Você está na página 1de 15

AKHIR HAYAT RASULULLAH

MUHAMMAD SAW
Matahari kian tinggi,
tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas
tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan
salam. Bolehkah saya masuk? tanyanya. Tapi Fatimah
tidak mengizinkannya
masuk, Maafkanlah, ayahku sedang demam, kata
Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, Siapakah itu wahai anakku?
Tak tahulah ayahku,
orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,
tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenang.
Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul
maut, kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut
datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut
bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah
bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia
ini. Jibril,
jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah? Tanya
Rasululllah dengan suara
yang amat lemah. Pintu-pintu langit telah terbuka,
para malaikat telah
menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu, kata
Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.
Engkau tidak senang mendengar khabar ini? Tanya
Jibril lagi. Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak? Jangan
khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: Kuharamkan surga
bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
di dalamnya, kata
Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. Jibril, betapa sakit
sakaratul maut ini.
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali
yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?
Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. Siapakah yang
sanggup, melihat kekasih
Allah direnggut ajal, kata Jibril. Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
Ya Allah, dahsyat
nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada
umatku. Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak
bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,
Ali segera
mendekatkan telinganya. Uushiikum bis-shalaati, wa
maa malakat aimaanukum
- peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang
lemah di antaramu. Di
luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali
kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
Ummatii, ummatii,
ummatiii! Umatku, umatku, umatku
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu.
AKHIR HAYAT ROSULULLAH
Posted by Aryo Robeth Elmuna Under: sejarah nabi
January232013
SeniKetika kaum muslimin sedang menunaikan sholat shubuh berjamaah, dan Abu Bakar r.a
bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang bersebelahan dengan
jamaah shalat. Rasulullah tersenyum menyaksikan para shahabatnya mendirikan shalat.
Beliau teringat perjuangan menyebarkan Islam yang telah beliau tempuh bersama para
shahabatnya itu selama 23 tahun.
Abu Bakar dan sebahagian jamaah sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan mereka di
depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur sebagai isyarat agar
Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah berkata, Lanjutkan shalat kalian..
Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya. Itu adalah kali terakhir para
shahabat melihat Rasulullah sebelum beliau wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat
para shahabat, dan saat itu mereka dalam keadaan sedang shalat.
Senin, waktu dhuha, 12 Rabiul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Fathimah ra., putri Rasulullah Saw mendatangi beliau, dan duduk di sebelah kanan
Rasulullah. Selamat datang wahai putriku Sapa Rasulullah. Lalu beliau membisikkan
sesuatu kepada Fathimah, seketika Fatimah menangis. Rasulullah membisikkan untuk kedua
kalinya, dan seketika itu pula Fatimah tertawa.
Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu? Tanya Aisyah ra. Pertama, Rasulullah
membisikkan kepadaku; Bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun
untuk membacakan ayat- ayat Al-Quran. Namun, tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini
mungkin pertanda ajalnya sudah dekat. Makanya aku menangis. Jawab Fatimah Ra.
Lalu Fatimah melanjutkan, Yang kedua, Rasulullah menanyakan, Apa kamu bersedia
menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau
bersediakah engkau menjadi Ibu bagi orang-orang yang beriman (ummahatulmukminin)?
Dan aku tertawa haru mendengar pertanyaan itu, tuntas Fatimah ra. Ini adalah dialog
terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra.
Senin, detik-detik wafatnya Rasulullah, 12 Rabiul Awwal 11 H
Di detik-detik terakhir, datang Abdurrahman bin Abubakar (Abang dari Aisyah ra) dan ia
membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk membersihkan gigi).
Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak tersebut, dan lewat isyarat istrinya tahu
Beliau seperti ingin bersiwak saat itu. Lalu Rasulullah duduk bersandar pada Abdurrahman.
Aisyah ra. langsung tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar Rasulullah bisa
bersiwak, dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah yang terakhir sebelum menemui ajal.
Setelah selesai bersiwak, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir beliau berkomat-kamit
pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar Rasulullah berdoa
Sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, orang-
orang yang jujur, para syuhada dan para shalihin. Wahai Allah, ampunilah dosaku, sayangilah
aku, dan pertemukan aku dengan-Mu (Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah,
Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah,
Kekasihku Yang Maha Tinggi..
Setelah membaca doa tersebut, Nabi Muhammad Rasulullah membasuh wajahnya dengan air
yang tersedia di sisi beliau, dan kembali Berkata Sesungguhnya kematian itu akan
menghadapi sakaratulmaut, Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah,
Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Lalu
Rasulullah-pun menghembuskan nafas terakhirnya.. setelah menyampaikan pesan terakhir
Beliau kepada ummatnya "Dirikanlah shalat, shalat, shalat! Dan bebaskan budak-budakmu..!"
Anas bin Malik mengisahkan, Tiada hari yang paling indah dan cerah selain hari kedatangan
Nabi Muhammad Saw. ke Madinah. Dan tiada hari yang lebih mendung dan muram daripada
hari ketika Rasulullah Saw. wafat di Madinah.
n KISAH AKHIR HAYAT MUHAMMAD RASULULLAH
24 Mei 2012 pukul 2:55
Allah SWT berfirman :

Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk mu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah 5:3)

Diriwayatkan bahwa surat Al-Maidah ayat 3 di atas, turun setelah waktu Ashar berselang,
tepatnya pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji penghabisan (haji wada). Ketika itu
Rasulullah SAW sedang berada di atas onta Padang Arafah. Ketika ayat tersebut turun,
Rasulullah kurang begitu mengerti apa isyarat yang berhubungan dengan turunnya ayat
tersebut. Lalu, Beliau bersandar pada ontanya, kemudian onta Beliau pun duduk secara
perlahan-lahan.

Setelah itu turunlah Malaikat Jibril dan berkata :

Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka
terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga larangan-larangan-Nya.
Oleh karena itu, kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu mereka, hari ini adalah terakhir aku
bertemu denganmu.

Kemudian Malaikat Jibril pergi, Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus melanjutkan
perjalanan ke Madinah. Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan menceritakan apa yang
telah dikabarkan Malaikat Jibril kepada dirinya. Mendengar hal ini, para sahabat pun gembira
sambil berkata :

Agama kita telah sempurna . Agama kita telah sempurna.

Tetapi berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shidiq, mendengar keterangan Rasulullah itu, ia tidak
kuasa menahan kesedihannya dan langsung pulang ke rumah. Lalu mengunci pintu rapat-rapat
dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar menangis dari pagi hingga malam.

Kisah tentang Abu Bakar menangis itu kemudian sampai kepada para sahabat ynag lain. Lalu
berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar, dan mereka berkata:

Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat engkau menangis seperti ini? Bukankah,
seharusnya engkau gembira sebab agama kita telah sempurna.

Mendengar pertanyaan dari para sahabat tersebut, Abu Bakar pun berkata :

Wahai para sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa kita. Tidakkah
engkau tahu, saat suatu perkara itu sempurna, akan terlihat kekurangannya. Karena itu dengan
turunnya ayat tersebut suatu pertanda telah datang waktu yang sangat menyedihkan, yaitu
sebentar lagi kita akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Fatimah menjadi yatim dan para isteri
Nabi menjadi janda.

Setelah mereka mendengar penjelasan Abu Bakar, sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata
Abu Bakar. Mereka pun menangis dengan sekencang-kencangnya. Tangisan mereka itu
kemudian didengar oleh sahabat-sahabat lainnya, lantas mereka pun memberitahu Rasullah
tentang apa yang terjadi.

Berkatalah salah seorang dari sahabat :

Ya, Rasulullah, kami baru pulang dari rumah Abu Bakar dan kami melihat banyak orang sedang
menangis dengan suara kuat di rumah beliau.

Ketika Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat itu, berubahlah air muka
Beliau dan bergegas menuju ke rumah Abu Bakar. Setelah sampai di rumah Abu Bakar, Beliau
melihat semua menangis dan Beliau pun bertanya :

Wahai para sahabatku, kenapa kalian menangis?

Ali bin Abi Thalib berkata :

Ya, Rasulullah, Abu Bakar mengatakan bahwa dengan turunnya ayat ini membawa tanda
bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?

Lalu Rasulullah berkata :

Semua yang dikatakan Abu Bakar adalah benar dan sesungguhnya waktuku untuk
meninggalkan kalian semua sudah dekat.

Setelah Abu Bakar mendengar pengakuan Rasulullah SAW, ia justru menangis sekuat tenaga,
sampai ia jatuh pingsan. Sementara Ali bergetar kemudian terkapar tubuhnya. Para sahabat lain
pun menangis dengan sekuat-kuat yang mereka mampu. Sehingga gunung-gunung, batu-batu,
semua malaikat yang di langit, cacing-cacing yang menggeliat di bumi dan semua binatang, baik
yang di darat maupun di laut turut menangis.

Kemudian Rasulullah bersalaman dengan para sahabat satu persatu dan berwasiat kepada
mereka.

Rasulullah diQishash

Jangka waktu Rasulullah SAW hidup setelah turunya ayat tersebut, ada yang mengatakan 81
hari, ada yang mengatakan Beliau hidup 50 hari, ada yang mengatakan hidup selama 35 hari
dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup 21 hari.

Pada saat ajal Rasulullah SAW sudah dekat, Beliau menyuruh Bilal adzan untuk mengerjakan
salat. Lalu berkumpullah para Muhajirin dan Anshar di Masjid Rasulullah. Kemudian Beliau
menunaikan salat dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai salat, Beliau bangkit
lalu naik ke atas mimbar, seraya berkata :

Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus dan
mengajak manusia kepada jalan Allah dengan ijin-Nya. Saya ini adalah saudara kandung kalian,
kasih sayangku pada kalian seperti seorang ayah pada anaknya. Oleh karena itu kalau ada
siapapun di antara kalian yang mempunyai hak untuk menuntut, maka hendaklah ia berdiri dan
membalasku, sebelum saya dituntut di hari kiamat.

Rasulullah berkata demikian sebanyak 3 kali, kemudian bangkitlah seorang lelaki bernama
Ukasyah bin Muhshan dan berkata :

Demi ayahku dan ibuku ya, Rasulullah SAW, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami
berkali-kali soal ini, sudah tentu saya tidak mau mengemukakan hal ini.

Lalu Ukasyah berkata lagi :

Sesungguhnya dalam Perang Badar saya turut bersamamu ya Rasulullah, pada saat itu saya
mengikuti onta Anda dari belakang. Setelah dekat, saya pun turun menghampiri Anda dengan
tujuan supaya saya dapat mencium paha Anda. Tetapi Anda telah mengambil tongkat dan
memukul onta Anda untuk berjalan cepat. Pada saat itu saya pun Anda pukul dan pukulan itu
mengenai tulang rusuk saya. Oleh karena itu saya ingin tahu, apakah Anda sengaja memukul
saya atau hendak memukul onta tersebut.

Rasulullah berkata :

Wahai Ukasyah, saya sengaja memukul engkau.

Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:

Wahai Bilal, pergilah engkau ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku.

Saat keluar dari masjid menuju rumah Fatimah, ia meletakkan tangannya di atas kepala seraya
berkata :

Rasulullah SAW telah mempersiapkan dirinya untuk dibalas (diqishash).

Ketika Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian
Fatimah menyahut dengan berkata :

Siapakah yang ada di pintu?

Bilal menjawab :

Saya Bilal, saya telah diperintah Rasulullah untuk mengambil tongkat Beliau.

Kemudian Fatimah berkata :

Wahai Bilal untuk apa ayahku minta tongkatnya.

Berkata Bilal :

Wahai Fatimah Rasulullah telah menyiapkan dirinya untuk diqishash.

Fatimah berkata lagi :

Wahai Bilal siapakah manusia yang sampai hati mengqishash Rasulullah SAW?

Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Setelah Fatimah memberikan tongkat tersebut, Bilal
pun membawa tongkat itu ke hadapan Rasulullah SAW.

Pembelaan Para Sahabat

Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun menyerahkan pada
Ukasyah. Melihat kejadian mengharukan ini, Abu Bakar dan Umar bin Khattab tampil ke
hadapan sambil berkata :

Ukasyah janganlah engkau qishash Baginda Nabi, tetapi engkau qishashlah kami berdua.

Ketika Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar, dengan segera Beliau
berkata :

Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah engkau berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan
tempatnya untuk engkau berdua.

Kemudian Ali berdiri, lalu berkata :

Wahai Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW, oleh
karena itu, engkau pukullah aku dan janganlah engkau mengqishash Rasulullah.

Lalu Rasulullah SAW berkata :

Wahai Ali, duduklah engkau, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan
mengetahui isi hatimu.

Setelah itu Hasan dan Husein berdiri dan berkata :

Wahai Ukasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah, kalau engkau
mengqishash kami sama dengan engkau mengqishash Rasululullah SAW.

Mendengar kata-kata dari cucunya, Rasulullah SAW pun berkata :

Wahai buah hatiku, duduklah engkau berdua.

Berkata Rasulullah SAW :

Wahai Ukasyah pukullah saya kalau engkau hendak memukul.

Kemudian Ukasyah berkata :

Ya, Rasulullah SAW, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.

Lantas, Rasulullah pun membuka baju. Setelah Beliau membuka baju, menangislah semua yang
hadir.

Setelah Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW, ia pun mencium Beliau dan berkata :

Saya tebus Anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah SAW. Siapakah yang sanggup memukul
Anda? Saya melakukan ini karena saya ingin menyentuh (memeluk) tubuh Anda yang
dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan semoga Allah SWT menjaga saya dari
neraka atas kehormatanmu.

Kemudian Rasulullah SAW berkata :

Dengarlah engkau sekalian, sekiranya engkau hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.

Kemudia semua para sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa
yang sangat genting itu. Setelah itu para sahabat pun berkata :

Wahai Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperoleh
derajat tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW dalam surga.

Wasiat Rasulullah SAW

Ketika ajal Rasulullah makin dekat, Beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Siti Aisyah
dan Beliau bersabda:

Selamat datang, semoga Allah SWT mengasihi kalian, saya berwasiat kepada

kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintah-Nya.
Sesungguhnya hari perpisahan saya dengan kalian sudah dekat, itu berarti semakin dekat pula
kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di surga-Nya.

Kalau sampai ajalku, hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abas hendaklah
menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kafanilah aku
dengan pakaianku sendiri. Jika kalian menghendaki, kafanilah aku dengan kain Yaman yang
putih. Jika engkau memandikan aku, hendaklah engkau letakkan aku di atas balai tempat tidurku
dalam rumahku ini. Setelah itu kalian keluarlah sebentar meninggalkan aku.

Pertama yang akan menshalati aku ialah Allah SWT, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil,
Malaikat Mikail dan yang terakhir malaikat Izrail beserta dengan semua para pembantunya.
Setelah itu, barulah kalian masuk semua mensalatiku.

Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu, mereka pun
menangis dengan suara yang keras dan berkata :

Ya, Rasulullah SAW Anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua,
selama ini Anda memberi kekuatan pada kami dan Anda pula pemimpin yang mengurus semua
perkara kami. Apabila Anda sudah tiada nanti, kepada siapakah kami bertanya setiap ada
persoalan muncul?.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda :

Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kalian jalan yang benar dan jalan yang
terang, dan telah aku tinggalkan dua penasehat. Yang satu pandai bicara dan yang satu lagi
diam saja. Yang pandai bicara itu adalah Alquran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada
persoalan yang sulit dan berbelit di antara kalian, hendaklah kalian kembali kepada Alquran dan
Hadistku dan sekiranya hati engkau keras, lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari
mati.

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, Beliau kemudian mulai merasakan sakit. Dalam
bulan Safar Rasulullah sakit selama 18 hari dan sering diziarahi para sahabat.

Dalam sebuah kitab diterangkan, bahwa Rasulullah diutus pada Hari Senin dan wafat pada Hari
Senin. Pada Hari Senin penyakit Beliau bertambah berat. Setelah Bilal selesai adzan subuh,
Bilal pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sampai di sana, Bilal memberi salam :

Assalamualaika ya Rasulullah.

Lalu dijawab Fatimah :

Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan Beliau.

Setelah Bilal mendengar penjelasan dari Fatimah, Bilal pun kembali ke masjid tanpa memahami
kata-kata Fatimah itu. Ketika waktu subuh hampir habis, Bilal pergi sekali lagi ke rumah SAW
dan memberi salam seperti tadi. Kali ini salam Bilal telah didengar Rasulullah SAW. Baginda
berkata :

Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh karena itu, kau
suruhlah Abu Bakar mengimami salat subuh berjamaah dengan mereka yang hadir.

Setelah mendengar kata-kata Rasulullah, Bilal pun berjalan menuju masjid sambil meletakkan
tangan di atas kepala, seraya berkata :

Aduh musibah.

Setelah Bilal sampai di masjid, Bilal pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah
Rasulullah SAW katakan kepadanya.

Abu Bakar tidak dapat menahan dirinya saat ia melihat mimbar kosong. Lantas dengan suara
keras Abu Bakar menangis hingga ia jatuh pingsan. Melihat peristiwa itu maka riuhlah dalam
masjid, sehingga Rasulullah bertanya kepada Fatimah :

Wahai Fatimah apa yang telah terjadi?

Fatimah pun berkata :

Keriuhan kaum muslimin, sebab Anda tidak pergi ke masjid.

Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali dan Fadhl bin Abas, lalu beliau bersandar pada kedua
bahu mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah sampai di masjid, Rasulullah pun salat subuh
bersama dengan para jamaah. Setelah selesai salat subuh, Beliau berkata :

Wahai kaum muslimin, kalian senantiasa dalam pertolongan dan penjagaan Allah. Oleh karena
itu, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintah-Nya.
Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kalian. Hari ini adalah hari pertamaku di
akhirat dan hari terakhirku di dunia.

Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW pun pulang ke rumah.

Izrail Menjemput Rasulullah

Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Izrail :

Wahai Izrail, pergilah engkau kepada kekasihku dengan sebaik-baik wajah, dan jika engkau
hendak mencabut rohnya, hendaklah engkau melakukan dengan cara yang paling lembut sekali.
Jika engkau pergi ke rumahnya, minta izinlah terlebih dahulu. Kalau ia izinkan engkau masuk,
maka masuklah engkau ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan engkau masuk, hendaklah
engkau kembali padaku.

Setelah Malaikat Izrail mendapat perintah dari Allah SWT, Malaikat Izrail pun turun menyerupai
orang Arab Baduwi. Setelah Malaikat Izrail sampai di hadapan rumah Rasulullah, ia pun
memberi salam :

Assalamualaikum yaa ahla bait nubuwwati wa ma danir risaalatia adkhulu? (mudah-mudahan
keselamatan tetap untuk kalian, wahai penghuni rumah Nabi dan sumber risalah, bolehkah saya
masuk?)

Ketika Fatimah mendengar ada orang memberi salam, ia pun berkata :

Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk, sebab sakitnya yang semakin berat.

Kemudian Malaikat Izrail berkata lagi seperti semula, dan kali ini seruan malaikat itu telah
didengar oleh Rasulullah SAW, lantas beliau bertanya kepada Fatimah :

Wahai Fatimah, siapakah di depan pintu itu.

Fatimah menjawab :

Ya Rasulullah, ada seorang Arab Baduwi memanggilmu, aku telah katakan padanya bahwa
Anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga badan
saya terasa menggigil.

Kemudian Rasulullah SAW berkata :

Wahai Fatimah, tahukah engkau siapakah orang itu?

Jawab Fatimah : Tidak ayah.

Dia adalah Malaikat Izrail , malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang
memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta
meramaikan kubur.

Fatimah tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui, bahwa saat perpisahan
dengan ayahandanya semakin dekat, ia pun menangis sejadi-jadinya.Ketika Rasulullah
mendengar tangisan Fatimah, Beliau pun berkata :

Janganlah engkau menangis wahai Fatimah, engkaulah orang pertama dalam keluargaku yang
akan bertemu denganku.

Kemudian Rasulullah SAW pun menjemput Malaikat Izrail masuk. Malaikat Izrail pun masuk
dengan mengucap :

Assalamualaikum ya Rasulullah.

Lalu Rasulullah SAW menjawab :

Waalaikassaalam, wahai Izrail, engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut rohku?

Berkata malaikat Izrail :

Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut rohmu, itupun kalau engkau
izinkan. Kalau tidak engkau izinkan, aku akan kembali.

Berkata Rasulullah SAW :

Wahai Izrail, dimanakah engkau tinggalkan Jibril?

Berkata Izrail :

Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para malaikat sedang memuliakan dia.

Tidak berapa lama, Jibril pun turun dan duduk dekat (di samping) kepala Rasulullah SAW. Ketika
Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril, Beliau pun berkata :

Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat.

Berkata Jibril : Ya aku tahu.

Rasulullah bertanya lagi : Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku
di sisi Allah SWT.

Berkata Jibril :

Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris rapi menanti rohmu di
langit. Semua pintu surga telah dibuka, dan semua para bidadari sudah berhias menanti
kehadiran rohmu.

Berkata Rasulullah SAW :

Alhamdulillah. Sekarang engkau katakan tentang umatku di hari kiamat nanti.

Berkata Jibril :

Allah SWT telah berfirman : Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi masuk ke
dalam surga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat
memasuki surga sebelum umatmu memasuki terlebih dahulu.

Berkata Rasulullah SAW:

Sekarang aku telah lega dan telah hilang rasa susahku. Wahai Izrail, dekatlah engkau padaku.

Setelah itu Malaikat Izrail pun mengawali tugasnya. Ketika rohnya sampai pada ubun-ubun
(pusat), Rasulullah SAW pun berkata :

Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya kematian itu.

Jibril nampak mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW, ketika mendengar kata-kata Beliau.
Melihat sikap Jibril itu Rasulullah SAW pun berkata :

Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?

Jibril berkata :

Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu di kala engkau dalam
sakaratul maut ?

Anas bin Malik RA bercerita, ketika roh Rasulullah SAW sampai di dada, Beliau bersabda :

Aku wasiatkan kepada engkau agar kalian menjaga salat dan apa-apa yang telah diperintahkan
kepadamu.

Ali bin Abi Thalib berkata :

Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat terakhir, telah menggerakkan kedua bibir
Beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga saya dekat dengan Rasulullah, seraya
Beliau berkata :

Umatku, umatku.
pagi, 12 Rabiul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Ketika kaum muslimin sedang menunaikan sholat shubuh berjamaah, dan Abu Bakar r.a
bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang bersebelahan dengan
jamaah shalat. Rasulullah tersenyum menyaksikan para shahabatnya mendirikan shalat.
Beliau teringat perjuangan menyebarkan Islam yang telah beliau tempuh bersama para
shahabatnya itu selama 23 tahun.
Abu Bakar dan sebahagian jamaah sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan mereka di
depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur sebagai isyarat agar
Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah berkata, Lanjutkan shalat kalian..
Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya. Itu adalah kali terakhir para
shahabat melihat Rasulullah sebelum beliau wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat
para shahabat, dan saat itu mereka dalam keadaan sedang shalat.
Senin, waktu dhuha, 12 Rabiul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Fathimah ra., putri Rasulullah Saw mendatangi beliau, dan duduk di sebelah kanan Rasulullah.
Selamat datang wahai putriku Sapa Rasulullah. Lalu beliau membisikkan sesuatu kepada
Fathimah, seketika Fatimah menangis. Rasulullah membisikkan untuk kedua kalinya, dan
seketika itu pula Fatimah tertawa.
Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu? Tanya Aisyah ra. Pertama, Rasulullah
membisikkan kepadaku; Bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun
untuk membacakan ayat- ayat Al-Quran. Namun, tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini
mungkin pertanda ajalnya sudah dekat. Makanya aku menangis. Jawab Fatimah Ra.
Lalu Fatimah melanjutkan, Yang kedua, Rasulullah menanyakan, Apa kamu bersedia menjadi
yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau bersediakah
engkau menjadi Ibu bagi orang-orang yang beriman (ummahatulmukminin)? Dan aku tertawa
haru mendengar pertanyaan itu, tuntas Fatimah ra. Ini adalah dialog terakhir antara
Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra.
Senin, detik-detik wafatnya Rasulullah, 12 Rabiul Awwal 11 H
Di detik-detik terakhir, datang Abdurrahman bin Abubakar (Abang dari Aisyah ra) dan ia
membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk membersihkan gigi).
Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak tersebut, dan lewat isyarat istrinya tahu
Beliau seperti ingin bersiwak saat itu. Lalu Rasulullah duduk bersandar pada Abdurrahman.
Aisyah ra. langsung tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar Rasulullah bisa
bersiwak, dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah yang terakhir sebelum menemui ajal.
Setelah selesai bersiwak, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir beliau berkomat-kamit
pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar Rasulullah berdoa
Sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, orang-
orang yang jujur, para syuhada dan para shalihin. Wahai Allah, ampunilah dosaku, sayangilah
aku, dan pertemukan aku dengan-Mu (Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah, Kekasihku
Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang
Maha Tinggi..
Setelah membaca doa tersebut, Nabi Muhammad Rasulullah membasuh wajahnya dengan air
yang tersedia di sisi beliau, dan kembali Berkata Sesungguhnya kematian itu akan
menghadapi sakaratulmaut, Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah,
Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Lalu Rasulullah-
pun menghembuskan nafas terakhirnya.. setelah menyampaikan pesan terakhir Beliau kepada
ummatnya "Dirikanlah shalat, shalat, shalat! Dan bebaskan budak-budakmu..!"
Anas bin Malik mengisahkan, Tiada hari yang paling indah dan cerah selain hari kedatangan
Nabi Muhammad Saw. ke Madinah. Dan tiada hari yang lebih mendung dan muram daripada
hari ketika Rasulullah Saw. wafat di Madinah.

Você também pode gostar