Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dimana:
TIP = Titik Impas Produksi (unit/tahun)
BTT = Biaya Tetap Produksi (Rp/tahun)
HJ = Harga jual (Rp/unit)
BVR = Biaya Variabel Rata-rata (Rp/unit)
Page 12 of 29
Dimana:
i1= adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2= adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu:
IRR > tingkat suku bunga, maka usulan proyek diterima
IRR < tingkat suku bunga, maka usulan proyek ditolak
3) Net B/C Ratio
Untuk menghitung Net B/C yaitu membagi jumlah nilai sekarang aliran
kas manfaat bersih positif dengan jumlah nilai sekaranng aliran kas manfaat
bersih negatif pada tahun-tahun awal proyek (Gittinger, 1986:401). Secara
matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana:
NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif.
NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif.
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:
Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat
sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau
tidak.
Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
3.5. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
kegiatan suatu usaha, jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan
harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal
ini diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian tentang yang terjadi di waktu yang akan
datang.
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukan
apabila:
Page 13 of 29
a. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat.
b. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut
dilaksanakan.
Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, dan Net B/C
Ratio jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis. Variabel-variabel yang
digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada tugas ini adalah:
(1) peningkatan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%;
(2) peningkatan upah pekerja sebesar 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%;
(3) peningkatan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.
IV. Data dan Asumsi
Dalam penulisan tugas ini, sebagai kasus dasar untuk perhitungan analisis
kelayakan finansial industri pengolahan kedelai digunakan data dan asumsi
sebagai berikut:
1. Umur proyek 15 tahun.
2. Harga jual produk konstan selama umur proyek yaitu 15 tahun.
3. Volume produksi setiap tahunnya konstan sebanyak 18.881 karung-cetakan
selama umur proyek.
4. Umur ekonomis kendaraan, mesin giling dan pompa diasumsikan selama 5
tahun.
5. Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 0,5%/tahun dan pajak kendaran
sebesar 1%/tahun.
6. Diasumsikan nilai akhir mesing giling dan pompa sebesar 10% dari harga
awal.
7. Diasumsikan nilai akhir kendaraan sebesar Rp 60.000.000,-/kendaraan.
8. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan
dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu
periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 14% yang didekati dari tingkat
suku bunga kredit usaha Bank Rakyat Indonesia.
9. Perhitungan pajak menggunakan pendekatan berdasarkan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh Badan.
V. Analisis Biaya Produksi
Penerimaan produksi tahu diperoleh dari volume penjualan per tahun
dikalikan dengan harga jual dan penjualan ampas tahu. Diasumsikan total
produksi tahu setiap tahunnya adalah 18.881 karung-cetakan selama umur
proyek. Dengan harga jual setiap karung-cetakannya Rp 105.000 dan penjualan
ampas tahu sebesar Rp 5.000/karung. Data produksi dapat dilihat pada Tabel 2
berikut:
Page 14 of 29
Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-rata Tiap Tahun
Bulan
Banyak Produksi
(karung-cetakan)
Januari 1.512
Februari 1.610
Maret 1.679
April 1.557
Juni 1.711
Juli 1.619
Agustus 1.580
September 1.336
Oktober 1.512
November 1.680
Desember 1.564
Total 18.881
Biaya yang dibutuhkan dalam usaha pembuatan tahu cukup besar. Biaya-
biaya yang dikeluarkan pada awal investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Biaya
investasi ini meliputi biaya lahan dan bangunan, kendaraan, pembuatan sumur
pompa, serta pembelian mesin giling. Dapat dilihat pada awal investasi biaya
pembelian kendaraan merupakan biaya paling besar. Hal ini dikarenakan
pendistribusian hasil produksi merupakan salah satu aspek yang paling penting.
Biaya awal investasi ini diperlukan untuk memperhitungkan kelangsungan usaha
produksi selanjutnya.
Tabel 3. Biaya Investasi Produksi Tahu
Uraian Jumlah
Harga
(Rp)
Lahan dan Bangunan 150.000.000
Pompa 1 buah 50.000.000
Kendaraan 3 buah 462.000.000
Mesin Giling 2 buah 10.000.000
Total 672.000.000
Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap hanya dari pajak. Tabel biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4. Pada
Tabel 4 diketahui bahwa biaya tetap dari kendaraan paling besar dari keseluruhan
biaya tetap yang ada. Karena pada waktu mendistribusikan hasil produksi
dibutuhkan beberapa kendaraan untuk penjualan ke beberapa daerah. Dengan
asumsi umur ekonomis kendaraan 5 tahun. Diasumsikan umur ekonomis mesin
giling dan pompa masing-masing selama 5 tahun. Namun penggantian terhadap
kendaraan, mesin penggilingan dan pompa pada tahun kedelapan.
Page 15 of 29
Besar pajak bumi dan bangunan yang digunakan sebesar 0.5%. Angka
tersebut merupakan angka yang berlaku secara menyeluruh terhadap objek
macam apapun di seluruh wilayah Indonesia ( Gunadi, et al., 1999).
Tabel 4. Biaya Tetap
Uraian
Harga Awal
(Rp)
Nilai Sisa
(Rp)
Pajak Biaya Tetap
(Rp)
Lahan dan Bangunan 150.000.000 0 750.000 750.000
Kendaraan 462.000.000 180.000.000 4.620.000 4.620.000
Total 5.370.000
Biaya variabel terdiri dari pembelian kedelai dan upah pekerja, bahan
bakar kayu dan solar, transportasi, pemakaian listrik dan telepon, perbaikan dan
pemeliharaan alat dan mesin. Biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Biaya Variabel
Uraian
Biaya (Rp)
Per karung-
cetakan
Per hari Per bulan Per tahun
Bagian produksi 65.700 1.240.481.700
Bagian kayu dan
timbang
105.000 3.150.000 37.800.000
Transportasi 435.000 13.050.000 156.600.000
Kayu 300.000 9.000.000 108.000.000
Listrik dan Telepon 700.000 8.400.000
Air biang 100.000 1.200.000
Peralatan 500.000 6.000.000
Bahan bakar (solar) 50.000 1.500.000 18.000.000
Biaya pelumas 98.000 1.176.000
Biaya perbaikan dan
pemeliharaan
400.000 4.800.000
Total 1.582.457.700
Karena kedelai merupakan bahan baku utama dari pembuatan kedelai
yang harganya cukup mahal setiap satu kilogramnya. Untuk produksi satu
karung-cetakan dibutuhkan sebanyak 10 kg kedelai. Khusus upah pegawai bagian
produksi, pemberian upah dihitung berdasarkan banyaknya karung-cetakan yang
telah dihasilkan. Pekerja tukang kayu hanya terdapat satu orang setiap harinya
yang bertugas hanya pada pagi hari sampai sore hari, dengan upah harian setiap
harinya. Pada bagian timbang, mencuci dan menggiling terdapat dua orang setiap
harinya dengan upah harian. untuk mendistribuksikan hasil produksi, terdapat
tiga orang supir setiap harinya dengan upah harian. Untuk rincian biaya variabel
dapat dilihat pada tabel berikut:
Page 16 of 29
Tabel 6. Biaya Variabel Produksi Tahu
No. Uraian Satuan
Harga satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Biaya Produksi per karung-cetakan (10 kg kedelai)
a. Kedelai 10 kg 5.350 53.500
b. Kunyit 2 kg 1.400 2.800
c. Garam 0,5 kg 800 400
d. Pekerja 3 org 3.000 9.000
Total 65.700
2. Biaya pekerja timbang dan kayu per hari
a. Kayu 1 org 45.000 45.000
b. Timbang 2 org 30.000 60.000
Total 105.000
3. Biaya bahan bakar (kayu) dan air biang per bulan
a. Kayu 15 mobil 200.000 9.000.000
b. Air biang 4 liter 25.000 100.000
Total 9.100.000
4. Biaya transportasi per hari
a. Sopir 3 org 30.000 90.000
b. Bahan bakar 3 mobil 80.000 240.000
c. Uang jalan 3 mobil 35.000 105.000
Total 435.000
5. Biaya penggantian peralatan per bulan
a. Peralatan 500.000
6. Biaya listrik dan telepon per bulan
a. Listrik 400.000
b. Telepon 300.000
Total 700.000
7.
Biaya bahan bakar (solar) per hari
a.
Solar
50.000
8.
Biaya pelumas mesin giling per bulan
a. Pelumas 98.000
9.
Biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin giling
a.
Bearing
100.000
b.
Puli
200.000
c.
Belt
100.000
Total 400.000
Biaya total produksi yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap total dengan
biaya variabel total. Diasumsikan tidak terjadi kenaikan harga dan bahan bakar
selama selama umur proyek. Diketahui bahwa biaya tetap total sebesar Rp
5.370.000/tahun dan biaya variabel sebesar Rp 1.582.457.700/tahun, maka biaya
total sebesar Rp 1.587.827.700 dengan perhitungan sebagai berikut:
Page 17 of 29
VI. Analisis Biaya Pokok
Biaya pokok produksi biaya total produksi dibagi dengan volume produksi
total. Diketahui biaya total sebesar Rp 1.587.827.700 dan jumlah produksi
sebanyak 18.881 karung-cetakan maka didapat biaya pokok produksi sebesar Rp
84.097/karung-cetakan.
Biaya pokok produksi sangat erat hubungannya dengan harga jual, karena
menunjukkan keuntungan atau kerugian yang akan didapat. Untuk mengetahui
apakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian dapat digunakan
nilai ratio. Nilai ratio disini adalah hubungan proporsi antara biaya pokok dan
harga jual. Nilai ratio lebih dari satu (>1), berarti perusahaan mengalami kerugian,
sedangkan bila nilai ratio kurang dari satu (<1), berarti perusahaan mendapatkan
keuntungan, dan bila nilai ratio sama dengan satu (=1), berarti perusahaan dalam
keadaan impas.
Diketahui biaya pokok produksi tahu Rp 84.097/karung-cetakan,
sedangkan harga jual ditetapkan Rp 105,000/karung-cetakan. Maka besar nilai
ratio yang didapat adalah 0,80 ini berarti perusahaan mendapatkan keuntungan.
Dengan asumsi harga penjualan dan biaya pokok tidak berubah selama umur
proyek.
VII. Titik Impas Produksi
Titik impas produksi merupakan titik dimana perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Besar titik impas
dipengaruhi oleh harga jual, biaya tetap total dan biaya variabel rata-rata.
Diketahui harga jual tahu sebesar Rp 105.000/karung-cetakan, harga jual ampas
tahu Rp 5.000/karung-cetakan dan biaya tetap total sebesar Rp 5.370.000/tahun
PT = 18.881 karung-cetakan/tahun
BP = BT
PT
= 1,587,827,700 / 18.881 = Rp 84.097/karung-cetakan
BTT = Rp 5.370.000,-
BVT = Rp 1.582.457.700,-
BT = BTT + BVT
BT = 5,370,000+ 1,582,457,700
= Rp. 1,587,827,700
Page 18 of 29
dan biaya variabel rata-rata sebesar Rp 83.812/karung-cetakan. Sehingga
didapatkan titik impas sebesar 253 karung-cetakan/tahun. Jumlah tingkat
produksi tahu setiap tahunnya sebesar 18.881 karung-cetakan. Ternyata produksi
tahu setiap tahunnya lebih besar dari titik impas. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan pada posisi yang menguntungkan. Dengan asumsi produksi tahu
setiap tahunnya tidak berubah selama umur proyek.
VIII. Analisis Kelayakan
Untuk menilai kelayakan usaha produksi tahu, dapat dilakukan dengan
analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial ini disajikan dalam tiga
bentuk yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C). Analisis ini dilakukan dengan mengetahui komponen biaya
pengeluaran dan pendapatan selama 1 tahun produksi.
8.1. Net Present Value (NPV)
Nilai NPV yang positif sebesar Rp 1.832.574.344,-. Hal ini berarti proyek
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.832.574.344,- selama periode 15
tahun pada discount rate 14%.
8.2. Internal Rate of Return (IRR)
Diketahui NPV positif pada suku bunga bernilai 61% sebesar Rp
10.706.775,-. Dan NPV negatif didapat pada suku bunga bernilai 62% sebesar Rp
-60.157,- Sehingga nilai IRR dapat dihitung yaitu sebesar 61,99%. Bila
dibandingkan dengan besarmya discount rate yang digunakan sebesar 14,00%,
maka nilai IRR berada di atas discount rate. Berarti ini menyatakan bahwa proyek
ini layak untuk dikembangkan, karena menguntungkan bagi perusahaan.
8.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Nilai Net B/C dihitung yaitu sebesar 3,73. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa dengan discount rate sebesar 14,00% proyek mampu menghasilkan
tambahan manfaat sebesar Rp 3,73 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1. Sesuai
Harga jual = Rp 105.000,-
BVR = 1.582.700 / 18.881
Rp 83.812/karung-cetakan
TIP = BTT
HJ-BVR
= 5.370.000 = 253 karung-cetakan/tahun
105.000 83.812
Page 19 of 29
syarat kelayakan, nilai Net B/C lebih dari satu (>1) tersebut menunjukkan proyek
menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan.
Dengan melihat nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih besar dari
discount rate dan nila Net B/C yang lebih dari satu, dapat dikatakan bahwa usaha
pembuatan tahu dengan discount rate 14,00% selama periode 15 tahun adalah
layak untuk dikembangkan.
Tabel 7. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan
No Komponen biaya Satuan Nilai
1 Harga jual tahu Rp/karung-cetakan 105.000
2 Harga jual ampas tahu Rp/karung-cetakan 5.000
3 Produksi tiap tahun karung-cetakan 18.881
4 Biaya tetap total Rp 5.370.000
5 Biaya variabel total Rp 1.582.457.700
6 Biaya total Rp 1.587.827.700
7 Biaya pokok produksi Rp/karung-cetakan 84.097
8 Biaya variabel rata-rata Rp/karung-cetakan 83.812
9 Titik impas produksi karung-cetakan 253
10 NPV Rp 1.832.574.344
11 IRR % 61,99
12 Net B/C 3,73
IX. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk memperkirakan kesalahan
pendugaan terhadap nilai suatu proyek. Kesalahan dapat selalu terjadi, karena
faktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia maksudnya manusia
sering kali melakukan kesalahan dalam memprhitungkan segala sesuatunya.
Sedangkan faktor lingkungan disini maksudnya kemungkinan adanya kenaikan
harga mendadak ketika proyek dilaksanakan. Semua itu perlu diperhatikan demi
pengembangan proyek.
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), dalam melakukan analisis
sensitivitas, perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan
perubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karena
dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak unsur ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi pada
waktu yang akan datang.
Analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pendugaan beberapa
komponen yang mungkin terjadi kenaikan biaya, yaitu:
Page 20 of 29
1. Kenaikan Harga Kedelai
Kedelai merupakan bahan pokok dalam produksi dan harganya
kemungkinan bisa berubah sewaktu-waktu. Besar pendugaan kenaikan harga
kedelai, yaitu:
a. Kenaikan harga kedelai sebesar 10%
Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai
sebesar 10%. Maka harga kedelai menjadi Rp 5.885/kg. Sehingga terjadi
kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp 1.683.471.050,-.
Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya
total bertambah menjadi Rp 1.688.841.050,-.
Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp
89.447/karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-
cetakan-nya yang tidak berubah Rp 105.000,-. Maka dapat diketahui nilai ratio
produksi tahu sebesar 0,85. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1
(<1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak
mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 10%.
Didapatkan titik impas produksi sebesar 339 karung-cetakan. Setelah
mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai sebesar 10%, jumlah
produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi.
Hal ini menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang
menguntungkan.
Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi
penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.298.995.114. Hal ini berarti bahwa
dengan adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10% dari
pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp
1.298.995.114 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum
kenaikan biaya kedelai sebesar 10%, nilai NPV turun. Tetapi nilai NPV yang
didapat masih bernilai positif.
Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp 9.242.115 pada suku bunga 48%
dan nilai NPV negatif sebesar Rp -4.109.644 pada suku bunga 49%. Sehingga
didapatkan nilai IRR sebesar 48,69%. Bila dibandingkan dengan sebelum
adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, nilai IRR turun. Tetapi
nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.
Nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan
pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct)
positif sebesar Rp 1.970.995.114 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp -
672.000.000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 2,93. Hal ini berarti
bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan
Page 21 of 29
tambahan manfaat sebesar Rp 2,93 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dan
diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.
b. Kenaikan harga kedelai 20%
Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 20%,
mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp 1.784.484.400 dan biaya
total menjadi Rp 1.789.854.400. Hal ini membuat biaya pokok produksi
menjadi Rp 94.797/karung-cetakan.
Didapatkan titik impas produksi menjadi 512 karung-cetakan per tahun
setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 20%.
Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang
didapat ternyata turun menjadi Rp 763.013.778 pada discount rate sebesar 14%.
Nilai IRR yang didapat sebesar 35,03%. Ternyata nilai IRR turun sangat
drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.
Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku.
Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2,11 yang
turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan
harga kedelai.
c. Kenaikan harga kedelai 30%
Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 30%,
mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp 1.885.497.750 dan biaya
total menjadi Rp 1.890.867.750. Hal ini membuat biaya pokok produksi
menjadi Rp 100.147/ karung-cetakan.
Didapatkan titik impas produksi menjadi 1.045 karung-cetakan per
tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar
30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV
yang didapat turun sangat drastis menjadi Rp 224.476.989 pada discount rate
sebesar 14%.
Nilai IRR yang didapat sebesar 20,54%. Nilai IRR turun jika
dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai, tetapi masih
berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga
mengalami penurunan menjadi 1,31 jika dibandingkan dengan sebelum
adanya kenaikan harga kedelai.
d. Kenaikan harga kedelai 40%
Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 40%,
mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp 1.986.511.100 dan biaya
total menjadi Rp 1.991.881.100. Hal ini membuat biaya pokok produksi
menjadi Rp 105.497/karung-cetakan.
Page 22 of 29
Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV
yang didapat ternyata turun drastis menjadi Rp -314.059.801 pada discount rate
sebesar 14%.
Nilai IRR yang didapat sebesar 3,87%. Ternyata nilai IRR turun sangat
drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.
Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku.
Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 0,59 yang
turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan
harga kedelai.
Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan harga kedelai.
Pendugaan dengan kenaikan harga kedelai hingga sebesar 40% dengan penetapan
harga jual tahu tetap sebesar Rp 105.000 dan produksi tahu konstan sebanyak
18.881 karung-cetakan/tahun selama umur proyek.
Tabel 8. Nilai Analisis Kelayakan dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai
Kenaikan
Kedelai
NPV IRR Net B/C
10% Rp 1.298.995.114 48,69% 2,93
20% Rp 1.789.854.400 35,03% 2,11
30% Rp 224.476.989 20,54% 1,31
40% Rp -314.059.801 3,87% 0,59
Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya
pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%, maka dapat
dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat pada
ternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga
kedelai. Namun nilai NPV yang didapat pada kenaikan harga kedelai hingga 30%
masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai
Net B/C yang lebih dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih
layak dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap
sebesar 14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan harga
kedelai sampai sebesar 30%. Dan pada kenaikan harga kedelai sebesar 40% proyek
sudah tidak layak dikembangkan karena memiliki nilai NPV yang negatif, nilai
IRR yang berada di bawah discount rate dan nilai Net B/C yang kurang dari satu
(<1).
2. Kenaikan Upah Pekerja
Upah pekerja merupakan salah satu komponen yang mungkin bisa
mengalami perubahan biaya. Besar pendugaan kenaikan upah pekerja, yaitu:
Page 23 of 29
a. Kenaikan upah pekerja sebesar 10%
Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerja
sebesar 10%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya
menjadi sebesar Rp 1.606.470.600. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya
variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp 1.611.640.600.
Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp
85.368/karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-
cetakannya yang tidak berubah Rp 105.000. Maka dapat diketahui nilai ratio
produksi tahu sebesar 0,81. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1
(<1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak
mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 10%.
Didapatkan titik impas produksi sebesar 270 karung-cetakan. Setelah
mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 10%,
ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik
impas produksi.
Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan
upah pekerja sebesar 10%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR
dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.705.731.855.
Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerja
sebesar 10% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat
keuntungan sebesar Rp 1.705.731.855 selama periode 15 tahun. Bila
dibandingkan dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 10%, nilai NPV
turun tidak terlalu drastis.
Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp 9.590.754 pada suku bunga 58%
dan nilai NPV negatif sebesar Rp -1.669.698 pada suku bunga 59%. Sehingga
didapatkan nilai IRR sebesar 58,85%. Bila dibandingkan dengan sebelum
adanya pendugaan kenaikan upah pekerja 10%, nilai IRR turun. Tetapi nilai
IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.
Nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan
pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct)
positif sebesar Rp 2.377.731.855 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp -
672.000.000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 3,54. Hal ini berarti
bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan
tambahan manfaat sebesar Rp 3,54 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dan
diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.
b. Kenaikan upah pekerja sebesar 20%
Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerja
sebesar 20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya
Page 24 of 29
menjadi sebesar Rp 1.630.483.500. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya
variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp 1.635.853.500.
Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp
86.640/karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-
cetakannya yang tidak berubah Rp 105.000. Maka dapat diketahui nilai ratio
produksi tahu sebesar 0,82. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1
(<1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak
mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 20%.
Didapatkan titik impas produksi sebesar 288 karung-cetakan. Setelah
mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 20%,
ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik
impas produksi.
Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan
upah pekerja sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR
dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.578.889.367.
Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerja
sebesar 20% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat
keuntungan sebesar Rp 1.578.889.367 selama periode 15 tahun. Bila
dibandingkan dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 20%, nilai NPV
turun tidak terlalu drastis.
Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp 8.238.999 pada suku bunga 55%
dan nilai NPV negatif sebesar Rp -3.557.647 pada suku bunga 56%. Sehingga
didapatkan nilai IRR sebesar 55,70%. Bila dibandingkan dengan sebelum
adanya pendugaan kenaikan upah pekerja 20%, nilai IRR turun. Tetapi nilai
IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.
Nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan
pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct)
positif sebesar Rp 2.250.889.367 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp
-672.000.000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 3,35. Hal ini berarti
bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan
tambahan manfaat sebesar Rp 3,35 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dan
diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.
c. Kenaikan upah pekerja sebesar 30%
Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 30%, mengakibatkan
biaya variabel berubah menjadi Rp 1.654.496.400 dan biaya total menjadi Rp
1.659.866.400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp 87.912/
karung-cetakan.
Didapatkan titik impas produksi menjadi 309 karung-cetakan per tahun
setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 30%.
Page 25 of 29
Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang
didapat menjadi Rp 1.452.046.878 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti
bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan.
Nilai IRR yang didapat sebesar 52,53%. Ternyata nilai IRR turun jika
dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR
masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat
juga mengalami penurunan menjadi 3,16 jika dibandingkan dengan sebelum
adanya kenaikan upah pekerja.
d. Kenaikan upah pekerja sebesar 40%
Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 40%, mengakibatkan
biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,678,509,300 dan biaya total menjadi Rp.
1,683,879,300. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 89,184/
karung-cetakan.
Didapatkan titik impas produksi menjadi 334 karung-cetakan per tahun
setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 40%.
Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang
didapat menjadi Rp. 1,325,204,390 pada discount rate sebesar 14%.
Nilai IRR yang didapat sebesar 49.35%. Ternyata nilai IRR turun jika
dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR
masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat
juga mengalami penurunan menjadi 2.97 jika dibandingkan dengan sebelum
adanya kenaikan upah pekerja.
e. Kenaikan upah pekerja sebesar 50%
Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 50%, mengakibatkan
biaya variabel berubah menjadi Rp 1.702.522.200 dan biaya total menjadi Rp
1.707.892.200. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp 90.456/
karung-cetakan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C.
Nilai NPV yang didapat menjadi Rp 1.198.361.902 pada discount rate sebesar
14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 46,15%. Ternyata nilai IRR turun jika
dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR
masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat
juga mengalami penurunan menjadi 2,78 jika dibandingkan dengan sebelum
adanya kenaikan upah pekerja.
Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan upah pekerja.
Pendugaan dengan kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50% dengan penetapan
harga jual tahu tetap sebesar Rp 105.000 dan produksi tahu konstan sebanyak
18.881 karung-cetakan/tahun selama umur proyek.
Page 26 of 29
Tabel 9. Nilai Analisis Kelayakan dengan Pendugaan Kenaikan Harga Upah
Pekerja
Kenaikan
Kedelai
NPV IRR Net B/C
10% Rp 1.578.889.367 55,70% 2,77
20% Rp 1.061.907.426 43,69% 3,35
30% Rp 1.452.046.878 52,53% 3,16
40% Rp 1.325.204.390 49,35% 2,97
50% Rp 1.198.361.902 46,15% 2,78
Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya
pendugaan kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50% maka dapat dilakukan
analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat ternyata mengalami
penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan upah pekerja. Namun pada
pendugaan kenaikan upah hingga sebesar 50%, nilai NPV yang didapat masih
bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai Net B/C
yang lebih dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak
dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar
14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan upah pekerja hingga
sebesar 50%.
3. Kenaikan Bahan Bakar (Kayu)
Kenaikan harga bahan bakar(kayu) sebesar 20% dari harga awal. Setelah
dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar
20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar
Rp 1.604.057.700. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total
menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp 1.609.427.700.
Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp 85.241 karung-
cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-cetakan-nya yang tidak
berubah Rp 105.000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0,81.
Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1 (<1). Hal ini menunjukkan bahwa
usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi
kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.
Titik impas produksi mengalami perubahan. Dengan diketahui biaya
variabel Rp 1.604.057.700 dan diasumsikan jumlah produksi tahu yang tetap
selama umur proyek sebesar 18.881 karung-cetakan. Maka akan didapatkan biaya
variabel rata-rata Rp 84.956/karung-cetakan. Didapatkan titik impas produksi
sebesar 268 karung-cetakan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap
kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, ternyata jumlah produksi tahu
Page 27 of 29
setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Hal ini
menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang menguntungkan.
Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan harga
bahan bakar (kayu) sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR
dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.718.477.431. Hal
ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu)
sebesar 20% dari pendugaan awal. Perusahaan akan mendapat keuntungan
sebesar Rp 1.718.477.431 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan
sebelum kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, nilai NPV turun tidak
terlalu drastis. Nilai NPV yang didapat masih bernilai positif.
Didapatkan nilai IRR sebesar 59,17%. Bila dibandingkan dengan sebelum
adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) 20%, nilai IRR turun.
Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.
Didapatkan nilai Net B/C sebesar 3,56. Hal ini berarti bahwa dengan
discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat
sebesar Rp 3,56 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dan diasumsikan discount rate
tetap selama umur proyek selama 15 tahun.
Tabel 10. Nilai Analisis Finansial dan Kelayakan Setelah Pendugaan
Kenaikan Bahan Bakar (Kayu) Sebesar 20%
Uraian Satuan Nilai
Harga jual tahu Rp/karung-cetakan 105.000
Harga ampas tahu Rp/karung-cetakan 5.000
Produksi tiap tahun karung-cetakan 18.881
Biaya tetap total Rp 5.370.000
Biaya variabel total Rp 1.604.057.700
Biaya total Rp 1.609.427.700
Biaya pokok produksi Rp/karung-cetakan 85.241
Biaya variabel rata-rata Rp/karung-cetakan 84.956
Titik impas produksi karung-cetakan 268
NPV Rp 1.718.477.431
IRR % 59,17
Net B/C 3,56
Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya
pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, maka dapat
dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat ternyata
mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar
(kayu) sebesar 20%. Namun nilai NPV yang didapat masih bernilai positif, nilai
IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai Net B/C yang lebih dari
satu(>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama
Page 28 of 29
periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar 14% selama umur
proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.
X. Kesimpulan
Analisis biaya investasi pabrik pengolahan kedelai (Tahu), menunjukkan
nilai biaya total produksi tahu yaitu Rp 1.587.827.700. Sedangkan nilai biaya
pokok produksi tahu sebesar Rp 84.097/karung-cetakan. Nilai tersebut masih
berada di bawah harga jual yang sebesar Rp 105.000/karung-cetakan. Analisis
titik impas yang didapat sebesar 253 karung-cetakan/tahun, dengan total
produksi sebanyak 18.881 karung-cetakan/tahun. Berarti perusahaan telah
mendapatkan keuntungan karena jumlah produksinya melampui produksi titik
impas yang sebesar 253 karung-cetakan/tahun. Analisis kelayakan finansial yang
dilakukan, menghasilkan nilai yang memenuhi syarat kelayakan untuk
mengembangkan proyek. Hal ini dibuktikan dengan nilai NPV yang positif
sebesar Rp 1.832.574.344 pada discount rate 14%. Nilai IRR yang berada di atas
discount rate, yaitu sebesar 61,99%. Dan nilai Net B/C yang lebih dari satu, yaitu
sebesar 3,73. Sehingga dapat dikatakan proyek pembuatan tahu untuk periode 15
tahun pada discount rate 14% layak untuk dikembangkan.
Analisis sensitivitas menunjukkan kemampuan perusahaan yang masih
dapat bertahan dengan adanya kenaikan terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal ini
perlu diperhatikan, untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi selama
proyek berlangsung. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, didapatkan bahwa
dengan adanya pendugaan kenaikan biaya terhadap harga kedelai hingga sebesar
30% dari biaya awal proyek masih layak dikembangkan. pada kenaikan sebesar
40%, proyek sudah tidak layak dikembangkan jika harga jual tetap Rp 105.000.
Referensi
Adisarwanto, T. Kedelai. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona, 1994).
Gittinger, J. Price. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terj. Dari Economic
Analysis Of Agriculture oleh Slamet Sutomo dan Komet Mangiri., Ed ke-2
(Jakarta: UI Press, 1986).
Gunadi, J.L. Hutagol, R.Burton, L. Pandiangan, W. Ilyas, dan Y. Satiotomo. 1999.
Perpajakan, Edisi Revisi. Yayasan Pendidikan dan Pengkajian Perpajakan.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis. (Jakarta:
PPM, 2003).
Husnan, S. & Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP. AMP
YKPN, 2000).
Page 29 of 29
Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004).
Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rahardi, F. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi.
(Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004).
Rahardi, F. & Hartono. Agribisnis Peternakan., Ed rev. (Jakarta: Penebar Swadaya,
2003).
Rangkuti, Freddy. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis
Kasus, Cet-ke 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Sarwono, B. & Yan Pieter Saragih. Membuat Aneka Tahu. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2004).
Supriatna, Dadang. Membuat Tahu Sumedang. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).
Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004).
Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis
secara Komprehensif., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).