Você está na página 1de 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN DIARE

A. PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100 200 ml sekali defekasi ( Hendarwanto, 1999 ).
Menurt WHO ( 1980 ) diare adalah buan air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lender dan darah ( Ngatiyah, 1997 ).

B. PENYEBAB
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral ; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri ( Vibrio, E. coli, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb ), infeksi virus ( Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll ),
infeksi parasit (E. hystolytica, G. lamblia, T. hominis ) dan jamur ( C. albicans ).
b. Infeksi parenteral ; merupakan infeksi di luar system pencernaan yang dapat
menimbulkan diare, seperti otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat ; disakarida ( intoleransi laktoa, maltose dan sukrosa ),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan bai, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologi
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan cemas ).



C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluatkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare
karena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

D. MANIFESTASI KLINIK
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dari dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan meras haus, berat badan kurang,
mata cekun, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh depresi air yang isotonic.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang, mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernafasan
sehingga frekuensi pernafasan meningkat dan lebih dalam ( pernafasan kussmaul ).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda tanda denyut nadi cepat ( > 120 x/menit ), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadan kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria / anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

E. PENATALAKSANAAN
Prinsip penalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi terdiri atas
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu
a. Jenis cairan yang hendak digunakan
Pada saat ini cairan Ringer laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan
kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonic ( 0,9% ) yang
sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
isotonic. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit
untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat
dihitung dengan cara / rumus :
Mengukur BJ plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus :
BJ plasma 1,025 x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni :
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare berat, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Daldiyono
Berdasarkan scoring keadaan klinis sebagai berikut :
- Rasa haus / muntah = 1
- BP sistolik 60 90 mmHg = 1
- BP sistolik <60 mmHg = 2, > 120 x/menit = 1
- Kesadaran apatis = 1
- Kesadaran somnolen, spoor atau koma = 2
- Frekueni napas >30 x/menit = 1
- Facies cholerica = 2
- Vox cholerica = 2
- Turgor kulit menurun = 1
- Washer womens hand = 1
- Ekstremitas dingin = 1
- Sianosis = 2
- Usia 50 60 tahun = 1
- Usia > 60 tahun = 2
Kebutuhan cairan = skor x 10% x kgBB x 1 liter
15
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan
oralit dengan komposisi berkisar 39 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl
setiap liternya diberikan peroral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga
setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
d. Jadwal pemberian cairan
Jadwal rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau system skor
diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal
secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke 3
didasarkan pada kehilangan cairan selam 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan
demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke 3.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifikasi penyebab infeksi
Untuk mengetahui penyebab infeksibbiasanya dihubungkan dengan keadaan klinis diare
tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan
pemeriksaan urine lengkap dan tinja feces lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ
plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan
empedu, widal, preparat malaria serta seroligi helicobacter jejuni sangat dianjurkan.
Pemeriksaan usus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul
setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.


Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut :
a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b. Disentiform, diare dengan tinja bercampur lender kental dan kadang kadang
darah.
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai
manifestasi klinis diare.
3. Memberikan terapi simptomatik
Terapi simptomatik harus benar benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya.
Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh
bakteri entero invasive, karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel
usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
4. Memberikan terapi definitive
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi ;
a. Kolera eltor : Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol
b. V. parahaemolyticus
c. E. coli, tidak memerlukan terapi spesifik
d. C. perfringens, spesifik
e. A. aureus : Kloramfenikol
f. Salmonellosis : Ampisillin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti
Siprofloksasin
g. Shigellosis : Ampisillin atau Kloramfenikol
h. Helicobacter : Eritromisin
i. Amebiasis : Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
j. Giardiasis : Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
k. Balantidiasis : Tetrasiklin
l. Candidiasis : Mycostatin
m. Virus : simptomatik dan suportif






F. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan utama : buang air besar berkali kali dengan konsistensi encer.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali kali
baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lender dan atau
darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu
badan meningkat, volume dieresis menurun dan gejala penurunan kesadaran
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
1) Prenatal
Kehamilan yang ke berapa, tanggal lahir, gestasi ( fulterm, premature, post
matur ), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya / kehamilan,
dan obat obat yang dimakan serta imunisasi.
2) Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat obatan, orang yang
menolong persalinan, penyulit persalinan.
3) Post natal
Berat badan normal 49 52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score, ada atau
tidak ada kelainan congenital.
4) Feeding
Air susu ibu atau formula,perubahan berat badan, masalah masalah feeding (
vomiting, colic, diare ), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5) Penyakit sebelumnya
Penyebebnya, gejala gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan,
komplikasi, insiden penyakit dalam keluarga atau mayrakat, respon emosi
terhadap rawat inap sebelumnya.
6) Alergi
Apakah pernah menderita fever, asthma, eksim obat obatan, binatang,
tumbuh tumbuhan, debu rumah.
7) Obat obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian


8) Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, reaksi yang terjadi setelah pemberian, pemberian serum
serum lain, gamma globulin / tranfusi.
9) Tumbuh kembang
Berat badan waktu lahir 2,5 kg 4 kg. berat badan bertambah 150 300 gr /
minggu, tinggi badan bertambah 2,5 cm / bulan.
d. Riwayat psikososial
e. Reaksi hospitalisasi
Dampak anak dirawat di rumah sakit bagi anak dan keluarga akan menimbulakan
stress dan tidak merasa aman, tergantung dari persepsi keluarga terhadap penyakit
dan pengobatan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Tanda tanda vital
suhu badan meningkat, nadi cepat dan lemah, pernafasan frekuensi nafas
meningkat, tekanan darah menurun.
2) Antroprometri
Meliputi berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar
perut. Pada anak dengan diare menalami penurunan berat badan.
3) Pernafasan
Biasanya agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukanya nafas
tambahan.
4) Cardiovaskuler
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltic
usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3x dengan konsistensi encer.
6) Perkemihan
Volume dieresis menurun.
7) Musculoskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
8) Integumen
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek.
9) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelainan.

10) Penginderaan
Mata cekung, hidung dan telinga tidak ada kelainan.
11) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
12) Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
2. Rencana asuhan keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan kehilangan
berlebihan melalui feces
dan muntah serta intake
terbatas ( mual ),
ditandai dengan :
DS :
DO :
- Diare x/hari
- Muntah x/hari
- Intake kurang
- BB turun
- Turgor kulit jelek
- TTV tidak normal
- Peristaltic usus
meningkat
- Mata cekung
- Ubun ubun cekung
- Mukosa membrane
bibir kering
- Feces cair
- Hasil lab : elektrolit
tidak normal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x
24 jam, maka kebutuhan
vairan akan terpenuhi,
dengan criteria hasil :
- Diare berkurang
- Membrane mukosa bibir
lembab
- Ubun ubun tidak
cekung
- Mata tidak cekung
- Muntah berkurang atau
tidak muntah
- Turgor kulit normal
- Peristaltic usus normal
- TTV normal
- Hasil elektrolit normal
1. Kaji tanda tanda vital
2. Kaji tanda / gejala dehidrasi
3. Berikan cairan oral dan
parenteral sesuai dengan
program rehidrasi
4. Pantau intake dan output.
Sebagai upaya mengganti
cairan yng kluar bersama
feces
5. Berikan informasi status
keseimbangan cairan untuk
menetapkan kebutuhan
cairan pengganti
6. Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium
7. Nilai status hidrasi, eektrolit
dan keseimbangan asam
basa
8. Kolaborasi pelaksanaan
terapi definitif pemberian
obat obatan secara kausal
penting setelah penyebab
diare diketahui
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan gangguan
absorbs nutrient dan
peningkatan peristaltic
usus , ditandai dengan ;
DS :
DO :
- Bayi kurang mau
minum
- BB klien menurun
- Peristaltic meningkat
- Klien malas minum
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selam x 24
jam, kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan criteria
hasil :
- Terjadi peningkatan
berat badan
- Porsi minum susu habis
atau sesuai dengan
kebutuhan
- Peristaltic normal
1. Pertahankan tirah baring
dan pembatasan aktifitas
selama fase akut
2. Pertahankan statu puas
selama fase ( sesuai
program terapi ) dan segera
mulai pemberian diet oral
setelah kondisi klien
memungkinkan
3. Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan selama
fase akut untuk
menurunkan peristaltik
sehingga terjadi kekurangan
nutrisi
4. Bantu pelaksanaan
pemberian nutrisi sesuai
program diet
5. Kolaborasi pemberian
nutrisi parenteral sesuai
indikasi


Nyeri ( akut )
berhubungan dengan
hiperperistaltik, iritasi
fisura perirektal ditandai
dengan ;
DS :
DO :
- Klien tampak
menangis setiap kali
ganti pampers
- Tampak rectal merah
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x
24 jam, nyeri berkurang,
dengan criteria hasil :
- Tidak terdapat lecet
pada daerah rectal
1. Atur posisi yang nyaman
bagi klien, misalnya dengan
lutut fleksi
2. Menurunkan tegangan
permukaan abdomen dan
mengurangi nyeri
3. Lakukan aktifitas pengalihan
untuk memberikan rasa
nyaman seperti massage
punggung dan kompres
hangat abdomen
dan lecet
- Klien tampak tidak
tenang
4. Bersihkan area anorektal
dengan sabun ringan dan air
setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
5. Lindungi kulit dari keasaman
feces, mencegah iritasi
6. Kolaborasi pemberian
anlgetika dan atau
antikolinergik sesuai indikasi
7. Evaluasi perkembangan
nyeri untuk menetapkan
intervensi selanjutnya

Você também pode gostar