Você está na página 1de 1

Alice dan Aurora, mereka bertemu tak sengaja saat saling tertidur .

Tepatnya di
jalan setapak sepertinya saat menuju alam mimpi, mereka berkenalan. Aurora luar
biasa penuh pesona. Betapa dia sebenarnya pintar, sehingga dengan mudah dapat
indahkan alam mimpinya, mempersiapkannya untuk di bawa pulang dan
diwujudkan sewaktu bangun si sebuah kamar kerajaan. Alice dan Aurora tidak
punya siapa-siapa lagi disana, mereka berteman bagai akar dan tanah, ada yang
menopang, ada yang tertopang. Mereka seperti bintang dan planetnya, punya
orbitnya masing-masing, seperti bumi yang tidak berfikir untuk melepaskan diri dari
daya tarik matahari, seperti Matahari yang tidak terpikir untuk redup atau
membakar bumi dan seperti penonton yang terlalu larut pada pertunjukan yang luar
biasa. “Mungkin ini takdir kami, tetap pada orbitnya” Kata Alice.

Di alam mimpi, tuhan berikan mereka sebuah taman kosong. Aurora bilang “taman
kita butuh bunga agar menjadi indah.” Mereka menanamnya bersama,
membasahinya agar mereka tumbuh subur dan indah.

Aurora suka pertunjukan dan berada di tengahnya. Alice di bangku penonton


bersorak dan bertepuk tangan untuknya, karena memang menurut Alice, Arora
memang seorang penampil yang baik.

Sayangnya Alice tidak bisa setiap saat duduk di kursi istimewa yang Arora sediakan
sambil bertepuk tangan dan bersorak untuknya yang berada di dalam pertunjukan.
Alice terpaksa membangunkannya dari rasa nyaman, karena Alice tak punya cukup
tangan untuk bertepuk dan melakukan hal lain secara bersamaan. Bahkan untuk
membenahi lipatan kerah bajunya. Seringkali Alice merasa Aurora sangat sibuk dan
butuh tangan, maka mulai Alice biarkan Aurora untuk tidak ikut saya menengok
taman bunga mereka, membiarkan Aurora lakukan yang baik untuknya dan tidak
perlu menyiram bunga-bunga yang mereka tanam. Tidak perlu repot ikut memetik,
biar dia yang mengantar wanginya kesana, ke tempat dimana Aurora berada.

Saat Alice merawat taman bunga mereka seorang sendiri, Aurora masih saja resah.
Aurora ingin bilang akar Alice sudah tidak lagi menopang, seringkali keluar dari
orbitnya dan tak mau menyaksikan pertunjukannya. Tapi Aurora tidak bisa marah
seperti matahari yang tidak mau membakar bumi. Maka Aurora mulai bertanya
siapa Alice?apa perannya?kenapa Alice tinggalkan dirinya?Padahal Alice tetap
disini, seperti tanah kering yang tidak lagi menopang, seperti bumi yang sudah
mulai usang, seperti penonton yang sakit panas di tengah pertunjukan. Tapi Alice
masih di sekitarnya, membungkus akar, mengelilingi orbit, duduk di kursi penonton.
Seandainya yang Aurora butuhkan adalah sosok bukan fungsi Alice, dia tidak akan
merasa kehilangan sahabatnya. Alice tetap disini. “ karena mungkin ini memang
takdir, untuk tetap di orbitnya.” Kata Alice

Você também pode gostar