Você está na página 1de 6

VI.

Analisa Data
6.1 Percobaan Rangkaian RLC Seri
Pada percobaan RLC seri, rangkaian percobaan mengacu pada Gambar 5.1.6. Dimana
diketahui besar nilai dari R = 10, L = 1mH = 0,001H, C = 0,01F = 1x10
-8
F. Inputan
gelombang tegangan diatur generator fungsi yakni gelombang sinus sebesar 20 KHz = 20000 Hz
dan 20Vp-p. Pertama kita akan mencari besar Vrms dan Irms yang bekerja pada rangkaian 5.1.6
sebagai berikut:
Vp-p = 2V
max

V
max
=

= 1Volt
V
rms
=

= 0,707 Volt

V
rms
=
Irms
.R
I
rms
=

A = 70,7mA
I
max
= I
rms
. = 0,0707 . = 99,9 mA
Jadi, didapat harga arus puncak positif Imax = 9,9 mA

Selanjutnya kita akan mencari amplitudo dari sinyal yang terukur pada osiloskop. Dimana rumus
untuk mencari amplitudo adalah sebagai berikut:
A = t x Volt/div
Dimana : t = tinggi gelombang terukur pada osiloskop
Volt/div = tegangan yang terukur pada osiloskop
Perhitungan amplitudo untuk:
chanel I dimana t = 2,2 dan Volt/div = 50mV
A = 2,2 x 0,05
= 0,11
chanel II dimana t = 3,2 dan Volt/div = 2V
A = 3,2 x 2
= 6,4

Selanjutnya kita hitung besarnya frekuensi resonansi yang bekerja pada rangkaian pada Gambar
5.1.6 dengan rumus:
f
o
=


f
o
=

)

f
o
=


f
o
=


f
o
= 15923Hz = 15,923KHz

Pada Tabel 5.1.1 percobaan Rangkaian RLC Seri didapatkan beda sudut phasa rangkaian
berdasarkan hasil pengukuran. Kita akan membandingkan hasil dari pengukuran dengan hasil
secara perhitungan secara teori menggunakan rumus:
tan =


Sebelumnya kita cari terlebih dahulu nilai X
L
dan X
C
sebagai berikut:
X
L
= 2fL
= 2 x 3,14 x 20000 x 0,001
= 125,6
X
C
=

)

=


= 796,1

tan =

= 67,01
maka beda phasa pada rangkaian () = 89,14
Besar persentase kesalahan pengukuran dengan perhitungan secara teori dapat dicari dengan
rumus:
% Kesalahan = Teori Pengukuran x 100 %
Teori
=

x 100% = 0,96%
Tabel 5.1 Tabel Prosentase kesalahan sudut phasa rangkaian RLC seri
Frekuensi AFG 20 KHz
Channel I II
Amplitudo 0,11 6,4
Beda Phasa
(Pengukuran)
90
Beda Phasa
(Perhitungan)
89,14
% Kesalahan 0,96%



Gambar 5.1.3 Grafik Hubungan antara Amplitudo dengan Frekuensi Inputan

Dari hasil pengukuran dan perhitungan secara teori, persentase kesalahan yang di dapat
adalah 0,96%. Hal ini membuktikan bahwa alat ukur yang digunakan sudah presisi serta cara
untuk mengukur beda phasa sudah tepat. Dimana pengukuran menggunakan osiloskop 2 chanel
dan dihitung beda phasa antara kedua gelombang sinyal output. Besarnya frekuensi resonansi
yang bekerja pada rangkaian pada Gambar 5.1.6 sebesar 15,923KHz.
Pada Gambar 5. menunjukkan grafik hubungan antara amplitudo dengan frekuensi
inputan, dimana semakin besar frekuensi inputan maka .., hal ini disebabkan

6.2 Percobaan Rangkaian Pengukuran Resonansi Paralel I
Pada percobaan rangkaian pengukuran resonansi paralel I, rangkaian percobaan mengacu
pada Gambar 5.1.8. Data hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.2. Dimana diketahui besar
nilai dari R = 10, L = 1mH = 0,001H, C = 0,01F = 1x10
-8
F. Inputan gelombang tegangan
diatur generator fungsi yakni gelombang sinus yang bervariasi dari 10Khz - 100Khz dan 20Vp-p.
Pertama kita akan mencari besar Vrms dan Irms yang bekerja pada rangkaian 5.1.6 sebagai
berikut:
Vp-p = 2V
max

V
max
=

= 1Volt
V
rms
=

= 0,707 Volt

V
rms
=
Irms
.R
I
rms
=

A = 70,7mA
I
max
= I
rms
. = 0,0707 . = 99,9 mA
Jadi, didapat harga arus puncak positif Imax = 9,9 mA

Selanjutnya kita mencari amplitudo gelombang yang terukur pada osiloskop. Dimana rumus
yang digunakan sama seperti rumus diatas.
Perhitungan amplitudo untuk Frskuensi AFG 10Khz:
chanel I dimana t = 2,2 dan Volt/div = 0,5V
A = 2,2 x 0,5
= 1,1
chanel II dimana t = 0,8 dan Volt/div =0,2V
A = 0,8 x 0,2
= 0,16
Untuk variasi frekuensi yang lain menggunakan rumus yang sama dan data hasil perhitungan
amplitudo dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 5. Tabel Perhitungan Amplitudo Pengukuran Resonansi Paralel I
Frekuensi
AFG
10 KHz 20 KHz 40 KHz 70 KHz 100 KHz
Channel I II I II I II I II I II
Amplitudo 1,1 0,16 0,8 0,14 4,8 0,13 6,8 0,09 4 0,14

Selanjutnya kita hitung besarnya frekuensi resonansi yang bekerja pada rangkaian pada Gambar
5.1.8 dengan rumus:
f
o
=


f
o
=

)

f
o
=


f
o
= 15923Hz = 15,923KHz

Pada Tabel 5.1.2 percobaan rangkaian resonansi parallel I didapatkan beda sudut phasa
rangkaian berdasarkan hasil pengukuran dengan inputan bervariasi dari 10KHz - 100KHz. Kita
akan membandingkan hasil dari pengukuran dengan hasil secara perhitungan secara teori
menggunakan rumus:
tan =


Sebelumnya kita cari terlebih dahulu nilai X
L
dan X
C
pada frekuensi 10 KHz = 10000Hz sebagai
berikut:
X
L
= 2fL
= 2 x 3,14 x 10000 x 0,001
= 62,8
X
C
=

)

=


= 1592
tan =

= 152,92
maka beda phasa pada rangkaian () = 89,62
Besar persentase kesalahan pengukuran dengan perhitungan secara teori unutk frekuensi 10KHz
dapat dicari dengan rumus:
% Kesalahan = Teori Pengukuran x 100 %
Teori
=

x 100% = 100%
Dengan menggunakan cara yang sama maka data hasil perhitungan untuk variasi frekuensi
inputan yang lain dapat dilihat pada table dibawah.
Tabel 5. Tabel Persentase kesalahan Beda Phasa Pengukuran Resonansi Paralel I
Frekuensi AFG 10 KHz 20 KHz 40 KHz 70 KHz 100 KHz
Channel I II I II I II I II I II
X
C
1592 796 398 227 159
X
L
62,8 125,6 251,2 439,6 628
Beda Phasa
(Pengukuran)
- - 180 180 180
Beda Phasa
(Perhitungan)
89,6 89,1 86 87,2 88,7
% Kesalahan 100% 100% 109% 106% 102%

Gambar 5.1.3 Grafik Hubungan antara Amplitudo dengan Frekuensi Inputan
Dari hasil pengukuran dan perhitungan secara teori, persentase kesalahan yang di dapat
adalah 100%. Hal ini disebabkan kesalahan pembacaan sinyal yang tampak pada osiloskop.
Dimana pengukuran menggunakan osiloskop 2 chanel dan dihitung beda phasa antara kedua
gelombang sinyal output. Besarnya frekuensi resonansi yang bekerja pada rangkaian pada
Gambar 5.1.8 sebesar 15,923KHz.
Pada Gambar 5. menunjukkan grafik hubungan antara amplitudo dengan frekuensi
inputan, dimana semakin besar frekuensi inputan maka .., hal ini disebabkan

Você também pode gostar