Você está na página 1de 36

Proposal Teknik

Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah



Geojaya Teknik Page 4/ 1


BAB 4
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN



4.1 PENDEKATAN TEKNIS DALAM PERLUASAN SAWAH
Kegiatan perluasan sawah diarahkan pada lahan irigasi, lahan rawa dan lahan tadah hujan
dengan mengikuti norma, standar teknis, prosedur dan criteria. Pendekatan teknis akan
tergambar secara jelas pada tahapan pelaksanaan pekerjaan.

Secara sederhana tahapan pelaksanaan pekerjaan SID Perluasan Sawah meliputi :
1. Survey dan Investigasi.
2. Pelaksanaan Desain
a. Pembuatan Peta Situasi Lokasi
b. Pekerjaan Pengukuran dan Pembuatan Peta Dasar Teknis
c. Pembuatan Peta Topografi
d. Pembuatan Peta Rancangan (Desain) skala 1 : 1000.
3. Spesifikasi teknis Perluasan Sawah
4. Perhitungan Biaya Konstruksi Peluasan Sawah

4.2 KETENTUAN DALAM PERLUASAN SAWAH
4.2.1 Perluasan Sawah Pada Lahan Beririgasi
a. Norma
Perluasan sawah pada lahan beririgasi merupakan upaya untuk menambah baku
lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis
maupun irigasi desa yang sudah mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat
tersier atau akan dibangun jaringan tersebut yang selesainya bersamaan dengan
selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan dalam satu
hamparan sehingga dapat terairi seluruhnya. Lahan harus berada pada kawasan
budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.


Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 2

b. Standar Teknis
Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :
Berada pada satu hamparan dengan luas >10 hektar.
Lebih diutamakan / diperioritaskan pada lahan dengan kemiringan lahan <
5%.
Dekat dari pemukiman.

c. Prosedur
Prosedur perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :
Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL).
Survei/ Investigasi.
Penetapan Lokasi.
Desain.
Konstruksi (Land Clearing dan Land Leveling).
Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

d. Kriteria
Kriteria perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :
Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk satu kali musim
tanam.
Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah berdasarkan ketentuan dan kriteria
yang berlaku.
Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Apabila belum ada
kelompok tani, para petani tersebut bersedia untuk membentuk kelompok
tani kegiatan perluasan sawah.
Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak sengketa/tumpang tindih
dengan program/kegiatan lainnya.
Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK.
Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah ada.
Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.
Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau sedang.

4.2.2 Perluasan Sawah Lahan Rawa
a. Norma
Perluasan Sawah pada lahan rawa merupakan upaya untuk menambah baku
lahan sawah yang dilakukan di daerah rawa yang sudah mempunyai dan atau
rencana pengembangan jaringan drainase sampai pada tingkat tersier. Lahan
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 3

harus berada pada kawasan budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan
lindung.

b. Standar Teknis
Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan rawa adalah :
Berada pada satu hamparan.
Luas satu hamparan 10 hektar.
Lahan dengan kedalaman pirit dengan kisaran minimal antara 50-60 cm.
Dekat dengan pemukiman.

c. Prosedur
Prosedur perluasan sawah pada lahan rawa adalah :
Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL).
Survei/ Investigasi.
Penetapan Lokasi.
Desain.
Konstruksi (Land Clearing, Land Leveling).
Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

d. Kriteria
Kriteria perluasan sawah pada lahan rawa adalah :
Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah rawa pasang surut dan atau
lebak berdasarkan ketentuan dan criteria yang berlaku.
Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.
Status petani jelas bisa pemilik penggarap atau penggarap.
Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 Ha/ KK.
Petugas lapangan sudah ada.
Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

4.2.3 Perluasan Sawah Tadah Hujan
a. Norma
Perluasan sawah tadah hujan merupakan upaya untuk menambah baku lahan
sawah yang dilakukan didaerah tadah hujan yang belum dimanfaatkan dan
mempunyai curah hujan yang cukup untuk pertumbuhan tanaman padi serta
potensi sumber-sumber air lainnya yang dapat dikembangkan untuk
mendukung pengairan pada lokasi tersebut. Lahan harus berada pada kawasan
budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 4

b. Standar Teknis
Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah :
Berada pada satu hamparan.
Luas satu hamparan >10 hektar.
Lebih diutamakan / diperioritaskan pada lahan dengan kemiringan lahan <
5%.
Dekat dari pemukiman.

c. Prosedur
Prosedur perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah :
Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL).
Survei/ Investigasi.
Penetapan lokasi
Desain
Konstruksi
Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru

d. Kriteria
Kriteria perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah :
Mempunyai bulan basah >3 bulan terutama yang tersedia air untuk 1 kali
tanam setahun.
Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah tadah hujan berdasarkan
ketentuan dan kriteria yang berlaku.
Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.
Status petani jelas bisa sebagai pemilik penggarap atau penggarap.
Luas lahan pemilik dan penggarap maksimum 2 Ha/ KK.
Petugas lapangan sudah ada.
Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa (dapat dilalui oleh kendaraan
roda 4)


4.3 SURVEY DAN INVESTIGASI
Survey Investigasi Desain (SID) Percetakan Sawah dilaksanakan setelah dilakukan survey
inventarisasi sehingga calon lokasi pengembangan sudah dipilih . Data yang diperlukan
dalam pekerjaan ini meliputi data primer dan data sekunder.



Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 5

4.3.1 Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder
Data primer atau data lapangan didapatkan dari pengukuran secara langsung di lapangan baik
dengan memakai alat ukur maupun tidak. Metode pengumpulan data primer disesuaikan
dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi :

1. Data Koordinat Bumi. Data koordinat bumi yang dibutuhkan dalam pekerjaan yaitu :
system koordinat geografis (derajat, menit , detik), system koordinat geografis ( derajat
decimal) dan system koordinat UTM (jarak). Pengambilan dan pengukuran titik- titik
koordinat pad pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning System).
2. Data Pengamatan Topografi dan Morfologi.
3. Data Pengamatan Geologi dan Litologi.
4. Pengambilan Dokumentasi Foto
5. Data Sosial Ekonomi ; data kependudukan , perhubungan dan transportasi,
kepemilikan tanah dan perundangan.
6. Data Kuisioner ; data kuisioner perlu disiapkan secara ringkas tetapi jelas. Pengisisan
data kuisioner dapat dilakukan melalui wawancara dengan petani dan observasi
langsung dilapangan. Kuisioner yang dibuat berisikan data-data antara lain sebagai
berikut :
a. Nama pemilik lahan dan penggarapnya.
b. Keadaan umum lahan calon lokasi.
c. Keadaan jalan dan jembatan.
d. Prasarana usahatani (jalan usahatani, jembatan, jalan dan gorong-gorong).
e. Kelembagaan pertanian (BPP, P3A, PPL, KUD, dan kelompok tani).
f. Peranan PPL

Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber khususnya dari instansi-instansi terkait
serta dari berbagai pustaka yang relevan dengan penelitian baik berupa laporan peenelitian
sebelumnya, data statistik, peta dan berbagai informasi lainnya. Data-data sekunder yang
diperlukan antara lain adalah :
1. Data Vektor ; data sekunder yang bersifat vector atau grafis adalah peta, baik itu peta
topografi maupun peta tematik lainnya. Sumber data bisa didapatkan pada Bakosurtanal,
Bappeda dan dinas terkait. Peta-peta dasar yang dikumpulkan antara lain :
a. Peta Administrasi
b. Peta Topografi
c. Peta Geologi
d. Peta Penggunaan Lahan.
e. Dan peta-peta lainnya.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 6

2. Data Tekstual ; didapatkan pada dinas terkait seperti: Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Metereologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pekerja Umum (PU), Dinas Pertanian.
Data yang dibutuhkan antara lain yaitu :
a. Data curah hujan, temperature dan hari hujan.
b. Data kependudukan.
c. Data potensi desa dan kecamatan
d. Daftar harga satuan dan bahan upah setempat.
e. Data laporan kegiatan terdahulu (bila ada ).
f. Informasi kegiatan fisik yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum termasuk
keadaan jaringan tata air.

3. Kebijakan/Regulasi/Pengatuaran meliputi :
a. Kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian.
b. Kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan tata ruang wilayah.

4.3.2 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder diolah dulu sebelum masuk
dalam tahap analisis. Data hasil pengukuran di lapangan dengan menggunkan alat GPS akan
menghasilkan titik-titik koordinat bumi.
Selanjutnya titik-titik Koordinat Geografis dan Koordinat UTM tersebut akan diolah guna
menghasilkan peta lokasi pekerjaan, peta percetakan sawah dan peta-peta lainnya. Tahapan
pembuatan peta adalah sebagai berikut :

1. Permodelan SIG (Sistem Informasi Geografis)
Permodelan SIG (Sistem Informasi Geografis) atau GIS ( Geographic Information
System) dilakukan untuk penyusunan item-item guna membangun basis data dan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan analisis. Dengan demikian perancangan basis data
akan memperhatikan kerangka analisis serta permodelannya.
Komponen perangkat lunak SIG pad umumnya berfungsi sebagai pemasukan data,
pengelolaan basis data, penyajian output data, transformasi data, dan pelacakan
informasi (query).
Perangkat lunak untuk membangun database SIG akan menggunakn system operasi
Microsoft Windows (MS) versi Xp yang didukung oleh perangkat lunak (software)
aplikasi sebagai berikut :
a. Arc View Versi 3.3 dan MapInfo versi 6.0 , perangkat lunak aplikasi ini akan
digunakan untuk Query database yang telah terbentuk.
b. Ms Access dan Ms Excel. Perngkat lunak ini kan digunkan untuk membangun
database program aplikasi data tekstual.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 7

c. Autocad Map 2004 dan Surfer Versi 8 , perangkat lunak ini digunakan dalam proses
akhir pekerjaan untuk menghitung keakuratan luas lahan dan pembuatan gambar
desain.

2. Langkah langkah Permodelan SIG
Pekerjaan ini meliputi :
a. Digitasi, yaitu membuat layer peta dalam bentuk data vector, yang disebut
coverange.
b. Editing, yaitu memperbaiki (mengedit) hasil digitasi untuk mengeliminir
kesalahan.
c. Membangun Topologi, yaitu membangun hubungan antara data spasial dan
atributnya.
d. Tranformasi data digital ke dalam data visual.


4.3.3 Tahapan Pelaksanaan Survey/Investigasi Perluasan Sawah

Tahapan pelaksanaan survey/investigasi perluasan sawah adalah sebagai berikut :
A. Identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)
1. Identifikasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-1) untuk kegiatan perluasan
sawah dikeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah
pada tahun berikutnya, proses identifikasi telah dilakukan pada tahun
sebelumnya.
2. Calon lokasi yang akan di tetapkan sedapat mungkin berasal dari usulan petani.
3. Identifikasi dilakukan berdasarkan data, informasi dan pengamatan lapangan
yang bertujuan untuk menentukan lokasi perluasan sawah yang secara umum
peruntukannya sesuai dengan RTRW, standar teknis dan kriteria yang telah
ditetapkan. Pemilihan lokasi diutamakan pada lahan dengan tingkat kesulitan
terkecil. Identifikasi di lakukan oleh petugas Dinas Pertanian daerah (propinsi dan
kabupaten/kota) dengan dibantu oleh masyarakat/ aparat setempat.
4. Identifikasi dilakukan juga terhadap calon petani. Petani penerima kegiatan
perluasan sawah sedapat mungkin petani yang memang membutuhkan lahan
sawah sebagai sumber pendapatan utama keluarga.
5. Penetapan calon petani dilakukan oleh aparat setempat (Kepala Desa/ Camat)
bersama dengan petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berdasarkan hasil
identifikasi calon lokasi perluasan sawah.

B. Survei dan Investigasi
1. Survei dan investigasi
a. Survei dan investigasi idealnya dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-1)
untuk kegiatan perluasan sawah dikeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 8

penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, proses survei dan
investigasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.
b. Survei/investigasi calon lokasi ialah kegiatan penelitian pada calon lokasi
perluasan sawah baik pada Daerah Irigasi, lahan rawa maupun tadah hujan
yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi yang layak untuk sawah.
c. Calon lokasi yang dapat dinyatakan layak untuk perluasan sawah ialah calon
lokasi yang memenuhi 8 (delapan) syarat pokok yaitu :
Jaringan irigasi/drainase sudah dibangun atau akan dibangun yang
selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak kecuali sawah
tadah hujan.
Air tersedia cukup untuk menjamin pertumbuhan padi sekurang-
kurangnya satu kali dalam setahun.
Kondisi tanah sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi.
Status kepemilikan tanah jelas, misalnya : tanah milik atau tanah rakyat
(marga) atau tanah negara yang diijinkan untuk di garap oleh petani.
Batas pemilikan tanah jelas (tidak sengketa).
Calon lokasi tidak tumpang tindih dengan program/ proyek lain.
Petani ada dan berdomisili di desa calon lokasi atau berdekatan dengan
calon lokasi serta berkeinginan untuk bersawah.
Prasarana penunjang dan kelengkapan lainnya tersedia.

2. Tahapan Survei/Investigasi sebagai berikut :
a. Persiapan berupa penggandaan peta situasi, peta rancangan jaringan irigasi,
irigasi rawa, bahan, peralatan, pembuatan daftar pertanyaan dan tabel-tabel
untuk pelaksanaan maupun pengolahan data. Selain itu dipersiapkan bahan
dan peralatan yang diperlukan dilapangan.
b. Sosialisasi dan koordinasi dengan instansi terkait dan masyarakat terhadap
rencana persiapan pelaksanaan kegiatan perluasan lahan sawah pada calon
lokasi yang akan dikembangkan. Koordinasi terutama dilakukan dengan
Bappeda untuk kepastian RTRW, Dinas Kehutanan untuk kepastian kawasan,
BPN untuk kejelasan status kepemilikan dan Dinas Pengairan untuk
koordinasi system jaringan pengairan di lokasi yang direncanakan.
c. Pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa parameter dan
karakteristik lahan yang akan digunakan sebagai acuan penentuan kriteria
kesesuaian lahan, debit air, sifat fisik tanah, kedalaman gambut, nilai
ekonomis vegetasi, kesediaan petani, daftar nama petani dan luas lahan,
pengukuran dan pemetaan lokasi. Data sekunder berupa pola usahatani,
analisis usahatani, penyediaan saprotan, pemasaran hasil, luasan lahan padi
sawah di lokasi dan curah hujan baik harian atau bulanan selama satu tahun.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 9

d. Tabulasi dan pengolahan data hasil survei. Data hasil survei ditabulasi dan
diolah untuk pembuatan laporan hasil survei yang bertujuan untuk
menentukan kelayakan calon lokasi dan pembuatan desain.
e. Pembuatan laporan kegiatan survei sebagai dasar penetapan lahan sawah
yang akan dikonstruksi. Hasil survei calon lokasi perluasan sawah nantinya
berupa buku laporan dan daftar lokasi petak tersier yang dinyatakan layak
untuk didesain yang selanjutnya dicetak menjadi sawah dan daftar lokasi
yang tidak layak untuk didesain. Untuk setiap daerah irigasi (DI) dibuat satu
buku laporan yang bertujuan untuk menyusun dan mengumpulkan hasil
kegiatan yang mudah dibaca dan diketahui oleh semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan tersebut.

3. Penetapan Calon Lokasi dan Lokasi Perluasan Sawah
Penetapan calon lokasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-1) sedangkan
penetapan lokasi dilakukan pada tahun bersamaan, setelah DIPA untuk kegiatan
perluasan sawah dikeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan penganggaran
perluasan sawah pada tahun berikutnya, penetapan calon lokasi telah dilakukan
pada tahun sebelumnya. Penetapan calon lokasi perluasan sawah ditanda tangani
oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, sedangkan untuk Penetapan lokasi
perluasan sawah ditanda tangani oleh Bupati/Walikota. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh jaminan bahwa sawah yang baru dicetak tidak dialihkan untuk
peruntukan lainnya, sehingga investasi yang cukup besar untuk perluasan sawah
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penetapan lokasi baru dapat dilakukan
jika menurut hasil Survey dan Investigasi calon lokasi layak dikembangkan untuk
perluasan sawah baru. Penetapan lokasi harus didukung oleh dokumen berikut :
a. Data calon petani yang membutuhkan perluasan sawah dan bersedia
menggarap sawah yang dicetak secara optimal.
b. Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan koordinasi yang dilakukan
dengan Bappeda, Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan dan Dinas
Pengairan.
c. Peta-peta yang terkait lokasi yang akan dikerjakan yang terdiri dari :
Peta Situasi Lokasi.
Peta Topografi.
Peta Kepemilikan Lahan.
Peta Vegetasi.
Peta Desain Sawah.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 10

4.4 DESAIN PETA SAWAH
Peta rancangan (desain) sawah pada lokasi pekerjaan merupakan hasil akhir dari seluruh
pekerjaan laporan SID Perluasan Sawah (pencetakan sawah). Peta sawah ini akan
menampilkan pembagian luas rencana lahan sawah secara keseluruhan dan pembagian petak
sawahnya dengan menampilkan system koordinat bumi serta dimensi yang terukur dalam
satuan luas lahan m dan Ha, di sajikan dalam ukuran kertas kerja A3. Beberapa hal yang
diperhatikan dalam proses pembuatannya.
1. Desain hanya di lakukan pada lokasi yang berdasarkan hasil survey investigasi telah di
nyatakan layak untuk pencetakan sawah.
2. Desain adalah rancangan petak sawah dibuat untuk dipergunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan kontruksi pencetakan sawah.
3. Pembuatan Desain hanya dilakukan pada calon lokasi yang berdasarkan hasil
survey/investigasi dinyatakan layak untuk perluasan sawah.
4. Sebelum dilaksanakan pembuatan desain terlebih dahulu dilakukan penyuluhan dan para
petani pemilik lahan diminta untuk memasang patok patok pemilihan lahan.
5. Pola pelaksanaan kegiatan desain perluasan sawah bisa dilakukan dengan pola
kontraktual ataupun swakelola, disesuaikan dengan kemampuan anggaran dan
kemampuan teknis sumber daya manusia yang tersedia. Sedangkan metodologi
pelaksanaan kegiatan desain perluasan sawah bias dilakukan dengan metode pengukuran
terestrial atau metode penginderaan jauh ataupun kombinasi dari metode terrestrial dan
penginderaan jauh, disesuaikan dengan luas dan tingkat kesulitan lapangan.
6. Peta harus di buat dalam multiyear dengan warna dan legenda yang berbeda pada setiap
layernya.
5. Peta dapat di tampilkan secara digital [peta digital] dalam cakram data [hard copy] yang
siap di operasikan untuk berbagai kebutuhan segera dan mendadak.


4.4.1 Jenis-jenis Kegiatan dalam Pekerjaan Desain
Jenis-jenis kegiatan dalam pekerjaan desain perluasan sawah meliputi :
1. Pembuatan Peta Situasi Lokasi
Peta situasi lokasi perluasan sawah dibuat diatas peta penggunaan lahan dengan skala 1
: 1000. Peta situasi lokasi ini memuat data sebagai berikut :
Peruntukan lahan, misalnya persawahan, hutan lindung dan sebagainya.
Jaringan kerangka dasar, titik ikat, garis kontur, titik ketinggian, dll.
Batas administrasi pemerintahan, kampung, desa, kecamatan, dll.
Batas tataguna lahan/vegetasi lahan.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 11

Seluruh alur sungai, tata letak jaringan pengairan, bangunan irigasi, drainase dan
bangunan lainnya
Tata letak jaringan jalan yang ada terutama jalan negara, jalan propinsi, jalan
kabupaten, jalan kecamatan, jalan desa, dan jalan setapak ke lokasi perluasan
sawah.
Batas petak tersier, lokasi perluasan sawah dan lahan yang tidak dapat dicetak
menjadi sawah.
Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum dirancang yang direncanakan menjadi
petak-petak sawah.

2. Pembuatan Peta Dasar Teknis
Peta dasar teknis, yang merupakan dasar dalam pembuatan peta topografi dan peta
rancangan (desain), dibuat dalam skala 1 : 1000. Didalamnya memuat titik-titik hasil
pekerjaan pengukuran yang mempunyai nilai koordinat (tiga dimensi) dan terikat pada
titik ikat dasar yang berorientasi pada sistem koordinat global/nasional.

3. Pembuatan peta topografi per hamparan lahan 10 Ha
Peta topografi pada daerah irigasi dibuat per blok hamparan yang di dasarkan pada
kemiringan lahan (slope). Peta topografi pada daerah rawa dibuat per blok hamparan
yang didasarkan pada blok tersier daerah yang bersangkutan. Dalam pembuatan peta
topografi harus memuat data sebagai berikut :
o Garis kontur, dengan interval kontur yang disesuaikan dengan kebutuhan desain,
skala peta dan bentuk muka tanah.
o Batas-batas alam : desa, sawah yang ada, areal yang dapat dikembangkan dan areal
yang tidak dapat dikembangkan beserta vegetasi lahan.
o Jalan usahatani dan jaringan irigasi yang sudah ada dan yang akan direncanakan.
o Batas pemilikan lahan setiap petani, nomor urut petani pemilik dan luas
pemilikannya.
o Jaring-jaring ukur (poligon) utama serta titik-titik hasil pengukuran yang
dilengkapi dengan elevasinya.

4. Pembuatan Peta Rancangan (Desain) Skala 1 : 1000
Pembuatan peta rancangan (desain) pada daerah irigasi harus memuat data sebagai
berikut :
Tata letak petak-petak sawah yang akan dirancang sedapat mungkin sejajar dengan
garis kontur.
Rancangan petak-petak sawah dibuat sesuai dengan batas pemilikan tanah dengan
memperhatikan keinginan petani.
Rancangan (desain) petak-petak sawah dibuat maksimal 50 x 100 m pada daerah
yang datar.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 12

Tata letak jaringan irigasi dalam hamparan perluasan sawah dengan
memperhatikan sistem tata air di lokasi tersebut (jika ada atau direncanakan untuk
daerah irigasi), sebagai titik ikat dapat digunakan tinggi muka air pada pintu
saluran tersier.
Tata letak jalan usahatani dalam hamparan perluasan sawah.
Nomor petak tersier, nomor urut petani pemilik sawah, nomor petakan sawah per
petani dan luas petakan sawah.
Elevasi setiap sudut petak-petak sawah yang sudah dirancang.
Batas jenis vegetasi antara hutan berat, hutan ringan, tegalan dan alang-alang dan
batas penggunaan lahan.
Potongan melintang rencana land leveling.

Pembuatan peta rancangan (desain) pada daerah rawa harus memuat data sebagai
berikut :
a. Tata letak (lay out) petak-petak sawah yang dirancang sesuai dengan batas
pemilikan tanah dengan memperhatikan keinginan petani dan memperhatikan
tinggi muka air pasang variasi rata-rata harian dan pasang tertinggi pada bulan
purnama, sehingga dapat diperkirakan lokasi tersebut dapat diairi tetapi tidak
tergenang.
b. Tata letak (lay out) jaringan drainase tersier dan kuarter lengkap dengan saluran
drainasenya, di dalamhamparan perluasan sawah. J ika tata letak jaringan tersier
dan kuarter belum ada, maka harus dibuat rancangan tata letaknya lengkap dengan
saluran drainase dan pintupintu bagi maupun gorong-gorong.
c. Tata letak (lay out) jalan usahatani di dalam hamparan perluasan sawah dengan
ketentuan jalan usahatani dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya
berfungsi sebagai jalan, tetapi juga berfungsi sebagai tanggul pengaman air pasang.
Untuk itu lebar jalan minimal 3 m dengan kemampuan daya dukung atas beban
lebih kurang 1 ton.

5. Pembuatan Daftar Petani Pemilik/Penggarap
Pembuatan daftar petani pemilik penggarap/ penggarap berdasarkan jenis vegetasi
(semak belukar, hutan ringan, hutan sedang, hutan berat) dan kemiringan lahan dengan
luas per hamparan >10 Ha.
Daftar nama petani pemilik dibuat pada setiap petak sawah yang memuat :
a. Nomor urut petani per petak tersier sesuai yang tercantum dalam peta topografi dan
peta rancangan petak-petak sawah.
b. Luas pemilikan lahan setiap petani.
c. Jumlah dan luas petak-petak sawah yang dirancang setiap petani.
d. Rincian jenis vegetasi per pemilikan lahan
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 13

6. Spesifikasi Teknis Perluasan Sawah.
Pembuatan spesifikasi teknis bertujuan untuk memudahkan pembuatan rencana biaya,
pembacaan gambar di lapangan dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok
(RUKK).

7. Perhitungan biaya konstruksi perluasan sawah.
Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam rencana biaya konstruksi yaitu :
a. Biaya land clearing yang disesuaikan dengan jenis vegetasi lahan.
b. Biaya land leveling, antara lain terdiri dari biaya penyisihan dan pengembalian top
soil, galian timbunan, pemadatan dan perataan tanah yang disesuaikan dengan
topografi lahan.
c. Pembuatan Galengan.
d. Pembuatan jalan usaha tani di dalam hamparan perluasan sawah.
e. Pembuatan jaringan irigasi/ drainase/ tata air mikro di dalam hamparan perluasan
sawah.
f. Biaya pembuatan pematang batas pemilikan.
g. Biaya untuk pekerjaan penunjang lainnya


4.5 KONSTRUKSI PERLUASAN SAWAH

Dalam pelaksanaan konstruksi diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan Petani
b. Persiapan Administrasi
c. Persiapan Lapangan
d. Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

4.5.1 Persiapan Petani
Persiapan petani diperlukan dalam rangka memperlancar pelaksanaan konstruksi perluasan
areal sawah, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha sebagai berikut :

a. Sosialisasi kepada Petani.
Sosialisasi kepada petani peserta perluasan sawah dilakukan untuk memberikan
pengertian terhadap kegiatan perluasan sawah, tata cara dan pentahapan pelaksanaan
kegiatan konstruksi perluasan areal sawah serta pemanfaatan lahan sawah baru yang
nantinya dilaksanakan oleh petani sendiri. Dengan demikian diharapkan petani dapat
lebih berpartisipasi didalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 14

pemanfaatannya. Sosialisasi kepada petani ini dilaksanakan oleh petugas Dinas
Pertanian Kabupaten atau PPL.

b. Pendaftaran Ulang Petani.
Mengingat adanya tenggang waktu antara pelaksanaan desain dengan pelaksanaan
konstruksi yang memungkinkan adanya perubahan-perubahan terhadap status
pemilikan tanah dan vegetasi lahan pada calon lokasi perluasan sawah, maka masih
diperlukan pendaftaran ulang petani peserta. Dengan pendaftaran ulang ini akan
diperoleh kepastian nama-nama petani dan status pemilikan tanah serta jenis
vegetasinya. Pendaftaran ulang petani ini dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian
Kabupaten dan dibantu oleh PPL.

c. Pengajuan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan Petani.
Petani mengajukan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan melaksanakan
kegiatan perluasan sawah kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani
kegiatan perluasan sawah. Petani yang diperkenankan mengajukan surat Permohonan
hanyalah petani pemilik penggarap/penggarap yang berdomisili di dalam desa atau
daerah Kecamatan dari lokasi dengan mata pencaharian utamanya dari usahatani. Surat
ini dibuat untuk masing- masing petani dengan data-data lokasi, foto copy keterangan
identitas, pernyataan permohonan dan kesanggupan serta tanda tangan petani yang
bersangkutan.

4.5.2 Persiapan Administrasi
Kegiatan konstruksi perluasan sawah pada tahun 2012 dilakukan dengan pola pelaksanaan
transfer uang ke rekening kelompok dengan mengacu kepada pedoman pengelolaan dana
bantuan sosial yang dilekuarkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian.
Hal penting dalam penggunaan MAK Bantual Sosial dengan pola transfer uang ini adalah
Pembuatan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK).

Dalam pembuatan RUKK harus sudah meperhitungkan secara rinci seluruh kegiatan
pencetakan sawah sampai kepada kebutuhan akan saprotan dan tanam, mengingat anggaran
untuk kegiatan pencetakan sawah TA. 2012 merupakan satu paket (dana kontruksi dan dana
saprotan disatukan). Seandainya dari perhitungan RUKK petani, yang dipandu oleh Tim
Teknis/ Koordinator lapangan dengan mendasarkan pada hasil Desain, Anggaran yang
disiapkan dalam DIPA kurang untuk kegiatan perluasan areal sawah, maka kekurangannya
menjadi tanggung jawab kelompok dan pemerintah daerah setempat. Selanjutnya untuk
pekerjaan yang diluar kemampuan petani, maka kelompok berdasarkan hasil musyawarah
dengan anggota diperkenankan untuk menyewa alat berat yang sesuai dengan jenis pekerjaan
dan jenis tanahnya.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 15

4.5.3 Persiapan Lapangan
a. Penyediaan direksi kit/ Saung Tani
Tujuan pembuatan direksi kit atau tempat lainnya yang sejenis dilokasi adalah untuk
tempat persiapan dan penyimpanan peralatan dalam menunjang kelancaran kegiatan di
lapangan.

b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Koordinator Lapang/Tim Teknis dari Dinas
lingkup pertanian yang menangani perluasan areal sawah di Kabupaten bersama Camat,
Kepala Desa dan Petani Pemilik Penggarap/ Penggarap dengan berpedoman pada
Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK) dan desain perluasan sawah guna
mencocokkan dengan keadaan sesungguhnya dilapangan. Halhal yang perlu
diperhatikan dalampemeriksaan lokasi antara lain :
Batas-batas areal lokasi yang akan dikerjakan.
Batas-batas dan luas pemilikan lahan yang akan dikerjakan.
Nama-nama petani dan keadaan vegetasi.

c. Pemasangan patok-patok batas pemilikan
Dalam pemasangan patok-patok dilakukan oleh :
Pemasangan patok batas pemilikan dilakukan oleh Petani sendiri dengan
disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten, Camat dan Petani Pemilik
Penggarap/ Penggarap serta Kepala Desa. Apabila patok-patok batas pemilikan
lahan hilang, maka harus dipasang patok-patok baru batas pemilikan lahan tersebut
oleh petani yang bersangkutan.
Setelah pekerjaan konstruksi selesai, maka patok-patok tersebut dipasang kembali
dengan disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten,
Camat, Kepala Desa dan Petani.
Lokasi yang telah selesai dikonstruksi diperiksa dan diukur ulang oleh Koordinator
lapang/ Tim Teknis bersama petani untuk mendapatkan gambaran yang pasti
terhadap luasannya.

d. Pembuatan Dokumentasi (Foto dan Video)
Kelompok Tani pelaksana yang dibantuan oleh Tim Teknis/ Koordinator lapangan
harus membuat foto atau video yang menggambarkan :
Lokasi sebelum pekerjaan konstruksi perluasan sawah dilaksanakan.
Pada saat tahap pekerjaan konstruksi perluasan sawah di laksanakan.
Pada saat pekerjaan konstruksi perluasan sawah baru selesai di laksanakan.



Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 16

e. Pembuatan Rencana Kerja
Kelompok Tani harus membuat rencana kerja mingguan dan bulanan yang disampaikan
kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) setelah mendapatkan persetujuan dari Tim
Teknis/Koordinator Lapangan dengan mendasarkan kepada Jadual pelaksanaan
kegiatan (Bab G).

4.5.4 Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah
A. Pekerjaan Kontruksi Perluasan Sawah pada Daerah Irigasi dan Tadah Hujan
Ketentuan-ketentuan pekerjaan konstruksi perluasan sawah sebagai berikut :
i) Konstruksi perluasan sawah terdiri dari land clearing dan land leveling, pembuatan
pematang batas pemilikan, pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan
drainase, pembuatan pintupintu bagi tersier, pintu klep dan pembuatan jalan
usahatani serta prasarana lain yang bersifat pelayanan umum.
ii) Pelaksanaan konstruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang
sudah ada misalnya, jalan desa, sungai, areal pompa air, saluran yang sudah ada dan
lain sebagainya. Bila terjadi kerusakan sebagai akibat pelaksanaan konstruksi atau
pekerjaaan konstruksi/ prasarana lain, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab
kelompok.
iii) Pekerjaan konstruksi perluasan sawah harus dilaksanakan dalam satu hamparan
yang mengelompok, sehingga memudahkan dalam usahataninya.
iv) Pembangunan prasarana lain yang menunjang kegiatan perluasan sawah dapat
dilaksanakan apabila kegiatan tersebut bersifat mendesak (betul-betul diperlukan)
menyangkut kepentingan umum seperti pembuatan talang, gorong-gorong dan lain-
lain.
v) Pelaksanaan pekerjaan perluasan sawah dapat melibatkan petani diluar wilayah
tersebut sejauh jumlah tenaga kerja yang ada masih kurang dengan mendasarkan
kepada kesepakatan bersama kelompok tersebut (musyawarah kelompok).
vi) Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pembabatan / Penebasan semak belukar.
Tujuan dilakukannya pembabatan/penebasan semak belukar termasuk pohon-
pohon kecil yang berdiameter kurang dari 10 cm dan tumbuhan strata bawah
berketinggian 1 m, untuk membuka area serta membuat ruang pandang pada
pekerjaan berikutnya.

b. Penebangan/ Penumbangan pohon-pohonan.
Penebangan/ Penumbangan dilakukan terhadap pohon-pohon yang berdiameter
lebih dari 10 cm dengan masih menyisakan tunggul. Sedangkan pohon-pohon
yang berdiameter lebih dari 30 cm dapat dilakukan dengan penumbangan atau
perobohan.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 17

c. Pemotongan/ perencekan dan pengumpulan batang, cabang dan ranting.
Untuk memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan
pemotongan/ perencekan pohon, cabang dan ranting-rantingnya. Sisa-sisa
pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh kelompok atau masyarakat sekitarnya.

d. Pembersihan lahan.
Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar
dan sampah-sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari
lokasi yang akan dicetak.

vii) Kegiatan land leveling dapat dirinci sebagai berikut :
a. Penggalian dan penimbunan tanah.
Dalam upaya mendapatkan lahan yang datar untuk memudahkan konstruksi
perluasan sawah, maka lahan-lahan yang mengalami kemiringan harus
dilakukan perataan dengan melakukan penggalian pada daerah yang lebih tinggi
dan penimbunan pada daerah yang lebih rendah dengan memperhatikan aspek
kesuburan lahan (hindari kerusakan aspek kesuburan lahan akibat penggalian
dan penimbunan)

b. Perataan tanah.
Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan
penimbunan dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada bagian
timbunan. Perataan tanah dilakukan sesuai dengan kemiringan yang
diperbolehkan dan lahan tersebut sudah siap untuk dicetak.

c. Pemadatan lereng talud teras.
Untuk mencegah terjadinya erosi tanah pada lahan yang telah dicetak, maka
pada lereng talud teras dilakukan pemadatan.

d. Pembuatan jalan usahatani (JUT).
Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk
memudahkan pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panen dari atau ke
lokasi perluasan sawah.

e. Pembuatan jaringan irigasi
Pembuatan jaringan irigasi dan pintu-pintu bagi tersier pada hamparan perluasan
sawah bertujuan untuk menyalurkan air dari atau ke lokasi perluasan sawah
untuk memenuhi kebutuhan air dalam pengelolaan sawah.


Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 18

f. Pembuatan pematang batas pemilikan.
Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan antar petani, dibuat suatu
pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah dicetak. Hal
ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam
kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

g. Penyiapan lahan siap tanam.
Penyiapan lahan melalui pengolahan tanah dimaksudkan untuk memudahkan
petani dapat menanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar sawah tidak
menyemak kembali.

B. Pekerjaan kontruksi perluasan sawah pada daerah rawa
Ketentuan-ketentuan pekerjaan kontruksi perluasan sawah :
a. Kontruksi perluasan sawah pada daerah rawa terdiri dari Land Clearing, pengerjaan
lahan, pembuatan saluran pembuang, pembuatan tata air mikro (diusahakan perluasan
sawah pada lokasi yang sudah ada tata air mikronya), pembuatan pintu air klep
sederhana, tanggul pengamanan dan pematang batas pemilikan lahan.
b. Kontruksi perluasan sawah di daerah rawa dapat berupa sistem surjan atau sistem lain
tergantung pada kebutuhan/ kemauan petani.
c. Pelaksanaan kontruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang sudah
ada misalnya, jalan desa, saluran pembuang dan lain sebagainya. Bila terjadi
kerusakan sebagai akibat pelaksanaan kontruksi perluasan sawah, maka perbaikannya
menjadi tanggung jawab kelompok.
d. Pekerjaan konstruksi Perluasan Sawah harus dilaksanakan dalam hamparan yang
mengelompok, sehingga memudahkan dalam usahataninya.
e. Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut :
Pembabatan/ Penebasan semak belukar.
Tujuan dilakukannya pembabatan/ penebasan semak belukar termasuk pohon-
pohon kecil yang berdiameter kurang dari 10 cm dan tumbuhan strata bawah
berketinggian 1 m, untuk membuka area serta membuat ruang pandang pada
pekerjaan berikutnya.
Penebangan/ Penumbangan pohon-pohonan.
Penebangan dilakukan terhadap pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 10
cm dengan masih menyisakan tunggul. Sedangkan pohon-pohon yang
berdiameter lebih dari 30 cm dapat dilakukan dengan penumbangan atau
perobohan.
Pemotongan/perencekan dan pengumpulan batang, cabang dan ranting.
Untuk memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan
pemotongan/ perencekan pohon, cabang dan ranting-rantingnya. Sisa-sisa
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 19

pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh atau masyarakat sekitarnya.
Pencabutan tunggul dan akar-akarnya.
Tunggul pohon yang masih tersisa hasil penebangan harus dibongkar/ dicabut
sampai keakar-akarnya supaya nanti tidak merusak/ mengganggu pelaksanaan
konstruksi dan pengolahan sawah yang dicetak nantinya.
Sedangkan untuk tunggul pohon yang berdiameter >30 cm dengan kedalaman
akar lebih dari satu meter dapat dibiarkan lapuk tanpa harus dicabut.
Pencabutan tunggul dan akar-akar pohon dapat tidak dilakukan apabila
disekitar zona perakaran diketahui terdapat senyawa pirit dan atau senyawa
racun lainnya. Pencabutan tunggul dan akar pada kondisi ini akan membuat
senyawa pirit mengalami oksidasi yang akan menyebabkan problem
kemasaman pada lahan.
Pembersihan lahan.
Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar
dan sampah-sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari
lokasi yang akan dicetak.

f. Kegiatan pengerjaan lahan dapat dirinci sebagai berikut :
Penggalian dan penimbunan tanah untuk sawah sistem surjan.
Untuk memudahkan konstruksi terutama pada galian dan timbunan pada lahan
rawa, maka dibuat konstruksi sawah sistem surjan.
Pemadatan tanah.
Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan
penimbunan dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada
bagian timbunan.

Pembuatan tata air mikro
Pembuatan tata air mikro pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk
mengatur air dari atau ke lokasi perluasan sawah dalam memenuhi
kebutuhan air untuk sawah.


Pembuatan gorong-gorong.
Pembuatan gorong-gorong bertujuan untuk menyalurkan air dari atau ke
lokasi perluasan sawah dalam memenuhi kebutuhan air untuk sawah.

Pembuatan pintu klep.
Pembuatan pintu klep bertujuan untuk mengatur debit air dan tinggi muka
air di dalam sistem tata air mikro sesuai dengan yang diinginkan.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 20

Pembuatan tanggul pengaman.
Pembuatan tanggul pengaman bertujuan sebagai penahan air banjir atau
pasang tinggi dan penahan air asin dari luar agar tidak masuk dalam lokasi
perluasan sawah.

Pembuatan jalan usahatani (JUT).
Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk
memudahkan pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panen dari atau ke
lokasi perluasan sawah.

Pembuatan pematang batas pemilikan.
Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan antar petani, dibuat suatu
pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah dicetak.
Hal ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam
kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

Penyiapan lahan siap tanam.
Penyiapan lahan melalui pengolahan tanah dimaksudkan untuk memudahkan
petani bercocok tanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar tidak
menyemak (tumbuh semak) kembali.

4.6 PEKERJAAN TOPOGRAFI
Pekerjaan topografi merupakan bagian dari survey detail yang sangat vital, sebagai dasar dari
kegiatan perencanaan atau desain sawah baru.
Kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari pekerjaan topografi yaitu :
1. Investigasi Topografi (Topographical Investigation)
2. Pelaksanaan Pemetaan Topografi
3. Prosedur Persiapan Peralatan Pengukuran
4. Prosedur Pemeriksaan Alat Ukur
5. Prosedur Pelaksanaan Pengukuran
6. Prosedur Hitungan dan Peralatan Pada Pengukuran Bench Mark
7. Metode Hitungan Dan Peralatan Pada Pengukuran Traverse
8. Prosedur dan Penggambaran Potongan Melintang
9. Prosedur dan Penggambaran Potongan Memanjang
10. Prosedur Penggambaran Peta Teristis



Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 21

4.6.1 Topographical Investigation
Sesuai dengan kondisi sitenya, untuk pekerjaan SID Perluasan Sawah lingkup pekerjaan
Survey Topografi adalah sebagai berikut :
1. Peta situasi topografi Derah irigasi dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Skala peta :
1) Skala peta 1 : 5.000 untuk tata letak detail
2) Skala peta 1 : 10.000 untuk peta ikhtisar
3) Skala peta 1 : 10.000 unruk peta O & P
4) Skala peta 1 : 25.000 untuk tata letak umum

b) Peta harus mencakup dan menunjukkan :
1) Nama desa, kampung beserta batas-batasnya
2) Batas petak tersier
3) Batas sawah irigasi, sawah tadah hujan, dataran yang dapat diairi dan yang tidak
dapat diairi
4) Jalan (Propinsi, Kabupaten, Desa), jalan inspeksi
5) Titik triangulasi dan titik kontrol lainnya (BM) & garis grid dan diskripksi BM
6) Letak stasiun hujan, AWLR dan stasiun Klimatologi
7) Letak saluran induk, saluran sekunder terpasang dan arah pengambilan tersier.
8) Letak saluran pembuang terpasang.
9) Letak saluran bangunan yang penting (bendung, bangunan bagi/sadap, jembatan
siphon dan talang) pada saluran induk dan sekunder
10) letak bendung, sungai, embung dan sumber lainnya
11) Skala garis numeris dan petunjuk arah Utara
12) Keterangan notasi gambar, petunjuk blad, titik referensi
13) Titik tinggi baik pada saluran, bangunan batas DI. dan tersier maupun pada lahan.
14) Hal-hal lain yang diperlukan

c) Pada lembar peta skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan jaringan yang memuat nama dan
luas petak tersier serta tata letaknya, untuk memudahkan membaca petak tersebut.
Peta tersebut akan disempurnakan pada waktu kegiatan.( system planning).

d) Semua perhitungan luas areal harus berdasarkan dari peta dasar 1 : 5.000, tidak boleh
berdasarkan peta ikhtisar skala 1 : 10.000

2. Skema Jaringan Irigasi (Terpasang untuk yang telah ada )
a) Gambar skema jaringan irigasi, skema bangunan yang ada dibuat tanpa skala
(sementara) dan akan disempurnakan pada kegiatan system planning.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 22

b) saluran induk/sekunder dan saluran suplesi digambar dengan garis lurus sesuai
keperluan
c) Skema harus mencakup :
1) Nama saluran Induk/Sekunder
2) Pada setiap bangunan sadap bagi, bagi sadap dan bnagunan pelengkap lainnya
agar dicantumkan hanya dari titik nol. Titik nol pada saluran induk dihituing dari
bendung, sedangkan saluran sekunder dihitung dari bangunan pangkal saluran
sekunder yang bersangkutan.
3) Pada kotak peta tersier ditulis :
(a) Nama petak tersier
(b) debit rencana (1/dt)
(c) Luas sawah irigasi sekarang (fungsional)
4) Nama bagunan (bagi,sadap, sadap lengkap) sesuai dengan kode nomenklatur yang
terpasang.
5) Pada saluran induk/sekunder disetiap bangunan bagi tertulis berapa hektar
arealnya, debit rencana, panjang saluran dan dimensi saluran.

d) Pada skema jaringan irigasi di gambar juga batas daerah kerjanya juru dan pengamat
pengairan
e) Hal-hal tersebut diatas sifatnya sementara dan akan disempurnakan pada kegiatan
system planning

3. Langkah dan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
a) Kumpulkan dan periksa semua peta yang ada dan terutama data-data sbb :
1) Titik Referensi
2) System Proyeksi
3) Ketelitian yang dicapai
4) Peralatan yang dipakai
5) daftar titik kontrol BM (XYZ) & Diskripsi BM
6) Peta lokasi dan batas pengukuran
7) Informasi tambahan lainnya misal batas wilayah administrasi Desa &
Kecamatan

b) Melakukan peninjauan lapangan
1) Memeriksa, mengecek elevasi dan Koordinat serta memperbaiki BM yang
ada.
2) Identifikasi data irigasi
3) Identifikasi Topografi

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 23

c) Titik referensi dan proyeksi yang dipakai harus sama dengan titik referensi
pengukuran terdahulu, apabila tidak ada dapat dipakai referensi lokal yang dikaitkan
dengan peta rupa bumi sesuai persetujuan Direksi.

4.6.2 Pelaksanaan Pemetaan Topografi
Persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pemetaan topografi mencakup pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut :

a. Persiapan (Orientasi Umum)
Orientasi Umum adalah persiapan dasar yang harus dilakukan. Orientasi ini meliputi
orientasi kerja dan orientasi lapangan dari areal yang akan dipetakan.
Tujuan dari orientasi ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kondisi nyata yang
ada di lapangan serta untuk mendapatkan informasi tambahan yang akan sangat berguna
bagi persiapan rencana kerja yang lebih mantap.

b. Penentuan Titik Referensi
Titik referensi yang akan digunakan sebagai dasar pemetaan topografi ini adalah titik-
titik Bench Mark dari pengukuran terdahulu yang masih dalam kondisi baik.
Apabila titik-titik tersebut sudah rusak, hilang atau ditemukan lagi di lapangan, akan
diusulkan untuk memakai koordinator dan elevasi lokal, dengan menganggap salah satu
titik BM mempunyai nilai tertentu.

c. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal (x-y)
Pengukuran horisontal kontrol dimaksudkan untuk mendapatkan data posisi horisontal
yaitu titik-titik koordinat dalam membentuk kerangka peta secara horisontal. Metode
pengukuran dapat dilakukan dengan cara poligon.
Peralatan pengukuran berupa Theodolite berketelitian 1 detik (Wild T-2 atau sederajat).

Set up alat menggunakan metode centering PKSA (force centering method). Pengukuran
sudut horisontal dilakukan sebanyak 1 (satu) seri ganda, atau dengan mengukur 1/2
(setengah) seri sudut dalam dan 1/2 (setengah) seri sudut luar.

Pengetesan awal adalah 00
0
0000. Bila rata-rata sudut melebihi 5 detik, diamati seri
berikutnya. Sudut vertikal diamati pada keadaan teropong biasa dan luar biasa, atau pada
keadaan teropong biasa tetapi memperhitungkan salam kolimasi alat.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 24

Jarak diukur pergi pulang menggunakan alat ukur EDM, dan selanjutnya menggunakan
jarak rata-rata pada saat pengolah data poligon.
Pita ukur digunakan bila jarak ukur kurang dari 50 m. Salah penutup susut akan
memenuhi 10 N (N =jumlah titik poligon) atau lebih baik. Salah linier adalah 1 :
10.000 atau lebih baik.

Pengamatan matahari dilaksanakan pada salah satu Bench Mark ke Bench Mark lainnya
yang saling kelihatan. Bila tidak saling melihat terget bidikan adalah patok tetap
pembantu. Pengamatan dilaksanakan pada saat udara cerah, pada pagi hari pukul 08.00
atau sore hari 16.00
Jumlah seri pengamatan adalah 3 (tiga) seri ganda, dilakukan terus menerus secara tepat.
Selisih waktu antara satu bacaan dengan bacaan berikutnya tidak melebihi 1 (satu) menit.

d. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal (z)
Maksud dari pengukuran titik kontrol vertikal (z) leveling adalah untuk mendapatkan
posisi titik-titik dalam arah vertikal. Metode pengukuran dapat dilakukan dengan
metode/alat Waterpass dengan ketentuan sebagai berikut :
- Pengukuran dilakukan melalui route yang menghubungkan ke lokasi Bench Mark
dan dalam route harus membentuk loop atau jaringan yang tertutup. Rencana route
pengukuran leveling harus mendapatkan persetujuan Pihak Direksi terlebih dahulu
dan sedapat mungkin tidak jauh dari route saluran penghantar (waterway).
- Bila digunakan alat sipat datar maka pengukuran dilakukan pergi dan pulang.
- Ketelitian yang diminta untuk perseksi adalah penutupnya tidak boleh lebih dari 10
mm D , dimana D =jarak dalam km.
- Posisi alat diusahakan ditengah-tengah antara dua rambu atau jumlah jarak kemuka
dan jarak ke belakang pada satu seksi ukuran mempunyai jarak yang sama.
- Rambu ukur harus dilengkapi dengan NIVO (level) dari penyimpangan rambu
terhadap kedudukan lurusnya tidak boleh lebih dari 6 mm.
- Bila digunakan alat sipat datar maka setiap hari sebelum pengukuran dilaksanakan,
harus dilakukan pengecekan kolimasi/garis bidik, dimana tidak boleh lebih besar
dari 0,1 mm/m.

e. Pemasangan Bench Mark
Yang dimaksud adalah memasang benh mark yakni suatu tanda di lapangan untuk
mendapatkan titik kontrol baik koordinat maupun elevasi yang berguna untuk pekerjaan
staking dan construktion nantinya.
- Penempatan Bench Mark harus sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan
untuk titik kontrol.
- Dipasang ditempat aman sehingga tidak mudah hilang.
- Dibuatkan Bench Marknya.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 25

- Ukuran Bench Mark 20 x 20 x 100 cm dilengkapi batu kuningan dan nomor Bench
Mark sari marmer.

f. Pengukuran batas, luas dan Plotting Data Irigasi
1) Pindahkan data irigasi dari peta yang ada (peta saluran induk sampai dengan peta
petak tersier) ke peta pendahuluan (peta lama atau sketsa)
2) Pindahkan data irigasi lainnya yang tidak tercakup diatas peta berdasarkan
identifikasi atau informasi lainnya dari pengamat/juru pengairan dan data lapangan.
3) Pemindahan data irigasi termasuk semua batas petak tersier harus dilakukan
pengecekan pengukuran untuk mendapatkan luas & letak yang benar dengan
ketentuan sebagai berikut :
(a) Kedua ujung poligon harus terikat pada BM yang sudah ada dan atau tertutup
(b) Pengukuran sudut menggunakan theodolit T -2 atau alat yang sederajat
(c) Jarak poligon digunakan jarak datar hasil pengukuran dengan rantai ukur atau
EDM
(d) Sudut diukur dengan satu seri yang dikontrol dengan bacaan azimuth,
sehingga mendapatkan tiga sudut
(e) Pada setiap titik poligon alat ukur harus berdiri tegak.

g. Pengukuran /Plotting Detail Topographi
Untuk mengetahui apakah lahan daerah irigasi dapat diairi dari saluran dan bangunan
terpasang, diperlukan pemeriksaan ketinggian (spot heigt) yang dikaitkan dengan
ketinggian saluran dan bangunan. Pengukuran Situasi dilakukan sebagai berikut :
1) Kerapan titik ukur :
(a) Daerah irigasi yang sudah sawah. Jumlah titik ukur sebaiknya tiap sudut
petak sawah atau min. 50% dari jumlah titik ukur peta baru.
(b) Daerah irigasi bukan sawah. Jumlah titik ukur minimum 4 titik/ha
2) Poligon harus bertutup
3) Disetiap titik poligon alat ukur harus berdiri tegak
4) Pengukuran sudut menggunakan alat theodolit T - 0
5) Jarak poligon digunakan jarak datar dari hasil Pengukuran dua pita ukur dikontrol
dengan bacaan optis
6) Sudut diukur dengan satu seri yang dikontrol dengan bacaan azimuth, sehingga
mendapatkan 3 (tiga) sudut
7) Poligon terikat pada dua buah BM yang ada, semua titik ukur harus diplot dalam
peta

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 26

4.6.3 Prosedur Persiapan Peralatan Pengukuran
Peralatan pengukuran topografi dapat dikelompokan sebagai berikut :
Alat untuk pengukuran sudut - Alat untuk pengukuran jarak, dan
Alat untuk pengukuran ketinggian.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran sudut adalah theodolite. Peralatan ini
setelah dibawa dalam perjalanan jauh atau setelah mobilisasi, mungkin ketelitiannya akan
memburuk. Oleh karena itu sebelum menggunakan peralatan tersebut terlebih dahulu harus
diperiksa ketelitiannya. Apabila perlu, kalibrasi atau perbaikan harus dilakukan.

4.6.4 Prosedur Pemeriksaan Alat Ukur
1) Alat ukur theodolite

Kesalahan yang terdapat dalam alat ukur ini yang harus diperiksa dan dikalibrasi adalah
salah kolimasi dan salah indeks.

Prosedur pemeriksaan salah kolimasi
a. Atur alat ukur benar-benar mendatar, dan gelembung nivo kotak diatur agar berada
tepat ditengah.
b. Teropong diarahkan ke ujung benda yang lancip, pada jarak yang jauh seperti ujung
penangkal petir, atau obyek lancip lainnya. Setelah itu benang silang diimpitkan
pada obyek tersebut.
c. Baca skala lingkaran mendatar, dengan posisi teropong face right (r).
d. Putar teropong melalui sumbu horisontal, dan arahkan teropong ke obyek yang
sama. Impitkan benang silang pada obyek tersebut. Baca skala lingkaran mendatar,
dengan posisi teropong face left (1).
e. Salah kolimasi diperoleh dari :
1/2 ( r +1 )
f. Bila mendekati nol, kalibrasi tidak perlu diberikan. Tetapi bila kesalahan ini lebih
besar dari yang diijinkan, maka alat tersebut harus dikalibrasi.
g. Kesalahan kolimasi ini dikoreksikan ke pembacaan skala mendatar, dalam posisi
teropong face left, dengan menggunakan pen koreksi.
h. Himpitkan benang silang ke target dengan teropong pada posisi face left.
i. Pada posisi face left ini, baca skala lingkaran mendatar (1).
j. Putar teropong melalui sumbu horisontal, dan arahkan teropong ke obyek yang
sama. Impitkan benang silang pada obyek tersebut. Baca skala lingkaran mendatar,
dengan posisi teropong face right (r).
k. Periksa kembali kesalahan kolimasi, apabila perlu berikan koreksi ke bacaan skala
horisantal dengan keadaan teropong tetap pada face right.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 27

l. Ulangi tahap mulai (c) hingga (k) sampai kesalahan kolimasi ini menjadi nol atau
mendekati nol.

Prosedur pemeriksaan kesalahan indeks :
a. Atur alat ukur benar-benar mendatar, dan gelembung nivo kotak diatur agar berada
tepat ditengah. Baca skala lingkaran tegak dengan posisi teropong face right ( r ).
b. Putar teropong melalui sumbu horisontal, dan arahkan teropong ke obyek yang
sama. Impitkan benang silang pada obyek tersebut. Baca skala lingkaran tegak
dengan posisi teropong face left ( 1 ).
c. Kesalahan Indexs diperoleh dari :
z =1/2 (r -) - 360
z =1/2 (r +) - 180
d. Setelah kesalahan indeks ini diperoleh, nilai ini dimasukkan kebacaan skala
lingkaran tegak.
e. Benang silang diimpitkan kembali kearah target dengan menggunakan pen koreksi.
f. Ulangi pekerjaan tersebut diatas sampai nilai kesalahan indeks lebih kecil dari batas
yang diijinkan.

2). Alat ukur sipat datar
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketinggian adalah alat ukur sipat datar.
Tingkat ketelitian alat ukur ini ditentukan dalam spesifikasi teknis. Kesalahan yang akan
diperiksa adalah kesalahan garis bidik. Cara pemeriksaan kesalahan ini menggunakan
metode two-peg adjustment

Prosedur pemeriksaan
a. Atur alat ukur diantara dua buah titik dengan jarak ke masing-masing titik 30 m (D1
and A2). Seperti tampak pada gambar 2.
b. Baca benang tengah ke arah rambu belakang (a1) dan kearah rambu muka (a2). Beda
tinggi yang sesungguhnya.
c. Pindahkan alat ukur ke tempat sejarak 5 m kearah salah satu rambu. Apabila rambu
tersebut adalah rambu belakang, maka bacaan kearah rambu belakang (a3). Bacaan
kearah rambu depan (a4) sedangkan jarak kearah rambu depan menjadi 55 m.
Apabila E (kesalahan) =(a3-a4) - (a1-a2) =0, alat ukur ini dalam keadaan baik.

Apabila selisih ini sangat besar, maka kalibrasi atas garis bidik harus dilaksanakan.
Dengan menggunakan pen koreksi, ubah bacaan kearah rambu maka dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
- E
tan A = -------------------
D4 - D3
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 28


maka nilai bacaan kearah rambu depan adalah,
Bacaan baru = a4 - D5. tan A


4.6.5 Prosedur Pelaksanaan Pengukuran

1). Prosedur pemasangan patok Bench Mark.
Pemasangan patok beton dilaksanakan sebelum pengukuran dimulai. Patok beton ini
dipasang dengan cara dicor langsung ditempat. Berikut ini adalah metode pelaksanaan
pemasangan patok beton.
a. Patok beton ini dipasang pada tempat-tempat tertentu yang dipilih sepanjang jalur
pengukuran.
b. Untuk memperoleh koordinat patok beton ini, dilakukan pengukuran jarak dan sudut
dari titik traverse yang lalu.
c. Tempat patok beton yang akan dipasang, digali dengan ukuran 15 cm x 15 cm dan
tinggi 100 cm.

2). Prosedur pengukuran sipat datar
a. Jalur pengukuran sipat datar Bench Mark dibuat melalui jalur sungai yang akan
diukur.
b. Atur alat ukur pada tempat dimana bacaan kearah rambu belakang kira-kira sama
dengan ke arah rambu depan untuk keseimbangan jarak. Kemudian atur gelembung
nivo kotak pada posisi tengah.
c. Letakkan rambu diatas titik, dan atur gelembung nivo agar berada ditengah.
d. Arahkan teropong ke rambu belakang, bacaan ke arah rambu dilakukan melalui
benang tengah.
e. Putar teropong ke arah rambu muka, dan bacaan kearah rambu, dilakukkan melalui
benang tengah.
f. Pindahkan alat ukur ketempat lain sepanjang jalur untuk mengambil bacaan rambu
pada titik berikutnya.
g. Ulangi tahap mulai (b) sampai dengan (f), sehingga pengukuran mencapai Bench
Mark berikutnya, atau ketitik bantu sementara, untuk mengakhiri satu seksi
pengukuran.
h. Prosedur diatas diulang dengan arah pengukuran yang berlawanan, untuk memeriksa
ketelitian ukuran dan untuk memperoleh salah penutup ukuran.

3). Prosedur pengukuran traverse
a. Jaringan titik kontrol utama, dipilih pada daerah sepanjang jalur yang akan
dipetakan, sedangkan jumlah titik utama ini dibuat seminimal mungkin serta
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 29

diusahakan melalui titik utama pada potongan melintang. Apabila hal ini tidak
mungkin dilaksanakan maka perlu diadakan penambahan titik bantu.
b. Theodolite diatur diatas titik traverse, dan gelembung nivo kotak diatur agar berada
ditengah.
c. Teropong di arahkan ke titik belakang. Bacaan skala mendatar dan tegak dilakukan
pada posisi teropong face right. Oreantasi skala lingkaran mendatar dibuat
mendekati nol derajat. Baca skala mendatar dalam kondisi ini.
d. Putar teropong melalui sumbu tegak kearah titik muka, baca skala mendatar dan
skala tegak.
e. Putar teropong melalui sumbu mendatar dan arahkan teropong ke titik muka. Baca
skala mendatar dan tegak pada posisi teropong face left.
f. Putar teropong melalui sumbu tegak, arahkan ke titik belakang dan baca skala
mendatar dan tegak.
g. Dalam keadaan teropong tetap pada posisi left, oreantasi skala lingkaran mendatar
diubah menjadi mendekati 270. Baca skala mendatar dalam kondisi ini.
h. Putar teropong melalui sumbu tegak, arahkan ke titik belakang dan baca skala
mendatar tegak.
i. Putar teropong melalui sumbu mendatar dan arahkan teropong ke titik muka. Baca
skala mendatar pada posisi teropong face left.
j. Putar teropong melalui sumbu mendatar dan arahkan teropong ke titik belakang.
Baca skala mendatar pada posisi teropong face left.
k. Setelah menyelesaikan bacaan skala mendatar dan tegak, baca jarak ke arah rambu
muka. Sebagai kontrol ukuran baca jarak kearah rambu belakang.

4). Prosedur pengukuran potongan memanjang
a. Jalur potongan memanjang dibuat dengan memperhatikan penempatan titik untuk
pengukuran potong melintang.
b. Atur alat ukur diatas titik traverse, putar teropong ke arah rambu muka, dan bacaan
kearah rambu dilakukan melalui benang atas, benang bawah dan benang tengah.
c. Pasang titik potongan melintang dengan kelipatan 50 m pada jalur tersebut.
d. Baca data jarak dan sudut vertikal semua titik termasuk titik detail untuk potongan
memanjang.
e. Pindahkan alat ukur ketempat berikutnya di sepanjang jalur untuk mengambil
bacaan rambu pada titik berikutnya.
f. Ulangi tahap mulai b ke f sampai pengukuran mencapai titik akhir.

5). Prosedur pengukuran potongan melintang
a. Pengukuran potongan melintang dilaksanakan pada titik-titik utama sepanjang jalur,
dengan selang antara dua titik 50 m.
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 30

b. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolite 20 seperti Wild
T0 atau yang sejenis.
c. Alat ukur diatur pada titik tempat potongan melintang yang akan diukur.
d. Jarak dari titik utama ke arah titik rinci topografi, diukur dengan menggunakan
metode tachimetri.
e. Hasil pengukuran segera dicatat pada buku ukur.

6). Prosedur pada pengukuran pemetaan teristis
a. Titik utama yang dipakai pada pengukuran pemetaan teristis, adalah hasil
pengukuran traverse. Hal ini bertujuan agar titik utama ini mempunyai koordinat.
b. Alat ukur theodolite diatur diatas titik utama.
c. Arahkan teropong ke titik utama yang lain dan atur pembacaan mendekati nol. Baca
data sudut horisontal.
d. Arahkan teropong ke titik rinci yang akan diukur. Jarak dari titik utama ke titik detail
diukur dengan menggunakan metode tachimetri.
e. Bacaan tentang jarak miring, sudut horisontal dan sudut miring, segera dicatat pada
buku ukur.
f. Setelah selesai pekerjaan pengukuran dilapangan, surveyor segera menghitung jarak
datar dan beda tinggi titik detail tersebut.


4.6.6 Prosedur Hitungan dan Peralatan Pada Pengukuran Bench Mark
Pengukuran sipat datar dimulai dari titik acuan yang diketahui ketinggiannya, dan
dihubungkan dengan titik yang lain atau Bench Mark baru, dengan menggunakan metode
pengukuran pergi-pulang.

Berdasarkan hasil ukuran lapangan, beda tinggi antara titik dihitung dan dikumpulkan ke
dalam suatu tabel hitungan.Metode hitungan dan peralatan atas kesalahan penutup, adalah
seperti berikut ini :
- Dalam satu seksi ukuran, akan diperoleh dau buah niali beda tinggi. Yang satu diperoleh
dari hasil ukur pergi, dan yang satu dari ukuran pulang. Bila beda tinggi ukuran pergi
sebesar Hf, dan beda tinggi ukuran pulang sebesar Hb maka besarnya salah ukur :
Ea = Hf Hb

- Kesalahan ukur sebesar Ea dibagi rata dengan jumlah stand seperti berikut :
Ea
Ei = ---------------------
Jumlah stand


Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 31

4.6.7 Metode Hitungan Dan Peralatan Pada Pengukuran Traverse

a. Hitungan sudut
Hitungan sudut diperoleh dari hitungan atas hasil ukuran yang dicatat pada buku ukur
lapangan.

b. Hitungan jarak
Pada buku ukur, koreksi kemiringan dan koreksi cuaca diberikan terhadap jarak ukuran
sehingga diperoleh jarak mendatar.

c. Pada hitungan traverse, metode hitungan yang digunakan adalah metode Bowditch.



Pemberian koreksi hasil pengukuran lapangan dibuat berdasarkan rumus berikut :

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Hasil penjumlahan antara azimut awal Ea.1 dengan jumlah sudut ukur ai harus sama
dengan azimut akhir pada ukuran tersebut. en.n+1 n.180
{ Ea I} = en.n+1 - 0.1 - {ai}
1
n
n.180
dimana :
Eai = Salah penutup sudut
e = Azimuth
n = jumlah titik
ai = sudut mendatar ke I
I = 1,2, ........................ n.

2. Jumlah hasil kali jarak datar dengan sinus azimut arah yang bersangkutan harus sama
dengan selisih absis antara absisi titik awal dengan absis titik akhir.
Xn-X1 = {(di.i+1+Ddi.i+1)sin(ei.i+1+ei.i+1)}
i=1
i=n-1

dimana :
d = jarak datar
I = 1,2, ...................... n.
X = absis

3. Jumlah hasil kali antara jarak datar dengan cosinus azimuth yang bersangkutan harus
sama dengan selisih ordinat antara ordinat titik awal dengan ordinat titik akhir :
Yn-Y1 = {(di.i+1+Ddi.i+1)cos(ei.i+1+ei.i+1)}
i=1
i=n-1

dimana :
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 32

d = jarak datar
I = 1,2, ...................... n.
Y = ordinat

a. Salah penutup ukuran ta dibagi rata kepada semua titik dan azimut sisi traverse
dihitung dari sudut yang telah dikoreksi.
b. Dengan menggunakan :
Xi + 1 - Xi = di.i + 1 sin ei.i + 1
Yi + 1 - Yi = di.i + 1 cos ei.i + 1
Koreksi dibagikan sebanding terhadap jarak sisi di.i +1 dan berbanding terbalik terhadap
jumlah jarak traverse.

4.6.8 Prosedur dan Penggambaran Potongan Melintang
a. Penggambaran potongan melintang menggunakan kertas gambar kalkir yang berkualitas
baik.
b. Jarak antara titik-titik rinci dari potongan melintang tersebut digambar dalam skala 1 :
200
c. Ketinggian titik-titik rinci digambar dalam skala 1 : 100
d. Garis referensi acuan ditentukan sebelum pengeplotan titik-titik rinci dilaksanakan.
e. Penggambaran potongan melintang, menggunakan legenda yang telah ditentukan.
f. Jarak lanjut dihitung dari jarak bagian dan dimulai dari titik ujung kiri.
g Dalam satu lembar gambar, potongan melintang yang digambar tidak lebih dari tiga
buah.

4.6.9 Prosedur Penggambaran Potongan Memanjang
a. Potongan memanjang digambar pada kertas gambar kalkir yang berkualitas baik.
b. Jarak antara titik-titik rinci dari potongan memanjang tersebut diganbar dalam skala 1 :
1000
c. Ketinggian titik-titik rinci digambar dalam skala 1 : 100
d. Garis referensi acuan ditentukan sebelum pengeplotan titik-titik rinci dilaksanakan.
e. Jarak lanjut dihitung dari jarak bagian dan dimulai dari titik ujung kiri.
f. Dalam satu lembar gambar, potongan memanjang yang digambar tidak lebih dari satu
buah.

4.6.10 Prosedur Penggambaran Peta Teristis
a. Peta teristis digambar dengan menggunakan kertas gambar kalkir yang berkualitas baik
b. Pada peta, garis grid di plot pada jarak setiap 10 cm
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 33

c. Semua titik rinci topografi digambar dengan menggunakan simbol/legenda yang lazim
dipakai.
d. Garis ketinggian (countour) digambar dengan interval 1 m, dan pada interval kelipatan 5
m, digambar dengan garis tebal.

4.7 PENGAWASAN DAN PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN
Pengawasan dan penyerahan hasil pekerjaan konstruksi perluasan lahan sawah yang
dilaksanakan secara bersama-sama oleh kelompok tani itu sendiri dan disupervisi oleh Tim
Teknis/Koordinator Lapangan, sebagai berikut :
1. Pengawasan/ Supervisi Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah
a. Pengawasan pekerjaan konstruksi pembukaan lahan dilakukan oleh Tim
Teknis/Koordinator Lapangan yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten.
b. Ruang lingkup dan pelaksanaan pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator Lapangan
meliputi :
Memeriksa patok-patok batas areal yang akan dikonstruksi, patok-patok
batas pemilikan lahan dan luasnya. Hal ini dilakukan bersama-sama dengan
kelompok tani dengan disaksikan Camat dan atau Lurah/ Kepala Desa
wilayah tersebut.
Melakukan penyesuaian/ perbaikan desain pembukaan lahan, apabila
dijumpai ketidak sesuaian antara keadaan di lapangan dengan desain
pembukaan perlusan areal. Penyesuaian desain ini digambarkan langsung
pada peta desain yang ada dan ditanda tangani oleh Tim Teknis/ Koordinator
Lapangan serta disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.
Memeriksa hasil pekerjaan Kelompok tani yang didasarkan atas Rencana
Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) dan perjanjian kerja sama pekerjaan
konstruksi pembukaan lahan.
Memberikan petunjuk dan arahan teknis kepada kelompok tani pelaksana
konstruksi perluasan areal sawah dan tembusannya disampaikan kepada
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal sawah.
Membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan yang berisi tentang :
(1) Luas lahan yang selesai di konstruksi, (2) Nama-nama petani yang
lahannya sudah selesai di konstruksi dan (3) Kemajuan pekerjaan yang
tergambar di dalam desain perluasan areal sawah yang menunjukkan bahwa
areal tersebut sudah selesai dikonstruksi maupun yang sedang dalam
pelaksanaan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Tim
Teknis/Koordinator Lapangan dan Kelompok Tani (dalam hal ini Ketua
Kelompok) serta diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Selaku Kuasa Pengguna Anggaran.

Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 34

2. Hasil Pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator Lapangan
a. Hasil pengawasan pekerjaan dibuat dalam suatu Berita Acara.
b. Berita Acara supervisi pekerjaan tersebut dibuat sesuai dengan prestasi pekerjaan
yang dicapai oleh kelompok tani.
3. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator Lapangan Oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
a. Pemeriksaan hasil pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator lapangan dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Pejabat Pembuat Komitmen ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.
4. Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah
Setelah Berita Acara Pengawasan Pekerjaan ditanda tangani, selanjutnya diajukan
kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal untuk
dipergunakan sebagai dasar dalam pembuatan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan
Konstruksi Perluasan Sawah. Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi
Perluasan Sawah baru ditanda tangani oleh Kelompok Tani dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal.
5. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah
Pembayaran hasil pekerjaan untuk pelaksanaan konstruksi perluasan sawah mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
a. Transfer uang ke rekening kelompok dapat dilakukan setelah RUKK disetujui
oleh KPA (Kuasa Pengguna Anggaran), sesuai dengan tahapan di dalam RUKK
tersebut.
b. Pencairan selaku uang muka kerja pada rekening kelompok dapat dilakukan
setelah petani telah mulai siap melaksanakan pekerjaan dilapang, berdasarkan
laporan tim teknis/ koordinator lapangan yang dinyatakan dalam berita acara hasil
pemeriksaan tim teknis/ coordinator lapangan.
c. Pencairan Uang di rekening kelompok/ Pembayaran hasil pekerjaan dilakukan
secara bertahap sesuai dengan prestasi pekerjaan yang dicapai, yang dinyatakan
dengan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

4.7.1 Pemanfaatan Sawah Baru
Pemanfaatan lahan sawah yang baru dicetak merupakan kegiatan yang sangat perlu
diperhatikan, mengingat pada lahan tersebut sangat mudah menyemak kembali. Oleh karena
itu petani perlu dibina secara intensif dan difasilitasi dengan bantuan sarana produksi,
pertanian agar petani dapat segera mengusahakan lahan sawah tersebut secara berkelanjutan
meliputi :
1. Lahan sawah baru yang telah selesai dicetak harus segera dimanfaatkan/ditanami oleh
petani dengan tanaman padi. Alokasi anggaran untuk kegiatan pemanfaatan sawah baru
(penyediaan Saprotan antara lain benih, pupuk, pestisida dan juga dapat berupa alat
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 35

mesin pertanian) menjadi satu kesatuan dengan kegiatan konstruksi. Bila dimungkinkan
dari anggaran saprotan yang tersedia, diarahkan untuk pengadaan alat mesin pertanian
(hand traktor), sedangkan untuk benih, pupuk, dan pestisida diharapkan dari swadaya
masyarakat atau sumber pembiayaan lainnya.
2. Bantuan saprotan berdasarkan kesepakatan petani dapat digunakan untuk penguatan
kelembagaan dan pemberdayaan petani.
3. Kegiatan pemanfaatan lahan sawah baru meliputi pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman, panen dan pemeliharaan prasarana.
4. Dalam melaksanakan pemeliharaan prasarana tersebut dibuat rencana pemeliharaan
mulai dari pemeliharaan saluran irigasi, batas, galengan, batas pemilikan dan bangunan
pelengkap. Selain itu dibuat jadwal pemeliharaan mulai dari pemeliharaan rutin,
pemeliharaan ringan, pemeliharaan berat, perbaikan jika terjadi bencana dan
pemeliharaan tanaman.

4.7.2 Indikator Kinerja Perluasan Sawah
Dalam rangka menunjang peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, dukungan
sarana perluasan sawah diharapkan dapat memberikan hasil dan dampak bagi penerima
manfaat. Secara kualitatif indikator kinerja kegiatan perlusan areal sawah adalah sebagai
berikut :

a. Indikator Masukan (Input)
Dalam pelaksanaan perluasan sawah beberapa hal pokok yang merupakan masukan /
input meliputi antara lain :
o Penyedian anggaran baik yang berasal dari pemerintah (APBN,APBD), bantuan
luar negeri, swasta maupun masyarakat sendiri.
o Data potensi lahan sawah pada berbagai tipologi lahan.
o Hasil monitoring dan pelaporan pada berbagai wilayah.
o Hasil koordinasi dengan instansi terkait.

b. Indikator Keluaran (Output)
Indikator keluaran yang diharapkan dari perluasan sawah antara lain sebagai berikut :
o Tersedianya data dan informasi hasil survei/investigasi dan desain.
o Terwujudnya sawahsawah baru dalam upaya mendukung peningkatan produksi
tanaman pangan.
o Bertambahnya luas baku lahan sawah sesuai dengan kemampuan anggaran yang
tersedia.

c. Indikator Hasil (Out Come)
Indikator hasil yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain :
Proposal Teknik
Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/ 36

o Meningkatnya pemahaman stake holder (pemerintah daerah, swasta, BUMN,
koperasi dan masyarakat petani) terhadap pentingnya pembukaan lahan/ sawah
baru.
o Bertambahnya areal tanam khususnya padi pada wilayah-wilayah bukaan sawah
baru.

d. Indikator Manfaat (Benefit)
Indikator manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain:
o Terciptanya dukungan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat petani dalam
perluasan sawah.
o Terwujudnya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi pada wilayah
bukaan baru.

e. Indikator Dampak (Impact)
Indikator dampak yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain:
o Terwujudnya dukungan dalam penyediaan kecukupan pangan nasional.
o Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan petani dengan adanya tambahan luas
areal sawah baru yang selesai dicetak dan diusahakannya sesuai dengan luasan
yang dimilikinya.

Você também pode gostar