Você está na página 1de 10

ANALISIS PENERAPAN Unbundling dan

OPEN ACCESS DI INDONESIA



Dr. Fahmy Radhi, MBA
Peneliti PSE UGM

Liberalisasi Tata Kelola Gas Melalui Unbundling dan Open Access

Open access dan unbundling merupakan salah satu usaha
untuk:
mewujudkan kompetisi usaha yang sehat dan
menghasilkan industri gas bumi yang berjalan sesuai
mekanisme pasar.
memberikan kesetaraan usaha yang seimbang untuk
menciptakan persaingan usaha yang sehat,
memberikan pilihan terbaik dengan harga murah
dalam memenuhi kebutuhan gas bagi pengguna akhir.
penciptaan persaingan usaha yang sehat melalui
liberalisasi industri gas bumi diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.

6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
2
6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
3
Liberalisasi Tata Kelola Gas Bumi
UU Migas No. 22 Tahun 2001:
Migas bukan sebagai komoditi strategis, melainkan
sebagai komoditi pasar,
Penetapan harga sepenuhnya diserahkan pada
mekanisme pasar
Unbundling secara vertikal antara kegiatan hulu dan hilir
PP No. 36 Tahun 2004 dan Permen ESDM No. 19 Tahun 2009:
pengangkutan dan niaga gas dilakukan dengan prinsip usaha terpisah
(unbundling)
Usaha pengangkutan dan niaga harus berupa badan usaha yang terpisah
Permen ESDM No. 19 Tahun 2009 dan Peraturan BPH Migas No. 15
tahun 2008
Liberalisasi melalui skema open access
Mengijinkan Trader Non-infrastructure dalam perniagaan gas


Dampak Liberalisasi
Munculnya trader Non-infrastruktur mencapai 63 badan
usaha.
Intensitas persaingan meningkat yang mengarah Unfair
Competition antara BUMN pemilik infrasrtutur dengan
trader infrastruktur
Memicu perseteruan antara Pertamina dan PGN
Pengembangan jaringan pipa mandek, trader tidak
bersedia membangun infrastruktur sendiri, penyebabnya:
Tidak diwajibkan oleh regulasi,
Pengembangan infrastruktur termasuk high risk-low
return

6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
4
6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
5
Tindakan Pertamina Melarang Pelaksanaan Crossing Pipa di Jawa Barat
MKR
MBK
RMJ
CMG
SRP
BTG
CKD
BJN
LBM
TBB
LAMPUNG
PDU
PLB
Gas CoPhi, PTM,
Suban & JOB JM
Banten Barat
Banten Timur
DKI
JAKARTA
Bogor
Bekasi
Karawang&
Purwakarta
Keterangan:
Pipa PGN-Transmisi Eksisting
Pipa Pertamina (aliran
)








1 crossing
Pembangunan Pipa Distribusi PGN merupakan kelanjutan Proyek
Distribusi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kehandalan
penyaluran gas ke Pelanggan, meliputi
1. Cikande Bitung (CP 3B) - 1 crossing
2. Muara Bekasi Muara Karang (Ringline 1) 1 crossing
3. Bitung Cimanggis (Ringline 2) 2 crossing
4. Distribusi pelanggan 7 crossing
CKD
Pipa Pertagas tidak dapat dimanfaatkan untuk
menyalurkan gas dari Bojonegara ke Serpong karena:
Arah aliran kedua pipa berlawanan.
Pipa PGN merupakan pipa Distribusi (ibarat jalan
arteri) sedangkan pipa Pertagas merupakan pipa
Transmisi (ibarat jalan tol) dengan tekanan operasi
yang jauh berbeda.
Memang diperlukan penambahan kapasitas jaringan
pipa untuk mengantisipasi penambahan pasokan gas
dari LNG.
Rencana Pipa Pertamina
Pipa PGN-Distribusi Eksisting (aliran )
Pipa konstruksi PGN
Pembangunan pipa PGN
sudah hampir selesai namun
hanya tinggal 30 meter di
area crossing.
Stagnansi Infrastruktur Penyaluran Gas

Pada 2010 jaringan pipa transmisi dan distribusi gas
nasional mencapai sepanjang 7.800 km naik
menjadi 8.000 km pada 2012, hanya ada kenaikan
200 km selama 2 tahun.
Bandingkan dengan Turki yang mampu menambah
pipa baru sepanjang 4.410 km pada 2012.
Sumber: data BPH Migas
6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
6
<1998
Add. 536 km
Grissik - Duri
1998 2002
TGI Est.
Add. 470 km
Grissik Singapore
2003 2005
Total P/L
6886 km
Add. 1002 km
SSWJ
2007
2010
Total P/L
7800 km
2012
Total P/L
8000 km
>2012 ???
Add. 200 km
Dampak Stagnasi Pipa Picu Krisis Gas
Krisis Gas di Medan
Permintaan gas melebihi pasokan yang tersedia.
Jaringan pipa gas terisolasi sehingga kebutuhan gas di Medan
hanya dipasok dari sumber gas di sekitarnya saja,
Dampaknya, krisis Gas Medan tidak bisa dihindari sehingga
menyebabkan empat industri besar konsumen gas harus menutup
usahanya.
Krisis Gas di Jawa Timur
Terjadi kelebihan pasokan gas di atas permintaan (over supply).
Seluruh pasokan gas tidak dapat sepenuhnya diserap oleh pasar,
daya serap pasar (existing market) terbatas
Upaya untuk menyalurkan kelebihan gas tidak dapat dilakukan
karena tidak tersedia jaringan pipa yang melintas di daerah baru.

6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
7
6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
8
6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
8
Dampak Implementasi Unbundling Terhadap Rantai Bisnis Gas Bumi Indonesia
Produsen Gas
Pengangkutan dan Niaga
Oleh PGN
Pengguna
Akhir
Pengangkutan Shipper PLN
Eksisting
Implementasi Open Access dan Unbundling Secara Lengkap
Produsen Gas
Transmisi
PGAS SSWJ
Distribusi
PGAS JBB
PGN
Niaga JBB
Pengguna
Akhir
Shipper PLN
Harga di Pengguna Akhir:
Harga Beli + Biaya Pengangkutan Transmisi + Distribution Cost (Bundled di Distribusi)
Harga di Pengguna Akhir:
Harga Beli + Biaya Pengangkutan Transmisi + Biaya Pengangkutan Distribusi + Biaya Trader (Margin Niaga)
Rekomendasi Action Plan
1. Peninjauan ulang Peraturan Liberalisasi melalui Unbundling dan Open
Acces agar selaras dengan amanah konstitusi UUD 1945, utamanya
pasal 33 ayat 2
2. Penetapan jatah alokasi Gas dari Hulu dan Penetapan harga jual
dilakukan oleh pemerintah secara regulated
3. Pengembangan infrastruktur gas akan efektif jika dilakukan oleh satu
badan usaha dengan skema monopoli alamiah secara bundled dan
closed acces.
4. Pemberian jaminan pengembalian investasi bagi Badan Usaha dalam
pembangunan infrastruktur gas melalui peran baik sebagai transporter,
maupun trader
5. Penguatan peran BUMN Gas dengan melakukan merger antara PGN
dengan Pertagas yang melakukan usaha di hilir, sedangkan usaha Gas
di hulu dilakukan oleh Pertamina

6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
9
TERIMA KASIH

6/30/2014
fahmy-radhi@ugm.ac.id
10

Você também pode gostar