. Karsinoma
tulang disebut juga dengan neoplasma tulang atau tumor tulang. Kanker tulang adalah
penyakit yang relatif langka di mana sel-sel kanker tumbuh di jaringan tulang. Kanker
terjadi ketika sel-sel dalam tubuh membelah tanpa kontrol atau perintah. Biasanya,
sel-sel membelah dengan cara diatur. Jika sel-sel terus membelah tak terkendali
ketika sel-sel baru tidak dibutuhkan, massa bentuk jaringan, disebut suatu
pertumbuhan atau tumor
B. Saran
Sebaiknya pasien yang mengalami kegansan tulang segera diatasi dengan
terapi dan tetap menjalankan aktivitas sesuai kemampuannya.















15

Daftar Pustaka
Huda, Nurarif Amin, dan Hardhi, Kusuma 2013, Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC, Edisi revisi jilid 1, Jakarta:
Mediaction publishing
Muttaqin, Arif 2008, Asuhan keperawatan klien gangguan sistem musculoskeletal
Jakarta : EGC

Você também pode gostar